1247 2459 2 PB
1247 2459 2 PB
1247 2459 2 PB
“Tantangan dan Solusi Pengembangan PAJALE dan Kelapa Sawit Generasi Kedua (Replanting) di
Lahan Suboptimal”
ABSTRACT
ABSTRAK
Sisa panen dengan cara pembuatan pupuk organik cair (POC) sebagai pengurang
dari limbah tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) yang meningkat. Tujuan penelitian
mempelajari pucuk daun tebu sisa panen untuk pembuatan POC dibantu mikroorganisme
yang terkandung didalam larutan EM4. Penelitian dengan perlakuan 3 level larutan EM4
dan tanpa larutan EM4 (kontrol) pada pengolahan pucuk daun tebu yang disimpan didalam
air, pada kondisi an aerob, yang dilakukan di Desa Ketiau, Kabupaten Ogan Ilir. Analisa
fisik sampel dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Fakultas Pertanian Unsri di Inderalaya.
Berdasarkan berat, kekeruhan, pH dan warna cairan, bahwa 200 ml larutan EM4
merupakan yang terbaik untuk menghasilkan cairan berpotensi POC didalam pengolahan
pucuk daun tebu didalam air selama 25 hari penyimpanan dalam kondisi an aerob.
Kesimpulan bahwa pucuk daun sisa panen tanaman tebu dengan pemberian larutan EM4
dalam kondisi tersimpan didalam air dan an aerob menghasilkan cairan berpotensi sebagai
POC.
Kata kunci: tanaman tebu, pucuk daun , Pupuk Organik Cair, EM4
PENDAHULUAN
Tanaman tebu adalah tanaman industri yang dapat menghasilkan gula. Tanaman
tebu memiliki berbagai macam varietas yang bisa ditanam oleh setiap perusahaan di bidang
perkebunan dan merupakan bagian dari keluarga rerumputan (Graminae) yang bisa tumbuh
dengan baik di dua daerah yaitu daerah tropika basa dan daerah subtropika, serta dapat
tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah dengan ketinggian 1.400 m di atas permukaan
laut (dpl). Pengembangan tebu lahan kering di luar pulau Jawa menghadapi sejumlah
kendala terutama sifat tanah yang kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman semusim
(Ardhianta et al., 2013). P upuk kimia dapat merusak keseim bangan unsur hara dalam
tanah dan dapat m enurunkan pH tanah. Oleh karena itu, diperlukan pupuk organik
untuk m embantu upaya pem ulihan kesuburan tanah(Yuniwati, 2012)
Batang tanaman tebu berdiri lurus dan beruas-ruas yang dibatasi dengan buku-
buku. Pada setiap buku terdapat mata tunas. Rumpun tebu merupakan kumpulan batang
yang berasal dari mata tunas yang berada dibawah tanah yang tumbuh keluar dan
berkembang. Diameter batang antara 3-5 cm dengan tinggi batang antara 2-5 meter dan
tidak bercabang. Daun daun tebu berbentuk busur panah seperti pita, berseling kanan dan
kiri, berpelepah seperti daun jagung dan tak bertangkai. Tulang daun sejajar, ditengah
berlekuk. Tepi daun kadang-kadang bergelombang serta berbulu keras.
Limbah tebu dapat digolongkan sebagai limbah on farm dan limbah off farm.
Proses pemanenan tebu dihasilkan limbah berupa daun kering yang disebut klenthekan
atau daduk, pucuk tebu,dan sogolan (pangkal tebu) (Khuluq, 2012). Off farm adalah
proses komersialisasi hasil-hasil budidaya dari tebu. Off farm dilakukan ketika sudah di
pabrik yaitu dalam pengelolaan tebu lebih lanjut sehingga banyak bagian dari tebu yang
terbuang saat proses pengolahan. Sedangkan dalam proses pengolahan gula di pabrik
gula (PG) menghasilkan kurang lebih 5% gula. Sebanyak 15% ampas tebu yang, 3%
tetes (molasse), sisanya adalah blotong, abu,dan air .
Sebanyak 16,7 juta ton limbah daun tebu dihasilkan dari seluas 418 259 ha
pertanaman tebu di Indonesia pada tahun 2010, dengan dihasilkannya gula sebanyak 34
218 549 ton gula. Pada tahun 2013, tercapai total 2,55 juta ton gula dalam bentuk hablur
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014). Untuk pemenuhan kebutuhan gula tahun 2015 bila
produktivitas hablur bisa mencapai 7.4 ton ha-1 maka masih perlu penambahan areal baru
seluas 300.7 ribu hektar (Dirjenbun,2014 dalam Djumali, 2016). Oleh Direktorat Jenderal
Pertanian dinyatakan bahwa luas lahan tebu Indonesia pada 2016 mencapai 482.239 hektar
(ha), yang dari luas pertanaman tebu ini telah dihasilkan 16,7 juta ton limbah daun tebu
dengan perkebunan tebu rakyat merupakan yang terluas areanya (Kementerian Pertanian
2017).
Daun tebu yang kering (dalam bahasa Jawa, dadhok) adalah biomassa yang
mempunyai nilai kalori cukup tinggi. Pada saat masa panen akan terjadi peningkatan
jumlah dadhok dan dapat dianggap sebagai sampah yang biasanya dihilangkan dengan
cara dibakar. Pembakaran terhadap sampah sisa panen tebu sudah saatnya untuk tidak
melakukan. Limbah tanaman tebu yang muncul setelah panen berupa pucuk daun,
meskipun belum berdampak negatif terhadap lingkungan sebaiknya perlu diperhatikan,
antara lain dengan pengelolaannya untuk dijadikan pupuk dan pengurang terjadinya
dampak lingkungan dari polusi limbah. Khuluq (2012) menyatakan limbah on farm tebu
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik cair dengan bantuan Effective
Microorganism4 (EM4).
Tulisan hasil penelitian ini merupakan literature review yang bersumber dari jurnal
nasional maupun internasional dan ditunjang data hasil percobaan pembuatan POC
menggunakan pucuk daun sisa panen tanaman tebu dengan EM4 sebagai bahan pengurai,
yang mana data primer merupakan data mentah tanpa analisis statistik. Percobaan
dilaksanakan di Desa Ketiau, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Adapun alat dan
bahan yang digunakan antara lain: yang digunakan pada saat dilapangan adalah :1) Alat
tulis, 2) Kamera, 3) Meteran, 4) Kantong plastik ukuran 60 cm x 100 cm , 5) Parang, 6)
Ember plastik ukuran 25 liter, 7) Timbangan, 8) Sendok makan, 9) Label, 10) Karung, dan
11) Sarung tangan. Bahan yang digunakan adalah daun pucuk tebu kering lapang. Daun
pucuk sisa panen tanaman tebu yang dimaksud merupakan pucuk daun beserta sedikit sisa
ujung batang. Bahan lainnya yang digunakan adalah: Air sumur, EM4, dan gula pasir.
Alat yang digunakan untuk pengamatan fisik cairan di laboraturium pada saat
pengujian sampel hasil proses pengolahan adalah : 1) Alat tulis, 2) Buku Munsell color, 3)
pH meter, 4) Refraktometer, dan 5) Tabung gelas. Bahan yang digunakan untuk analisa
pada saat di laboraturium adalah hasil olah yang dimaksud adalah cairannya yang telah
terpisah dari padatan hasil pengolahan untuk pembuatan POC tersebut.
Pengamatan yang dilakukan terhadap cairan (POC) adalah: kualitas fisik cairan
POC, meliputi: Kepekatan, pH, dan Warna. Penelitian pembuatan POC dilakukan dengan
cara memasukan cacahan pucuk daun tebu kering lapang kedalam air dengan perlakuan
tanpa larutan EM4 (P0), dan beberapa level pemberiaan larutan EM4. Untuk pembuatan
pelarut EM4 menggunakan gula pasir yang dilarutkan dengan perbandingan berat per
volum 250 gr dalam 1 liter air. Perlakuan dan cara pemakaian EM4: (P1) diambil 200 ml
larutan EM4 yang telah diencerkan dengan pelarut, (P2) diambil 400 ml larutan EM4 yang
telah diencerkan dengan pelarut, (P3) diambil 600 ml larutan EM4 yang telah diencerkan
dengan pelarut. Pembuat pupuk organik cair didalam proses menggunakan sebanyak 500
gr pucuk daun sisa panen tanaman tebu kering lapang dan dicacah halus dimasukkan ke
dalam masing – masing kantong berisi air dan ditambahkan Larutan EM4 sesuai perlakuan
EM4. Kemudian ditempatkan dalam kantong plastik yang diikat tutup serta diberi lubang
kecil lalu disimpan didalam ember plastik dalam penyimpanan an aerob (tanpa udara),
selama 25 hari. Proses tersebut menghasilkan bahan yang dalam bentuk padatan dan
cairan.
Pembuatan POC dilakukan selama lima minggu atau 25 hari yang menggunakan
pucuk daun sisa panen tebu kering lapang dengan larutan EM4 menghasilkan bahan yang
dalam bentuk padatan dan cairan. Hasil berupa Cairan memiliki tingkat kekeruhan POC
Editor: Siti Herlinda et. al.
ISBN: 978-979-587-801-8 432
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2018, Palembang 18-19 Oktober 2018
“Tantangan dan Solusi Pengembangan PAJALE dan Kelapa Sawit Generasi Kedua (Replanting) di
Lahan Suboptimal”
(Tabel 1) dan tingkat kemasaman POC (Tabel 2), serta hasil pencocokan warna dengan
buku Munsell Color dan berat padatan dan cairan (Tabel 3 dan 4).
Pada cairan yang dihasilkan pengolahan pucuk daun sisa panen tanaman tebu tanpa
diberi EM4, rata-rata nilai persentase kekeruhan 45% lebih kecil dibandingkan dengan
cairan yang dihasilkan oleh campuran yang diberi EM4 yaitu 200 ml, 400 ml dan 600 ml,
dengan masing-masing nilainya sebesar 48,3 %, 53,3% dan 50 %. Dengan pemberian
larutan EM4 dengan dosis yang berbeda-beda menimbulkan kemasaman.
Cairan hasil pengolahan pucuk daun sisa panen tanaman tebu tanpa pemberiaan
larutan EM4 dengan pH yang lebih tinggi dibandingkan campuran yang diberi larutan EM4
Perpaduan warna kuning dan merah menghasilkan kuning kecoklatan (YR), mulai
coklat muda sampai coklat tua (pada P1, P2 dan P3). Warna coklat didapat pada cairan
hasil pengolahan pucuk daun sisa panen tanaman tebu yang diberi 200 ml larutan EM4.
Warna cairan hasil dari pemberian 200 ml larutan dengan yang dihasilkan campuran yang
diberi 400 ml larutan EM4 adalah mirip. Tanpa pemberiaan larutan EM4 adalah cairan
dengan warna kuning.
Tabel 1. Tingkat kekeruhan POC (%) pada perbedaan pemberiaan EM4(ml/10 liter)
Ulangan/Perlakuan EM4 P0 (kontrol) P1 (200 ml) P2 (400 ml) P3 (600 ml)
U1 45% 50 % 59% 50 %
U2 45% 45 % 50 % 50%
U3 45% 50 % 50 % 50%
Tabel 2. Tingkat Kemasaman POC (pH) pada perbedaan pemberiaan larutan EM4
Ulangan/PerlakuanEM4 P0 (kontrol) P1 (200 ml) P2 (400 ml) P3 (600 ml)
U1 4,9 3,6 3,7 3,7
U2 5,2 3,7 3,7 3,6
U3 5,2 3,8 3,8 3,7
Tabel 3. Pencocokan Warna POC dengan Munsell Color pada perbedaan pemberiaan
larutan EM4.
Perlakuan EM4/ P0 (kontrol) P1 (200 ml) P2 (400 ml) P3 (600 ml)
Warna 5 YR 3/2 7,1 YR 6/8 7,5 YR 5/6 7,5 YR 5/6
Tabel 4. Berat Basah POC bentuk padatan dan cairan pada perbedaan pemberiaan larutan
EM4.
Bentuk/EM4 P0 (kontrol) P1 (200ml) P2 (400ml) P3(600 ml)
Padatan (kg) 2,7 3 3 3
Cairan (kg) 7,5 7 7 7
Padatan yang dihasilkan dari pengolahan pucuk daun sisa panen tanaman tebu
tanpa larutan EM4 lebih ringan dibandingkan campuran diberi larutan EM4, dengan cairan
yang dihasilkan oleh campuran tanpa EM4 lebih berat. Sebaliknya yang terjadi pada hasil
pengolahan pucuk daun sisa panen tanaman tebu yang diberi larutan EM4.
Telah dihasilkan produk POC (cairan) yang menunjukan pemberiaan 200 ml
larutan EM4 dengan kepekatan POC lebih tinggi dibanding kepekatan pada pemberian 400
ml larutan didalam kondisi simpan an aerob. Cairan hasil olah limbah pucuk daun tebu
dengan pH lebih tinggi yaitu pada campuran tanpa diberi larutan EM4 (kontrol) dibanding
diberi larutan EM4 dalam kondisi simpan an aerob. Warna larutan yang dihasilkan
berdasarkan buku Munsell color adalah dengan warna merah dan kuning; kuning
Editor: Siti Herlinda et. al.
ISBN: 978-979-587-801-8 433
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2018, Palembang 18-19 Oktober 2018
“Tantangan dan Solusi Pengembangan PAJALE dan Kelapa Sawit Generasi Kedua (Replanting) di
Lahan Suboptimal”
kecoklatan dan coklat. Berat cairan dan padatan dalam hasil simpan dalam kondisi an
aerob, tanpa pemberian larutan EM4, pucuk daun sisa panen tanaman tebu yang dicobakan
adalah berupa 2,7 kg padatan dan 7,5 kg cairan. Pemberiaan EM4 pada campuran untuk
seluruh level pemberiaan EM4 menghasilkan rata-rata berat 3 kg padatan dan 7 kg cairan
(POC).
Hasil menunjukkan terjadi peningkatan padatan yang dihasilkan pada proses
pembuatan POC menunjukkan terjadinya penguraiaan (dekomposisi) dari limbah pucuk
daun tebu oleh karena diberikannya EM4 kedalam campuran limbah pucuk daun tebu dan
air. Bobot padatan yang lebih besar nilainya dari pada pengolahan pucuk daun sisa panen
tanaman tebu yang diberi larutan EM4, diduga karena penguraian bahan-bahan yang
terkandung dalam pucuk daun tebu lebih maksimal dibanding jika tidak diberi larutan EM4.
Sementara itu hasil berupa cairan lebih sedikit pada campuran pucuk daun sisa panen
tanaman tebu yang diberi EM4 dibanding tidak diberi larutan EM4.
Pada pH cairan yang dihasilkan, didapatkan pH larutan (POC) yang rendah
dihasilkan oleh campuran limbah pucuk daun tebu yang diberi EM4, menunjukkan
pelepasan ion hidrogen dalam cairan lebih banyak terdapat pada campuran yang diberi
larutan EM4 dibanding tanpa pemberian larutan EM4. Menurut Ardiningtyas (2013),
terdapat pengaruh penggunaan Effective Microorganism 4 (EM4) dan molase terhadap pH.
Rogesan dan pucuk tebu perbandingan bobot (30:70), dengan pencacahan,
pencampuran, dalam kondisi an aerob selama 30 hari dan pengeringan, menghasilkan
silase dengan kandungan Gula 0,51 %, Pati 76,80 %, Serat 47,92 %, Nitrogen 1,0016%,
Abu 11,3600%, C/N ratio pada perlakuan urea 4% (21,005%) dan tertinggi perlakuan
kontrol (61,040%)(Bursatriannyo, 2017). Hasil penelitian Bursatriannyo (2017) tersebut,
menunjukkan adanya kandungan Nitrogen yang terdapat dari hasil dekomposisi pucuk
tebu.
Sifat –sifat fisik daun tebu meliputi ukuran partikel 1-10 cm, kepadatan massa 25-
40 kg (kering) m-3, dan kadar air 10,37%. Sedangkan sifat-sifat kimianya yaitu: Karbon
39,8; Hidrogen 5,5; Oksigen 46,8; dan Nitrogen (N) 0.19 persen berat/berat bahan kering
daun tebu (Jorapur et.al., 1997). Dalam padatan maupun cairan yang dihasilkan dari
penyimpanan pucuk daun tanaman tebu terkandung hara utamanya N, selain
mikroorganisme yang diduga hidup dalam padatan maupun larutan hasil proses simpan
dalam kondisi an aerob. Selain itu sifat fisik hasil pemanfaatan limbah berupa bahan
organik alami, dimana nilai C/N ratio dari proses penguraian diduga berkisar 21%.
Warna cairan yang berbeda hasil pengolahan pucuk daun sisa panen tanaman tebu
menunjukkan tingkat dekomposisi yang berbeda. Kekeruhan yang tinggi terdapat pada
pemberian 200 ml larutan EM4, dan diduga memiliki kandungan partikel yang lebih
banyak atau lebih pekat dengan cairan yang warnanya kuning kecoklatan, maupun pada
cairan yang kepekatannya lebih maksimal dengan warnanya coklat ( 600 ml larutan EM4).
KESIMPULAN
Pucuk daun sisa panen tanaman Tebu yang disimpan dalam air dengan pemberiaan
larutan EM4 dalam kondisi an aerob memiliki potensi untuk menghasilkan cairan yang
berguna untuk dijadikan sebagai Pupuk Organik Cair. Larutan EM4 sebanyak 200 g untuk
memproses sebanyak 500 g pucuk daun (kering) tanaman tebu dalam air dalam lama
simpan 25 hari menghasilkan kekeruhan cairan yang tertinggi menunjukkan kandungan
partikel terurainya dalam cairan yang lebih banyak. Perlu dilakukan pengujiaan terhadap
kimia larutan hasil dekomposisi pucuk daun sisa panen tanaman tebu menggunakan EM4
Editor: Siti Herlinda et. al.
ISBN: 978-979-587-801-8 434
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2018, Palembang 18-19 Oktober 2018
“Tantangan dan Solusi Pengembangan PAJALE dan Kelapa Sawit Generasi Kedua (Replanting) di
Lahan Suboptimal”
meliputi kandungan hara makro dan mikro dan juga terhadap pengujiaan effektivitas
cairan sebagai pupuk organik yang diaplikasikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
berbagai jenis tanaman.
DAFTAR PUSTAKA