Buku Fiqh Keluarga Muslim
Buku Fiqh Keluarga Muslim
Buku Fiqh Keluarga Muslim
FIQH KELUARGA
MUSLIM INDONESIA
FIQH KELUARGA
MUSLIM INDONESIA
©Copyright Lawwana
Cetakan Pertama, Februari
2022 hlm: x+107 14 cm
x20,5 cm
ISBN
:
Penulis
: Dr. Hj. Umul Baroroh, M.Ag.
Penyunting
:
Desain dan
: Moh. Haidar Latief
Layout Ilustrasi
: Freepik.com
Cover
Diterbitkan Oleh:
CV Lawwana
Perumahan Taman Puri Banjaran
Kel. Beringin, Kec. Ngaliyan, Semarang Jawa
Tengah penerbit @lawwana.com I CP: 081-226-
888-662 Lawwana.com
PENGANTAR PENULIS
Umul Baroroh
Pengantar Penulis
vii
DAFTAR ISI
PENGANTAR PENULIS..............................................v
DAFTAR ISI.............................................................vii
DAFTAR PUSTAKA.............................................123
Konsep Pernikahan 1
BAB 1
KONSEP
PERNIKAHAN
A. Pengertian
Perkawinan dalam fiqh berbahasa Ārab disebut dengan dua
kata, yaitu nikah dan zawaj. Kata na-kaha dan za-wa-ja
terdapat dalam Al-Qur’an dengan arti kawin yang berarti
bergabung, hubungan kelamin, dan juga berarti akad.
Menurut Fiqh, nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang
paling utama dalam pergaulan atau masyarakat yang lebih
sempurna.1 Abdurrahman al-Jarizi dalam kitabnya al-Fiqih
‘ala Mazahibil
Arba’ah menyebutkan ada 3 macam makna nikah. Menurut
َ ُ
adalah nikah وط ُء َوالض ٌّم “bersenggama atau
َ
وه والbahasa
bercampur”. Selanjutnya dikatakan; “terjadinya perkawinan
antara kayu-kayu apabila kayu-kayu itu saling condong dan
bercampur satu dengan yang lain”. Dalam pengertian majaz
orang menyebut nikah sebagai akad, sebab akad adalah sebab
boleh nya bersenggama.2
Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa nikah secara bahasa
berarti mengumpulkan, atau sebuah pengibaratan akan sebuah
1
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), hlm.
374
2 Dr. Hj. Umul Baroroh,
2
Djamaan Nur, Fiqih Munakahat, (Semarang: Toha Putra, 1993) hlm. 1-2.
Konsep Pernikahan 3
3
Wahbah Az-Zuahaili, Fiqh Islam Wa Adilatuhu, (Jakarta: Gema Insani,
2011), hlm. 38-39.
4
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum
Acara Peradilan Agama, dan Zakat menurut Hukum Islam, (Jakarta : Sinar Grafika,
1995), hlm. 43
5
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika
Pressindo, 1992), hlm. 114
4 Dr. Hj. Umul Baroroh,
C. Hukum Nikah
Mengenai hukum asal pernikahan, para ulama berbeda
pendapat:
Pertama, bahwa hukum asal pernikahan adalah wajib. Ini
adalah pendapat sebagian ulama,10 berkata Syekh al-Utsaimin :
8
Wahbah Az-Zuhaili, Op.Cit.,
9
Ibid., hlm. 41
10
Asy-Syaukani, Nail al-Authar, juz : 6, hlm : 117
Konsep Pernikahan 7
َ
و جاء ْ
َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ
و م ن ل م ي ْ س ت ِط ع ف ع ل ي ِه,
َ
ُ ُ َّ ْ َّ
ِبال ص و ِم ; ف ِإن ه ل ه
11
Al-Utsaimin, Syarh Buluguhl al-Maram, juz : 3, hlm : 179
12
HR. Bukhari dan Muslim
Konsep Pernikahan 9
14
HR. Bukhari dan Muslim
15
An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, juz: 9, hlm : 173
1 Dr. Hj. Umul Baroroh,
َ بء
ماالطنا سا
م ومان َ َّخف ْ تم ألا تق ِس
طوا ِفي اليتامى فان لككح
َ َ ُ َ و ِإن
َّ ُ
ْ
خفتم ألا تع ِدلوا فوا ِحدة أو َمثنى وثلاث و َ رب ا ِإ
عنف
َ َ ُ
ما ملكت
ُ َّ
أيمانكم ذِ لك أدنى ألا تعولوا
16
Al-Qur’an, hlm. 77
17
Imam Nawawi, Syarh Shahih Muslim, juz : 9, hlm : 174.
Konsep Pernikahan 1
ِل
ْ ِه ُ َّ ُ ْ َ ْ َ ْ
فض َي َ ه ِيج دون ل ا ف ِ ِ وليست
ف ع
ُم ا لل ن نكاحا ت ِذين لا
ْ
ي غ ِن ٰى
م ح
َ
ع ِل ْ م ْ ُ َ ْ َّ ۗ َوال ِذين ي ْب َت ُغون الك
ُ م ك ن ا م ي أ ت ك ل م
ْ ت ْم إ ُ
م َ
ْ فكات بوه م ا ب ا ت
ن
َ
ْ لل ال ذي آ َتاك ً ْ
فت
َ م َِ فيه ْم خ ي ر ۖا َوآت ْ وه مال
ُ
َو لا تك ر هوا ياتك ممن ْ
ا
ْم ِ
َ َ
َ ْ َ ْ َ
ع لى ال ِب غاء ِإ ن أ ر د ن
ً َ
تحص نا
Artinya, “Dan orang-orang yang tidak mampu kawin
hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah
memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan budak-
budak yang kamu miliki yang menginginkan perjanjian,
hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu
mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah
kepada mereka sebahagiandari harta
Allahyangdikaruniakan-Nyakepadamu. Dan janganlah kamu
Konsep Pernikahan 1
paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran,
sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu
hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang
memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah
mereka dipaksa (itu).”(al-Nur: 33).21
20
Ibid.,
21
Al-Qur’an, hlm. 354
1 Dr. Hj. Umul Baroroh,
22
Ibid.,
Konsep Pernikahan 1
dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum
campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka
tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu)
istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghinpunkan
(dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali
yang terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nisaa’: 23).25
D. Hikmah Nikah
Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam suatu ikatan
perkawinan baik ditinjau dari segi social, psikologi maupun
kesehatan. Berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan sunah rasul,
hikmah nikah ini antara lain: menyalurkan naluri seks, jalan
mendapatkan keturunan yang sah, menyalurkan naluri kebapakan
dan naluri keibuan, dorongan untuk bekerja keras, pengaturan
hak dan kewajiban dalam rumah tangga dan menghubungkan
silaturahmi antara dua keluarga besar (suami dan istri).
Sesungguhnya naluri seks adalah naluri yang paling kuat dank
eras dan selamanya menuntut jalan keluar. Jika jalan keluar tidak
memuaskan, maka banyak manusia yang mengalami kekacauan
dan kegoncangan. Dengan perkawinan insya allah badan orng
tersebut menjadi sehat, segar dan jiwanya menjadi tenang. Seperti
sabda Rasulullah saw.: “Dari abu hurairah, telah bersabda
Rasulullah saw.; sesungguh nya perempuan itu menghadap dengan
rupa setan, membelakang juga rupa setan, apabila seseorang dari
kamu tertarik pada seorang perempuan, hendaknya dia
mendatangi istrinya agar nafsunya data tersalurkan.” (HR. Muslim,
abu dawud dan at-tirmidzi).
بيتى جنتى
26
Djamaan Nur, Op. Cit. hlm. 10-12
16 Dr. Hj. Umul Baroroh, M.Ag,
Pra 1
BAB 2
PRA
NIKAH
1
Wahbah Zuahili, Fiqh Imam Syafi’i, Jidil II Terjemahan. (Jakarta: Al-Mahira,
2010), hlm 489.
2
Muhammad Abu Zahrah, Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah. (Beirut: Dar Al Fikr Al
‘Araby, t. t), hlm. 71.
1 Dr. Hj. Umul Baroroh,
besar.4
4
Muhammad Abu Zahrah, Al Ahwal As Syakhsiyyah, hlm. 73-75.
2 Dr. Hj. Umul Baroroh,
5
Lihat QS. Al-Nisa’:
22 6Lihat QS. Al-
Nisa’: 23 7Lihat QS.
Al-Nisa’: 23
Pra 2
ب ْم
ك
ْ
ن
َّ ُ ُّ
ت َ َ
واش ب ا لل و ُ ك
َ واب ت باش فالآن
َر ُبوا ى ُ
غوا ما ت لك ْم لوا ُروه
ح َّ
ن
ك
2 Dr. Hj. Umul Baroroh,
ُّ ِت َ ْ َ ْ ُ َ َ َّ
َم ْ ن ال َ موا لخ يِ َط ي ت ب ي ُ لخ ي ط م ن
أ ف جر ّ األس و ِد األب َي ا ض م َ
م
ِ ن ل ا
ك
ث َ
ُ ْ ْ ُ َّ ْ َ َ
باش ُروه ن و أ ن ت م عا ِك فون ال ِص َيام إلى الل ي
ْ
في ال َم َساج ِد تلك ِل وال
َ ّ ُ ك
ك ُي َب ِ ي ن ا لل آيات ِه ِللناس ْ َّ ُ
ح دود ا لل فال ت قَ ر
َ َ َّ ُ ْ َ َّ ُ ُبوها َ
ل ع ل ه م ي ت قون ذ
ل
9
Lihat QS. Al Baqarah: 187
10
Muhammad Abu Zahrah, Op.Cit. hlm. 82-83.
2 Dr. Hj. Umul Baroroh,
3. Sebab Persusuan
Susuan adalah sampainya air susu anak adam ke lambung
anak yang belum berumur lebih dari 2 tahun (24 bulan).11
Wanita yang haram dinikahi karenan susuan adalah
sebagaimana haramnya karena nasab (keturunan). Ini
berdasarkan pada hadits Nabi Saw.:
14
Sayyid Sabiq, Fiqih As-Sunnah, jilid II, hlm. 66.
2 Dr. Hj. Umul Baroroh,
15
Muhammad Abu Zahrah, Al Ahwal Asy Syakhsiyyah, hlm. 93-94
Pra 2
16
HR. Muslim, Abu Dawud dan An Nasa’i.
3 Dr. Hj. Umul Baroroh,
18
Al-Qur’an, hlm. 350
Pra 3
ر ِحيما ُ
غ فورا
Artinya: “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku
adil di antara istri- istri (mu), walaupun kamu sangat
ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu
terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga
kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika
kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari
kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”19
3 Dr. Hj. Umul Baroroh,
Menikah itu aslinya monogami bukan poligami.
Dimakruhkan menikahi seorang perempuan pezina atau
yang terkenal sebagai pezina sekalipun belum terbukti
bahwa dia adalah seorang pezina.20
19
Al-Qur’an. Hlm 99
20
Wahbah az-Zuhaili,/hlm 26
Pra 3
C. Pacaran: Bolehkah?
Banyak orang awam beranggapan bahwa pacaran
adalah wasilah (sarana) untuk berta’aruf (berkenalan). Kata
mereka, dengan berpacaran akan diketahui jati diri kedua
‘calon mempelai’ supaya nanti jika sudah menikah tidak kaget
lagi dengan sikap keduanya dan bisa saling memahami
karakter masing-masing. Demi Allah, tidaklah anggapan ini
dilontarkan melainkan oleh orang-orang yang terbawa arus
budaya Barat dan hatinya sudah terjangkiti bisikan setan.
Dalam pembahasan ini, akan dijelaskan mengenai bagaimana
hukum pacaran diperbolehkan kepada umat Islam.
Dalam Bahasa Indonesia, pacar diartikan sebagai teman
lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan batin,
biasanya untuk menjadi tunangan dan kekasih. Dalam
praktiknya, istilah pacaran dengan tunangan sering dirangkai
menjadi satu. Muda- mudi yang pacaran, kalau ada kesesuaian
lahir batin, dilanjutkan dengan tunangan. Sebaliknya, mereka
bertunangan biasanya diikuti dengan pacaran. Agaknya,
pacaran di sini, dimaksudkan sebagai proses mengenal pribadi
masing-masing, yang dalam Islam disebut dengan “Ta’aruf”
(saling kenal-mengenal).21
Pacaran dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar
“pacar”, yang kemudian diberi akhiran–an. Terdapat beberapa
pengertian pacaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), yaitu :
a. Pacar (n): Teman lawan jenis yang tetap dan
mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih; kekasih,
21
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat : Kajian Fikih Nikah (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), hlm. 21.
3 Dr. Hj. Umul Baroroh,
س ِبيلا َ
و فاح
كا ُ َ ْ
ً َ ل ا وا ب ر ق ت ال و
ن ش ة َساء ُ َّ َ ّ
ز ن ۖاإ ن ه
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina;
Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.
dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S Al-Isra’: 32).
25
At-Thabarani, Al-Mu’jam al-Kabir Juz VIII, hlm. 205 dan 7830
4 Dr. Hj. Umul Baroroh,
27
H.R Muslim no. 6925
4 Dr. Hj. Umul Baroroh,
D. Meminang (Khithbah)
Pinangan (meminang/melamar) atau khitbah dalam
bahasa Arab, merupakan pintu gerbang menuju pernikahan.
Khitbah menurut bahasa, adat, dan syara, bukanlah
perkawinan. Ia hanya merupakan mukaddimah (pendahuluan)
sekaligus pengantar menuju perkawinan. Khitbah merupakan
proses meminta persetujuan pihak wanita untuk menjadi istri
kepada pihak lelaki atau permohonan laki-laki terhadap wanita
untuk dijadikan bakal/calon istri. Seluruh kitab/kamus
membedakan antara kata-kata “khitbah” (melamar) dan
“zawaj” (kawin/ menikah), adat kebiasaan juga membedakan
antara lelaki yang sudah meminang (bertunangan) dengan
yang sudah menikah; dan syari’at pun membedakan secara
jelas antara kedua istilah tersebut. Karena itu, khitbah tidak
lebih dari sekedar mengumumkan keinginan untuk menikah
dengan wanita
Pra 4
َ Saw.
Rasulullah َ ُّbersabda: َ
َ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ ُ ْ ُ ُ ْ ُ ْ
ا ل م ؤ ِم ن أ خو ا ل م ؤ ِمن فلا يح َل ل ه أ ن ب ي تا ع ع
ُ َ َ ْ ْ َ َ
لى ب ي ِع أ ِخ ي ِه ول ا يخ طب
َ َ َ
َّ َ ْ
ع لى خ ط َب ِة أ ِخ ي ِه حتى ي ذ
ْ
).َر(متفق عليه
ْ َ ْ
ط َب ِة ال ِن ك ن ن ْ َ ج
ْفيم َ م َ
ُ َوال نا
ت ْم َ َ
ر ِب ِه
ّ م ا
ْ ْ َ ل ُ ح
ِ في ساء أ و أ م ن ع
خ ْ ف
ض ي ك ُ
ُ ع ك
ت ِس
ْم
ْ
أن
ْ َ ُ َ َ َ
ز ْي ن ت ه ولأ ُي ْب ِد
ه َّ ن
ن ن ِأ ل أ م ا
َ َ
ر ها ي
ظ م
BAB 3
AKAD NIKAH
A. Pengertian Nikah
Nikah atau pernikahan pada dasarnya merupakan pengaturan
hubungan manusia sebagai makhluk sosial dalam kaitan
dengan tatacara berkeluarga dengan segala aspeknya. Apa
yang dimaksud dengan nikah? Kata nikah merupakan kata
serapan dari Bahasa Arab dan merupakan isim mashdar
dari kata نكلحا – ينكح – نكحyang berarti bergabung dan
berkumpul. Orang Arab mengatakan pohon-pohon telah nikah,
jika beberapa dari mereka bergabung dan mengumpul menjadi
satu.1 Dalam literatur klasik, pengertian pernikahan atau nikah
selalu dikaitkan dengan hubungan seks antara laki-laki dan
perempuan. Hal ini tidak mengherankan karena arti kata kawin
(Bahasa Indonesia yang diambil dari Bahasa Parsi) atau nikāḥ
(Bahasa Arab) secara bahasa memang berarti “melakukan
hubungan kelamin atau bersetubuh” (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1994:456; al-Kahlani, tt:109). Kamus tersebut juga
mengartikan kata nikah sebagai “perjanjian antara laki-laki
dan perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi). Dalam al-
1
Zainudin ibnu Abdul Aziz Al-Malibari. Fatdul Mu’in bi syarhi qurratul ‘aini.
Semarang: Karya Thoha Putra.
5 Dr. Hj. Umul Baroroh,
2
Zuhaili, Wahbah, 1989, AlFiqh al-Islam wa Adillatuh, Beirut: Dar al-Fikr.
Hal. 9.
3
Al-jaziry, Abd al-Rahman, 1996, Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, Beirut:
Dar al-Fikr.hal. 4-5.
Akad 5
َ َ
دع َ َ َ
َ َ ْ
َ خ ِفيفا ف َم َّما أ م لت َّ
إ ل ي ها ف ل م ا ت
وا َ َ ْ َّرت ب ِه َّ َ
ِ ْ
ت ث ق ل غ شاها ح مال ح
َ
ف ل
َ َ َ ََّ
م ن الشا ً َ ُ َّ
ِكِ رين صا لحا ل ا لل ر ب ه ما ل ِئ
َّ َ َ َ ْ ْ
نكون ن ن آت ي ت نا
Artinya: “Dialah yang menciptakan kamu dari suatu zat
dan daripadanya Dia menciptakan istrinya agar Dia merasa
senang.” (QS: al-A’raaf : 189).
Sehingga perkawinan adalah menciptakan kehidupan
keluarga anatar suami istri dan anak-anak serta orang tua agar
tercapai suatu kehidupan yang aman dan tenteram (Sakinah),
pergaulan yang saling mencintai (Mawaddah) dan saling
menyantuni (Rohmah).5
Selain dalil al-Qur’an, dalam Sunah Nabi juga dijelaskan
mengenai pernikahan ini. Diriwayatkan dari Abdullah bin
Mas’ud r.a. dari Rasulullah yang bersabda” “Wahai para
pemuda, barangsiapa diantara kalian memiliki kemampuan,
maka nikahilah, karena itu dapat lebih baik menahan
pandangan dan menjaga kehormatan. Dan siapa yang tidak
memiiki kemampuan itu, hendaklah ia selalu berpuasa, sebab
puasa itu merupakan kendali baginya. (H.R.Bukhari-Muslim).6
8
Abdurrahman, Op.Cit. hlm. 114
9
Amir Syarifuddin. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. (Jakarta: Kencana,
2007). hlm. 61
10
Sayyid Sabiq. Fikih Sunnah Jilid 6. (Bandung: PT. Alma’arif, 1980). hlm. 53
5 Dr. Hj. Umul Baroroh,
ini diperkuat di dalam KHI Pasal 27, 11 bahwa ijab dan qabul
antara wali dan calon mempelai pria harus jelas, beruntun
dan tidak diselangi waktu. Hal ini juga didukung oleh Syafi’i
dan Hanbali, sementara Maliki penyelingan yang
sekedarnya, misalnya oleh khutbah nikah yang pendek tidak
apa-apa.
Sedangkan mazhab Hanafi tidak mensyaratkan segera.12
c. Hendaklah ucapan qabul tidak menyalahi ucapan ijab.
d. Pihak-pihak yang melakukan aqad harus dapat
mendengarkan pernyataan masing-masingnya. Dikuatkan
pula di dalam KHI Pasal 27 bahwa ijab dan qabul harus jelas
sehingga dapat didengar.
Ibnu Taimiyah mengatakan, aqad nikah ijab kabulnya
boleh dilakukan dengan bahasa, kata-kata atau perbuatan apa
saja yang oleh masyarakat umumnya dianggap sudah
menyatakan terjadinya nikah. Para Ulama Mazhab sepakat
bahwa nikah itu sah bila dilakukan dengan menggunakan
redaksi “aku mengawinkan” atau “aku menikahkan” dari pihak
yang dilamar atau orang yang mewakilinya dan redaksi “aku
terima” atau “aku setuju” dari pihak yang melamar atau orang
yang mewakilinya.13 Akan tetapi mereka berbeda pendapat
tentang sahnya akad nikah yang tidak menggunakan redaksi
fi’il madhi atau menggunakan lafadz selain nikah atau kawin.
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa akad boleh dilakukan
dengan segala redaksi yang menunjukan maksud menikah,
11
Abdurrahman, Op.Cit. hlm. 119
12
Abdur Rahman al-Jaziri. Kitabul Fiqh ‘alal Madzahib al-Arba’ah Juz 4.
(Beirut: Daarul Fikr, 2003). hlm. 14.
13
Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima Mazhab. (Jakarta: Lentera,
2005). hlm. 309.
Akad 5
20
Ibnu Rusyd, Op.Cit. hlm. 125-126
21
A. Zuhdi Muhdlor, op.cit. hlm 25
Wali 5
BAB 4
WALI
NIKAH
6
HR ad-Daruquthni dalam kitab sunan-Nya, juga ar-Ruyani dalam
kitab musnad-Nya, dari ‘Aidz bin Amrul Muzni secara marfu’. Hadits ini juga
diriwayatkan ole ath-Thabrani dalam al-Ausath, juga oleh al-Baihaqi dalam ad-
Dalaa’il dari Umar, dan Aslam bin Sahl dalam Taarikh Ausath dari Mu’adz
secara marfu’. Bukhari me-mu’allaq-kannya dalam kitab shahih-nya, al
Maqaashidu al- Hasanah, hlm 58. Dikutip dari Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam
wa Adillatuhu, h. 186
6 Dr. Hj. Umul Baroroh,
م
ا
ال
ء
خ
ِ ۗ
ر
ذ
ل
ك
م
أ
ْ
ز
ك
ى
Wali 6
7
UU Perkawinan di Indonesia, (Surabaya: Karya Ilmu ,tt), hlm. 10
8
Kompilasi Hukum Islam, BAB IV, Bagian Ketiga, Pasal 23
Wali 6
9
Ibid, h. 24
10
Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,
2006), hlm 19
11
Ibid.,
12
Dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 2 Tahun 1987, orang yang
di tunjuk menjadi wali hakim adalah kepala Kanor Uruasan Agama Kecamatan.
6 Dr. Hj. Umul Baroroh,
IX Tentang
13
Departeman Agama RI, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah (PPN), Proyek
peningkatan Tenaga Keagamaan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam dan Penyelenggaraan Haji, (Jakata: 2003), hlm 34
14
Ibid., hlm. 35
Wali 6
akad nikah pasal 18, untuk lebih jelasnya akan dikutip sebagai
berikut:
Pasal 18
(1) “Akad nikah dilakukan oleh wali wali nasab.”
(2) “Syarat wali nasab adalah:”
(a) Laki-laki
(b) Beragama Islam
(c) Baligh, berumur sekurang-kurangnya 19 tahun
(d) Berakal
(e) Merdeka dan
(f) Dapat berlaku adil.
(3) “Untuk melaksanakan pernikahan wali nasab dapat
mewakilkan kepada PPN, Penghulu, pembantu PPN atau
orang lain yang memenuhi syarat.”
(4) “Kepala KUA Kecamatan ditunjuk menjadi wali hakim,
apabila calon isteri tidak mempunyai wali nasab, wali
nasabnya tidak memenuhi syarat, berhalangan atau adhal.”
(5) “Adhalnya wali sebagaimana di maksud pada ayat (4)
ditetapkan dengan keputusan Pengadilan.”15
Adapun dalil yang berkaitan dengan wali hakim, adalah
hadis dari Aisyah ra:
15
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007
entang Pencatatan Nikah, Seksi Urusan Agama Islam Departeman Agama RI
Tahun 2007 hlm 8.
7 Dr. Hj. Umul Baroroh,
أيما امرأة نكحت بغير إذن وليها فنكاحها باطل فإن دخل بها
فلها المهر بما استحل من فرجها فإن استجروا فالسلطان ولي
)من ال ولي لها (رواه األربعة و أحمد
16
Al-Sa’any, Subul Al-Salam Juz II, Jilid II, Kairo: Dari ihya, Al-Turas,
Al-Araby, 1379H/1960M, hlm. 117-118
70 Dr. Hj. Umul Baroroh, Wali 7
M.Ag,
Saksi 7
BAB 5
SAKSI
NIKAH
2
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. (Jakarta: CV.
Akademika Pressindo, 1992), hlm. 119.
3
Prof. Dr. Wabhah Az-Zuahili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema
Insani, 2011), hlm. 73-74.
Saksi 7
ْر ت َّ َ
ْ وامَ رأ تان م
ن
َ َ ْ
ِإ ح داه ما
األخ َرى
Artinya: “Persaksian dengan dua orang saksi dari kaum
lelaki di antaramu, jika tidak ada dua orang lelaki, maka
(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-
saksi yang kamu ridhai.”(QS. Al-Baqarah: 282).
4
Ibid.
5
Abdurrahman, Op.Cit. hlm. 119
Saksi 7
BAB 6
MAHAR, KHUTBAH NIKAH DAN
WALIMAH
A. Mahar
1. Pengertian Mahar
Yang dimaksud dengan mahar adalah maskawin,
yaitu suatu pemberian dari pihak laki-laki kepada pihak
perempuan disebabkan terjadinya pernikahan. Pemberian
mahar ini hukumnya wajib bagi laki-laki, walaupun mahar
ini bukan termasuk syarat atau rukun nikah. Mahar dalam
suatu pernikahan dianggap penting, karena selain memang
diwajibkan oleh agama, ia juga merupakan tanda kesungguhan
dan penghargaan dari pihak laki-laki sebagai calon suami
kepada calon istrinya.1 Āllah swt berfirman:
ْ
ف ْ ْ ْب ْش ْ ُ
ً ى ف نح د و َءاتوا ال ِن َس ٓاء ص
ِإن َ َ م ٍء عن ن سا ً َ َّ َٰ
نل ة ل ن ه ت
ِ ِ ق
ن ُ
ه
ط ك
م
َّ ه
ٓيـا مِ ر يٓ ـا
ِ
ن
7 Dr. Hj. Umul Baroroh,
ُ
فك لوه
Artinya: “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang
kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan
1
Djedjen Zainudin dan Mundzier Suparta, Fiqih Madrasah Aliyah
Kelas XI,. ., hal. 66.
Mahar, Khutbah Nikah, dan Walimah 7
ialah
2
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, Edisi tahun 2002.
3
Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqih jilid 2, (Yoyakarta: Dana Bakhti Wakaf, 1995),
hal. 86.
4
Jaih Mubarak, Modifikasi Hukum Islam studi tentang Qawl Qadim dan Qawl
Jadid, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 257.
5
Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqih jilid 2,................., hlm. 87.
7 Dr. Hj. Umul Baroroh,
6
Djedjen Zainudin dan Mundzier Suparta, Fiqih Madrasah Aliyah
Kelas XI,. ., hal. 67.
8 Dr. Hj. Umul Baroroh,
7
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, Edisi tahun 2002.
8
http://elisa.ugm.ac.id.
9
Djedjen Zainudin dan Mundzier Suparta, Fiqih Madrasah Aliyah Kelas XI,
hlm. 66.
Mahar, Khutbah Nikah, dan Walimah 8
ِد ْي ٍد (رواه ْ َ ْ َ
بخات ت زَّو ج
البخاري) ح
ٍم ن
ل
ْ
م و
و
Artinya:“Nikahlah engkau walaupun (maharnya) berupa
cincin dari besi.”(HR. Bukhari).
ْ َ
ْ َ َ ً َ ً َ ْ َ ْ ً ُ َّ ْ
ل و ان ر جلا ا ع طى ِا م ر أ ة ص دا قا م ل ء ي د ي ِه
ً َ ُ ً َ
ط عا ما كا نت ه حلال ا
)(رواه احمد و ابو داود
B. Khotbah Nikah
1. Pengertian Khotbah Nikah
Khotbah pernikahan merupakan sesuatu hal yang penting
dilakukan oleh seseorang dalam pernikahan, karena khotbah
nikah bisa menjadi ilmu atau bekal untuk menjalani kehidupan
dalam berumah tangga. Kata khotbah berasal dari kata
“Khutbah” yang berarti ceramah atau pidato. Jadi khutbah
nikah adalah ceramah atau pidato yang berisi tentang
pernikahan yang disampaikan oleh seseorang sebagai ilmu
untuk menjalani kehidupan baru dalam berumah tangga.
11
H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi, dan beliau berkata hadist hasan gharib
8 Dr. Hj. Umul Baroroh,
عن ابي هريرة ان رسول الل (ص) قال كل امر ذي بال ال
يبدأ فيه
بالحمدالل فهو اقطع
ب
8 Dr. Hj. Umul Baroroh,
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada
Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri
(Adam), dan dari padanya Allah mencipatakan isterinya
(Hawa). Dan dari padanya Allah memperkembangbiakan
laki-laki dan perempuan banyak. Dan bertaqwalah kepasa
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
salaing meminta
13
Ali-Imran: 102
Mahar, Khutbah Nikah, dan Walimah 8
14
An-Nisa’: 1
Mahar, Khutbah Nikah, dan Walimah 8
C. Walimatul ‘Ursy
1. Pengertian Walimatul ‘Ursy
Walimah arti harfiyahnya ialah berkumpul. Karena pada
waktu itu berkumpul suami isteri. Dalam istilah walimah yaitu
khusus tentang makan dalam acara pesta perkawinan.15 Dalam
kamus hukum walimah juga adalah makanan pesta penganten
atau setiap makanan untuk undangan dan lain sebagainya. Jadi
walimatul ‘ursy adalah acara pesta pernikahan yang dihadiri
oleh tamu undangan, untuk pemberitahuan bahwa pasangan
tersebut sudah melangsungkan pernikahan.
2. Dasar Hukum
Jumhur ulama’ berpendapat bahwa merayakan walimatul
‘ursy hukumnya sunah mu’akadah, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW
15
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid 7, Bandung: al-Ma’arif, 1994. H. 166
16
HR Bukhari dan Muslim
9 Dr. Hj. Umul Baroroh,
) لما خطب على فاطمة قال رسول الل (ص: عن بريدة قال
انه ال
بد للعرس من وليمة
إذا دعي احدكم: عن ابن عمر ان رسول الل (ص) قال
إلى ولمة
فليأتها
4. Bentuk Walimah
Islam mengajarkan kepada orang-orang untuk
melaksanakan walimah, akan tetapi walimah tersebut tidak
boleh berlebihan, serta harus sesuai dengan kemampuan
seseorang yang melaksanakan pernikahan.
5. Hikmah walimah
Adapun hikmah walimah dapat dirincikan sebagai berikut:
a. Sebagai sarana untuk memberitahukan kepada masyarakat
bahwa seseorang tersebut sudah melangsungkan
pernikahan supaya tidak ada fitnah terhadap pasangan
tersebut.
b. Ungkapan rasa syukur kepada Allah, bahwa pasangan
tersebut disatukan cinta mereka dalam ikatan perkawianan
c. Untuk bisa berbagi kebahagian dengan sesema.
d. Untuk melaksanakan perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan meneladani perbuatan beliau.
e. Untuk memberi makan para fakir miskin. Adanya
silaturahmi jika mereka yang menyelenggarakan pesta
pernikahan tersebut masih kerabat dekat.
90 Dr. Hj. Umul Baroroh, M.Ag,
Mahar, Khutbah Nikah, dan Walimah 9
Kewajiban Suami-Istri 91
BAB 7
KEWAJIBAN SUAMI-
ISTRI
A. Pengantar
Sebelum membahas mengenai bagaimana hak dan kewajiban
suami istri, maka kita harus terlebih dahulu memahami apa
yang dimaksud dengan hak dan kewajiban. Dalam kamus
bahasa Indonesia, hak memiliki pengertian dengan sesuatu
yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk
berbuat seusatu (karena telah ditentukan oleh Undang-
Undang, aturan dan sebagainya), kekuasaan yang benar atas
sesuatu atau untuk menuntut sesuatu. Sedangakan kewajiban
adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu
hal yang harus dilaksanakan).
Pengertian diatas jelas membutuhkan subyek dan
obyeknya. Maka disandingkan dengan kata kewajiban dan hak
tersebut. Dengan kata suami dan istri, memperjelas bahwa
kewajiban suami adalah sesuatu yang harus suami laksanakan
dan penuhi untuk istrinya. Sedangkan kewajiaban istri adalah
sesuatu yang harus istri laksanakan dan lakukan untuk
suaminya. Begitu juga dengan pengertian hak suami adalah,
sesuatu yang harus
92 Dr. Hj. Umul Baroroh,
1
Hasan: Shahih ibnu Majah no.1501.Tirmidzi II:315 no:1173 dan ibnu
Majah I: 594 no:1851
Kewajiban Suami-Istri 93
َ ُ َّ َ
يأيها َ ال ِذين م ءا نوا لا يحل لكم أن تِ رثكوراهال ۖان سوٓالءا
َ ْ َّ َّ ۟ ْ َّ ُ ْ
ُ ْ هبلتوا
ذ
ن ٍ يةأف ٓ ِاح أش ن ِب ِإل
هن ببع ٓ ءات يتم و ِتي
۟ ُ َ ْ َُ َ ْ َ ُ تعضلوهَن
ِض ا
َم
ْ َّ ّ َ
ف ف ِإنك ِرهت ۚ ِ ة َ وعا ِش ُروهن ِبال َم عُ روۚ ٍ م ب ِين
َ
ٰٓ َ َ َّ
ُموهن ف ع س ى أن تك َرهوا
ً ْ َ
في خ ي راك ِ ثيرا ش ْي ًٔـا و يج عل
ه ُ َّ
ا لل
2
Dikutip dari Wahbah Az-zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, jilid 9, Jakarta:
Gema Insani, 2011, h. 310.
Kewajiban Suami-Istri 97
ه
“Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu
nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan.
kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian
dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah
(ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi
baik akibatnya”.
Ayat ini menjelaskan bahwa, suami diwajibkan untuk
memberikan mahar kepadan istrinya, karena mahar adalah
harta yang berhak didapatkan oleh istri yang harus diberikan
oleh suami.
Kewajiban Suami-Istri 99
Menurut mazhab Maliki, mahar adalah sesuatu yang harus
diberikan kepada seseorang istri sebagai imbalan
persetubuhan dengannya. Menurut mazhab Syafi’I
mendefinisikan sebagai sesuatu yang diwajibkan sebab
pernikahan atau persetubuhan, atau lewat kehormatan
perempuan dengan tampa daya, seperti
100 Dr. Hj. Umul Baroroh,
2. Memberikan nafkah
Dalam pembahasan nafkah ini, kewajiban memberikan
nafkah ini dibagi menjadi 2, yaitu:
Pertama, nafkah lahir. Nafkah lahir merupakan nafkah
yang wajib ditunaikan oleh suami. Seperti pakaian, tempat
tinggal, memberi makan. Berdasarkan firman Āllah dalam
surat al- baqarah ayat 233
َّ ُ ُ َ ْ َ َ
ْ
ْز و ِك ْس و ت هن و ع لى ا ل َم و
َ ُ
ُ ْ َ ْ ُ ُ
ِۚبا ل م ع روف ق لود ل ه
َّ ُ
هن ر
“.. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada
Para ibu dengan cara ma’ruf”..
Firman Allah dalam surat at-thalaq ayat 6
ُ
ّ َ ُ َّ ُ
ِي قو ۟ سكن تم ُمن و و لا تض ٓا ُّرو ح هن أ ْس
ُ َّ ُ ْ ْ ْ
هن ا ل تض ج ِد ك ْم يث م ن
ُ
ك نو
Kewajiban Suami-Istri 10
ْ ۟ ُ َ َّ
م َّ
ٰ حت ْ كن أو
و َّ ْ َ
ضي ى ا قو ف أن ِف ع ل ي ِه ۚن
َّ ُ َ م
َٰ
إ
ْعَ ن ل ه ۚن َّ َ لت ِ
ِهن ْع ل ي
ح ن
ٍل
ح
4
Wahbah Az-zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, hlm. 230.
102 Dr. Hj. Umul Baroroh,
و َ
نإ
ِ ْ َّ ْ ْ
ُ
ُ ف َٔـاتوهن ِم روا كم ِب َم ع ضَ ع ف ِإ ن أ
ۖ ُرو
ف َ ْ َ َّ ُ َ
ن ب ي ْن و ۖ أجور ه ن لك ْر
أت
َ ْم
ُ ُ
ْ ْ َ
أ خ رىَ ر ت ت عاس ْر
ُ
ُ
ِض ع ل ت ْم
ُ
ه ف َس
5
Ibid, h. 296
6
Kompilasi Hukum Islam, Buku I, BAB XII Bagian Ketiga, Pasal 80.
104 Dr. Hj. Umul Baroroh,
2. Amanah
Kewajiban istri adalah harus amanah terhadap suaminya.
Seorang istri harus bisa menjaga dirinya, harta, rumah, dan
anaknya ketika suaminya tidak ada di rumah. Berdasarkan
hadits riwayat Ibnu al-Ahwash
إذا دعا الرجال امرأته إلى فراشه فأبت ان تجيء فبات غضبان
عليها لعنتها المالئكة حتى تصبح
8
HR Ibnu Majah dan at-Tirmidzi. Dan dia berkata, hadits hasan gharib, dari
Ummu Salmah
9
Kompilasi Hukum Islam, Buku I, BAB XII Bagian Keenam, Pasal 83.
10
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid 7, Bandung: Alma’arif, 1994. H. 94
108 Dr. Hj. Umul Baroroh,
1. Perlakuan baik
Kewajiban suami istri adalah saling memperlakukan
dengan baik, bergaul dengan baik dan wajar.
2. Menjaganya dengan baik
Suami istri diwajibkan menjaga kehormatannya dan
memelihara dari segala yang menodai kehormatannya,
menjaga harga dirinya, dan menjunjung kemuliaannya.
3. Saling berbagi cinta, kasih sayang dan kemesraan antara
kedua belah pihak
4. Berjimak (senggama) dalam tempat yang tertutup.
Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
yang artinya “Jika seseorang diantara kamu mendatangi
isteri kamu hendaklah memakai tutup. Dan janganlah sama-
sama telanjang, sama telanjangnya seperti dua ekor keledai”
5. Haram membicarakan masalah persenggamaan
6. Menyenggamai perempuan di luar tempatnya
Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat
223:
ْم
ك ُ َ َ ٰ َّ
۟ لأ ن ف ْ َّ
دو ا ِس مم
ۖ موا حرثكم أنى شئتوق حرث ل فك أت
ْ َ ُ نس ٓاؤكم
ّ َ َ
وا ْع ل مل و ب ِ ش ِر ال َ َّ ُ َّ
ُ لل ا ا وق وات
ْ ُ قوۗه َّ
م ؤ ِم ِنين ُموٓا أنكم
D. Nafkah Kerabat
Kewajiban menafkahi bukan hanya kepada istrinya saja, akan
tetapi kewajiban nafkahi diperuntukkan untuk beberapa kaum
kerabat sebagai berikut:
1. Istri yang sudah di talaq,
2. Ibu yang menyususkan anak-anak mereka
Firman Allah dalam surat at-Talaq ayat
6:
ُ
ّ َ
ُّ سكن ُتم من و و لا تض ٓا َّ ُ
ِي قو
ُ ۟ و ر ُ ح
ْ
هن أ ْس
هن ا ل تض َّ ُ ْ ْ يث م ن
ْ
ج ِد ك م ُ
ك نو
َّ َ
َ ْ
كن أو ح ْم ل ف أن ف حت ٰى يض َع ن ح َّ َّ ْ َ
ِ َٰ ۚن
ع ل ي ِه و
َّ ُ ْ
َّ َ ٍ ۟ ُ إ
م ل هن ِ
لت قو ا ع ل ْي ِهن ن
ْ ُ َ
كم ِب َم ع َّ ُ َّ ْ ْ ْ
ف و ِإ ن ۖ روُ ۖ
ن ه ر و ج أ ن ه ْ و تا ـ َٔ ف م ك ع
َ أ ن ف ِإ
َ ْ َ َ َ
و أ ت ِمُ روا ب ي ن ْر ن ل
ض
ُ ُ
َ ْ
ر
ْ ُ
ت ه ف َس
أ خ رى
ُ
ِض ع ل
Kewajiban Suami-Istri 11
ُ َ
ت عاس ْر ت ْم
َ أن ي َ ْ ْ َ َٰ َٰ
َّ
ِتم ۖن ِ ي ل ح وال و ِل دت ي ْر ِ َٰض ع ن أ
ل َم ْن را ْ َْ َ ُ َّ
ول ي ْول د هن
د
أ كام ِن
ُ
َّ ُ ُ َُ ّ ُ َّ َ َّ
ۚ
ف لا ة وعلى المولود له رزقهن و ِكسوتهن الرضاع ۚ
تكلف ِبالمعرو
ُ َ َ ْ َّ
َّ َّ
ِد ِ ه ِ بووِلل ِددة
ها ولا ِبول ۚ و ل عى ن ف س إلا وسعه ۚا لا تض َ ً
ََ ُود له َ َ َ َول م ٓار ْ
َ َ َٰ ْ َ
هر ْماا وتشاوف ٍ رلا منن ت َضا ع ٍصال نكا فد ِاإ ِ ف الوار ث ِمثل ذِ لأر ۗ
َُ َ ۟ َ َ َٰ َ ُّ َ َ ََ
ت
ه أن
ي عل ْم رد ت َ ْ
ع ض ُْ أ ِ إن
ر
ْ
و
ست ۗا
م ْ
َ َ ْ ِ ِ َ َ
وا أ ول ج نا ح ْ ج نا ح
َْ َ
دك ْم فلا عل يك ْم
َّ َّ َّ
َ َ َّ َّ َّ
َ َّ
ْ َّ َ
ْ
شداد لا يعصون الل م ٓا غال واِْ لح جارة عليها مل
ِئكة َ
أمرهم ظ ْ
َ
و َيفعلون ما ُيؤ م
ُرون
BAB 8
KIAT-KIAT MEMBANGUN
KELUARGA SAKINAH
فبما رحمة من الل لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب النفضوا
من حولك فاعف عنهم واستغفر لهم وشاورهم في األمر
عزمت
فتوكل على الل إن يحب المتوكلين
108 Dr. Hj. Umul Baroroh,
1
Lihat Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Penganta, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008). hlm.
2
Abdul Lathif Al-Brigawi. Fiqih Keluarga Muslim. (Jakarta: Amzah, 2012),
hlm
110 Dr. Hj. Umul Baroroh,
لوهنÐÐاءكرها وال تعضÐÐوا النسÐÐل لكم أن ترثÐÐوا ال يحÐÐذين آمنÐÐيا أيها ال
روهنÐÐة وعاشÐÐة مبينÐÐأتين بفاحشÐÐوهن إال أن يÐÐلتأهبوا ببعض ما آتيتم
فيه
خيراكثيرا
112 Dr. Hj. Umul Baroroh,
اسÐÐأحل لكم ليلة الصيام الرفث إلى نسائكم هن لباس لكم وأنتم لب
اÐÐاب عليكم وعفÐÐكم فتÐÐانون أنفسÐÐÐل أنكمك نتم تختÐÐلهن علم ال
تىÐÐربوا حÐÐعنكم فاآلن باشروهن وابتغوا ماكتب الل لكم وكلوا واش
واÐÐر ثم أيمÐÐود من الفجÐÐر األسÐÐط األبيض الخطÐÐبين لكم الخيÐÐيت
الصيام إلى
Kiat-Kiat Membangun Keluarga Sakinah 11
يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس
والحجارة عليها مالئكة غالظ شداد ال يعصون اله ما
أمرهم
ويفعلون ما يؤمرون
BAB 9
MENGATASI KONFLIK
DALAM RUMAH TANGGA
3
Ibid., hlm. 83-84.
120 Dr. Hj. Umul Baroroh,
4
Ibid., 87
5
Al-Qur’an, hlm. 74.
Daftar 12
DAFTAR PUSTAKA