6070 12504 1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN


UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN
DENGAN STRUKTUR MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDOENSIA TAHUN 2013 – 2015)

Sinta Ramaiyanti, Emrinaldi Nur dan Yesi Mutia Basri

Program Studi Magister Akuntansi Pasca Sarjana Universitas Riau


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau

ABSTRAK

This study aims to determine the effect of business risk, dividend policy and firm
size partially to financial performance. Furthermore, this study also examines the
role of capital structure as the mediation of the relationship between business
risk, dividend policy and firm size with financial performance. Population in this
research is a manufacturing company listed on Indonesia Stock Exchange (IDX)
between the years 2013 to 2015 has been used.. The sampling method used in this
study is purposive sampling, so that obtained 71 samples. This study uses
secondary data obtained from the website of Indonesia Stock Exchange and Bank
Indonesia. The statistical method used to test the research hypothesis is the
Structural Equation Model (SEM) based on Partial Least Square (PLS) with the
help of the WarpPLS 6.0 program.

The result of this research proves that business risk, dividend policy has a
negative and significant effect on capital structure, while firm size has a positive
and significant effect on capital structure. Then the capital structure has a
negative and significant effect on financial performance.Business risk has positive
and significant effect to financial performance whille dividend policy and firm
size has no effect to financial performance. Furthermore, business risk, dividend
policy, and firm size partially affect the financial performance through the capital
structure.

Kata Kunci : Business Risk, Dividend Policy, Firm Size, Capital Structure,
Financial Performance And Partial Least Square.

65
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

PENDAHULUAN

Bagi pemilik modal (investor), keberadaan pasar modal diperlukan sebagai wadah
untuk berinvestasi, yaitu dengan mendapatkan deviden bagi mereka yang
memiliki/memegang saham dan bunga yang mengambang bagi pemegang
obligasi. Selain itu, investor dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa
instrumen yang bisa mengurangi risiko (Astuti, 2010:5). Perusahaan-perusahaan
publik yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dituntut untuk selalu
memperhatikan kinerja sebagai alat ukur keberhasilan perusahaan. Perusahaan
perlu melakukan analisis laporan terhadap laporan keuangan. Para investor
menggunakan laporan keuangan untuk menganilsis kinerja suatu perusahaan,
yang nantinya akan digunakan untuk membuat keputusan berinvestasi dalam
bentuk saham apabila perusahaan dipandang memiliki prospek bagus (Fahmi,
2012). Harga saham merupakan cerminan dari kinerja keuangan perusahaan dan
cerminan kepercayaan investor. Harga saham akan bergerak searah dengan
kondisi keuangan perusahaan. Jika kinerja keuangan perusahaan baik maka harga
saham perusahaan pun akan meningkat dan sebaliknya jika kinerja keuangan
perusahaan tidak baik atau menurun maka harga saham perusahaan juga akan
turun.

Sektor Industri manufaktur merupakan sektor perusahaan yang menjadi


pertimbangan investor untuk membeli sahamnya. Perkembangan perusahaan
manufaktur di Indonesia sendiri semakin bertumbuh. Hal ini dapat dilihat dari
semakin banyaknya perusahaan manufaktur yang didirikan di Indonesia. Berikut
jumlah perkembangan perusahaan manufaktur di Indonesia dari tahun 2013
sampai dengan 2015:

Pertumbuhan Emiten Sektor Manufaktur di BEI


138 143
145 134
140
135
130
125
120
2013 2014 2015

Dari grafik diatas, tampak bahwa perusahaan manufaktur mengalami


perkembangan dari tahun ke tahun. Grafik pertumbuhan perusahaan manufaktur
di pasar modal tidak diiringi dengan perkembangan indeks harga saham pada
sektor industri manufaktur. pada tahun 2013 sampai tahun 2014 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan, meskipun pada tahun 2015 mengalami
penurunan sebesar 13,8%, dari tahun sebelumnya Rp 1.335,21 menjadi Rp
1.151,68.

66
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Berikut ini perkembangan harga saham perusahaan manufaktur periode 2013


sampai dengan 2015;

Indeks Harga Saham Sektor Manufaktur Tahun 2013 - 2015


1400 1335,21
Harga (Rp)

1300
1200
1150,62 1151,68
1100
1000
2013 2014 2015
Tahun

Hal ini menjadi fenomena yang perlu diteliti yang dimungkinkan karena faktor
kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat. Jika dalam kondisi keuangan yang
tidak sehat atau dalam kesulitan keuangan, perusahaan perlu mengevaluasi
kinerjanya serta melakukan serangkaian perbaikan, agar tetap tumbuh dan dapat
bersaing. Sebuah strategi untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja
keuangan sebuah perusahaan salah satunya adalah dengan mengevaluasi struktur
modal.

Restrukturisasi modal atau keuangan adalah penyusunan ulang komposisi modal


perusahaan supaya kinerja keuangan menjadi lebih sehat. Penentuan sumber
pendanaan merupakan hal kompleks yang menjadi bahan pertimbangan bagi
perusahaan dalam memutuskan penggunaan dana apakah dari dalam perusahaan
yang berasal dari laba ditahan dan depresiasi ataupun dana dari luar perusahaan
yang berasal dari hutang, yaitu dana yang berasal dari kreditur.

Pengambilan keputusan investasi oleh investor perlu mempertimbangkan risiko


yang akan dihadapi perusahaan apabila perusahaan lebih dominan di biayai oleh
hutang. Brigham dan Houston (2011) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
risiko bisnis adalah suatu fungsi dari ketidakpastian yang inheren di dalam
proyeksi pengembalian atas modal yang diinvestasikan di dalam sebuah
perusahaan. Perusahaan yang memiliki risiko tinggi cenderung kurang dapat
menggunakan hutang yang besar, seperti yang telah dijelaskan dalam Trade off
theory yang pada intinya menyeimbangkan manfaat dan risiko yang timbul akibat
penggunaan hutang.

67
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Penentuan sumber pendanaan intern aplikasinya adalah penentuan kebijakan


dividen yang digambarkan pada rasio dividend payout ratio dan dividend yield
ratio (Sitanggang, 2012 :6). Kebijakan dividen adalah keputusan untuk
menentukan berapa besarnya bagian laba bersih yang diperoleh perusahaan akan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen dan berapa besarnya laba
yang ditahan sebagai sumber pembiayaan internal perusahaan. Menurut teori
Signaling Hypotesis, Ross (1977) dalam Khurniaji (2013) menyebutkan, ada bukti
empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga
saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham
turun.

Ukuran perusahaan secara umum dapat diartikan sebagai suatu skala yang
mengklasifikasikan besar atau kecilnya suatu perusahaan dengan berbagai cara
antara lain dinyatakan dalam total aset, total penjualan, nilai pasar saham, dan
lain-lain (Riyanto, 2008). Semakin besar ukuran suatu perusahaan sudah tidak
diragukan lagi perusahaan tersebut unggul dalam segi kekayaan dan performance
bagus, sehingga akan memberikan daya tarik kepada investor untuk percaya dan
mau menanamkan modalnya dengan membeli saham. Hal ini menyebabkan harga
saham bergerak naik. Variabel ukuran perusahaan diukur dengan Logaritma
Natural (Ln) dari total aset dan total penjualan (Niresh, 2014).

Penelitian ini juga menggunakan variabel intervening yaitu struktur modal.


Brigham dan Houston (2011:155) mengatakan struktur modal yang optimal dapat
didefinisikan sebagai “struktur yang akan memaksimalkan harga saham
perusahaan tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,
peneliti telah menjelaskan mengenai risiko bisnis, kebijakan dividen, ukuran
perusahaan, kinerja keuangan dan struktur modal, serta merumuskan masalah
sebagai berikut: 1). Apakah terdapat pengaruh risiko bisnis, kebijakan dividen dan
ukuran perusahaan secara partial terhadap struktur modal?; 2) Apakah terdapat
pengaruh risiko bisnis, kebijakan dividen dan ukuran perusahan secara partial
terhadap kinerja keuangan?; 3) Apakah terdapat pengaruh struktur modal terhadap
kinerja keuangan?; dan 4) Apakah terdapat pengaruh risiko bisnis, kebijakan
dividen dan ukuran perusahaan secara partial terhadap kinerja keuangan melalui
struktur modal?

Teori pecking order menyatakan bahwa perusahaan memiliki tingkatan prioritas


sumber pendanaan. Pertama, perusahaan akan lebih memilih untuk mendanai
investasinya dengan laba ditahan. Kedua, apabila laba ditahan tidak mencukupi,
barulah perusahaan akan melakukan pendanaan dari utang sebagai prioritas kedua
dan penerbitan saham sebagai prioritas terakhir (Myers, 1984).

68
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Dalam dividend signaling theory menyatakan, “naiknya pembayaran dividen oleh


perusahaan kepada investor dianggap sebagai berita baik, karena mengindikasikan
kondisi dan prospek perusahaan dalam keadaaan yang baik, sehingga
mengakibatkan direaksi positif oleh investor” (Suhadak dan Darmawan, 2011:79).

Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung menghindari pendanaan


dengan menggunakan hutang dibandingkan dengan perusahaan dengan risiko
bisnis yang lebih rendah. Berdasarkan teoritik yang telah dikemukakan diatas dan
beberapa penelitian terdahulu, maka hipotesis pertama yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
H1 : Risiko bisnis berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada
perusahaan manufaktur.

Brigham dan Houston (2011:222) menyatakan, setiap kebijakan dividen


perusahaan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya ekuitas eksternal perusahaan.
Dengan demikian, keputusan membagikan atau tidak membagikan dividen,
kebijakan dividen perusahaan tetap akan mempengaruhi struktur modal.
Sehubungan dengan uraian diatas maka hipotesis kedua yang diuji dalam
penelitian ini adalah :
H2 : Kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada
perusahaan manufaktur.

Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur


modal, semakin besar perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang
dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi (Ariyanto, 2002). Sehubungan
dengan uraian diatas maka hipotesis ketiga yang diuji dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada
perusahaan manufaktur.

Risiko bisnis akan menggambarkan suatu kegagalan perusahaan yang


mengakibatkan kerugian yang tak terduga dan ketidakberhasilan dari manajemen
untuk memastikan pengembalian kepada perusahaan. Apabila risiko bisnis tinggi
maka kinerja keuangan akan rendah. Hasil penelitian Kaptiana dan Asandimitra
(2013) memperkuat kesimpulan bahwa Risiko bisnis berpengaruh positif terhadap
ROE sebagai proksi kinerja keuangan. Sehubungan dengan uraian diatas maka
hipotesis keempat yang diuji dalam penelitian ini adalah :
H4 : Risiko bisnis berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.

69
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Suhadak dan Darmawan (2011:79) dalam dividend signaling theory menyatakan,


“naiknya pembayaran dividen oleh perusahaan kepada investor dianggap sebagai
berita baik, karena mengindikasikan kondisi dan prospek perusahaan dalam
keadaaan yang baik, sehingga mengakibatkan direaksi positif oleh investor”. Hasil
penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ririanty (2015) yang
mengungkapkan bahwa dividend payout ratio secara signifikan memiliki
pengaruh terhadap perubahan harga saham sebagai proksi dari kinerja Keuangan.
Sehubungan dengan uraian diatas maka hipotesis kelima yang diuji dalam
penelitian ini adalah :
H5 : Kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan manufaktur.

Skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk mencerminkan besar


kecilnya perusahaan yang didasarkan kepada total aset atau total penjualan
perusahaan (Suwito dan Herawaty, 2005). Perusahaan dengan skala ukuran aset
dan penjualan yang besar lebih mudah memperoleh akses modal dan mendapatkan
kepercayaan investor untuk berinvestasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kinerja keuangan. Penelitian yang
dilakukan oleh Viandita, et al (2013) mengemukakan bahwa ternyata Ukuran
Perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan
yang diproksikan dengan harga saham. Sehubungan dengan uraian diatas maka
hipotesis keenam yang diuji dalam penelitian ini adalah :
H6 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan manufaktur.

Struktur modal berkaitan dengan kegiatan pendanaan yang dapat diperoleh


melalui sumber internal atau pendanaan internal (internal financing) maupun dari
sumber eksternal (external financing)(Husnan, 2013:297). Konsep kinerja
keuangan menurut Indriyo dkk. (2002:275) adalah rangkaian aktivitas keuangan
pada suatu periode tertentu yang dilaporkan dalam laporan keuangan diantaranya
laporan laba rugi dan neraca. Struktur modal yang baik dan optimal adalah
struktur modal yang dapat meminimumkan biaya dan menyeimbangkan risiko
dengan tingkat pengembalian. Hal ini didukung oleh pendapat Husnan
(2010:299), yang menyatakan bahwa “struktur modal yang dapat
memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang
terbaik”. Sehubungan dengan uraian diatas maka hipotesis ketujuh yang diuji
dalam penelitian ini adalah :
H7 : Struktur modal berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan manufaktur.

70
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Perusahaan yang memiliki risiko tinggi cenderung kurang dapat menggunakan


hutang yang besar, seperti yang telah dijelaskan dalam Trade–off theory. Sebagai
implikasinya, perusahaan dengan risiko bisnis besar harus menggunakan hutang
lebih kecil dibanding perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah. Semakin
besar risiko bisnis, penggunaan hutang yang besar akan mempersulit perusahaan
dalam mengembalikan hutang mereka. Disamping itu perusahaan dengan tingkat
risiko yang tinggi membuat kreditur cenderung memiliki keengganan untuk
memberi pinjaman. Sehingga semakin tinggi nilai risiko bisnis maka akan
semakin berkurang jumlah hutang yang dapat digunakan oleh perusahaan tersebut
yang berarti mempengaruhi struktur modal. Perusahaan dengan risiko bisnis yang
tinggi dapat mempengaruhi komposisi struktur modal sehingga mengganggu
operasional perusahaan yang membutuhkan sumber daya modal untuk mencapai
kinerja keuangan yang baik. Artinya risiko bisnis dapat mempengaruhi kinerja
keuangan melalui struktur modal.

Kesimpulan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Anwar (2009); dan Kaptiana
dan Asandimitra (2013) menyimpulkan bahwa risiko bisnis berpengaruh secara
tidak langsung terhadap kinerja perusahaan (harga saham melalui struktur modal.
Sehubungan dengan uraian diatas maka hipotesis kedelapan yang diuji dalam
penelitian ini adalah :
H8 : Risiko bisnis berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan melalui
struktur modal pada perusahaan manufaktur.

Kebijakan dividen dengan preferensi apapun, apakah membagikan atau tidak


membagikan dividen, apabila diputuskan dengan baik sesuai dengan kondisi
perusahaan akan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Kebijakan
dividen yang strategis dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan berupa laba
ditahan yang besar atau modal tambahan dari kenaikan harga saham yang
diborong investor akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Struktur modal
yang optimal, dimana tidak hanya diperoleh dari hutang, dapat dimanfaatkan
perusahaan untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Dengan demikian, kebijakan
dividen melalui struktur modal dapat mempengaruhi kinerja keuangan. Hubungan
kebijakan dividen terhadap kinerja keuangan melalui struktur modal pernah
diungkapkan oleh Haryanti (2012) yang mengungkapkan bahwa kebijakan
dividen melalui struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan (harga
saham). Sehubungan dengan uraian diatas maka hipotesis kesembilan yang diuji
dalam penelitian ini adalah :
H9 : Kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
melalui struktur modal pada perusahaan manufaktur.

71
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur


modal, semakin besar perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang
dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi (Ariyanto, 2002). Perusahaan
yang besar cenderung memiliki struktur modal yang baik dan optimal sehingga
perusahaan lebih leluasa dalam memanfaatkan dana yang ada untuk membiayai
operasional perusahaan. Artinya, ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kinerja
keuangan melalui struktur modal. Hermuningsih (2012) dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh tidak langsung
terhadap nilai perusahaan dengan struktur modal sebagai variabel intervening.
Sehubungan dengan uraian diatas maka hipotesis kesepuluh yang diuji dalam
penelitian ini adalah :
H10 : Ukkuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
melalui struktur modal pada perusahaan manufaktur.

METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013-2015. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode non probability sampling dengan jenis
metode purposive sampling, sampel yang dapat digunakan adalah sebanyak 71
sampel. Penelitian ini menggunakan data dokumenter (documentary data). Data-
data sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari BEI dalam bentuk
internal secondary data (informasi yang sudah tersedia dalam perusahaan itu),
ICMD 2014-2016, fact book 2014-2016, serta melalui situs www.idx.co.id dan
yahoo.finance.co.id. Semua indikator dari variabel-variabel manifest pada
penelitian ini memiliki sifat formatif. Yang masing-masing variabel manifest
diukur dengan 2 indikator yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Stock Price Performance (SPP)
Stock Price Performance (SPP) atau perubahan harga saham adalah kenaikan atau
penurunan dari harga saham sebagai akibat dari adanya informasi baru yang
mempengaruhi harga saham, harga saham tersebut kemudian dibandingkan
dengan harga saham tahun sebelumnya (Jogiyanto, 2008:383). Berikut cara
pengukurannya :

Keterangan:
∆Y : Perubahan harga saham pada akhir tahun ke t
: Clossing price pada tahun ke t
: Clossing price pada akhir tahun sebelumnya (t-1)

72
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

b. Return on Equity (ROE)


Return on Equity menunjukkkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba setelah pajak dengan memanfaatkan total equity yang dimilikinya. Satuan
persen (%) dengan ukuran variabel yang digunakan adalah earning after tax dan
total equity. Menurut Horne dan Wachowicz (2005 : 225) rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :

Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan


bisnisnya, dapat diukur dengan variabilitas laba operasi (earning before interest
and taxes, EBIT) yang dihasilkan oleh portofolio aset perusahaan dan aktivitas
pasaran produk (Horne & Wachowicz, 2007). Variabel manifest risiko bisnis pada
penelitian ini diukur dengan 2 indikator yakni sebagai berikut :
a. Degree of Operating Leverage (DOL)
Menurut Gitman (2015:568), pengertian leverage operasi adalah “the potential
use of fixed operating costs to magnify the effect of changes in sales on the firm’s
EBIT.” Rumus yang digunakan untuk menghitung DOL menurut Gitman
(2015:568) adalah sebagai berikut :

b. Business Risk (Brisk)


Menurut Weston. Copeland (2008) risiko bisnis dapat dihitung dengan rumus
berikut :

Kebijakan dividen adalah keputusan untuk menentukan berapa besarnya bagian


laba bersih yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
sebagai dividen dan berapa besarnya laba yang ditahan sebagai sumber
pembiayaan internal perusahaan (Sitanggang, 2012). Variabel manifest kebijakan
dividen pada penelitian ini diukur dengan 2 indikator yakni sebagai berikut :

Dividend yield ratio, yaitu rasio imbal hasil dividen yang menunjukkan tingkat
penghasilan yang diperoleh dari investasi perusahaan. Berikut cara
pengukurannya (Sitanggang, 2012 : 6) :

73
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Dividend payout ratio adalah rasio yang diukur sebagai dividen yang dibayarkan
dibagi dengan laba yang tersediauntuk pemegang saham umum (Jogiyanto, 2008).
Rasio ini diukur dengan menggunakan rumus yang digunakan (Sitanggang, 2012 :
6)), berikut cara pengukurunnya :

Ukuran perusahaan adalah pengelompokan perusahaan kedalam beberapa


kelompok, diantaranya perusahaan besar, sedang dan kecil. Skala perusahaan
merupakan ukuran yang dipakai untuk mencerminkan besar kecilnya perusahaan
yang didasarkan kepada total aset dan total penjualan perusahaan (Suwito dan
Herawaty, 2005). Variabel ukuran perusahaan diukur dengan Logaritma Natural
(Ln) dari total aset dan total penjualan (Muhadi, 2013). Hal ini dikarenakan untuk
memperkecil kemungkinan adanya data outlier, maka data total aset dan total
penjualan perlu ditransformasikan kemdalam bentuk Logaritma Natural (ln).

Struktur modal adalah paduan atau kombinasi sumber dana jangka panjang yang
digunakan oleh perusahaan. Variabel manifest kebijakan dividen pada penelitian
ini diukur dengan 2 indikator yakni sebagai berikut :
a. Long Term Debt to Equity Ratio (LDER)
Rasio ini menggambarkan seberapa besar perbandingan antara hutang jangka
panjang perusahaan dibandingkan dengan modal sendiri (Horne dan John,
2012:169). Adapun persamaannya sebagai berikut :

b. Long Term Debt to Total Assets (LDAR)


Merupakan rasio antara hutang jangka panjang dengan total aktiva, mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam mendanai aktiva dengan dana yang berasal dari
hutang jangka panjang. (Horne dan John, 2012:170). Adapun persamaannya
sebagai berikut :

Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah
Structural Equation Model (SEM) berbasis Partial Least Square (PLS) dengan
bantuan program WarpPLS 6.0.

74
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Tahapan analisis menggunakan PLS secara garis besar menggunakan analisis


statistik inferensia yang terbagi menjadi 2 (dua) pengujian yakni: outer model dan
inner model.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Uji Bias Metode Umum (Common Method Bias)


Dari hasil dari kriteria collinearity VIF terdapat indikator dari variabel Ukuran
Perusahaan (FS) sebelumnya yakni Ln Total Aset (9.896) dan Ln Total Penjualan
(9.896) > 3.3 artinya kedua indikator tersebut memiliki nilai VIF di atas 3,3.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat masalah kolinearitas pada indikator variabel
ukuran perusahaan (FZ). Peneliti memutuskan untuk membuang salah satu dari 2
(dua) indikator yang mengukur variabel ukuran perusahaan. Indikator yang
dikeluarkan dari model struktural adalah Ln total penjualan. Setelah indikator Ln
Total Penjualan dikeluarkan maka semua indikator uji bias metode umum ini
memiliki nilai di bawah 3.3. Dapat disimpulkan bahwa semua indikator masing-
masing variabel pada penelitian ini bebas dari kolinearitas atau common method
bias.

a. Uji Validitas Convergent


Nilai indicator loadings pada variabel risiko bisnis (RB), kebijakan dividen (KD),
ukuran perusahaan (FS), struktur modal (SM) dan kinerja keuangan (KK)
seluruhnya memiliki nilai di atas 0,70. Hal ini menjelaskan bahwa seluruh
indikator yang ada pada masing-masing variabel manifest memenuhi persyaratan
validitas convergent.

b. Uji Validitas Discriminant


Nilai/skor indikator DOL dan BRisk ke variabel konstruk risiko bisnis (RB)
mempunyai korelasi yang tinggi. Kemudian, nilai/skor cross loadings indikator
DOL dan BRisk ke variabel konstruk lain seperti kebijakan dividen (KD), ukuran
perusahaan (FZ), struktur modal (SM), dan kinerja keuangan (KK) memiliki nilai
korelasi yang rendah. Kemudian, nilai/skor indikator DYR dan DPR ke variabel
konstruk kebijakan dividen (KD) menujukkan korelasi yang tinggi. Kemudian,
nilai/skor cross loadings indikator DYR dan DPR ke variabel konstruk lain seperti
risiko bisnis (RB),ukuran perusahaan (FZ), struktur modal (SM), dan kinerja
keuangan (KK) memiliki nilai korelasi yang rendah. Kemudian, nilai/skor
indikator Ln total aset ke variabel konstruk ukuran perusahaan (FZ) menujukkan
korelasi yang tinggi.

75
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Kemudian, nilai/skor cross loadings indikator Ln total aset ke variabel konstruk


lain seperti risiko bisnis (RB), kebijakan dividen (KD), struktur modal (SM), dan
kinerja keuangan (KK) memiliki nilai korelasi yang rendah. Selanjutnya,
nilai/skor indikator LDAR dan LDER ke variabel konstruk struktur modal (SM)
menujukkan korelasi yang tinggi. Kemudian, nilai/skor cross loadings indikator
LDAR dan LDER ke variabel konstruk lain seperti risiko bisnis (RB), kebijakan
dividen (KD), ukuran perusahaan (FZ), dan kinerja keuangan (KK) memiliki nilai
korelasi yang rendah. Dan terakhir, nilai/skor indikator SPP dan ROE ke variabel
konstruk kinerja keuangan (KK) menujukkan korelasi yang tinggi. Kemudian,
nilai/skor cross loadings indikator SPP dan ROE ke variabel konstruk lain seperti
risiko bisnis (RB), kebijakan dividen (KD), ukuran perusahaan (FZ), dan struktur
modal (SM) memiliki nilai korelasi yang rendah.

Jadi, seluruh nilai/skor cross loadings indikator variabel manifest menunjukkan di


bawah 0,50, karena nilai cross loading harus ≤ 0,50 (Sholihin dan Ratmono,
2013:69). Hal ini menjelaskan bahwa seluruh indikator yang ada pada manifest
risiko bisnis (RB), kebijakan dividen (KD), ukuran perusahaan(FZ), struktur
modal (SM) dan kinerja keuangan (KK) memenuhi persyaratan validitas
discriminant.

2. Uji Reliabilitas
Dalam mengevaluasi model pengukuran – tahap uji reliabilitas dengan konstruk
berbentuk formatif (formative), peneliti menggunakan kriteria indikator reliability
(Ghozali dan Latan, 2016:91). Hasil uji reliabilitas seluruh indikator variabel
manifest memiliki nilai significant weight < 0,001 di bawah 0,05. Hal ini
menjelaskan bahwa seluruh indikator variabel memenuhi persyaratan reliabilitas.

Pengujian Inner Model


Tabel R-Squared
RB KD FZ SM
SM 0.566
KK 0.386

Koefisien Determinasi
Pada tabel di atas, nilai R-squared struktur modal (SM) menunjukkan nilai
sebesar 0,566. Artinya variabel risiko bisnis (RB), kebijakan dividen (KD) dan
ukuran perusahaan (FZ) dapat mempengaruhi struktur modal (SM) sebesar 56,6%
dan sisanya 43,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian ini atau
nilai tersebut menunjukkan model yang kuat. Kemudian, nilai R-squared kinerja
keuangan (KK) 0,386.

76
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Artinya variabel risiko bisnis (RB), kebijakan dividen (KD), ukuran perusahaan
(FZ) dan struktur modal (SM) dapat mempengaruhi struktur modal (SM) sebesar
38,6% dan sisanya 61,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian
ini atau nilai tersebut menunjukkan model yang cukup baik/moderate.

Pengaruh Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal (H1)


Hipotesis pertama (H1) nilai path coefficient sebesar -0,557 (berkorelasi negatif),
nilai effect size sebesar 0,381 > 0,35 (pengaruh besar/kuat) dan nilai p-value
<0,001 di bawah 0,05 (signifikan). Ini membuktikan bahwa risiko bisnis memiliki
pengaruh yang besar, negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Maka dapat
disimpulkan bahwa H1 diterima.

Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Modal (H2)


Hipotesis kedua (H2) nilai path coefficient sebesar -0,228 (berkorelasi negatif),
nilai effect size sebesar 0,092 > 0,02 (pengaruh kecil/lemah) dan nilai p-value
0,021 di bawah 0,05 (signifikan). Ini membuktikan bahwa kebijakan dividen
memiliki pengaruh yang kecil, negatif dan signifikan terhadap struktur modal.
Maka dapat disimpulkan bahwa H2 diterima.

Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal (H3)


Hipotesis ketiga (H3) nilai path coefficient sebesar 0,224 (berkorelasi positif),
nilai effect size sebesar 0,094 > 0,02 (pengaruh kecil/lemah) dan nilai p-value
0,015 di bawah 0,05 (signifikan). Ini membuktikan bahwa Ukuran Perusahaan
memiliki pengaruh yang kecil, positif dan signifikan terhadap struktur modal.
Maka dapat disimpulkan bahwa H3 diterima.

Pengaruh Risiko Bisnis Terhadap Kinerja Keuangan (H4)


Hipotesis empat (H4) nilai path coefficient sebesar 0,277 (berkorelasi positif),
nilai effect size sebesar 0,149 ≤ 0,15 (pengaruh sedang/moderat) dan nilai p-value
0,006 di bawah 0,05 (signifikan). Ini membuktikan bahwa risiko bisnis memiliki
pengaruh yang moderat, positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan. Maka
dapat disimpulkan bahwa H4 diterima.

Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan (H5)


Hipotesis kelima (H5) nilai path coefficient sebesar 0,134 (berkorelasi positif),
nilai effect size sebesar 0,044 > 0,02 (dapat dikatakan tidak memiliki pengaruh)
dan nilai p-value 0,121 di atas 0,05 (tidak signifikan). Ini membuktikan bahwa
kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh, positif dan tidak signifikan terhadap
kinerja keuangan. Maka dapat disimpulkan bahwa H5 ditolak.

77
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan (H6)


Hipotesis keenam (H6) nilai path coefficient sebesar -0,141 (berkorelasi negatif),
nilai effect size sebesar 0,045 > 0,02 (dapat dikatakan tidak memiliki pengaruh)
dan nilai p-value 0,110 di atas 0,05 (tidak signifikan). Ini membuktikan bahwa
ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Maka
dapat disimpulkan bahwa H6 ditolak.

Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan (H7)


Hipotesis ketujuh (H7) nilai path coefficient sebesar -0,261 (berkorelasi negatif),
nilai effect size sebesar 0,148 ≤ 0,15 (pengaruh sedang/moderat) dan nilai p-value
0,010 di bawah 0,05 (signifikan). Ini membuktikan bahwa struktur modal
memiliki pengaruh yang moderat, negatif dan signifikan terhadap kinerja
keuangan. Maka dapat disimpulkan bahwa H7 diterima.

Pengaruh Risiko Bisnis Terhadap Kinerja Keuangan Melalui Struktur


Modal (H8)
Hipotesis ke delapan (H8) dilihat dari hubungan RB dan SM dengan signifikansi
(<0.001) dan path coefficient (-0.557), kemudian hubungan SM dan KK dengan
signifikansi (0.010) dan path coefficient (-0.261), serta pada gambar 4 dapat
dilihat hubungan RB dan KK tanpa dimasukan variabel mediasi (SM) ke dalam
model struktural dengan perolehan signifikansi (<0.001) dan path coefficient
(0.428). Sehingga didapat nilai variance accounted for (VAF) sebesar 25,31%
(20%<25,35%<80%) yang artinya mediasi sebagian atau partial mediation. Ini
membuktikan bahwa struktur modal memediasi hubungan antara risiko bisnis dan
kinerja keuangan. Maka dapat disimpulkan bahwa H8 diterima.

Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan Melalui Struktur


Modal (H9)
Hipotesis ke sembilan (H9) dilihat dari hubungan KD dan SM dengan signifikansi
(0.021) dan path coefficient (-0.228), kemudian hubungan SM dan KK dengan
signifikansi (0.010) dan path coefficient (-0.261), serta pada gambar 4 dapat
dilihat hubungan KD dan KK tanpa dimasukan variabel mediasi (SM) ke dalam
model struktural dengan perolehan signifikansi (0.041) dan path coefficient
(0.197). Sehingga didapat nilai variance accounted for (VAF) sebesar 23,35%
(20%<23,20%<80%) yang artinya mediasi sebagian atau partial mediation. Ini
membuktikan bahwa struktur modal memediasi hubungan antara kebijakan
dividen dan kinerja keuangan. Maka dapat disimpulkan bahwa H9 diterima..

78
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Melalui


Struktur Modal (H10)
Hpotesis ke sepuluh (H10) dilihat dari hubungan FZ dan SM dengan signifikansi
(0.015) dan path coefficient (0.244), kemudian hubungan SM dan KK dengan
signifikansi (0.010) dan path coefficient –(0.261), serta pada gambar 4 dapat
dilihat hubungan FZ dan KK tanpa dimasukan variabel mediasi (SM) ke dalam
model struktural dengan perolehan signifikansi (0.041) dan path coefficient (-
0.196). Sehingga didapat nilai variance accounted for (VAF) sebesar 24,62%
(20%<24,52%<80%) yang artinya mediasi sebagian atau partial mediation. Ini
membuktikan bahwa struktur modal memediasi hubungan antara ukuran
perusahaan dan kinerja keuangan. Maka dapat disimpulkan bahwa H10 diterima.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan program aplikasi


WarpPLS dan pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Risiko bisnis berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.
2. Kebijakan dividen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.
3. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.
4. Risiko bisnis berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan.
5. Kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
6. Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
7. Struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan.
8. Risiko bisnis berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui struktur modal.
9. Kebijakan dividen berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui struktur
modal.
10. Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui struktur
modal.

Saran :
1. Penelitian ini hanya menggunakan 25 perusahaan manufaktur yang listing di
BEI selama periode 2013-2015 sebagai sampel penelitian yang telah memenuhi
kriteria-kriteria yang telah ditentukan (purposive sampling). Disarankan bagi
peneliti berikutnya untuk menambah rentang periode penelitian, agar dapat
memaksimalkan jumlah sampel.

79
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

2. Peneliti selanjutnya dapat menambah variabel lain seperti nilai perusahaan.


Jadi, dapat dibuat hubungan antara risiko bisnis, kebijakan dividen, ukuran
perusahaan, struktur modal dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to
Indonesian Capital Market). Jakarta: Mediasoft Indonesia.
Anwar, Muhadjir. 2009. Pengaruh antara Risiko Bisnis, Strategi Pertumbuhan,
Struktur Modal terhadap Kinerja Perusahaan Makanan dan Minuman di
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Aplikasi Manajemen Volume 7 – Nomor 2.
UPN Veteran. Jawa Timur.
Ariyanto, T. 2002. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Struktur Modal
Perusahaan. Jurnal Manajemen Indonesia. Vol.1, No.1. Universitas Gajah
Mada.
Brigham, Eugene F dan Joel F Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan, Edisi 10. Jakarta Salemba: Empat.
Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Ke-2. Bandung:
Alfabeta.
Ghozali, Imam. 2014. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif Dengan
Partial Least Square (PLS). Edisi 4. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Gitman, Lawrence J. 2012. Principles of Managerial Finance. Thirteenth edition.
Prentice Hall.
Halim, Abdul dan Hanafi. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:
UPPSTIM YKPN.
Hermuningsih, Sri. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Size Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Sruktur Modal Sebagai Variabel Intervening. Jurnal
Siasat Bisnis. Vol. 16 No. 2, Hal: 232 – 242.
Horne Van, James C. Van dan John M. Wachowicz Jr. 2012. Prinsip-prinsip
Manajemen Keuangan. Edisi 13. Jakarta: Salemba Empat.
Husnan, Suad. dan E. Pudjiastuti. 2013. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Edisi Keenam. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Indriyo Agus, Gitusudarmo dan Basri. 2002. Manajemen Keuangan. Yogyakarta:
BPFE.
Jogiyanto, 2014, Pedoman Survei Kuesioner: Mengembangkan Kuesioner,
Mengatasi Bias dan Meningkatkan Respon, Edisi ke 2, BPFE, Yogyakarta.

80
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Kamaluddin, dan Indriani. 2012. Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Bandung:


CV. Mandar Maju.
Kaptiana, Dina Ika dan Nadia Asandimitra. 2013. Pengaruh Struktur Modal,
Risiko Bisnis Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Roe Perusahaan
Manufaktur. Jurnal Ilmiah Manajemen | Volume 1 Nomor 3 Mei 2013.
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya.
Kartini dan Arianto, Tulus. 2008. Struktur Kepemilikan, Profitabilitas,
Pertumbahan Aktiva dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal
pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.12,
No.1, Januari: 11-21.
Kesuma, Ali. 2012. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta
Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go
Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal, Universitas Kristen Petra.
Minardo, Tommy. 2017. Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap
Kinerja Perusahaan: Peran Mediasi Motivasi Dan Kapabilitas Perusahaan.
Tesis:Universitas Riau
Myers, S.C., & Majluf, N.S. 1984. Corporate Financing and Investment
Decisions when Firms Have Information that Investors Do Not Have.
Journal of Financial Economics 13, 187-221.
Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan.( Edisi 4).
Yogyakarta: Yayasan Peberbit Gajah Mada.
Sholihin, Mahfud dan Ratmono, Dwi. 2013. Analisis SEM-PLS dengan WarpPLS
3.0, Andi, Yogyakarta.
Sitanggang. 2012. Manajemen Keuangan Perusahaan Dilengkapi Soal Dan
Penyelesaiannya. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta.
Suhadak dan Ari Darmawan. 2011. Pemikiran Kebijakan Manajemen Keuangan.
Malang: CV. Okani Bukaka Malang.
Viandita, Tamara Oca. et al. 2013. Pengaruh Debt Ratio (DR), Price To Earning
Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan Size Terhadap Harga Saham.
Jurnal Administrasi Bisnis, vol 1, No. 2. Universitas Brawijaya. Malang.
Wanjiru, Felistas Wambui. 2014. The Effect Of Dividend Pay Out Ratio On The
Financial Performance Of Companies Listed On The Nairobi Securities
Exchange. Department of Finance and Accounting, University of Nairobi.

81

You might also like