20-28 Anisfu+jurnal
20-28 Anisfu+jurnal
20-28 Anisfu+jurnal
1 Februari 2023 | ISSN: 2829-0437 (cetak), ISSN: 2829-050X (online), Hal 20-28
PENGARUH SAFETY LEADERSHIP DAN SAFETY CLIMATE MELALUI SAFETY BEHAVIOR
TERHADAP KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN
Article History Abstract: Work accidents in the construction sector are still a work safety
Received : Januari 2023 problem both in the world and in Indonesia that require attention from various
parties. Safety behavior will make employees avoid the risk of accidents and
Revised : Februari 2023
create a sense of security at work so as to increase employee productivity. Several
Accepted : Februari 2023 studies conducted by researchers found that safety behavior is influenced by
Published : Februari 2023 leadership and company climate. The safety leadership approach can be one of the
solutions to promote occupational safety and health more comprehensively. This
Corresponding author: study aims to determine the effect of safety leadership and safety climate through
Anisfurahman@gmail.com safety behavior on work accidents at PT Enseval Putera Megatrading Batam
employees. The research design used in this research is descriptive and
verification method using path analysis. With a sample of 52 respondents at PT
No. Contact: Enseval Putera Megatrading Batam. The results showed that there was a
significant influence between safety behavior on the work accident variable with a
path value of 0.889, there was a significant influence between safety leadership on
Cite This Article: the Safety behavior variable with a path value of 0.550, there was a significant
influence between safety leadership on the work accident variable with a path
value paths of 0.530. Indirectly, safety leadership through safety behavior has no
effect on work accidents because the test results are smaller than the direct value.
There is a significant influence between safety climate on the safety behavior
variable with a path value of 0.447. The path value is 0.478. Indirectly, safety
climate through safety behavior has no effect on work accidents because the test
results are smaller than the direct value. It is recommended to carry out more
intense programs in the field of K3 by conducting trainings and scientific
DOI: development
Keywords: Safety Behaviour, Safety Leadership dan Safety Climate
PENDAHULUAN
Kecelakaan kerja sektor konstruksi masih menjadi masalah keselamatan kerja baik di dunia maupun
di Indonesia yang memerlukan perhatian dari berbagai pihak. Pada dasarnya di semua tempat kerja selalu
terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja [1]. Hampir
tak ada tempat kerja yang sama sekali bebas dari sumber Menurut data BPJS Ketenagakerjaan, jumlah
kasus kecelakaan kerja (KK) dari tahun 2016 hingga saat ini mengalami peningkatan. Tahun 2016,
jumlah KK sebanyak 101.368 kasus dengan jumlah klaim mencapai Rp 833.44 miliar. Tahun 2017
sebanyak 123.041 kasus KK dengan total klaim Rp 971,62 miliar. Kemudian, di tahun 2018 sebanyak
173.415 kasus KK dengan total klaim Rp 1,22 triliun. Hingga akhir September 2019 total KK sebanyak
130.923 kasus dengan klaim Rp 1,09 triliun. Per akhir September 2019, sektor yang berkontribusi relatif
besar terjadinya KK adalah industri pengolahan. Yaitu sebanyak 50.358 kasus, perdagangan besar 9.559
kasus, transportasi dan pergudangan 2.694 kasus. Angka Kecelakaan Kerja Tahun 2020 Meningkat.
Menurut data dari BPJAMSOSTEK angka klaim kecelakaan kerja pada semester I 2020, yakni dari
Januari sampai dengan Juni, meningkat 128 persen. Angka ini naik dari sebelumnya hanya 85.109 kasus
menjadi 108.573 kasus. Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak
selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan dalam bekerja. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja,
maka keselamatan dan kesehatan kerja merupakan cara menanggulangi kecelakaan kerja dengan
meniadakan unsur penyebab kecelakaan atau dengan mengadakan pengawasan yang ketat. Tujuan dari
keselamatan dan kesehatan kerja pegawai adalah agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis. Faktor psikologis merupakan salah satu bidang
yang harus mendapat perhatian, karena merupakan hal yang berkaitan dengan perilaku kerja yang
berpengaruh pada kinerja [2].
Salah satu penyebab kejadian kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah pelaksanaan dan
pengawasan K3 yang belum maksimal, sekaligus perilaku keselamatan masyarakat industri pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya yang belum optimal. Penyebab dominan terjadinya kecelakaan
kerja adalah kesalahan pengoperasian akibat kelalaian manajemen yang berinteraksi dengan tindakan dan
kondisi yang tidak aman [3].
Kecelakaan kerja secara umum disebabkan oleh 2 faktor utama yaitu perilaku tidak aman (unsafe
action) dan lingkungan kerja tidak aman (unsafe condition) dan 85% kecelakaan adalah kontribusi dari
perilaku tidak aman (Unsafe action). Pimpinan dan manajemen tempat kerja dan para pekerja harus
melakukan upaya keselamatan dan kesehatan kerja secara nyata untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja. Upaya pengendalian terhadap kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan Safety
behaviour pada para tenaga kerja [4].
Safety behaviour akan membuat karyawan terhindar dari resiko kecelakaan dan menciptakan rasa
aman dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas karyawan. Peningkatan produktivitas
karyawan tentu akan berpengaruh pada peningkatan kinerja perusahaan. Safety behaviour ke dalam dua
tipe yaitu, safety compliance dan safety participation. safety compliance adalah perilaku patuh dalam
menjalankan aturan keselamatan dalam bekerja di lingkungan kerja contoh : menjalankan prosedur
standar K3 & menggunakan peralatan keselamatan kerja, sedangkan Safety Participation adalah perilaku
individu yang mendukung keselamatan bekerja di lingkungan kerja contoh : berpartisipasi hadir dalam
rapat yang berkaitan keselamatan kerja [5].
Pelaksanaan keselamatan kerja yang baik dalam perusahaan tidak hanya bergantung pada satu hal.
Namun membutuhkan keterkaitan berbagai hal untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pada Penelitian
ini penulis tertarik untuk mengetahui Pengaruh Safety Leadership Dengan Dimensi Safety Motivation,
Safety Concern, Safety Policy Dan Safety Management Terhadap Safety Behavior Pada Karyawan Pt
Enseval Putera Megatrading Batam. Persepsi keselamatan dari pekerja dapat memicu pekerja untuk
melakukan pekerjaan dengan memperhatikan keselamatan kerja yang dicontohkan oleh pimpinannya
maka diprediksi bahwa perilaku keselamatan kerja (safety behavior) dari pekerja dapat tercapai dan
kecelakaan kerja yang menimbulkan kerugian dapat dihindari.
Penulis memilih PT. Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT) merupakan PT yang bergerak dalam
bidang distribusi dan penyediaan produk farmasi, produk konsumen, peralatan medis, kosmetik dan
produk perdagangan lainnya. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1993. PT. Kalbe
Farma Tbk, yang didirikan di Indonesia, merupakan induk perusahaan dan induk perusahaan utama dari
Enseval dan anak perusahaannya yang terdapat di Kota Batam. Selama 5 tahun terakhir terdapat 215
kecelakaan kerja. Setelah di analisis melalui wawancara awal oleh manajemen, kecelakaan disebabkan
oleh kurangnya karyawan yang menjalankan prosedur standar K3 dan kurang berperilaku mendukung
keselamatan bekerja di lingkungan kerja. Pendekatan safety leadership, dapat menjadi salah satu solusi
untuk mempromosikan keselamatan dan kesehatan kerja lebih komprehensif lagi. Dengan diketahuinya
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji Safety Leadership dan Safety
Climate dan Safety Behaviour Pada Karyawan PT Enseval Putera Megatrading Batam. Sedangkan metode
verifikatif dalam penelitian menggunakan analisis jalur (Path Analysis) untuk mengetahui dan mengkaji
seberapa besar pengaruh atara variabel Safety Leadership dan Safety Climate terhadap Safety Behaviour
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Univariat dan Bivariat. Analisis
bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel dependen dan independen dalam bentuk tabulasi
silang (cross tabulation) dengan menggunakan system komputerisasi program Statistical Package for
SocialScience (SPSS) dengan Uji statistic Chi-Square.
Tabel 1. menunjukan untuk karakteristik reponden penelitian dari segi umur sebagian besar adalah
umur 30-39 tahun yaitu 86,5 %. Dari segi pendidikan sebagian besar adalah Sarjana yaitu 53,8 %. Dan
dari segi jenis kelamin sebagian besar adalah laki laki yaitu 80,8%.
Berdasarkan Tabel 2. menunjukan sebagian besar responden tidak baik dalam prilaku safety
behaviour yaitu 55,8% sedangkan responden yang baik dalam prilaku safety behaviour yaitu 44,2%.
Berdasarkan tabel 3. menunjukan sebagian besar responden menyatakan prilaku safety leadership
yang tidak baik yaitu 51,9% sedangkan responden yang menyatakan perilaku safety leadership yang baik
yaitu 48,1%.
Berdasarkan Tabel 4. menunjukan sebagian besar responden menyatakan prilaku safety climate
yang tidak baik yaitu 55,8% sedangkan responden yang menyatakan perilaku safety climate yang baik
yaitu 44,2%.
Berdasarkan Tabel 5. mengenai Interpretasi Koefisian Jalur Model diketahui nilai signifikasi
variabel safety behaviour sebesar 0,000 (<0,05) maka berkesimpulan bahwa variabel safety behaviour
berpengaruh signifikan terhadap variabel kecelakaan kerja.
Untuk variabel safety leadrship diketahui nilai signifikasi variabel safety leadership sebesar 0,002
(<0,05) maka berkesimpulan bahwa variabel safety leadership berpengaruh signifikan terhadap variabel
kecelakaan kerja. Sedangkan Untuk variabel safety climate diketahui nilai signifikasi variabel safety
Climate sebesar 0,008 (<0,05) maka berkesimpulan bahwa variabel safety climate signifikan terhadap
variabel kecelakaan kerja.
Berdasarkan tabel 4.6 dilihat dari tabel mode summari diketahui nilai R Square sebesar 0,841 yang
memiliki arti bahwa sumbangan pengaruh variabel safety behaviour, safety leadership dan safety climate
terhadap kecelakaan kerja sebesar 84,1%. Sedangkan nilai e2 dapat dicari dengan rumus e2 =
√1 − 0,841 = 0,398
Diagram Jalur Model
Safety Leadership
e1= 0,546 e2= 0,398
Safety 0,889 Kecelakaan
Behaviour Kerja
Safety Climate
Berdasarkan diagram jalur model diketahui variabel safety leadership memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap safety behavior yaitu sebesar 0,550. Dan untuk variabel safety climate memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap safety behaviour yaitu sebesar 0,447. Untuk jalur model diketahui
variabel safety leadership memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kecelakaan kerja yaitu sebesar
0,530. Untuk variabel safety climate memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kecelakaan kerja
yaitu sebesar 0,478. Dan untuk variabel safety behaviour mmeberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kecelakaan kerja yaitu sebesar 0,889.
Pembahasan
Pengaruh Safety Behaviour Terhadap Kecelakaan Kerja
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 menunjukan sebagian besar responden tidak baik dalam
prilaku safety behaviour yaitu 55,8% sedangkan responden yang baik dalam prilaku safety behaviour
yaitu 44,2%. Sedangkan Berdasarkan hasil penelitian pada tabel diata mengenai Interpretasi Koefisian
Jalur Model II diketahui nilai signifikasi variabel safety behaviour sebesar 0,000 (<0,05) maka
berkesimpulan bahwa variabel safety behaviour berpengaruh signifikan terhadap variabel kecelakaan
kerja dengan nilai jalur path sebesar 0,889.
Behavior based safety adalah sistem yang digunakan perusahaan untuk mengubah perilaku dan sikap
karyawan yang tidak aman. behavior based safety mendidik karyawan untuk mencari akar penyebab
perilaku rawan kecelakaan. Hal ini menyadarkan kecenderungan perilaku karyawan yang menyebabkan
tingginya risiko kecelakaan kerja. Perilaku yang diamati didokumentasikan dan dibahas dalam rapat,
sehingga setiap orang dapat memiliki lingkungan yang lebih aman [6].
Penerapan program safety behaviour di PT Enseval Megtrading belum sesuai dengan penerapan
program behavior-based safety secara teori. Untuk penerapan program behavior based safety secara teori
seharusnya evaluasi observasi perilaku keselamatan dilakukan setiap bulan oleh departemen keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) dan membuat laporan statistik terhadap hasil pengamatan yang diperoleh.
Sehingga dengan hasil evaluasi obeservasi perilaku keselamatan dapat dilakukan review dan umpan balik.
Pada pekerja yang sangat memperhatikan prilaku safety behaviour jarang terjadi kecelakaan kerja. Hal ini
dapat diambil kesimpulan bahwa safety behaviour sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja [7].
Pada dasarnya pelaksanaan yang baik dari program behavior based safety tidak terlepas dari
kepedulian rekan-rekan kerja dan juga supervisor atau pihak pengawasan yang harus dilakukan secara
rutin. Dalam hal ini peran manajemen merupakan faktor pendukung terbentuknya sebuah perilaku yang
diinginkan. Manajemen juga harus berperan dalam pengintegrasian program behavior based safety ke
dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Sehingga dengan adanya pembenahan
tersebut tercapai budaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Y. Syahrial, “Pengaruh Safety Leadership Dan Safety Climate Pada Safety Behaviour,” Ris. Manaj.
dan Akunt., vol. 8, no. 1, 2017.
[2] I. P. Nosary and R. P. Adiati, “Pengaruh Kepemimpinan Tranformational Dan Safety Climate
Terhadap Safety Behavior di Mediasi Oleh Safety Knowledge,” Bul. Ris. Psikol. Dan Kesehat.
Ment., vol. 1, no. 1, pp. 756–767, 2021.
[3] M. A. Setiawan and T. S. Agustina, “Pengaruh safety climate terhadap kecelakaan kerja dengan
safety behavior sebagai variabel intervening pada karyawan PT. Panca wana indonesia di Krian,” J.
Manaj. Teor. Terap., vol. 7, no. 2, pp. 125–136, 2014.
[4] C. I. Setiawan, E. Nopiyanti, and A. J. Susanto, “Analisis Hubungan Safety Climate Dengan Safety
Behavior Pada Pekerja Konstruksi Proyek Apartemen El-Centro, Pt Totalindo Eka Persada, Bogor,”
J. Untuk Masy. Sehat, vol. 1, no. 1, pp. 95–116, 2017.
[5] D. S. Hedaputri, R. Indradi, and A. P. Illahika, “Kajian literatur: hubungan tingkat pengetahuan
kesehatan dan keselamatan kerja (k3) dengan kejadian kecelakaan kerja,” CoMPHI J. Community
Med. Public Heal. Indones. J., vol. 1, no. 3, pp. 185–193, 2021.
[6] U. F. Huda, A. Sukmawati, and I. M. Sumertajaya, “Model perilaku keselamatan kerja karyawan
pada industri berisiko tinggi,” Asian J. Technol. Manag., vol. 15, no. 1, p. 51, 2016.
[7] A. Agustina, B. Chahyadhi, and D. Ardyanto, “Hubungan safety leadership dengan safety
performance pada pekerja industri pakan ternak Sidoarjo,” Prev. Indones. J. Public Heal., vol. 4, no.
2, pp. 81–92, 2019.
[8] H. Marzuki, R. A. Sularso, and M. Purbangkoro, “Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja,
Kepimimpinan Dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Karyawan Pada Perusahaan
Minyak Dan Gas Bumi ‘X’ Di Propinsi Kalimantan Timur,” BISMA J. Bisnis dan Manaj., vol. 12,
no. 1, pp. 51–65, 2018.
[9] F. K. Rusdiana, “Pengaruh Safety Leadership Dan Safety Climate Terhadap Safety Performance
Karyawan Dengan Safety Knowledge Sebagai Variabel Intervening.” Universitas Airlangga, 2017.