Makalah Homoseks Dan Lesbian
Makalah Homoseks Dan Lesbian
Makalah Homoseks Dan Lesbian
Disusun Oleh :
SUARTI
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing atas
bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insya Allah sesuai
yang kami harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dan
semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A. Pengertian Homoseksual dan Lesbian .......................................................... 3
B. Homoseksual dan Lesbian dalam Pandangan Islam...................................... 5
C. Pendapat Para Ulama tentang Hukuman Pelaku Homoseks dan Lesbian ..... 6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B.Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang Homoseksual, Lebian, dan
Onani atau Masturbasi.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu memahami Homoseksual dan Lebian.
b. Agar mahasiswa mampu dan mengetahui hal - hal yang mengakibatkan
Homoseksual dan Lebian.
c. Agar Mahasiswa mengetahui bagaimana Islam memandang Homoseksual
dan Lebian.
d. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang pendapat para ulama tentang
hokum Homoseksual dan Lebian.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
homoseksual adalah kebiasaan seorang laki-laki melampiaskan nafsu seksualnya
pada sesamanya. Sedangkan lesbian adalah kebiasaan seorang perempuan
melampiaskan nafsu seksualnya pada sesamanya pula.
Homoseksualitas dapat mengacu kepada:
4
karena mempunyai dampak negatif terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat,
antara lain:
a. Tidak tertarik kepada lawan jenis. Akibatnya jika si homo itu menikah dengan
wanita, maka istrinya akan merana karena ia tidak dapat melaksanakan tugas
sebagai suami, sehingga pasangannya hidup tanpa ketenangan dan kasih
sayang, dan tidak akan dapat mempunyai keturunan
b. Kelainan jiwanya akibat mencintai sesama jenis, akan membuat jiwanya tidak
stabil, dan timbul tingkah laku yang aneh-aneh. Misalnya jika ia seorang
homo, akan bergaya seperti wanita dalam berpakaian dan berhias. Dan jika ia
seorang lesbian maka ia akan bertingkah dan berpakaian seperti laki-laki.
c. Gangguan syaraf otak yang dapat melemahkan daya fikir, kemauan dan
semangat.
d. Terkena penyakit AIDS, yang menyebabkan penderitanya kehilangan daya
tahan tubuh. Penyakit ini belum ditemukan obatnya.
B. Homoseks dan Lesbian dalam Pandangan Islam
Dalam pandangan Islam kaum homoseksual hukumnya adalah haram
dipandang dari segi apapun, dan yang paling mengerikan adalah adzab dan laknat
yang akan Allah berikan bagi para pelakunya. Adapun yang mendasari tentang
pelarangan aktivitas homoseks dan lesbian ini diterangkan dalam Al-Qur’an dan
Al-Hadits.
1. Ayat-ayat Al-Qur’an
Qur an Surat Al-A’raf () ayat 181 :
"Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada
mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui
batas,"
Qur an Surat An-Naml () ayat 55 :
"Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan
(mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui
(akibat perbuatanmu),"
Qur an Surat Al-‘Ankabut () ayat 29 :
Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun dan
mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban
5
kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Datangkanlah kepada kami azab
Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar,"
2. Sabda Nabi Muhammad Saw.
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah r.a, ia berkata, "Rasulullah saw.
bersabda, "Sesungguhnya perkara yang paling aku takutkan atas ummatku
adalah perbuatan kaum Luth (homoseksual)," (Hasan, HR at-Tirmidzi [1457])
Diriwayatkan dasri Abdullah bin Abbas r.a, "Bahwasanya Rasulullah saw.
bersabda, 'Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth, Allah
melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth, Allah melaknat orang
yang melakukan perbuatan kaum Luth'," (Shahih, HR Ahmad [I/3090]).
Sebagai contoh adalah kaum luth yang telah dibinasakan Allah karena
kelakuannya tersebut didalam alquran banyak diceritakan dengan sangat
mengerikan dan homoseksual adalah hal yang paling ditakuti rosul SAW
kepada umatnya sekarang ini beliau SAW berharap umat islam menjauhi
perilaku ini.
C. Pendapat Para Ulama tentang Hukuman Pelaku Homoseks dan Lesbian
Para ulama fikih setelah menyepakati haramnya praktik homoseksual dan
lesbian, mereka hanya berbeda pendapat mengenai hukuman yang layak
diberlakukan kepada pelaku. Perbedaan hanya menyakut dua hal;
Pertama, perbedaan sahabat dalam menentukan jenis hukuman, sebagaimana
tersebut di atas.
Kedua, perbedaan ulama dalam mengkategorikan perbuatan tersebut, apakah
dikategorikan zina atau tidak, dan itu berimplikasi terhadap kadar atau jenis
hukuman yang dikenakan.
Adapun pendapat para fuqoha tentang hukuman bagi pelaku homoseks dan
lesbian adalah sebagai berikut :
a. Imam Abu Hanifah (pendiri mazhab Hanafi) berpendapat : praktik
homoseksual tidak dikategorikan zina dengan alasan: Pertama: karena tidak
adanya unsur (kriteria) kesamaan antara keduanya. Unsur menyia-nyiakan
anak dan ketidakjelasan nasab (keturunan) tidak didapatkan dalam praktik
homoseksual. Kedua: berbedanya jenis hukuman yang diberlakukan para
sahabat (sebagaimana di atas). Berdasarkan kedua alasan ini, Abu Hanifah
6
berpendapat bahwa hukuman terhadap pelaku homoseksual adalah ta’zir
(diserahkan kepada penguasa atau pemerintah). [al hidayah syarhul bidayah
7/194-196, fathul qadir juz : 11 hal : 445-449 dan al mabsuth juz :11 hal : 78-
81].
b. Menurut Muhammad Ibn Al Hasan As Syaibani dan Abu Yusuf (murid Abu
Hanifah) : praktik homoseksual dikategorikan zina, dengan alasan adanya
beberapa unsur kesamaan antara keduanya, seperti: Pertama, tersalurkannya
syahwat pelaku. Kedua, tercapainya kenikmatan (karena penis dimasukkan ke
lubang dubur). Ketiga, tidak diperbolehkan dalam Islam. Keempat,
menumpahkan (menya-nyiakan) air mani. Berdasarkan alasan-alasan tersebut,
Muhammad Ibn Al Hasan dan Abu Yusuf berpendapat bahwa hukuman
terhadap pelaku homoseksual sama seperti hukuman yang dikenakan kepada
pezina, yaitu: kalau pelakunya muhshan (sudah menikah), maka dihukum
rajam (dilempari dengan batu sampai mati), kalau gair muhshan (bujang),
maka dihukuman cambuk dan diasingkan selama satu tahun. [dalam al
hidayah syarhul bidayah 7/194-196, fathul qadir juz : 11 hal : 445-449 dan al-
Mabsuth juz: 11 hal : 78-81].
c. Menurut Imam Malik praktek homoseksual dikategorikan zina dan hukuman
yang setimpal untuk pelakunya adalah dirajam, baik pelakunya muhshan
(sudah menikah) atau gair muhshan (perjaka). Ia sependapat dengan Ishaq bin
Rahawaih dan As Sya’bi. [minahul jalil, juz : 19 hal : 422-423].
d. Menurut Imam Syafi’i, praktik homoseksual merupakan hubungan seksual
terlarang dalam Islam. Hukuman untuk pelakunya: kalau pelakunya muhshan
(sudah menikah), maka dihukum rajam. Kalau gair muhshan (bujang), maka
dihukum cambuk 100 kali dan diasingkan selama satu tahun. Hal tersebut
sama dengan pendapat Said bin Musayyib, Atha’ bin Abi Rabah, An Nakha’I,
Al Hasan dan Qatadah. [al majmu’ juz : 20 hal : 22-24 dan al hawi al kabir,
juz : 13 hal : 474-477]
e. Menurut Imam Hambali, praktik homoseksual dikategorikan zina. Mengenai
jenis hukuman yang dikenakan kepada pelakunya beliau mempunyai dua
riwayat (pendapat): Pertama, dihukum sama seperti pezina, kalau pelakunya
muhshan (sudah menikah) maka dihukum rajam. kalau pelakunya gair
7
muhshan (bujang), maka dihukum cambuk 100 kali dan diasingkan selama
satu tahun. (pendapat inilah yang paling kuat). Kedua, dibunuh dengan
dirajam, baik dia itu muhshan atau gair muhshan. [al furu’, juz :11 hal : 145-
147, al mughni juz : 10 hal : 155-157 dan al inshaf juz : 10 hal : 178]
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa di antara landasan hukum yang
mengharamkan praktik homoseksual dan lesbian adalah Ijma’. untuk mengetahui
lebih jelas peran Ijma’ dalam menentukan suatu hukum, kita akan membahasnya
secara sederhana.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalau kita telaah referensi-referensi yang menjadi sumber dasar penetapan
hukum Islam, maka di antara instrument hukum tersebut adalah Ijma’. Posisi
kekuatannya sebagai sumber hukum menempati urutan ketiga setelah Al-Quran
dan As-Sunah. Ijma’ lahir dan muncul setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Ijma’ merupakan kesepakatan para mujtahid (ahli ijtihad) setelah wafatnya
Rasulullah terhadap suatu kasus hukum dalam suatu masa.
Jadi yang menentukan suatu hukum sudah menjadi Ijma’ atau belum adalah
para mujtahid (ahli ijtihad) yang berkompeten dalam bidangnya. Dus, bukan
orang-orang sembarangan. Mereka adalah orang-orang memiliki syarat-syarat
baku yang mendukungnya untuk memahami nash-nash (Al-Quran dan As-Sunah)
dan mengaitkannnya dengan realita, seperti menguasai ilmu-ilmu seperti bahasa
Arab, maqasidus syari’ah, fikih dan ushul fikih, ilmu tafsir dan lain sebagainya
disebutkan dalam ushul fikih.
Sekalipun pintu ijtihad selalu terbuka, tetapi untuk urusan hukum, tidak
semua orang bisa mengklaim dirinya mujtahid atau menganggap siapa saja boleh
berijtihad. Apalagi merubah hukum yang sudah pasti kebenarannya.
Haramnya homoseksual dan lesbian ini, sudah menjadi Ijma’ (ketetapan )
ulama Islam. Artinya, tak ada diantara mereka yang berselisih. Jadi, tidak ada
seorang ulamapun yang berpendapat tentang kehalala nya. Dan itu sudah menjadi
ketetapan hukum sejak masa Nabi, sahabat sampai hari kemudian. Jadi tidak bisa
diotak- atik –apalagi-- dengan justifikasi rasional.
Islam meyakini bahwa segala perintah dan larangan Allah –baik berupa
larangan atau perintah—tak lain bertujuan untuk menciptalan kemaslahatan hidup
manusia di dunia dan akhirat. Hatta, termasuk tujuan pelarangan praktik
homoseksual dan lesbian yang dimaksudkan untuk memanusiakan manusia dan
menghormati hak-hak mereka.
Sangat terlalu lengkap --kalau tidak boleh disebut kaya-- hanya untuk
menelusuri haram dan tidaknya soal homoseksual dan lesbian dalam Islam.
9
B. Kritik Dan Saran
Agar dimasa yang akan datang bisa jauh lebih baik lagi, kita haruslebih ba
nyak belajar dan terus melatih ilmu yang kita peroleh. Kami sadaridalam penulisa
n makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalamsegi penulisan maup
un susunan kalimatnya. Maka dari itu, sangatlahdibutuhkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Agar penulisanmakalah dilain kesempatan bisa jauh le
bih baik lagi. Pesan kami janganpernah berhenti untuk belajar, karena kunci kesuk
sesan adalah dengan carabelajar dan terus berusaha.
Dengan demikian, dalil-dalil yang telah ada mengisyaratkan tentang
betapa Allah dan Rasul Nya amat sangat membenci perbuatan seks yang
menyimpang karena hal ini akan berdampak pada kehidupan social yang tidak
sehat dan yang paling penting adalah bahwa dari setiap ajaran syari’at terdapat
banyak sekali ibrah bagi kita semua.
Semoga kita bisa menjaga diri kita dengan senantiasa menyadari bahwa
kita senantiasa diawasi oleh Allah Swt. Dan senantiasa saling berwashiyat dalam
taqwa dan kebaikan. Karena kita semua adalah umat terbaik di akhir zaman yang
senantiasa menyeru pada yang makruf dan mencegah dari yang munkar.
Wallâhu a‘lam bi ash – shawâb …
10
DAFTAR PUSTAKA
Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum
Islam Masa Kini, Kalam Mulia, Jakarta
Uman, Cholil, 1994, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern,
Ampel Suci, Surabaya
Zuhdi, Masjfuk, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, Haji Masagung,
Jakarta
11