Analisa Jurnal K3

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

NAMA: TRISNOWATI UJI

NIM : G2A218048

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KESELAMATAN


PASIEN DENGAN PELAKSANAAN PROSEDUR KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT ( KPRS ) DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA
SAWAHAN MALANG

Bernadeta Dece Harus 1); Ani Sutriningsih 2) 1) Praktisi RS Panti Waluyo


Sawahan Malang 2) Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Patient safety is a system created by the Hospital so that patient care safe. Which
is supported by the knowledge and attitudes that are the result of the idea through
to a particular object sensing and social interaction so that the formation of one's
actions. The aim of research to determine the relationship of the nurse's
knowledge about patient safety by implementing hospital patient safety
procedures in Hospital Nursing Waluya Sawahan Malang. This study used a
correlational design with cross sectional approach. The population in this study
nurses were 60 respondents using simple random sampling technique. Digger
questionnaire data. The data obtained were analyzed with a computerized program
using Spearman Rank Test. The results of the research data showed the majority
of 49 respondents (81.7%) have sufficient knowledge and fraction 3 respondents
(5.0%) knowledgeable good. Whereas in the implementation of Hospital Patient
Safety mostly 41 respondents (68.3%) Less Patient Safety implementation and
fraction 3 respondents (5.0%) Patient Safety good execution. Analysis of the data
by the Spearman Rank test was obtained (p value) (0,001) <α (0.05) means that
there is a relationship between knowledge of nurses with the implementation of a
hospital patient safety procedures in hospital Panti Waluya Sawahan Malang.
While the correlation coefficient 0.420 means that relationships are.
Recommended Suggestions for further research conduct further research to
measure other variables that have not been studied as a nurse attitudes towards
implementation. Research can be done by the method of observation and in-depth
interview since Patient Safety is very complex.

Keywords: Knowledge, KPRS, Nurses

PENDAHULUAN

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Ada enam sasaran keselamatan pasien di rumah sakit yaitu ketepatan
identifikasi, peningkatan komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, tepat

prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan resiko infeksi terkait pelayanann


kesehatan pengurangan resiko pasien jatuh (Depkes, 2011). Keenam aspek
tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus
diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada

26

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

pasien. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan


hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan (Depkes,
2011). Keselamatan pasien di rumah sakit (KPRS) adalah system pelayanan
dalam suatu Rumah sakit yang memberikan asuhan pasien menjadi lebih aman,
termasuk didalamnya mengukur resiko, identifikasi dan pengelolahan resiko
terhadap pasien analisa insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti
insiden serta menerapkan solusi untuk mengurangi resiko (WHO,2004). Oleh
karena itu diperlukan komitmen dan ethis dalam keperawatan. Keselamatan
pasien merupakan suatu system yang sangat dibutuhkan dan dengan adanya
system ini diharapkan dapat meminimalisir kesalahan dalam penanganan pasien
baik pada pasien UGD, rawat inap maupun pasien poliklinik (PERSI, 2008). Hasil
penelitian Agustina (2013) tentang Budaya Keselamatan pasien oleh perawat
dalam melaksanakan pelayanan di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.Wahidin,
didapatkan hasil penelitian menunjukan dari 75 responden (49,3 %) termasuk
dalam kategori budaya keselamatan pasien rendah. Dari 37 responden yang
termasuk dalam kategori budaya keselamatan pasien rendah terdapat 23 perawat
(62,2%) dengan pelaksanan pelayanan yang kurang dan 14 perawat

(37,8%) dengan pelaksanan pelayanan yang baik. Sementara 38 responden dengan


budaya keselamatan yang tinggi (100%). Hasil penelitian Aryani (2008) tentang
analisis pengetahuan dan motivasi perawat yang mempengaruhi sikap mendukung
penerapan program patient safety diinstalasi perawatan Intensif RSUD Dr
Moewardi Surakarta, didapatkan hasil analisis deskriptif sikap mendukung tinggi
(76,3%), pengetahuan perawat baik (76,3%), motivasi perawat baik (71,1%).
Kebijakan strategi penerapan patien safety di Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan Malang adalah: sosialisasi keselamatan pasien rumah sakit (KPRS
pada seluruh unit pelayanan, pencatatan dan pelaporan internal insiden kasus,
solusi masalah dan akar masalah, standart keselamatan pasien dan instrument self
assessment akreditasi, pendidikan, pelatihan, Update patient safety sesuai
kementrian kesehatan dan KPRS pusat. Dari jumlah insiden yang masuk di tim
KPRS Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang, pada bulan Januari sampai
Agustus 2014 tercatat 22 insiden sebagai berikut KTD (Kejadian tidak
diharapkan) 9 insiden (41 %), KNC (Kejadian nyaris cedera) 6 insiden (27%),
KPC (Kejadian Potensial Cedera) 5 insiden (23%), KTC (Kejadian tidak cedera)
2 insiden (9%). Dampak dari semua insiden diatas bila tidak diatasi segera adalah
kejadian yang sama

27
Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

akan terulang kembali, memperpanjang perawatan, timbul cedera, timbul


kecacatan, kematian, tidak ada cedera. Setelah ditentukan jenis insidennya, tim
KPRS akan menentukan scoring, untuk menentukan tindakan yang akan
diberikan. Apabila mendapatkan nilai resiko rendah maka tindakan yang diberikan
adalah dilakukan investigasi sederhana oleh kepala ruangan, nilai resiko sedang
dilakukan investigasi sederhana paling lama 2 minggu oleh manager/pimpinan
klinis, nilai tinggi dilakukan RCA (Root Causa Analisis), nilai resiko sangat tinggi
dilakukan RCA dan membutukan tindakan segera serta perhatian sampai Direktur.
Data tentang sosialisasi patient safety adalah meliputi pengertian, manfaat
penerapan program dan cara pelaporan insiden. Peserta yang diundang adalah
Kepala ruangan, perawat pelaksana dan perwakilan semua unit terkait yang diikuti
oleh 200 peserta. Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 13-14 Agustus
2014 diperoleh hasil pre test 200 peserta tentang pengetahuan keselamatan
pasien rumah sakit didapatkan sebagian besar (89%) mendapatkan nilai kurang
(60%) dan sisanya (11%) mendapatkan nilai baik (>75). Berdasarkan uraian yang
telah disebutkan, serta belum adanya penelitian tentang hubungan pengetahuan
perawat tentang KPRS dengan pelaksanaan prosedur

KPRS di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang, maka penulis tertarik
melakukan penelitian ini.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian menggunakan penelitian deskriptif korelasional yaitu penelitan


yang mengkaji hubungan antara variabel. Penelitian di laksanakan di Rumah Sakit
Panti Waluya Sawahan Malang tanggal 24 s/d 29 November 2014. Populasi
penelitian ini adalah 200 perawat di rumah sakit Panti Waluya Sawahan Malang.
Sampel sebanyak 60 orang diambil menggunakan simple random sampling.
Pengumpulan data di peroleh dengan cara penyebaran kuesioner untuk
mengidentifikasi pengetahuan dan pelaksanaan prosedur keselamatan pasien
rumah sakit oleh perawat. Data yang di kumpulkan kemudian diolah dan
dianalisis dengan system komputerisasi program SPSS. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu analisis univariat yakni untuk mengetahui hubungan dari
karakteristik responden dan masing-masing variabel yang di teliti. selain
melakukan analisis univariat kedua variabel akan dilakukan krostabulasi. Data
yang telah di analisis akan di sajikan dalam bentuk tabel,gambar dan narasi untuk
membahas hasil penelitian.

28

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

HASIL Data Umum

a. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil


penelitian sebagian besar responden (85%) berjenis kelamin perempuan.

b. Karakteristik Responden berdasarkan Umur Berdasarkan hasil penelitian


sebagian besar responden (63,3%) berusia antara 20-30 tahun.

c. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian


seluruh responden (100%) berpendidikan terakhir DIII Keperawatan.

d. Karakteristik Responden berdasarkan Lama Kerja Berdasarkan hasil penelitian


hampir separuh responden (41,7%) mempunyai pengalaman lama bekerja di RS
Panti Waluyo Sawahan antara 1-5 tahun.

e. Karakteristik Responden berdasarkan Asal Informasi yang didapatkan


Berdasarkan hasil penelitian seluruh responden (100%) pernah mendapatkan
informasi tentang KPRS dan lebih dari separuh responden (56,7%) mendapatkan
informasi KPRS melalui seminar.

Data Khusus a. Pengetahuan Perawat RS Panti Waluyo Sawahan Malang tentang


KPRS

Pengetahuan
Kurang 13.3%

Cukup 81.7%

Baik 5.0%

Gambar 1 Pengetahuan Perawat tentang KPRS di RS Panti Waluyo Sawahan


Malang

Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa sebagian besar responden (81,7%)


mempunyai pengetahuan yang cukup tentang KPRS.

b. Pelaksanaan Prosedur KPRS di RS Panti Waluyo Sawahan Malang

KPRS

Kurang 68.3%

Cukup 26.7%

Baik 5.0%

Gambar 2 Pelaksanaan Prosedur KPRS di RS Panti Waluyo Sawahan Malang

Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa lebih dari separuh responden (68,3%)


masih kurang dalam melaksanakan prosedur KPRS di RS Panti Waluyo Sawahan
Malang.

29

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

c. Tabulasi Silang Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Prosedur KPRS di


RS Panti Waluyo Sawahan Malang Tabel 1 Tabulasi Silang Pengetahuan Perawat
dengan Pelaksanaan Prosedur KPRS di RS Panti Waluyo Sawahan Malang KPRS
Kurang Cukup Baik Total Kurang Count % within KPRS 8 19.5% 0 .0% 0 .0% 8
13.3% Cukup Count % within KPRS 33 80.5% 15 93.8% 1 33.3% 49 81.7%
Pengetahuan Baik Count % within KPRS 0 .0% 1 6.3% 2 66.7% 3 5.0% Total
Count % within KPRS 41 100.0% 16 100.0% 3 100.0% 60 100.0%

d. Analisa Bivariat Tabel 2 Uji Analisis Korelasi Spearman Variabel r Nilai


signifikansi Hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan KPRS 0.420 0.001

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan nilai korelasi Spearman untuk mengetahui


adanya hubungan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan KPRS di RS
Panti Waluyo Sawahan Malang yaitu sebesar 0.420, dengan nilai signifikansi (p-
value) sebesar 0.001 yang lebih kecil dari alpha 0.05. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan (bermakna) antara pengetahuan perawat
di RSPW dengan pelaksanaan KPRS pada pasien.

PEMBAHASAN

a. Pengetahuan Perawat tentang KPRS di RS Panti Waluyo Sawahan Malang


Hasil penelitian tentang pengetahuan perawat tentang KPRS di Rumah Sakit Panti
Waluya Sawahan Malang menunjukkan sebagian besar responden (81,7%)
mempunyai pengetahuan yang cukup. Hal ini dikarenakan salah satu faktor yaitu
usia responden dimana diketahui bahwa sebagian besar responden (63,3%)
berusia antara 20-30 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Mconnell dan
Philipcalk, (1992) yang dikutip dari Desmita, (2008) faktor psikologi seseorang
berkaitan dengan faktor umur yang mana akan menentukan sikap seseorang.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan semakin
matang dalam berfikir dan bekerja.

30

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

Berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden adalah seluruh


responden (100%) berpendidikan DIII Keperawatan. Pendidikan berarti
bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar
mereka dapat memahami. Semakin tinggi Pendidikan seseorang maka tingkat
pengetahuan orang tersebut akan semakin tinggi dan mudah untuk menerima
informasi. Sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Wawan dan Dewi,
2010). Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa hampir separuh
responden (41,7%) lama kerja di rumah sakit antara 1-5 tahun. Pengalaman kerja
merupakan salah satu faktor kunci dalam keselamatan pasien di rumah sakit.
Pengalaman menunjukan hubungan yang signifikan terhadap asuhan yang aman
terhadap pasien, serta menjadi faktor yang berhubungan pada kejadian insiden
keselamatan pasien karena ada kecendrungan dimana perawat yang telah bekerja
lama di rumah sakit memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan
asuhan keperawatan yang aman bagi pasien. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukan hasil penelitian bahwa seluruh responden (100%) pernah

mendapatkan informasi tentang KPRS dan lebih dari separu responden (56,7%)
mendapatkan informasi KPRS melalui seminar. Pelatihan dinyatakan sebagai
bagian pendidikkan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan ketrampilan di luar system pendidikan yang berlaku dalam waktu
yang relative singkat. Banyaknya pelatihan yang di ikuti perawat bisa menjadi
pengaruh yang kuat dalam menentukan baik tidaknya seseorang dalam
pelaksanaan keselamatan pasien.

b. Pelaksanaan Prosedur KPRS di RS Panti Waluyo Sawahan Malang


Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden (68,3%) masih kurang
dalam melaksanakan prosedur KPRS Rumah Sakit Waluya Sawahan Malang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan KPRS yang kurang adalah
pengetahuan, sikap, motivasi dari perawat itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian
seluruh responden (100%) berpendidikan DIIIKeperawatan dan se mua responden
pernah mendapatkan informasi tentang KPRS melalui pelatihan dan seminar.
Masalah yang masih perlu diperhatikan yaitu keny ataan dilapangan yang merujuk
pada konsep pasien safety masih belum optimal. Kenyataan ini menunjukan
praktek perawat yang kurang sempurna
31

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

dalam menerapkan program keselamatan pasien.

c. Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Prosedur KPRS di RS


Panti Waluyo Sawahan Malang Berdasarkan hasil analisis uji bivariate pada Tabel
2 menunjukkan nilai Korelasi Spearman untuk mengetahui adanya hubungan
antara pengetahuan perawat di RS Panti Waluyo Sawahan Malang dengan
pelaksanaan KPRS pada pasien yaitu sebesar 0.420, dengan nilai signifikansi (p-
value) sebesar 0.001 yang lebih kecil dari alpha 0.05. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan (bermakna) antara pengetahuan perawat
di RS Panti Waluyo Sawahan Malang dengan pelaksanaan KPRS pada pasien.
Dengan koefisien korelasi yang bernilai negatif maka dapat diartikan bahwa
pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien masih cukup tetapi pelaksanaan
prosedur KPRS masih kurang. Maka RS Panti Waluyo Sawahan Malang harus
melakukan pelatihan tentang KPRS secara berkala/periodik dan melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan KPRS. Serta diperlukannya reward dari RS
untuk perawat yang telah melaksanakan KPRS dengan baik.

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan


tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki dan diperoleh melalui
pendidikan keperawatan (UU.RI NO.23 1992). Berdasarkan hasil penelitian,
ditemukan bahwa seluruhnya responden (100%) berpendidikan DIII Keperawatan
dan seluruhnya pernah mendapatkan informasi tentang KPRS. Berdasarkan Tabel
1 diketahui bahwa sebanyak 81,7% responden berpengetahuan cukup, sedangkan
pelaksanaan KPRSnya kurang (80,5%). Hal ini disebabkan karena saat mengikuti
pelatihan dan seminar responden kurang berminat, sehingga saat menerima
informasi tersebut tidak tertarik dan responden hanya sekedar mendengar,
melihat, membaca, tanpa menyerap untuk dipahami. Hal tersebut mempengaruhi
dalam pelaksanaan prosedur KPRS. Perawat harus menyadari perannya sehingga
harus berpartisipasi aktif dalam mewujudkan keselamatan pasien rumah sakit.
Perawat harus memahami tentang apa yang dimaksud dengan keselamatan pasien
rumah sakit (KPRS) serta dalam pelaksanan pelayanan harus mengetahui enam
sasaran keselamatan pasien yaitu: ketepatan identifikasi pasien, peningkatan
komunikasi efektif,

32

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, tepat
prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan, pengurangan resiko jatuh sehingga perawat dapat melaksanakan
asuhan keperawatan kepada pasien secara aman.

KESIMPULAN

1. Pengetahuan perawat tentang KPRS di RS Panti Waluyo Sawahan Malang


sebagian besar responden (81,7 %) mempunyai pengetahuan cukup. 2.
Pelaksanaan prosedur KPRS di RS Panti Waluyo Sawahan Malang sebagian besar
responden masih kurang (80,5 %). 3. Dari hasil uji spearman diperoleh nilai
korelasi sebesar 0.420 dengan signifikansi sebesar 0.001 (p<0.05) sehingga H0
ditolah artinya terdapat hubungan yang signifikan (bermakna) antara pengetahuan
perawat dengan pelaksanaan KPRS di RS Panti Waluyo Sawahan Malang.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyani.2008.Analisis Pengetahuan Dan Motivasi Perawat Yang Mempengaruhi


Sikap Mendukung Penerapan Program Patien Safety Di Instalasi Perawatan
Intensif RSUD DR Moewardi Surakarta. Tesis tidak
diterbitkan.Surakarta:Program Studi S2.Universitas Diponegoro Semarang.

Agustina.2013.Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Dalam Melaksanakan


Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap RSUD DR Wahidin.Sulawesi:Skripsi tidak
diterbitkan.Program Studi S1.

Depkes RI. 2008, Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient
Safety), 2 edn, Bakti Husada, Jakarta.

_____. 2008, Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient


Safety Incident Report), 2 edn, Bakti Husada, Jakarta.

Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Perkembangan.

Notoadmodjo. 2012. Metodelogi penelitian Kesehatan edisi 3.Jakarta:Rineka


Cipta

Notoadmojo.2010. Metodologi Penelitian. Jakarta Rineka Cipta

Nursalam.2013.Metodelogi Ilmu Keperawatan :Pendekatan Praktis Edisi 3.Jakarta


Salemba Medika.

Persi. 2011. Join Commution International Standar Akreditasi RS.Edisi 4. Jakarta


Gramedia

Persi, 2012.Seminar dan Workshop .Penerapan Patient safety Menuju World


Class Hospital

PERSI KKP-RS 2009. Workshop Keselamatan Pasien dan Manajemen Resiko


Klinis di Rumah Sakit.

UU.RI.NO.2.1992,tentang Keperawatan.
Wawan, A dkk. 2010. Teori dan pengukuran Pengetahuan, Sikap, Perilaku
Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika

Yahya,A. 2009 Integrasikan Kegiatan Manajemen Risiko. Workshop Keselamatan


Pasien dan Manajemen Risik Klinis

ANALISA JURNAL:

Berdasarkan jurnal diatas ada hubungan yang bermakna antara HUBUNGAN


PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KESELAMATAN PASIEN
DENGAN PELAKSANAAN PROSEDUR KESELAMATAN PASIEN RUMAH
SAKIT ( KPRS ) DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN
MALANG .

Hal ini dapat dinilai dengan penerapan budaya pasien safety yang meliputi:
ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi efektif, peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat
pasien operasi, pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan,
pengurangan resiko jatuh sehingga perawat dapat melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien secara aman.

Apabila perawat memiliki pengetahuan tentang keselamatan pasien tentunya akan


lebih mudah mengaplikasikan prosedur KPRS sesuai dengan SPO. Analisa jurnal
diatas adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan perawat tentang KPRS di RS Panti Waluyo Sawahan Malang


sebagian besar responden (81,7 %) mempunyai pengetahuan cukup.

2. Pelaksanaan prosedur KPRS di RS Panti Waluyo Sawahan Malang sebagian


besar responden masih kurang (80,5 %).

3. Dari hasil uji spearman diperoleh nilai korelasi sebesar 0.420 dengan
signifikansi sebesar 0.001 (p<0.05) sehingga H0 ditolah artinya terdapat
hubungan yang signifikan (bermakna) antara pengetahuan perawat dengan
pelaksanaan KPRS di RS Panti Waluyo Sawahan Malang.

You might also like