18 Luh Eta Gandhi Mirayudia

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

ANALISIS METODE LEAN CONSTRUCTION DAN PENJADWALAN CCPM

DALAM MEREDUKSI NONPHYSICAL CONSTRUCTION WASTE (Studi Kasus


: Proyek Pembuatan Gedung PKP-PK di Bandara I Gusti Ngurah Rai)

Luh Eta Gandhi Mirayudia1), Ida Bagus Putu Bintana 2), dan I G A Putu Dewi
Paramita3)
1
JurusanTeknik Sipil Program Studi Manajemen Proyek Konstruksi, Politenik Negeri
Bali, J1. Raya Uluwatu No.45, Jimbaran, Kuta Selatan, Badung,Bali
Email : [email protected]
2
JurusanTeknik Sipil Program Studi Manajemen Proyek Konstruksi, Politenik Negeri
Bali, J1. Raya Uluwatu No.45, Jimbaran, Kuta Selatan, Badung,Bali
Email : [email protected]
3
JurusanTeknik Sipil Program Studi Manajemen Proyek Konstruksi, Politenik Negeri
Bali, J1. Raya Uluwatu No.45, Jimbaran, Kuta Selatan, Badung,Bali
Email : [email protected]

Abstract

The construction industry in Indonesia still faces inefficiencies in the implementation


phase. There is still a lot of waste, but it does not add value. The waste in this study
focused on nonphysical construction waste such as defects, waiting, unnecessary
inventory, inappropriate processing, unnecessary motion, excessive transportation, and
over production.
In this research, waste identification, improvement recommendations, through
observation methods, questionnaires, and borda, and total duration through the CCPM
method.
The results showed the highest waste was waiting, defects and inappropriate processing
with a value of 0.305, 0.289, 0.166. Recommended improvements are quality at the
sources, weekly work plan, six week lookahead, work standards, reducing set up time,
building long-term relationships with suppliers, implementing 5S, Lean Supply, Just-in-
time delivery, daily hunddle meeting work balancing, check list equipment, creating IK
Change workflows, scheduling, and workflow analysis. Then, from CCPM, the feeding
buffer is obtained by 3.5 days and the project buffer by 33 days. So the estimated total
duration of project completion is 158.5 days if the project buffer is consumed in its
entirety.

Keywords: Lean construction, waste, critical chain project management

Abstrak

Industri konstruksi di Indonesia masih menghadapi permasalahan ketidakefisienan dalam


tahap pelaksanaan. Masih banyak pemborosan (waste) namun tidak menambah nilai
(value). Waste pada penelitian ini terfokus kepada nonphysical construction waste seperti
cacat, menunggu, persediaan yang tidak perlu, proses yang tidak tepat, gerakan yang tidak
perlu, transportasi berlebih, dan produksi berlebih.
Pada penelitian ini dilakukan identifikasi waste, rekomendasi perbaikan, melalui metode
observasi, kuesioner, dan borda serta durasi total melalui metode CCPM.
Hasil penelitian menujukkan waste tertinggi yaitu waiting, defect dan inappropriate
processing dengan nilai sebesar 0.305, 0.289, 0.166. Perbaikan yang direkomendasikan
yakni quality at the sources, weekly work plan, six week lookahead, work standards,
mengurangi set up time reduction, membangun long term relationship dengan supplier,
menerapkan 5S, Lean Supply, Just-in-time delivery, daily hunddle meeting work
balancing, check list peralatan, membuat alur kerja IK Change, penjadwalan, workflow
analysis. Kemudian dari CCPM, didapatkan feeding buffer sebesar 2.5 hari dan project
buffer sebesar 26 hari. Sehingga estimasi durasi total penyelesaian proyek adalah 152 hari
apabila project buffer terkonsumsi secara keseluruhan.

Kata Kunci: Lean construction, waste, critical chain project management


PENDAHULUAN
Pada Industri konstruksi di Indonesia, masih menghadapi permasalahan ketidakefisienan
dalam tahap pelaksanaan proses kontruksinya. Masih banyak pemborosan (waste) berupa
kegiatan yang menggunakan sumber daya namun tidak menambah nilai (value). Waste pada
permasalahan ini terfokus kepada nonphysical construction waste atau Waste non fisik seperti
defect (cacat), waiting, Unnecessary inventory (persediaan yang tidak perlu), Inappropriate
processing (proses yang tidak tepat), Unnecessary motion (gerakan yang tidak perlu),
Excessive Transportation, dan over production (Arcia, I, 2002).
Ketidakefisienan dan pemborosan tersebut disebabkan antara lain, lemahnya perencanaan dan
pengendalian, dan metoda kerja yang tidak tepat (Arcia, I, 2002). Kejadian resiko ini tentunya
sangat berpengaruh terhadap kelancaran realisasi durasi pada proyek. Salah satu metode yang
digunakan yakni menerapkan Lean Construction. Metode ini merupakan sebuah metode dalam
mendesain sistem kerja proyek konstruksi yang dapat mengidentifikasi adanya waste
(pemborosan) sehingga segala sesuatu yang tidak menambah nilai (value), dapat diminimalisir
atau bahkan dihilangkan. Penerapan Lean Construction bertujuan untuk mengoptimalisasikan
pelaksanaan proyek konstruksi.
Selain itu ketidaksesuasian perencanaan dengan realita pelaksanaan pekerjaan, memerlukan
perencanaan penjadwalan, koordinasi dan pengawasan secara teliti. Oleh karena itu dilakukan
penelitian dengan metode Critical Chain Project Management (CCPM). CCPM merupakan
perkembangan dari metode Critical Path Management (CPM),
Dengan menggunakan metode-metode tersebut, tujuan dari sebuah proyek konstruksi, yaitu
kesuksesan yang memenuhi kriteria waktu (jadwal), biaya (anggaran), dan juga mutu (kualitas)
dapat tercapai dengan baik. Untuk itulah penulis tertarik untuk mengkaji waste yang paling
sering terjadi pada pelaksanaan proyek, perbaikan yang dapat direkomendasikan untuk
mengurangi masing-masing potensi resiko, dan durasi total yang didapatkan dari penerapan
metode CCPM pada pembangunan Gedung PKP-PK. Dengan tujuan dapat mengidentifikasi
waste yang paling sering terjadi, menganalisis rekomendasi atau perbaikan dan menghitung
durasi total penjadwalan pada proyek menggunakan metode critical chain project
management.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Pada Penelitian ini, dilakukan observasi
mengenai nonphysical construction waste pada proyek pembuatan gedung PKP-PK.
Kemudian hasil tersebut dijadikan pertimbangan dalam penyusunan kuesioner. Selanjutnya
dilakukan penyebaran kuesioner yang hasilnya dianalisis menggunakan metode borda untuk
mendapatkan waste tertinggi. Selanjutnya membuat penjadwalan menggunakan metode
critical chain project management (CCPM) untuk mendapatkan durasi total, kemudian
membandingkan penjadwalan proyek eksisting dengan penjadwalan proyek dengan
menggunakan metode critical chain project management (CCPM) yang telah dibuat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengujian Instrument Penelitian

Uji Validitas instrumen penelitian, berdasarkan hasil uji tabel 4.1 tersebut data yang dihasilkan
valid karena dilihat dari hasil signifikan (2 tailed) ke 7 intsrumen pertanyaan menghasilkan
data > 0,05. Kemudian jika berdasarkan nilai dari person correlation tiap-tiap butir pertanyaan
dibandingkan dengan r tabel, r tabel yang digunakan yakni n jumlah sampel sebanyak 30
dengan signifikansi 5% didapatkan nilai r tabel 0,361. Sehingga berdasarkan hasil uji
menggunakan SPSS tersebut didapatkan kesimpulan yakni ke 7 item pertanyaan valid karena
r hitung > dari r tabel, yang tersaji pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji Validitas

Item r hitung r tabel keterangan


P1 0.63 0.361 Valid
P2 0.576 0.361 Valid
P3 0.518 0.361 Valid
P4 0.704 0.361 Valid
P5 0.729 0.361 Valid
P6 0.538 0.361 Valid
P7 0.498 0.361 Valid

Sumber : Data primer diolah, 2021Uji Reliabilitas

Dari gambar output di bawah, diketahui bahwa nilai Alpha sebesar 0,702, Penilaian dari uji
reliabilitas dinyatakan reliabel apabila nilai dari hasil pengujian minimal reliabilitas
Cronbach’s Alpha > 0.60 maka kuesioner reliabel (Sugiyono, 2008).
Gambar 1. Hasil Uji Reliabilitas
Sumber : Data primer diolah, 2021

Identifikasi Waste
Identifikasi berdasarkan observasi
Observasi dilakukan dari pukul 09.00 – 17.00 WIB. Selama observasi kami melakukan
observasi untuk mengetahui waste yang terjadi di lapangan.

Gambar 2. kerusakan pada dinding Ground Water Tank (GWT)


Sumber : Data primer, 2020

Penentuan Critical Waste berasarkan hasil kuesioner


Tabel 3. Rekap Waste Tertinggi
No Jenis waste bobot
1 Waiting 0.305
2 Defect 0.289
3 Inappropriate processing 0.166
4 Unnecessary motion 0.070
5 Overproduction 0.070
6 Excessive transportation 0.059
7 Unnecessary inventory 0.043
Sumber : Data primer diolah, 2021

Berdasarkan hasil rekap pada tabel 3 diatas, maka didapatkan waste yang paling sering terjadi
atau waste tertinggi yaitu waiting, defect dan inappropriate processing dengan bobot yaitu
sebesar 0.305, 0.289,0.166.

Root Cause Analysis (RCA) Critical Waste

Tabel 4. Five Why Defect 's Waste


WASTE NO SUB WASTE WHY 1 WHY 2 WHY 3 WHY 4 WHY5
Tanah dasar
Kesalahan metode Kurangnya
Kerusakan padmasana yang
a). Pondasi padmasari kerja pada saat Kebocoran pipa kordinasi antar
hasil pekerjaan tidak dipadatkan
1 retak akibat pekerjaan pipa proses uji coba akibat tekanan air pelaksana gedung
akibat dengan baik tidak
hydrant (MEP) tekanan air pompa yang besar dengan pelaksana
pekerjaan lain kuat menahan
hydrant MEP
tekanan air tersebut
a). Pemasangan rangka
Kurangnya
baja mengalami defect Tidak melaksanakan Kurangnya
keterampilan
sehingga harus dilakukan SOP dengan benar pengawasan
pekerja
tindakan perbaikan
Material yang Kelalaian dalam Kurangnya Kelalaian dalam
b). Perbaikan lantai rumah
digunakan kurang pengawasan kualitas keterampilan pengawasan
pompa yang cacat
baik produk pekerja kualitas produk
Pelaksanaan
c). Perbaikan batu candi Metode Kurangnya check for
area pura kepuh pemasangan yang Material yang kurang keterampilan quality yang
kurang baik baik pekerja kurang serius.
d). Perbaikan cat kolom Material yang Kurangnya Kurangnya
dinding lantai 1 gedung digunakan kurang pengawas yang keterampilan
PKP-PK baik berpengalaman pekerja
Material yang Kurangnya Kurangnya
e). Perbaikan flashing
digunakan kurang pengawas yang keterampilan
atap gedung PKP-PK
baik berpengalaman pekerja
Kerusakan f). Perbaikan pekerjaan Material yang Kurangnya Kurangnya
2
hasil pekerjaan screed rooftop gedung digunakan kurang pengawas yang keterampilan
PKP-PK baik berpengalaman pekerja
DEFECT Kurangnya Kurangnya
g). Perapihan railing
Tenaga kerja pengawas yang keterampilan
tangga gedung PKP-PK
kurang terampil berpengalaman pekerja
h). Pekerjaan tambah Kurangnya Kurangnya
sealent kusen alumunium Tenaga kerja pengawas yang keterampilan
Sumber : Data primer diolah, 2021 gedung PKP-PK kurang terampil berpengalaman pekerja
Metode
i). Retak rambut plafon Kualitas material penyambungan
ruang stafTabel 5. kurang
FivebaikWhy Waiting’s Waste papan gypsum yang
kurang tepat
WASTE NO SUB WASTE WHY
Kurang teliti1dalam WHY 2 WHY 3
Kurangnya WHY 4 WHY5
j). Lampu tangga tidak Tenaga kerja kurang
WAITING 1 Menunggu a). Menunggu kedatangan mengerjakan
Kesalahan dalam Faktor lokasi keterampilan
Kurangnya kordinasi
berfungsi terampil
kedatangan material keramik granit tail pekerjaan
estimasi waktu pengiriman yang jauh pekerjasupplier
dengan
material atau k). Foaming panel listrik Kurang teliti dalam
pengiriman Kurangnya Material yang Metode
peralatan b). Menunggu kedatangan mengerjakan
Kesalahan dalam pengawas
Faktor yang
lokasi digunakan kurang pemasangan tidak
cacat
barang-barang elektronik pekerjaan
estimasi waktu berpengalaman
pengiriman yang jauh baik sesuai
3 Hasil pekerjaan a). HasilCCTV
seperti pekerjaan pintu Tenaga kerja
pengiriman Kurangnya SOP tidak dilakukan
tidak sesuai baret baret tidak sesuai kurang terampil pengawasan dari dengan baik/benar
c). Menunggu kedatangan Kesalahan dalam Faktor lokasi
standar dengan standar yang mandor
barang elektrikal seperti estimasi waktu pengiriman yang jauh
ditentukan
fatePeninggian
b). alarm lantai 1 yang pengiriman
Kurangnya Kurangnya kordinasi Kurangnya Tidak adanya kelalaian dalam
d). Menunggu
tidak material
sesuai standar yang Menunggu
perencanaan Lambat untukdengan pengawasan
antar pekerja Replacement briefing terhadap pengawasan
yang mengalami pergantian
ditentukan keputusan
sebelum membuat
mandor keputusan material
pelaksana pekerja mengenai kualitas produk
material
c) Penambalan beton pemilihan material
Pemadatan saat Bekisting kotor dikarenakan
Kekurangganfaktor
air
keropos pengecoran
pengganti kurang keuangan
d). sempurna
e). Pemasangan dudukan
Menunggu material Kurang
Terjadi teliti dalam Tingkat kesulitan
Keterlambatan Kurangnya
Kelalaian tenaga
dari pihak
baja yang miring mengerjakan pemasangan yang kerja yang terampil
ready mix permasalahan di pengiriman dari supplier
pekerjaan tinggi
batching plan pihak supplier
f). Menunggu material Kesalahan dalam Faktor lokasi tempat Material susah
plena VAS Controller, long estimasi waktu supplier yang jauh didapatkan
plate 12F dan duplex pengiriman
patchcord
g). Menunggu material Akibat Menunggu keputusan Alur kordinasi yang Kesalahan dalam
sunda plafond perubahan/penggan pemilihan material tidak efisien antara estimasi waktu
tian material owner dan pengiriman
kontraktor
i). Menunggu kedatangan Jadwal pengiriman Kesalahan dalam Kurangnya kordinasi
besi d19 yang tidak tepat estimasi waktu pihak yang
pengiriman bersangkutan
j). Menunggu kedatangan Jadwal pengiriman Pesalahan dalam Kurangnya kordinasi
alat berat roller yang tidak tepat estimasi waktu pihak yang
pengiriman bersangkutan

Sumber : Data primer diolah, 2021

Tabel 6. Five Why Inapropriate Processing’s Waste


WASTE NO SUB WASTE WHY 1 WHY 2 WHY 3 WHY 4 WHY5
Proses Proses pengerjaan ulang Hasil pekerjaan Akibat kesalahan Tenaga kerja kurang Tidak adanya
Inappropriate
1 pengerjaan (rework) pekerjaan tidak sesuai proses pengerjaan terampil briefing
Processing
yang tidak keramik spesifikasi pada pekerjaan
Pekerjaan ulang (rework) Kesalahan dalam Tenaga kerja kurang Kurangnya Tidak adanya Hasil pekerjaan
untuk pekerjaan proses pengukuran terampil pengawasan briefing tidak sesuai
pemasangan dinding toilet dilapangan spesifikasi
lt 2
Pekerjaan ulang (rework) Perubahan desain Penyesuaian dengan
jendela lt 1 detail pekerjaan arsitektur batu candi
sebagai finishing
dinding
Proses yang tidak sesuai Kesalahan dalam Kesalahan Kurangnya
karena kesalahan pembacaan detail memberikan instruksi pengawasan dari
pembacaan gambar detail gambar jenis terhadap pekerja pelaksana/mandor
jendela mengenai detail
Kesalahan dalam pekerjaan
Kesalahan dalam Tenaga kerja kurang Kurangnya
pengukuran bekisting membaca gambar terampil pengawasan
tangga lantai kerja

Sumber : Data primer diolah, 2021

Identifikasi Risiko
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi kejadian risiko (risk event), faktor
risiko (risk factor) dan pengaruh risiko (risk effect) yang terjadi selama pengerjaan proyek
berdasarkan tabel RCA yang telah dikerjakan sebelumnya.
Pengembangan Respon Risiko
Berdasarkan analisa alternatif kebijakan perbaikan, berikut ini merupakan salah satu
rekomendasi perbaikan untuk defect’s waste, yang tertuang pada tabel 7 berikut.
Tabel 7 Rekomendasi Perbaikan untuk Defect’s Waste
NO Risk Event Risk faktor Rekomendasi Perbaikan
1. Kurangnya kordinasi antar pelaksana gedung 1. Menerapkan Quality at The
dengan pelaksana MEP sehingga menyebabkan Sources
kerusakan pekerjaan pondasi padmasari akibat
pekerjaan MEP
2. Standar Operasional Prosedur yang telah 2. Memaksimalkan sumber daya
ditetapkan tidak dilakukan dengan baik atau yang ada dengan melakukan
Kerusakan hasil benar sehingga salah dalam metode kerja yang weekly work plan ataupun Six
1 pekerjaan akibat mempengaruhi hasil pekerjaan lainnya. Week Lookahead untuk
pekerjaan lain Contohnya tanah dasar padmasana yang tidak menanggulangi kejadian – kejadian
dipadatkan dengan baik tidak kuat menahan tak terduga.
tekanan air dari pipa hydrant
3. Kesalahan metode kerja contohnya pada saat
proses uji coba tekanan air pompa hydrant
terdapat kebocoran pipa akibat tekanan air yang
besar

Sumber : Data primer diolah, 2021

Kemudian dilakukan penjadawalan critical chain project management bertujuan untuk


menghindari masalah-masalah yang mungkin terjadi seperti student’s syndrome, parkinson
law dan keterbatasan sumber daya

Penjadwalan awal proyek


Gambar 3. Penjadwalan Eksisting Proyek
Sumber : Data primer diolah, 2021

Penjadwalan ulang menggunakan Critical Chain Project Management (CCPM)

Gambar 4. Gantt Chart Pekerjaan Setelah Dilakukan Pemotongan Durasi 50%


Sumber : Data primer diolah, 2021

Menghitung Feeding Buffer dan memasukan Buffer pada Penjadwalan CCPM


Tabel 8. Perhitungan Feeding Buffer
Durasi (Day)
Nama Item
No Optimistic (A) Most Likely (S) (S-A)/2 ((S-A)/2)2 B
1 Penyekat urinal 2.5 5 1.25 1.5625
TOTAL 1.5625 2.5
Sumber : Data primer diolah, 2021

Tabel 9. Perhitungan Project Buffer


LANTAI 2 A S (S- ((S- P
A)/2 A)/2)2
3 Dinding cubicle +pintu+kunci (tinggi 220 2 4 1 1
7 cm)
3 Kaca cermin (uk.80x150 cm)+pigora 2.5 5 1.25 1.5625
8 ky.profil
TOTAL 168.4375 2
6
Sumber : Data primer diolah, 2021
Setelah diketahui besar feeding buffer dan project buffer, langkah selanjutnya adalah
memasukkan buffer time tersebut.

Gambar 5. Alokasi Feeding Buffer


Sumber : Data primer diolah, 2021
Dari gambar 5. diatas, dapat diketahui bahwa feeding buffer ditempatkan setelah pekerjaan
penyekat urinial dan sebelum menuju ke salah satu pekerjaan kritis Kemudian langkah
selanjutnya meletakkan project buffer seperti pada gambar 6 berikut ini.

Gambar 6. Alokasi Project Buffer


Sumber : Data primer diolah, 2021

Berdasarkan gambar 6 diatas project buffer diletakkan pada akhir proyek. Panjang dari project
buffer sebesar 26 hari, sedangkan feeding buffer 2.5 hari. Dari hasil penjadwalan menggunakan
metode CCPM, didapatkan waktu penyelesaian proyek sebesar 152 hari apabila project buffer
terkonsumsi secara keseluruhan.

Analisa Perhitungan Zona Konsumsi Project Buffer


Tabel 10. Zona konsumsi project buffer
Zona Pemakaian Buffer Project Buffer Durasi yang telah terpakai
0-33% 26 0-8 hari

34-66% 26 9-17 hari


67-100% 26 18-26 hari
Sumber : Data primer diolah, 2021
KESIMPULAN
Simpulan yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Waste yang paling sering terjadi pada proyek pembuatan Gedung PKP-PK adalah
waiting, defect dan inappropriate processing, dengan nilai yakni waiting sebesar 0.305, defect
sebesar 0.289 dan inappropriate processing sebesar 0.166.
2. Perbaikan yang dapat direkomendasikan untuk mengurangi masing-masing potensi
resiko yang terjadi yakni dengan membangun kualitas sejak awal (quality at the sources),
menerapkan rencana kerja mingguan (weekly work plan), menerapkan rapat perencanaan yang
ingin dicapai selama enam minggu kedepan (six week lookahead), merencanakan second plan
sebagai antisipasi jika first plan mengalami hambatan, menekankan standar pekerjaan,
melakukan tindakan pengawasan serta arahan (briefing) mengenai SOP, mengurangi waktu
persiapan (set up time reduction), memberikan arahan sebelum memulai pekerjaan (daily
huddle meeting), melakukan penekanan kontrak dan penjelasan kosekuensi perubahan desain,
membangun relasi (long term relationship) dengan supplier, melakukan survei material
cadangan/alternatif yang memenuhi spesifikasi, menerapkan lean supply/ logistics (teknik
mengatur, mengkoordinasikan, dan mengintegrasikan aliran material dengan aliran informasi),
menerapkan just-in-time delivery (pengiriman yang tepat waktu), membentuk kesepakatan
perjanjian bersama antar kontraktor dan owner dengan membuat alur kerja yang disebut IK
change, lebih melibatkan kontraktor pelaksana dalam perencanaan, membuat penjadwalan,
melakukan controlling, menerapkan 5S ( sort, straighten, shine, standardize, sustain), just-in-
time delivery (pengiriman yang tepat waktu), menerapkan check list peralatan, menerapkan
work/resource balancing (keseimbangan jumlah pekerja, peralatan, dan material), membuat
workflow analysis (analisis alur kerja).
3. Dari hasil penjadwalan menggunakan metode CCPM, didapatkan waktu penyangga
yakni feeding buffer sebesar 2.5 hari dan project buffer sebesar 26 hari. Sehingga estimasi
durasi total penyelesaian proyek adalah 152 hari apabila project buffer terkonsumsi secara
keseluruhan.
1. SARAN
2. Berdasarkan hasil penelitian pada proyek Pembuatan Gedung PKP-PK, maka dapat
diberikan saran sebagai berikut :
1. Waste yang terjadi pada Proyek Pembuatan Gedung PKP-PK tidak dapat sepenuhnya
dihindari namun dapat diminimalisasi dengan menerapkan Lean Construction yang tertuang
pada daftar rekomendasi perbaikan yangmana Lean Construction perlu disosialisasikan,
diadakan pelatihan agar semua elemen pelaksanaan proyek konstruksi dapat memahami serta
mengoptimalkan penerapannya di lapangan.
2. Dalam penerapan Critical Chain Project Management yang memampatkan durasi
pekerjaan untuk menghidari adanya multitasking (menghentikan pekerjaan yang belum selesai
untuk mengerjakan pekerjaan lain), student syndrome (penyelesaian pekerjaan mendekati batas
akhir), dan parkinson’s law (mengadakan pekerjaan kurang penting untuk mengisi waktu)
perlu adanya pengawasan yang ketat dalam proses pelaksanaanya agar sistem ini dapat benar-
benar terealisasikan.
3. Bagi penelitian selanjutnya dapat dikembangkan sampai pada aspek perhitungan
dampaknya terhadap biaya pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA
Arcia, I. (2002). Penerapan Metode Lean Construction dan Penjadwalan Critical Chain
Project Management Dalam Pembangunan Proyek Konstruksi Gedung Universitas Widya
Mandala (UWM) Surabaya (Studi kasus PT. PP Persero Tbk).
Sugiyono. (2008). Statistika Untuk Penelitian. 147.

You might also like