Tugas UAS PAI 2024 - D3 RMIK - 30523032 - Ghozana Mutiara Hikmah
Tugas UAS PAI 2024 - D3 RMIK - 30523032 - Ghozana Mutiara Hikmah
Tugas UAS PAI 2024 - D3 RMIK - 30523032 - Ghozana Mutiara Hikmah
Disusun oleh:
Nama: Ghozana Mutiara Hikmah
NIM : 30523032
Prodi : D3 RMIK
1
PENDAHULUAN
Ada beberapa hal pokok dalam ajaran Islam yang diwajibkan untuk dilaksanakan
sesegera mungkin, yaitu:
(i) memandikan,
(ii) mengafani,
(iii) menyalatkan, dan
(iv) mengubur jenazah tersebut (Labib, 1994: 18).
Syariat Islam telah mengajarkan kepada kita, tentang bagaimana cara mengurus
jenazah dengan pengurusan yang baik dan sempurna yang tidak ada dijelaskan
kepada umat-umat yang lainya, melalui perantara Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam. Dengan demikian, petunjuk dan bimbingan Rasulullah Shallallahu
‘Alahi Wa Sallam dalam mengurus jenazah merupakan aturan yang paling
sempurna bagi jenazah. Aturan yang sangat sempurna dalam mempersiapkan
seorang yang telah meninggal untuk kemudian bertemu dengan Robb-Nya
dengan kondisi yang paling baik. Bukan hanya itu, keluarga dan orang-orang
2
yang terdekat sang mayatpun disiapkan sebagai barisan orang yang memuji
Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan memintakan ampunan serta rahmat-Nya bagi
yang meninggal, termasuk memberi tuntunan yaitu bagaimana sebaiknya
keluarga dan kerabatnya memperlakukan jenazah/mayit (Kurniawati Burhan
2019:2).
Selain itu budaya dan adat dimasyarakat sering kali pada praktiknya tidak sesuai
dengan anjuran yang ada di agama Islam, sebagaimana telah dijelaskan di atas
tentang pengurusan jenazah sesuai dengan hadist dan al-Qur’an. Sering kali
masyarakat masih perpacu terhadap imam atau orang yang dituakan atau
dihormati untuk pengurusan jenazah yang kadang melanggar aturan, bahwa laki-
laki hanya memandikan jenazah laki-laki dan begitupun sebaliknya. Serta
terdapat ritual-ritual yang dianggap menyeleweng dan keluar dari konteks
pengurusan jenazah yang sesungguhnya, seperti contonhya keluarga jenazah
memberikan makan kepada mayit dengan cara meletakan makanan disebuah
wadah khusus yang disediakan, kemudian di niatkan agar mayit tersebut bisa
makan sebelum mayit dikuburkan. Selain itu keluarga dekat diperintahkan agar
berjalan di bawah keranda simayit selama 7 kali putaran, dan ketika sampai di
tempat peristirahatan terakhir mayit di bawah mengelilingi kuburuannya selama 7
kali.
Oleh karena banyaknya penyimpangan yang terjadi maka dirasa penting kiranya
memberikan edukasi dan pengarahan kepada masyarakat tentang aturan dan
batasan yang harus diperhatikan dalam proses pengurusan jenazah.
Penyelenggaraan jenazah merupakan kewajiban utama bagi umat muslim, oleh
karena jika jenazh sampai terlantar maka umat Islam di lokasi sekitar lingkungan
jenazah tersebut berdosa. Namun demikian untuk menyelenggarakan jenazah
diperlukan ilmu, keterampilan serta pesyaratan tertentu agar prosesinya
terselenggara dengan baik.
Pengurusan Jenazah
Pengurusan jenazah adalah mengurus mayit yang terdiri dari empat yakni
memandikan jenazah, mengkafani jenazah, menshalatkan jenazah dan
menguburkan jenazah. Hukum kepengurusan jenazah adalah fardhu kifayah.
Yang dimaksud fardhu kifayah adalah kewajiban yang bersifat kolektif bagi umat
Islam pada suatu tempat. Jika salah satu orang sudah menjalankan, maka yang
3
lainnya tidak mempunyai kewajiban untuk menjalankannya juga, akan tetapi jika
tidak ada yang melaksanakannya maka seluruh umat Islam ditempat tersebut
berdosa.
Kewajiban yang dikenakan muslim lain untuk mengurus jenazah inilah termasuk
pula memandikan jenazah di dalamnya. Meskipun kewajibannya bersifat fardhu
kifayah yang artinya gugur bila sudah ada orang lain yang melakukannya.
Dengan dikenai kewajiban ini, umat muslim dapat mengambil hikmah di baliknya
sebagaimana yang disebut Rasulullah SAW dalam hadits tentang besarnya
pahala bagi yang menghadiri pengurusan jenazah.
ِقيَل َو َم ا اْلِقيَر اَط اِن َق اَل ِم ْث ُل. َو َم ْن َش ِه َد َح َّت ى ُتْد َف َن َك اَن َلُه ِقيَر اَط اِن، َم ْن َش ِه َد اْلَج َن اَز َة َح َّت ى ُيَص ِّلَى َع َلْي َه ا َف َلُه ِقيَر اٌط
اْلَج َب َلْي ِن اْلَع ِظ يَم ْي ِن
1. Memandikan Jenazah
4
dishalatkan dalam keadaan suci dari hadas dan najis. Hal ini didasarkan atas
perintah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam (Khawaja Muhammad Islam
2004:76).
ايَن ا الَّنبُّ يَ ص َد َ خَ لَ عَل لى لُالَ عَّ َ وَ س اليِّ هَ َّ لَ َن احُ ن ُنَغ ِّ سُ ل اابَن َت ُه َفَقاَ ل ِّا اغِّ سَ و م ا ا َث َ لَ ه لَن
ثَ ا أ اوَ خ ام سا أ اوَ َ أ انِّ مَ ر ث اَك ِّ ل انَ رٰ ِّ ذَ ك إِّ لَ كَ ِّ أايُت َّ ن َذ ٍ رَ و اٍ ءَ مب اجَ وِّ سدا َع َا اَّ ن َف آ ِّذ لَ ن
ِّف َ ر اغُت َ ذا َف ِّ اوٍ ر ]َف إ اوَ شايئ اِّ م انَ كاُف َ َ رِّةَ كاُفو را أِّ خاي ي اَل اي[ َّن ِّن َف َن ا آَذ َّن اُه َف اغَ ر لَّ ما َف َ َ أ ا
لَق ِّ َّياُهِّ َ ها إ اشِّ عارَن َ َ وُه َفَقاَ ل أ قَ حا ايَن ا ى إَل
Artinya:
“Nabi Shalallahu ‘alahi wasallam masuk menemui kami dan kami memandikan
putri beliau, maka lalu belia u bersabda, “mandikanlah ia tiga kali, lima kali atau
lebih dari itu jika kalian menganggapnya perlu, dengan air dan daun bidara. Dan
jadikan pada tuangan terakhir kapur barus atau sedikit dari kapur barus. (Lalu
apabila kalian telah selesai, beritahulah aku). Setelah kami selesai, kami
memberitahu beliau, maka beliau menyodorkan kain sarungnya seraya
bersabda, “bungkuslah dirinya dengannya” (HR. Muslim no. 939). Dalam redaksi
lain dikatakan: “Mandikanlah dia secara ganjil, tiga, lima, tujuh atau melebihi dari
itu menurut pertimbangan kalian. Dengan begitu memandikan jenazah adalah
meratakan badannya dengan air satu kali, sekalipun ia berhadas dan haid.
Disunnahkan meletakkan mayat di tempat yang tinggi dan tidak dibalut dengan
pakaian. Diletakkan penghalang untuk menutupi auratnya. Sebaiknya orang yang
memandikan adalah orang yang jujur dan saleh. Memandikannya harus dengan
niat, kemudian memulai dengan meremas-remas perut mayat dengan pelan
untuk mengeluarkan kotoran dan menghilangkan najis dari jasadnya.
Memandikan tiga kali dengan air dan sabun atau air biasa dimulai dari bagian
kanan”. Jika ia memandang perlu penambahan dari tiga karena tidak bersih atau
ada sesuatu lain, hendaknya ia memandikan sampai lima atau tujuh kali. Jika
jenazah itu seorang wanita disunnahkan menguraikan rambutnya, membasuh
dan mengikatnya kembali serta melipatkan kebelakang kepalanya.Dikala telah
selesai memandikan jenazah, hendaknya badan mayat dikeringkan agar tidak
5
basah, setelah itu meletakan wewangian di badannya. a. Syarat- syarat
memandikan jenazah:
Jika mayat itu laki-laki, maka yang memandikannya laki-laki pula. Perempuan
tidak boleh memandikan jenazah laki-laki kecuali istri dan mahramnya, begitupun
sebaliknya jika mayat itu perempuan. Jika suami, istri dan mahramnya sama-
sama ada maka yang berhak memandikan adalah suami atau istri dari mayit
tersebut. Bila seorang perempuan meninggal dan di tempat itu tidak ada
perempuan, suami atau mahramnya, maka mayit itu hendaklah
“ditayammumkan” saja, tidak boleh dimandikan oleh laki-laki yang lain. Kecuali
kalau mayit itu adalah anak-anak, maka laki-laki boleh memandikannya begitu
juga kalau yang meninggal adalah anak laki-laki. Jika ada beberapa orang yang
berhak memandikan, maka yang lebih berhak ialah keluarga yang terdekat
6
dengan si mayit, dengan syarat ia mengetahui kewajiban mandi serta dapat
dipercaya. Kalau tidak, berpindahlah hak itu kepada keluarga jauh yang
berpengetahuan serta amanah. Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam : َ س انَ وَ مَ رُ م َت َ س اِّسل ماُ هَ ر َت َ ر ا الِّ خَ و اَّّ لُل ِّفي الُّدانَي ِّةArtinya: “Barang siapa
menutup aib seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan di
akhirat” (HR. Muslim no. 2699)
Hadis berikutnya, diriwayatkan dari Abu Rafi’ radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
َ َ، مَ سَ رََّّ لُال انَ غ َلُه ايِّ هَ غَف َ َ عَل َ لُ م اِّسل ما َف َ كَت م ارَب ِّ عايَ أُ َ جَّن ُه أَ َ ر َلُه َف أَ وَ م انَ حَف َ ي اِّج رَ نَ َّمرة
ُدٍ سَ وَ م انَ كَّفَن ُهَ كَ س اسَ كَن ُه إ اُهَّٰ لُال،ايِّ هَ كأٍ نَ اِّج رَ م اسَ كَ علَ َ م أِّ قَي ا ا َلى َي اِّو م الِّ ِّ َّياُه إَ ِّم ةِّ م انُ سانِّ ة
ِّقَي ا ا الَ ِّ ة َي اومَ جَّن اَ رِّ ق ال اسَت ابِّ َ وإ
Artinya:
Tidak mati syahid, artinya tidak mati dalam membela agama Allah.
7
Sewaktu memandikan jenazah, agar badan ditutup terutama auratnya.
Sarung tangan 1 atau 2 stel, handuk atau kain, kain basahan dan lain-lain yang
diperlukan.
Apabila jenazah wanita, supaya rambutnya dijalin dikepang tiga bagian, waktu
dimandikan. Dan rambut diurai lagi pada waktu keramas.
Terakhir wudlukan.
2. Mengkafani mayat
8
Setelah jenazah dimandikan, maka langkah berikutnya adalah mengkafaninya.
Mengkafani itu dilakukan langsung setelah mayat dimandikan, sebaiknya orang
yang mengkafankan mayat adalah orang yang terdekat dengannya. Pada
dasarnya tujuan dari mengkafani mayat adalah untuk menutupinya dari
pandangan mata dan sebagai penghormatan kepadanya. Karena menutup aurat
dan menghormatinya adalah wajib selagi ia masih hidup, begitu pula ketika ia
telah meninggal. Kafan sekurang-kurangnya haruslah menutupi seluruh badan
jenazah, baik jenazah laki-laki maupun jenazah perempuan. Sebaiknya untuk
laki-laki tiga lapis kain. Tiap-tiap kain menutupi seluruh badannya. Sedangkan
jenazah perempuan sebaiknya dikafani dengan lima lembar kain yaitu basahan
(kain bawah), baju, tutup kepala, kerudung dan kain yang menutupi seluruh
badannya (H.Sulaiman Rasjid 1994:168).
َ ِّ صُ كفِّ َ نَ رُ ساوُ لَّٰ لِّال لى لُالَ عَّ َ وَ س اليِّ هَ َّ لَ َ ه م اَ س ِّف اي اي ايٍ ضَ سُ حاِّو لَّي ٍ ةِّ م انُ كارُ سٍ ف َل
َواٍ ب ب ا ثَ ِّ ة أ اي َث َ لَث ِّف َ مةِّ مايُ صَ َْو لِّ عَ ما َق
Artinya:
9
“Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dikafani dengan tiga helai kain putih
bersih yang terbuat dari kapas, tanpa (dipakaikan) baju ataupun surban”(HR.
Muslim no. 941). (Al- Hafizh Ibnu Hajar al-Asqolani 2019:286)
Artinya:
Jenazah laki-laki:
Tiga lembar kain kafan dibentangkan dengan cara disusun. Kain yang paling
lebar dibentangkan dibawah sendiri atau 3 lembar kain kafan dibentangkan, kain
letaknya agak serong, atas melebar bawah mengecil. Lembar demi lembar kain
dilutut dengan wangi-wangian .
Sediakan kain atau tali pengikat jenazah secukupnya diletakan dibawah kain
kafan yang telah dibentangkan.
- Kemaluan.
- Wajah.
- Telinga dua-duanya.
- Siku-siku tangan.
- Tumit dua-duanya
10
Angkat jenazah dengan hati-hati, baringkan diatas kain kafan dengan diberi
wangi-wangian.
Tutup dengan kapas bagian-bagian: wajah, kemaluan, buah dada, telinga, siku-
siku tangan, tumit.
Tutup/selimuti jenazah dengan kain kafan dari yang paling atas selembar-
selembar ikat dengan tali 3 atau 5 ikatan.
Jenazah perempuan:
Angkat jenazah dengan hati-hati, baringkan diatas kain kafan dengan diberi
wangi-wangian.
Tutup dengan kapas bagian-bagian: wajah, kemaluan, buah dada, telinga, siku-
siku tangan, tumit.
Sebaiknya arah kepala jenazah sebelah atas, diberi lampu penerangan untuk
tanda bahwa itu jenazah.
3. Shalat Jenazah
11
Setelah jenazah dimandikan dan dikafani, prosesi berikutnya adalah
menshalatkan. Shalat mayat hukumnya fardhu kifayah bagi orang muslim yang
menghadirinya. Yakni suatu kewajiban yang dibebankan kepada semua muslim,
tetapi jika sudah dilaksanakan oleh satu orang, maka semua orang sudah
dianggap melaksanakan. Namun, hendaknya setiap muslim yang mendengar
berita kematian ikut menshalatkan. Sebab, semakin banyak orang yang
menshalatkan semakin baik bagi jenazah, karena semakin banyak dido’akan
orang (Khawaja Muhammad Islam 2004:81).
2. Letak jenazah sebelah kiblat dari orang yang menyalati, kecuali bila shalatnya
dilakukan di atas kubur.
3. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus suci dari
hadas dan najis, suci badan, tempat dan pakaian, menutup aurat dan
menghadap kiblat.
Shalat jenazah tidak memakai rukuk dan sujud, tentu saja rukun yang ada di
dalamya berbeda dengan rukun shalat seperti biasanya yakni: niat, berdiri bagi
yang mampu, takbir, membaca surah al-Fatihah, membaca shalawat Nabi,
mendo’akan jenazah dan salam.
Shalat jenazah terdiri dari niat dan 4 kali takbir. Yang dimulai dengan membaca
Ta’awudz, kemudian membaca surah Al-Fatihah, lalu melakukan takbir kedua
dan membaca shalawat Nabi, takbir ketiga memohon ampunan untuk jenazah
dan takbir keempat mendoakan jenazah dan seluruh jamaah, lalu ditutup dengan
salam (Muhammad Nashiruddin Al Albani, 2003:123).
Posisi imam saat menyalatkan berada sejajar dengan kepala jenazah apabila
jenazahnya laki-laki dan sejajar dengan perut apabila jenazahnya perempuan
(Achmad Mufid A. R., 2007:35-38).
12
jenazah boleh dilakukan didalam masjid atau dirumah jenazah atau ditempat
lainnya.
Berdiri
Membaca Al Fatihah
Salam.
4. Mengubur Mayat
1) Bahwasanya hal ini dikerjakan oleh kaum muslimin pada zaman Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam hingga pada zaman sekarang.
3) Jika hal ini dikerjakan oleh kaum wanita, maka akan menyebabkan terbukanya
aurat wanita di hadapan lelaki yang bukan mahramnya.
13
Dalam masalah ini, wali dari mayit merupakan orang yang paling berhak
menguburkannya, berdasarkan keumuman firman Allah Subhanahu Wata’ala
dalam surat al-Anfal/8: 75: ّ
ِب ٱَّّ لِّل ٰ ِّ َب اعٍ ض ِّفىِّ كَت ٰ ى ب اوَل َ ارَ حِّام َب اعُ ضُ هام أ ْاَل ٱ۟ ُ وا۟ ولُ َ وأ
Terjemahnya:
Dalam pembuatan liang kubur ada dua macam, yaitu: 1) dengan cara yang
disebut cempuren, yakni tempat jenazah berada di tengah-tengah liang kubur. 2)
Dengan cara yang disebut liang lahat, yakni tempat jenazah berada di luar
dinding liang kubur. Panjang liang kubur disesuaikan dengan panjangnya
jenazah, lebar kurang lebih 80 cm, dan dalamnya kurang lebih 150 atau 200 cm.
letakkan badan miring sebelah kanan dan mukanya menghadap kiblat, diganjal
diberi sandaran dengan tanah supaya tidak terbalik ke belakang, sambil
14
mengucapkan “Bismillah wa’alaa millati rosuulullah”, yang artinya: dengan nama
Allah dan atas agama rasuulullah.
KESIMPULAN
15
Secara holistik, kesimpulan tentang pemulasaraan jenazah menurut Islam dari
perspektif fiqh dan kesehatan adalah integrasi antara nilai-nilai keagamaan dan
kesehatan masyarakat. Praktik ini tidak hanya mencerminkan kepatuhan
terhadap ajaran Islam tetapi juga menunjukkan kepedulian terhadap
kesejahteraan dan kebersihan lingkungan, menciptakan keseimbangan antara
spiritualitas dan tindakan tangibles dalam menghadapi kematian.
16
DAFTAR PUSTAKA
17