1869 5242 2 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 33

a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No.

1, Juni 2021

KONTRIBUSI MASJID AMALBAKTI MUSLIM PANCASILA


(YAMP) DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT
MUSLIM DI KOTA AMBON
Nur Khozin, M.Pd.I & Dr. Hasan Lauselang, M.Ag
Email: [email protected]

ABSTRACT

A mosque is a religious institution that is inseparable from the spiritual, social and cultural life
of the people. Where there are Muslims, there must be a mosque there, the mosque is also
a symbol of Islam, if there is a mosque then there is allegedly a Muslim community. Mosques
have a big enough role for society, not only as places of worship, but also as centers of
civilization for Muslims. The results showed that the history of the YAMP Mosque in Maluku
Province, there are 6 mosques. There are 4 units in Ambon City, namely 1 at the IAIN
Ambon Campus, 1 at the UNPATTI Campus, 1 in Tihu/Perumnas Poka Village, and 1 at
BTN Wayame. Meanwhile, one more mosque is located in Southeast Maluku Regency to be
precise next to the Tual City Regional Hospital, another mosque is located in Banda Naira
Tanah Rata. As well as the model of prospering the YAMP mosque by the takmir of the
mosque or the surrounding community besides worship, Islamic studies are carried out,
discussions and also social activities that are useful for the community and members of the
YAMP mosques in Ambon city. The community's response to the YAMP mosque is very
much needed because of its good existence, and it really helps the worship process as well
as to get closer to God Almighty. In addition, the YAMP mosque is very well designed
because in the delivery of sermons and recitations it is not obstructed by pillars in the main
room so that it is clear that it is clear who delivers the sermon and / or who provides the
material. The contribution of the YAMP mosque in the development of the Muslim community
in Ambon city is very good, this can be seen from the routine studies carried out by both
mosque administrators and religious groups, both routine studies, breaking fast together,
cutting sacrificial animals, other religious discussions. in building the country in the future the
better. In addition, the YAMP mosque has majlis ta'lim, TPQ, PAUD / RA and MIT. This has
been around for a long time.

Keywords: Mosque Contribution (YAMP), Community Development

ABSTRAK

Masjid merupakan pranata keagamaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan spiritual,
sosial, dan kultural umat. Dimana ada umat Islam pasti di situ ada masjid, masjid juga
merupakan simbol keislaman, jika ada masjid maka di situpun disinyalir ada masyarakat
muslim. Masjid memiliki peran yang cukup besar bagi masyarakat, bukan hanya sebagai
tempat ibadah, melainkan juga sebagai pusat peradaban bagi umat Islam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sejarah Masjid YAMP yang berada di Provinsi Maluku terdapat 6 buah
masjid. Keberadaanya 4 buah di Kota Ambon yaitu 1 buah di Kampus IAIN Ambon, 1 buah
di Kampus UNPATTI, 1 buah di Kelurahan Tihu/Perumnas Poka, dan 1 buah di BTN
Wayame. Sedangkan 1 masjid lagi berada di Kabupaten Maluku Tenggara tepatnya di
samping RSUD Kota Tual, 1 masjid lagi diberada di Banda NairaTanah Rata. Serta Model
memakmurkan masjid YAMP oleh takmir masjid atau masyarakat sekitar selain ibadah,
dilakukannya kajian-kajian keislaman, diskusi-diskusi dan juga kegiatan-kegiatan sosial yang

30
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

berguna untuk masyarakat serta jamaah masjid masjid YAMP di kota Ambon. Tanggapan
masyarakat tentang keberadaan masjid YAMP sangat dibutuhkan karena keberadaannya
yang baik, dan sangat membantu proses ibadah sekaligus mendekatkan diri mereka
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu juga masjid YAMP sangat baik desainnya
karena dalam penyampaian khotbah maupun pengajian tidak dihalangi oleh tiang-tiang di
ruang utama sehingga jelas kelihatan yang menyampaikan khutbah dan atau yang
memberikan materi. Kontribusi masjid YAMP dalam pembangunan masyarakat Muslim di
kota Ambon sangat baik hal ini bisa dilihat dari kajian-kajian rutin yang dilaksanakan baik
pengurus masjid maupun majelis ta‟lim baik itu kajian rutin, buka puasa bersama, memotong
hewan qurban, diskusi-diskusi keagamaan yang lain dalam membangun negara kedepan
semakin baik. Selain itu juga masjid YAMP memiliki majlis ta‟lim, TPQ, PAUD/RA dan MIT
ini sudah berjalan lama.

Kata Kunci : Kontribusi Masjid (YAMP), Pembangunan Masyarakat

PENDAHULUAN

Masjid bukan sekedar tempat sujud dan sarana penyucian diri dari
hadas atau dosa saja, namum juga memiliki fungsi sosial. Fungsinya adalah
tempat proses pendidikan, terutama pendidikan keagamaan, pengajian dan
kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Selain itu masjid sebagai institusi politik dan
pemerintahan, karena disana dilangsungkan berbagai musyawarah politik,
latihan militer, dan administrasi negara. Lembaga-lembaga pendidikan Islam
bermula dari masjid (Dahlan, 1996). Fungsi masjid cukup luas dalam
memberikan kontribusi pembangunan masyarakat, tidak hanya sebagai
sarana ibadah dan penyucian dosa saja, tetapi dalam bidang pendidikan,
sosial, politik, serta masalah kenegaraan diselesaikan atau
dimusyawarahkan di masjid. Tak jarang kita menemukan sekolah-sekolah
yang berada di sekitar masjid, karena dari masjid itulah lembaga-lembaga
pendidikan tumbuh dan berkembang.
Nursaid mengatakan pendidikan Islam sebagai subsistem pendidikan
nasional perlu melakukan perubahan paradigma dalam pendidikan, paling
tidak pendidikan akan berpengaruh terhadap perubahan pada masyarakat.
Proses perubahan paradigma yang mengarah pada perubahan sistem
pendidikan harus dilakukan secara terencana dengan langkah-langkah yang
strategis, yaitu mengidentifikasi berbagai problem yang menghambat

31
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

terlaksananya pendidikan dan merumuskan langkah-langkah pembaruan


yang lebih bersifat strategis dan praktis sehingga dapat diimplementasikan di
lapangan atau lebih bersifat operasional. (Nursaid dan Nur Khozin, 2019:
121-147).
Masjid merupakan tempat terbaik untuk kegiatan pendidikan. Dengan
menjadikan lembaga pendidikan dalam masjid akan terlihat hidupnya sunah-
sunah Islam, menghilangkan bid‟ah-bid‟ah, mengembangkan hukum-hukum
tuhan, serta menghilangnya stratifikasi rasa dan status ekonomi dalam
pendidikan, maka dengan demikian masjid sudah merupakan lembaga
kedua setelah keluarga, yang jenjang pendidikannya terdiri dari sekolah
menengah dan sekolah tinggi dalam waktu yang sama. Oleh sebab itu
implikasi masjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah menjadikan
masjid sebagai lembaga pendidikan, maka dapat menjadi tempat mendidikan
anak agar tetap beribadah, cinta ilmu pengetahuan, menanamkan solidaritas,
menyadarkan kewajiban-kewajiban sebagai makhluk beragama, serta
memberikan rasa tentram rohaninya, menambah kesabaran, perenungan,
dan pengadaan penelitian (Abdurahman, 1979).
Pada zaman dahulu telah diselengarakan dua macam strata
pendidikan, yaitu pendidikan dasar, yang disebut pengajian Al-Quran dan
yang ke dua adalah pendidikan tingkat lanjutan yang disebut guru kitab.
Adapun cara yang dipergunakan dalam belajar dan mengajar di masjid dapat
dilihat dengan ciri-ciri antara lain anak-anak belajar dengan duduk dalam
keadaan bersila tanpa mempergunakan bangku dan meja, demikian pula
halnya dengan guru. Mereka belajar dengan guru seorang demi seorang dan
belum berkelas-kelas seperti sekolah-sekolah yang ada sekarang. Materi
pelajarannya sangat bervariasi, tergantung pada potensi dan kemampuan
anak-anak. Namun, pada dasarnya setiap anak memulai pelajarannya dari
huruf hijaiyah, mereka mempelajari huruf hijaiyah dengan membaca
(mengahafal dan mengenal hurufnya) satu per satu, baru kemudian
dirangkaikan, mereka tidak belajar menuliskan huruf- huruf tersebut. Setelah
pandai membaca surat-surat pendek terutama yang ada di juz Amma, baru

32
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

diperkenankan membaca Al-Qur‟an dari permulaan secara berturut-turut


sampai khatam (Iskandar, 2014).
Demikianlah kedudukan masjid sebagai lembaga pendidikan Islam.
Untuk kondisi zaman sekarang ini keberadaannya sangat urgen. Sebagai
contoh, kalau dahulu ramadhan tiba, biasanya diisi dengan tadarusan Al-
Qur‟an, namun sekarang tampaknya berkembang lagi, biasanya tiba
ramadhan masjid ramai-ramai mengadakan kegiatan seperti pesantren
ramadhan, pesantren kilat, ceramah-ceramah keagamaan, kajian subuh,
berbagai macam perlombaan dan lain sebagainya, dan terlebih di dukung
oleh pemuda masjid yang penuh dengan kreatif, sehingga masjid lebih
semarak, sehingga pemanfaatan masjid lebih terasa. Oleh karena
pemanfaatan masjid semakin meningkat, maka pembangunan masjid pun
meningkat di semua wilayah di Indonesia.
Selain itu pembangunan masjid biasanya tidak pernah lepas dari
campur tangan pemerintah, terutama berkaitan dengan dana pembangunan
karena untuk membangun sebuah masjid memerlukan dana yang tidak
sedikit. Begitu pula pemerintahan Orde Baru (ORBA) yang berdiri selama 32
tahun telah membawa banyak perubahan bagi pembangunan Indonesia,
salah-satunya adalah pembangunan masjid-masjid yang tersebar di seluruh
Indonsia. Masjid-masjid yang dibangun adalah atas prakarsa presiden
Indonesia kedua yaitu H. M. Soeharto melalui Yayasan Amalbakti Muslim
Pancasila (YAMP) yang direncanakan akan membangun masjid sebanyak
999 tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. YAMP juga membantu
pembangunan masjid Al Hikmah (Indonesian Muslim Community) di New
York Amerika Serikat dan masjid “Port Moresby Central Moslem” di Port
Moresby Papua New Guenia. Masjid-masjid dibangun menggunakan
anggaran Bantuan Presiden (Banpres)/dana APBN/APBD atau bantuan
pribadi Presiden Soeharto di luar YAMP.( http://soeharto.co/daftar-masjid-
yayasan-amalbhakti-muslim-pancasila-yamp-provinsi-sumatera-selatan). Ada
juga yang mengatakan bahwa anggaran pembangunan masjid Yayasan

33
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

Amalbakti Muslim Pancasila ini di ambil dari potongan gaji para PNS pada
masa itu.
Provinsi Maluku khususnya di kota Ambon terdapat 4 unit masjid
YAMP yang berlokasi di kampus IAIN Ambon, kampus UNPATTI, kampung
Tihu, dan BTN Wayame. Sebagian masjid-masjid ini telah mengalami
perkembangan, penambahan bangunan, renovasi, ada yang berkembang
menjadi yayasan sendiri sehingga memiliki lembaga pendidikan, dan
pastinya tetap konsisten menjadi lembaga dakwah dalam membagun
masyarakat yang Islami.
Peneliti melihat beberapa kegiatan yang selalu rutin dilakukan di
masjid Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila. Dosen, mahasiswa, bahkan
juga masyarakat umum menggunakan masjid sebagai lembaha dakwah
peningkatan iman dan takwa. Mahasiswa menjadikan masjid sebagai
sekretariat, tempat rapat, tempat pembinaan, dan lain sebagainya.
Selain itu masjid YAMP ini menarik untuk diteliti karena beberapa hal:
1). Masjid YAMP memiliki bentuk dan karakter yang sama diseluruh
Indonesia; 2). Dana pembangunan masjid bukan dari masyarakat sekitar,
tetapi berasal dari YAMP sendiri, masyarakat setempat hanya menyediakan
lahan untuk pembangunan masjid; 3). Masjid ini memiliki nilai historis
tersendiri karena diresmikan langsung oleh presiden soeharto sebagai
inisiator; 4). Memiliki kontribusi dalam membangun masyarakat muslim
Indonesia.
Didiek Suharjanto dkk dengan judul “Kinerja Termal pada masjid
Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila” Dari penelitian ini ditemukan bahwa
ada kesesuaian atau kenyamanan untuk masjid tipe 15 bila dibangun di
daerah dataran rendah seperti Surabaya. Penelitian ini hanya fokus tentang
tingkat efektifitas elemen pembentukan termal terhadap kinerja termal
bangunan masjid Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila dan tidak membahas
unsur-unsur lainnya (Suharjanto, 2017). Penelitian ini tidak menyentuh
bidang pendidikan atau pembangunan masyarakat.

34
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

Dhani Mutiari, Suryaning Setyowati, Nur Rahmawati Syamsiyah


menulis artikel dengan judul Masjid-Masjid Muhammadiyah Yogyakarta
menjelaskan tentang sejarah pada masa era Soeharto (tahun1980-an)
bahwa image tentang masjid Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila sudah
terbentuk di masyarakat. Ciri utama masjid ini adalah atap susun tiga,
geometri ruang persegi, tempat wudhlu pria dan wanita terpisah, disisi Utara
dan Selatan masjid. Akses masuk ruang sholat dari tiga sisi bangunan,
Timur, Utara dan Selatan. Masjid berkesan monumental, sebab berada di
tengah halaman luas dan dibuat lebih tinggi dari tanah. Dengan ciri seperti itu
pada umumnya masyarakat secara langsung dapat menyebut masjid
Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila sesuai yang dimaksud, dengan hanya
melihatnya saja (Mutiari, 2014).
Begitu pula penelitian yang dilakukan Indal Abror dengan judul
Akulturasi Nilai-Nilai Budaya Masjid Pathok Negoro Jogjakarta. Masjid
Pathok Negoro adalah peninggalan budaya dan agama yang sangat
momumental bagi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sebagai pewaris
kejayaan Mataran Islam Yogyakarta menjadi wilayah dengan nilai religiusitas
yang kental serta pemegang tradisi Jawa yang sangat kuat hingga saat ini.
Penelitian ini membahas tentang nilai-nilai dari simbol-simbol yang tersimpan
di masjid Pathok Negoro Yogyakarta yang memiliki pesan penting bagi
generasi modern sekarang ini, apakah pesan-pesan ini dipahami oleh
generasi sekarang atau sudah dilupakan bahkan ditinggalkan (Indah, 2016).
Dari tiga hasil penelitian terdahulu tersebut, dapat kita tarik benang
merah bahwa penelitian yang dilakukan oleh Didiek Suharyanto dkk tentang
efektifitas termal yakni kondisi udara masjid karena didasari oleh latar
belakang pendidikan peneliti, dan belum menyentuh terkait dengan kegiatan-
kegiatan pengurus masjid YAMP terhadap masyarakat, maka penelitian
tentang kontribusi masjid Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila yang akan
dilakukan juga berdasarkan latar belakang pendidikan peneliti yang lebih
dekat pada bidang pendidikan, sehinggi peneliti nantinya lebih fokus melihat

35
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

kontribusi masjid Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila pada bidang


pendidikan.
Dari penelitian Dhani Mutiari, Suryaning Setyowati, Nur Rahmawati
Syamsiyah ini kita bisa mengetahui bagaimana karakter masjid-masjid di
bawah Yayasan Muhammadiyah khususnya di kota Yogyakarta, sebagai
tempat lahirnya Muhammadiyah, yang berlatar belakang budaya Jawa,
sehingga kita bisa lebih mengenal sejarah masjid Yayasan Amalbakti Muslim
Pancasila di Maluku yang notabene berbeda budaya. Bisa jadi cara untuk
memakmurkannya pun berbeda pula, dan dalam memaknai simbol-simbol
benda yang ada di masjid mungkin berbeda pula.
Sedangkan penelitian Indal Abrar ini membahas tentang nilai-nilai
yang terkandung dalam simbol-simbol yang terdapat di masjid Pathok
Negoro, sehingga penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan dalam
memaknai simbol-simbol yang ada di masjid Yayasan Amalbakti Muslim
Pancasila.
TINJAUAN TEORI
Pengertian Kontribusi
Mengutip secara bahasa kontribusi berasal dari bahasa Inggris yaitu
contribute, contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan,
melibatkan diri maupun sumbangan. Makna kontribusi menurut kamus besar
bahasa Inggris tersebut adalah dalam bentuk materi atau tindakan. Dalam
hal makna yang bersifat materi contohnya adalah apabila ada satu pihak
memberikan pinjaman kepada pihak lain untuk kebaikan. Sedangkan
kontribusi dalam arti tindakan adalah perilaku yang dilakukan oleh pribadi
yang dapat memberikan dampak baik maupun buruk yang berkaitan dengan
pihak lain (Ahira, 2012).
Sejarah Masjid
Secara etimologi, kata masjid berasal dari bahasa Arab, kata
pokoknya sujudan, fi‟il madhinya sajada (dia telah sujud) lalu menjadi isim
makan al-masjidu, yang berarti tempat sujud. Dalam Kamus Besar Bahasa

36
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

Indonesia masjid berarti rumah atau bangunan tempat beribadah orang Islam
(KBBI, 2008).
Secara terminology untuk mendapatkan makna “masjid” yang integral,
maka harus ditinjau dari berbagai segi, dari historis dan filosofis. Hal ini
sebagaimana di katakan Mukti Ali (1987), bahwa masjid hendaknya dipahami
sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya.
Pengertian masjid sebagaimana disebut di atas, relevan dengan sifat
Islam yang universal, eksternal dan berkeseimbangan. Islam yang
kosmopolit (sebagai rahmatan li al „alamiin) meliputi berbagai dimensi hidup
dan kehidupan manusia. Sedangkan masjid adalah pusat kegiatan
keagamaan umat Islam. Oleh karena itu masjid bukanlah semata-mata
sebagai simbol kemegahan dan keberadaan umat Islam yang tidak memberi
pengaruh kepada lingkungan kehidupan kaum Muslimin, tetapi persoalan
masjid adalah persoalan yang menyangkut kualitas kehidupan umat Islam.
Hal ini terbukti strategi yang digunakan Rasulullah Muhammad SAW, dalam
melakukan perjalanan ke Madinah, langkah yang diambil adalah
membangun masjid, bukan membangun pasar, dan masjid yang dibangun
adalah masjid Quba di Madinah.
1. Masjid Sebagai Tempat Pendidikan Islam
Dalam perspektif Islam pendidikan nasional, dikenal adanya dua jalur
penyelanggaraan pendidikan, yaitu jalur pendidikan sekolah (sekolah formal)
dan jalur pendidikan luar sekolah (pendidikan nonformal dan informal).
Kedua jalur pendidikan tersebut saling komplementer dalam sistem
pendidikan nasional (Tilaar, 1992). Dalam hal pendidikan luar sekolah ini,
pelaksanaannya tidak seperti pendidikan jalur sekolah formal. Ciri khas yang
paling menonjol dari pendidikan luar sekolah ini adalah memiliki keluwesan
tersendiri berkenaan dengan waktu dan lama belajar, usia peserta didik, isi
pelajaran cara penyelenggaraan pengajaran dan cara penilaian hasil
evaluasinya.
Pendidikan Agama Islam di Indonesia yang diselengarakan di masjid
telah disiyaratkan dan diakui eksistensinya secara yuridis-formal. Dengan

37
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

kata lain, masjid sebagai salah satu lembaga pendidikan keagamaan di luar
sekolah-formal, telah mendapat pengakuan atau legitiminasi secara yuridis-
formal, untuk menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan agama
Islam. Oleh karena itulah bagaimana sekarang mewujudkan masjid sebagai
alternativ pengembangan pendidikan agama Islam, yang sudah memiliki
pengakuan sah jalur luar sekolah sebagaimana tersebut di atas (Mukti,
2017).
Menurut Fuad Yusuf dalam Jumaeda dkk, Guru merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan,
khususnya Guru Pendidikan Agama Islam, karena disamping mempunyai
peran mentransfer ilmu, guru PAI juga mempunyai peran dalam membantu
proses internalisasi moral kepada siswa. (Jumaeda dkk, 2018: 28-38). Maka
perlu memberikan bantuan pendidikan baik secara formal maupun
nonformal, baik di masjid maupun di sekolah untuk peningkatan dan
pengembangan pendidikan agama Islam.
Masjid, dalam perspektif pendidikan nasional di Indonesia adalah
merupakan wadah atau lembaga pendidikan Islam yang akomodatif terhadap
apersepsi umat Islam dan berorientasi kepada pelaksanaan misi Islam
melalui tiga dimensi pengembangan kehidupan manusia, yaitu: 1). Dimensi
kehidupan ukhrawi yang mendorong manusia untuk mengembangkan dirinya
dalam pola hubungan yang serasi dengan Tuhannya. 2). Dimensi duniawi
yang mendorong manuisa sebagai hamba Tuhan untuk mengembangkan
diri, 3). inya dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai Islam. 4).
Dimensi kausalitas hubungan dunia dan akhirat yang mendorong manusia
untuk berusaha menjadikan diri-nya sebagai hamba yang utuh dan paripurna
dalam ilmu dan amal, serta sekaligus menjadi pendukung dan pelaksanaan
nilai-nilai Islam.
Dimensi pengembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam
termasuk masjid sebagaimana di atas adalah berpijak untuk mencapai cita-
cita yang ideal, yaitu identitas Islam dijadikan sebagai daya pokok dari tugas

38
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

dan tanggung jawab budaya edukatif lembaga pendidikan seperti masjid


tersebut.
Untuk merealisasikan tiga dimensi pengembangan hidup seorang
Muslim, masjid sebagai lembaga pendidikan Islam perlu mengadakan
pembinaan berbagai keterampilan dan pemantapan keimanan dari
masyarakat agar mereka selalu memanfaatkan apa saja sebagai sumber
belajar, di mana hal itu sesuai dengan tanggung jawab masyarakat terhadap
pendidikan, yaitu bagaimana maing-masing anggota masyarakat ikut
berpartisipasi menciptakan suatu system pendidikan dalam masyarakat
sehingga mendorong anggota masyarakat untuk mendidik dirinya sendiri
agar bersedia mendidik anggota masyarakat lainnya.
1. Manfaat Kemajuan Masjid Bagi Masyarakat
a. Imaniyah
Umat Islam meyakini aqidah shahihnya bahwasannya tiada Tuhan
selain Allah, yang Esa semata dan tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya
segala kerajaan dan pujan, dia menguasai secara mutlak segala
sesuatu. Umat tersebut memiliki keyakinan yang benar dan terbatas
dari segala macam segala bentuk kemusyrikan.
b. Ubudiyah
Umat menjelaskan sesuai Sunnah Rasulullah Saw, dan bersih dari
segala macam bid‟ah, dan menjalankan perintah agama sholat,
puasa, zakat, haji dan ibadah lainnya yang benar sesuai tuntutan
agama.
c. Adabul Muasyarah
Buah dari kemakmuran masjid lainnya adalah terlihat kerukunan dan
keakraban serta saling menghormati dan memuliakan sesama muslim
denagn saling mendahulukan hak-hak saudaranya daripada haknya
sendiri.
d. Akhlak
Apabila masjid makmur maka akan terpancar dari lubuk hati sifat yang
saling memaafkan, tawaddu‟ dan terhindar dari sifat-sifat tercela

39
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

seperti: hasad, dendam, takabur, thamak, dan akhlakul karimah, yakni


kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, kebaikan dibalas dengan
yang lebih baik lagi, dan perilaku buruk dibalas kebaikan mennyeliputi
Islami.
Setiap amal yang baik pasti ada nilai kutamaan atau manfaat yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Keutamaan yang
sedemikian besar memotivasi kaum Muslimin untuk selalu melaksanakan
kebaikan itu, begitu pula bila memakmurkan masjid sehingga menjadi
penting untuk dipahami nilai keutamaannya.
Dengan keutamaan yang sedemikian besar dan mulia, seharusnya
semakin termotivasi untuk memakmurkan dan memiliki tanggungjawab yang
lebih besar serta untuk selalu memakmurkan masjid karena dengan
memakmurkannya maka akan memeperoleh Ilmu, pahala, dan keutamaan-
keutamaan yang dijanjikan.
2. Peran Masjid
Sejarah penyebaran Islam sangat erat kaitannya dengan
perkembangan masjid, karena setiap kali Islam masuk ke berbagai negeri
pastilah membangun masjid sebagai salah satu sarana dakwah dan berbagai
kepentingan lainnya (Sucipto, 2000). Masa untuk mengetahui betapa besar
peran dan fungsi masjid dalam dakwah, pendidikan dan penyebaran Islam,
maka perlu dilihat kembali pada zaman Rasulullah, dimana beliau adalah
teladan dan orang yang pertama kali mendirikan masjid sebagai basis segala
aktivitas, mulai dari hubungan vartikal kepada Allah maupun horizontal
kepada sesama manusia.
Berikut ini adalah 10 fungsi dan peranan yang telah diemban oleh
masjid pada masa Rasulullah SAW: (Sucipto, 2000), 1). Tempat iabadah
(shalat, dzikir). 2). Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi,
sosial, dan budaya). 3). Tempat pendidikan. 4). Tempat santunan sosial. 5).
Tempat latihan militer dan persiapan perang. 6). Tempat pengobatan para
korban perang. 7). Tempat pengadilan dan pendamaian sengketa. 8). Aula

40
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

dan tempat penerima tamu kenegaraan. 9). Tempat menahan tawanan. 10).
Dan pusat penerangan, informasi dan pembelaan.
Kemudian fungsi masjid mulai berubah pada masa khalifah Umar bin
Khattab, yang membangun fasilitas di dekat masjid, agar fungsi masjid
difokuskan kepada kegiatan yang bermakna ukhrawi (Sucipto, 2000).
3. Masjid Kampus dan Pengelolaannya.
Keberadaan lembaga yang mengatur kegiatan masjid kampus baik
bentuk yayasan maupun langsung di bawah pengawasan universitas
merupakan bentuk keseriusan dalam memakmurkan dan meningkatkan
peran masjid bagi warga kampus dan masyarakat pada umumnya. Seiring
waktu peran dari lembaga masjid semakin vital, mengingat kebutuhan
jamaah akan ilmu keagamaan makin tumbuh dan berkembang serta
permasalahan umat yang makin komplit. Tak jarang masjid yang
manajemennya kurang baik dan penawaran program kegiatan yang kurang
menarik akan ditinggal oleh jamaah.
Menurut AF. Djunaidi dkk, empat masjid kampus di Indonesia bisa
dijadikan contoh sebagai masjid yang menunjang bagi mahasiswa dalam
menuntut ilmu, baik ilmu umum maupun ilmu agama. Empat masjid kampus
di yogyakarta yaitu, masjid Kampus UGM, masjid UIN SUKA, masjid Ulil
Albab UII, dan masjid Al-Mujahidin UNY, masing-masing masjid kampus
memiliki program rutin dan unggulan. Kajian rutin masjid UGM yaitu, ahad
pagi dan sore, materi tafsir. Selanjutnya hari rabu minggu pertama dan ketiga
materinya tafsir. Sedangkan kamis sore, kajian menjelang buka puasa
materinya lebih kontemporer. Sedangkan kegiatan-kegiatan luar masjid yang
mengurusi dan mengerjakan program dari UKM Jamaah Shalahudin (JS)
dan JS tidak dibawah takmir. Namun, JS ada koordinasi dengan takmir
karena sama-sama bertujuan memakmurkan masjid. Sementara kajian
Akbar kebanyakan digunakan oleh pihak luar, seperti kajian Uts Firanda
Andirja dan KH AaGym yang didatangkan oleh Dompet Peduli Umat dan
Tauhid (DPUD). Penggunaan masjid kampus UGM boleh dari kelompok

41
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

mana saja asal tidak ada kegiatan di masjid, yang penting pas jadwalnya dan
dalam koridor Qur'an dan Sunnah.
Terkait masjid kampus, Qodir Zuly dkk, mengatakan Optomalisasi
fungsi seperti inilah yang terjadi di masjid-masjid kampus yang dari sisi
kualitas sumberdaya jamaahnya relatif lebih maju. Masjid kampus umumnya
dikelola melalui manajemen yang lebih baik dibandingkan masjid-masjid
pada umumnya. Hal ini karena para aktifis adalah warga kampus dengan
konsentrasi yang belum terbagi (Zuly, 2010).
4. Masjid Kampus dan Penguatan Ideologi Islam
Masjid kampus memiliki peran strategis dalam membangun dan
membentuk karakter mahasisiwa. Dengan adanya masjid kampus
diharapkan mahasiswa dapat memanfaatkanya sebagai sarana
pengembangan kompetensi diri, memupuk dan memperkuat karakter diri
melalui kajian-kajian keagamaan Islam, peribadatan maupun sebagai pusat
syiar Islam kepada masyarakat luas.
Azyumardi Azra membagi corak berpikir mahasiswa kedalam tiga
kelompok: pertama, yang merupakan kelompok mayoritas “common” muslim,
yakni mahasiswa muslim yang mengamalkan ajaran Islam seadanya serta
cenderung tradisional dan konvensional. Kedua, para mahasiswa yang
berlatar belakang keagamaan sangat kuat dan mereka merasa perlu
mengembangkan dirinya yang dalam konteks keagamaan adalah untuk lebih
meningkatkan pemahaman mereka tentang Islam, dan dalam konteks
akademis adalah untuk meningkatkan kemampuan berorganisasi dan
keterampilan ilmiah. Dimasa lalu kelompok mahasiswa demikian cenderung
memilih bergabung dengan organisasi kemahasiswaan Islam, terutama
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Ketiga yakni kelompok
mahasiswa yang lebih berorientasi kepada pengamalan Islam secara
menyeluruh, kaffah. Kelompok-kelompok mahasiswa ini, apa karena
pengaruh gerakan organisasi internasional Islam Ihwanul Muslimin (Mesir),
Jama‟at Islami (Pakistan), dan organisasi-organisasi Islam lainnya, atau

42
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

sebagai hasil kreasi para mahasiswa Islam Indonesia, mereka mengadakan


kajian-kajian Islam secara intensif dalam bentuk usrah-usrah. Kelomok
mahasiswa Islam ini pula yang kemudian mendirikan kegiatan mentoring
atau tutorial keagamaan di masjid-masjid kampus, termasuk pesantren kilat
bagi para pelajar SD, SLTP, dan SLTA (Azyumardi, 2002).
Menurut Mohammad Nuh sedikitnya ada tiga peran masjid dalam
sebuah perguruan tinggi. Pertama, pencipta atsmofir kesejukan. Kalau
atsmofir sejuk tanaman akan tumbuh dengan baik. Benik-benih kemuliaan
akan tumbuh subur. Kedua, masjid kampus harus terlibat dalam proses
menanam dan menyamai benih-benih kemuliaan. Masjid kampus dapat
berperan serta mulai dari hal-hal sederhana seperti bimbingan awal
akademik, terlibat dalam hal Pendidikan keagamaan dan hal lainnya. Ketiga.
Yang tidak kalah pentingnya adalah ikut mencari benih kebaikan (Junaidi,
2010).
Masjid dapat berfungsi ideal jika dikelola secara ideal pula. Dan
masjid kampus memiliki peluang yang lebih besar untuk menghimpun para
jama`ah yang siap mengelola secara ideal. Mereka pada umumnya memiliki
idealisme dan waktu yang relative bebas. Namun, memang ada kesan
ekslusif yang melekat pada sebagian aktivitas masjid kampus. Akan tetapi,
jika ditelesuri akar pertumbuhannya, eksklusifisme itu sebetulnya menjadi
sebuah keniscayaan sebagai implikasi proses sosial yang dilalui. Interaksi
diantara aktivis masjid kampus relativ intensif. Karena itu, kegiatan apapun
yang mereka lakukan hampir selalu berlangsung hingga proses internalisasi.
Proses internalisasi inilah yang memungkinkan dapat membentuk watak atau
keperibadian yang revolusioner sehingga terkesan eksklusif.
Para aktivis masjid kampus umumnya berlatar belakang yang
berbeda-beda, ada yang memiliki latar pendidikan agama yang kuat, seperti
para santri dari pasantren-pasantren atau siswa madrasah. Tetapi ada pula
diantaranya yang mungkin baru mengenal Islam ketika mereka mulai
berintraksi di kampus. Jika keberagamaan para aktivis masjid kampus yang

43
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

bergerak di antara dua corak pemahaman keagamaan ini juga akan


membentuk dinamika sosil yang tidak biasa.
5. Nilai Budaya Dalam Simbol
Seorang filsuf berkebangsaan Jerman Ernst Cassier menyebutkan
bahwa “manusia adalah makhluk penyimbol (homo symbolicum).”
(McLaughlin, 1990). Kalimat ini mungkin tidak terlalu salah karena dalam
peradaban umat manusia telah banyak tersebar banyak simbol yang
diciptakan dengan menyimpan banyak makna dan maksud tertentu yang
sarat dengan kultur budaya lokal. Dalam peradaban budaya Jawa baik
Hindu, Budha maupun Islam bangunan-bangunan rumah tempat tinggal
maupun tempat ibadah menyimpan makna yang sangat penting untuk
dipahami. Hal ini sependapat dengan Indal Abror simbol apapun akan tidak
bermanfaat (useless) dan hanya menjadi peninggalan material biasa jika
makna dari simbol tersebut tidak dipahami (Obror, 2016).
Dalam pemaknaan simbol terbagi menjadi dua macam yaitu simbol
konotatif dan simbol denotative (Susanne, 1997). Simbol dapat bersifat
konotatif ketika makna suatu simbol itu hanya diketahui atau dipahami oleh
orang perorang, sedangkan simbol yang bersifat denotatif yaitu ketika simbol
yang diciptakan dapat diketahui maknanya secara sosial atau dapat
diketahui oleh banyak orang. Pemahaman terhadap makna simbol dalam
ranah akademik akan sangat bermanfaat dan dapat memberi efek positif
bagi mereka yang memahami.
Simbol akan memberi manfaat yang besar untuk sebuah lingkungan
sosial jika sebuah simbol dapat berfungsi secara denotatif karena simbol
memiliki peran sosial seperti menjadi jembatan untuk transmisi kebudayaan,
sebagai pelestari keutuhan kelompok, dapat mendorong keharmonisan serta
mencegah perpecahan sosial, juga dapat menjaga agar cita-cita ideal
masyarakat tetap berspirit dan tidak kabur, sehingga secara makna denotatif
akan memiliki makna dan memberi manfaat sangat penting bagi generasi
penerus.

44
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

Apabila makna fungsi simbol tersebut mengalami pergeseran yang


seharusnya simbol bermakna denotatif bergeser ke konotatif, maka makna
simbol hanya bermanfaat secara pribadi-pribadi atau hanya beberapa orang
saja. Bisa jadi, jika makna simbol hanya diketahui oleh tokoh-tokoh tertentu
dan apabila orang yang mengetahui makna simbol tersebut meninggal, maka
makna simbol itupun ikut akan hilang.
Ada sebab-sebab tertentu sehingga terjagi pergeseran makna simbol
suatu benda atau bangunan. Sebuah makna simbol bisa kehilangan makna
jika tidak ada community of speaker, jika sebuah simbol tidak lagi
disampaikan atau disebut-sebut oleh masyarakat, maka makna simbol
tersebut bisa kehilangan makna sebenarnya.

METODE PENELITIAN
a. Tipe dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang pada
prinsipnya ingin memberikan, menerangkan, mendeskripsikan secara kritis,
atau menggambarkan suatu fenomena, suatu kejadian, atau suatu peristiwa
interaksi sosial dalam masyarakat untuk mencari dan menemukan makna
(meaning) dalam konteks yang sesungguhnya (natural setting) (Yusuf, 2014).
Penelitian ini juga memilih tipe studi kasus (Case Studies) yakni suatu proses
pengumpulan data dan informasi secara mendalam, mendetail, intensif,
holistik, dan sistematis tentang orang, kejadian, social setting (latar sosial,
atau kelompok dengan menggunakan berbagai metode dan teknik serta
banyak sumber informasi untuk memahami secara efektif bagaimana orang,
kejadian, latar alami (social setting) itu beroperasi atau berfungsi sesuai
konteksnya. (Yusuf, 2014).
Kemudian dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan dua
pendekatan. Pertama pendekatan historis untuk mengungkap kronologis,
keberadaan, pertumbuhan dan perkembangan masjid Amalbakti Muslim
Pancasila. Yulis menjelaskan bahwa historical aproach is the studi of the
past and historical data can be used to understand present social problems

45
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

(Yulian, 1989). Artinya pendekatan sejarah studi tentang masa lampau dan
data-data sejarah yang dapat digunakan untuk memahami masalah-masalah
sosial sekarang. Dengan mengetahui sejarah, maka dapat membantu
peneliti dalam menganalisis perkembangan masjid Yayasan Amalbakti
Muslim Pancasila.
Pendekatan kedua yaitu pendekatan fenomenologis guna mengungkap
dan menggali kegiatan-kegiatan apa saja yang pernah dilakukan Yayasan
Amalbakti Muslim Pancasila, serta menggali makna simbol-simbol masjid di
masjid Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila. Masjid Yayasan Amalbakti
Muslim Pancasila dijadikan sebagai objek penelitian, dengan menggunakan
masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat, baik kegiatan keagamaan
maupun kegiatan kemasyarakatan.
b. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dijadikan sampel area dalam penelitian ini adalah
Kecamatan Sirimau, dan Teluk Ambon yang kesemuanya masih masuk
dalam wilayah kota Ambon Provinsi Maluku. Karena di dua kecamatan inilah
terdapat 4 (empat) buah masjid Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila dan
berada pada lokasi pendidikan yaitu di kampus IAIN Ambon, Kampus
UNPATTI, Perumahan Wayame, dan Kampung Tihu Perumnas Poka.
c. Subjek Penelitian
Adapun informan atau subyek penelitian dalam penelitian kualitatif
berkembang terus atau menggelinding (snowball) secara berkelanjutan
sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan atau jenuh
(redundancy) Gunawan, 2016).
Subjek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang mengetahui,
berkaitan atau menjadi ta‟mir masjid YAMP di Kota Ambon. Mereka
diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran terperinci tentang
perkembangan masjid YAMP di Kota Ambon. Setelah dilakukan studi
pendahuluan, selanjutnya ditetapkanlah beberapa pihak yang menjadi subjek
dalam penelitian ini yang merupakan informan kunci dan informan biasa.

46
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

Untuk keperluan penelitian ini, yang menjadi responden atau sampling


meliputi :1). Pengurus/Ta‟mir Masjid YAMP. 2). Tokoh Agama atau Tokoh
Masyarakat yang mengetahui perkembangan masjid YAMP. 3). Jamaah atau
masyarakat sekiat masjid yang dianggap memiliki informasi tentang masjid
YAMP.
d. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sebagai berikut: 1).
Data Primer yaitu data yang berhasil dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari
sumber-sumber yang pertama. Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh
data melalui observasi dan wawancara, yang terkait dengan informasi yang
peneliti butuhkan untuk penelitian ini. Data primer adalah data yang diperoleh
untuk hasil wawancara secara langsung. 2). Data Sekunder yaitu data yang
disusun dalam bentuk dokumen-dokumen, misal data mengenai penglihatan
secara langsung keadaan di masjid Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila.
e. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan langsung terhadap sumber data
penelitian, diantaranya: ta‟mir masjid, tokoh agama atau tokoh masyarakat,
jamaah atau warga sekitar tempat dilakukannya penelitian melalui teknik
observasi dengan menggunakan lembar observasi sebagai pedoman
instrumennya. Disamping itu juga dilakukan melalui penyebaran angket
untuk mencari data-data tentang kondisi dan inventaris masjid. Selanjutnya,
dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara dengan menggunakan
pedoman wawancara sebagai instrumennya. Kemudian pengumpulan data
dengan melalui dokumentasi adalah pengumpulan dan identifikasi data dan
informasi yang ada pada sumber data, yang dianggap dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Suharsimi Arikuto mengemukakan bahwa penentuan metode atau
cara (pendekatan) melakukan penelitian ini akan sangat menentukan apa
variabel atau objek penelitian yang akan ditatap, dan sekaligus menentukan
subjek penelitian atau sumber dimana kita akan memperoleh data (Arikonto,
2006). Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini dapat ditempuh

47
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

dengan berbagai aktivitas yaitu diawali dengan mengobservasi secara


langsung keadaan aktivitas informan di lokasi penelitian secara riil, kemudian
dilanjutkan dengan beberapa aktivitas pengumpulan data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari:
Observasi adalah kegiatan menggunakan pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunkan alat indera. Jadi observasi dapat
dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran. Metode ini digunakan untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
masjid Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila Kota Ambon
Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan untuk
memperoleh informasi dari informan. Metode ini digunakan untuk
memperoleh data dari bapak Ta‟mir masjid, tokoh masyarakat dan orang-
orang yang pernah terlibat dalam kegiatan masjid Yayasan Amalbakti Muslim
Pancasila Kota Ambon.
Teknik dokumentasi digunakan untuk pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen masjid masjid Yayasan
Amhalbhakti Muslim Pancasila Kota Ambon.
f. Analisis Data
Data mentah yang telah didapatkan melalui observasi, wawancara,
dan dokumentasi dilakukan pereduksian data. Selanjutnya dideskripsikan
dalam bentuk kategori. Data yang didapatkan akan dianalisis dan disajikan
dalam bentuk narasi. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang dikembangkan oleh
Miles dan Huberman, yaitu sebagai berikut:
Reduksi data merupakan suatu proses menajamkan, memfokuskan,
memusatkan perhatian dan menyedehanakan data yang diperoleh dari
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Penyajian data merupakan suatu proses penyajian data secara
terorganisir dan terstruktur dari reduksi data sehingga memungkinkan peneliti
dapat menarik kesimpulan.

48
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

Merupakan suatu proses yang didasarkan pada data yang telah


diperoleh dalam reduksi data dan penyajian data kemudian dirangkum dan
dibuat kesimpulan (Sugiyono, 2005).
g. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data mutlak diperlukan dalam penelitian kualitatif. Oleh
karena itu, dilakukan pengecekan keabsahan data salah satunya
menggunakan trianggulasi. Dalam hal triangulasi, Stainback dalam Sugiyono
menyatakan bahwa “the aim is not determine the truth about some social
phenomenom, rather the purpose of triangulation is to increase one‟s
understanding of what ever is being investigated”. Tujuan dari triangulasi
bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih
pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan
(Sugiyono, 2009).
Dalam melakukan pengecekan data, peneliti menerapkan teknik
sebagai berikut: 1). Triangulasi, triangulasi ini merupakan cara yang paling
umum digunakan bagi peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif.
2). Memperpanjang keikutsertakan, seperti yang telah dikemukakan bahwa
dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci, maka
keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Agar
data yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan pengamatan dan wawancara
tentunya tidak dilakukan dengan waktu yang sangat singkat, tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsertakan dalam penelitian. 3). Ketekunan
pengamatan, ketekunan pengamatan bermaksud menentukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara
rinci.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Kontribusi Masjid Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila
Pembangunan masjid Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila jika di
lihat dari tanggal peresmian ternyata berbeda-beda, masjid muhajirin adalah
yang paling tua bila dibandingkan dengan tiga masjid lainnya yaitu

49
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

diresmikan pada tahun 1986, artinya jika dihitung usia masjid hingga tahun
2020 ini berarti masjid muhajirin ini telah berusia 34 tahun. Jika dikaitkan
dengan waktu dibentuknya Yayasan Amhalbhakti Muslim Pancasila yaitu
tahun 1982, maka selang waktu yang tidak lama pembangunan masjid
muhajirin telah masuk di Ambon. Pembangunan masjid Muhajirin ini bisa jadi
di mulai di tahun-tahun sebelumnya entah 1 atau 2 tahun sebelumnya karena
untuk membangun sebuah bangunan besar pasti membutuhkan waktu yang
relatif panjang.
Menyusul 3 masjid berikutnya yaitu masjid Imam Rijali IAIN Ambon
yang diresmikan pada tahun 1996, masjid Gemilaha Majirah Kampus
UNPATTI, dan masjid Daarun Naim Wayame tahun 1998. Sesuai informasi
dari narasumber bahwa ketiga masjid ini dalam pengajuan proposal
bersamaan waktu itu, bisa jadi waktu pembangunannya pun bersamaan,
akan tetapi berbeda pada waktu peresmiannya. Sebagaimana yang
disampaikan Hasan Pattikupang bahwa pada saat dibangun masjid Imam
Rijali Kampus IAIN Ambon, pembangunan masjid di Gemilaha Majirah
Kampus UNPATTI dan masjid Daarun Naim juga sedang dalam pengerjaan.
Diperkuat informasi dari Imam Musonep, beliau menceritakan bahwa
pengajuan proposal masjid pada saat itu di wakili bapak Waskito bahwa ada
3 proposal yang diajukan kepada Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila.
Kedua informasi ini dapat dijadikan dasar pegangan bahwa memang
pembangunan dan pengajuan untuk mendapatkan bantuan berupa
bangunan masjid ini dilakukan secara bersamaan dan proses
pembangunannya pun bersamaan, hanya dalam proses peresmiannya yang
berbeda-beda.
Kini masjid-masjid peninggalan Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila
ini telah mulai mengadakan perbaikan dan pelebaran, serta telah
berkembang sesuai tuntutan zaman. Masjid Muhajirin Kampung Tihu Desa
Poka adalah masjid yang pertama di bangun adalah masjid yang mula-mula
membangun Madrasah Aliyah (MA) yang di bangun di samping kiri masjid,
namun akibat kerusuhan Ambon tahun 1999 bangunan ini hancur terbakar

50
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

bersamaan dengan bangunan masjidnya. Tempat wudhu dan toilet sudah


dipindahkan ke belakang dengan dibuatkan bangunan sendiri dan agak
terpisah dari masjid, sedangkan bekas tempat wudhu di sebelah kanan di
rubah dan dialihfungsikan sebagai sekretariat TPQ. Kusen pintu dan jendela
yang terbakar telah di ganti dengan yang baru, akan tetapi bentuk ukirannya
masih seperti yang aslinya. Daun pintu yang dulu berasal dari kawat besi,
kini sudah di ganti dengan daun pintu dari kayu.
Masjid Imam Rijali IAIN Ambon juga berusaha memperluas halaman
dengan menambahkan teras depan agar lebih luas dan dapat menampung
jamaah lebih banyak. Teras yang cukup luas ini ternyata sangat multifungsi,
selain dapat menampung jamaah shalat jum‟at yang semakin meningkat juga
berfungsi untuk kegiatan-kegiatan yang lain seperti kegiatan perkuliahan,
kajian-kajian yang dilakukan UKM, diskusi mahasiswa maupun dosen,
pelatihan-pelatihan kepemimpinan, kegiatan Darmawanita, kegiatan Ma‟had
al-Jamiah dan masih banyak lagi, sehingga manfaat dari pelebaran teras
masjid ini sangat berguna dan bermanfaat.
Masjid Gemilaha Majirah Kampus UNPATTI pun telah berbenah
dengan mengganti plafon ruang utama dengan plafon yang lebih baik,
tempat wudhu pun juga telah diperbaiki dan lebih bersih sehingga membuat
nyaman para pengunjung, pelabaran teras juga sudah berdiri. Perbaikan ini
dilakukan tidak lain adalah untuk memberikan rasa nyaman kepada
pengguna terutama mahasiswa dan dosen untuk kegiatan-kegiatan
keagamaan maupun kegiatan-kegiatan kependidikan. Hampir semua
mahasiswa maupun dosen yang muslim, UKM, dari semua fakultas
memanfaatkan masjid untuk kegiatan-kegiatan tersebut, sehingga pelabaran
masjid menjadi sebuah kebutuhan utama saat ini.
Begitupun masjid Daarun Naim Wayame justru lebih bagus lagi dalam
perbaikan bangunannya baik yang di dalam maupun yang di luar, toilet dan
wc terjaga kebersihannya, teras luas, dan memiliki kantor sekretarian yang
sangat baik. Masjid Daarun Naim memiliki majlis ta‟lim yang cukup aktif
seperti halnya masjid Muhajirin, kegiatan TPQ, PAUD/RA, dan MI yang

51
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

masih aktif, serta satu-satunya masjid Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila


yang memiliki menara pengeras suara.
Jika dilihat dari tabel di atas terlihat dapat dianalisis bahwa hanya 2
masjid yang memiliki Taman Pengajian Al-Qur‟an (TPQ) 1 masjid yang
memiliki MI/SD, 1 masjid yang memiliki MTs./SMP, 1 masjid yang memiliki
kegiatan kemah santri, 2 masjid yang memiliki majlis ta‟lim, semua masjid
difungsikan oleh mahasiswa, 3 masjid yang mengadakan kegiatan latihan
penyelenggaraan jenazah, 3 masjid yang difungsikan untuk tempat
pernikahan, 3 masjid yang pernah digunakan untuk kegiatan MTQ, semua
masjid digunakan untuk kegiatan menyemarakkan idhul fitri dan idhul adha
dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban, 2 masjid yang melakukan
kegiatan pelatihan khatib dan imam, 1 masjid yang mengadakan kegiatan
kultum sebelum dzuhur, dan 2 masjid yang mengadakan kegiatan PHBI.
Masjid yang memiliki TPQ, PAUD/RA dan MTs/SMP didominasi oleh
masjid-masjid yang berada di luar kampus dan yang memiliki majlis ta‟lim
pun hanyalah masjid di luar kampus. Pengguna masjid lebih banyak
masyarakt sekitar karena lingkungan ini di dominasi masyarakat umum.
Berbeda dengan masjid yang di dalam kampus kegiatan-kegiatan yang
dilakukan adalah lebih banyak kegiatan-kegiatan akademis dan bermacam-
macam kegiatannya. Kreatifitas mahasiswa dan dosen itulah yang
menjadikan masjid semakin hidup.
2. Analisis Tanggapan Masyarakat Tentang Keberadan Masjid YAMP
Kredibilitas masjid hingga saat ini masih memiliki trust (kepercayaan)
yang sangat tinggi sebagai lembaga sentral bagi kehidupan keagamaan di
masyarakat. Hal ini dapat diberdayakan oleh Perguruan Tinggi sebagai
pelaksana dari tri dharma perguruan tinggi yang meliputi aspek pendidikan,
penelitian dan pengabdian, dan juga merupakan salah satu institusi yang
memiliki peran dan fungsi sebagai pengembangan keislaman, dakwah dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan melalui model pengabdian
masyarakat berbasis masjid diharapkan dapat memaksimalkan peran masjid
sebagai penggerak sektor dimensi kehidupan baik dunia maupun akherat.

52
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

Perubahan fungsi dan peran masjid ini terjadi karena adanya


perubahan pada unsur teknologi dan budaya non matterial. Pada era modern
teknologi berkembang sangat pesat sehingga dengan adanya perubahan
teknologi seringkali menghasilkan kejutan budaya yang pada gilirannya akan
memunculkan pola-pola perilaku yang baru. Maka dampaknya terhadap
kehidupan sosial dan budaya kurang signifikan (Supardi, 2001).
Memahami
Masjid secara universal berarti juga memahaminya sebagai sebuah
instrumen sosial masyarakat Islam yang tidak dapat dipisahkan
darimasyarakat Islam itu sendiri. Keberadaan Masjid pada umumnya
merupakan salah satu perwujudan aspirasi umat Islam sebagai tempat
ibadah yang menduduki fungsi sentral. Mengingat fungsinya yang strategis,
maka perlu dibina sebaik-baiknya, baik segi fisik bangunan maupun segi
kegiatan pemakmurannya.
Menurut Ahmad Sutarmadi, Masjid bukan sekedar memililiki peran
dan fungsi sebagai sarana peribadatan saja bagi jemaahnya. Mesjid memiliki
misi yang lebih luas mencakup bidang pendidikan agama dan pengetahuan,
bidang peningkatan hubungan sosial kemasyarakatan bagi para anggota
jemaah, dan peningkatan ekonomi jemaah, sesuai dengan potensi lokal yang
tersedia. Optimalisasi fungsi Masjid dalam kehidupan umat, tidak ditentukan
oleh kemegahan bangunan Masjid semata. Banyak ditemukan Masjid yang
besar, namun sepi jemaah dan minim kegiatan. Namun patut bersyukur
sejak beberapa dekade terakhir cukup banyak yang aktif dengan berbagai
kegiatan,seperti pengajian rutin, konsultasi agama dan keluarga,
pemberdayaan ekonomi umat dan lain-lain. Untuk itu yang diperlukan
seharusnya adalah mensikronkan pemberdayaan potensi Masjid dengan
pemberdayaan potensi sosial dan pendidikan dan lainnya untuk kepentingan
umat.
Olehnya itu hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggapan warga
tentang keberadaan masjid YAMP sangatlah beragam tergantung kondisi
yang dialami oeh para warga tersebut namun keseluruhaanya mengatakan
akan keberadaannya sangat membantu proses ibadah mereka sekaligus

53
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

mendekatkan diri mereka terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu lebih penting
selain didalam masjid tersebut memiliki ketenangan dan kenyamanan dalam
melakukan ibadah, disamping itu juga keberadaan masjid YAMP sangat
dibutuhkan oleh para warga karena keberadaannya yang baik ibadah yang
dilakukan juga terasa lurus dan rapat karena tidak adanya pembatas seperti
di masjid-masjid yang lain yang memiliki tiang didalam mesjid yang
menjadikan shaf sholat ada yang terputus. Selain itu juga masjid YAMP
sangat baik desainnya karena dalam penyampaian khotbah maupun
pengajian tidak dihalangi oleh oleh tiang sehingga jelas kelihatan yang
mengkhotbah dan memberikan materi jika dilakukan di dalam masjid, selain
itu juga ruang masjid terasa luas karena tidak ada tiang yang ada
didalamnya.
Masjid sebagai salah satu pemenuh kebutuhan spiritual sebenarnya
meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat, namun
masjid bukanlah hanya tempat untuk melaksanakan shalat saja. Tetapi juga
merupakan pusat kegiatan sosial kemasyarakatan dimasa rasululah SAW,
selain dipergunakan untuk shalat, berdzikir dan beri‟tikaf, masjid di
pergunakan untuk kepentingan sosial. Misalnya, sebagai tempat belajar dan
mengajarkan kebajikan (menuntut ilmu). Selain itu masjid juga berfungsi
sebagai tempat sosial kemasyarakatan seperti silaturahmi untuk memperkuat
persaudaraan, tempat menimba ilmu, tempat pengumpulan dana zakat, infaq
dan sadakah, lembaga solidaritas dan bantuan kemanusiaan, dan tempat
bergotong royong di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.
3. Analisis Kontribusi Masjid YAMP dalam Pembangunan Masyarakat
Muslim di Kota Ambon
Masjid merupakan wadah yang strategis dalam membina dan
menggerakkan potensi umat Islam untuk mewujudkan sumber daya manusia
(SDM) yang tangguh dan berkualitas. Sebagai pusat pembinaan umat,
eksistensi masjid kini dihadapkan pada berbagai perubahan dan tantangan
yang terus bergulir di masyarakat. Isu globalisasi dan masyarakat informasi
merupakan fenomena yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Semakin

54
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

dominannya sektor informasi dalam kehidupan masyarakat, tentu akan


memberikan banyak implikasi termasuk peluang dan tantangan kepada umat
Islam dalam bersosialisasi dan beraktualisasi di masyarakat luas.
Pengembangan sumber daya manusia melalui pemberdayaan
ekonomi jemaahnya merupakan sebuah cita-cita besar tentang revitalisasi
fungsi Masjid sebagai wadah pemberdayaan untuk kesejahteraan umat
Islam. Cita-cita besar ini merupakan sesuatu yang sangat historis dan sesuai
dengan konteksnya karena dalam Islam idealnya Masjid adalah pilar utama
dalam pembinaan para jemaah dan tokoh-tokoh Islam, disamping pilar-pilar
penting lainnya seperti pesantren menjadi tempat untuk pengkaderan ulama‟
dan kyai, perguruan tinggi Islam untuk membina para intelektual dan
cendikiawan muslim, serta pengusaha yang menjadi pilar dalam membangun
wirausahaan yang akan menopang bagi kebangkitan umat Islam di Indonesia
dan dunia Islam pada umumnya. Namun, terpenting bagi pembentukan
masyarakat Islam. Karena masyarakat muslim tidak akan terbentuk secara
kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap sistem, akidah
dan tatanan Islam. Hal ini tidak akan dapat dimunculkan kecuali dari Masjid.
Masjid merupakan simbol dari agama yang bisa menjadi
Transformative capacity agama Islam, seperti yang telah jelas terdapat
dalam buku sejarah Islam, baik secara sosial, politik maupun budaya. Maka
dalam hal ini masjid berfungsi untuk melangsungkan berbagai macam
aktivitas, meskipun secara umum masjid digunakan sebagai tempat untuk
beribadah. Keberadaan masjid akan selalu menjadi sebuah simbol, dan
merupakan tempat untuk melakukan berbagai aktivitas salah satunya yaitu
peribadahan.
Masjid merupakan pranata keagamaan yang tidak terpisahkan dari
kehidupan spiritual, sosial, dan kultural umat. Dimana ada umat Islam pasti di
situ ada masjid, masjid juga merupakan simbol keislaman, jika ada masjid
maka di situpun disinyalir ada kehidupan umat Islam. Masjid memiliki peran
yang cukup besar bagi masyarakat, bukan hanya sebagai tempat ibadah,
melainkan juga sebagai pusat peradaban bagi umat Islam. Selain itu, masih

55
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

banyak kontribusi masjid dalam pemberdayaan umat Islam, baik secara


individu, sosial maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Diantara salah satu kontribusi masjid YAMP dalam pembangunan
masyarakat Muslim di kota Ambon adalah sebagai pusat kegiatan pendidikan
dan layanan sosial, seperti kajian-kajian ilmu yang dilakukan di masjid oleh
pengurus masjid ataupun LDK. Sedangkan pada layanan sosial seperti buka
puasa bersama, pengembelihan hewan kurban, dan musyawarah dengan
warga. Keberadaan masjid haruslah dioptimalkan peran dan fungsinya,
sehingga kegiatan yang berlangsung seperti perekonomian dapat bertahan
dan berlangsung sesuai dengan yang direncanakan. Selain itu pengelolaan
masjid bertujuan agar masyarakat memiliki pemberdayaan diri, dan
keberadaan masjid dapat memberikan manfaat terhadap kehidupan
masyarakat.
Lembaga Dakwah Kampus Al-„Izzah IAIN Ambon adalah organisasi
intra kampus yang menjadi tumpuan dan harapan bagi kampus dalam
membantu pembentukan akhlak mahasiswa. Bentuk pembinaan yang tidak
monoton menjadi daya tarik tersendiri dan menjadi program unggulan
organisasi dalam penanaman nilai-nilai keislaman, keilmuan serta sosial
kemunusiaan. Aktifitas LDK yang bersifat keislaman mampu memberikan
penyadaran akhlak mulia dan dapat memberi pengaruh terhadap perilaku
mahasiswa dalam aktifitas kehidupannya. (Khozin, 2018. hlm. 52-63).
Kontribusi masjid dalam pembangunan masyarakat ini sangat perlu
karena masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah semata namun juga
bagaimana menjadikan sebagai icon perkembangan agama, maka perlu
adanya peran masjid dalam membangun masyarakat yang agamamis,
berpendidikan, serta mampu bagaimana menjadikan masjid sebagai layanan
sosial untuk menjadikan masjid sebagai peran utama dalam membangun
peradaban. Sebuah perspektif baru dalam memahami peran masjid, masjid
tidak lagi dipahami sebagai instrumen pasif layaknya sebuah gedung,
bangunan atau tempat melainkan sebagai suatu organisme hidup atau
instrument aktif yang mampu memotivasi, menggerakkan lingkungannya

56
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

untuk berkembang ke arah yang lebih baik, maka secara luas masjid
berubah menjadi lambang kebesaran Islam, pusat pengembangan ilmu
sehingga memotivasi lingkungan atau jama‟ahnya untuk berdaya dan sadar
akan pentingnya pendidikan, perekonomian, kegiatan sosial, budaya sampai
politik, sebagai eksistensi masyarakat itu sendiri.
Pengembangan sumber daya manusia melalui pemberdayaan
ekonomi masjid merupakan sebuah cita-cita besar tentang revitalisasi fungsi
Masjid sebagai wadah pemberdayaan untuk kesejahteraan umat Islam. Cita-
cita besar ini merupakan sesuatu yang sangat historis dan sesuai dengan
konteksnya karena dalam Islam idealnya masjid adalah pilar utama dalam
pembinaan para jemaah dan tokoh-tokoh Islam. Namun, terpenting bagi
pembentukan masyarakat Islam. Karena masyarakat muslim tidak akan
terbentuk secara kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap
sistem, akidah dan tatanan Islam. Hal ini tidak akan dapat dimunculkan
kecuali dari Masjid.
PENUTUP
Sejarah Masjid YAMP yang berada di Provinsi Maluku terdapat 6 buah
masjid. Keberadaanya 4 buah di Kota Ambon yaitu 1 buah di Kampus IAIN
Ambon, 1 buah di Kampus UNPATTI, 1 buah di Kelurahan Tihu/Perumnas
Poka, dan 1 buah di BTN Wayame. Sedangkan 1 masjid lagi berada di
Kabupaten Maluku Tenggara tepatnya di samping RSUD Kota Tual, 1 masjid
lagi diberada di Banda Naira Tanah Rata yang didirikan pertama kali pada
tahun 1986. Serta Model memakmurkan masjid YAMP oleh takmir masjid
atau masyarakat sekitar selain ibadah, dilakukannya kajian-kajian, diskusi-
diskusi dan juga kegiatan-kegiatan sosial yang berguna untuk masyarakat
serta jamaah masjid masjid YAMP di kota Ambon.
Tanggapan masyarakat tentang keberadaan masjid YAMP adalah
sangat dibutuhkan karena keberadaannya yang baik, dan sangat membantu
proses ibadah sekaligus mendekatkan diri mereka terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Selain itu masjid tersebut memiliki ketenangan dan kenyamanan
dalam melakukan ibadah kaena tidak ada pembatas. Selain itu juga masjid

57
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

YAMP sangat baik desainnya karena dalam penyampaian khotbah maupun


pengajian tidak dihalangi oleh tiang sehingga jelas kelihatan yang
mengkhotbah dan yang memberikan materi.
Kontribusi masjid YAMP dalam pembangunan masyarakat Muslim di
kota Ambon sangat baik hal ini bisa dilihat dari kajian-kajian rutin yang
dilaksanakan baik pengurus masjid maupun majelis ta‟lim baik itu kajian
rutin, buka puasa bersama, memotong hewan qurban, membantu
mahasiswa untuk tinggal di masjid, dan diskusi-diskusi keagamaan yang lain
dalam membangun negara kedepan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Aboebakar, Sedjarah Masjid dan Ibadah di Dalamnya Djakarta: N. V.


Visser, 2013.
[2] Abror, Indal. Aktualisasi Nilai-Nilai Budaya Masjid Pathok Negoro,
Jurnal ESENSIA Vol 17, No. 1, April 2016.
[3] Al Munawar, Said Agil Husein. Sambutan Menteri Agama Republik
Indonesia. Dalam Buku Pedoman Manajemen Masjid.
[4] Ali, Mukti. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, Jakarta Rajawali
Pers, 1987.
[5] An-Nahlawi, Abdurrahman. Ushulut Tarbiyah Al-Islam Wa Asalibuha,
Beirut: Darul Fikr, 1979.
[6] Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
[7] Ayyub, Moh. E. Manajemen Masjid Jakarta: Gema Insani Press,
1998.
[8] Azra, Azyumardi. Kelompok “Sempalan” di Kalangan Mahasiswa
PTU: Anatomi Sosio-Historis, dalam Fuaduddin & Cik Hasan Bisri,
(ed), Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan Tinggi, Ciputat: Logos,
2002.

58
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

[9] Bakar, Abu. Sejarah Masjid Dan Amal Ibadah Dalam Islam Jakarta
Fa. Adil.
[10] Bani, Sudin. Kontribusi Pesantren dalam Sistem Pendidikan Nasional
Auladuna, Vol. 2 No. 2 Desember 2015: 264-273 Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 36
Samata Gowa.
[11] Bhakti, N. Yudi. Pengertian Kontribusi (diakses dari 2012 http:// artikel
terkait, eprints.uny.ac.id/8957/3/BAB%202-08502241019.Pdf.
[12] Cholid, Nur. Kontribusi Filsafat Pragmatisme Terhadap Pendidikan
Magistra Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar dan Keislaman Volume 4., No.
1 Maret 2013 FAI Unwahas Semarang.
[13] Dahlan, Abdul Aziz et. Al., Ensiklopedi Hukum Islam. Jilid 6, Cet. I;
Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996.
[14] Depertemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Terjemahanya, Depok:
Cahaya Qur‟an 2011.
[15] Dikuti dari http://a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(12).pdf
dalam Anne Ahira, Terminologi Kosa Kata, Jakarta: Aksara, 2012.
[16] Djunaidi, AF. Lukman A. Irfan, Edi Safitri, Kebangkitan Masjid
Kampus di Yogyakarta: Eksklusif atau Inklusif, dalam Millah, Jurnal
Studi Agama, Dialektika Agama dan Realitas Sosial Masyarakat (Vol.
XV, No. 2, Februari 2016. Diterbitkan oleh: Program Pascasarjana
Magister Studi Islam Fakultas Ilmu Aama Islam Universitas Islam
Indonesia.
[17] Engku, Iskandar dan Siti Zubaidah, M.Ag. Sejarah Pendidikan Islam,
Cet. I: PT. Remaja Rosdakarya, 2014.
[18] Giri, I Made Ariasa. Kontribusi Sarana Pendidikan Terhadap Kualitas
Pendidikan Di Sekolah, Jurnal Penjaminan Mutu, Fakultas Dharma
Acarya IHDN Denpasar.
[19] Jumaeda ST, La Rajab, Nur Khozin, et. al, Pemberdayaan Guru
Pendidikan Agama Islam Melalui Peningkatan Kompetensi Guru
Pada Tingkat Sekolah Dasar Di Waimital al-Iltizam: Jurnal Pendidikan

59
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

Agama Islam, 2018.


[20] Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2008.
[21] Langer, Susanne Katherina Knauth. Philosophy in a New Key: A
Study in the Symbolism of Reason, Rite and Art Harvard Univercity
Press, 1997.
[22] Lemert, Charles. Social Theory: The Multicultural and Classic
Readings Oxford: Westview Press, 1993.
[23] Lenia, Pramise & Malta Nelisa, Tanggapan Masyarakat Terhadap
Layanan Di Perpustakaan Masjid Ummi Nagari Alahan Panjang
Kabupaten Solok, Jurnal. FBS Universitas Negeri Padang, 2014.
[24] Linton, Ralph. A Study of Man, an Introduction, Apleto-Century-Crofts.
Inc., New York, 1936.
[25] McLaughlin, T. & F. Lentricchia, Critical Terms for Literary Study
Chicago: The University of Chcago press.
[26] Muliawan, Jasa Ungguh. Pendidikan Islam Integratif, Cet. I: Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2004.
[27] Mutiari, Dhani dkk. Masjid-Masjid Muhammadiyah Di Yogyakarta.
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2 2014.
[28] Nursaid, Nur Khozin, et al. Islamic Education Reorientation In
Growing The Fitrah Goodness In The Era Of Globalization. al-Iltizam:
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2019.
[29] Mutiari, Dhani dkk. Masjid-Masjid Muhammadiyah Di Yogyakarta.
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2 2014.
[30] Nursaid, Nur Khozin, et al. Islamic Education Reorientation In
Growing The Fitrah Goodness In The Era Of Globalization. al-Iltizam:
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2019.
[31] Purwanto, Nurtanio Agus. Kontribusi Pendidikan Bagi Pembangunan
Ekonomi Negara, Jurnal manajemen pendidikan, no. 02/Th
II/Oktober/2006.
[32] Pelupessy, Nur Khozin Abdullah; Husein, Saddam. Pembinaan

60
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

Akhlak Mulia Mahasiswa Dalam Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al-


Izzah IAIN Ambon. al-Iltizam: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2018.
[33] Sugiyono, Memahami Penelitian Kualtitatif Bandung: Alpabeta, 2005.
[34] ---------, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D Bandung:
Alfabeta, 2009.
[35] Suharjanto, Didiek dkk, Kinerja Termal pada Masjid Amal Bhakti
Muslim Pancasila, Spectra, Nomor 29 Volume XV Januari-Juni 2017.
[36] Sutarmadi, Ahmad. Visi, Misi dan langkah strategis; Pengurus Dewan
Masjid Indonesia dan Pengelola Masjid, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
2002.
[37] Sutherland, Robert L. (dkk), Introductory Sociology, Ed. 6, J. B.
Lippincott Company, Chicago, Philadelphia, New York, 1961.
[38] Tanjung, Syaiful Akhyar. http//www.yadmi.or.id masjid-sebagai-
pusat-pemberdayaan-ekonomi untukesehjateraan-umat-islam-
indonesia.
[39] Tauhid, Abu. Beberapa Aspek Pendidikan Islam, Yogyakarta:
Sekretaris Jurusan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, 1990.
[40] Tilaar, H. A. R. Manejemen Pendidikan Nasional, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1992.
[41] Toynbee, Bacalah Arnold. The Disintegrations of Civilization, dalam
Theories of Sociaty, The Free Press, New York, 1965.
[42] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
[43] Wijaya, Cece Dkk, Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan Dan
Pengajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988.
[44] Yulian, Yoseph dan William Korllum, Social Problem Enlewood Clifis:
New Jersey Prentical Hall, Inc, 1989.
[45] Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan, Cet. I; Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.
[46] Zuly, Qodir dkk, Islam Kampus dalam Perubahan Politik Nasional:
Studi Keislaman Masjid UGM, UNY, UIN Sunan Kalijaga, UII dan

61
a l - i l t i z a m : J u r n a l P e n d i d i k a n A g a m a I s l a m , Vol. 6, No. 1, Juni 2021

UMY Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta: Sekolah


Pascasarjana Universitas Gajah Mada, 2010.
[47] 2Eprints.Uny.ac.id/8957/3/BAB°./`202-08502241019, Pengertian
Kontribusi, Akses Tanggal 12 Agustus 2013, Jam 16.30 W1B
Pengertian Kontribusi.
[48] http://soeharto.co/daftar-masjid-yayasan-amalbhakti-muslim-
pancasila-yamp-provinsi-sumatera-selatan
[49] https://soeharto.co/999-masjid-yayasan-amal-bakti-muslim-pancasila/

62

You might also like