23101-Article Text-71139-1-10-20211130
23101-Article Text-71139-1-10-20211130
23101-Article Text-71139-1-10-20211130
ABSTRACT
Vulvitis is an inflammation of the female vulva reproduction organs wich is characterized by
symptoms og itching, burning and thick discharge from the genitals. The cause of vulvitis can be caused
by irritaion which then causes infection, or that infection itself. Causes of infection include fungi,
viruses, bacteria, and parasites. The most common causes of infection are bacterial vulvovaginitis and
the most common causes of non-infectious are irritants and allergies. Risk factors for vulvitis include
young age, hormonal condition, sexual activity with another partners, history of disease such as diabetes
mellitus, HIV, or allergies, use of feminine hygiene products that can causes irritation, douching habits,
wearing too tight clothes, bad hygiene and smoking. Examination that can be done to ensure vulvitis
can be directed with anamnesis, directed physical examination and also supporting examinations.
Therapies for vulvitis include non-pharmacological and pharmacological therapies, the point to this
theraphy is the hygiene of the reproductive organs. Because women need to be equipped with knowledge
about this condition because its frequent occurrence and when it occurs, proper management can reduce
its severity.
INTISARI
Vulvitis merupakan peradangan pada organ reproduksi vulva wanita yang ditandai dengan gejala
gatal, perih dan keluarnya cairan kental dari kemaluan. Penyebab vulvitis dapat disebabkan karena
iritasi kemudian menyebabkan infeksi, ataupun infeksi itu sendiri. Penyebab infeksi meliputi jamur,
virus, bakteri dan parasit. Penyebab tersering dari infeksi adalah vulvovaginitis bakterialis dan penyebab
tersering akibat non-infeksi adalah iritan dan alergi. Faktor risiko dari vulvitis antara lain usia muda,
kondisi hormonal, aktivitas seksual yang sering bergonta-ganti pasangan, riwayat penyakit seperti
diabete melitus, HIV ataupun alergi, penggunaan produk pembersih area kewanitaan yang dapat
menyebabkan iritasi, kebiasaan douching, menggunakan pakaian dalam terlalu ketat, kebiasaan higiene
buruk dan merokok. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memastikan vulvitis dapat diarahkan
dengan anamnesis, pemeriksan fisik terarah dan juga untuk membantu dapat dilakukan pemeriksan
penunjang. Terapi untuk vulvitis antara lain dapat dilakukan terapi non farmakologis dan farmakologis,
kunci dari terapi tersebut yaitu higienitas dari bagian organ reproduksi. Oleh karena kaum wanita perlu
dibekali pengetahuan mengenai kondisi ini mengingat kejadiannya yang seringkali terjadi dan apabila
sudah terjadi, penatalaksanaan yang tepat dapat mengurangi keparahan yang ada.
Vulvitis akibat iritasi dapat disebabkan gonorrhea, sifilis, dll yang dapat menjadi
oleh riwayat kontak organ kelamin luar wanita penyebab dari vulvitis (Paladine & Desai, 2018;
dengan beberapa produk seperti sabun mandi, Staff, 2019).
sabun khusus pembersih alat kewanitaan, 4. Riwayat penyakit dan riwayat pengobatan
sampo, tisu toilet, parfum, deodoran, bedak medis
tabur, atau deterjen. Selain itu, iritasi pada Adanya penyakit penyerta, seperti
vulva juga dapat disebabkan oleh beberapa vaginitis, diabetes tidak terkontrol, PMS
aktivitas seperti penggunaan pakaian dalam (Penyakit Menular Seksual), penyakit
yang bukan berbahan katun, berenang, atau autoimun, status imunodefisiensi (misalnya:
perlukaan pada vulva akibat gesekan setelah HIV), atau gangguan endokrin, dapat menjadi
kegiatan bersepeda atau olahraga berkuda faktor risiko terjadinya vulvitis (Konar, 2014;
(Ikatan Dokter Indonesia, 2017; John Hopkins Paladine & Desai, 2018; Staff, 2019). Beberapa
Medicine, 2020; Konar, 2014). penyakit kulit penyerta juga ikut berperan
dalam meningkatkan kejadian vulvitis, seperti
Faktor Risiko Vulvitis dermatitis atopi, dermatitis alergi, psoriasis,
Beberapa faktor-faktor yang lichen simplex/planus/sclerosus, kanker kulit
meningkatkan kejadian vulvitis pada seorang (squamous cell carcinoma), impetigo,
wanita antara lain: erysipelas, dan lain-lain (Konar, 2014; Willacy,
1. Usia H., & Tidy, C. 2015). Selain riwayat penyakit,
Pertambahan usia seorang wanita sebagai riwayat pengobatan misalnya konsumsi
faktor risiko vulvitis berkaitan dengan antibiotik, obat steroid, kemoterapi, atau
peningkatan derajat pH vagina. Derajat pH radioterapi juga perlu ditanyakan karena
yang tinggi akan mengubah flora-flora bakteri berhubungan dengan kejadian vulvitis
normal di daerah vagina menjadi bakteri yang (Paladine & Desai, 2018; Staff, 2019).
bersifat patogen (Krapf, 2021). Selain itu, 5. Penggunaan produk kebersihan pada area
dengan bertambahnya usia, kulit pada daerah kewanitaan
vulva akan mengalami atrofi sehingga Penggunaan produk-produk pembersih
meningkatkan risiko terjadinya peradangan seperti sabun ataupun sampo maupun
pada daerah vulva (Paladine & Desai, 2018). penggunaan produk wewangian (seperti
2. Hormonal deodoran atau parfum) pada area vulva dapat
Perubahan hormonal dapat terjadi pada menyebabkan iritasi pada area vulva. Selain itu,
beberapa kondisi, misalnya sedang hamil, beberapa orang memiliki kecenderungan alergi
akibat konsumsi pil kontrasepsi, mendekati terhadap produk-produk tersebut, sehingga
masa pubertas, atau mendekati masa dapat meningkatkan risiko kejadian vulvitis
menopause. Selain itu, defisiensi estrogen juga (Paladine & Desai, 2018).
dapat menjadi faktor risiko vulvitis misalnya 6. Kebiasaan douching vagina
pada anak perempuan yang belum pubertas, Douching vagina adalah suatu tindakan
wanita paska menopause, atau akibat untuk membersihkan vagina dengan cairan
penggunaan medikasi antiestrogen (Paladine & tertentu. Biasanya cairan tersebut dikemas
Desai, 2018; Staff, 2019). dalam sebuah douche, yakni wadah/kantong
3. Aktivitas seksual yang dilengkapi dengan selang atau semprotan
Aktivitas seksual yang tidak aman, yang berfungsi untuk mengalirkan cairan
misalnya sering gonta-ganti pasangan seksual, pembersih ke area kewanitaan. Menurut hasil
hubungan seksual tanpa menggunakan proteksi dari suatu penelitian, tindakan douching vagina
(misalnya: kondom), akan meningkatkan risiko meningkatkan risiko terjadinya penyakit
terjadinya vulvitis. Hal ini terjadi karena vaginosis bakterialis. Hal ini kemungkinan
aktivitas seksual yang tidak aman berhubungan disebabkan oleh terganggunya keseimbangan
dengan penyakit menular seksual seperti jumlah flora-flora bakteri normal di area
H. ducreyi (penyakit kankroid/ulkus mole) Sediaan apus dari dasar ulkus dan diwarnai dengan
pewarnaan Gram atau Unna Pappenheim, ditemukan
coccobacillus negatif Gram yang berderet seperti rantai
C.trachomatis Spesimen dari duh tubuh genital
Sediaan apus Gram: jumlah leukosit PMN >30/LPB
Tidak ditemukan etiologi spesifik
Sediaan basah: tidak ditemukan Trichomonas vaginalis
Nucleic Acid Amplification Test (NAAT)
HSV (penyakit herpes simpleks genitalis) Kultur virus
Deteksi antigen (dengan enzyme immunoassay atau
fluorescent antibody), atau PCR DNA HSV
Serologi IgM dan IgG anti-HSV 1 dan 2
Candida spp. (penyakit kandidosis vulvovaginalis) Pada pemeriksaan sediaan basah (dari spesimen yang
berasal dari duh tubuh vagina di dinding lateral vagina)
dengan larutan KOH 10% ditemukan blastospora dan
atau pseudohifa
Kultur jamur dengan media Saboraud
Trichomonas vaginalis (penyakit trikomoniasis) Pemeriksaan sediaan basah dengan larutan NaCl fisiologis
(dari spesimen duh tubuh yang berasal dari forniks
posterior), didapati parasit Trichomonas vaginalis dengan
pergerakan flagelanya yang khas
Sumber: Stefansson & Chelmow, 2021
Nelson, T. M., Borgogna, J. C., Michalek, R. D., Robert, Shaaban, O. M., Youssef, A. E. A., Khodry, M. M., &
D. W., Rath, J. M., Ravel, J., Shardell, M. D., Mostafa, S. A. 2013. Vaginal douching by women
Yeoman, C. J., & Brotman, R. M. 2018. Cigarette with vulvovaginitis and relation to reproductive
smoking is associated with an altered vaginal health hazards. BMC Women's Health. vol.
tract metabolomic profile. Scientific Reports. vol 13(23): 1-6. https://doi.org/https://doi.org/
8: 1–13. https://doi.org/10.1038/s41598-017- 10.1186/1472-6874-13-23.
14943-3. Spence, D., & Melville, C. 2007. Vaginal discharge.
Paladine, H.L., & Desai, U.A. (2018). Vaginitis: BMJ. vol 335: 1147–1151. https://doi.org/10.
Diagnosis and treatment. American Family 1136/bmj.39378.633287.80.
Physician. vol. 97(5): 321–329. Staff, M. C. (2019). Vaginitis. https://www.mayoclinic.
PERDOSKI. 2017. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter org/diseases-conditions/vaginitis/symptoms-
Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Jakarta: causes/syc-20354707.
PERDOSKI. Willacy, H., & Tidy, C. 2015. Vulvitis: Causes,
Reed B.D., Caron A.M., Gorenflo D.W., Haefner H.K. Symptoms, and Treatment. https://patient.info/
2006. Treatment of vulvodynia with tricyclic doctor/vulvitis-proatient.
antidepressants: efficacy and associated factors. J.
Low. Genit. Tract. Dis. vol. 10: 245-251.