Governance Vol 10 No 2 2020
Governance Vol 10 No 2 2020
Governance Vol 10 No 2 2020
Evaluasi Luas Tambah Tanam (LTT) Padi Pada Program Swasembada Pangan
di Kabupaten Sidoarjo
Arief Cahyo Widodo1, Sri Juni Woro Astuti2, Dwi Wahyu Prasetyono3
email: [email protected]
Pascarsarjana
Universitas Wijaya Putra
Abstract
The development of the agricultural sector in order to increase rice production to ensure the availability
of rice as the main food source is important and very strategic for the Indonesian people. The Strategy
for Adding Planted Areas (LTT) for rice commodities carried out by the Government of Indonesia as
well as improvements to irrigation infrastructure and agricultural machinery are strategic steps to
optimize rice yields. The government is collaborating with Kodim 0816 Sidoarjo to optimize the
achievement of the National Rice Self-Sufficiency target with the strategy of adding rice planting area.
With the potential to reduce the amount of agricultural land in Sidoarjo Regency, it is hoped that it will
not affect rice production and can even increase through the Rice Added Area (LTT) strategy. However,
the existing strategy needs to be evaluated so that it can be more optimal in its implementation. The
purpose of the study was to analyze the success of the strategy that had been carried out by the
0816/Sidoarjo Kodim and identify the factors that hindered the success of the Expanded Planting Area
Program in the 0816 Sidoarjo Kodim area in increasing the assistance of the Special Effort Program
(UPSUS) for Food Self-Sufficiency. This study uses a qualitative method, taking a case study of the 0816
Sidoarjo Kodim Special Efforts program in implementing the Rice Added Area (LTT) strategy in
Sidoarjo Regency. The results of the study show that the area added-plant strategy has an impact on the
achievement of the area-added-planting program in Sidoarjo Regency in the period 2014 – 2019 which
is going well and shows increasing results every year. The inhibiting factor encountered at the beginning
of the LTT strategy was the lack of coordination and collaboration between stakeholders, but after
assistance from the 0816 Sidoarjo Kodim, which also acted as a liaison between related parties, the
LTT strategy became more successful.
23
GOVERNANCE: Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol. 10 No.2 Oktober 2020
Kementerian Desa dan PDT dalam padi yang tepat ini membutuhkan dorongan
pembangunan embung guna penyediaan air dan bantuan dari pemerintah baik pusat
irigasi secara berkelanjutan di seluruh maupun daerah dengan jumlah anggaran yang
Indonesia (www.pertanian.go.id, 2017). relatif besar. Lahan kosong yang dapat
Penempatan sektor pertanian guna dimanfaatkan dengan baik sebagai lahan
mengembalikan kedaulatan pangan oleh pertanian berubah fungsinya menjadi daerah
Pemerintah merupakan suatu langkah penting pengembangan Industri maupun wilayah
yang perlu mendapat apresiasi dari seluruh pemukiman penduduk atau wilayah
masyarakat. Hal ini merupakan suatu strategi perumahan penduduk. Kondisi ini menjadi
untuk mewujudkan salah satu prioritas probelmatika tersendiri yang perlu menjadi
pemerintah yang tertuang dalam program perhatian seluruh pihak khususnya
Nawacita yaitu kedaulatan pangan. Realisasi pemerintah daerah dalam mencari jalan
pemerintah adalah terwujudnya target keluar atau solusi persoalannya. Realisasi
peningkatan swasembada pangan terhadap target pembangunan infrastruktur yang
produk padi, kedelai, jagung dan gula sebagai dibutuhkan untuk mendukung terwujudnya
komoditas pangan strategis. Pada tahun 2017 swasembada beras tersebut perlu
pemerintah menargetkan pembangunan direncanakan dengan matang, mengingat
minimal 11.000 embung dari total 30.000 bahwa realisasi terhadap target pencapaian
embung dengan jangkauan 1,5 juta ha hingga pembangunan tergangung pada perencanaan
2 juta ha (www.pertanian.go.id, 2019). Selain program prioritas pembangunan di wilayah
itu, program jangka Panjang kementerian masing-masing. Sinkronisasi terhadap
pertanian dilakukan melalui program kesamaan pencapaian tujuan sangat
perbaikan irigasi, bantuan alat pertanian, diperlukan bagi para Stakeholder dan penentu
pembangunan embung, pengembangan tata kebijakan tingkat daerah masing-masing.
air mikro di lahan rawa dan pasang-surut dan Kementerian Pertanian dan TNI sangat serius
bantuan benih tahan kekeringan untuk dalam melaksanakan pentahapan pencapaian
mengantisipasi potensi kekeringan dan misi swasembada beras sebagai bagian dari
menghindari penurunan hasil produksi petani swasembada pangan di Indonesia. Menteri
(www.pertanian.go.id, 2017). Hal tersebut Pertanian RI, yang didampingi oleh Asisten
menunjukkan bahwa sektor pertanian Teritorial Kasad pada kegiatan Rapat
merupakan salah satu prioritas guna menjaga kordinasi jajaran Asisten Teritorial Kodam
stabilitas kesejahteraan masyarakat seluruh Indonesia (09/08/16), menekankan
Indonesia. Pembangunan beberapa bahwa untuk mencapai program Swasembada
infrastruktur yang secara langsung beras terhadap komoditas padi sebagai bagian
mendukung tercapainya peningkatan dari Swasembada pangan, perlu didukung
produksi padi dan komoditi pangan lainnya dengan adanya peningkatan Luas Tambah
diantaranya dengan pembangunan beberapa Tanam. Hal tersebut tentunya dilakukan
irigasi baru maupun perbaikan irigasi yang dengan merubah percepatan pola pangan
telah ada merupakan pekerjaan yang relatif sebagai upaya untuk memenuhi target
lama dan membutuhkan jumlah anggaran swasembada beras. Irjen Kementerian
yang relatif besar. Selain itu, dalam konteks Pertanian Justan Riduan Siahaan, pada saat
jenis bibit yang akan digunakan oleh para kunjungan kerja sebagai penanggung jawab
petani, kebutuhan jenis bibit yang sesuai upaya khusus komoditi Padi Jagung Kedelai
dengan kontur tanah di wilayah yang beragam di Provinsi Lampung (23/10/2017)
tentunya memerlukan dukungan riset mengungkapkan Luas Tambah Tanam (LTT)
pertanian yang tepat untuk memperoleh adalah menambah lahan pertanian yang
varietas padi yang sesuai dengan karakter biasanya masyarakat menanam padi dua kali
lahan persawahan di wilayah Indonesia, dalam satu tahun menjadi menanam padi tiga
dalam hal ini wilayah Sidoarjo pada kali dalam satu tahun, serta sarana membuka
khususnya. Riset untuk menemukan varietas lahan baru untuk dijadikan lahan fungsi yang
24
Arief Cahyo Widodo, dkk: Evaluasi Luas Tambah Tanam (LTT) Padi Program Swasembada Pangan di
Kabupaten Sidoarjo
bisa ditanami oleh tanaman padi, Jagung atau kewilayahan di seluruh Indonesia diantaranya
Kedelai. Payung hukum kegiatan Luas Satuan Kodim 0816/Sidoarjo tentunya dapat
Tambah Tanam tertuang pada Peraturan memberikan percepatan peningkatan progres
Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor panen padi di Sidoarjo dapat meningkat.
14/Permentan/OT.140/3/2015 tentang Program yang tersinergikan antara Kodim
Pedoman Pengawalan dan Pendampingan 0816/Sidoarjo, Dinas Pertanian kabupaten
terpadu penyuluh, Mahasiswa dan Bintara Sidoarjo dan seluruh Kelompok Tani di
Pembina Desa dalam rangka upaya khusus wilayah Sidoarjo tentunya memberikan hasil
peningkatan produksi Padi, produksi Jagung padi yang semakin meningkat. Namun pada
dan produksi Kedelai. kenyataannya, bahwa produksi padi di
Penerapan pola tanam saat ini Sidoarjo, dengan luas daerah pertanian yang
mengalami perubahan. Jika terdahulu sama, tidak mengalami peningkatan bahkan
mengunakan pola musim, saat ini cenderung menurun pada tahun 2019
mengunakan pola metode tanam. Hal inilah dibandingkan dengan hasil padi yang pernah
yang menjadi permasalahan yang harus terjadi pada tahun 2015. Kondisi tersebut
diteliti terkait tentang strategi yang digunakan sangat menarik perhatian penulis untuk
pemerintah dalam meningkatkan program melakukan penelitian tentang Evaluasi
swasembada pangan di masa yang akan kegiatan Luas Tambah Tanam sebagai upaya
datang, sehingga sama-sama menguntungkan khusus yang dilakukan oleh Kodim
petani dan pemerintah. Realisasi strategi 0816/Sidoarjo di kabupaten Sidoarjo.
antara Kementerian Pertanian dan TNI AD Dari uraian diatas, tujuan penelitian ini adalah
diantaranya melalui Program Upaya Khusus (1) menganalisa strategi yang diambil Kodim
Swasembada Pangan. 0816/Sidoarjo dalam mendukung program
Program Upaya Khusus Swasembada swasembada pangan termasuk diantaranya
Pangan yang telah dilaksanakan oleh menemukan model Implementasi Program
Kementerian Pertanian Republik Indonesia Swasembada beras yang optimal dimasa yang
bersama TNI sudah berjalan hampir 6 Tahun, akan datang, (2) menganalisa sejauhmana
dimulai pada tahun 2014 sampai dengan keberhasilan strategi peningkatan program
tahun 2019. Program ini merupakah salah Luas Tambah Tanam (LTT) khusunya pada
satu bentuk nyata tentang keseriusan Tanaman Padi dalam rangka mendukung
pemerintah Indonesia terhadap pembangunan program swasembada beras serta
sektor pertanian Indonesia khususnya Implementasi Program Swasembada pangan
komoditi padi untuk dijadikan beras sebagai di wilayah Kab. Sidoarjo, dan (3) menganalisa
salah satu pemenuhan kebutuhan pangan faktor-faktor penghambat keberhasilan
masyarakat Indonesia. Kebutuhan pangan program Luas Tambah Tanam yang
merupakan salah satu kebutuhan dasar dilaksanakan oleh pemerintah daerah Sidoarjo
manusia seperti yang tercantum pada bekerjasama dengan Kodim 0816/Sidoarjo
Undang-undang Nomor 18 tahun 2012
tentang Pangan pada poin a alinea 1 yang
menyatakan bahwa Pangan merupakan METODE
kebutuhan dasar manusia yang paling utama Penelitian ini adalah penelitian
dan pemenuhannya merupakan bagian dari kualitatif dengan melihat studi kasus
hak asasi manusia yang dijamin di dalam pelaksanaan upaya khusus Kodim
Undang-undang Dasar Negara Indonesia
0816/Sidoarjo terhadap kegiatan Luas
Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk
mewujudkan sumber daya manusia yang Tambah Tanam dalam Program Swasembada
berkualitas. Pangan di wilayah Sidoarjo. Dimensi
Upaya khusus yang dilakukan oleh penelitian yang digambarkan pada penulisan
Kementrian Pertanian bersama dengan TNI kali ini adalah tolak ukur keberhasilan 4 buah
AD yang direalisasikan di seluruh satuan strategi yang telah diambil pada evaluasi Luas
25
GOVERNANCE: Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol. 10 No.2 Oktober 2020
26
Arief Cahyo Widodo, dkk: Evaluasi Luas Tambah Tanam (LTT) Padi Program Swasembada Pangan di
Kabupaten Sidoarjo
kelembagaan untuk mendapatkan data yang tanam karena penanganan mekanisme tata
akurat serta menciptakan peluang cara pengaturan pola tata tanam antara Dinas
pemanfaatan teknologi masa kini. Strategi PU Bina Marga dan Sumber Daya air Kab.
keempat, mengadakan pengawasan dan Sidoarjo dan Dinas Pangan dan Pertanian
pengendalian terhadap sistem pengairan di Kab. Sidoarjo sangat berbeda, meskipun
wilayah Kabupaten Sidoarjo. kordinasi secara intensif telah dilakukan
Sehubungan dengan Strategi Pertama, namun dinamaika dilapangan sangat berbeda.
capaian LTT dapat sesuai dengan target yang Hal ini disebabkan karena data luasan tanam
telah ditentukan oleh pemerintah daerah antara dua lembaga kedinasan tersebut belum
maupun pemerintah pusat terbukti dalam sinkron. Kodim 0816 Sidoarjo telah
laporan perkembangan Kodim 0816 Sidoarjo melakukan upaya koordinasi sebagai
bersama Dinas Pangan dan Pertanian Kab. penjembatan antar kelembagaan untuk
Sidoarjo setiap musimnya mampu mencapai mendapatkan data yang akurat serta
target rata-rata 100%. Keberhasilan dalam menciptakan peluang pemanfaatan teknologi
meningkatkan produktifitas beras, bahwa masa kini. Sampai dengan saat ini
berdasarkan data BPS pada tahun 2015 Kab. pencapaian hasil yang optimal masih dalam
Sidoarjo memiliki luas panen sebesar 31.455 proses oleh semua pihak.
Ha dengan produktivitas 73,92 Kw/Ha Terkait dengan Strategi Keempat,
merupakan sebagai angka tertinggi di jawa keberhasilan Kodim 0816 Sidoarjo dalam
Timur, sehingga diperoleh produksi Padi di melakukan pengawasan dan pengendalian
Kab. Sidoarjo sebesar 232.519 Ton Gabah terhadap sistem pengairan di wilayah
Kering Giling (110%) dari tahun 2014 yang Kabupaten Sidoarjo yang menerapkan cara
hanya mencapai 202.439 Ton. “Hulu Gilir” yaitu secara bergantian,
Terkait Strategi Kedua, keberhasilan melaksanakan patroli-patroli diwilayah,
peningkatan SDM Prajurit Kodim 0816/ melakukan pendampingan untuk
Sidoarjo dibidang pertanian sebagai UPSUS memecahkan permasalahan terkait dengan
dalam meningkatkan profesionalisme yang sistem pembagian air antar desa/kecamatan
dikolaborasikan dengan Program TNI AD, dan mekanisme pengawasan terhadap pintu-
adalah bahwa TNI AD khususnya Kodim pintu air yang ada terutama pintu air pada
0816 Sidoarjo telah banyak membuka lahan saluran sekunder sampai pintu air (avoour)
baru seperti halnya lahan TNI AD yang belum dapat terlaksana dengan baik. Keberhasilan
dimanfaatkan saat ini mampu sudah tersebut menyebabkan ketersediaan air sangat
termanfaatkan sekitar 8 Ha yang bertempat di mencukupi untuk kebutuhan pada masa
Ds. Sawotratap Kec. Gedangan. Selain itu tanam. Hal tersebut menunjukan bahwa
Kodim 0816 Sidoarjo juga memiliki Program strategi yang diterapkan dapat menjaga
kerja Tahun Anggaran 2020 bidang Teritorial ketersediaan air untuk pengairan sawah yang
tentang Ketahanan Pangan yang ada dalam rangka mendukung tercapainya
diaplikasikan untuk membuka lahan demplot swasembada pangan.
tanaman padi seluas 1 Ha di desa Terdapat faktor penghambat
Kedungkembar Kec. Prambon Kab. Sidoarjo, keberhasilan untuk masing-masing strategi.
dengan memanfaat beberapa brigade alsintan Faktor penghambat Strategi Pertama yaitu
yang dimiliki oleh Kodim 0816 Sidoarjo, belum adanya MoU (memorandum of
sehigga mampu memenuhi kebutuhan stok understanding) lintas lembaga/instansi di
beras Sidoarjo 206 Ton Beras. wilayah Kabupaten Sidoarjo yang akan
Kemudian, terkait Strategi Ketiga, mendukung kegiatan Swasembada Beras
keberhasilan strategi ini belum dapat terlihat khususnya komoditi beras dan belum adanya
secara signifikan dan tidak mudah. Hal ini Peraturan Daerah yang mengatur kebijakan
disebabkan karena pemerintah daerah Kab. daerah secara teknis mengenai mekanisme
Sidoarjo juga belum memiliki standar UPSUS Pertanian diantaranya tentang
mekanisme tata cara pengaturan pola tata pengaturan irigasi antar wilayah, penanganan
27
GOVERNANCE: Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol. 10 No.2 Oktober 2020
banjir lokal, penanganan pasca panen dan metode tradisonal dan menggunakan bibit
prioritas pengawasan Swsembada. Kondisi Cherang sebagai satu-satunya benih padi
tersebut mengakibatkan pelaksanaan yang dibuat andalan untuk mencapai produksi
penguatan hukum yang menitikberatkan pada padi/beras, sehingga hal ini sangat
teknis hubungan antar lembaga/instansi yang menyulitkan bagi petugas dilapangan yang
bekerja di bawah otorisasi Kodim 0816 melakukan pendampingan.
Sidoarjo, Pemerintah Daerah Kabupaten, Kemudian, terkait faktor penghambat
Kepolisian Resort, dan BULOG sub drive Strategi Ketiga, keterbatasan kemampuan
Surabaya utara, belum sepenuhnya terlaksana personel dan jumlah personel yang dimiliki
dengan baik. oleh Kodim 0816 Sidoarjo dalam melakukan
Selain itu konversi lahan pertanian ke kordinasi antar kelembagaan terkait sehingga
lahan non-pertanian yang tidak terkendali, Kodim 0816 Sidoarjo harus melakukan
keterbatasan pencetakan lahan baru dan kordinasi secara ekstra khusus untuk
penurunan kualitas lahan berpotensi melakukan pengawalan dan pendampingan
menyebabkan penurunan capaian Luas terhadap irigasi air untuk memenuhi
Tambah Tanam (LTT). Kemampuan kebutuhan petani. Selain itu penggunaan alat
pemerintah daerah untuk menambah luas komunikasi telepon genggam dengan sistem
areal persawahan menjadi sangat terbatas. Android oleh para Babinsa Kodim 0816
Selain itu, penggunaan bibit varietas baru Sidoarjo masih sangat terbatas. Hal ini
yang telah ditemukan dan diuji coba pada mengakibatkan monitoring Usaha Pelayanan
daerah kering sesuai dengan tipologi wilayah Jasa Alat Mesin Pertanian secara Online tidak
Kabupaten Sidoarjo yaitu bibit padi Ratun, optimal, belum lagi dengan kemampuan
belum sepenuhnya di produksi secara massal Kodim 0816/Sidoarjo dalam mendukung
oleh kementerian Pertanian. Dalam hal ini, ketersediaan telepon genggam dengan sistem
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat Android sebagai sarana pendukung
perlu mendorong produksi bibit padi Ratun monitoring Babinsa relatif sangat minim dan
maupun bibit padi lainnya yang tahan terbatas.
terhadap daerah kering secara masal sehingga Adapun terkait faktor penghambat
dengan lahan yang terbatas serta tidak Strategi Keempat, kendala dilapangan
mengalami peningkatan luas lahan namun mengenai sistem pengairan disebabkan belum
ketersediaan padi dapat ditingkatkan dan
optimalnya sinkronisasi antara kebijakan
target swasembada beras di wilayah Jawa
Timur, khususnya di Sidoarjo dapat Kementerian Pertanian dengan Kementerian
terpenuhi. Lainnya. Di satu sisi, Kementerian Pertanian
Sementara itu, terkait faktor menargetkan Luas Tambah Tanam
penghambat Strategi Kedua, faktor difokuskan pada pencapaian hasil penanaman
penghambat utama dalam program Luas Padi, di sisi lainnya Kemanterian PUPR
Tambah Tanam adalah pola pikir petani yang bidang pengairan memprioritaskan sistem
masih berada pada zona nyaman
pola tata tanam secara bergantian, dimana
menggunakan teknik konvensional di dalam
mengolah lahan persawahan relatif sulit tidak semua masyarakat melakukan
dirubah. Para petani memiliki hak mutlak penanaman padi secara serentak karena akan
dalam menentukan pilihannya, seperti yang mempengaruhi pembagian air khususnya
terjadi di Kab. Sidoarjo banyak petani yang pada saat musim kemarau, melainkan
tidak mau mengunakan teknologi modern penanaman dengan metode tanam padi,
seperti halnya Alsintan Tranflenter (alat tanam jagung dan tanam kedelai.
penanaman Padi), petani enggan mengunakan
metode jajar legowo (JARWO), petani juga
enggan menanam benih padi unggulan dari PENUTUP
BPTP, petani lebih cenderung menggunakan
28
Arief Cahyo Widodo, dkk: Evaluasi Luas Tambah Tanam (LTT) Padi Program Swasembada Pangan di
Kabupaten Sidoarjo
29
GOVERNANCE: Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol. 10 No.2 Oktober 2020
30
Arief Cahyo Widodo, dkk: Evaluasi Luas Tambah Tanam (LTT) Padi Program Swasembada Pangan di
Kabupaten Sidoarjo
31