Artikel
Artikel
Artikel
Fitria Anggrahini 1)
Fadjar Harimurti 2)
Dewi Saptantinah Puji Astuti 3)
1, 2, 3)
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta
e-mail: 1) [email protected]
ABSTRACT
Tax evasion in Indonesia is still a lot, such as reporting smaller sales, inflating
company costs at a fictionalized cost. The purpose of this research is to analyze the
significance of the influence of taxation system, discrimination, technology and
information on taxation and justice to the ethical perception of tax evasion in
accounting students Faculty of Private college economics In Surakarta This research
took samples of 118 respondents from 1,160 accounting students of the Faculty of
Economics of Private universities in Surakarta who have been attending a tax
practice course. Data collection methods used: questionnaires and documentation.
Technical analysis of data used for validity tests, reliability tests, classical
assumption tests, and multiple linear regression analyses. The results of the
significance testing of the taxation system against tax evasion significantly negatively
affect. Technology testing and taxation information negatively affect tax evasion, and
the testing of the influence of justice gained significant negative results against tax
evasion. As for discrimination, the results of significant positive effect on tax evasion
are obtained.
PENDAHULUAN
Pendapatan negara sangat dipengaruhi oleh besarnya penerimaan pajak, pada APBN 2012
penerimaan pajak mencapai angka 70% dan terus meningkat hingga 85% dari total pendapatan
negara dalam APBN 2017 (kemenkeu.go.id), namun bila diteliti lebih jauh lagi diketahui bahwa
kinerja penerimaan pajak belum mencapai target yang telah ditentukan. Berdasarkan Laporan
Kinerja (LAKIN) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tahun 2017 persentase capaian penerimaan
pajak adalah 89,68% lebih baik dibandingkan persentase capaian periode pada tahun 2016 yaitu
81,60%. Perbaikan selalu dilakukan oleh DJP agar penerimaan pajak ini bisa mencapai 100%
sehingga dapat meminimalkan defisit anggaran dalam APBN.
Kinerja penerimaan pajak ini berhubungan dengan besarnya jumlah wajib pajak yang
melaksanakan kewajiban perpajakannya dimana semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak,
diharapkan tingkat penerimaan pajak juga tinggi. Fenomena kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia
dapat diamati dengan mudah salah satunya dalam Siaran Pers yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) yang menyatakan bahwa pada tahun 2017 sejumlah 12,05 juta Wajib Pajak
menyampaikan SPT dari total 16,6 juta Wajib Pajak yang wajib menyampaikan SPT
(www.pajak.go.id). Hal ini berarti sebesar 72,6%
74 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 16 No. 1 Maret 2020: 74 – 88
Wajib Pajak sudah mematuhi kewajiban perpajakannya. Namun, yang menjadi sorotan
adalah 23,4% Wajib Pajak lain belum mematuhi kewajiban perpajakannya. Ketidakpatuhan
Wajib Pajak ini mempengaruhi pada penerimaan perpajakan yang secara otomatis juga
berdampak pada pendapatan negara yang berujung pada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan
negara. Ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dipengaruhi
oleh berbagai faktor salah satunya adalah praktek penggelapan pajak (tax evasion).
Penggelapan pajak (tax evasion) merupakan usaha meringankan beban pajak dengan cara
melanggar undang-undang (Mardiasmo, 2016: 11). Menurut Reskino (2014), latar belakang
tindakan penggelapan pajak (tax evasion) biasanya disebabkan oleh persepsi bahwa pajak adalah
suatu beban yang akan mengurangi kemampuan ekonomis seseorang. Masyarakat mempunyai
alasan untuk mengelak atau mendukung tindakan penggelapan pajak (tax evasion) atas dasar
landasan moral. Mengkaji penggelapan pajak (tax evasion) dari segi moralitas adalah hal yang
sedikit sensitif namun penting untuk diketahui.
Penggelapan pajak di Indonesia masih banyak dilakukan. Contoh kasus penggelapan
pajak: (1) Melaporkan penjualan lebih kecil dari yang seharusnya, (2) Menggelembungkan
biaya perusahaan dengan membebankan biaya fiktif, (3) Transaksi export fiktif, dan (4)
Pemalsuan dokumen keuangan perusahaan. Dalam ketentuan perpajakan, masih terdapat
berbagai celah (loophole) yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan agar jumlah pajak yang
dibayar oleh perusahaan minimum secara keseluruhan.
Salah satu kasus yang sempat ramai di Indonesia dalam berita adalah kasus Gayus
Tambunan (PNS golongan IIIA, Direktorat Jendral Pajak, Kementrian Keuangan). Kasus
penggelapan pajak yang dilakukan Gayus dapat memunculkan pemikiran negatif tentang pajak.
Saat ini, kepercayaan wajib pajak terhadap petugas pajak mulai menurun yang disebabkan
karena uang atas pembayaran pajak yang dikeluarkan oleh wajib pajak ternyata disalahgunakan
oleh petugas pajak yang mana uang tersebut malah masuk ke tabungan pribadi petugas pajak
(Silaen, 2015). Gayus terlibat tiga pasal berlapis, yaitu korupsi, pencucian uang, dan
penggelapan pajak. Tindakan Gayus yang menerima uang suap dari perusahaan atau wajib pajak
memberi pengaruh negatif kepada sebagian wajib pajak untuk membayar pajak.
Penelitian mengenai penggelapan pajak yang dilakukan oleh Widodo dan Utami (2015),
meneliti persepsi mahasiswa akuntansi dan hukum terhadap etika penggelapan pajak. Hasilnya
adalah mahasiwa hukum lebih menentang penggelapan pajak daripada mahasiswa akuntansi.
Mahasiswa hukum mempunyai persepsi tidak pernah etis dan kadang-kadang etis, sedangkan
mahasiswa akuntansi mempunyai persepsi kadang-kadang etis terhadap penggelapan pajak (tax
evasion). Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi penggelapan pajak diantaranya adalah
sistem perpajakan, diskriminasi, teknologi dan informasi perpajakan serta keadilan.
Sistem perpajakan merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang merupakan
perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-
sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan penyelenggaraan
negara dan pembangunan nasional. Wajib pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan
kegotongroyongan nasional melalui menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan
sendiri besarnya pajak terutang (self assessment), sehingga melalui sistem ini administrasi
perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan lebih rapi, terkendali, sederhana, dan mudah
dipahami oleh anggota masyarakat atau wajib pajak (Silaen, 2015: 4). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Indriyani (2016) menemukan bahwa sistem perpajakan negatif berpengaruh
terhadap etika penggelapan pajak (tax evasion). Sistem perpajakan yang berjalan dengan baik
akan meningkatkan etika bagi wajib pajak sehingga penggelapan pajak akan berkurang.
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi persepsi etika penggelapan pajak adalah
diskriminasi. “Diskriminasi adalah perbedaan perlakuan yang terjadi terjadi perorangan atau
kelompok yang didasarkan pada perbedaan agama, ras, etnik, budaya, jenis kelamin, bahasa dan
aspek kehidupan yang lain” (Silaen, 2015: 5). Diskriminasi perpajakan dapat berupa peraturan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa … (Fitria A., Fadjar H., & Dewi SPA.) 75
perpajakan yang tidak adil, dalam artian peraturan tersebut menguntungkan pihak-pihak
tertentu, ataupun diskriminasi dari segi perlakuan terhadap seluruh wajib pajak. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Putu Sariani (2016) menemukan bahwa diskriminasi
berpengaruh positif terhadap etika penggelapan pajak (tax evasion), jika semakin tinggi tingkat
diskriminasi maka wajib pajak semakin tidak beretika sehingga penggelapan pajak akan
meningkat.
Penerapan teknologi dan informasi perpajakan dalam layanan perpajakan yang dilakukan
pemerintah saat ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan, sehingga diharapkan
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak terhutangnya meningkat dikarenakan
dipermudahkannya cara pembayaran dan pelaporan pajak. Penggunaan teknologi dan infomasi
di bidang perpajakan, waktu yang dibutuhkan seorang wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
pajaknya semakin efektif dan efesien. Wajib pajak yang semakin dipermudahkan dengan
fasilitas yang diberikan, diharapkan wajib pajak dapat memenuhi kewajibannya dan dapat
menghindari tindakan penggelapan pajak (tax evasion). Kiswanto (2014) dalam penelitiannya
menemukan bahwa teknologi dan informasi perpajakan berpengaruh negatif signifikan terhadap
etika penggelapan pajak (tax evasion). Penerapan teknologi dan informasi perpajakan yang
semakin baik, maka wajib pajak akan semakin beretika, sehingga semakin rendah tingkat upaya
penggelapan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak.
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi persepsi etika penggelapan pajak adalah keadilan.
Teori Keadilan dalam penelitian ini berperan sebagai teori yang melihat apakah sistem pajak
yang ada dalam suatu negara sudah berjalan sesuai dengan hukum dan standar yang sudah
memenuhi kriteria adil atau belum. Keadilan dalam konteks perpajakan mengacu pada
pertukaran antara pembayar pajak dengan pemerintah, yaitu apa yang wajib pajak terima dari
pemerintah atas sejumlah pajak yang telah dibayar (Tumewu, 2018: 38). Aspek keadilan pajak
menurut Waluyo (2013: 26) dibagi dua yaitu: pertama, benefit principle dimana setiap wajib
pajak harus membayar pajak sejalan dengan manfaat yang dinikmatinya dari pemerintah. Kedua
adalah ability principle yang berarti setiap wajib pajak membayar kewajiban pajaknya sesuai
dengan dasar kemampuan membayar. Hasil penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian Tumewu
(2018) menyimpulkan bahwa variabel keadilan dalam perpajakan tidak berpengaruh kepada
persepsi mahasiswa terhadap penggelapan pajak.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Susliyanti (2016) yang
meneliti mengenai: “Persepsi Mengenai Etika Atas Penggelapan Pajak (Tax Evasion) (Studi
pada Mahasiswa Program S1 Akuntansi yang Ada di Yogyakarta)”. Hasil penelitian diperoleh
kesimpulan bahwa keadilan tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi etika penggelapan
pajak sedangkan sistem perpajakan dan diskriminasi berpengaruh signifikan terhadap persepsi
etika penggelapan pajak.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Susliyanti (2016) yaitu
menambahkan variabel independen teknologi dan informasi perpajakan serta lokasi dan objek
penelitian yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Susliyanti (2016) objek penelitiannya
adalah mahasiswa akuntansi yang berasal dari perguruan tinggi agama dan perguruan tinggi umum
(bukan berbasis agama) yang ada di Yogyakarta, sedangkan dalam penelitian ini objeknya adalah
Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Perguruan tinggi Swasta di Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis signifikansi pengaruh sistem perpajakan,
diskriminasi, teknologi dan informasi perpajakan dan keadilan terhadap persepsi etika
penggelapan pajak pada Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi Swasta di
Surakarta.
76 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 16 No. 1 Maret 2020: 74 – 88
Sistem Perpajakan
(X1)
(+)
Diskriminasi
(X2)
(-)
Persepsi Etika
Teknologi dan (+) Penggelapan Pajak
Informasi Perpajakan (Y)
(X3) (+)
Keadilan
(X4)
Dari skema kerangka pemikiran di atas, terlihat bahwa terdapat dua variabel, yaitu:
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, yang termasuk variabel
bebas adalah sistem perpajakan, diskriminasi, teknologi dan informasi perpajakan dan
keadilan.
2. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, dalam hal ini adalah
persepsi etika penggelapan pajak.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa … (Fitria A., Fadjar H., & Dewi SPA.) 77
H1: Ada pengaruh yang negatif signifikan sistem perpajakan terhadap persepsi etika
penggelapan pajak pada Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi
Swasta di Surakarta.
78 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 16 No. 1 Maret 2020: 74 – 88
4. Pengaruh Keadilan terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak
Keadilan dalam konteks perpajakan mengacu pada pertukaran antara pembayar pajak
dengan pemerintah, yaitu apa yang wajib pajak terima dari pemerintah atas sejumlah pajak
yang telah dibayar. Jika wajib pajak tidak setuju dengan kebijakan belanja pemerintah, atau
mereka merasa tidak mendapatkan pertukaran yang adil dari pemerintah untuk pembayaran
pajak mereka, maka mereka akan merasa tertekan dan mengubah pandangan mereka atas
keadilan pajak sehingga berakibat pada perilaku mereka, yaitu mereka akan melaporkan
pendapatan mereka kurang dari apa yang seharusnya menjadi beban pajak mereka (Tumewu,
2018: 38). Aspek keadilan pajak menurut Waluyo (2013: 26) dibagi dua yaitu: pertama,
benefit principle dimana setiap wajib pajak harus membayar pajak sejalan dengan manfaat
yang dinikmatinya dari pemerintah. Kedua adalah ability principle yang berarti setiap wajib
pajak membayar kewajiban pajaknya sesuai dengan dasar kemampuan membayar.
Hasil penelitian yang dilakukan Tumewu (2018) menyimpulkan bahwa variabel
keadilan dalam perpajakan tidak berpengaruh kepada persepsi mahasiswa terhadap
penggelapan pajak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suminarsasi dan Supriyadi (2011)
menunjukan adanya pengaruh signifikan keadilan terhadap persepsi etis Wajib Pajak
mengenai etika penggelapan pajak. Berdasarkan penjelasan di atas maka hipotesis yang
diajukan adalah:
H4: Ada pengaruh yang negatif signifikan keadilan terhadap persepsi etika penggelapan
pajak pada Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi Swasta di
Surakarta.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survey, jenis data yang digunakan adalah data
kualitatif dan data kuantitatif, sumber data yang digunakan data primer dan data sekunder.
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 118 responden dari 1.160 mahasiswa akuntansi
Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi Swasta se Surakarta yang sudah menempuh mata kuliah
praktek perpajakan. Metode pengumpulan data yang digunakan : kuesioner dan dokumentasi.
Definisi operasional variabel dan pengukurannya adalah sebagai berikut:
1. Sistem Perpajakan
Sistem perpajakan adalah prosedur yang memudahkan Wajib Pajak dalam melakukan
perhitungan, pembayaran, dan penyetorkan pajaknya serta sosialisasi atau penyuluhan yang
baik dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengenai akses penyetoran pajak. Indikator yang
digunakan dalam mengukur variabel ini menggunakan indikator yang telah dikembangkan
oleh Paramita dan Budiasih (2016), yaitu:
a. Pendaftaran NPWP melalui website pajak
b. Penyetoran pajak yang mudah, aman dan terpercaya.
c. Pelaporan pajak melalui sistem perpajakan yang mudah, cepat dan aman.
d. Wajib pajak dalam menghitung pajak menggunakan self assessment system.
e. Sistem perpajakan yang mudah dan efisien.
Variabel ini menggunakan 5 item pernyataan dan dinilai menggunakan skala likert 1
sampai dengan 5, poin 1 (satu) menyatakan sangat tidak setuju (STS) sedangkan poin 5
(lima) menyatakan sangat setuju (SS). Berdasarkan jawaban responden, poin 1 (satu)
menunjukkan bahwa sistem perpajakan sangat rendah dan poin 5 (lima) menunjukkan bahwa
sistem perpajakan sangat tinggi.
2. Diskriminasi
Diskriminasi dalam perpajakan adalah kondisi dimana pemerintah memberikan
pelayanan perpajakan yang tidak seimbang terhadap Wajib Pajak. Indikator yang digunakan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa … (Fitria A., Fadjar H., & Dewi SPA.) 79
dalam mengukur variabel ini menggunakan indikator yang telah dikembangkan oleh Silaen
(2015), yaitu:
a. Pendeskriminasian terhadap besar atau kecilnya pajak terutang.
b. Wajib pajak merasa mendapat pendeskriminasi penegakan hukum pajak.
c. Pelayanan oleh fiskus pajak yang membeda-bedakan kepada wajib pajak.
d. Pengurangan pajak melalui program zakat.
Variabel ini menggunakan 5 item pernyataan dan dinilai menggunakan skala likert 1
sampai dengan 5, poin 1 (satu) menyatakan sangat tidak setuju (STS) sedangkan poin 5
(lima) menyatakan sangat setuju (SS). Berdasarkan jawaban responden, poin 1 (satu)
menunjukkan bahwa diskriminasi sangat rendah dan poin 5 (lima) menunjukkan bahwa
diskriminasi sangat tinggi.
4. Keadilan
Keadilan dalam perpajakan berkaitan dengan persepsi mahasiswa mengenai prosedur,
kebijakan dan peraturan perpajakan yang diterapkan oleh sistem perpajakan Indonesia dirasa
sudah adil perlakuannya. Indikator yang digunakan dalam mengukur variabel ini,
menggunakan indikator yang telah dikembangkan oleh Paramita & Budiasih (2016), yaitu:
a. Prinsip manfaat dan penggunaan uang yang bersumber dari pajak
b. Keadilan horizontal dan keadilan vertikal dalam pemungutan pajak
c. Keadilan dalam penyusunan Undang-Undang pajak
d. Keadilan dalam penerapan ketentuan perpajakan
Variabel ini menggunakan 5 item pernyataan dan dinilai menggunakan skala likert 1
sampai dengan 5, poin 1 (satu) menyatakan sangat tidak setuju (STS) sedangkan poin 5
(lima) menyatakan sangat setuju (SS). Berdasarkan jawaban responden, poin 1 (satu)
menunjukkan bahwa keadilan pajak sangat rendah dan poin 5 (lima) menunjukkan bahwa
keadilan pajak sangat tinggi.
80 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 16 No. 1 Maret 2020: 74 – 88
a. Penerapan tarif pajak yang tinggi dan tidak ada kerjasama yang baik antara fiskus dan
Wajib Pajak
b. Lemahnya pelaksanaan hukum pajak dan terdapat peluang Wajib Pajak dalam
melakukan penggelapan pajak
c. Intergritas atau mentalitas aparatur perpajakan/fiskus dan penjabat pemerintah yang
buruk
d. Pendiskriminasian terhadap perlakuan pajak
Variabel ini menggunakan 5 item pernyataan dan dinilai menggunakan skala likert 1
sampai dengan 5, poin 1 (satu) menyatakan sangat tidak setuju (STS) sedangkan poin 5
(lima) menyatakan sangat setuju (SS). Berdasarkan jawaban responden, poin 1 (satu)
menunjukkan bahwa penggelapan pajak dipandang tidak pernah etis dan poin 5 (lima)
menunjukkan bahwa penggelapan pajak dipandang selalu etis.
Penelitian ini menggunakan data yang bersumber dari data primer, yaitu data yang
diperoleh secara langsung dari responden melalui jawaban kuesioner. Teknik pengumpulan data
menggunakan skala Likert lima poin yaitu: mulai dari Sangat Setuju (SS = 5); Setuju (S = 4);
Netral (N = 3); Tidak Setuju (TS = 2) dan Sangat Tidak Setuju (STS = 1). Pengujian validitas
instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Pearson, kriteria pengujiannya
menggunakan tingkat signifikansi α = 0,05. Butir intrumen dinyatakan valid jika menghasilkan
p value < 0,05. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Cronbach Alpha, dengan kriteria
pengujian apabila Cronbach Alpha > 0,60 dinyatakan reliabel, sebaliknya Cronbach Alpha <
0,60 tidak reliabel. Teknik analisis data menggunakan:
1. Uji Asumsi Klasik
Uji multikolinearitas bertujuan mendeteksi adanya multikolinearitas dengan melihat
nilai tolerance dan Varians Inflation Factor (VIF) yang dilakukan dengan bantuan komputer
program SPSS. Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Run bertujuan untuk melihat apakah
data residual terjadi secara random atau tidak. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji
Glejser, yaitu dengan cara meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Uji
normalitas atas residual dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov melalui alat bantu
komputer program SPSS 21.
2. Pengujian Hipotesis
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda, uji t, uji F
dan koefisien determinasi.
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Resonden
Adapun karakteristik responden yang dijadikan sampel penelitian ditunjukkan pada tabel 1
sebagai berikut:
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa … (Fitria A., Fadjar H., & Dewi SPA.) 81
2. Hasil Uji Kualitas Instrumen
Hasil uji validitas instrumen mengenai variabel integritas, pengetahuan perpajakan,
kesadaran wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak ditunjukkan pada tabel 2 sebagai berikut:
Hasil uji validitas mengenai variabel yaitu sistem perpajakan sebanyak 5 item
kuesioner dinyatakan valid karena p-value < 0,05, diskriminasi sebanyak 5 item kuesioner
dinyatakan valid karena p-value < 0,05, teknologi dan informasi perpajakan sebanyak 5
item kuesioner dinyatakan valid karena p-value < 0,05, keadilan sebanyak 5 item kuesioner
dinyatakan valid karena p-value < 0,05 dan persepsi etika penggelapan pajak sebanyak 5
item kuesioner dinyatakan valid karena p-value < 0,05.
Hasil uji reliabilitas mengenai variabel sistem perpajakan sebesar 0,862, diskriminasi
sebesar 0,800, teknologi dan informasi perpajakan sebesar 0,744, keadilan sebesar 0,839
menunjukkan nilai yang reliabel karena nilai Cronbach’s alpha > 0,60 dan persepsi etika
penggelapan pajak sebesar 0,714 menunjukkan nilai yang reliabel karena nilai Cronbach’s
alpha > 0,60.
82 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 16 No. 1 Maret 2020: 74 – 88
Tabel 3. Hasil Uji Asumsi Klasik
Variabel B t Sig.
(Constant) 31,884 14,235 0,000
Sistem perpajakan -0,366 -6,523 0,000
Diskriminasi 0,419 7,386 0,000
TI perpajakan -0,309 -4,924 0,000
Keadilan -0,253 -4,651 0,000
F-hitung = 45,393 0,000
Adjusted R Square = 0,603
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diperoleh persamaan garis regresinya
sebagai berikut:
Y = 31,884 - 0,366X1 + 0,419X2 - 0,309X3 - 0,253X4
Interpretasi dari persamaan regresi tersebut adalah:
a : 31,884 artinya jika sistem perpajakan (X1), diskriminasi (X2), teknologi dan informasi
perpajakan (X3) dan keadilan (X4) sama dengan nol, maka persepsi etika penggelapan
pajak (Y) adalah positif.
b1 : -0,366 artinya pengaruh variabel sistem perpajakan (X1) terhadap persepsi etika
penggelapan pajak (Y) negatif, artinya apabila sistem perpajakan meningkat, maka
dapat menurunkan persepsi etika penggelapan pajak (Y), dengan asumsi variabel
diskriminasi (X2) dan teknologi dan informasi perpajakan (X3), dan keadilan (X4)
dianggap tetap.
b2 : 0,419 artinya pengaruh variabel diskriminasi (X2) terhadap persepsi etika penggelapan
pajak (Y) positif, artinya apabila diskriminasi meningkat, maka dapat meningkatkan
persepsi etika penggelapan pajak (Y), dengan asumsi variabel sistem perpajakan (X1),
teknologi dan informasi perpajakan (X3) dan keadilan (X4) dianggap tetap.
b3 : -0,309 artinya pengaruh variabel teknologi dan informasi perpajakan (X3) terhadap
persepsi etika penggelapan pajak (Y) negatif, artinya apabila teknologi dan informasi
perpajakan meningkat maka dapat menurunkan persepsi etika penggelapan pajak (Y),
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa … (Fitria A., Fadjar H., & Dewi SPA.) 83
dengan asumsi variabel sistem perpajakan (X1), diskriminasi (X2) dan keadilan (X4)
dianggap tetap.
b4 : -0,253 artinya pengaruh variabel keadilan (X3) terhadap persepsi etika penggelapan
pajak (Y) negatif, artinya apabila keadilan meningkat maka dapat menurunkan persepsi
etika penggelapan pajak (Y), dengan asumsi variabel sistem perpajakan (X1),
diskriminasi (X2) dan teknologi dan informasi perpajakan (X3) dianggap tetap.
Berdasarkan hasil analisis, maka variabel yang dominan pengaruhnya terhadap persepsi
etika penggelapan pajak adalah variabel diskriminasi (X2), karena nilai koefisien regresi
paling besar yaitu 0,419 di antara koefisien regresi variabel bebas yang lain (sistem
perpajakan (X1) sebesar -0,366, teknologi dan informasi perpajakan (X3) sebesar -0,309 dan
keadilan (X4) sebesar -0,253.
5. Uji t
a. Pengujian signifikansi pengaruh sistem perpajakan (X1) terhadap persepsi etika
penggelapan pajak (Y) diperoleh nilai t hitung sebesar -6,523 dengan p-value sebesar
0,000 < 0,05 maka Ho ditolak berarti ada pengaruh yang negatif signifikan sistem
perpajakan (X1) terhadap persepsi etika penggelapan pajak (Y). Sehingga hipotesis ke-1
yang berbunyi: “Ada pengaruh yang negatif signifikan sistem perpajakan terhadap
persepsi etika penggelapan pajak pada mahasiswa akuntansi Fakultas Ekonomi
Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta”, terbukti kebenarannya.
b. Pengujian signifikansi pengaruh diskriminasi (X2) terhadap persepsi etika penggelapan
pajak (Y) diperoleh nilai t hitung sebesar 7,386 dengan p-value sebesar 0,000 < 0,05
maka Ho ditolak berarti ada pengaruh yang positif signifikan diskriminasi (X2) terhadap
persepsi etika penggelapan pajak (Y). Sehingga hipotesis ke-2 yang berbunyi: “Ada
pengaruh yang positif signifikan diskriminasi terhadap persepsi etika penggelapan pajak
pada mahasiswa akuntansi Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta”,
terbukti kebenarannya.
c. Pengujian signifikansi pengaruh teknologi dan informasi perpajakan (X3) terhadap
persepsi etika penggelapan pajak (Y) diperoleh nilai t hitung sebesar -4,924 dengan p-
value sebesar 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak berarti ada pengaruh yang negatif signifikan
teknologi dan informasi perpajakan (X3) terhadap persepsi etika penggelapan pajak (Y).
Sehingga hipotesis ke-3 yang berbunyi: “Ada pengaruh yang negatif signifikan teknologi
dan informasi perpajakan terhadap persepsi etika penggelapan pajak pada mahasiswa
akuntansi Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta”, terbukti
kebenarannya.
d. Pengujian signifikansi pengaruh keadilan (X4) terhadap persepsi etika penggelapan pajak
(Y) diperoleh nilai t hitung sebesar -4,651 dengan p-value sebesar 0,000 < 0,05 maka Ho
ditolak berarti ada pengaruh yang negatif signifikan Keadilan (X4) terhadap persepsi
etika penggelapan pajak (Y). Sehingga hipotesis ke-4 yang berbunyi: “Ada pengaruh
yang negatif signifikan Keadilan terhadap persepsi etika penggelapan pajak pada
mahasiswa akuntansi Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta”, terbukti
kebenarannya.
6. Uji F
Hasil analisis diperoleh F hitung sebesar 45,393 dengan p-value sebesar 0,000 < 0,05
maka Ho ditolak berarti ada pengaruh yang signifikan variabel bebas yaitu sistem
perpajakan (X1), diskriminasi (X2), teknologi dan informasi perpajakan (X3) dan keadilan
(X4) secara simultan terhadap variabel terikat yaitu persepsi etika penggelapan pajak (Y)
pada mahasiswa akuntansi Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta.
84 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 16 No. 1 Maret 2020: 74 – 88
7. Koefisien Determinasi
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Adjusted R Square = 0,603 berarti diketahui
bahwa pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas yaitu sistem perpajakan (X1),
diskriminasi (X2), teknologi dan informasi perpajakan (X3) dan keadilan (X4) terhadap
variabel terikat yaitu persepsi etika penggelapan pajak (Y) pada mahasiswa akuntansi
Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta sebesar 60,3% sedangkan sisanya
(100%-60,3%) = 39,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel yang diteliti.
PEMBAHASAN
1. Pengaruh Sistem Perpajakan terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak
Hasil analisis diperoleh nilai t hitung sebesar -6,523 dengan p-value sebesar 0,000 <
0,05 maka Ho ditolak berarti ada pengaruh yang negatif signifikan sistem perpajakan (X1)
terhadap persepsi etika penggelapan pajak (Y). Sehingga hipotesis ke-1 yang berbunyi: “Ada
pengaruh yang negatif signifikan sistem perpajakan terhadap persepsi etika penggelapan
pajak pada mahasiswa akuntansi Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta”,
terbukti kebenarannya.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem perpajakan berpengaruh
negatif signifikan terhadap persepsi etika penggelapan pajak pada mahasiswa akuntansi
Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta, artinya apabila sistem perpajakan
dilaksanakan dengan baik, maka dapat menurunkan persepsi mahasiswa mengenai etika
penggelapan pajak. Sistem perpajakan merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang
merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung
dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan
penyelenggaraan negara dan pembangunan nasional. Wajib pajak diberi kepercayaan untuk
melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak terutang (self assessment), sehingga
melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan lebih rapi,
terkendali, sederhana, dan mudah dipahami oleh anggota masyarakat atau wajib pajak
(Silaen, 2015: 4).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Silaen (2015)
menemukan bahwa sistem perpajakan berpengaruh negatif signifikan terhadap etika
penggelapan pajak (tax evasion). Sistem perpajakan yang berjalan dengan baik akan
meningkatkan etika bagi wajib pajak sehingga penggelapan pajak akan berkurang. Hasil
penelitian yang sama dilakukan oleh Mujiyati (2017) yang menyatakan bahwa sistem
perpajakan berpengaruh negatif signifikan terhadap etika penggelapan pajak. Hasil
penelitian Indriyani (2016) menyatakan bahwa sistem perpajakan berpengaruh negatif
signifikan terhadap etika penggelapan pajak.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa … (Fitria A., Fadjar H., & Dewi SPA.) 85
persepsi mahasiswa mengenai etika penggelapan pajak. Diskriminasi adalah perbedaan
perlakuan yang terjadi terjadi perorangan atau kelompok yang didasarkan pada perbedaan
agama, ras, etnik, budaya, jenis kelamin, bahasa dan aspek kehidupan yang lain (Silaen,
2015: 5). Diskriminasi perpajakan dapat berupa peraturan perpajakan yang tidak adil, dalam
artian peraturan tersebut menguntungkan pihak-pihak tertentu, ataupun diskriminasi dari
segi perlakuan terhadap seluruh wajib pajak, karena secara psikologis masyarakat merasakan
pajak sebagai beban, maka tentunya masyarakat memerlukan suatu kepastian bahwa mereka
mendapatkan perlakuan yang adil dalam pengenaan pungutan pajak oleh negara.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Silaen (2015)
menemukan bahwa diskriminasi berpengaruh positif signifikan terhadap etika penggelapan
pajak (tax evasion), jika semakin tinggi tingkat diskriminasi maka wajib pajak semakin tidak
beretika sehingga penggelapan pajak akan meningkat. Hasil penelitian yang sama dilakukan
oleh Susliyanti (2016) yang menyatakan bahwa diskriminasi berpengaruh positif signifikan
terhadap etika penggelapan pajak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tumewu (2018),
Mujiyati (2017) dan Indriyani (2016) juga menyimpulkan bahwa diskriminasi berpengaruh
positif signifikan terhadap etika penggelapan pajak.
86 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 16 No. 1 Maret 2020: 74 – 88
persepsi etika penggelapan pajak (Y). Sehingga hipotesis ke-4 yang berbunyi: “Ada
pengaruh yang negatif signifikan keadilan terhadap persepsi etika penggelapan pajak pada
mahasiswa akuntansi Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta”, terbukti
kebenarannya.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keadilan berpengaruh negatif
signifikan terhadap persepsi etika penggelapan pajak pada mahasiswa akuntansi Fakultas
Ekonomi Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta, artinya apabila keadilan yang diterapkan
oleh fiskus pajak meningkat, maka dapat menurunkan persepsi mahasiswa mengenai etika
penggelapan pajak. Keadilan dalam konteks perpajakan mengacu pada pertukaran antara
pembayar pajak dengan pemerintah, yaitu apa yang wajib pajak terima dari pemerintah atas
sejumlah pajak yang telah dibayar. Jika wajib pajak tidak setuju dengan kebijakan belanja
pemerintah, atau mereka merasa tidak mendapatkan pertukaran yang adil dari pemerintah
untuk pembayaran pajak mereka, maka mereka akan merasa tertekan dan mengubah
pandangan mereka atas keadilan pajak sehingga berakibat pada perilaku mereka, yaitu
mereka akan melaporkan pendapatan mereka kurang dari apa yang seharusnya menjadi
beban pajak mereka (Tumewu, 2018: 38). Aspek keadilan pajak menurut Waluyo (2013: 26)
dibagi dua yaitu: pertama, benefit principle dimana setiap wajib pajak harus membayar pajak
sejalan dengan manfaat yang dinikmatinya dari pemerintah. Kedua adalah ability principle
yang berarti setiap wajib pajak membayar kewajiban pajaknya sesuai dengan dasar
kemampuan membayar.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Suminarsasi dan Supriyadi
(2011) menunjukan adanya pengaruh negatif signifikan keadilan terhadap persepsi etis
Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak.
KESIMPULAN
Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pengujian signifikansi pengaruh sistem
perpajakan terhadap persepsi etika penggelapan pajak diperoleh kesimpulan ada pengaruh yang
negatif signifikan sistem perpajakan terhadap persepsi etika penggelapan pajak. Pengujian
signifikansi pengaruh diskriminasi terhadap persepsi etika penggelapan pajak diperoleh
kesimpulan ada pengaruh yang positif dan signifikan diskriminasi terhadap persepsi etika
penggelapan pajak. Pengujian signifikansi pengaruh teknologi dan informasi perpajakan
terhadap persepsi etika penggelapan pajak diperoleh kesimpulan ada pengaruh yang negatif
signifikan teknologi dan informasi perpajakan terhadap persepsi etika penggelapan pajak.
Pengujian signifikansi pengaruh keadilan terhadap persepsi etika penggelapan pajak diperoleh
kesimpulan ada pengaruh yang negatif signifikan keadilan terhadap persepsi etika penggelapan
pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.
Jakarta.
Djarwanto, PS dan Pangestu Subagyo. 2012. Statistik Induktif. BPFE. Yogyakarta.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Hadi, Sutrisno. 2011. Metodologi Reserarch. BPFE. Yogyakarta.
Hanurawan, Fattah. 2012. Psikologi Sosial. Remaja Rosdakarya Offset. Bandung.
Indriyani, Mila. 2016. ”Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan Kemungkinan
Terdeteksinya Kecurangan terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai
Perilaku Tax Evasion”. Seminar Nasional IENACO. Vol. 4 No. 1. Hal. 818-825.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa … (Fitria A., Fadjar H., & Dewi SPA.) 87
Mardiasmo. 2016. Sistem Perpajakan Edisi Revisi, Penerbit Andi. Yogyakarta.
Mujiyati, 2017. ”Determinan Persepsi Mengenai Etika Atas Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 3 No. 1. Hal. 1-12.
Nurmantu, Safri. 2014. Pengantar Perpajakan. Granit. Jakarta.
Paramita, A.A Mirah Pradnya., & Budiasih. 2016. “Pengaruh Sistem Perpajakan, Keadilan, dan
Teknologi Perpajakan pada Persepsi Wajib Pajak mengenai Penggelapan Pajak”. E-
Jurnal Akuntansi, Vol.17. No. 2. Hal. 1030-1056.
Reskino. Rini. 2014. ”Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Penggelapan Pajak”. Prosiding
Simposium Nasional Perpajakan. Vol. 1 No. 1. Hal. 1-11.
Robbins, Sthepen P. 2013. Perilaku Organisasi, cetakan ke-12. Salemba Empat. Jakarta.
Sari, Diana. 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Refika Aditama. Bandung.
Setiawan. 2009. Pengaruh persepsi tetang sanksi perpajakn dan kesadaran membayar pajak
orang pribadi dikantor Peleyanan Pajak Pratama Denpesar Timur”. Artikel Ilmiah.
Vol. 2 No. 1. Hal. 26-38.
Siahaan, Marihot P. 2010. Hukum Pajak Elementer. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Silaen, Charles. 2015. ”Pengaruh Sistem Perpajakan, Diskriminasi, Teknologi dan Informasi
Perpajakan Terhadap Persepsi Wajib Pajak mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax
Evasion)”.Jom FEKON. Vol. 2 No. 2 Hal. 1-15.
Suparmono dan Thereisa Worodamayanti, 2015. Perpajakan Indonesia mekanisme dan
perhitungan, Andi Offset, Yogyakarta.
Susliyanti. 2016. ”Persepsi Mengenai Etika Atas Penggelapan Pajak (Tax Evasion) (Studi pada
Mahasiswa Program S1 Akuntansi yang Ada di Yogyakarta)”. Jurnal Riset Akuntansi.
Vol.1 No. 1. Hal. 1-10.
Tarjo dan Kusumawati. 2010. “Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap
Pelaksanaan Self Assessment System Studi di Bangkalan”. JAAI 10, No.1.101-120.
Thoha, Miftah. 2014. Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, cetakan ke-23.
Jakarta : Rajawali Pers.
Tumewu, James. 2018. ”Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Mengenai Penggelapan Pajak
(Studi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya)”.
Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi. Volume 4 No. 1, Hal. 35-50.
Waluyo. 2013. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.
88 Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 16 No. 1 Maret 2020: 74 – 88