CRS Skizoafektif Tipe Manik
CRS Skizoafektif Tipe Manik
CRS Skizoafektif Tipe Manik
Manic Type
Epidemiology
1. Heredity
– Family studies report that SAD accours at a higher rate among relative of proband with
schizofrenia and mood disorder. Schizofrenia and mood disorder occurs at higher rates among
relatives of proband with SAD, as compared to the general population.
2. Neuropsychology
– Research has shown that like schizofrenia, SAD is also associated with impairment in various
frontally cognitive functional. Beatty et al reported that patient with SAD had less severe
impairment of temporal lobe dependent functios, such as delayed recall, than patient with
schizofrenia. In recent study that aimed to objectify the distinction between schizofrenia and
SAD based on various tasks involving frontal, temporal, and occipital lobar function. The
schizofrenia patients exhibited more severe impairment in all cognitive measure studied,
relative to the SAD patient and control.
Sign and symptom
– Keluhan utama Pasien merasa dapat melihat dan berbicara dengan makhluk
seperti malaikat, peri dan hantu
RPS
– Pasien banyak bicara ngawur dan bertingkah laku aneh sejak 1 minggu sebelum
masuk Rumah Sakit sehingga diantar oleh keluarganya ke RSJ HB Saanin Padang.
Pasien bisa melihat peri, malaikat dan hantu dan mendengar bunyi-bunyi gaduh
yang hanya dapat dialami oleh pasien. Pasien melihat peri dan malaikat bila pasien
berada di taman bunga, saat melihat peri dan malaikat pasien juga mencium bau
yang wangi.
– Bila melihat hantu, pasien biasanya mencium bau yang busuk. Saat sedang dirawat
di rumah sakit, pasien mengaku hanya melihat hantu dan masih mencium bau yang
busuk. Saat tidur pasien juga merasa ada hantu yang datang menyerangnya
sehingga pasien kesulitan untuk tidur. Pasien sudah bisa melihat hantu, peri, dan
malaikat sejak berada di bangku sekolah dasar. Ada suara gaduh yang hanya bisa
didengar oleh pasien sendiri. Pasien juga mengaku bisa membaca dan mendengar
pikiran orang lain.
RPS
Ayah Ibu
Saudara
– Jumlah bersaudara 3 orang dan pasien anak pertama
– Gambaran sikap masing-masing saudara pasien
2 Baik Biasa
3 Baik Biasa
1 - - -
– Riwayat penyakit jiwa dalam anggota keluarga
Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau kondisi- kondisi
mental yang diderita si ibu )
Kesehatan Fisik : baik
Kesehatan Mental : baik
Keadaan melahirkan :
Aterm (+ ), partus spontan ( + )
Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan (ya/tidak)
Riwayat masa bayi dan kanak-
kanak
Kemampuan khusus - - -
(bakat)
– Riwayat pekerjaan
– Pasien seorang penjaga sekolah, sebelumnya pasien merupakan seorang tukang
ojek
– Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga
-
– Situasi sosial saat ini:
Tempat tinggal: rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-), apartemen
(-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di asrama (-), dan lain-lain.
Polusi lingkungan: bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-), dan lain-lain.
Ciri Kepribadian sebelumnya/
Gangguan kepribadian (untuk axis II)
– Stresor psikososial keadaan ekonomi yang kurang ( + )
– Pernah suicide ( - )
– Riwayat agama
Pasien beragama Islam.
– Persepsi Dan Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar pasien dapat sehat kembali.
– Suhu : 36,80 C
– Tinggi Badan : 165 cm
– Berat Badan : 60 kg
– Bentuk Badan : Normal
– Status Gizi : Gizi baik
– Kepala : Normocephal
– Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), exothalmus (-)
Status neurologi
– GCS : 15 (E4M6V5)
– Tanda Rangsang Meningeal : kaku kuduk (-)
– Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal
– Tremor tangan : tidak ada
– Akatisia : tidak ada
– Bradikinesia : tidak ada
– Cara berjalan : Normogait
Status Neurologi
Keadaan Umum
– Kesadaran/ sensorium : composmentis
Penampilan
– Sikap tubuh: biasa ( + ),berpakaian sesuai gender (+).
– Cara berpakaian : biasa ( + ), sesuai gender
– Kesehatan fisik : sehat ( + )
Status mental
Emosi
– Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak adekuat),
echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi ( sempit/luas), arus emosi
(biasa/lambat/cepat).
– Afek
Afek appropriate/ serasi ( - ), afek inappropriate/ tidak serasi( + ), afek tumpul ( - ),
afek yangterbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
– Mood
Mood eutim ( - ), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive mood) ( - ),
mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( - ), mood meninggi
(elevated mood/ hipertim) ( + ), euforia ( - ), ectasy ( - ), mood depresi (hipotim) ( -
), anhedonia ( - ), dukacita ( - ), aleksitimia ( -), elasi ( - ), hipomania ( - ), mania( - ),
melankolia ( - ), La belle indifference ( - ), tidak ada harapan ( - ).
– Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ), tension
(ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional ( - ), rasa
malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol impuls ( - ).
– Halusinasi
– Non patologis: Halusinasi hipnagogik (-), halusinasi hipnopompik (-), Halusinasi
auditorik (+), halusinasi visual (+), halusinasi olfaktorik (+), halusinasi
gustatorik (-), halusinasi taktil (-), halusinasi somatik (-), halusinasi liliput (-),
halusinasi sejalan dengan mood (-), halusinasi yang tidak sejalan dengan mood
(-), halusinosis (-), sinestesia (-), halusinasi perintah (command halusination),
trailing phenomenon (-).
– Ilusi (-)
– Depersonalisasi (-), derealisasi (-)
Mimpi dan Fantasi
– Mimpi : +
– Fantasi : -
Fungsi kognitif dan fungsi
intelektual
– Orientasi waktu (baik), orientasi tempat (baik), orientasi personal (baik), orientasi situasi (baik).
– Atensi (perhatian) (+), distractibilty (-), inatensi selektif (-), hipervigilance (-), dan lain-lain.
– Konsentrasi (baik), kalkulasi (baik)
– Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote (-), gangguan memori jangka
menengah/ recent past (-), gangguan memori jangka pendek/ baru saja/ recent (-), gangguan
memori segera/ immediate (-), amnesia (-), konfabulasi (-), paramnesia (-).
– Luas pengetahuan umum: baik
– Pikiran konkrit: baik
– Pikiran abstrak: baik
– Kemunduran intelek: (tidak ada kemunduran intelek), retardasi mental (-), demensia (-),
pseudodemensia (-).
Dicriminative Insight*
– Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Discriminative Judgement :
– Judgement tes : terganggu
– Judgement sosial : terganggu
Ikhtisar Penemuan Bermakna
Penatalaksanaan
Farmakoterapi
– Risperidon 2x3 mg
– Lorazepam 1x2 mg
– Asam Valproat 2x250 mg
Non Farmakoterapi
Psikoterapi
– Kepada pasien:
Psikoterapi suportif
– Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistic kepada pasien,
membantu pasien mengendalikan emosinya.
Psikoedukasi
– Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai gangguan yang
dideritanya, diharapkan pasien mempunyai kemampuan yang semakin efektif
untuk mengenali gejala, mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan
pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari bahwa obat
merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.
Non Farmakoterapi
Psikoterapi
– Kepada keluarga:
– Psikoedukasi
• Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan edukatif tentang penyakit
pasien (penyebab, gejala, hubungan antara gejala dan perilaku, perjalanan penyakit, serta
prognosis). Pada akhirnya, diharapkan keluarga bisa mendukung proses penyembuhan dan
mencegah kekambuhan. Serta menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang
membutuhkan pengobatan yang lama dan berkelanjutan.
– Terapi
• Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien (kegunaan obat terhadap
gejala pasien dan efek samping yang mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu, juga
ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara teratur.
PROGNOSIS