Berdasarkan dokumen tersebut, dapat disimpulkan bahwa:
Penyakit IBR merupakan penyakit sapi yang disebabkan oleh virus herpes BHV-1. Penyakit ini sudah endemis di Indonesia dan vaksinasi rutin perlu dilakukan untuk mengendalikan penyebarannya. Diagnosa penyakit dapat dilakukan dengan tes serologi atau deteksi langsung virus, sementara pengendalian meliputi vaksinasi, pembatasan pergerakan tern
1 of 21
Downloaded 16 times
More Related Content
Permasalahan Penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) Pada Sapi - Puslitbangnak, Jakarta, 10 September 2014
2. www.company.com
Masalah penyakit IBR
• Seluruh UPT Perbibitan lingkup Ditjennakeswan
(kecuali BPTUHPT Sapi Bali) menunjukkan titer
antibodi positif dengan uji SN (kisaran 4-76%)
• Beberapa ekor sapi yang titer antibodinya positif
juga menunjukkan uji PCR positif
• Vaksinasi IBR, BVD, Leptospirosis dlsb
dilakukan di seluruh UPT Perbibitan
Pertanyaannya:
• Apakah IBR sudah endemis di Indonesia?
• Kalau ya, apakah perlu dilakukan vaksinasi IBR
untuk semua hewan di pusat-pusat perbibitan?
3. www.company.com
Penyakit IBR
• Infectious bovine rhinotracheitis (IBR) adalah
suatu penyakit sapi yang disebabkan oleh
virus herpes; bovine herpesvirus-1 (BHV-1)
• Ada 2 (dua) bentuk klinis penyakit:
1. Bentuk infeksi respiratori disebut IBR yang
lebih umum ditemukan; dan
2. Bentuk infeksi kelamin, yang disebut
infectious pustular vulvovaginitis (IPV) pada
sapi induk dan infectious balanoposthitis (IPB)
pada sapi jantan dewasa
• IBR ditularkan lewat kontak langsung atau
semen terinfeksi
4. www.company.com
Bagaimana mengenal penyakit IBR?
• Bentuk respiratori IBR ditandai dengan infeksi pada
alat respiratori bagian atas disertai demam dan
kadang-kadang ada konjuktivitis
• Wabah paling sering terlihat pada sapi berumur
antara 6 dan 18 bulan, meskipun sapi semua umur
peka terhadap penyakit ini
• IBR menyebabkan aborsi jika sapi induk atau sapi
betina muda terinfeksi selama masa kebuntingan
• Tidak semua sapi terinfeksi menunjukkan gejala
klinis yang jelas. Dalam kondisi dimana tidak terjadi
komplikasi bakteri sekunder, sebagian besar sapi
sembuh
• Infeksi laten bisa terjadi dan sapi terinfeksi
mengeluarkan virus secara intermiten
5. www.company.com
Diagnosa penyakit IBR
• Infeksi BHV-1 umumnya didiagnosa
dengan:
– deteksi respon hospes terhadap virus
(contohnya, antibodi dalam serum),
atau
– deteksi langsung agen penyakitnya
(viral antigen)
6. www.company.com
Diagnosa serologis (Manual OIE, 2014)
• Uji serologis seringkali digunakan untuk
mendeteksi infeksi BHV-1
• Tipe uji serologis yang umum digunakan untuk
uji antibodi BHV-1 adalah:
(a) Uji virus neutralisasi (VN); dan
(b) Uji antibodi ELISA:
✓ Indirect ELISA
✓ Blocking atau competitive ELISA
• Antibodi dideteksi pada serum sebagian besar
hewan antara 2-3 minggu pasca infeksi
• Antibodi maternal dapat dideteksi sampai lebih
dari 7 bulan, tetapi biasanya menghilang
setelah kira-kira 4–5 bulan
7. www.company.com
Diagnosa agen penyakit (Manual OIE, 2014)
• Beberapa metoda untuk deteksi BHV-1 DNA
pada sampel klinis digunakan akhir-akhir ini,
termasuk DNA hibridisasi dan PCR
• PCR semakin digunakan untuk diagnosa rutin
• PCR digunakan utamanya untuk mendeteksi
BHV-1 DNA pada sampel semen terinfeksi baik
artifisial atau alamiah
• Keuntungan PCR dibandingkan isolasi virus:
– lebih sensitif
– lebih cepat (1-2 hari)
• Kelemahannya adalah positif palsu, tapi bisa
dikurangi dengan penggunaan RT-PCR atau
quantitative PCR
8. www.company.com
Diagnosa agen penyakit (Manual OIE, 2014)
• Beberapa metoda untuk deteksi BHV-1 DNA
pada sampel klinis digunakan akhir-akhir ini,
termasuk DNA hibridisasi dan PCR
• PCR semakin digunakan untuk diagnosa rutin
• PCR digunakan utamanya untuk mendeteksi
BHV-1 DNA pada sampel semen terinfeksi baik
artifisial atau alamiah
• Keuntungan PCR dibandingkan isolasi virus:
– lebih sensitif
– lebih cepat (1-2 hari)
• Kelemahannya adalah positif palsu, tapi bisa
dikurangi dengan penggunaan RT-PCR atau
quantitative PCR
9. www.company.com
Diagnosa viral antigen (Manual OIE, 2014)
• Kemungkinan lain untuk deteksi langsung
viral adalah antigen ELISA
• Sampel: swab nasal, okuler dan genital
• Antigen dapat ditangkap oleh MAbs atau
polyclonal antibody coated pada suatu fase
padat (biasanya microplate)
• Jumlah antigen ekuivalen 104–105 TCID50
BHV-1 diperlukan untuk memperoleh hasil
positif yang meyakinkan
• Hal ini realistiknya tidak terlalu tinggi, karena
titer 108–109 TCID50/ml cairan nasal dapat
diekresikan oleh sapi 3-5 hari setelah infeksi
10. www.company.com
Bagaimana mengurangi dampak IBR?
• Infeksi dapat dikendalikan dengan
vaksinasi
• Tersedia vaksin marker yang dapat
dibedakan antara sapi tervaksinasi
dengan sapi yang terinfeksi strain virus
lapangan dengan uji antibodi
11. www.company.com
Bisakah IBR diberantas?
• Banyak negara di Eropa berhasil bebas
dari penyakit IBR seperti Norwegia,
Swedia, Finlandia, Denmark, Austria,
Switzerland dan sejumlah area di Itali dan
Jerman
• Jerman, Belanda, Belgia, Hungaria,
Republik Czech dan Slovakia saat ini
memiliki program pengendalian
• Inggris saat ini tidak memiliki program
pemberantasan resmi
12. www.company.com
Contoh program pengendalian IBR
• Beberapa negara Uni Eropa telah melakukan
program pengendalian wajib dengan hasil baik
setelah beberapa tahun sebelumnya masih
dilakukan secara sukarela
• Contohnya: Belgia
– Program pengendalian wajib dimulai tahun 2012
setelah 5 tahun pengendalian dilakukan secara
sukarela
– Program pengendalian dilakukan dengan vaksinasi
wajib bagi seluruh populasi ternak yang terinfeksi atau
populasi yang belum dibuktikan bebas IBR
– Digunakan vaksin IBR marker untuk membantu
menelusuri pendedahan virus
14. www.company.com
UPT Perbibitan (herd) yang bebas IBR
Artikel 11.11.3
• Semua hewan dalam kelompok diuji sampel
darahnya terhadap IBR/IPV dua kali dengan
hasil negatif dengan interval sekurang-
kurangnya 2 bulan dan tidak lebih dari 12 bulan
• Apabila dimasukkan ternak baru setelah uji
pertama, maka:
– Sapi harus berasal dari kelompok bebas IPV/IBR;
atau
– Sapi harus diisolasi selama 30 hari, dan selama
periode ini diuji sampel darahnya terhadap
IBR/IPV dua kali dengan hasil negatif dengan
interval sekurang-kurangnya 21 hari
15. www.company.com
Mempertahankan status bebas IBR
Artikel 11.11.3
• Uji diagnosa sampel darah terhadap IBR/IPV
untuk semua hewan diulangi dengan maksimum
interval 12 bulan
atau
• Uji diagnosa sampel darah terhadap IBR/IPV
semua pejantan bibit diulangi dengan
maksimum interval 12 bulan
dan
• Uji diagnosa sampel darah terhadap IBR/IPV
untuk semua hewan yang abortus setelah 3
bulan masa kebuntingan
16. www.company.com
Persyaratan impor sapi (OIE Code, 2014)
Artikel 11.11.4 (ke wilayah bebas)
• Sapi tidak menunjukkan gejala klinis IBR/IPV
pada saat pengapalan
• Sapi harus berasal dari kelompok yang bebas
IBR/IPV
atau
• Sapi diisolasi di stasiun karantina selama 30
hari sebelum pengapalan dan dilakukan dua
kali pengujian sampel darah untuk diagnosa
IBR/IPV dengan hasil negatif dengan interval
tidak lebih dari 21 hari
17. www.company.com
Persyaratan impor sapi (OIE Code, 2014)
Artikel 11.11.4 (ke wilayah tidak bebas)
• Sapi tidak menunjukkan gejala klinis IBR/IPV
pada saat pengapalan
• Sapi divaksinasi dengan vaksin inaktivasi
virus sekurang-kurangnya satu bulan dan
tidak lebih dari 6 bulan sebelum pengapalan
18. www.company.com
Risiko IBR dari Australia
• Infeksi BHV-1 pada sapi hanya dilaporkan
subtipe BHV-1.2b yang kurang virulen
dibandingkan subtipe lainnya di wilayah dunia
lainnya (subtipe lain: BHV-1.1, BHV-1.2a)
• Prevalensi IBR sekitar 30%, dengan kisaran
15-96% (AFFA, 2000)
• Tidak ada program pengendalian atau
pemberantasan IBR, oleh karena subtipe
ringan yang terdapat di Australia (AFFA,
2000)
19. www.company.com
Persyaratan impor sapi dari Australia
BERLAKU UNTUK SAPI BAKALAN, SAPI SIAP
POTONG, SAPI INDUKAN
• Sapi harus berasal dari peternakan yang tidak
ada kejadian wabah atau tidak menunjukkan
gejala klinis paling tidak 6 bulan sebelum
pengapalan terhadap penyakit-penyakit
dibawah ini:
− ............, Q Fever, anaplasmosis, babesiosis,
theileriasis, infectious bovine rhinotracheitis/
infectious pustular vulvo-vaginitis, .............
BERLAKU UNTUK SAPI INDUKAN
• Divaksin dengan killed vaccines IBR/IPV dengan
jarak waktu 30 hari sebelum pengapalan
20. www.company.com
Pertanyaan untuk Diskusi
• Vaksin IBR apa yang sebaiknya digunakan di
Indonesia?
• Apakah hasil vaksinasi dapat dibedakan dari
infeksi alam dengan penggunaan vaksin
tersebut?
• Apakah sebaiknya dilakukan penerapan syarat
bebas kelompok di UPT Perbibitan sesuai
artikel 11.11.3 OIE?
• Apakah persyaratan impor sapi perlu direvisi
sesuai dengan perkembangan IBR saat ini?