Makalah ini membahas tentang bahan dan proses pembuatan semen, mulai dari pengertian semen, jenis-jenis semen beserta karakteristiknya, bahan baku dan proses pembuatan semen, dampak industri semen, hingga penanggulangan dampak tersebut."
1 of 16
Download to read offline
More Related Content
Proses pembuatan semen
1. TUGAS INDIVIDU
ILMU PENGETAHUN ALAM
BAHAN DAN PROSES PEMBUATAN SEMEN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NASRAN HIDAYAT
0313163
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KUBU RAYA
YAYASAN AL-FITYAN SCHOOL KUBU RAYA
SMPIT AL-FITYAN SCHOOL KUBU RAYA
KUBU RAYA
2014
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Bahan dan Proses Pembuatan Semen”. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran “Ilmu Pengetahuan Alam”.
Makalah ini berbicara mengenai pengertian semen, jenis-jenis semen,
karakterisasi, material semen, bahan baku semen, pembuatan semen, dampak dari industri
semen, dan penanggulangan. Penulis menuliskannya dengan mengambil dari beberapa
sumber baik dari buku maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa
sumber yang ada tersebut.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan
saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik.
Pontianak, 29 Nopember 2014
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Semen ...................................................................... 3
B. Jenis-Jenis Semen ..................................................................... 3
C. Karakterisasi Material Semen ................................................... 5
D. Bahan Baku Semen ................................................................... 8
E. Pembuatan Semen ..................................................................... 9
F. Dampak dari Industri Semen ..................................................... 10
G. Penanggulangan ........................................................................ 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 12
B. Saran .......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13
4. 1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu
kita sering mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu
raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Dan hasilnya,
berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di
Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai
perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan
Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton.
Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu.
Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya
merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di
zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas
dinamai pozzuolana. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan
(tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.
Pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John
Smeaton, seorang insinyur asal Inggris menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar
biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat
saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.
Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas
dimanfaatkan dalam bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains material yaitu
suatu cabang ilmu yan meliputi pengembangan dan penerapan pengetahuan yang
mengkaitkan komposisi, struktur dan pemrosesan material dengan sifat-sifat kegunaannya.
Semen termasuk material yang sangat akrab dalam kehidupan kita sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan semen itu sendiri ?
2. Bagaimana pengaruh bahan penyusun terhadap jenis-jenis semen ?
3. Bagaimana karakteristik dari setiap jenis-jenis semen ?
4. Apa bahan dan bagaimana proses pembuatan semen dalam industri semen ?
5. Seberapa besar pengaruh industri semen terhadap lingkungan ?
6. Bagaimana menanggulangi dampak industri semen terhadap lingkungan ?
5. 2
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan semen.
2. Mengetahui apa saja jenis-jenis semen.
3. Mengetahui bagaimana karakteristik semen.
4. Mengetahui bahan dan proses pembuatan semen dalam industri semen.
5. Mengetahui bagaimana pengaruh atau dampak dari industri semen terhadap
lingkungan.
6. Mengetahui bagaimana cara menanggulangi dampak negatif dari industri semen.
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Semen
Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti bahan perekat. Hak paten
diberikan kepada Yoseph Aspidin (1824) atas penemuannya berupa semen. Dalam
pengertian umum semen diartikan sebagai bahan perekat yang mempunyai sifat mampu
mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat. Perekat ini
ditemukan pada batu kapur yang serbuknya telah digunakan sebagai bahan adonan
(mortar) dalam pembuatan bangunan lebih dari 2000 tahun lalu di negara Italia.
Usaha untuk membuat semen pertama kali dilakukan dengan cara membakar batu
kapur dan tanah liat. Joseph Aspadain yang merupakan orang inggris, pada tahun 1824
mencoba membuat semen dari kalsinasi campuran batu kapur dengan tanah liat yang telah
dihaluskan, digiling, dan dibakar menjadi lelehan dalam tungku, sehingga terjadi
penguraian batu kapur (CaCO3) menjadi batu tohor (CaO) dan karbon dioksida(CO2). Batu
kapur tohor (CaO) bereaksi dengan senyawa-senyawa lain membemtuk klinker kemudian
digiling sampai menjadi tepung yang kemudian dikenal dengan Portland
B. Jenis-Jenis Semen
No. SNI Nama
SNI 15-0129-2004 Semen portland putih
SNI 15-0302-2004 Semen portland pozolan / Portland Pozzolan Cement (PPC)
SNI 15-2049-2004 Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC)
SNI 15-3500-2004 Semen portland campur
SNI 15-3758-2004 Semen masonry
SNI 15-7064-2004 Semen portland komposit
1. Semen Portland
Semen portland adalah suatu bahan konstruksi yang paling banyak dipakai
serta merupakan jenis semen hidrolik yang terpenting. Penggunaannya antara lain
meliputi beton, adukan, plesteran, bahan penambal, adukan encer (grout) dan
sebagainya. Semen portland dipergunakan dalam semua jenis beton struktural seperti
tembok, lantai, jembatan, terowongan dan sebagainya, yang diperkuat dengan tulangan
atau tanpa tulangan. Selanjutnya semen portland itu digunakan dalam segala macam
7. 4
adukan seperti fundasi, telapak, dam,tembok penahan, perkerasan jalan dan sebagai-
nya. Apabila semen portland dicampur dengan pasir atau kapur, dihasilkan adukan
yang dipakai untuk pasangan bata atau batu, atau sebagai bahan plesteran untuk
permukaan tembok sebelah luar maupun sebelah dalam.
Bilamana semen portland dicampurkan dengan agregat kasar (batu pecah atau
kerikil) dan agregat halus (pasir) kemudian dibubuhi air, maka terdapatlah beton.
Semen portland didefinisikan sesuai dengan ASTM C150, sebagai semen hidrolik
yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik,
yang pada umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan
tambahan yang digiling bersama dengan bahan utamanya.
2. Semen Masonry
Semen hidrolis, yang digunakan terutama dalam pekerjaan menembok dan
memplester konstruksi, yang terdiri dari campuran dari semen portland atau campuran
semen hidrolis dengan bahan yang bersifat menambah keplastisan (seperti batu kapur,
kapur yang terhidrasi atau kapur hidrolis) bersamaan dengan bahan lain yang
digunakan untuk meningkatkan satu atau lebih sifat seperti waktu pengikatan (setting
time), kemampuan kerja (workability), daya simpan air (water retention), dan
ketahanan (durability)
a. Semen Masonry Jenis N
Semen masonry yang digunakan untuk pembuatan adukan pasangan, sehingga
adukan pasangan yang dihasilkan memenuhi syarat mutu adukan pasangan jenis N,
atau bila ditambahkan semen portland atau semen hidrolis, campuran dapat
menghasilkan adukan pasangan yang memenuhi syarat mutu jenis S atau M.
b. Semen Masonry Jenis S
Semen masonry yang digunakan untuk pembuatan adukan pasangan , sehingga
adukan pasangan yang dihasilkan memenuhi syarat mutu jenis S atau bila
ditambahkan semen portland atau semen hidrolis, campuran dapat menghasilkan
adukan pasangan yang memenuhi syarat mutu jenis M.
c. Semen Masonry Jenis M
Semen masonry yang digunakan untuk pembuatan adukan pasangan, sehingga
adukan pasangan yang dihasilkan memenuhi syarat mutu jenis M.
8. 5
d. Semen Portland Campur
Suatu bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama dari terak semen
portland dan gips dengan satu atau lebih bahan organik yang bersifat tidak bereaksi
(inert).
e. Pasir Standar Ottawa
Pasir silika yang terdiri dari hampir seluruhnya kuarsa murni yang dibulatkan
secara alami dan digunakan untuk penyiapan mortar pada pengujian semen
hidrolis.
f. Pasir Gradasi
Pasir standar Ottawa yang digradasi dengan menggunakan antara ayakan 0,600
mm (No.30) dan ayakan 0,150 mm (No.100).
g. Pasir Standar Gradasi Ottawa 20 – 30
Pasir standar yang sebagian besar lolos ayak 0,850 mm (No.20) dan tertahan pada
ayakan 0,600 mm (No.30).
C. Karakterisasi Material Semen
Sifat-Sifat Semen Portland:
1. Hiderasi Semen
Hiderasi semen adalah reaksi antara komponen-komponen semen dengan air.
Untuk mengetahui hiderasi semen, maka harus mengenal hiderasi dari senyawa-
senyawa yang terkandung dalam semen ( C2S, C3S, C3A, C4AF).
2. Hiderasi Kalsium Silikat ( C2S, C3S)
Kalsium Silikat di dalam air akan terhidrolisa menjadi kalsium hidroksidsa
Ca(OH)2 dan kalsium silikat hidrat (3CaO.2SiO2.3H2O) pada suhu 30oC
2 (3CaO.2SiO2) + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3 Ca(OH)2
2 (3CaO.2SiO2) + 4H2O 3CaO.2SiO2.2H2O + Ca(OH)2
Kalsium Silikat hidrat (CSH) adalah silikat di dalam kristal yang tidak sempurna,
bentuknya padatan berongga yang sering disebut Tobermorite Gel. Adanya kalsium
hidroksida akan membuat pasta semen bersifat basa (pH= 12,5) hal ini dapat
menyebabkan pasta semen sensitive terhadap asam kuat tetapi dapat mencegah baja
mengalami korosi.
3. Hiderasi C3A
Hiderasi C3A dengan air yang berlebih pada suhu 30oC akan menghasilkan
kalsium alumina hidrat (3CaO. Al2O3. 3H2O) yang mana kristalnya berbentuk kubus di
9. 6
dalam semen karena adanya gypsum maka hasil hiderasi C3A sedikit berbeda. Mula-
mula C3A akan bereaksi dengan gypsum menghasilkan sulfo aluminate yang kristalnya
berbentuk jarum dan biasa disebut ettringite namun pada akhirnya gypsum bereaksi
semua, baru terbentuk kalsium alumina hidrat (CAH).
Hiderasi C3A tanpa gypsum (30oC):
3CaO. Al2O3+ 6H2O 3CaO. Al2O3. 6H2O
Hiderasi C3A dengan gypsum (30oC):
3CaO. Al2O3 + 3 CaSO4+ 32H2O 3CaO.Al2O3 + 3 CaSO4 + 32H2O
Penambahan gypsum pada semen dimaksudkan untuk menunda pengikatan, hal ini
disebabkan karena terbentuknya lapisan ettringite pada permukaan-permukaan Kristal
C3A.
4. Hiderasi C4AF (30 H2O oC)
4CaO.Al2O3.Fe2O3 + 2Ca(OH)2+10H2O
4CaO.Al2O3.6H2O + 3CaO.Fe2O3.6H2O
5. Setting dan Hardening
Setting dan Hardening adalah pengikatan dan penerasan semen setelah terjadi
reaksi hiderasi. Semen apabila dicampur dengan air akan menghasilkan pasta yang
plastis dan dapat dibentuk (workable) sampai beberapa waktu karakteristik dari pasta
tidak berubah dan periode ini sering disebut Dorman Period (period tidur).
Pada tahapan berikutnya pasta mulai menjadi kaku walaupun masih ada yang
lemah, namun suhu tidak dapat dibentuk (unworkable). Kondisi ini disebut Initial Set,
sedangkan waktu mulai dibentuk (ditambah air) sampai kondisi Initial Set disebut
Initial Setting Time (waktu pengikatan awal). Tahapan berikutnya pasta melanjutkan
kekuatannya sehingga didapat padatan yang utuh dan biasa disebut Hardened Cement
Pasta. Kondisi ini disebut final Set sedangkan waktu yang diperlukan untuk mencapai
kondisi ini disebut Final Setting Time (waktu pengikatan akhir). Proses penerasan
berjalan terus berjalan seiring dengan waktu akan diperoleh kekuatan proses ini
dikenal dengan nama Hardening.
Waktu pengikatan awal dan akhir dalam semen dalam prakteknya sangat
penting, sebab waktu pengikatan awal akan menentukan panjangnya waktu dimana
campuran semen masih bersifat plastik. Waktu pengikatan awal minimum 45 menit
sedangkan waktu akhir maksimum 8 jam.
Reaksi pengerasan
C2S + 5H2O C2S. 5H2O
10. 7
C3S + 5H2O C2S6. 5H2O + 13 Ca(OH)2
C3A+ 3Cs+ 32H2O C3A. 3Cs+.32H2O
C4AF + 7H2O C3A.6 H2O+ CF. H2O
MgO+ H2O Mg(OH)2
6. Panas Hiderasi
Panas hiderasi adalah panas yang dilepaskan selama semen mengalami proses
hiderasi. Jumlah panas hiderasi yang terajdi tergantung, tipe semen, kehalusan semen,
dan perbandingan antara air dengan semen.
Kekerasan awal semen yang tinggi dan panas hiderasi yang besar kemungkinan
terajadi retak-retak pada beton, hal ini disebabkan oleh fosfor yang timbul sukar
dihilangkan sehingga terajdi pemuaian pada proses pendinginan.
7. Penyusutan
Ada tiga macam penyusutan yang terjadi di dalam semen, diantaranya:
a. Drying Shringkage ( penyusutan karean pengeringan)
b. Hideration Shringkage (penyuautan karena hiderasi)
c. Carbonation Shringkage (penyuautan karena karbonasi)
Yang paling berpengaruh pada permukaan beton adalah Drying Shringkage,
penyusutan ini terjadi karena penguapan selama proses setting dan hardening. Bial
besaran kelembabannya dapat dijaga, maka keretakan beton dapat dihindari.
Penyusutan ini dioengaruhi juga kadar C3A yang terlalu tinggi.
8. Kelembaban
Kelembaban timbul karena semen menyerap uaap air dan CO2 dan dalam
jumlah yang cukup banyak sehigga terjadi penggumpalan. Semen yang menggumpal
kualitasnya akan menurun karena bertambahnya Loss On Ignition (LOI) dan
menurunnya spesifik gravity sehingga kekuatan semen menurun, waktu pengikatan
dan pengerasan semakin lama, dan terjadinya false set.
Loss On Ignation (Hilang Fajar).
Loss On Ignation dipersyaratkan untuk mencegah adanya mineral-mneral yang terurai
pada saat pemijaran, dimana proses ini menimbulkan kerusakan pada batu setelah
beberapa tahun kemudian.
9. Spesifik Gravity
Spesifik Gravity dari semen merupakan informasi yang sangat penting dalam
perancangan beton. Didalam pengontrolan kualitas Spesifik gravity digunakan untuk
11. 8
mengetahui seberapa jauh kesempurnaan pembakaran klinker, dan juga menetahui
apakah klinker tercampur dengan impuritis.
10. False Set
Proses yang terjadi bila adonan mengeras dalam waktu singkat. False Set dapat
dihindari dengan melindungi semen dari pengaruh udara luar, sehingga alkali karbonat
tidak terbentuk didalam semen.
D. Bahan Baku Semen
Semen yang menjadi bahan utama perekat dalam konstruksi bangunan modern
ternyata dibuat dengan bahan beragam dan melewati proses yang panjang. Semen yang
kita kenal adalah semen Portland yang dipatenkan oleh Joseph Aspdin dari Inggris.
Dinamai Portland karena warnanya yang mirip tanah liat pulau Portland.
Untuk membuat semen Portland ada beberapa persenyawaan yang harus terdapat
dalam bahan dasar (The Four Main Elemen), yaitu:
- Oksida calcium (CaO)
- Oksida Silkon (SiO2)
- Oksida Alumunium (A12O3)
- Oksida Besi (Fe2O3)
Untuk memenuhi bahan tersebut, PTSP menggunakan:
1. Bahan mentah utama
a. Batu Kapur
Batu Kapur ini sebagai sumber Calsium Oksida yang persentasenya terdapat dalam
batu kapur sebesar 50%. Sedangkan penggunaan tanah liat sendiri di dalam bahan
baku secara keseluruhan adalah sebanyak 80%.
b. Batu Silika
Bahan ini digunakan sebagai sumber silisium Oksida dan Alumunium Oksidan dan
Oksida besi. Bahan ini mengandung 65% oksida silisium, 13% oksida alumunium
dan 7% oksida besi. Kebutuhan bahan ini dalam bahan pengolahan bahan dasar
adalah + 10%. Telah dikenal sejak zaman dahulu karen kekerasannya. Silika ini
paling sering ditemukan di alam sebagai pasir atau kuarsa, serta di dinding sel
diatom.
Silika diproduksi dalam beberapa bentuk termasuk leburan kuarsa, kristal, silica
kesal (atau silica pyrogenic, merek dagang Aerosil atau Cab-O-Sil), silika koloid,
gel silika,dan Aerogel.
12. 9
Silika digunakan terutama dalam produksi kaca untuk jendela, gelas minum, botol
minuman, dan banyak kegunaan lain. Mayoritas dari serat optik untuk
telekomunikasijuga terbuat dari silika. Ini adalah bahan baku utama untuk keramik
banyak whitewareseperti tembikar, keramik, porselin, serta industry semen
Portland.
c. Tanah Merah
Digunakan sebagai sumber Alumunium Oksida (29%) dan Oksida besi (10%).
Kebutuhan secara keseluruhan + 10%. Hal yang menyulitkan di dalam pemakaian
bahan ini adalah kandungan air (30%) dan batu (3%).
2. Bahan mentah tambahan
a. Pasir Besi
Untuk membuat semen Portland yang berwarna lebih gelap maka perlu
ditambahkan bahan mentah pasir besi yang didatangkan dari cilacap. Bahan ini
mengandung oksida besi sekitar 83% dan dipakai sebanyak + 2 %. Kegunaan
sebagai flux dalam pembakaran dan mempengaruhi warna semen.
b. Gypsum
Merupakan bahan mentah tambahan dalam industri semen yang kegunaannya
untuk meperbaiki sifat-sifat semen. Gypsum dicampurkan pada hasil akhir
penghalusan Klinker untuk mengontrol reaksi semen terhadap air. Gypsum
ditambahkan pada klinker dan dialirkan ke mesin penggiling akhir. Campuran
klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker, gipsum dan posolan
untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistem tertutup dalam penggiling akhir
untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki.
E. Pembuatan Semen
Langkah Utama Proses Produksi Semen adalah:
1. Penggalian/Quarrying
Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen; pertama, adalah
material yang kaya akan kapur atau material yang mengandung kapur (calcareous
materials) seperti batu gamping, kapur, dan lain-lain, kedua adalah material yang kaya
akan silika atau material mengandung tanah liat (argillaceous materials) seperti tanah
liat. Batu gamping dan tanah liat dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan
kemudian diangkut ke alat penghancur.
13. 10
2. Penghancuran
Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran primer bagi
material yang digali.
3. Pencampuran Awal
Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line untuk menentukan
komposisi tumpukan bahan.
4. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku
Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap
awal ke penampung, dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan jenis
klinker yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan yang
diinginkan.
5. Pembakaran dan Pendinginan Klinker
Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata diumpankan ke pre-heater,
yang merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian siklon dimana terjadi
perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan gas panas dari kiln
yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada pre‐heater ini dan berlanjut dalam
kiln, dimana bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada
kiln yang bersuhu 1350-1400°C, bahan berubah menjadi bongkahan padat berukuran
kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke pendingin klinker,
dimana udara pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 °C.
6. Penghalusan Akhir
Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan
dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran bahan
terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum ke klinker dan
diumpankan ke mesin penggiling akhir. Campuran klinker dan gipsum untuk semen
jenis 1 dan campuran klinker, gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan
dalam sistim tertutup dalam penggiling akhir untuk mendapatkan kehalusan yang
dikehendaki. Semen kemudian dialirkan dengan pipa menuju silo semen.
F. Dampak dari Industri Semen
1. Eksplorasi yang terus menerus dan berlebihan, pasti akan mengganggu keseimbangan
lingkungan. Misalnya, berkurangnya ketersediaan air tanah.
2. Seiring dengan proses produksi semen, dihasilkan pula gas karbon dioksida (CO2)
dalam jumlah yang banyak sehingga sangat mempengaruhi kondisi atmosfer dan
14. 11
mempercepat terjadinya pemanasan global. Misalnya: Meningkatnya suhu udara
perkotaan. Menurut International Energy Authority: World Energy Outlook, produksi
semen ortland menyumbang tujuh persen dari keseluruhan karbon dioksida yang
dihasilkan berbagai sumber.
3. Produksi semen juga menimbulkan dampak tersebarnya abu ke udara bebas sehingga
mengakibatkan penyakit gangguan pernafasan. Studi kesehatan lingkungan
menyebutkan, bahwa debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi
kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis.
4. Penurunan kualitas dari segi kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat.
5. Kualitas air bertambah buruk akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak dan
sisa air dari kegiatan penambangan, yang menimbulkan lahan kritis yang mudah
terkena erosi, yang akan mengakibatkan pendangkalan dasar sungai, yang pada
akhirnya akan menimbulkan masalah banjir pada musim hujan.
6. Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi pada suatu
lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di tempat itu menjadi
berkurang, sehingga persediaan air tanah menjadi menipis, akibatnya persediaan ait
tanah menjadi makin sedikit. Akibat lanjutan adalah sungai menjadi kering pada
musim kemarau dan sebaliknya sungai akan banjir (debit air menjadi sangat tinggi)
karena tanah tidak mampu lagi menyerap air yang mengalir terlalu cepat.
7. Kebisingan yang terdiri dari tiga jenis sumber bunyi :
a. Mesin-mesin yang digunakan dalam pabrik,
b. Alat-alat besar seperti traktor yang dipakai pada waktu pengambilan bahan baku,
c. Dentuman dinamit yang digunakan pada waktu pengambilan kapur
8. Berkurangnya keanekaragaman flora, berubahnya pola vegetasi dan jenis endemik,
berubahnya pembentukkan klorofil dan proses fotosintesa.
9. Berkurangnya keanekaragaman fauna (burung, hewan tanah dan hewan langka).
Berubahnya habitat air dan habitat tanah tempat hidup hewan-hewan tersebut.
G. Penanggulangan
1. Menerapkan pola produksi blended cement yang bisa menurunkan separuh emisi CO2.
2. Mengganti sebagian bahan-bahan dalam pembuatan semen dengan bahan yang lebih
ramah lingkungan.
15. 12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semen berasal dari kata Caementum yang berarti bahan perekat yang mampu
mempesatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh.
Beberapa jenis semen diantaranya semen portland putih, semen portland pozolan, semen
portland / Ordinary Portland Cement (OPC), semen portland campur, semen masonry,
semen portland komposit.
Langkah utama proses produksi semen diantaranya penggalian, penghancuran,
pencampuran awal, penghalusan dan pencampuran bahan baku, pembakaran, pendinginan
klinker dan penghalusan akhir.
Semen portland adalah suatu bahan konstruksi yang paling banyak dipakai.
Penggunaannya antara lain meliputi beton, adukan, plesteran, bahan penambal, adukan
encer (grout) dan sebagainya.Semen portland dipergunakan dalam semua jenis beton
struktural seperti tembok, lantai, jembatan, terowongan dan sebagainya, yang diperkuat
dengan tulangan atau tanpa tulangan. Selanjutnya semen portland itu digunakan dalam
segala macam adukan seperti fundasi, telapak, tembok penahan, perkerasan jalan dan
sebagainya. Apabila semen portland dicampur dengan pasir atau kapur, dihasilkan adukan
yang dipakai untuk pasangan bata atau batu, atau sebagai bahan plesteran untuk
permukaan tembok sebelah luar maupun sebelah dalam.
Dampak dari industri semen diantaranya pencemaran lingkungan, polusi udara dan
suara, dan lain-lain.
B. Saran
Penggalian dan pengolahan semen sangat mendukung kemajuan suatu Negara,
tetapi yang jangan dilupakan adalah masalah limbah. Untuk mengatasi permasalah
tersebut diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, diantaranya:
1. Industri, diharapkan sebelum membuang limbah pabriknya harus dimenetralisasinya
atau mendaurnya.
2. Pemerintah, diharapkan melakukan pengawasan yang ketat terhadap industri-industri,
terutama dalam masalah penanggulangan limbahnya.
3. Masyarakat, diharapkan turut serta dalam melakukan pengawasan kinerja industri-
industri terutama masalah penanggulangan limbahnya.
16. 13
DAFTAR PUSTAKA
Anas, Khairul. 2012. Makalah Pembuatan Semen. http://khairul-anas.blogspot.com/
2012/05/makalah-pembuatan-semen.html. Diakses tanggal 29 Nopember 2014.
Anonim. 2014. 8 Bahan Pembuat Semen. http://www.ujungaspal.com/bahan-pembuat-
semen.html. Diakses tanggal 29 Nopember 2014.
Rahman, Muhmmad Arief. 2013. Makalah Tentang Semen Portland. http://ariefrvi.
blogspot.com/2013/07/makalah-tentang-semen-portland.html. Diakses tanggal 29
Nopember 2014.
Shinqueena. Semen Dan Proses Pembuatannya. http://shinqueena.wordpress.com/semen-
dan-proses-pembuatannya/. Diakses tanggal 29 Nopember 2014.