Bahan Ajar-Ilmu Tanaman Lanskap-Nurfaidad PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 165

BAHAN AJAR ILMU TANAMAN LANSKAP

NURFAIDA, SP. M.Si. TIGIN DARIATI, SP. MES. CRI WAHYUNI BRAHMI YANTI, SP. M.Si.

PROGRAM HIBAH PENULISAN BUKU AJAR UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2011

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN


JL. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245 (Gedung Perpustakaan Unhas Lantai Dasar) Telp. (0411) 586 200, Ext. 1064 Fax. (0411) 585 188 e-mail : [email protected]

HALAMAN PENGESAHAN
HIBAH PENULISAN BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2011

Judul Buku Ajar

: Ilmu Tanaman Lanskap

Nama Lengkap N I P Pangkat/Golongan Jurusan/Bagian/Program Studi Fakultas/Universitas Alamat e-mail Biaya

: Nurfaida, SP. M.Si. : 19730223 200501 2 001 : Penata Muda / III-a : Agroteknologi : Pertanian/Universitas Hasanuddin : [email protected] : Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah) Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas Hasanuddin Tahun 2011 Sesuai SK Rektor Unhas Nomor: 20875/H4.2/KU.10/2011 Tanggal 29 Nopember 2011

Makassar, 29 Nopember 2011 Dekan Fakultas Pertanian, Penulis,

Prof. Dr. Ir. Yunus Musa, M.Sc. NIP. 19541220 198303 1 001

Nurfaida, SP. M.Si. NIP. 19730223 200501 2 001

Mengetahui: Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP) Universitas Hasanuddin,

Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc. NIP. 19630501 198803 1 004

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan alam dan seisinya sebagai suatu karunia yang besar dan indah. Dia yang memberikan ketentuan dan peraturan yang tepat untuk memelihara dan merawatnya. Atas segala karunia-Nya pulalah bahan ajar Ilmu Tanaman Lanskap ini berhasil diselesaikan. Pengembangan bahan ajar merupakan tanggung jawab dosen dalam mengemban dan mengembangkan tridarma perguruan tinggi. Perubahan model pembelajaran dari Teacher Central Learning (TCL) menjadi Student Central Learning (SCL) menuntut dosen tidak hanya berperan sebagai pengajar tetapi juga sebagai fasilitator. Penerapan model pembelajaran SCL membutuhkan bahan ajar sebagai pelengkap kegiatan pembelajaran sehingga dibuatlah bahan ajar ini. Bahan ajar ini dihasilkan melalui Program Hibah Penulisan Buku Ajar Universitas Hasanuddin Tahun 2011. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc.selaku Ketua LKPP dan Dr. Sri Suryani, DEA selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan bahan ajar ini. Terima kasih yang tidak terhingga kepada rekan-rekan sejawat di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin yang telah membantu dalam penyusunan tulisan ini. Semoga bahan ajar ini bermanfaat dan dapat membantu dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran khususnya pada Mata Kuliah Ilmu Tanaman Lanskap.

Makassar, Nopember 2011

Penulis

DAFTAR ISI

BAB 1 BAB 2

PENDAHULUAN .................................................................................... PENGERTIAN TANAMAN LANSKAP DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA..........................................................................

11 24 35 56 68 80 98

BAB 3 BAB 4 BAB 5 BAB 6 BAB 7 BAB 8 BAB 9 BAB 10 BAB 11

SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN ASPEK ARSITEKTURAL ......... SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN ASPEK VISUAL ....................... SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN EKOLOGI................................. SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN HABITUS FUNGSIONAL ......... FUNGSI TANAMAN DALAM LANSKAP ................................................ KOMPOSISI TANAMAN.........................................................................

TEKNIK PENANAMAN TANAMAN LANSKAP....................................... 109 TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN LANSKAP ................................. 123 PENATAAN TANAMAN PADA BERBAGAI TIPE LANSKAP ................. 143

SENARAI KATA PENTING (GLOSARIUM)

Broadcast: perlakuan pemupukan dengan cara menyebar di permukaan tanah. Colonade: deretan kolom-kolom yang memberi kesan ruang pada bangunan Yunani atau Romawi. Dinding hijau (green wall): berbagai cara menahan longsor atau erosi suatu lereng secara biologi terhadap erosi dengan menanam tanaman, dibantu dengan membangun struktur. Enclosure: dinding, tabir, pemagar; misalnya suatu area tidak ingin terlihat oleh banyak orang dari arah tertentu dapat diberikan dinding berupa tanaman atau elemen lainnya. Fungsi tanaman: peran utama dari tanaman dalam suatu taman, antara lain, estetika, sosial, budaya, dan ekologis. Habitus tanaman: keragaan tanaman secara keseluruhan berupa pohon, perdu, semak, herba, penutup tanah, pemanjat, dan perayap. Herba: tanaman-tanaman yang batangnya relatif lunak dan tidak berkayu, bahkan kadang-kadang sukulen (banyak mengandung air). Irama: urutan atau perulangan elemen-elemen, misalnya barisan pohon, urutan dari anak tangga, rangkaian batu yang serupa, mungkin berbentuk beraturan atau tidak beraturan. Lanskap: bentang alam atau hamparan lahan, tapak yang berada di luar ruangan (eksterior). Lawn: padang rumput di halaman rumah atau perkantoran yang dimaksudkan untuk meningkatkan keindahan. Metode tekanan udara: metode pemupukan yang dilakukan dengan cara melubangi tanah daerah perakaran yang dapat menyerap hara dengan menggunakan injektor bertekanan udara tinggi. Metode thumb: metode untuk menentukan posisi perakaran pohon yang dapat menyerap hara. Parterre: tanaman yang ditata menyerupai tampilan karpet (apabila dilihat dari atas), umumnya dibentuk dari massa tanaman yang dipergunakan sebagai hiasan dalam suatu taman pada Periode Renaissance. Penutup tanah (groundcover): tanaman yang relatif rendah, mampu memberikan penutupan yang intensif di atas permukaan tanah, umumnya berbentuk herba rendah. Perdu (shrub): tanaman yang relatif tinggi (3 5 m), tetapi tidak setinggi pohon, memiliki batang utama yang berkayu dan percabangannya dimulai pada bagian yang agak jauh dengan permukaan tanah.

Planter box: wadah berukuran relatif besar untuk menempatkan satu hingga beberapa pot tanaman sehingga tatanan pot terlihat rapih. Pohon (tree): tanaman berkayu, memiliki batang utama, tinggi >5 m. Punch-bar: metode pemupukan untuk pohon-pohon besar dengan cara membuat lubang-lubang pemupukan. Semak (bush): tanaman yang relatif rendah, batangnya berkayu dan percabangannya biasanya telah dimulai di bagian yang dekat dengan permukaan tanah (tidak mempunyai cabang utama). Tanaman indoor: semua jenis tanaman lanskap yang dapat ditanam dalam rumah atau dengan kata lain tanaman yang dapat tumbuh secara normal di tempat teduh (tertutup) atau setengah teduh. Tanaman lanskap: tanaman yang belum, sedang dan sudah dibudidayakan, ditanam atau sudah ada di suatu tapak/lahan yang secara fungsional berdayaguna dan secara estetis memiliki seni/nilai keindahan sehingga antara satu dan lainnya dapat melahirkan suatu kesatuan yang harmonis. Tanaman lapangan rumput: jenis tanaman yang ditanam secara sendiri atau secara berkelompok pada lapangan rumput karena bentuknya yang menarik (eksotik). Tanaman memanjat (climber): tanaman yang tumbuh di tanah atau bidang apa saja seperti tembok dan struktur pendukung lain sebagai tempat menggantungkan diri atau membelit untuk pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman outdoor: tanaman hias yang dapat tumbuh secara normal di tempat terbuka (langsung terkena sinar matahari). Tanaman pagar: suatu garis atau barisan permanen yang padat dari tumbuhtumbuhan yang hidup, biasanya diatur dalam bentuk yang hampir sama dengan maksud untuk menggantikan pagar. Tanaman rumput lapangan: jenis-jenis rumput yang dipergunakan untuk menutupi permukaan tanah yang hanya terdiri atas lapisan tanah saja. Teknik puteran: penanaman pohon dengan mengikutsertakan tanah asalnya dalam bentuk gumpalan. Titik perhatian (point of interest): fokus perhatian dari suatu taman yang dapat menghilangkan kemonotonan pada suatu taman, dapat dibuat dengan memberikan kontras atau pola susunan tertentu. Topiary: pemangkasan bentuk pada tanaman sesuai dengan yang diinginkan, misalnya spiral, piramid, keong, dan lain-lain. Trenching: metode pemupukan yang dilakukan dengan cara pembuatan parit di bawah lingkar tajuk pohon. Zigurat: bentukan piramida yang dibangun menuruni teras bukit dan memiliki struktur internal yang menakjubkan, kompleks, dan sulit untuk dipercaya, berbentuk rectangular yang dipersiapkan untuk kepentingan saluran irigasi dan drainase.

BAB 1
Profil alumni yang diharapkan adalah:

PENDAHULUAN

PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI 1. PELAKU di bidang pertanian (birokrat, teknorat, pengambil kebijakan); 2. MANAJER (planner, designer, organizer, evaluator, mediator); 3. PENGUSAHA (enterpreneur, initiator, adaptor, cooperator); 4. PENELITI; dan 5. PENDIDIK (fasilitator, motivator, mediator).

KOMPETENSI LULUSAN A. Kompetensi Utama Kompetensi utama minimal yang diharapkan dari seorang lulusan pada Program Studi Agroteknologi untuk mencapai profil lulusan adalah: 1. Kompetensi Utama sebagai PELAKU (birokrat, teknorat, pengambil kebijakan): (a) Kemampuan menerapkan IPTEKS di bidang budidaya tanaman berdasarkan prinsip pertanian berkelanjutan baik secara modern maupun yang mengangkat kearifan lokal. (b) (c) (d) (e) (f) (g) Kemampuan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kemampuan merencanakan dan merancang sistem produksi tanaman secara efektif dan produktif. Kemampuan mengevaluasi dan menilai proses produksi tanaman dan pasca panen. Keberanian memulai, melaksanakan, dan mengembangkan usaha inovatif bidang produksi tanaman dalam pertanian berkelanjutan. Kemampuan menerapkan etika bisnis pertanian yang berwawasan lingkungan. Kemampuan merekomendasi penyelesaian masalah secara tepat dalam sistem budidaya pertanian yang berkelanjutan.

2 2. Kompetensi Utama sebagai MANAJER (planner, evaluator, mediator): (a) (b) (c) (d) Kemampuan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kemampuan merencanakan dan merancang sistem produksi tanaman secara efektif dan produktif. Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam tim yang multidisiplin. Kemampuan menjalin kerjasama (bernegosiasi dan berkomunikasi) secara efektif. 3. Kompetensi Utama sebagai PENGUSAHA (enterpreneur, initiator, adaptor, cooperator): (a) (b) (c) (d) (e) Kemampuan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kemampuan mengevaluasi dan menilai proses produksi tanaman dan pasca panen. Keberanian memulai, melaksanakan, dan mengembangkan usaha inovatif bidang produksi tanaman dalam pertanian berkelanjutan. Kemampuan menjalin kerjasama (bernegosiasi dan berkomunikasi) secara efektif. Kemampuan menerapkan etika bisnis pertanian yang berwawasan lingkungan. 4. Kompetensi Utama sebagai PENELITI: (a) Kemampuan menerapkan IPTEKS di bidang budidaya tanaman berdasarkan prinsip pertanian berkelanjutan baik secara modern maupun yang mengangkat kearifan lokal. (b) (c) (d) (e) Kemampuan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kemampuan merencanakan dan merancang sistem produksi tanaman secara efektif dan produktif. Kemampuan mengevaluasi dan menilai proses produksi tanaman dan pasca panen. Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam tim yang multidisiplin. designer, organizer,

3 (f) (g) (h) Kemampuan berinovasi dalam menerapkan IPTEKS di bidang budidaya pertanian ke dalam praktek bisnis. Kemampuan merancang dan melaksanakan penelitian serta menginterpretasikan data secara profesional. Kemampuan merekomendasi penyelesaian masalah secara tepat dalam sistem budidaya pertanian yang berkelanjutan. 5. Kompetensi Utama sebagai PENDIDIK (fasilitator, motivator, mediator): (a) (b) (c) (d) (e) Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam tim yang multidisiplin. Kemampuan berinovasi dalam menerapkan IPTEKS di bidang budidaya pertanian ke dalam praktek bisnis. Kemampuan menerapkan etika bisnis pertanian yang berwawasan lingkungan. Kemampuan merancang dan melaksanakan penelitian serta menginterpretasikan data secara profesional. Kemampuan merekomendasi penyelesaian masalah secara tepat dalam sistem budidaya pertanian yang berkelanjutan. B. Kompetensi Penunjang 1. Kemampuan belajar sepanjang hayat 2. Kemampuan berpikir analitis dan sintesis dengan memperhitungkan dampak penyelesaian masalah di lingkup global dalam berkehidupan bermasyarakat. 3. Kemampuan sebagai fasilitator, motivator, dan mediator secara sistematik dan efektif. C. Kompetensi Lainnya 1. Kemampuan menerapkan etika bisnis pertanian yang berwawasan lingkungan. 2. Kemampuan menerapkan aplikasi bioteknologi pada aspek pertanian terpadu. 3. Kemampuan menggunakan fasilitas internet dalam pencarian literatur dan berkomunikasi dengan sejawat lainnya dalam bidang teknik budidaya tanaman.

ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN


(10) Menata tanaman dalam berbagai tipe lanskap melalui studi lapang, gambar, dan pameran hasil case study secara individu dan praktikum

(8) Menguasai teknik-teknik penanaman tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum

(9) Menguasai teknik-teknik pemeliharaan tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum

(7) Merencanakan komposisi tanaman dalam lanskap melalui studi lapang dan gambar hasil case study secara individu dan praktikum

(6) Menjelaskan fungsi tanaman dalam lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum

(2) Mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek arsitektural melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum

(3) Mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek visual melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum

(4) Mengidentifikasi tanaman berdasarkan kondisi ekologi melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum

(5) Mengidentifikasi tanaman berdasarkan habitus fungsional melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum

(1) Menjelaskan pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangannya melalui makalah hasil kaji pustaka secara individu
GARIS ENTRY BEHAVIOR

Prasyarat: Pengantar Arsitektur Lanskap

GARIS BESAR RANCANGAN PEMBELAJARAN (GBRP)


Mata Kuliah Kompetensi Utama : : Ilmu Tanaman Lanskap 1. 2. 3. 4. Kompetensi Pendukung Kompetensi Lainnya Sasaran Belajar : : : Kemampuan melaksanakan perencanaan sistem produksi tanaman secara tepat sesuai kaidah pertanian berkelanjutan. Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam tim yang multidisiplin. Kemampuan menjalin kerjasama (bernegosiasi dan berkomunikasi) secara efektif. Kemampuan merancang dan melaksanakan penelitian serta menginterpretasikan data secara profesional.

Kemampuan sebagai fasilitator, motivator, dan mediator secara sistematik dan efektif. Kemampuan menggunakan fasilitas internet dalam pencarian literatur dan juga dalam berkomunikasi dengan sejawat lainnya dalam bidang teknik budidaya tanaman. Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu menata tanaman dalam suatu lanskap berdasarkan fungsi dan estetika dengan baik dan benar. STRATEGI PEMBELAJARAN Kuliah
Kuliah, kaji pustaka

MINGGU SASARAN KE PEMBELAJARAN 1 Menjelaskan kontrak pembelajaran 2 Menjelaskan pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangannya melalui makalah hasil kaji pustaka secara individu

MATERI PEMBELAJARAN
Kontrak pembelajaran Pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangannya

INDIKATOR PENILAIAN

BOBOT NILAI (%)


5

- Ketepatan penjelasan pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangan - Ketepatan penjelasan karakteristik tanaman pada berbagai periode perkembangan - Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan

MINGGU SASARAN KE PEMBELAJARAN 3 Mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek arsitektural melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
4 Mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek visual melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum

Mengidentifikasi tanaman berdasarkan kondisi ekologi melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum

STRATEGI INDIKATOR PENILAIAN BOBOT PEMBELAJARAN NILAI (%) Seleksi tanaman berdasarkan aspek Collaborative - Kemampuan melakukan diskusi dengan 7,5 arsitektural: learning, praktikum baik mengenai seleksi tanaman - Pembentukan ruang, penyekat, berdasarkan aspek arsitektural dan pengendali keleluasaan pribadi - Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan - Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan aspek arsitektural - Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum Seleksi tanaman berdasarkan aspek Collaborative - Kemampuan melakukan diskusi dengan 7,5 visual: learning, praktikum baik mengenai seleksi tanaman - Ukuran, bentuk, warna dan tekstur berdasarkan aspek visual tanaman - Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan - Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan aspek visual - Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum Seleksi tanaman berdasarkan ekologi: Collaborative - Kemampuan melakukan diskusi dengan 7,5 - Tanaman pantai, pegunungan, air, learning, praktikum baik mengenai seleksi tanaman batu karang, teduh, setengah berdasarkan kondisi ekologi teduh, dan panas - Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan - Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan kondisi ekologi - Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum

MATERI PEMBELAJARAN

MINGGU SASARAN KE PEMBELAJARAN 6 Mengidentifikasi tanaman berdasarkan habitus fungsional melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
78 Menjelaskan fungsi tanaman dalam lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum

MATERI PEMBELAJARAN
Seleksi tanaman berdasarkan habitus fungsional: - Tanaman indoor dan outdoor, peneduh, pohon tepi jalan, median jalan, pagar, border/tepi, penutup tanah, berdaun/berbunga indah, memanjat/pergola, rumput lapangan, dan lapangan rumput Fungsi tanaman dalam lanskap: - Mengontrol radiasi, suhu, dan kelembaban, penahan angin, penahan silau, penaung dari hujan, pencegah erosi, mengurangi kebisingan, kontrol pandangan, mengurangi polusi udara, mengharumkan udara, pembatas fisik, penahan kebakaran, dan sosial budaya Komposisi tanaman: - Kesatuan, irama, aksen, keseimbangan, dan proporsi - Komposisi tanaman pada area menyudut, pada bidang lurus, dan untuk memanipulasi bangunan

STRATEGI INDIKATOR PENILAIAN PEMBELAJARAN Collaborative - Kemampuan melakukan diskusi dengan learning, praktikum baik mengenai seleksi tanaman berdasarkan habitus fungsional - Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan - Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan habitus fungsional - Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum Cooperative - Kemampuan melakukan diskusi dengan learning, praktikum baik mengenai fungsi tanaman dalam lanskap - Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan - Kemampuan melakukan praktikum fungsi tanaman dalam lanskap - Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum
Studi lapang, case study, praktikum - Kemampuan melakukan studi lapang mengenai komposisi tanaman - Kemampuan membuat gambar rencana penanaman dengan komposisi tanaman yang baik - Kemampuan melakukan praktikum fungsi tanaman dalam lanskap - Sikap dan perilaku yang baik dalam studi lapang, case study, dan praktikum

BOBOT NILAI (%) 7,5

10

9 10

Merencanakan komposisi tanaman dalam lanskap melalui studi lapang dan gambar hasil case study secara individu dan praktikum

12,5

MINGGU SASARAN KE PEMBELAJARAN 11 Menguasai teknikteknik penanaman tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum
12 Menguasai teknikteknik pemeliharaan tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum Menata tanaman dalam berbagai tipe lanskap melalui studi lapang, gambar, dan pameran hasil case study secara individu dan praktikum

MATERI PEMBELAJARAN
Teknik penanaman tanaman lanskap: - Penanaman pohon, semak, penutup tanah, rumput, dan tanaman pagar

Teknik pemeliharaan tanaman lanskap: - Pembersihan tapak, penyiangan gulma, penggemburan dan aerasi tanah, penyiraman, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penyulaman Penataan tanaman pada berbagai tipe lanskap: - Taman instan, taman rumah tinggal, jalur hijau jalan, dan lanskap perkotaan area-area khusus

13 16

STRATEGI INDIKATOR PENILAIAN PEMBELAJARAN Cooperative - Kemampuan melakukan diskusi dengan learning, praktikum baik mengenai teknik penanaman tanaman lanskap - Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan - Kemampuan melakukan praktikum teknik penanaman tanaman lanskap - Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum Cooperative - Kemampuan melakukan diskusi dengan learning, praktikum baik mengenai teknik pemeliharaan tanaman lanskap - Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan - Kemampuan melakukan praktikum teknik pemeliharaan tanaman lanskap - Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum Studi lapang, case - Kemampuan melakukan studi lapang study, pameran, mengenai penataan tanaman pada praktikum berbagai tipe lanskap - Kemampuan membuat gambar rencana penataan tanaman - Kemampuan menata tanaman berdasarkan fungsi dan estetika - Kemampuan melakukan praktikum penataan tanaman dalam berbagai tipe lanskap - Sikap dan perilaku yang baik dalam studi lapang, case study, pameran dan praktikum

BOBOT NILAI (%) 10

10

22,5

TINJAUAN MATA KULIAH A. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas mengenai sejarah dan perkembangan tanaman serta fungsi-fungsi tanaman dalam lanskap. Pemahaman terhadap aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam memilih dan menyusun tanaman, komposisi tanaman dalam sebuah lanskap, teknik penanaman, dan pemeliharaan tanaman lanskap.

B. Prasyarat Mata Kuliah Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini harus telah melulusi mata kuliah Pengantar Arsitektur Lanskap.

C. Petunjuk Penggunaan Modul 1. Penjelasan bagi mahasiswa (a) Sebelum mengikuti perkuliahan hendaknya mahasiswa telah membaca bahan ajar ini dan dapat diperkaya dengan sumber acuan lainnya yang relevan pada setiap pertemuan. (b) Untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan sangat dianjurkan penelusuran literatur khususnya mengenai deskripsi tanaman dan fungsi dalam lanskap melalui sumber bacaan dan internet. (c) Mintalah petunjuk dari dosen jika ada hal yang belum terselesaikan, baik dalam tugas kuliah maupun tugas praktikum. (d) Kerjakan setiap tugas yang diberikan pada setiap akhir kegiatan/pertemuan dengan baik. (e) Perbanyaklah informasi dalam menata tanaman, baik teori maupun praktek gambar desain dan lapang. 2. Penjelasan bagi dosen/tutor/asisten (a) Sebelum memberikan perkuliahan, dosen/tutor/asisten dianjurkan untuk melengkapi materi berupa contoh, gambar/foto yang bersumber dari karya sendiri, buku bacaan lain atau dari internet. (b) Dosen/tutor/asisten sebaiknya menyiapkan materi dalam bentuk power point yang dilengkapi contoh, gambar atau foto.

10 (c) Dosen/tutor/asisten dianjurkan menyediakan waktu di luar jadwal

perkuliahan untuk memberikan petunjuk kepada mahasiswa dalam menyelesaikan tugas kuliah atau tugas praktikum.

D. Tujuan Pembelajaran (TIU) Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu menata tanaman lanskap dalam suatu lanskap berdasarkan fungsi dan estetika dengan baik dan benar.

E. Elemen Kompetensi (TIK) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangannya melalui makalah hasil kaji pustaka secara individu. 2. Mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek arsitektural melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum. 3. Mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek visual melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum. 4. Mengidentifikasi tanaman berdasarkan kondisi ekologi melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum. 5. Mengidentifikasi tanaman berdasarkan habitus fungsional melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum. 6. Menjelaskan fungsi tanaman dalam lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum. 7. Merencanakan komposisi tanaman dalam lanskap melalui studi lapang dan gambar hasil case study secara individu dan praktikum. 8. Menguasai teknik-teknik penanaman tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum. 9. Menguasai teknik-teknik pemeliharaan tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum. 10. Menata tanaman dalam berbagai tipe lanskap melalui studi lapang, gambar, dan pameran hasil case study secara individu dan praktikum.

11

BAB 2

PENGERTIAN TANAMAN LANSKAP DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA


PENDAHULUAN

Tanaman merupakan unsur fisik yang penting di dalam perancangan dan pengelolaan ruang luar. Untuk dapat merancang taman dengan baik sebaiknya mengenali terlebih dahulu sifat dan karakter tanaman. Seorang arsitek lanskap, harus benar-benar memahami unsur ini. Hal ini disebabkan unsur tanaman mempunyai ciri khas yang tidak terdapat pada unsur lain, yaitu tanaman merupakan unsur yang hidup, tumbuh, dan berkembang.

A. Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangannya melalui makalah hasil kaji pustaka secara individu.

B. Strategi Pembelajaran 1. Kuliah 2. Kaji pustaka

C. Kegiatan Belajar Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan: 1. Mahasiswa mengikuti kegiatan perkuliahan di kelas. 2. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai sejarah perkembangan tanaman lanskap melalui sumber bacaan dan internet. 3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan. 4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.

12 D. Indikator Pencapaian 1. Ketepatan 2. Ketepatan penjelasan penjelasan pengertian karakteristik tanaman tanaman lanskap pada dan sejarah periode perkembangan. berbagai perkembangan. 3. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan.

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN A. Pengertian Tanaman Lanskap Tanaman lanskap adalah tanaman yang belum, sedang dan sudah dibudidayakan, ditanam atau sudah ada di suatu tapak/lahan yang secara fungsional berdayaguna dan secara estetis memiliki seni/nilai keindahan sehingga antara satu dan lainnya dapat melahirkan suatu kesatuan yang harmonis. Tanaman lanskap merupakan salah satu unsur dengan berbagai ragam potensi dalam lanskap dan kemungkinan fungsi yang tidak terhingga. Tanaman lanskap mempunyai berbagai bentuk, ukuran, warna, tekstur, dan karakter yang beragam. Akan tetapi, meskipun tanaman lanskap memiliki berbagai potensi dan fungsi, banyak orang awam dan para profesional dalam bidang perancangan melihat tanaman hanya sebagai hiasan. Akibatnya tanaman sering ditempatkan dalam perancangan ruang luar sebagai langkah terakhir dalam penyelesaian suatu proyek. Sikap yang sama dalam penggunaan unsur tanaman juga berpengaruh terhadap citra yang kurang benar tentang pengetahuan dan profesi arsitektur lanskap. Banyak orang awam dan para profesional bidang perancangan lain mengartikan arsitektur lanskap sekedar menata unsur tanaman sebagai hiasan belaka. Akibat dari sikap ini menimbulkan salah pengertian bahwa perancangan lanskap hanya terbatas pada proses penataan tanaman dalam bentuk yang menyenangkan pandangan. Gambaran keliru terhadap peran utama yang dimainkan oleh unsur tanaman dalam perancangan arsitektur lanskap berawal dari kekeliruan umum tentang perbedaan antara arsitektur lanskap dan usaha pembibitan tanaman. Orang awam masih berpendapat bahwa perhatian utama arsitektur lanskap adalah perancangan taman rumah tinggal dan perencanaan kebun dengan unsur tanaman sebagai salah

13 satu unsur perancangan yang penting. Akan tetapi, profesi arsitektur lanskap sebenarnya terlibat dalam skala yang lebih luas daripada itu, yaitu menitikberatkan pada pengelolaan sumberdaya alam pada semua skala. Dengan ruang lingkup yang lebih luas ini, unsur tanaman tetap merupakan unsur utama perancangan yang membantu arsitek lanskap dalam mencapai tujuan perancangan tidak hanya sebagai unsur penghias tetapi juga memiliki fungsi-fungsi yang sama dan kadang-kadang mempunyai nilai tertentu dalam perancangan arsitektur lanskap. Keahlian arsitek lanskap terkait dengan unsur tanaman, terletak pada pengetahuan tentang fungsi, kemampuan, keterampilan, dan kepekaan penggunaan dalam konteks perancangan tertentu. Hal ini mencakup pemahaman tentang karakteristik-karakteristik perancangan seperti ukuran, bentuk, warna, dan tekstur serta pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kearifan seorang arsitek lanskap terletak pada pemahamannya terhadap karakteristik visual tanaman secara keseluruhan, pertimbangan ekologis tanaman untuk pertumbuhan yang baik, dan dampak lingkungannya jika ditanam pada situasi tertentu. Unsur tanaman memiliki beberapa sifat yang membedakan dari unsur-unsur perancangan arsitektur lanskap lainnya. Karakteristik penting adalah bahwa tanaman merupakan unsur yang hidup dan tumbuh (Booth, 1983). Pertama, unsur tanaman adalah dinamis, yaitu secara teratur berubah warna, tekstur, kelebatan daun, dan karakter keseluruhan sesuai musim dan pertumbuhannya. Misalnya, beberapa tanaman berdaun rontok di daerah beriklim sedang mempunyai 4 karakteristik visual yang berbeda berdasarkan pada musim-musim yang dialami, yaitu 1) pada musim semi dengan bunga dan daun-daun hijau kekuningan yang rimbun, 2) pada musim panas dengan daun-daun hijau tua, 3) pada musim rontok dengan daun-daun warna cerah, dan 4) pada musim dingin dengan cabang yang gundul dan percabangan yang jelas. Tanaman-tanaman di daerah tropis tidak berubah begitu dramatis seperti tanaman berdaun rontok, meskipun ada perubahan pada musim panas dan dingin, atau musim hujan dan kemarau. Bahkan di gurun pasir, tanaman berubah dalam penampakannya khususnya selama musim dingin dan berbunga di musim semi. Semua tanaman tumbuh besar dalam proses pertumbuhannya. Pertumbuhan ini tidak tampak dalam jangka waktu pendek, tetapi cenderung dramatis dalam jangka

14 waktu yang panjang. Kualitas dinamis dari unsur tanaman ini mempunyai implikasi penggunaannya dalam perancangan. Perubahan penampakan tanaman pada setiap musim mempersulit untuk memilih dan menempatkannya dalam merancang taman. Perancang tidak hanya memperhatikan bagaimana suatu kelompok tanaman berfungsi dan tampak pada musim tertentu, tetapi juga bagaimana peranannya sepanjang tahun dan pertumbuhan dari waktu ke waktu. Suatu kesalahan mungkin saja terjadi di dalam memilih tanaman yang menarik pada musim tertentu, tetapi tampak tidak menarik pada musim lain. Masalah ini dapat disederhanakan jika sebagian unsur komposisi tanaman dibiarkan berubah sepanjang tahun, sedangkan sebagian yang lain tetap konstan secara visual. Aspek pertumbuhan unsur tanaman juga memiliki implikasi yang lain. Umumnya, perancang menanam tanaman muda di tapak karena lebih murah dan mudah dipindah serta mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk hidup dan tumbuh dibandingkan tanaman dewasa. Akan tetapi, hal ini memiliki kelemahan bagi perancang. Tanaman memerlukan waktu lama untuk mencapai ketinggian, lebar, dan bentuk tanaman dewasa. Untuk pohon besar di daerah beriklim sedang, tanaman baru memerlukan waktu 15-20 tahun untuk tumbuh dewasa bahkan mungkin lebih untuk mencapai ukuran optimal. Masalahnya akan lebih sulit karena tanaman penutup dan semak pada umumnya mencapai kedewasaan lebih cepat daripada pohon sehingga memerlukan program pemeliharaan berkala untuk memindahkan tanaman penutup dan semak yang telah melebihi umurnya. Akibatnya, arsitek lanskap tidak dapat menilai dengan baik kualitas yang ingin dicapai untuk suatu perancangan dalam beberapa tahun (mungkin lebih dari 20-25 tahun). Hal ini mempersulit untuk menilai apakah perancangan tersebut berhasil atau tidak, agar perbaikan dapat dilakukan pada tahap berikutnya. Faktor kesulitan waktu hampir tidak terdapat dalam profesi perancangan lain karena penilaian terhadap perancangan dapat dilakukan setelah selesainya proyek. Penyataan bahwa bangunan atau patung dapat rusak dimakan usia adalah benar, tetapi perubahan tersebut tidak dapat dibandingkan dengan pohon muda yang tumbuh dari ketinggian 2 m pada waktu pertama ditanam dengan pohon setinggi 15 m setelah beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu, arsitek lanskap tidak hanya

15 mempelajari pengaruh tanaman dalam jangka pendek terhadap perancangan, tetapi juga pengaruh jangka panjang. Hal ini menimbulkan masalah dalam menjelaskan kepada klien, tentang bagaimana wujud perancangan setelah selesai pelaksanaan. Biasanya, arsitek lanskap membuat gambar perancangan berdasarkan tanaman 75100% ukuran dewasa. Klien harus diberi penjelasan tentang kenyataan yang sebenarnya, agar memahami bagaimana hasil akhir perancangannya serta perubahannya dari waktu ke waktu. Apabila hal ini tidak dijelaskan, klien cenderung kaget melihat kenyataan yang berbeda dengan apa yang dilihat dalam maket atau denah yang tanamannya digambarkan mendekati umur dewasa. Untuk menghindari penampilan yang kurang bagus yang diakibatkan penanaman tanaman yang masih kecil, perancang biasanya menanam tanaman kecil dalam jumlah banyak agar cepat memenuhi suatu area. Akan tetapi, masalah lain dapat timbul dengan cara ini, tanaman tumbuh saling memenuhi ruang. Hal ini memerlukan pemeliharaan tambahan dan biaya pemangkasan agar ukuran tanaman tetap seperti yang diinginkan. Karakteristik kedua yang menonjol adalah bahwa tanaman merupakan unsur perancangan yang hidup sehingga memerlukan beberapa persyaratan lingkungan untuk hidup dan tumbuh dengan baik (Booth, 1983). Faktor-faktor seperti kimia tanah, drainase tanah, sinar matahari, angin, dan suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Setiap jenis tanaman memerlukan persyaratan tertentu untuk pertumbuhan optimal sehingga salah satu langkah di dalam merancang taman adalah menetapkan syarat-syarat pertumbuhan tanaman pada tapak. Setelah ditetapkan dapat dipilih tanaman yang sesuai dengan syarat-syarat tersebut. Semua tanaman memerlukan tingkat pemeliharaan tertentu untuk tetap tumbuh sehat. Tanaman tidak seperti unsur perancangan lain, dapat dilupakan setelah ditanam. Beberapa jenis tanaman memerlukan pemeliharaan lebih daripada yang lain. Bahkan, beberapa jenis tanaman asli suatu daerah memerlukan perhatian khusus secara terus menerus. Penyiraman, pemangkasan, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit merupakan kegiatan pemeliharaan dari tanaman lanskap.

16 B. Sejarah Perkembangan Tanaman dalam Lanskap Sejarah perkembangan tanaman dalam lanskap sesungguhnya berkembang sejalan dengan perkembangan taman. Perkembangan taman mulai dari sebelum Masehi hingga sekarang, yang dapat dibagi dalam 4 periode, yaitu: 1) Periode Antik, 2) Periode Abad Pertengahan, 3) Periode Renaissance, dan 4) Periode Modern. 1. Periode Antik Periode Antik yang terjadi pada masa sebelum Masehi memperlihatkan bahwa tanaman hias belum dikenal. Tanaman yang pertama ditanam dalam suatu taman adalah jenis yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia, yaitu jenis tanaman yang dapat dimakan (edible) atau jenis tanaman obat-obatan (medicinal) dan bahan baku parfum. Taman-taman pada periode ini, yaitu taman-taman di Mesopotamia, Mesir, Asyiria, Persia, Yunani, dan Romawi. Taman dibuat pertama kali di daerah Mesopotamia yang terletak di lembah Sungai Euphrat oleh bangsa Babylon (3.500 SM). Seni pertamanan bangsa ini diperlihatkan dengan pengaturan tempat-tempat pertanian sebagai tempat yang menyenangkan. Pengaturan dilakukan pada petak-petak tanaman produktif, sistem irigasi, penanaman pohon-pohon besar, dan lain sebagainya untuk kebutuhan kesenangan. Salah satu taman yang terkenal adalah Zigurat atau Taman Gantung yang ditanami pohon, semak, dan tanaman merambat dengan pola formal dan rectalinier (Hyams, 1971). Mesir seperti halnya Mesopotamia telah memiliki keahlian atau keunggulan di bidang hortikultura. Akan tetapi, berbeda dengan bangsa Babylon, bangsa Mesir kuno membangun taman di dalam tempat kediaman dan dipagar dengan tembok tebal. Taman-taman di Mesir ditata dalam komposisi yang teratur berupa petak-petak berisikan bunga-bungaan kolam atau enclosure (Hakim, 2003). Selain itu, pepohonan yang ditanam merupakan pohon buah-buahan dan yang dapat digunakan sebagai kayu bangunan. Taman kerajaan Asyiria kemungkinan dipengaruhi oleh desain Mesir. Ciri taman Asyiria umumnya berbentuk formal dalam penyusunan tanaman. Dari reliefrelief peninggalan bangsa Asyiria menunjukkan pohon-pohon dan palem disusun

17 berbaris dengan teratur seperti di Mesir. Pohon-pohon ini ditanam secara berbaris juga untuk memudahkan pengairan (Wahid dan Karsono, 2011). Taman-taman istana kerajaan Persia diciptakan untuk mengekspresikan keagungan dan kemegahan dalam bentuk lain. Taman-taman ini umumnya menggunakan sistem irigasi yang dialirkan dari ladang pertanian yang jauh dari istana. Unsur air yang digunakan dalam taman bernilai simbolis sebagai aliran air yang berasal dari Taman Firdaus dalam kitab suci. Kerajaan bangsa Yunani terutama pada pemerintahan Alexander the Great mengerjakan taman-taman dengan mengambil inspirasi taman-taman kerajaan Persia dan Mesir. Biasanya ruang duduk atau ruang keluarga dihadapkan ke inner court atau patio yang selalu diberikan perkerasan serta dihiasi dengan patung dan tanaman di dalam pot. Pola rumah bangsa Yunani ini dijadikan dasar oleh bangsa Romawi untuk membangun tempat tinggal. Posisi bangunan diletakkan mengarah jalan dan letak kamar-kamar ditata ke sebelah dalam (in ward) yang dihubungkan dengan colonade serta pembukaan ke arah ruang terbuka atau atrium. Perkembangan taman terjadi dari Mediteran di Barat sampai Cina di Timur Jauh. Catatan sejarah dan peninggalan kuno merupakan bukti yang mengisahkan kekayaan budaya dan flora negeri Cina. Bunga-bunga indah dan tanaman eksotik sering menjadi motif dekoratif pada sutera dan porselen. Taman Cina yang terkenal dibuat pada jaman pemerintahan dinasti Chin dan dinasti Han. Pada masa pemerintahan kedua dinasti tersebut sudah terdapat taman istana megah yang bernuansa religius pengaruh ajaran Tao dan benilai estetika tinggi serta ditujukan sebagai tempat beristirahat dan bersenang-senang (Hyams, 1971). Selain itu, semua bunga dan pohon mempunyai arti simbolis dan makna. Misalnya peoni melambangkan kekayaan dan kehormatan, anggrek melambangkan kehalusan budi pekerti, kebaikan, dan budaya, chrysanthemum melambangkan kerendahan hati, sopan santun, dan panjang umur, dan lotus melambangkan kemurnian dan kebenaran (Mariana, 2001). 2. Periode Abad Pertengahan Periode abad pertengahan berlangsung sekitar abad ke-7 hingga abad 15. Pada permulaan abad ini, taman tempat bersenang-senang jarang ditemukan di

18 antara kota-kota dan benteng-benteng yang padat. Ruang terbuka umumnya berfungsi sebagai tempat menanami berbagai jenis tanaman obat-obatan dan buahan. Kebun-kebun ini dipelihara dan dipagari dengan tembok sebagai benteng yang kuat. Pada akhir abad ini, dengan sistem politik pemerintahan yang semakin baik, serta perkembangan perdagangan dan peningkatan perekonomian menyebabkan berkembangnya keberadaan taman-taman (Hakim, 2003). Tanaman Porticoes merupakan salah satu elemen taman yang penting yang dimasukkan oleh Byzantine Basilicos. Pada waktu itu, terdapat tempat yang berbentuk semacam taman yang disebut Purgatones, merupakan taman tertutup yang pertama kali dibuat di Eropa pada abad pertengahan (Hyams, 1971). Taman ini memakai tanaman sayuran dan obat-obatan serta perpohonan dan tanaman hias bunga. Tanaman bunga mulai menjadi berarti bagi kepentingan masyarakat pada abad ke-6 dan ke-7. Madonna Lily sebagai bunga persembahan kepada Bunda Maria dan menjadi simbol yang bermakna dari bunga violet dan mawar. Bangsawan dari Eropa Utara mengungkapkan keindahan dari taman-taman gereja dengan membuat taman bunga dengan gaya Pietro de Carescenzi, dengan pola tertutup dan dengan tanaman rumput dan bunga-bungaan. Tanaman hias yang penting adalah mawar, violet, dan marygold. 3. Periode Renaissance Periode ini berlangsung sekitar abad 15 sampai 20. Karakteristik taman yang menonjol pada Periode Renaissance adalah kebun raya. Kebun raya ini muncul sekitar abad ke-16 dan diduga berasal dari Mesiko lalu bentuk taman dibawa oleh orang-orang Spanyol dan akhirnya menyebar ke Eropa. Kebun raya memberi pengaruh yang kuat pada pertamanan sehingga dapat dikatakan bahwa kebun raya merupakan ciri dari jaman Renaissance. Dua contoh kebun raya yang banyak dipelajari dalam botani adalah Kebun Raya Padua dan Kebun Raya Pisa. Kebun Raya Padua dibuat pada tahun 1545 dan tetap bertahan sampai bertahun-tahun. Tanaman yang dibudidayakan di Kebun Raya Padua, antara lain, Bignonia radicans, Cedros deodara, Robinia pseudoacacia, Pelargonium cuculatum, Cyclamen persicum, Jasminum nudiflorum, dan Solanum tuberosum. Tanaman yang dibudidayakan di Kebun Raya Pisa, antara lain, Juglans

19 nigra, Alianthus glandulosa, Cinnamomum camphora, Chaenomeles japonica, Magnolia grandiflora, dan Tulip sp. Secara umum tanaman yang digunakan pada Periode Renaissance ialah menggunakan tanaman dalam bentuk pohon dan kelompok tanaman. Taman-taman pada periode ini, yaitu Taman Italia, Perancis, dan Inggris. Taman pada era ini diistilahkan memiliki beauty and perfect form yang dikaitkan dengan perubahan dalam segi kualitas, artistik, dan falsafah desain. Taman-taman dibuat oleh para seniman taman bekerjasama dengan para botanis, melalui perhitungan dan perencanaan matang sehingga tercipta suatu taman yang nilai artistiknya tinggi, bernuansa matematis, dengan falsafah desain yang bertumpu pada peningkatan kenyamanan bagi manusia yang ingin menikmatinya. Taman-taman tidak hanya sebagai tempat meditasi tetapi lebih diutamakan sebagai tempat rekreasi, relaksasi, dan pesta perjamuan, serta bersifat lebih terbuka (Damayanti, 1999). Beberapa karya yang terkenal di Italia adalah Villa Medici, Villa de Este, dan Villa Lante. Villa Medici dibangun oleh Annibale Lippi untuk Cardinal Ricci pada tahun 1544, lalu dibeli oleh Ferdinando de Medici pada tahun 1580. Villa ini adalah satusatunya villa yang tamannya masih utuh. Elemen tanaman yang digunakan adalah pohon buah-buahan yang ditanam dalam pot besar dari tanah liat dan parterre. Villa de Este dibangun oleh Pirro Ligorio untuk Cardinal Ippolito de Este, sedangkan Villa Lante dibangun oleh Mignolia. Ciri taman ini ialah menggunakan pohon-pohon, semak evergreen, dan bunga-bungaan. Taman-taman di Perancis awalnya berkiblat pada taman-taman pada Periode Abad Pertengahan. Orang yang pertama kali membawa pengaruh Renaissance ke Perancis ialah Leonardo da Vinci pada tahun 1514. Taman yang dibuat menggunakan tanaman-tanaman yang ditanam rapat dalam baris-baris. Orang lain yang berjasa dalam pembentukan Taman Perancis ialah Claude Mollet, Olivier de Serre, dan Boyceau. Taman-taman yang dibangun oleh Olivier de Serre kebanyakan berisi sayuran, buah-buahan, semak, dan bunga-bungaan. Bunga-bunga yang digunakan, antara lain, violet, wallflower, dan lily of the valley. Raja Henri VII dan Kardinal Wolsey adalah orang-orang yang berjasa dalam kemajuan taman-taman Renaissance di Inggris. Salah satu elemen utama taman

20 adalah mount. Bentuk mount berasal dari Italia, yaitu jalan berbentuk spiral yang dikelilingi pepohonan. Model terbesar dari taman Renaissance di Inggris ialah Nonsuch Garden. Ciri-cirinya ialah ditiru dari fountainbleau, termasuk hutan-hutan dengan vistanya, ada bosco, lapangan-lapangan hijau, dan tiruan-tiruan binatang. Buah yang ditanam, antara lain, peach, aprikot, dan almond, sedangkan bunganya, antara lain, marygold, pansy, wallflower, carnation, madonna lily, dan daffodils. Beberapa taman memiliki parterre seperti pada Taman Perancis, tetapi pola-polanya lebih sederhana. 4. Periode Modern Periode ini dimulai pada abad 20 hingga sekarang. Pada periode ini telah berkembang penggunaan tanaman dalam taman bahkan mutlak ada tanaman hias sebagai ornamen. Taman telah berkembang sedemikian rupa, misalnya taman kota, taman rumah, dan taman bermain dengan penggunaan berbagai jenis tanaman. Karya taman yang dihasilkan pada periode ini lebih beragam. Arsitek lanskap pada periode ini merencanakan taman tidak hanya sekedar tempat untuk koleksi bunga, tetapi juga sebagai outdoor livingroom. Selain itu, tanaman yang digunakan tidak hanya tanaman yang bersifat dekoratif, tetapi juga tanaman yang disesuaikan dengan kondisi tapak di sekitarnya dan sedikit memerlukan tenaga kerja dalam penanaman dan pemeliharaan. Taman pada periode ini dapat dianggap sebagai tempat untuk melakukan aktivitas sehari-hari (living space), sebagai tempat untuk bermain anak-anak (playground), dan juga sebagai tempat melakukan kegiatan seni atau hobby (work of art).

C. Rangkuman Tanaman lanskap adalah tanaman yang belum, sedang dan sudah dibudidayakan, ditanam atau sudah ada di suatu tapak/lahan yang secara fungsional berdayaguna dan secara estetis memiliki seni/nilai keindahan sehingga antara satu dan lainnya dapat melahirkan suatu kesatuan yang harmonis. Sejarah perkembangan tanaman dalam lanskap sesungguhnya berkembang sejalan dengan perkembangan taman. Perkembangan taman mulai dari sebelum Masehi hingga sekarang, dapat

21 dibagi dalam 4 periode, yaitu 1) Periode Antik, 2) Periode Abad Pertengahan, 3) Periode Renaissance, dan 4) Periode Modern.

PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangan tanaman lanskap, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda! 1. Jelaskan pengertian tanaman lanskap. 2. Jelaskan karakteristik tanaman lanskap yang membedakan dari unsur-unsur perancangan lainnya. 3. Jelaskan periode-periode perkembangan tanaman lanskap. Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus memperhatikan rambu-rambu berikut: 1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kawan-kawan Anda. 2. Lakukan penelusuran literatur mengenai sejarah perkembangan tanaman lanskap melalui sumber bacaan dan internet.

B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini! 1. Tanaman yang melambangkan kekayaan dan kehormatan adalah............. (a) (b) (c) (d) Anggrek Peoni Chrysanthemum Lotus

2. Karakteristik taman yang menonjol pada Periode Renaissance adalah............. (a) Kebun raya (b) Taman bunga (c) Kebun buah (d) Taman villa

22 3. Elemen tanaman yang digunakan pada Villa Medici adalah............. (a) Pohon buah-buahan (b) Lapangan hijau (c) Bunga-bungaan (d) Semak evergreen 4. Jalan berbentuk spiral yang dikelilingi oleh pepohonan disebut............. (a) Parterre (b) Bosco (c) Mount (d) Grotto 5. Taman dengan pola tertutup dan dengan tanaman rumput dan bunga-bungaan disebut gaya............. (a) The Maze (b) Grotto Palissy (c) Pietro de Carescenzi (d) Fountainbleau Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 2. Rumus:

Tingkat penguasaan =

Jumlah jawaban yang benar 100% 5

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90% 80% 70% - 100% 89% 79% 69% = baik sekali = baik = cukup = kurang

23 Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup memahami Bab 2. Anda dapat meneruskan pada Bab 3. Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

C. Sumber/Referensi

1. Booth NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Illinois: Waveland Pr. Inc. 2. Damayanti VD. 1999. Karakteristik Taman Italia. Buletin Taman dan Lanskap
Indonesia. 2(1): 25-28.

3. Hakim R. 2003. Arsitektur Lansekap Manusia, Alam dan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Univ. Trisakti. 4. Hyams E. 1971. A History of Garden and Gardening. New York: Praeger Publ. 5. Mariana F. 2001. Sejarah Penggunaan Bunga sebagai Elemen Taman dalam Taman Cina. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia. 4(3): 21-25. 6. Wahid J, B. Karsono. 2011. Desain dan Konsep Arsitektur Lansekap Dari
Zaman ke Zaman. Yogyakarta: Graha Ilmu.

D. Kunci Jawaban

1. b 2. a 3. a 4. c 5. c

24

BAB 3

SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN ASPEK ARSITEKTURAL


PENDAHULUAN

Kegunaan arsitektural unsur tanaman sangat penting dalam penataan lanskap terutama sebagai pembentuk ruang luar. Dalam pengembangan perancangan, kegunaan arsitektural adalah yang pertama dipelajari. Karakteristik visual unsur tanaman umumnya dipilih setelah fungsi arsitekturalnya ditetapkan. Unsur tanaman digunakan secara arsitektural dalam fungsi lanskap sebagai komponen struktural seperti lantai, atap, dan dinding. Secara arsitektural tanaman merupakan ruang kegiatan pada ruang luar.

A. Sasaran Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek arsitektural melalui makalah hasil diskusi collaborative
learning secara berkelompok dan praktikum.

B. Strategi Pembelajaran

1. Collaborative learning 2. Praktikum

C. Kegiatan Belajar

Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan: 1. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai seleksi tanaman berdasarkan aspek arsitektural melalui sumber bacaan dan internet. 2. Mahasiswa aktif melakukan kegiatan diskusi di kelas dan praktikum. 3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan. 4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.

25

D. Indikator Pencapaian

1. Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman berdasarkan aspek arsitektural. 2. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan. 3. Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan aspek arsitektural. 4. Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum.

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN

Istilah aspek arsitektural tidak dimaksudkan hanya untuk lingkungan buatan. Unsur tanaman pada lingkungan alami dapat berperan dengan baik dengan menyempurnakan fungsi-fungsi arsitekturnya". Penggolongan tanaman berdasarkan aspek arsitektural artinya menciptakan ruang dengan unsur tanaman. Berdasarkan aspek arsitektural, tanaman dapat digolongkan berdasarkan fungsinya sebagai pembentukan ruang, penyekat, dan pengendali keleluasaan pribadi.
A. Pembentukan Ruang

Pembentukan ruang berarti mengolah bidang atau unsur pembentuk ruang, yaitu bidang dasar, bidang vertikal, dan bidang pengatap. Kesan ruang tergantung pada pembatas nyata dan maya dengan memodifikasi ketiga bidang tersebut baik secara sendiri maupun digabung. Unsur tanaman dapat digunakan dalam lanskap untuk saling mempengaruhi bidang-bidang pembatas tersebut. Rumput atau tanaman penutup tanah (groundcover) dapat digunakan untuk membentuk bidang dasar (lantai). Tanaman semak dapat digunakan sebagai pembentuk bidang vertikal (dinding). Pohon dapat digunakan untuk membentuk bidang pengatap/atap. Berbagai kesan ruang dapat diciptakan dengan elemen tanaman, antara lain, ruang yang bersifat terbuka, semi terbuka, tertutup, intim, publik, semi publik, dan sebagainya. Jenis tanaman sebagai pembentuk ruang dikelompokkan menjadi tanaman pelantai, tanaman pedinding, dan tanaman pengatap.

26
2. Tanaman Pelantai

Untuk membentuk bidang dasar, tanaman penutup atau semak dapat secara tidak langsung membentuk ruang dengan perbedaan ketinggian dan bahan. Dalam hal ini, tanaman membentuk ruang vertikal secara fisik, tetapi dengan ketinggian yang rendah memberi kesan suatu dinding. Misalnya, batas antara daerah rumput dan tanaman penutup memberikan gambaran batas ruang tanpa penyekat fisik (Gambar 1). Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai pembentuk bidang lantai adalah tanaman yang tingginya sampai setinggi mata kaki, seperti lumut, rumput, dan
groundcover.

Gambar 1. Ruang maya terbentuk di antara penutup tanah dan rumput (Sumber: Booth, 1983)
3. Tanaman Pedinding

Untuk membentuk bidang vertikal, unsur tanaman dapat mempengaruhi persepsi ruang dalam berbagai cara. Pertama, batang pohon berperan sebagai tiang vertikal pada ruang luar, sekali lagi pembatasan ruang ini lebih banyak secara tidak nyata daripada secara nyata (Gambar 2). Tingkat ketertutupan dapat bervariasi dengan ukuran batang, kepadatan massa, dan pola susunannya. Komposisi tanaman berupa susunan pohon atau semak dapat membentuk bidang pembatas atau dinding

27 (Hakim dan Utomo, 2003). Semakin banyak batang pohon seperti dalam suasana hutan alami, semakin kuat kesan ketertutupannya. Contoh lain dari batang pohon yang membentuk batas ruang dapat dilihat sepanjang jalan yang ditanami pohon dimana massa batang pohon pada musim dingin memberi gambaran batas-batas ruang walaupun tanpa daun. Kedua, massa daun tanaman dapat mempengaruhi bidang vertikal ketertutupan ruang. Dalam hal ini, kepadatan dan ketinggian massa daun mempengaruhi kualitas ruang. Semakin tinggi pohon dan semakin besar dan rapat daunnya, semakin kuat kesan ketertutupannya. Perubahan tingkat ketertutupan lebih jelas dan cenderung tampak dengan adanya variasi musim pada tanaman berdaun rontok.

Gambar 2. Batas ruang maya terbentuk oleh massa batang pohon (Sumber: Booth, 1983)
4. Tanaman Pengatap

Bidang pengatap suatu ruang dapat dimodifikasi melalui unsur tanaman. Massa daun dan percabangan pada tajuk pohon membentuk atap pada ruang luar, membatasi pandangan ke langit, dan mempengaruhi skala vertikal ruang tersebut (Gambar 3). Kesan pengatap yang kuat dapat dirasakan jika tajuk pohon saling tumpang tindih, dengan demikian menutup pandangan langsung ke langit.

28 Dalam pembentukan ruang luar dengan menggunakan unsur tanaman, seperti dengan unsur perancangan yang lain, perancang harus menentukan terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai dan kualitas ruang yang diinginkan (terbuka, tertutup, akrab, monumental, dan sebagainya). Setelah itu arsitek lanskap dapat melanjutkan dengan memilih dan menyusun tanaman yang memenuhi kriteria yang ditetapkan. Beberapa tipe dasar ruang yang terbentuk oleh tanaman diuraikan sebagai berikut.

Gambar 3. Bidang pengatap terbentuk oleh bagian bawah tajuk pohon (Sumber: Booth, 1983)
1. Ruang yang Terbuka

Arsitek lanskap dapat menciptakan ruang secara tidak langsung terbuka ke semua arah dengan menggunakan semak dan tanaman penutup sebagai pembatas ruang. Ruang seperti memberi kesan luas, tidak memberi kesan pribadi, dan terbuka terhadap sinar matahari dan langit.
2. Ruang Semi Terbuka

Ruang ini sama dengan ruang terbuka, tetapi sebagian tertutup pada salah satu sisi atau lebih dengan tanaman tinggi. Tanaman tersebut berperan sebagai dinding vertikal yang menghalangi pandangan ke dalam dan luar ruang. Tipe ruang yang demikian memiliki kualitas yang sama dengan ruang yang terbuka, tetapi agak transparan dan berorientasi kuat pada sisi yang terbuka. Ruang ini umumnya sesuai untuk teras rumah dimana kesan pribadi diperlukan pada satu arah, tetapi diinginkan pandangan yang terbuka pada sisi lain

29
3. Ruang Beratap (Canopied Space)

Ruang beratap dapat dibentuk dengan bagian-bagian atas tertutup dan sisi-sisi terbuka menggunakan massa tanaman peneduh dengan tajuk tanaman yang padat. Secara keseluruhan ruang ini berkesan "terapit" antara bidang atas dari tajuk pohon dan bidang dasar apabila seseorang melewati antara batang-batang pohon. Ruang beratap juga membentuk kesan skala vertikal yang kuat dengan penutupan ketinggian ruang. Secara arsitektural, tipe ruang ini sering dirasakan jika seseorang berdiri di lantai dasar bangunan yang terbuka dengan sisi-sisi yang terbuka. Dalam kaitannya dengan lanskap, ruang ini merupakan karakteristik ruang terbuka hijau perkotaan. Sinar matahari tersaring tajuk tanaman dan cahaya menembus dari sisi-sisinya. Ruang ini berkesan sejuk dan memungkinkan pandangan tak langsung ke dalam dan luar ruang melalui sisi-sisinya. Salah satu variasi ruang ini adalah lorong yang terbentuk oleh tanaman peneduh sepanjang jalan raya atau jalan setapak.
4. Ruang Tertutup Beratap (Enclosed Canopied Space)

Ruang ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan ruang beratap. Perbedaan utama ruang ini adalah tertutup pada sisi-sisinya dan tanaman berukuran sedang dan kecil. Ruang seperti ini dapat dirasakan seperti suasana hutan, agak gelap, berorientasi ke dalam, memberikan kesan keleluasaan pribadi, dan terisolir.
5. Ruang Vertikal

Dengan menggunakan tanaman tinggi, arsitek lanskap dapat membentuk ruang luar dengan orientasi vertikal dan terbuka ke arah langit. Tergantung besarnya tekanan yang diinginkan, ruang tersebut dapat terbuka atau tertutup pada sisi-sisinya. Salah satu variasi yang memungkinkan dari ruang ini adalah menggunakan tanaman yang berbentuk meruncing ke atas sebagai unsur pembentuk ruang. Hal ini dimaksudkan agar ruang yang terbentuk dapat mengembang atau mengecil apabila ruangnya bertambah tinggi.

B. Penyekat (Screening)

Apabila pembentukan ruang luar merupakan salah satu kegunaan arsitektural tanaman, kegunaan lain adalah untuk menutup obyek atau pemandangan yang

30 kurang menarik suatu lingkungan. Unsur tanaman sebagai penyekat vertikal dapat mengendalikan pandangan agar obyek yang diinginkan dalam lanskap dapat terlihat dan obyek yang kurang baik terhalangi. Hal ini sangat tergantung dari tujuan perancangannya, tanaman dapat membatasi pandangan secara total sehingga tidak tembus sama sekali (opaque), atau dibuat transparan agar menghalangi sebagian pandangan. Untuk membentuk penyekat tanaman secara efektif, perancang terlebih dahulu harus menganalisis titik-titik mana agar pengamat dapat melihat, tinggi unsurunsur yang tidak menarik, jarak antara pengamat, unsur yang kurang menarik, dan bentuk permukaan tanah. Faktor-faktor tersebut secara bersama-sama mempengaruhi tinggi, susunan, dan penempatan tanaman pembatas yang diinginkan. Tanaman yang tinggi, tidak berarti baik untuk penyekat, walaupun kadang-kadang perlu pada situasi tertentu. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah musim, apabila tanaman digunakan sebagai penyekat. Tanaman hijau sepanjang tahun adalah yang paling sesuai untuk penyekat permanen untuk menghalangi pandangan sepanjang tahun.

C. Pengendali Keleluasaan Pribadi

Fungsi tanaman yang mirip dengan fungsi penyekat adalah sebagai pengendali keleluasaan pribadi. Pengendali keleluasaan pribadi adalah teknik penempatan tanaman di sekitar area tertentu agar pandangan ke dalam dan dari ruang dapat dihalangi. Tujuan dari pengendalian pandangan ini adalah untuk memisahkan ruang dengan sekitarnya (Gambar 4). Perbedaan yang jelas antara keduanya adalah pengendali keleluasaan pribadi memisahkan ruang dengan sekitarnya, dengan demikian menghalangi pandangan ke dan dari ruang. Penyekat menghalangi secara bijaksana sebagian dari pandangan pengendali keleluasaan pribadi mengurangi kebebasan bergerak dalam ruang, sedangkan penyekat memungkinkan pergerakan di sekitar tanaman pembatas. Pengendali keleluasaan pribadi sering merupakan tujuan perancangan yang diinginkan sebagai ruang duduk yang akrab (intim) atau merupakan teras rumah.

31

Gambar 4. Pengendali keleluasaan pribadi (Sumber: Booth, 1983) Penyekat tingkat pengendali keleluasaan pribadi dipengaruhi langsung oleh karakteristik tanaman yang digunakan untuk menghalangi pandangan. Tanaman.yang rimbun dengan tinggi lebih dari 2 meter, umumnya memberi kesan keleluasaan pribadi yang kuat. Tanaman sebatas dada memberikan keleluasaan pribadi sebagian, tetapi akan memberikan keleluasaan pribadi secara total jika sedang duduk, dan tanaman lebih rendah lagi kurang memberikan rasa keleluasaan pribadi.

D. Rangkuman

Unsur tanaman digunakan secara arsitektural dalam fungsi lanskap sebagai komponen struktural seperti atap, dinding, dan lantai. Kegunaan arsitektural lebih ditekankan pada aspek struktural. Berdasarkan aspek arsitektural, tanaman dapat digolongkan berdasarkan fungsinya sebagai 1) pembentukan ruang, 2) penyekat, dan 3) pengendali keleluasaan pribadi.

32
PENUTUP A. Tugas dan Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang seleksi tanaman berdasarkan aspek arsitektural, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda! 1. Jelaskan fungsi tanaman sebagai pembentukan ruang. 2. Jelaskan fungsi tanaman sebagai penyekat (screening). 3. Jelaskan fungsi tanaman sebagai pengendali keleluasaan pribadi. 4. Jelaskan lima tipe dasar ruang yang terbentuk oleh tanaman.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus

memperhatikan rambu-rambu berikut: 1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kawan-kawan Anda. 2. Renungkan tentang seleksi tanaman berdasarkan aspek arsitektural.

B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran

Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini! 1. Tanaman penutup tanah dapat digunakan untuk membentuk bidang............. (a) Dasar (b) Vertikal (c) Horizontal (d) Atap 2. Ruang yang terbentuk oleh tanaman peneduh dengan tajuk tanaman yang rapat adalah............. (a) Ruang terbuka (b) Ruang semi terbuka (c) Ruang beratap (d) Ruang vertikal 3. Tanaman yang digunakan untuk memberi kesan pribadi yang kuat adalah............. (a) Tanaman rendah

33 (b) Tanaman rimbun dengan tinggi > 2 m (c) Tanaman dengan tinggi > 2 m (d) Tanaman setinggi dada 4. Apabila massa daun tanaman semakin besar dan rapat, maka ruang akan semakin............. (a) Lemah kesan ketertutupannya (b) Kuat kesan keterbukaannya (c) Lemah kesan keterbukaannya (d) Kuat kesan ketertutupannya 5. Jarak antara pohon yang memiliki efektivitas visual adalah............. (a) < 3 m (b) 3 5 m (c) 5 9 m (d) > 9 m Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 3. Rumus: Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar 100% 5

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90% 80% 70% - 100% 89% 79% 69% = baik sekali = baik = cukup = kurang

Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup memahami Bab 3. Anda dapat meneruskan pada Bab 4. Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 3, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

34
C. Sumber/Referensi

1. Booth NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Illinois: Waveland Pr. Inc. 2. Hakim R, H. Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap,
Prinsip Unsur dan Aplikasi Desain. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

D. Kunci Jawaban

1. a 2. c 3. b 4. d 5. d

35

BAB 4

SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN ASPEK VISUAL


PENDAHULUAN

Unsur

tanaman

selain

berfungsi

untuk

kegunaan

arsitektural

dalam

perancangan, yaitu untuk membentuk ruang, menciptakan urut-urutan ruang, menghalangi pandangan, membentuk ruang keleluasaan pribadi, juga memiliki kegunaan estetika. Kegunaan arsitektural lebih ditekankan pada aspek struktural, sedangkan kegunaan estetika lebih menyangkut pada kualitas visual suatu perancangan. Ukuran, bentuk, warna, dan tekstur tanaman serta susunan komposisi dan hubungannya dengan lingkungan sekitar merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas estetika suatu perancangan. Kualitas visual dalam penataan tanaman sangat penting, karena tanggapan seseorang merupakan reaksi terhadap apa yang terlihat. Suatu penataan tanaman dapat berfungsi dengan baik sebagai pembentuk ruang, memodifikasi suhu udara, menstabilkan tanah, tetapi apabila kurang menarik akan mengganggu pandangan. Penataan tanaman yang berhasil, apabila dapat menarik pandangan, disamping menyempurnakan fungsi-fungsi yang lain.

E. Sasaran Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek visual melalui makalah hasil diskusi collaborative
learning secara berkelompok dan praktikum.

F. Strategi Pembelajaran

1. Collaborative learning 2. Praktikum

36
G. Kegiatan Belajar

Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan: 1. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai seleksi tanaman berdasarkan aspek visual melalui sumber bacaan dan internet. 2. Mahasiswa aktif melakukan kegiatan diskusi di kelas dan praktikum. 3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan. 4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.

H. Indikator Pencapaian

1. Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman berdasarkan aspek visual. 2. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan. 3. Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan aspek visual. 4. Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum.

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN

Secara umum, karakteristik visual tanaman mencakup ukuran, bentuk, warna, dan tekstur. Setiap karakteristik visual tanaman memiliki sub-kategori, kualitas, dan kegunaan tersendiri dalam ruang luar, yang akan diuraikan terinci pada bagian berikut.
A. Ukuran Tanaman

Ukuran merupakan karakteristik visual penting unsur tanaman yang perlu dikaji terlebih dahulu dalam pemilihan tanaman untuk perancangan. Ukuran tanaman secara langsung mempengaruhi ukuran ruang, daya tarik komposisi, dan keseluruhan kerangka kerja perancangan. Unsur tanaman dapat dikategorikan dengan ukuran-ukuran sebagai berikut.
1. Pohon besar dan sedang

Berdasarkan ukurannya, tanaman yang paling cepat terlihat dari segi komposisi dan ruang dalam lanskap adalah pohon besar dan sedang. Pohon besar yang sudah tumbuh dewasa berukuran tinggi 12 meter atau lebih, sedangkan pohon

37 sedang ketinggian maksimum 9 12 meter. Contoh pohon besar adalah flamboyan (Delonix regia), beringin (Ficus benjamina), trembesi (Samanea saman), dan kecrutan (Spathodea campanulata), sedangkan contoh pohon sedang adalah bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), sawo kecik (Manilkara kauki), cemara kipas (Thuja
orientalis), dan kayu manis (Cinnamommum burmanii).

Kategori unsur tanaman ini merupakan unsur visual yang dominan karena ketinggian dan massanya. Fungsinya sama dengan kerangka besi atau kayu sebuah bangunan, memberikan bentuk tiga dimensi keseluruhan suatu komposisi dengan membentuk struktur dasar dan kerangka ruang luar. Demikian juga pohon besar dan sedang merupakan tanaman yang pertama-tama terlihat dalam suatu komposisi, oleh karena itu berperan sebagai pusat perhatian jika diletakkan di antara tanamantanaman kecil (Gambar 5).

Gambar 5. Pohon besar sebagai unsur dominan (Sumber: Booth, 1983) Pohon besar dan sedang menjadi semakin penting sebagai unsur komposisi jika ukuran ruang luar semakin besar. Jika dilihat dari seberang lapangan terbuka atau plaza, yang pertama terlihat adalah pohon-pohon besar, dan mungkin satusatunya unsur tanaman yang terlihat. Pohon-pohon kecil atau perdu hanya terlihat pada jarak yang relatif dekat. Oleh karena itu, pohon besar dan sedang seharusnya merupakan unsur tanaman yang ditempatkan dalam perancangan karena penempatan tersebut dapat memberikan pengaruh besar terhadap penampakkan dan kesan komposisi secara keseluruhan. Apabila pohon besar telah ditempatkan, perdu dan semak dapat diatur untuk melengkapi dan memperkuat kualitas komposisi ruang luar. Tanaman-tanaman kecil memberikan detail dengan skala yang lebih

38 terukur dalam kerangka keseluruhan komposisi yang terbentuk oleh pohon besar. Pada tapak berukuran kecil, agar berhati-hati untuk tidak menggunakan pohon besar, karena hal ini cenderung mengaburkan skala perancangan dan unsur-unsur yang lebih kecil. Fungsi lain pohon besar dan sedang di lingkungan adalah untuk membatasi ruang pada bidang atas dan bidang vertikal. Tajuk dan batang pohon besar dan sedang dapat membentuk atap dan dinding ruang luar. Kesan ruang luar dapat bervariasi, tergantung ketinggian tajuk pohon, ruang akan terasa lebih manusiawi jika tinggi tajuk pohon 3 4,5 meter di atas tanah atau berkesan monumental jika tinggi tajuk 12 15 meter di atas tanah, seperti di hutan rimba. Pohon besar dan sedang merupakan unsur penting di dalam membagi-bagi (subdividing) ruang-ruang perkotaan dan pedesaan luas yang awalnya dibatasi oleh bangunan-bangunan dan permukaan tanah, menjadi ruang-ruang yang lebih kecil. Disini ketinggian dan sisi-sisi massa tajuk tanaman merupakan aspek penting dalam membentuk batas-batas ruang dan skalanya.
2. Pohon kecil (perdu)

Dilihat dari segi ukuran tanaman, perdu diartikan sebagai tanaman yang tumbuh dengan ketinggian maksimal 4,5 6 meter. Contoh tanaman ini adalah kol banda (Pisonia alba), jakaranda (Jakaranda filicifolia), dadap merah (Erythrina
cristagalli), kembang merak (Caesalpinia pulcherima), dan palem wregu (Rhapis exelsa).

Perdu dapat membatasi ruang, baik pada bidang vertikal maupun bidang atas. Tergantung ketinggian tajuk tanaman, perdu dapat membentuk batas-batas ruang pada bidang vertikal dengan batang-batang pohon atau melingkupi ruang pada bidang vertikal jika massa tajuknya sebatas mata. Jika dari sela-sela batang dan cabang-cabangnya yang rendah dari perdu dapat melihat pandangan (Gambar 6), pohon tampak sebagai latar depan yang transparan sehingga memberikan kesan lebih mendalam terhadap ruang yang sedang dilihat. Perdu dapat berperan sebagai aksen visual dalam komposisi (Gambar 7). Hal ini dapat diciptakan melalui ukuran yang kontras dengan tanaman-tanaman rendah, atau dari bentuk, bunga, dan buah yang menyolok pada tanaman ornamental.

39 Tanaman ini digunakan sebagai pusat perhatian di tempat-tempat yang diinginkan untuk menarik perhatian. Selain itu, dapat dipakai sebagai titik akhir ruang linier seperti bentuk patung atau bentuk abstrak untuk mengarahkan dan menarik orang ke dalam ruang.

Gambar 6. Batang pohon kecil sebagai latar depan suatu pusat perhatian (Sumber: Booth, 1983)

Gambar 7. Perdu sebagai pusat perhatian dalam komposisi tanaman (Sumber: Booth, 1983)
3. Semak tinggi

Semak tinggi merupakan tanaman yang tumbuh dengan tinggi maksimal 3 4,5 meter. Contoh semak tinggi, antara lain, kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), pangkas kuning (Duranta repens), kembang kertas (Bougenvillea spectabilis), nusa indah (Mussaenda sp), dan hanjuang (Cordyline terminalis).

Semak tinggi tidak hanya lebih pendek dari perdu, tetapi dapat dikenal dari massa daunnya yang rendah. Umumnya massa daun semak, hampir atau sampai ke tanah, membentuk kanopi atau atap pada suatu daerah. Walaupun perbedaan ini

40 membantu mengkategorikan tanaman menurut ukuran, tetapi pada kenyataannya tidak selalu jelas, khususnya jika banyak terdapat semak tinggi yang bercabangcabang membentuk kanopi terapung (floating canopy). Namun demikian, perbedaan antara semak tinggi dengan perdu dibuat untuk mempermudah perbedaan. Semak tinggi dapat digunakan dalam lanskap sebagai dinding untuk melengkapi batas ruang (spatial enclosure) pada bidang vertikal. Ruang yang dibatasi semak tinggi hanya melingkupi sisinya dan terbuka di bagian atas (Gambar 8). Dengan demikian, kesan ruang tersebut cenderung tampak ringan (light) dan terang (sunny) dengan orientasi kuat ke atas. Semak tinggi juga dapat menciptakan ruang semacam koridor yang kuat dan tegas mengarahkan pergerakan dan pandangan ke terminus. Kualitas pelingkupnya dapat lebih bervariasi menurut musim jika semak tinggi terdiri atas tanaman berdaun rontok, sedangkan tanaman hijau sepanjang tahun akan tetap konsisten.

Gambar 8. Tanaman semak tinggi membatasi ruang pada bidang vertikal tetapi memberikan pandangan terbuka ke atas (Sumber: Booth, 1983)
4. Semak sedang

Kategori ini mencakup tanaman yang mempunyai tinggi 1 2 meter. Tanaman ini terdiri atas berbagai bentuk, warna, dan tekstur. Massa daun tanaman ini dapat mencapai tanah atau sedikit lebih tinggi. Contoh tanaman semak sedang, antara lain, asoka (Ixora javanica), kaca piring (Gardenia angusta), lolypop kuning (Pacystachys
lutea), dan bunga mentega (Nerium oleander).

Tanaman semak sedang berfungsi sama seperti semak rendah dalam perancangan, tetapi dengan pelingkup ruang (spatial containment) lebih banyak.

41 Semak sedang berperan sebagai peralihan visual suatu komposisi antara perdu atau semak tinggi dengan semak rendah.
5. Semak rendah

Semak rendah merupakan kategori tanaman kecil dalam hirarki ukuran tanaman. Semak rendah yang optimal mempunyai tinggi 1 meter atau kurang. Semak rendah dianggap lebih tinggi dari 30 cm, karena tanaman dengan ketinggian di bawah itu nampak dan berfungsi sebagai penutup tanah. Contoh tanaman semak rendah, antara lain, difenbachia (Dieffenbachia spp.), pisang hias (Heliconia sp), bunga kana (Canna sp), dan tapak dara (Vinca rosea). Semak rendah dapat membatasi ruang atau memisahkan ruang tanpa menghalangi pandangan ke dalam atau keluar. Oleh karena semak rendah mempunyai tinggi yang tidak menyolok, maka tanaman tersebut membentuk ruang semu (implication) daripada pembatas fisik secara nyata. Dengan demikian ruang yang direncanakan terbuka pada sisi-sisinya dapat dibatasi dengan semak rendah pada bidang vertikalnya. Fungsi lain berkaitan dengan hal itu adalah menggunakan semak rendah sepanjang jalan setapak untuk mengarahkan pejalan kaki tanpa mengganggu garis pandangnya (line of vision). Semak rendah dengan komposisi tertentu dapat menghubungkan secara vertikal unsur-unsur yang tidak berhubungan. Hal ini agak berbeda dengan tanaman penutup. Tanaman penutup tanah menghubungkan unsur lain secara visual dengan berperan sebagai bidang dasar, sedangkan semak rendah berfungsi sebagai penghubung vertikal, sama seperti tembok yang rendah. Oleh karena itu, semak rendah berperan sebagai penghubung visual yang kuat diantara unsur-unsur dalam suatu komposisi, jika dilihat dari batas mata normal.
6. Tanaman Penutup Tanah

Kategori tanaman-tanaman terkecil menurut ukurannya adalah tanaman penutup tanah. Istilah tanaman penutup tahah digunakan untuk tanaman rendah atau yang menyebar dengan tinggi maksimal 15 30 cm. Tanaman penutup tanah mempunyai berbagai macam karakteristik, mulai dari tanaman berbunga sampai yang herbaceous. Contoh tanaman ini, antara lain, begonia (Begonia sp), kembang coklat (Widelia biflora), bunga pukul empat (Mirabilis jalava), adam hawa (Rhoeo

42
discolor), dan daun mutiara (Philea sp). Tanaman penutup tanah dapat dikatakan

sebagai "permadani" tanaman atau material pelantai ruang luar serta mempunyai berbagai fungsi dalam perancangan. Tanaman penutup tanah dapat digunakan dalam perancangan untuk membentuk tepi atau batas ruang. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, tanaman penutup sering dipakai dalam ruang luar untuk membentuk tepi-tepi pola pada bidang dasar. Tanaman penutup tanah merupakan bahan yang efektif untuk membuat bentuk luar suatu pola yang direncanakan pada bidang dasar tanpa menggunakan bahan arsitektural yang keras. Garis yang tercipta oleh tepi tanaman penutup tanah dengan rumput atau perkerasan tampak menarik dan mengarahkan mata ke sekitar ruang. Kegunaan yang sama tanaman penutup adalah untuk membatasi permukaan bukan jalan, khususnya jika berbatasan dengan halaman rumput atau perkerasan. Kegunaan lain dari tanaman penutup tanah adalah memberikan daya tarik visual berdasarkan warna dan tekstur yang menyolok. Tanaman penutup tanah akan tampak menarik jika ditata berdampingan dengan unsur yang berwarna dan bertekstur menyolok. Kegunaan ini amat penting bagi tanaman penutup tanah yang memiliki bunga-bunga yang indah. Kegunaan tanaman penutup tanah dapat menciptakan latar belakang atau setting yang senada menjadi pusat perhatian. Sebagai contoh, suatu petak bunga di bawah patung atau pohon ornamental yang menarik. Untuk dapat berperan sebagai "setting" yang netral, area tanaman penutup tanah harus luas untuk mencegah gangguan visual unsur-unsur lain yang berdekatan. Penerapan lain dari tanaman penutup tanah dalam perancangan adalah menghubungkan secara visual unsur-unsur yang terpisah atau kelompok unsur-unsur dalam satu kesatuan. Tanaman penutup tanah juga dapat berfungsi sebagai unsur netral yang menghubungkan berbagai bagian dari komposisi. Kelompok perdu atau pohon yang tidak berhubungan dapat dibuat sebagai bagian dari komposisi yang sama oleh tanaman penutup tanah, karena dapat menghubungkan semua tanaman menjadi satu area pada bidang dasar. Kegunaan praktis tanaman penutup tanah adalah untuk menutup daerahdaerah yang kurang sesuai untuk rumput atau unsur-unsur lain. Daerah-daerah yang

43 sukar untuk ditanami rumput atau unsur-unsur lain adalah dekat bangunan atau tempat-tempat lain yang sukar dicapai mesin pemotong rumput atau tempat-tempat yang terlampau gelap dan teduh. Dengan luas yang sama, tanaman penutup tanah pada umumnya memerlukan pemeliharaan lebih sedikit daripada halaman rumput. Dalam jangka waktu yang panjang, area-area dengan tanaman penutup tanah dapat menghemat biaya, waktu, dan energi dalam pemeliharaan dibanding dengan halaman berumput. Kegunaan tanaman penutup tanah yang lain adalah untuk menstabilkan tanah dan mencegah erosi pada lereng-lereng curam. Agak sukar untuk membentuk permukaan rumput pada lereng dengan kemiringan lebih dari 4:1 dan berbahaya untuk memangkasnya. Pada keadaan seperti ini tanaman penutup tanah dapat digunakan sebagai pengganti rumput.

B. Bentuk Tanaman

Karakteristik visual tanaman selanjutnya adalah bentuk tanaman. Bentuk tanaman secara individual atau kelompok merupakan bentuk keseluruhan dan visual tidak sekuat membentuk ukuran, bentuk tanaman juga merupakan komposisi tanaman, yang dapat sesuai dengan habitat pertumbuhannya, atau bentuk luar (outline) silhouetnya. Walaupun secara faktor kunci dalam struktur

mempengaruhi kesatuan dan keanekaragaman, berperan sebagai aksen atau latar belakang, dan menyeleraskan tanaman dengan unsur-unsur padat lain dalam perancangan. Bentuk tanaman dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan bentuk dua atau tiga dimensi, memberi kesan dinamis, indah, memperlebar atau memperluas pandangan ataupun sebagai aksentuasi dalam suatu ruang (Hakim, 2006). Tipe-tipe dasar bentuk tanaman adalah:
fastigiate,

kolumnar,

menyebar/horizontal, bulat (globular), piramidal/kerucut, merunduk (weeping) dan


picturesque (Gambar 9). Setiap tipe-tipe bentuk tersebut, masing-masing memiliki

karakteristik yang khas dan penerapannya dalam perancangan diuraikan sebagai berikut.

44

Gambar 9. Tipe dasar bentuk tanaman (Sumber: Booth, 1983)

5. Fastigiate (tinggi-ramping)

Bentuk tanaman fastigiate adalah bentuk yang meninggi-ramping dan meruncing di bagian atas. Contoh tanaman seperti ini adalah cemara lilin (Cupressus
lucitanica). Dalam perancangan, tanaman berbentuk fastigiate memberi penekanan

vertikal dan mengarahkan mata ke atas. Tanaman-tanaman tersebut memberi kesan vertikal dan meninggi, baik terhadap massa tanamannya maupun ruang yang dibatasi. Jika digunakan dalam jumlah banyak, tanaman dengan bentuk fastigiate dapat memberikan kesan massa atau ruang yang terjadi tampak lebih tinggi dari

45 sebenarnya. Jika diletakkan secara kontras dengan tanaman rendah dan bentukbentuk bulat atau menyebar, fastigiate berperan sebagai aksen dan exclamation point seperti menara gereja pada kaki langit suatu kota di pedalaman. Tanaman berbentuk fastigiate dapat menarik perhatian sehingga sebaiknya digunakan secara seksama dalam jumlah sedikit pada titik-titik tertentu dengan tepat. Tanaman dengan bentuk tinggi ramping seharusnya tidak ditempatkan di berbagai tempat pada suatu komposisi, karena hal ini dapat menciptakan perancangan yang kacau karena banyak titik-titik perhatian individual.
2. Bentuk Kolumnar

Tanaman berbentuk kolumnar sama seperti tanaman berbentuk fastigiate, hanya agak bulat di bagian atasnya. Tanaman damar (Agathis damara) dan kenanga (Cananga odorata) merupakan contoh-contoh tanaman dengan bentuk kolumnar. Tanaman berbentuk kolumnar memiliki kegunaan yang sama dengan bentuk
fastigiate dalam perancangan. 3. Bentuk Menyebar/Horizontal

Tipe bentuk tanaman ini lebarnya lebih kurang sama dengan ketinggiannya, dengan habit umumnya horizontal. Contoh tanaman tersebut adalah trembesi (Samanea saman) dan bunga lampion (Brownea capitella). Tanaman berbentuk menyebar dapat digunakan dalam perancangan untuk memberikan kesan luas dan melebar (Gambar 10). Oleh karena itu, dapat digunakan untuk menghubungkan bentuk-bentuk lain dalam komposisi secara visual, khususnya jika bentuk-bentuk horizontal diulang secara seksama di dalam perancangan. Sebaliknya, tanaman berbentuk menyebar dapat digunakan sebagai kontras terhadap bentuk fastigiate dan kolumnar dalam suatu komposisi. Tanaman berbentuk menyebar tampak harmonis dengan permukaan tanah rata, garis-garis panjang yang menjangkau kaki langit dan bangunan-bangunan berbentuk horizontal yang rendah. Jika diletakkan berdekatan dengan bangunan, tanaman-tanaman tersebut dapat memperkuat garis-garis arsitektur menyatukan dengan tapak sekitarnya.
4. Bentuk Bulat (Globular)

Sesuai dengan namanya, tipe tanaman ini memiliki bentuk bulat menyerupai bola. Tanaman johar (Cassia siamea) dan kiara payung (Filicium decipiens) adalah

46 contoh tanaman berbentuk bulat. Tanaman berbentuk bulat merupakan tipe bentuk tanaman terbanyak sehingga tanaman ini banyak dipakai dalam komposisi perancangan. Tidak seperti bentuk-bentuk tanaman fastigiate atau menyebar, tanaman berbentuk bulat "tidak memberi kesan mengarahkan" dan "netral". Oleh karena itu, tanaman berbentuk bulat akan mudah digunakan untuk menyatukan suatu komposisi perancangan. Tanaman berbentuk bulat dapat berperan sebagai tanaman pelembut dan netral terhadap bentuk-bentuk lain yang lebih menyolok. Tanaman berbentuk bulat juga dapat ditempatkan pada perancangan untuk menyelaraskan serta mengulang bentuk-bentuk curvilinier seperti permukaan tanah yang berbukitbukit.

Gambar 10. Bentuk-bentuk spreading memberi kesan lebar dan luas (Sumber: Booth, 1983)
5. Bentuk Piramidal/Kerucut

Tipe bentuk tanaman ini memiliki bentuk piramidal dari dasar secara gradual meruncing ke atas. Contoh tanaman ini adalah cemara kipas (Thuja occidentalis) dan pinus (Pinus merkusii). Tanaman dengan bentuk piramidal mempunyai bentuk-bentuk luar (outline) yang menyolok, terutama bagian atas yang meruncing dan mudah dilihat. Oleh karena itu, tanaman ini digunakan sebagai aksen visual, khususnya jika ditata secara kontras dengan bentuk-bentuk bulat rendah. Selain itu, tanaman ini juga dapat digunakan untuk mengulang bentuk bangunan piramidal atau permukaan tanah yang bergunung-gunung. Oleh karena itu, beberapa ahli teori perancangan menyarankan agar bentuk-bentuk piramidal/kerucut digunakan secara hati-hati pada wilayah yang rata, dimana secara visual tidak terdapat gunung sama sekali. Terakhir, tanaman dengan bentuk kerucut dapat digunakan secara harmonis dan selaras pada

47 perancangan-perancangan yang bersifat formal dengan bentuk-bentuk geometrik yang kaku.


6. Bentuk Merunduk (Weeping)

Bentuk tanaman merunduk memiliki struktur percabangan yang menggantung atau melengkung ke bawah. Janda merana (Salix babilonica) dan beringin karet (Ficus elastica) merupakan contoh tanaman merunduk. Di alam tanaman merunduk sering ditemukan di daerah atau titik-titik terendah suatu tanah, misalnya di sepanjang tepi daerah perairan sering ditemukan tanaman janda merana. Dalam perancangan, tanaman tersebut dapat menuntun mata ke arah permukaan tanah (ke bawah), suatu fungsi yang dapat dimanfaatkan setelah mata dituntun ke atas oleh bentuk-bentuk yang meninggi. Tanaman dengan bentuk merunduk juga dapat digunakan pada pinggir daerah perairan yang berkelok-kelok (curvilinier) untuk mencerminkan bentuk berombak dan melambangkan kualitas kemudahan mengalir dari air. Untuk mengekspresikan tanaman dengan bentuk merunduk kadang-kadang untuk menempatkannya pada tepi bak tanaman atau titik-titik tanah yang ditinggikan agar tanaman dapat menjuntai pada tepinya.
7. Bentuk Yang Menarik (Picturesque)

Tanaman dengan bentuk yang menarik atau eksotis merupakan bentuk


scullptural yang unik. Bentuknya mungkin dapat tak beraturan, meliuk-liuk, atau

berbagai bentuk yang luar biasa. Tanaman dengan bentuk seperti ini biasanya merupakan tanaman dewasa yang telah menyesuaikan diri (beradaptasi) dalam jangka waktu lama terhadap kondisi lingkungan tertentu. Kecuali tanaman bonsai yang sengaja dibentuk, semua tanaman picturesque adalah hasil/akibat kekuatan alam yang unik. Sesuai dengan penampakannya yang luar biasa, tanaman dengan bentuk yang menarik ini amat baik digunakan sebagai "specimen" yang diletakkan pada titik tertentu dalam perancangan. Biasanya tidak lebih dari satu tanaman ditempatkan pada suatu daerah/area untuk menghindarkan kesan kacau atau ruwet.

C. Warna Tanaman

Warna tanaman dapat dianggap sebagai karakteristik emosional karena mempengaruhi secara langsung kesan dan suasana ruang-ruang luar. Warna-warna

48 terang menimbulkan suasana cerah dan menyenangkan, sedangkan warna-warna gelap mengesankan suram. Warna tanaman juga penting karena mudah dilihat. Variasi warna tanaman kadang-kadang dapat dilihat pada jarak relatif jauh dalam lanskap. Warna dari suatu tanaman dapat menimbulkan efek visual juga tergantung dari refleksi cahaya yang jatuh pada tanaman tersebut (Hakim, 2006). Warna yang terdapat pada unsur-unsur tanaman dari berbagai bagian tanaman mencakup daun, bunga, buah, tunas, dan cabang, serta kulit batang pohon. Warna utama daun adalah warna hijau, dengan berbagai variasi mulai dari hijau muda sampai dengan hijau tua mencakup warna-warna shades kuning, biru, dan perak. Disamping itu, berbagai rangkaian warna dengan potensi hue terdapat pada daun, bunga, tunas, dan cabang/batang pohon pada musim semi dan musim gugur. Organisasi warna suatu komposisi tanaman harus dikoordinasikan dengan karakteristik visual yang lain. Warna tanaman harus digunakan untuk memperkuat fungsi ukuran dan bentuk tanaman dalam perancangan lanskap. Sebagai contoh, tanaman yang ditempatkan sebagai titik perhatian dalam perancangan karena ukuran atau bentuk seharusnya juga memiliki warna yang menarik perhatian. Dengan pendekatan ini, daun pada musim panas beserta ranting di musim dingin dan warnawarna batang, umumnya penting untuk dipertimbangkan, karena memiliki mayoritas waktu. Warna bunga dan warna musim semi, sering tampak dramatis dan mengesankan, umumnya hanya dalam waktu singkat, kurang lebih beberapa minggu. Memilih tanaman hanya berdasarkan pada bunga atau warna musim semi adalah keliru mengingat waktu yang singkat. Dalam mengomposisikan warna dalam suatu perancangan, nada warna hijau yang netral sebaiknya lebih menonjol dari warna-warna lain. Warna netral dapat digunakan sebagai unsur pemersatu, dimana secara visual mengikat semua warna. Warna hijau yang kontras harus terdapat dalam massa-massa daun dan akan tampak jelas antara satu dengan yang lain. Berbagai warna hijau seharusnya tidak membentuk telalu banyak titik-titik individu yang sebanding dengan skala keseluruhan dari komposisi atau menimbulkan penampakan yang tidak teratur. Diperlukan kecermatan di dalam menempatkan warna daun yang luar biasa seperti warna perak, ungu atau warna yang beraneka, karena warna-warna tersebut cenderung mudah

49 dilihat karena keunikannya. Daun dengan warna hijau luar biasa harus disimpan sebagai cadangan untuk beberapa lokasi khusus di dalam perancangan. Demikian juga bunga berwarna terang harus dikelompokkan dan ditempatkan hanya pada tempat-tempat tertentu. Jika warna terang banyak ditempatkan di berbagai titik (spot) dalam perancangan, akan menimbulkan kesan kacau dan berkesan tidak ada hubungan. Warna bunga yang ditempatkan secara sensitif harus ditempatkan sebagai selingan atau variasi tanpa mengganggu kesatuan secara keseluruhan.

D. Tekstur Tanaman

Tekstur tanaman adalah kesan kasar atau halusnya keseluruhan tanaman (secara visual) pada tanaman individual atau sekelompok tanaman. Tekstur tanaman dipengaruhi oleh ukuran daun, ukuran ranting dan cabang, konfigurasi kulit tanaman, habitat pertumbuhan secara keseluruhan, dan jarak dimana tanaman tersebut dilihat. Pada jarak dekat, ukuran daun tanaman individual, bentuk permukaan, dan susunan ranting merupakan faktor-faktor dominan yang mempengaruhi tekstur secara visual, sedangkan kepadatan cabang dan habit pertumbuhan merupakan variabel-variabel utama yang mempengaruhi tekstur apabila tanaman dilihat secara keseluruhan pada jarak tertentu. Selain jarak yang bervariasi, tekstur juga mudah berubah sesuai musim terutama pada tanaman berdaun gugur. Tekstur mempengaruhi berbagai faktor dalam komposisi tanaman, meliputi kesatuan komposisi dan keanekaragaman, persepsi terhadap jarak, nada warna, daya tarik visual, dan suasana perancangan. Tekstur tanaman biasanya diklasifikasikan sebagai kasar, sedang, dan halus (Gambar 11) dengan sifat dan kegunaan potensial dalam lanskap sebagai berikut.
1. Tekstur Kasar

Tekstur kasar biasanya terbentuk oleh daun-daun yang besar, cabang-cabang yang besar dan masif (tidak memunyai ranting halus dan kecil) dan/atau habit pertumbuhan yang menyebar bebas. Contoh tanaman yang bertekstur kasar adalah kembang dedes (Saraca palembanica), agave (Agave americana), dan rumput gajah/paitan (Axonopus compressus).

50

Gambar 11. Tekstur tanaman (Sumber: Booth, 1983) Karakteristik tanaman yang bertekstur kasar adalah mudah dilihat, jelas/tegas, dan agresif. Jika diletakkan di antara tekstur sedang dan halus, tekstur kasar tampak "bergerak keluar" ke arah pengamat dan merupakan tekstur yang pertama terlihat. Oleh karena itu, tekstur kasar dapat digunakan sebagai titik perhatian untuk menarik perhatian atau untuk memperkuat kesan. Seperti halnya dengan aksen-aksen lain, tanaman bertekstur kasar harus ditempatkan secara seksama dan digunakan tidak berlebihan agar tidak "mengalahkan" komposisi atau menarik perhatian pada banyak tempat dalam suatu perancangan. Karena kekuatan ini tekstur kasar menimbulkan kesan "bergerak ke depan" ke arah pengamat, menyebabkan jarak antara pengamat dan unsur tanaman tampak lebih dekat dari yang sebenarnya. Dengan demikian tanaman bertekstur kasar dalam kuantitas yang banyak dapat memberi kesan menyempitkan ruang luar, yaitu dengan cara bergerak ke dalam ruang tersebut. Hal ini mungkin diperlukan apabila ukuran

51 fisik ruang terlalu luas bagi kenyamanan manusia secara normal, tetapi tidak diperlukan jika ruangnya sempit dan terbatas walau tanpa tanaman sekalipun. Tanaman bertekstur kasar dalam beberapa hal tampak lebih terbuka, longgar, dan kurang jelas bentuk globalnya dibandingkan tanaman-tanaman bertekstur halus. Tanaman bertekstur kasar biasanya lebih banyak variasi gelap dan terang. Oleh karena kualitas ini, tanaman bertekstur kasar umumnya lebih mudah dipakai pada penataan secara informal. Tanaman ini sukar digunakan pada situasi formal yang memerlukan bentuk-bentuk sempurna dan bentuk global yang jelas/tegas.
2. Tekstur Sedang

Tekstur sedang adalah hasil dari daun dan cabang berukuran sedang dan/atau habit pertumbuhan yang sedang. Dibanding dengan tekstur kasar, tanaman bertekstur sedang kurang transparan dan kurang tegas silhouettenya. Karena mayoritas tanaman bertekstur sedang, maka umumnya merupakan bagian tekstur terbanyak dipakai dalam komposisi tanaman. Seperti warna hijau dengan nada sedang (medium tone greens) tekstur sedang harus merupakan tekstur dasar dalam perancangan, berperan sebagai unsur peralihan antara tekstur kasar dan halus. Tekstur sedang dapat menghubungkan/mengikat komposisi dalam suatu kesatuan yang menyeluruh. Contoh tanaman bertekstur sedang, antara lain, daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), trengguli (Cassia fistula), sapu tangan (Maniltoa grandiflora), angsana (Pterocarpus indicus), dan rumput embun (Polytrias amaura).
3. Tekstur Halus

Tekstur halus dihasilkan oleh banyaknya daun-daun kecil, cabang-cabang dan ranting kecil, dan/atau habit pertumbuhan yang padat. Kembang merah (Caesalpinia
pulcherima), flamboyan (Delonix regia), trembesi (Samanea saman), suplir (Adiantum cuneatum), rumput manila (Zoysia matrella), dan rumput peking (Agrostis stolonifera)

adalah contoh-contoh unsur tanaman bertekstur halus. Tanaman bertekstur halus memiliki karakteristik dan kemampuan perancangan yang berlawanan dengan tanaman bertekstur kasar. Tanaman bertekstur halus memiliki penampakan halus dan lembut sehingga kurang nyata/jelas dalam lanskap. Tanaman ini biasanya tanaman terakhir dilihat dalam komposisi (berdasarkan teksturnya) dan yang pertama kabur dari pandangan dalam perancangan, apabila

52 jarak antara pengamat dan komposisi tanaman semakin jauh. Tanaman bertekstur halus dapat dimasukkan dengan tepat ke dalam komposisi berperan sebagai latar belakang yang netral terhadap tekstur yang lebih agresif. Hal ini untuk memberikan karakter permukaan yang lebih halus dan lunak, atau menambah keanekaragaman visual apabila dilengkapi dengan tekstur kasar dan sedang. Karena tanaman bertekstur halus kurang begitu jelas dalam suatu komposisi, tanaman ini cenderung "tertarik ke belakang" dari pengamat. Oleh karena itu, jika digunakan dalam jumlah banyak dalam ruang luar, tanaman bertekstur halus dapat memberikan gambaran (ilusi) lebih luas dari sebenarnya. Kualitas ini sangat bermanfaat jika diterapkan pada ruang yang kecil dan sempit dimana tepi-tepi ruang akan tampak meluas dan bukan menyempit. Tanaman bertekstur halus sering mempunyai silhouette yang jelas dan permukaan secara keseluruhan halus, tetapi padat (solid) karena kuantitas daundaun kecil dan/atau kepadatan percabangannya. Beberapa tanaman bertekstur halus tampak seperti dipangkas rapi walaupun dalam keadaan alami. Oleh karena itu, tanaman bertekstur halus lebih tepat digunakan pada setting yang memberikan karakter formal dan rapi. Sebagai panduan, lebih baik apabila mendapatkan keanekaragaman yang seimbang dari ketiga tipe dasar dalam perancangan agar memberi pandangan yang menarik. Variasi tekstur yang sedikit akan tampak monoton, tetapi jika terlalu berlebihan akan tampak kacau. Keseimbangan yang diinginkan ini akan lebih penting pada ruang-ruang berukuran kecil dan akan semakin kurang penting pada ruang yang luas atau taman jauh dari pengamat. Satu lagi saran penyusunan berbagai tipe tekstur dalam area yang luas, agar proporsional dalam menggunakan tanaman bertekstur sedang sebagai peralihan antara tekstur kasar dan halus. Jika terlalu banyak digunakan tekstur yang berbeda-beda dalam area kecil, atau perubahan yang mendadak dari tekstur kasar ke tekstur halus cenderung membuat komposisi terasa kacau dan tidak menyatu. Pemilihan dan kegunaan tekstur dalam komposisi tanaman perlu diselaraskan dengan semua karakteristik visual tanaman, ukuran, bentuk, dan warna tanaman agar memperkuat kualitas-kualitas ini.

53
E. Rangkuman

Karakteristik visual tanaman dari ukuran, bentuk, warna, dan tekstur merupakan "palette" variabel-variabel bagi perancang dalam merancang dengan menggunakan unsur tanaman. Karakteristik visual tanaman mempunyai pengaruh langsung terhadap keteraturan dan kesatuan perancangan, keanekaragaman visual, kesenangan, dan suasana atau kesan ruang luar. Hal-hal ini perlu dikaji lebih mendalam dalam menciptakan perancangan dan diselaraskan dengan seluruh tujuan perancangan.

PENUTUP A. Tugas dan Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang seleksi tanaman berdasarkan aspek visual, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda! 1. Jelaskan karakteristik visual tanaman yang mencakup ukuran, bentuk, warna, dan tekstur tanaman. 2. Sebutkan contoh-contoh tanaman berdasarkan karakteristik tersebut.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus

memperhatikan rambu-rambu berikut: 1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kawan-kawan Anda. 2. Renungkan tentang seleksi tanaman berdasarkan aspek visual.

B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran

Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini! 1. Karakteristik visual yang harus dikaji terlebih dahulu dalam pemilihan tanaman untuk perancangan adalah............. (a) Ukuran tanaman (b) Bentuk tanaman (c) Warna tanaman (d) Tekstur tanaman

54 2. Contoh pohon besar adalah............. (a) Bauhinia purpurea (b) Cinnamommum burmanii (c) Samanea saman (d) Manilkara kauki 3. Ruang yang direncanakan terbuka pada sisi-sisinya, pada bidang vertikalnya dapat dibatasi dengan tanaman............. (a) Perdu (b) Semak tinggi (c) Semak sedang (d) Semak rendah 4. Bentuk tanaman yang tinggi ramping dan meruncing di bagian atas disebut............. (a) Fastigiate (b) Columnar (c) Pyramidal (d) Weeping 5. Contoh tanaman yang berbentuk pyramidal adalah.............
(a) Filicium decipiens

(b) Pinus merkusii (c) Cananga odorata (d) Brownea capitella Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 4. Rumus: Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar 100% 5

55 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90% 80% 70% - 100% 89% 79% 69% = baik sekali = baik = cukup = kurang

Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup memahami Bab 4. Anda dapat meneruskan pada Bab 5. Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 4, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

C. Sumber/Referensi

1. Booth NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Illinois: Waveland Pr. Inc. 2. Dahl B, DJ. Molnar. 2003. Anatomy of a Park. Ed ke-3. Illinois: Waveland Pr. Inc. 3. Hakim R. 2006. Rancangan Visual Lanskap Jalan. Jakarta: Bumi Aksara.

D. Kunci Jawaban

1. a 2. c 3. d 4. a 5. b

56

BAB 5

SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN EKOLOGI


PENDAHULUAN

Tanaman dapat dibedakan berdasarkan ekologi dan lingkungannya. Secara ekologi, tanaman dapat dibedakan berdasarkan hubungannya dengan jenis tanah, air, cuaca, kelembaban, cahaya matahari, angin, dan sebagainya sehingga timbul istilah tanaman teduh/panas, tanaman basah/kering dan sebagainya. Secara fitogeografi, pembagian tanaman berdasarkan daerah asalnya seperti laut/pantai, payau/rawa-rawa, gurun, bukit karang, daerah rendah/tinggi, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini, tanaman untuk penataan lanskap/taman digolongkan menjadi: tanaman pantai, tanaman pegunungan, tanaman air, tanaman batu karang, tanaman teduh, tanaman setengah teduh, dan tanaman panas.

A. Sasaran Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi tanaman berdasarkan kondisi ekologi melalui makalah hasil diskusi collaborative
learning secara berkelompok dan praktikum.

B. Strategi Pembelajaran

1. Collaborative learning 2. Praktikum

C. Kegiatan Belajar

Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan: 1. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai seleksi tanaman berdasarkan kondisi ekologi melalui sumber bacaan dan internet. 2. Mahasiswa aktif melakukan kegiatan diskusi di kelas dan praktikum 3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan.

57 4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran

D. Indikator Pencapaian

1. Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman berdasarkan kondisi ekologi. 2. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan. 3. Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan kondisi ekologi. 4. Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum.

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN

Umumnya

tanaman

tidak

dapat

tumbuh

secara

baik

apabila

faktor

lingkungannya atau tempat hidupnya tidak sesuai. Misalnya, kuping gajah lebih senang ditempatkan di dalam ruang (tempat teduh) daripada di luar ruangan yang terbuka, sedangkan tanaman mawar lebih menginginkan di tempat-tempat terang yang penuh dengan cahaya matahari. Akan tetapi, terkadang ada juga tanaman yang tumbuh di luar ruangan, dapat tumbuh dan menyesuaikan diri di dalam ruangan tertutup seperti beringin (Ficus elastica). Setiap jenis tanaman lanskap menghendaki iklim yang sesuai untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh tanaman lanskap yang tumbuh normal, subur, dan menghasilkan bunga yang baik, haruslah ditanam pada iklim yang sesuai baginya. Apabila tanaman ditanam pada tempat yang tidak sesuai iklimnya, akan tumbuh tidak normal atau pada mulanya tumbuh baik, tetapi lama-kelamaan pertumbuhannya menurun, lambat laun tanaman akan mati. Untuk menghindari hal tersebut, perlu adanya penyesuaian tahap demi tahap yang berarti tidak secara drastis. Dalam lanskap, tanaman dapat tumbuh baik apabila faktor lingkungan hidupnya seperti tanah, air, cahaya, dan suhu udara diperhatikan. Penempatan suatu tanaman pada tempat tertentu harus disesuaikan dengan lingkungannya. Misalnya, pemilihan jenis tanaman pada tanah yang berkapur atau berpasir akan berbeda dengan daerah yang tanahnya banyak mengandung tanah liat atau humus. Selain itu,

58 suhu dan cahaya setempat juga mempengaruhi pemilihan jenis tanaman karena tanaman sendiri ada yang tahan akan panas dan ada pula yang harus tumbuh di tempat sejuk. Berdasarkan hal tersebut, tanaman untuk penataan lanskap/taman dapat digolongkan menjadi: 1) tanaman pantai, 2) tanaman pegunungan, 3) tanaman air, 4) tanaman batu karang, dan 5) tanaman teduh, setengah teduh, dan panas.

A. Tanaman Pantai

Tanaman pantai adalah semua jenis tanaman yang dapat tumbuh secara normal di pinggir pantai. Dalam hal ini lingkungan seperti tanah, air, angin, suhu serta faktor tumbuh lainnya sesuai. Penanaman tanaman di tepi pantai harus memperhatikan faktor angin dan keadaan tanah. Seperti diketahui, tiupan angin di daerah pantai selalu ada. Oleh karena itu, sebaiknya dipilih tanaman dimana daunnya tidak mudah rontok dan tanamannya tidak mudah rebah. Selain itu, faktor tanah tidak boleh diabaikan karena menanam tanaman yang tidak sesuai dengan kondisi tanah tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Pantai di Indonesia dikelompokkan menjadi pantai berpasir, pantai berlumpur, pantai berawa, dan pantai berbatu (Sugiarto dan Ekariyono, 1996).
1. Pantai Berpasir

Pantai berpasir merupakan pantai yang didominasi oleh hamparan atau dataran pasir, baik yang berupa pasir hitam, abu-abu, atau putih. Selain itu, terdapat lembah-lembah di antara beting pasir. Pantai berpasir banyak terdapat di pesisir Sumatera dan Kalimantan. Tumbuh-tumbuhan yang dominan di hutan pantai berpasir adalah kelapa (Cocos nucifera), cemara laut (Casuarina equisetifolia), waru laut (Hibiscus tiliaceus), dan ketapang (Terminalia catappa). Pantai berpasir biasanya dijadikan kawasan pariwisata pantai karena keindahan alamnya. Kawasan pantai berpasir yang sudah berkembang, misalnya kawasan pantai Sanur dan Kuta (Bali), pantai Pangandaran, Carita, dan Pelabuhan Ratu (Jawa Barat), Parang Tritis (Yogyakarta), pantai Kepulauan Seribu (Jakarta), dan pantai Pasir Putih (Jawa Timur dan Lampung).

59
2. Pantai Berlumpur

Pantai berlumpur merupakan hamparan lumpur sepanjang pantai yang dihasilkan dari proses sedimentasi atau pengendapan, biasanya terletak di dekat muara sungai. Lumpur tersebut terdiri atas partikel-partikel halus yang mengandung humus atau gambut. Tanah pantai ini mempunyai kandungan oksigen yang rendah dan hanya terdapat pada lapisan permukaan, sedangkan kandungan asam sulfidanya cukup tinggi sehingga dapat mereduksi senyawa besi (ferri) di dalam tanah menjadi senyawa ferro sulfida (FeS2) atau pirit. Penampakan fisik tanah pantai ini adalah hitam dengan nilai pH (derajat keasaman) antara 3 5. Tanah pantai ini berasal dari endapan lumpur yang dibawa oleh aliran sungai. Lumpur yang berasal dari laut mengandung cangkang-cangkang foraminifera, fragmen-fragmen karang, cangkang moluska, dan bahan lain yang menjadi sumber kapur yang penting bagi pantai berlumpur. Kualitas tanah pantai berlumpur tergantung pada sumber endapan aluviumnya. Sungai yang mengalir melalui daerah bertanah vulkanik akan membawa endapan aluvium yang berkualitas tinggi, sedangkan sungai yang melalui daerah berkapur dan berbatu (kuartz dan granit) akan membawa endapan aluvium yang berkualitas rendah. Struktur dan komposisi tumbuhan di kawasan pantai berlumpur Indonesia merupakan formasi hutan mangrove. Mangrove adalah sekumpulan pohon dan semak-semak yang tumbuh di daerah pasang surut. Tumbuhan mangrove memiliki fungsi yang istimewa karena dapat beradaptasi pada lingkungan yang mengandung garam dengan bentuk lahan berupa pantai dan kondisi tanah yang hampa udara (berlumpur). Hutan mangrove didominasi oleh bakau hitam (Rhizophora mucronata), bakau putih (Rhizophora apiculata), api-api (Avicennia sp), tanjang (Bruguiera
gymnorrhiza), pedada (Sonneratia alba), buta-buta (Exoecaria sp), dan nibung

(Oncosperma tigillaria). Selain menghasilkan kayu, hutan mangrove juga menghasilkan bahan penyamak atau bahan pewarna. Tunas-tunas baru selalu tumbuh dalam hutan mangrove sehingga kawasan hutan menjadi luas. Akibatnya, lambat laun daratan pun makin meluas ke arah laut. Hutan mangrove memberikan perlindungan terhadap daratan dari ancaman erosi. Hutan mangrove juga berfungsi sebagai tempat

60 pelestarian populasi ikan, udang, kepiting, dan kerang-kerangan. Di dalam perairan hutan mangrove banyak terdapat jenis alga dan plankton yang menjadi sumber makanan bagi biota-biota tadi. Daun, dahan, dan pohon-pohon mangrove yang telah tua akan tumbang dan didekomposisi oleh fungi dan bakteri menjadi bahan organik. Selanjutnya bahan organik ini akan menjadi penyubur tanah dan menjadi bahan makanan bagi biota lainnya.
3. Pantai Berawa

Pantai berawa merupakan daerah yang tergenang air, baik secara permanen ataupun temporer. Tanah dan air pantai ini memiliki tingkat keasaman yang tinggi. Hutan pantai berawa umumnya ditumbuhi oleh jenis tumbuhan seperti nipah (Nypa
fructicans),

kelapa

(Cocos

nucifera),

sagu

(Metrorylon

sago),

dan

nibung

(Oncosperma tigillaria).
4. Pantai Berbatu

Pantai berbatu umumnya terdiri dari bongkahan-bongkahan batuan granit. Pantai seperti ini terdapat di Kepulauan Anambas, Natuna, Pulau Buton, dan pantai selatan Jawa (Pelabuhan Ratu dan Ujung Kulon). Hutan pada pantai ini umumnya tergolong formasi butun (Baringtonnia). Pantai ini langsung ke laut dan tidak berpasir. Di sela-sela bebatuan kadang ditumbuhi kelapa (Cocos nucifera), pandan (Polalthis
glanen), ketapang (Terminalia cattapa), dan waru laut (Hibiscus tiliaceus).

B. Tanaman Pegunungan

Tanaman pegunungan adalah tanaman-tanaman yang dapat tumbuh normal di pegunungan, baik yang berbentuk pohon maupun semak. Pada umumnya tanaman pegunungan berbentuk pohon dan mempunyai sistem perakaran yang kuat yang berfungsi untuk menahan terkikisnya lapisan tanah bagian atas (erosi). Contoh tanaman pegunungan (Gambar 12), antara lain, pinus (Pinus mercusii), damar (Agathis alba), bunga sikat botol (Callistemon citrinus), kayu manis merah (Cinnamomum burmanii), kayu putih (Eucalyptus alba), kecrutan (Spathodea
campanulata), dan bungur (Lagerstroemia loudonii).

61

(a)

(b)

(c)

Gambar 12. Tanaman pegunungan: (a) damar (Agathis dammara), (b) kayu manis (Cinnamomum burmanni), dan (3) bunga sikat botol (Callistemon citrinus)
C. Tanaman Air

Begitu banyak ragam tanaman air yang dapat dijadikan pilihan untuk memperindah kolam atau taman. Namun, sebelum memutuskan untuk memilihnya, harus diketahui terlebih dahulu tipe dan karakter tanaman-tanaman air tersebut. Tipe dan karakter setiap tanaman air otomatis berpengaruh terhadap tujuan dan pemanfaatannya. Dengan kata lain, mengetahui tipe dan karakter berbagai tanaman air akan lebih memudahkan perencanaan aspek praktis tanaman air tersebut.

Foto: Nurfaida (2007)

62 Ada empat tipe tanaman air yang dikenal, yaitu tanaman air oksigen, tanaman air lumpur, tanaman air pinggir, dan tanaman air mengapung (Marianto, 2001).
1. Tanaman Air Oksigen (Oxygenerator)

Tanaman

ini

disebut

sebagai

tanaman

air

oksigen

karena

mampu

membersihkan udara sekaligus menyerap kandungan garam yang berlebihan di dalam air. Fungsi lainnya adalah sebagai tempat berlindung dan menyimpan telur ikan. Seluruh bagian tanaman ini tenggelam dalam air. Lazimnya digunakan sebagai tanaman penghias akuarium. Contoh tanaman air oksigen, antara lain, spatterdock (Nuphar japonicum), varen (Synnema triflorum), dan red talenthera (Talenthera
lilaciana) 2. Tanaman Air Lumpur (Bog Plant)

Sesuai dengan namanya, tanaman jenis ini habitat aslinya daerah berlumpur dan sedikit digenangi air. Termasuk tanaman air lumpur, antara lain, typha (Typha
angustifolia), anggrek air/iris, pisang air (Typhonodorum lindleyanum), dan papyrus

(Cyperus papyrus). Apabila digunakan sebagai penghias kolam yang terbuat dari tanah, bog plant dapat langsung ditancapkan. Dapat juga ditanam dahulu di dalam pot. Tanaman ini sering digunakan untuk menciptakan kesan alami pada kolam. Ada yang menganggap bog plant sama dengan marginal plant dengan pertimbangan tempat hidupnya sama-sama di pinggiran kolam. Ada juga yang membedakan tidak hanya dari tempat tumbuhnya, tetapi juga dari jenis media tanamnya.
3. Tanaman Air Pinggir (Marginal Plant)

Tanaman jenis inilah yang paling banyak dijumpai. Tanaman air pinggir memiliki akar dan batang yang terendam di dalam air. Namun, sebagian besar batangnya justru menyembul ke permukaan air. Selain batang, bagian daun dan bunganya juga berada di atas permukaan air. Media tanamnya berupa tanah yang terendam di dalam air. Karena sosoknya yang tumbuh meninggi, biasanya ditanam di bagian pinggir kolam sebagai latar belakang (background) kolam. Contoh tanaman air pinggir adalah rumput payung (Cyperus alternifolius), apu-apu (Pastia stratiotes), dan ekor kucing (Typha angustijolia).

63
4. Tanaman Air Mengapung (Floating Plant)

Tidak seperti umumnya tanaman air, akar tanaman ini tidak tertanam dalam tanah, melainkan mengapung di permukaan air. Karena itulah ia dinamakan floating
plant. Tanaman ini tidak memerlukan tanah sebagai media tanamnya sehingga cara

menanamnya lebih gampang, yakni tinggal meletakkannya di atas permukaan air. Tanaman ini hidup dari menyerap udara dan unsur hara yang terkandung di dalam air. Contoh tanaman ini eceng gondok (Eichornia crassipes) dan azolla (Azolla
pinnata).

Tanaman ini memiliki keunggulan dalam kegiatan fotosintesis, penyediaan oksigen, dan penyerapan sinar matahari. Bagian dinding permukaan akar, batang, dan daunnya memiliki lapisan yang sangat peka sehingga pada kedalaman yang ekstrem sampai 8 meter di bawah permukaan air masih mampu menyerap sinar matahari serta zat-zat yang larut di bawah permukaan air. Akar, batang, dan daunnya juga memiliki kantung-kantung udara sehingga mampu mengapung di air. Hal yang perlu diperhatikan bila memilih tanaman mengapung sebagai salah satu komponen taman air atau kolam adalah kepadatan populasinya. Jangan sampai keberadaannya menutupi atau memenuhi seluruh permukaan kolam.

D. Tanaman Batu Karang

Tanaman batu karang tumbuh di tempat yang berbatu-batu. Tanaman ini kurang memerlukan air untuk pertumbuhannya dan biasanya tahan terhadap kekeringan. Umumnya batangnya banyak mengandung air dan tidak berkayu. Contohnya tanaman batu karang, antara lain, yucca (Yucca gloriosa), sansiviera (Sanseviera ehrenbergii), dan agave (Agave americana) (Gambar 13).
Foto: Nurfaida (2007)

(a)

(b)

(c)

Gambar 13. Tanaman batu karang: (a) yucca (Yucca gloriosa), (b) sansiviera (Sanseviera ehrenbergii), dan (c) agave (Agave americana)

64
E. Tanaman Teduh, Setengah Teduh, dan Panas

Tanaman teduh adalah tanaman yang hanya dapat tumbuh baik di tempat yang teduh atau tanaman yang tumbuh di tempat yang tidak langsung disinari matahari. Kalau ditanam di tempat terbuka, pertumbuhannya akan terhambat, bahkan dapat mengalami kematian. Contoh tanaman teduh adalah kuping gajah (Anthurium
crystallinum). Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah atau di pegunungan,

membutuhkan cahaya, suhu, dan air yang sedang. Contoh lain, antara lain, aglonema (Aglaonema sp), paku sarang burung (Asplenidum nidus), mosaik (Fittonia sp), dan pilodendron (Philodendron sp). Tanaman setengah teduh terletak antara tanaman teduh dan tanaman panas. Tanaman ini dapat tumbuh secara normal di tempat yang agak teduh, tetapi tidak terlalu panas. Contohnya, antara lain, drasena (Dracaena fragrans), maranta (Marantha sp), dan sansiviera (Sansiviera sp). Tanaman panas adalah semua jenis tanaman yang dapat tumbuh normal apabila ditanam di tempat panas atau tempat yang langsung disinari matahari. Contoh bogenvil (Bougainvillea spectabilis), untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik sebaiknya ditanam di tempat yang mendapat sinar matahari penuh sehingga warna bunga akan lebih terang.

F. Rangkuman

Tanaman dapat tumbuh baik apabila faktor lingkungan hidupnya seperti tanah, air, cahaya, dan suhu udara diperhatikan. Penempatan suatu tanaman pada tempat tertentu harus disesuaikan dengan lingkungannya. Oleh karena itu, untuk penataan lanskap/taman tanaman digolongkan menjadi 1) tanaman pantai, 2) tanaman pegunungan, 3) tanaman air, 4) tanaman batu karang, dan 5) tanaman teduh, setengah teduh, dan panas.

65
PENUTUP A. Tugas dan Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang seleksi tanaman berdasarkan kondisi ekologi, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda! 1. Jelaskan penggolongan tanaman berdasarkan ekologi. 2. Jelaskan apa yang dimaksud tanaman pantai, tanaman pegunungan, tanaman air, tanaman batu karang, dan tanaman teduh, setengah teduh, dan panas. 3. Sebutkan contoh-contoh tanaman berdasarkan penggolongan tersebut.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus

memperhatikan rambu-rambu berikut: 1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kawan-kawan Anda. 2. Renungkan tentang seleksi tanaman berdasarkan kondisi ekologi.

B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran

Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini! 1. Contoh tanaman pegunungan adalah............. (a) Tanjang (b) Pedada (c) Ketapang (d) Kecrutan 2. Azolla merupakan contoh tanaman air ............. (a) Oksigen (b) Lumpur (c) Pinggir (d) Mengapung 3. Hal yang perlu diperhatikan bila memilih tanaman mengapun sebagai komponen taman adalah............. (a) Kepadatan populasi (b) Panjang akar

66 (c) Ketinggian tanaman (d) Ukuran daun 4. Karakteristik dari tanaman batu karang adalah............. (a) Berkayu (b) Batang banyak mengandung air (c) Kemampuan menyerap sinar matahari (d) Sosoknya yang tumbuh meninggi 5. Bougenvil ditanam di tempat yang mendapat sinar matahari penuh agar............. (a) Jumlah daunnya lebih banyak (b) Batangnya lebih tinggi (c) Warna bunga lebih terang (d) Warna daun lebih muda Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 5. Rumus: Jumlah jawaban yang benar 100% 5 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: Tingkat penguasaan = 90% 80% 70% - 100% 89% 79% 69% = baik sekali = baik = cukup = kurang

Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup memahami Bab 5. Anda dapat meneruskan pada Bab 6. Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 5, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

67
C. Sumber/Referensi

1. Arifin HS. 2007. Tanaman Hias Tampil Prima. Jakarta: Penebar Swadaya. 2. Lestari G, IP. Kencana IP. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya. 3. Marianto LA. 2001. Tanaman Air. Jakarta: Agromedia Pustaka. 4. Sugiarto, W. Ekariyono. 1996. Penghijauan Pantai. Jakarta: Penebar Swadaya.

D. Kunci Jawaban

1. d 2. d 3. a 4. b 5. c

68

BAB 6

SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN HABITUS FUNGSIONAL

PENDAHULUAN

Berdasarkan habitus fungsional, tanaman dapat digolongkan dengan ciri khas (bunga, daun, buah atau tajuk), watak dan kebiasaan (ciri pertumbuhan, cepat lambatnya), kesukaan dan kegunaan suatu tanaman. Muncullah istilah tanaman berbunga indah, berdaun indah, tanaman peneduh, dan sebagainya. Penggolongan tanaman berdasarkan habitus fungsional disebabkan oleh banyak di antara tanaman lanskap kebiasaannya hanya dapat tumbuh secara normal di tempat teduh dan adapula hanya dapat tumbuh baik di tempat terbuka (outdoor). Selain itu, fungsi tanaman dalam lanskap harus pula diperhatikan. Peletakan setiap jenis tanaman haruslah disesuaikan dengan apa maksud dan tujuan dari tanaman tersebut. Apakah ditanam sebagai pelindung ataukah sebagai pagar dan lain sebagainya. Dalam pembangunan kota, adanya taman dan tanaman merupakan tuntutan mutlak. Selain berfungsi sebagai paru-paru kota, tanaman juga berfungsi sebagai penghias lingkungan. Dalam hal pembersihan udara, banyak macam pepohonan yang dapat menahan pengotoran udara, terutama di kota-kota besar. Daun-daun menahan debu dan asap yang diterbangkan oleh angin sehingga dapat mengurangi kotornya lingkungan. Juga dalam upacara adat, kepercayaan, dan agama, penggunaan tanaman lanskap mempunyai fungsi yang tidak kurang pula.

E. Sasaran Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi tanaman berdasarkan habitus fungsional melalui makalah hasil diskusi collaborative
learning secara berkelompok dan praktikum.

69
F. Strategi Pembelajaran

1. Collaborative learning 2. Praktikum

G. Kegiatan Belajar

Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan: 1. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai seleksi tanaman berdasarkan habitus fungsional melalui sumber bacaan dan internet. 2. Mahasiswa aktif melakukan kegiatan diskusi di kelas dan praktikum. 3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan. 4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.

H. Indikator Pencapaian

1. Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman berdasarkan habitus fungsional. 2. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan. 3. Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan habitus fungsional. 4. Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum.

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN

Berdasarkan habitus fungsional, tanaman lanskap dapat digolongkan sebagai berikut.


A. Tanaman Indoor dan Outdoor

Tanaman indoor adalah semua jenis tanaman lanskap yang dapat ditanam dalam rumah atau dengan kata lain tanaman yang dapat tumbuh secara normal di tempat teduh (tertutup) atau setengah teduh. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penggunaan tanaman indoor adalah warna daun, jumlah daun, tinggi tanaman, warna bunga, waktu berbunga, dan kesanggupan tanaman untuk hidup di tempat teduh. Selain itu, jika ingin menempatkan tanaman dalam ruang, harus menjamin

70 kondisi iklim mikro di dalam ruangan yang berhubungan dengan kebutuhan masingmasing tanaman (Nurhayati dan Arifin, 2000). Warna daun dan bunga harus disesuaikan dengan warna ruangan sehingga diperoleh kesan yang harmonis. Jumlah daun dan tinggi tanaman juga disesuaikan dengan keadaan ruangan. Contoh tanaman indoor, antara lain, kuping gajah (Anthurium chrystallium), kembang rejeki (Aglaonema sp), begonia (Begonia sp), suplir (Adiantum raddianum), daun bahagia (Dieffenbachia picta), daun doa (Asplenium nidus), dan monstera (Monstera deliciosa). Contoh penggunaan tanaman indoor dalam desain taman dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Penggunaan tanaman indoor dalam desain taman Tanaman outdoor adalah tanaman hias yang dapat tumbuh secara normal di tempat terbuka (langsung terkena sinar matahari). Contoh tanaman outdoor, antara lain, kembang kertas (Bougenvillia
spectabilis),

kembang

sepatu

(Hibiscus

rosasinensis), oleander (Nerium indicum), lantana (Lantana camara), soka (Ixora sp),

serta semua jenis pohon, perdu, dan semak.

B. Tanaman Peneduh/Parkir

Pohon peneduh adalah pohon-pohon yang digunakan sebagai pelindung karena daunnya rimbun, baik untuk menahan sinar matahari maupun tiupan angin kencang. Hal yang perlu diperhatikan dalam menata lanskap yang berfungsi sebagai peneduh adalah mahkota harus besar/lebar, daun-daun tumbuh rapat/rimbun, buah

Foto: Nurfaida (2009; 2010)

71 tidak terlalu besar yang dapat jatuh menimpa di bawahnya, dan tidak menggugurkan daunnya sekaligus. Contoh tanaman peneduh/parkir, antara lain, kirai payung (Filicium decipiens), tanjung (Mimusops elengi), damar (Agathis alba), trengguli (Cassia fistula), daun saputangan (Maniltoa grandiflora), dan mahoni (Swietania mahagoni).

C. Pohon Tepi Jalan

Pohon tepi jalan adalah pohon-pohon yang ditanam di tepi jalan yang berfungsi, antara lain, sebagai pelindung, penahan debu, dan pengarah jalan. Persyaratan pohon tepi jalan adalah a) memiliki tajuk yang dapat memberi naungan, tetapi tidak terlalu teduh, b) tidak menggugurkan daunnya secara sekaligus, c) batangnya kuat dan lurus dengan percabangan yang tegak dan kompak, 4) percabangannya lebih kurang 2 meter di atas permukaan tanah, 5) perakarannya dalam hingga tidak merusak konstruksi jalan dan drainase, dan 6) tanaman berasal dari perbanyakan secara generatif/biji. Contoh pohon tepi jalan, antara lain, tanjung (Mimusops elengi), cempaka (Michelia champaca), kenari (Canarium commune), asam (Tamarandus indica), dan mahoni (Swietania mahagoni).

D. Tanaman Median Jalan

Tanaman median jalan adalah tanaman yang ditanam di median jalan. Persyaratan tanaman median jalan adalah a) jenis perdu/semak berbunga, b) bermassa dan padat, dan tinggi tanaman lebih kurang 1,5 meter. Contoh tanaman median jalan, antara lain, kembang merak (Caesalpinia pulcherrima), oleander (Nerium oleander), kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), kaliandra (Calliandra
haemathocephala), dan kaca piring (Gardenia augusta).

E. Tanaman Pagar

Tanaman pagar adalah suatu garis atau barisan permanen yang padat dari tumbuh-tumbuhan yang hidup, biasanya diatur dalam bentuk yang hampir sama dengan maksud untuk menggantikan pagar. Tanaman pagar terdiri atas tumbuhan yang bertahan lama membentuk pertumbuhan yang rapat dan tak tembus pandang.

72 Umumnya tanaman pagar berupa semak yang merupakan tanaman pinggiran yang tumbuh rendah dan berfungsi sebagai garis sementara. Dalam pembuatan pagar dari tanaman, hendaknya dipertimbangkan segi keharmonisan dan keindahannya. Pemangkasan dan pemeliharaan yang teratur diperlukan sehingga pagar tumbuh baik serta mengikuti bentuk yang dikehendaki. Contoh tanaman pagar, antara lain, pangkas-pangkasan (Duranta repens), kemuning (Murraya paniculata), bunga ungu (Bougenvillia glabra), bambu siam (Thyrsostachy
siamensis), dan akalipa (Acalypha wilkesiana).

F. Tanaman Border/Tepi

Tanaman border atau tanaman batas adalah suatu penanaman yang terbatas sepanjang suatu garis batas atau pemisah. Biasanya luas border (lebar) kira-kira 1 meter sehingga border tersebut dapat dirawat dari satu sisi dan bahkan lebih baik lagi apabila dapat dirawat dari kedua sisi. Jadi border merupakan suatu garis batas dari suatu lanskap yang dapat membatasi pekarangan, taman atau daerah yang lain. Pada umumnya tanaman border terdiri atas tanaman perdu/semak dan tanaman semusim yang tumbuhnya agak rendah. Sebagai tanaman border, pemeliharaan terutaman pemangkasan sangat diperlukan agar tumbuhnya tidak terlalu tinggi. Contoh tanaman border, antara lain, Codiaeum variegatum,
Althernanthera ficoidea, Chlorophytum sp, Dracaena sanderium, dan Iresine herbetsii.

G. Tanaman Penutup Tanah

Tanaman penutup tanah (groundcover) merupakan tanaman rendah non rumput setinggi 10 40 cm. Kelompok penutup tanah ini banyak sekali macamnya, ada yang menarik karena bunganya, tekstur daunnya, dan kepadatan/kekompakan tumbuhnya. Tanaman penutup tanah berfungsi untuk mencegah tanah menjadi becek pada musim hujan dan mengurangi pengikisan tanah oleh air. Keindahannya menutupi tanah-tanah yang terbuka (tanpa tanaman) sehingga memberikan kesan yang menyenangkan. Contoh tanaman penutup tanah, antara lain, kriminil (Althernanthera ficoidea), bayam-bayaman (Amaranthus sp), sambang darah

73 (Hemigrafis odorata), sutera bombay (Portulaca grandiflora), plumbago (Plumbago


capensis), pedang-pedangan (Sanseviera sp), dan verbena (Verbena laciniata).

Tanaman bawah pohon (undercover) adalah tanaman penutup tanah yang ditanam di bawah pohon. Persyaratan tanaman tersebut adalah tahan terhadap naungan dan titik-titik air dari pohon. Contoh tanaman bawah pohon, antara lain, kencur-kencuran (Kaempferia pluchera), violces (Saintpaulia ionantha), kembang rejeki (Aglaonema sp), daun zebra (Zebrina pendula), dan daun perak (Pilea
cadierei).

H. Tanaman Berdaun/Berbunga Indah

Tanaman berdaun/berbunga indah ialah tanaman hias yang memperlihatkan keindahan, baik dari daunnya maupun bunganya. Keindahan tersebut berupa warna dan bentuk sehingga dengan penempatan yang teratur dalam taman dapat memberikan kesan menarik. Jenis tanaman ini terdiri atas tanaman bentuk pohon, semak, memanjat atau semusim. Contoh tanaman berdaun/berbunga indah, antara lain, nusa indah (Mussaenda
philippica),

akalipa

(Acalypha

wilkesiana),

anturium

(Anthurium

crystallinum), dan bougenvil (Bougainvillea spectabilis).

I. Tanaman Memanjat/Pergola

Tanaman memanjat (climber) adalah tanaman yang tumbuh di tanah atau bidang apa saja seperti tembok dan struktur pendukung lain sebagai tempat menggantungkan diri atau membelit untuk pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman memanjat dapat berupa vines (tidak berkayu; berupa terna atau tanaman berbatang lunak) ataupun liana (tanaman berkayu yang memanjat). Tanaman melakukan pemanjatan sebagai usaha untuk beradaptasi dengan lingkungan dan mendapatkan sinar matahari serta menampakkan bunga kepada agen untuk membantu penyerbukan (Griffiths, 1994). Tanaman memanjat biasanya membutuhkan naungan dan arah rambatannya ke sumber cahaya. Tanaman memanjat di habitat aslinya, beradaptasi untuk memanfaatkan cabang atau batang tanaman lain sebagai tempat bertumpu.

74 Berdasarkan mekanisme pemanjatan, ada lima pengelompokan tanaman memanjat (Menninger, 1970). Akan tetapi, pada pengelompokan ini ada kemungkinan terjadi overlap, karena dalam proses pemanjatan ada kemungkinan tanaman tersebut mengalami kesulitan saat melakukan panjatan, pada saat itu tanaman tersebut dapat merubah cara pemanjatannya. Misalnya pada spesies Boston-ivy (Parthenocissus tricuspidata) yang menggunakan sulur untuk memanjat, tetapi jika ditanam menggunakan teralis kawat maka akan tumbuh dengan cara
weaving (zig-zag diantara celah teralis) dan tidak ditemukan sulur pada tanaman

tersebut. Lima cara pemanjatan yang dipergunakan oleh tanaman memanjat adalah 1)
learners, mekanisme memanjat yang primitif, tanaman yang memanjat dengan

metode ini tidak mempunyai kemampuan untuk melekat pada bidang panjat, untuk itu harus didukung agar bisa tumbuh ke atas (misal pada Allamanda cathartica), 2) thorn
clingers, melekat pada bidang panjat dengan menggunakan duri (misal pada Euphorbia milii),

3)

weaver,

dengan

cara

zig-zag

pada

bidang

panjat

(Trachelospermum jasminoides), 4) graspers, menggunakan modifikasi bagian tanaman (batang maupun daun) yang membantu melekat pada bidang panjat (Bauhinia galpinii), dan 5) rooters, menggunakan akar yang tumbuh dari ruas-ruas batang untuk memanjat (Hedera helix). Tanaman memanjat banyak digunakan dalam lanskap untuk berbagai keperluan, sebagai tanaman hias baik luar ruangan (outdoor) maupun tanaman dalam ruang (indoor). Sesuai dengan cara tumbuhnya, tanaman ini digunakan sebagai penghias atau pelembut permukaan vertikal yang tampak kaku dan gersang. Di kota-kota besar banyak bentuk atau permukaan bidang vertikal yang terbentuk, baik yang ternaungi maupun yang tidak ternaungi, seperti bangunan tinggi dan jalan layang (fly over). Pada dinding sebuah taman yang paling sempit sekalipun dengan lahan yang sangat terbatas tanaman memanjat dapat tumbuh. Tanaman memanjat yang termasuk tanaman hias daun banyak digunakan sebagai penghias atau dekorasi di tempat-tempat penting seperti hotel, perkantoran, pusat perbelanjaan dan tempat tinggal. Beberapa contoh penggunaan tanaman memanjat dalam lanskap dapat dilihat pada Gambar 15.

75

Gambar 15. Penggunaan tanaman memanjat dalam lanskap Beberapa jenis tanaman ini juga dapat difungsikan sebagai tanaman penutup tanah (groundcover) untuk menggantikan hamparan rumput, sebagai pagar tanaman untuk membatasi daerah pribadi, dan sebagai peneduh. Sering juga terlihat beberapa tanaman memanjat sengaja dibuatkan bidang panjat dengan bentuk beraneka ragam sesuai dengan selera pemiliknya seperti pergola, tripod (kaki tiga), arch (bangunan melengkung yang dipakai sebagai gerbang) dan colonnade (deretan tiang yang dihubungkan dengan tali serta gazebo. Tanaman memanjat dapat digunakan untuk mengurangi panas karena terkena sorotan sinar matahari, misalnya pada dinding gedung dan beranda rumah. Untuk menciptakan suasana rumah yang asri, tanaman hias memanjat bisa menjadi pilihan. Selain membuat suasana teduh, bunganya pun tak kalah menawan dari jenis tanaman hias lainnya. Beberapa jenis tanaman juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman bedengan (bedding plants) dan juga digunakan sebagai tanaman gantung (hanging basket plants). Dapat ditanam untuk dirambatkan pada pergola atau digantung di tiang-tiang pergola.

76
J. Tanaman Rumput Lapangan

Tanaman rumput lapangan adalah jenis-jenis rumput yang dipergunakan untuk menutupi permukaan tanah yang hanya terdiri atas lapisan tanah saja. Halaman pekarangan sedapat mungkin tidak dibiarkan terbuka tanpa adanya tanaman di atasnya, sebab pada musim hujan akan menjadi becek. Oleh karena itu, tanah tersebut perlu ditanami dengan rumput-rumputan. Halaman rumput yang tumbuh baik dan rata sudah merupakan elemen taman yang menyenangkan. Rumput dapat digunakan untuk menutupi lapangan luas seperti lapangan olah raga. Kriteria rumput untuk lapangan olah raga harus mempunyai kemampuan tumbuh yang baik serta memiliki daya adaptasi terhadap air, suhu, dan tanah yang baik. Rumput juga harus memiliki fleksibilitas dan resistensi untuk mengakomodasi aktivitas lari, melompak, dan menginjak dalam kegiatan olah raga (Munandar dan Hardjosuwignyo, 1990; Kumurur, 1998). Contoh tanaman rumput untuk lapangan luas, antara lain, rumput paitan (Axonopus
compresus)

dan

rumput

golf

(Eragrostis

sp).

Untuk

lapangan

terbatas/sempit, antara lain, rumput manila (Zoysea matrella), rumput Jepang (Zoysea japonica), dan rumput peking (Agrotis stolonifera).

K. Tanaman Lapangan Rumput

Tanaman lapangan rumput adalah jenis tanaman yang ditanam secara sendiri atau secara berkelompok pada lapangan rumput karena bentuknya yang menarik (eksotik). Tanaman ini juga berfungsi untuk memberi aksen pada hamparan hijau yang luas. Kehadiran tanaman lapangan rumput akan lebih menonjol apabila ditempatkan secara sendiri-sendiri, dengan dasar rumput-rumput lapangan yang teratur baik dibandingkan bila ditanam bercampur dengan tanaman lain. Contoh tanaman lapangan rumput, antara lain, pinang merah (Cyrtostachys lakka), cemara papua (Cupressus papuana), palem ekor tupai (Wodyetia bifurcata), dan palem puteri (Veitchia merrillii).

77
L. Rangkuman

Penggolongan tanaman berdasarkan habitus fungsional terdiri atas tanaman


indoor dan outdoor, tanaman peneduh/parkir, pohon tepi jalan, tanaman median

jalan, tanaman pagar, tanaman border/tepi, tanaman penutup tanah, tanaman berdaun/ berbunga indah, tanaman memanjat/pergola, tanaman rumput lapangan, dan tanaman lapangan rumput.

PENUTUP A. Tugas dan Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang seleksi tanaman berdasarkan habitus fungsional, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda! 1. Jelaskan penggolongan tanaman berdasarkan habitus fungsional. 2. Jelaskan apa yang dimaksud tanaman indoor dan outdoor, tanaman peneduh, pohon tepi jalan, tanaman median jalan, tanaman pagar, tanaman border, tanaman penutup tanah, tanaman berdaun/berbunga indah, tanaman memanjat, tanaman rumput lapangan, dan tanaman lapangan rumput. 3. Sebutkan contoh-contoh tanaman berdasarkan penggolongan tersebut.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus

memperhatikan rambu-rambu berikut: 1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kawan-kawan Anda. 2. Renungkan tentang seleksi tanaman berdasarkan habitus fungsional.

B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran

Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini! 1. Karakteristik tanaman yang berfungsi sebagai peneduh adalah............. (a) Mahkota kecil (b) Daun tumbuh rapat (c) Batangnya tinggi

78 (d) Menggugurkan daun sekaligus 2. Persyaratan tanaman median jalan adalah............. (a) Jenis pohon (b) Bermassa dan padat (c) Tinggi tanaman >2 m (d) Tanaman hias daun 3. Alasan lebar penanaman border sekitar 1 m adalah............. (a) Mudah pemeliharaan (b) Mudah dilihat (c) Mudah dilewati (d) Mudah membatasi tapak 4. Tanaman yang ditanam pada lapangan rumput karena bentuknya yang menarik disebut tanaman............. (a) Berdaun indah (b) Berbunga indah (c) Lapangan rumput (d) Rumput lapangan 5. Contoh tanaman undercover adalah............. (a) Sutera bombay (b) Daun perak (c) Sambang darah (d) Verbena Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 6. Rumus: Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar 100% 5

79 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90% 80% 70% - 100% 89% 79% 69% = baik sekali = baik = cukup = kurang

Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup memahami Bab 6. Anda dapat meneruskan pada Bab 7. Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 6, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

C. Sumber/Referensi

1. Griffiths M. 1994. Manual of Climbers and Wall Plants. New York: Macmillan. 2. Kumurur VA. 1998. Rumput Lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya. 3. Menninger E. 1970. Flowering Vines of The World, An Encyclopedia of
Climbing Plants. New York: Heartside Press Incorporated.

4. Munandar A, S. Hardjosuwignyo. 1990. Rumput Lanskap. Bogor: IPB. 5. Nurhayati, HS. Arifin. 2000. Taman dalam Ruang. Jakarta: Penebar Swadaya.

D. Kunci Jawaban

1. b 2. b 3. a 4. c 5. b

80

BAB 7
Tanaman

FUNGSI TANAMAN DALAM LANSKAP

PENDAHULUAN

merupakan

bagian

dari

ekosistem,

mutlak

diperlukan

keberadaannya untuk kelangsungan hidup manusia, tanaman, dan hewan. Selain itu, tanaman juga memberi kesan menarik dan menyenangkan. Oleh karena itu, tanaman tidak hanya mengandung/mempunyai nilai estetika saja, tetapi juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lingkungan.

A. Sasaran Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan fungsi tanaman dalam lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum.

B. Strategi Pembelajaran

1. Cooperative learning 2. Praktikum

C. Kegiatan Belajar

Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan: 1. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai fungsi tanaman dalam lanskap melalui sumber bacaan dan internet. 2. Mahasiswa aktif melakukan kegiatan diskusi di kelas dan praktikum. 3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan. 4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.

81
D. Indikator Pencapaian

1. Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai fungsi tanaman dalam lanskap. 2. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan. 3. Kemampuan melakukan praktikum fungsi tanaman dalam lanskap. 4. Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum.

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN

Secara umum, fungsi tanaman dalam lanskap meliputi fungsi ameliorasi iklim (climate amelioration), rekayasa lingkungan (engineering use), penggunaan untuk keperluan arsitektural (architectural use), dan pengunaan untuk estetika/keindahan (aesthetics use). Selanjutnya dijabarkan secara detail menjadi beberapa fungsi, antara lain, 1) mengontrol radiasi, suhu, dan kelembaban, 2) penahan angin, 3) penahan silau, 4) penaung dari hujan, 5) mengontrol erosi, 6) mengontrol siklus hidrologi, 7) memperbaiki kualitas udara, 8) mengurangi bising, 9) mengharumkan udara, 10) menyediakan habitat satwa liar, 11) membentuk ruang (lantai, dinding, dan atap), 12) membentuk ruang vertikal/horizontal, 12) menyempitkan dan meluaskan ruang, 13) sebagai penyekat (screen), 14) sebagai pagar (barrier), 15) sebagai pembatas (border), 16) sebagai pengarah, 17) menampilkan ciri fisik yang dapat diindera, 18) membingkai view, 19) memberi latar belakang, 20) menonjolkan obyek tertentu, 21) melembutkan garis dan massa bangunan, 22) menyatukan elemen arsitektur bangunan, dan 23) menciptakan pola bayangan.

A. Mengontrol Radiasi, Suhu, dan Kelembaban

Tanaman dapat menyerap panas dan memantulkan pancaran sinar matahari sehingga dapat menurunkan suhu iklim mikro. Selain itu, tanaman juga mampu meningkatkan kelembaban udara dan presipitasi air hujan melalui evapotranspirasi sehingga meningkatkan kenyamanan sekitar. Tanaman dalam lingkungan iklim mikro dapat menurunkan suhu udara dengan adanya naungan pohon dan evapotranspirasi tanaman. Tegakan hijau pohon mampu mengurangi energi sinar matahari yang sampai ke permukaan tanah sehingga

82 mampu mempengaruhi suhu udara. Pepohonan, semak belukar, dan rerumputan dapat mengubah suhu. Daun-daun dapat mengintersepsi, refleksi, mengabsorpsi, dan mentrasmisikan sinar matahari dimana efektivitasnya tergantung kepada spesiesnya, misalnya rindang, berdaun, bercabang, dan beranting banyak.

B. Penahan Angin

Tanaman berguna sebagai penahan, penyerap, dan mengalirkan tiupan angin sehingga menimbulkan iklim mikro. Jenis tanaman yang dipakai harus diperhatikan tinggi pohon, bentuk tajuk, jenis, kepadatan tajuk tanaman, serta lebar tajuk. Komposisi tanaman yang berbeda ketinggian mampu mengurangi kecepatan angin sekitar 40-50%. Jika pohon sebagai penahan angin, secara tidak langsung harus dapat menurunkan suhu (pohon jangan terlalu masif). Faktor yang menentukan fungsi pohon sebagai penahan angin, antara lain, tinggi pohon, penetrability, dan kepadatan tajuk optimum (50 60%).

C. Penahan Silau

Tanaman dapat menahan silau yang ditimbulkan oleh sinar matahari, lampu jalan, dan sinar lampu kendaraan pada jalan raya dan bangunan. Peletakan tanaman di sisi jalan atau jalur tengah jalan sebaiknya dipilih pohon atau perdu padat. Pada jalur jalan raya bebas hambatan, penanaman pohon tidak dibenarkan pada jalur median jalan. Sebaiknya pada jalur median jalan ditanami tanaman semak, agar sinar lampu kendaraan dari arah yang berlawanan dapat dikurangi. Peletakan tanaman dapat menahan pantulan sinar dari perkerasan, hempasan air hujan, dan menahan jatuhnya sinar matahari ke daerah yang menimbulkan keteduhan.

D. Penaung dari Hujan

Tanaman mampu meningkatkan kelembaban udara dan presipitasi air hujan melalui evapotranspirasi sehingga meningkatkan kenyamanan sekitar.

83
E. Pencegah Erosi (Erosion Control)

Kegiatan manusia dalam menggunakan lahan, selain menimbulkan efek positif juga menyebabkan efek negatif terhadap kondisi tanah/lahan. Misalnya dalam pembentukan muka tanah, pemotongan dan penambahan muka tanah (cut and fill), penggalian tanah untuk danau buatan. Kondisi tanah menjadi rapuh dan mudah tererosi oleh karena pengaruh air hujan dan hembusan angin yang kencang. Akar tanaman dapat mengikat tanah sehingga tanah menjadi kokoh dan tahan terhadap pukulan air hujan serta tiupan angin. Selain itu, tanaman dapat pula berfungsi untuk menahan air hujan yang jatuh secara tidak langsung ke permukaan tanah.

F. Mengurangi Kebisingan

Kebisingan adalah bentuk suara yang tidak diinginkan karena tidak sesuai dengan tempat dan waktunya. Definisi kebisingan adalah semua bunyi yang mengalihkan perhatian, mengganggu atau berbahaya bagi kegiatan sehari-hari (kerja, istirahat, hiburan, atau belajar) (Doelle, 1986). Sebagai definisi standar, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan, termasuk bunyi yang tidak sengaja dan bunyi yang ditimbulkan dari suatu kegiatan seperti bunyi transportasi dan industri. Bunyi diinginkan atau tidak oleh seseorang tergantung pada kekerasan bunyi, frekuensi, waktu terjadinya, kesinambungan, isi informasi, juga pada aspek subyektif seperti asal bunyi, keadaan pikiran, dan tempramen penerima. Sumber utama kebisingan diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu: (1) bising interior, berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga atau mesin-mesin di dalam gedung; dan (2) bising luar (outdoor), berasal dari lalu lintas, transportasi, industri, alat-alat mekanis yang terlihat di luar gedung, tempat pembangunan gedung-gedung, perbaikan jalan, kegiatan olahraga dan lain-lain di luar gedung (Doelle, 1986). Sumber kebisingan juga dapat dikelompokkan: (1) sumber stasioner dari kegiatan rumah tangga dan industri, dan (2) sumber dinamis dari kendaraan. Tingkat kekerasan bunyi pada suatu bunyi pada suatu tempat dapat diduga berdasarkan bentuk sumber, besar kebisingan dan jarak dari sumber bising.

84 Bentuk sumber bising dapat berupa titik (point source) dan garis (line source). Kebisingan yang keluar dari sumber berupa titik menyebar melalui udara dalam bentuk bola dengan kecepatan 334 m/s dan sumbernya statis atau tetap, sedangkan sumber berupa garis menyebar melalui udara dengan pola berbentuk silender yang memanjang dan sumbernya bergerak. Untuk sumber suara yang berupa titik, intensitas suaranya dapat berkurang sekitar 6 dB setiap jarak sumber pendengar menjadi dua kali lipat, sedangkan untuk sumber suara bergerak atau berbentuk garis, intensitas suara hanya berkurang sekitar 3 dB bila jarak sumber dengan penerima menjadi dua kalinya Cara pengendalian kebisingan dilakukan dengan tiga cara, yaitu pengendalian kebisingan pada sumbernya, pengendalian bising pada jalur transmisi suara, dan penggunaan peralatan untuk melindungi penerima dari kebisingan. Pengendalian bising pada jalur transmisi dilakukan dengan meningkatkan jarak atau dengan menggunakan barrier. Barrier buatan berupa dinding atau bangunan, sedangkan barrier alami berupa vegetasi baik pohon maupun semak. Pohon meredam suara dengan cara mengabsorbsi gelombang suara oleh daun, cabang, dan ranting. Dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%. Syarat tanaman yang dapat meredam kebisingan adalah berupa pohon, perdu atau semak yang membentuk massa, susunan daun rapat, tajuk tebal daun rindang, bentuk komposisi dengan menanam berbagai jenis tanaman berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi. Contoh tanaman, antara lain, tanjung (Mimusops elengi), kirei payung (Filicium decipiens), teh-tehan pangkas (Acalypha sp), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), bougenvil (Bougenvillea sp), dan oleander (Nerium
oleander).

Pengendalian kebisingan untuk sumber suara yang berbentuk garis, misalnya kendaraan yang bergerak, penyebaran suaranya berbentuk silinder yang memanjang, dapat dilakukan dan dihitung dengan rumus: D1 2 = 10 log 10 (d2/d1) Dimana D1= Tingkat suara di lokasi 1 D2 = Tingkat suara di lokasi 2 d1 = Jarak lokasi 1 terhadap sumber suara

85 d2 = Jarak lokasi 2 terhadap sumber suara Tingkat kebisingan akan berkurang 3 dB apabila jaraknya bertambah menjadi dua kali lipat. Pada dinding masif pengurangan tingkat kebisingan oleh barrier (Gambar 16) dapat dinyatakan dengan fungsi Fresnel Number ( = (A+B)-C). N= Dimana 2 N= 2(A + B) C

N = Fresnel Number A = Jarak dari sumber suara ke puncak barrier B = Jarak dari puncak barrier ke penerima C = Jarak dari sumber suara ke penerima
= Panjang gelombang suara

Gambar 16. Pengurangan tingkat kebisingan dengan fungsi Fresnel Number (Wilson, 1989)
G. Kontrol Pandangan (Visual Control)

Pohon secara visual dapat berfungsi sebagai penghalang pandangan. Tanaman penghalang berfungsi untuk menutupi pandangan ke suatu tempat seperti bangunan yang kasar atau tempat-tempat yang tidak menyenangkan dipandang. Salah satu cara menutupi beton atau tembok bangunan adalah dengan menggunakan tanaman merambat atau dengan penambahan semak atau perdu.

86 Teori penghalang adalah jika titik pandang telah ditentukan maka pohon diletakkan di antara titik pandang dan obyek yang ditutupi. Teori ini dapat dilakukan pada pengamat yang dian dan bergerak. Pengamat diam (Gambar 17), menggunakan rumus: Tan = Dimana hl Hl d = h = d Tan + l = (H l) + 1 D d D l : tinggi mata pengamat
: sudut pandang dari mata ke puncak obyek yang ditutupi

H: tinggi obyek h: tinggi pohon D: jarak dari titik memandang ke obyek d: jarak dari titik memandang ke pohon

Gambar 17. Penghalang pada pengamat diam (Shinzo, 1975) Pengamat bergerak (Gambar 18), menggunakan rumus: S= Dimana 2r d = Sin Sin S: jarak antar pohon
: sudut antara arah gerak dan penglihatan

d: diameter tajuk pohon r: jari-jari tajuk pohon

87

Gambar 18. Penghalang pada pengamat bergerak (Shinzo, 1975)

H. Kontrol Pandangan terhadap Ruang Luar

Tanaman dapat dipakai untuk komponen pembentuk ruang sebagai dinding, atap, dan lantai. Dinding dapat dibentuk oleh tanaman semak sebagai border. Atap dibentuk oleh tajuk pohon yang membentuk kanopi atau tanaman merambat pada pergola, sedangkan sebagai lantai dapat dipergunakan tanaman rumput atau penutup tanah (groundcover) (Gambar 19). Dengan demikian pandangan dari arah atau ke arah ruang yang diciptakan dapat dikendalikan.

Gambar 19. Tanaman sebagai kontrol pandangan terhadap ruang luar (Carpenter et al., 1975)
I. Kontrol Pandangan untuk Ruang Pribadi

Tanaman dapat dipergunakan untuk membatasi pandangan dari arah luar dalam usaha untuk menciptakan ruang pribadi (privacy space). Ruang pribadi ini

88 biasanya ruang yang terlindung dari pandangan orang lain. Ruang ini memerlukan penempatan tanaman pembatas pandangan setinggi 1,5 2 meter (Gambar 20).

Gambar 20. Kontrol pandangan untuk ruang pribadi (Carpenter et al., 1975)

J. Kontrol Pandangan terhadap Hal yang Tidak Menyenangkan

Tanaman dapat pula dimanfaatkan sebagai penghalang pandangan terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan untuk ditampilkan atau dilihat, seperti timbunan sampah, tempat pembuangan sampah, dan galian tanah.

K. Mengurangi polusi udara

Pencemaran udara diperkirakan semakin meningkat dan meluas seiring dengan cepatnya proses industrialisasi dan makin banyaknya kendaraan bermotor. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab pencemaran udara di perkotaan. Sumber pencemaran udara yang utama berasal dari transportasi terutama kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar yang mengandung bahan pencemar, 60% dari bahan pencemar yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber pencemaran lainnya berasal dari pembakaran, proses industri,

89 pembuangan limbah dan lain-lain. Pencemaran udara di Indonesia, terutama di kotakota besar, disebabkan gas buang kendaraan bermotor (60-70%); industri (10-15%); dan sisanya berasal dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan atau ladang, dan lain-lain. Komponen pencemaran udara yang bersumber dari kegiatan transportasi di Indonesia yang paling banyak berpengaruh sebagai pencemar udara adalah karbon monoksida (CO) sebesar 70,50%, nitrogen oksida (NOx) sebesar 8,89%, sulfur oksida (SOx) sebesar 0,88%, Hidrokarbon (HC) sebesar 18,34%, dan partikel sebesar 1,33%. Vegetasi merupakan elemen alami yang dominan sebagai pembentuk lanskap kota. Selain sebagai elemen estetis, vegetasi berfungsi dalam mereduksi partikel padat dari udara yang merupakan dampak dari kegiatan manusia. Debu yang terdapat pada lapisan biosfer bumi, dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui beberapa mekanisme. Mekanisme tanaman mengurangi polusi udara, yaitu: 1) menjerap (adsorpsi), hanya sampai di permukaan daun (menempel), antara lain, untuk polutan padat, partikel debu, logam-logam (Pb, Zn, Fe, dsb), 2) menyerap (absorpsi), diasimilasi oleh jaringan tanaman dalam daun, antara lain, untuk gas NOx (NO2, NO3), SOx (SO2, SO3) CO2, CO, HC, PAN (Peroxy Acetic Nitrat), 3) mendifusi, yaitu mengencerkan konsentrasi polutan, dan 4) mendeposisi, yaitu menjatuhkan polutan ke tanah. Dengan adanya mekanisme ini, jumlah debu yang melayang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting. Vegetasi khususnya pohon tepi jalan harus memenuhi kriteria ciri dan bentuk arsitektural antara lain mencakup tinggi pohon dewasa, tekstur daun, batang dan perakaran. Selain itu pohon tepi jalan yang digunakan juga harus efektif dalam menjerap dan menyerap pencemar udara. Efektifnya mekanisme penjerapan ditentukan oleh ukuran, kerapatan dan bentuk trikoma. Dalam menyerap zat pencemar dipengaruhi oleh karakteristik morfologi tanaman, seperti ukuran dan

90 bentuk daun, adanya rambut pada permukaan daun dan juga tekstur daun. Jenis tanaman yang dipakai untuk menyerap gas adalah tanaman yang mempunyai sifat: mempunyai stomata yang banyak, mempunyai ketahanan tertentu terhadap gas tertentu, dan mempunyai tingkat pertumbuhan yang cepat. Contoh tanaman penyerap NO2, antara lain, kenanga (Cananga odorata), melinjo (Gnetum gnemon), cempaka (Michelia
campaka),

flamboyan

(Delonix

regia),

kembang

merak

(Caesalpinia pulcherrima), akalipa merah (Acalypha wilkesiana), bougenvil ungu (Bougenvillea glabra), lantana (Lantana camara), lollipop kuning (Pachystachys
lutea), kriminil (Alternanthera ficoides), rumput manila (Zoysia matrella), dan adam

hawa (Rhoeo discolor). Kemampuan adaptasi terhadap polusi tinggi, dapat diketahui dengan APTI (Air
Pollution Tolerance Index). Rumus APTI dan nilainya (Tabel 1) sebagai berikut.

APTI =

A (T + P) + R 10

Dengan variabel-variabel yang peka terhadap polusi: A: kandungan Asam Ascorbic T: total klorofil P: pH ekstrat daun R: kandungan/kadar air Tabel 1. Kriteria sensitivitas dan toleransi tanaman terhadap polusi
Kriteria Decidious < 15 15 19 20 24 > 24 Nilai APTI Evergreen < 13 13 16 17 20 > 20 Herba 11 11 14 15 18 > 18

Sensitif Sedang Cukup toleran Toleran Keterangan: - Semakin besar nilai APTI maka tanaman semakin toleran - Pohon memiliki nilai APTI yang paling besar - Tanaman dengan genus sama, karakter tidak beda jauh

91
L. Mengharumkan Udara

Tanaman dapat membersihkan udara yang baunya tidak enak (setelah melewati vegetasi, bau berkurang). Tanaman yang dapat dipakai adalah tanaman yang dapat mengeluarkan aroma tertentu yang disebut tanaman aromatik. Tanaman aromatik adalah tanaman-tanaman yang dapat menghasilkan aroma tertentu, baik melalui bunga, daun, batang, buah, maupun akarnya. Aroma yang ditimbulkan ada yang enak atau harum dan ada yang tidak enak. Ada yang beraroma lembut tetapi ada juga yang beraroma menusuk hidung atau menyengat. Ada tanaman yang mengeluarkan aroma pada pagi, siang, sore, dan malam hari (Nugrahani, 2006). Tanaman aromatik mampu menghasilkan aroma yang harum hingga pada jarak tertentu dari tempat tumbuhnya. Contoh tanaman beraroma, antara lain, melati (Jasminum sambac), kacapiring (Gardenia jasminoides), kemuning (Murraya
paniculata), kenanga (Canangium odoratum), dan cempaka (Michelia champaca).

M. Pembatas Fisik (Physical Barrier)

Tanaman pembatas merupakan tanaman yang ditanam secara berbaris untuk membatasi baik pergerakan maupun pandangan. Tanaman ini dapat berfungsi sebagai pembatas untuk jalan, pengarah dan pembentuk pandangan, pembatas ke arah pandangan yang kurang baik, pengarah gerakan bagi pemakai jalan pada jalan berbelok atau ke tujuan tertentu, dan menghilangkan kejenuhan bagi pemakai jalan. Contoh tanaman pembatas untuk jalan, antara lain, bambu (Bambusa sp), cemara, kembang sepatu, dan oleander. Contoh tanaman pengarah pada jalan, antara lain, cemara, mahoni (Swietania mahagoni), hujan mas (Cassia glauca), kembang merak, kol banda (Pisonia alba), akalipa (Acalypha wilkesiana), dan pangkas-pangkasan. Contoh tanaman pembentuk pandangan, antara lain, cemara, glodogan tiang (Polyalthea sp), bambu, glodogan biasa (Polyalthea longifolia), akalipa, dan pangkas-pangkasan.

N. Tanaman Penahan Kebakaran

Tanaman dengan daun apabila terjadi kebakaran juga ikut terbakar. Sebenarnya penahanan kebakaran secara sempurna oleh tanaman adalah sulit.

92 Umumnya pada kebakaran bangunan total, api membesar dalam 3 4 menit dan alam waktu tersebut, jika bisa bertahan atau melakukan pemadaman, bangunan sekeliling dapat dilindungi dari perambatan api Tanaman menghalangi perambatan panas sehingga bersama dengan tanah kosong (terbuka) di sekeliling rumah, tanaman meningkatkan ketahanan gedung terhadap kebakaran. Fungsi tanaman dalam menahan kebakaran adalah menahan perambatan panas. Jika ada angin, api mengalir, bara api terbang, maka pohon menahan aliran angin sehingga menghalangi perpindahan api, pohon juga menghalangi bara api yang terbang. Struktur penanaman untuk menahan kebakaran (Gambar 21, 22, dan 23):
-

Kombinasi dengan tanah kosong Menggunakan dua atau lebih deretan pohon Tanah kosong 6 m Tidak menanam rumput pada tanah kosong Tinggi pohon 10 m (tergantung bangunan yang ingin dilindungi) Di depan pohon ditanam semak Lebar penanaman 6 10 m

Pohon

Pohon

Semak

Semak

> 10 m

6 10 m

Tanah kosong 6m 6 10 m

Gambar 21. Struktur penanaman

93
Tanaman dipangkas dibentuk fence

5m

Gambar 22. Tanaman penahan kebakaran untuk lahan yang sempit

Dengan batas 2 pohon

2m

7m

Gambar 23. Tanaman penahan kebakaran untuk lahan yang lebih lebar

O. Fungsi Sosial Budaya

Fungsi tanaman sebagai sosial budaya terkait dengan tanaman yang mengandung nilai adat/kepercayaan. Tanaman ini merupakan tanaman yang pada daerah tertentu memiliki nilai tersendiri karena kepercayaan yang dianut masyarakat sebagai pengaruh budaya, adat atau keagamaan. Beberapa tanaman mempunyai nilai karena berhubungan dengan upacara adat, pantangan dan himbauan, tempattempat tertentu misalnya tempat yang dianggap keramat, rejeki, jodoh, status sosial, dan sebagainya. Contoh nilai budaya tanaman dalam masyarakat Bali, dimana nilai tanaman berpengaruh terhadap peletakan tanaman dalam tata ruang lanskap tradisional Bali (konsep Tri Mandala yang membagi menjadi tiga zona: utama, madya, nista). Pada zona utama diletakkan tanaman Ficus benjamina, Santalum album, Cordyline sp,

94
Michelia champaca, dan Pandanus sp yang ditanam sekitar pura. Pada zona madya

diletakkan tanaman Cananga odorata dan Hibiscus rosa-sinensis, sedangkan pada zona nista atau di kebun/tegalan terdapat tanaman Musa paradisiaca, Bambusa sp,
Cocos nucifera, dan Citrus sp.

Contoh lain, dadap (Erythrina indica) yang digunakan untuk struktur pemujaan temporer di pura dan merupakan salah satu kayu penting dan bernilai religi. Tanaman cendana (Santalum album) sebagai bagian penting pegangan keris bagi para empu.

P. Rangkuman

Fungsi tanaman dalam lanskap terdiri atas 1) mengontrol radiasi, suhu, dan kelembaban, 2) penahan angin, 3) penahan silau, 4) penaung dari hujan, 5) pencegah erosi (erosion control), 6) mengurangi kebisingan, 7) kontrol pandangan (visual control), 8) kontrol pandangan terhadap ruang luar, 9) kontrol pandangan untuk ruang pribadi, 10) kontrol pandangan terhadap hal yang tidak menyenangkan, 11) mengurangi polusi udara, 12) mengharumkan udara, 13) pembatas fisik (physical
barrier), 14) tanaman penahan kebakaran, dan 15) fungsi sosial budaya.

PENUTUP A. Tugas dan Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang fungsi tanaman dalam lanskap, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda! 1. Jelaskan fungsi tanaman dalam lanskap. 2. Jelaskan fungsi ameliorasi iklim, rekayasa lingkungan, penggunaan untuk keperluan arsitektural, dan pengunaan untuk estetika dari tanaman lanskap. 3. Sebutkan contoh-contoh tanaman berdasarkan masing-masing fungsi.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus

memperhatikan rambu-rambu berikut: 1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kawan-kawan Anda. 2. Renungkan tentang fungsi tanaman dalam lanskap.

95
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran

Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini! 1. Pada jalur median jalan bebas hambatan tidak dibenarkan menanam tanaman............. (a) Penutup tanah (b) Semak (c) Perdu (d) Pohon 2. Syarat tanaman yang dapat meredam kebisingan adalah............. (a) Semak soliter (b) Susunan daun rapat (c) Tajuk lebar (d) Daun lebar 3. Karakteristik tanaman yang efektif untuk membatasi pergerakan manusia adalah tanaman yang............. A. Bermassa daun sedikit B. Berjarak tanaman rapat C. Berukuran daun besar D. Berbatang besar 4. Toleransi tanaman terhadap polusi dapat diketahui dari nilai APTI, dimana nilai APTI semakin............. A. Tinggi maka tanaman semakin toleran B. Rendah maka tanaman semakin toleran C. Tinggi maka tanaman semakin sensitif D. Rendah maka tanaman cukup toleran 5. Struktur penanaman tanaman yang efektif menahan kebakaran adalah............. A. Menanam rumput pada tanah kosong B. Menggunakan dua atau lebih deretan pohon C. Menggunakan pohon tinggi 10 m D. Menggunakan satu baris pohon

96 Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 7. Rumus: Jumlah jawaban yang benar 100% 5 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: Tingkat penguasaan = 90% 80% 70% - 100% 89% 79% 69% = baik sekali = baik = cukup = kurang

Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup memahami Bab 7. Anda dapat meneruskan pada Bab 8. Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 7, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

C. Sumber/Referensi

1. Carpenter PL, TD. Walker, FO. Lanphear. 1975. Plants in the Landscape. San Fransisco: Freeman & Co. 2. Doelle LL. 1986. Akustik Lingkungan. Jakarta: Erlangga. 3. Nugrahani P. 2006. Vegetasi Aromatik sebagai Elemen Lanskap Ruang Terbuka Hijau Perkotaan. Di dalam: Winarno et al., editor. Prosiding Seminar
Nasional Lanskap Perkotaan; Surabaya, 18 Mei 2006. Surabaya: Jurusan

Agronomi Fakultas Pertanian UPN Veteran Jatim. hlm 102-108. 4. Shinzo N. 1975. Theory and Technique of Planting. Tokyo: Kashima. 5. Wilson CE. 1989. Noise Control: Measurement, Analysis, and Control of
Sound and Vibration. New York: Harper and Row Publ. Inc.

97
D. Kunci Jawaban

1. d 2. b 3. b 4. a 5. b

98

BAB 8

KOMPOSISI TANAMAN

PENDAHULUAN

Penataan tanaman dalam sebuah taman memang tidak semudah yang diduga apabila diharapkan hasil yang bagus. Selain itu, penataan tanaman berkaitan juga dengan unsur pertanaman lain, seperti bangunan, batu-batuan, kolam, lampu taman, dan sebagainya. Ada beberapa hal pokok yang sangat penting diketahui terlebih dahulu bila ingin menata tanaman dengan hasil yang cukup memuaskan. Tanaman memang memiliki beberapa sifat yang dapat dibedakan dengan unsur-unsur pertamanan yang lain. Sifat atau karakteristik yang paling menonjol adalah bahwa tanaman merupakan unsur yang hidup dan tumbuh. Hal ini tentu saja sangat perlu diketahui terlebih dahulu agar tanaman yang ditata hidup dan tumbuh dengan baik. Faktor-faktor seperti keadaan tanah, drainase, sinar matahari, angin, dan suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hal lain yang penting diketahui ialah tanaman bukan hanya sebagai unsur hiasan saja, tetapi memiliki beberapa fungsi dan potensi. Dengan lebih mengenal atau mengetahui fungsi dan potensi dari unsur tanaman tersebut, komposisi tanaman yang dibuat tentu akan lebih fungsional berguna dan visual indah.

A. Sasaran Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat merencanakan komposisi tanaman dalam lanskap melalui studi lapang dan gambar hasil case study secara individu dan praktikum.

B. Strategi Pembelajaran

1. Studi lapang 2. Case study 3. Praktikum

99

C. Kegiatan Belajar

Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan: 1. Mahasiswa melakukan studi lapang mengenai komposisi tanaman pada suatu lanskap. 2. Mahasiswa membuat gambar rencana penanaman dengan komposisi tanaman yang baik. 3. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai komposisi tanaman dalam lanskap melalui sumber bacaan dan internet. 4. Mahasiswa aktif melakukan praktikum. 5. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.

D. Indikator Pencapaian

1. Kemampuan melakukan studi lapang mengenai komposisi tanaman. 2. Kemampuan membuat gambar rencana penanaman dengan komposisi tanaman yang baik. 3. Kemampuan melakukan praktikum fungsi tanaman dalam lanskap. 4. Sikap dan perilaku yang baik dalam studi lapang, case study, dan praktikum.

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN

Untuk membuat sebuah komposisi tanaman yang indah dan menarik, masalah pengenalan karakteristik visual tanaman sangat penting diketahui lebih jauh disamping hal-hal yang lainnya. Bentuk tanaman misalnya ada yang berbentuk tinggi ramping, tinggi membulat, menyebar, bulat, piramidal, merunduk, dan eksotis atau unik. Ukuran tanaman juga bervariasi, seperti pohon besar, sedang, dan kecil; semak tinggi, sedang, dan rendah; serta tanaman penutup tanah dan rumput. Warna-warna tanaman yang beraneka warna merupakan karakteristik penting yang dianggap sebagai karakteristik emosional karena mempengaruhi secara langsung kesan dan suasana ruang luar. Warna-warna terang, misalnya dapat menimbulkan suasana cerah dan menyenangkan, sedangkan warna gelap mengesankan suasana yang suram. Tekstur tanaman adalah kesan kasar atau halusnya keseluruhan tanaman

100 secara visual pada tanaman individual atau kelompok. Tekstur tanaman ternyata mempengaruhi faktor dalam komposisi tanaman, meliputi kesatuan komposisi dan keanekaragaman, daya tarik visual, persepsi terhadap jarak, nada warna dan lain sebagainya.
A. Prinsip Komposisi Tanaman

Prinsip dan aturan dalam menyusun komposisi tanaman mengikuti prinsip desain lanskap, yaitu kesatuan, irama, aksen, keseimbangan, dan proporsi.
1. Kesatuan/tema

Kesatuan adalah organisasi antara beberapa unsur yang saling bergantung satu sama lain atau tidak terpisahkan. Bilamana suatu unsur memisahkan diri berarti kesatuan tersebut tidak tercapai. Suatu komposisi yang baik harus mempunyai kesatuan yang kompak antara unsur-unsur yang tersusun di dalamnya termasuk faktor keseimbangan, aksen, dan irama. Kesatuan komposisi tanaman dapat diperoleh dari pemilihan tanaman yang sama dalam jenis, bentuk, tekstur, warna, sifat, cara tumbuh, dan berasal dari sifat ekologisnya yang sama.
2. Irama/gradasi

Irama adalah urutan atau perulangan elemen-elemen, misalnya barisan pohon, urutan dari anak tangga, rangkaian batu yang serupa, mungkin berbentuk beraturan atau tidak beraturan. Irama pada lanskap dapat diciptakan dengan penggunaan warna tanaman yang berulang-ulang, jarak penanaman, tinggi rendah tanaman yang diatur berulang-ulang, dan sebagainya. Adanya irama memberikan kesan dinamis, tidak monoton dan membosankan, serta lebih hidup dan menarik.
3. Aksen/kontras/point of interest

Suatu desain dapat membosankan tanpa adanya aksen. Oleh karena itu, harus diciptakan aksen sebagai point of interest pada bagian atau titik-titik tertentu. Aksen merupakan bagian terpenting yang menjadi pusat perhatian dan mampu memberikan ciri tertentu yang mengandung ide, tujuan, dan isi. Pada sebuah taman harus ada unsur taman sebagai pusat pemandangan berupa elemen estetis yang mewakili seluruh bagian taman yang dapat menampilkan ide. Aksen dalam lanskap dapat diciptakan dengan memanfaatkan unsur desain lainnya yang dimiliki oleh elemen lanskap. Aksen tersebut dapat diciptakan dari

101 perbedaan tekstur, perbedaan bentuk, ukuran atau warna. Tanaman yang tinggi dengan tekstur halus yang dominan dapat menjadi aksen di antara tanaman berukuran sedang dan bertekstur kasar.
4. Keseimbangan/kontrol

Kontrol

terhadap

ketiga

prinsip

sebelumnya

jangan

berlebihan

atau

kekurangan sehingga tercipta kesan seimbang, serasi, dan harmonis. Keseimbangan yang tercipta dapat berupa keseimbangan simetris dan asimetris. Keseimbangan simetris yang memberi kesan formal lebih mudah dicapai dan dimengerti, sedangkan keseimbangan asimetris yang memberi kesan informal atau alami lebih sulit dicapai, tetapi memberi kesan lebih halus karena mendekati alam. Keseimbangan diumpamakan taman dibagi dua sama besar, jika kedua sisi dari taman tersebut sama-sama menarik perhatian dari pengamat, desain tersebut mempunyai keseimbangan, sebagai berikut. a. Keseimbangan simetris, yaitu penempatan tanaman yang sama tepat satu sama lain. Keseimbangan simetris terbagi 3 jenis, yaitu simetri bentuk, warna, dan bobot. Keseimbangan adalah pembagian elemen yang menghasilkan suatu aksen, keseimbangan terletak pada penciptaan pandangan yang sama bobotnya dari satu pusat perhatian. b. Keseimbangan asimetris, yaitu keseimbangan yang elemen-elemennya tidak sama dan serupa antara sisi yang satu dengan sisi yang lainnya pada garis sumbu. Keseimbangan asimetri menghasilkan perhatian yang sama pada kedua sisi ruang luar, tetapi tidak dalam bentuk dan materi yang sama antara sisi yang satu dengan yang lain. c. Keseimbangan sentral atau radial, yaitu keseimbangan yang berpusat pada pertemuan antara dua garis sumbu yang membentuknya. d. Keseimbangan segitiga, yaitu mempunyai ciri-ciri yang jelas, ada tiga titik yang jika dihubungkan satu sama lain menjadi segitiga.
5. Proporsi

Apabila membuat suatu taman, sebaiknya memilih tanaman dan struktur taman yang ukurannya sesuai dengan garis-garis lanskap bangunan. Satu hal yang

102 tidak boleh dilupakan adalah ukuran maksimal tanaman, dalam hal ini pohon. Proporsi merupakan ciri dari suatu lanskap yang berkaitan dengan ukuran. Setiap elemen lanskap harus dalam hubungan ukuran yang tepat dengan elemen lainnya. Pada taman yang kecil, pemilihan jenis tanamannya lebih terbatas, teksturnya halus, dan warna tidak terlalu menyolok, sedangkan pada taman yang cukup luas, kesempatan memilih jenis tanaman lebih banyak. Ukuran tanaman terhadap bangunan harus sebanding, sehingga proporsi harus sesuai dengan fungsinya. Untuk menciptakan komposisi tanaman yang menarik dan indah, ada beberapa kiat yang dapat dilakukan, yaitu: 1. Tanaman soliter atau tunggal seperti palem merah, beringin, dan lain sebagainya, sebaiknya ditanam menyendiri sebagai eye catcher atau daya tarik yang berfungsi sebagai karya sculpture yang dinamis terlihat dari berbagai sisi. 2. Untuk sebuah komposisi, sebaiknya memilih jenis-jenis tanaman berdasarkan ukuran, bentuk, warna, dan teksturnya. 3. Perancang harus menghindari penanaman dengan jumlah genap karena cenderung memecah komposisi. Tanaman dengan jumlah ganjil cenderung mempersatukan komposisi. 4. Sebaiknya tidak menanam secara menyebar atau jarang, tanaman dibuat secara mengelompok, terutama pada tanaman-tanaman individu. 5. Masa-masa tanaman yang saling bersinggungan atau tumpang tindih tajuknya akan memperkuat hubungan antara satu dengan yang lainnya. 6. Sebaiknya mengisi di bawah tajuk pohon dengan tanaman semak agar tidak terbentuk ruang tersisa. 7. Tanaman khususnya semak, sebaiknya ditanam dalam bak tanam (cultivated bed) sehingga terlindung dari kerusakan akibat mesin potong rumput saat pemangkasan. Penanaman di dalam bak memungkinkan menutup permukaan tanah dengan lumut, serbuk kayu, batuan atau material lain untuk mencegah timbulnya tanaman liar. Berikut ini diberikan contoh komposisi tanaman pada area menyudut, pada bidang lurus, dan untuk memanipulasi bangunan.

103
a. Komposisi Tanaman Menyudut

Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada penataan komposisi penanaman menyudut, yaitu 1) titik tengah sudut atau lengkung dalam (incurve) dan 2) kedua tepian atau lengkung luar (outcurve). Lengkung dalam merupakan tempat yang sesuai untuk menempatkan tanaman yang memiliki daya tarik visual kuat sehingga biasanya digunakan untuk menempatkan focal point dengan tanaman yang khas, baik ukuran, bentuk, maupun warnanya. Dari segi ukuran, sebaiknya tanaman tersebut merupakan tanaman yang paling tinggi di antara tanaman lain pada bagian
outcurve. Selain tanaman khas, untuk focal point dapat juga ditempatkan bentuk

aksen lainnya pada incurve seperti patung, air mancur atau lampu yang bentuknya artistik. Aksen utama dapat diletakkan di lokasi incurve atau di lokasi lain. Jika aksen di luar incurve, maka incurve dapat dijadikan tempat untuk meletakkan aksen minor dengan catatan aksen ini tidak melebihi kekuatan aksen utamanya. Variasi dapat dilakukan dalam komposisi menyudut ini, antara lain, 1) meletakkan tanaman tinggi pada incurve kemudian memendek ke arah outcurve dan 2) pada incurve diletakkan tanaman tinggi, sedangkan bagian depan serta outcurve diisi dengan tanaman yang lebih pendek. Komposisi tanaman pada incurve dan outcurve ini sebaiknya tidak lebih dari tiga sampai empat jenis saja. Contoh komposisi tanaman menyudut dapat dilihat pada Gambar 24.

Gambar 24. Contoh komposisi tanaman menyudut (Sumber: Handayani, 2009)

104
b. Komposisi Tanaman pada Bidang Lurus

Komposisi

penanaman

pada

bidang

lurus

pada

dasarnya

mencoba

menerapkan fungsi arsitektur yang diantaranya adalah membentuk bidang vertikal. Penanaman cara ini dapat berperan baik sebagai pembentuk ruang privacy, total maupun semi privacy, atau ruang dengan tingkat keterbukaan terbatas. Selain fungsi arsitektural, komposisi ini berperan pula sebagai pengendali visual dan pengendali lingkungan, seperti pengendalian pandangan ke arah tempat yang kurang menarik dan pengendalian terik matahari. Penanaman pada bidang lurus secara umum dikelompokkan pada: 1) berderet mengikuti bidang lurus, dan 2) berderet seolah mengikuti garis lengkung/berbelok-belok (Gambar 25).

Gambar 25. Contoh penataan tanaman pada bidang lurus (Handayani, 2009)

105 Seperti halnya dalam pembuatan komposisi menyudut, jenis tanaman yang digunakan harus dibatasi dan disusun dalam bentuk kelompok. Namun, jumlah tanaman yang terlalu sedikit pun dapat mengakibatkan komposisi menjadi monoton. Disamping itu, pengaturan dalam perletakan titik tanam sangat mempengaruhi daya tarik komposisi secara keseluruhan. Komposisi tanaman pada bidang lurus akan lebih menarik bila di bagian depan ditempatkan tanaman yang lebih rendah dari bagian belakang. Hal ini untuk menciptakan area transisi antara penutup tanah dengan tanaman tinggi.
c. Komposisi Tanaman untuk Memanipulasi Bangunan

Komposisi ini diperlukan bila menghadapi bangunan yang bentuknya terlalu tinggi, dinding yang telah tua atau bagian bangunan lain yang kurang menarik. Komposisi untuk memanipulasi bangunan ini memiliki peran penting dalam mempercantik sebuah bangunan, tidak hanya terbatas pada sudut-sudut bangunan saja tetapi menyeluruh hingga ke bagian lanskap lainnya. Fungsi lainnya adalah untuk mengarahkan pandangan pengamat pada pintu masuk di area publik sebuah bangunan.

B. Rangkuman

Prinsip dan aturan dalam menyusun komposisi tanaman mengikuti prinsip desain lanskap, yaitu kesatuan, irama, aksen, keseimbangan, dan proporsi. Komposisi ini dapat diterapkan pada area menyudut, pada bidang lurus, dan untuk memanipulasi bangunan.

PENUTUP A. Tugas dan Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang komposisi tanaman dalam lanskap, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda! 1. Jelaskan persyaratan dalam menyusun komposisi tanaman yang baik. 2. Berikan contoh komposisi tanaman pada area menyudut, bidang lurus, dan untuk memanipulasi bangunan.

106
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus

memperhatikan rambu-rambu berikut: 1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kawan-kawan Anda. 2. Renungkan tentang komposisi tanaman dalam lanskap.

B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran

Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini! 1. Salah satu cara untuk mempersatukan komposisi tanaman adalah............. (a) Penanaman berjumlah ganjil (b) Penanaman berjumlah genap (c) Penanaman secara menyebar (d) Penanaman dengan jenis yang sama 2. Kesan yang dapat ditimbulkan dari irama adalah kesan............. (a) Dinamis (b) Statis (c) Monoton (d) Ramai 3. Aksen pada suatu taman dapat diciptakan dengan cara............. (a) Pengulangan bentuk (b) Perbedaan bentuk (c) Ukuran yang sama (d) Warna yang terang 4. Penempatan (a) Simetris (b) Asimetris (c) Radial (d) Segitiga tanaman yang sama tepat satu sama lainn disebut keseimbangan .............

107 5. Untuk menciptakan komposisi tanaman yang baik, tanaman tinggi sebaiknya diletakkan pada............. (a) Lengkung dalam (b) Lengkung luar (c) Bidang lurus (d) Garis berbelok-belok Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 8. Rumus: Jumlah jawaban yang benar 100% 5 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: Tingkat penguasaan = 90% 80% 70% - 100% 89% 79% 69% = baik sekali = baik = cukup = kurang

Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup memahami Bab 8. Anda dapat meneruskan pada Bab 9. Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 8, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

C. Sumber/Referensi

1. Handayani S. 2009. Elemen-elemen Pendukung Lanskap. http://www.upi.edu/ Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/196609301997032SRI_HANDAYANI/Bahan_Ajar_Mata_Kuliah_ArsLansekap_4.pdf. [13 Maret 2011].

108
D. Kunci Jawaban

1. a 2. a 3. b 4. a 5. a

109

BAB 9

TEKNIK PENANAMAN TANAMAN LANSKAP


PENDAHULUAN

Untuk mewujudkan suatu karya desain, haruslah melewati tahap pelaksanaan. Kegiatan pelaksanaan lebih terkait dengan pekerjaan secara fisik di lapangan dengan acuan hasil desain yang telah dibuat sebelumnya. Kegiatan pelaksanaan meliputi tahap persiapan, pembuatan konstruksi, penanaman, dan pembersihan. Untuk penanaman tanaman lanskap, dibedakan menjadi penanaman pohon, semak, penutup tanah, rumput, dan tanaman pagar.

A. Sasaran Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat menguasai teknikteknik penanaman tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative
learning secara berkelompok dan praktikum.

B. Strategi Pembelajaran

1. Cooperative learning 2. Praktikum

C. Kegiatan Belajar

Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan: 1. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai teknik-teknik penanaman tanaman lanskap melalui sumber bacaan dan internet. 2. Mahasiswa aktif melakukan kegiatan diskusi di kelas dan praktikum. 3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan. 4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.

110
b. Indikator Pencapaian

1. Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai teknik penanaman tanaman lanskap. 2. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan. 3. Kemampuan melakukan praktikum teknik penanaman tanaman lanskap. 4. Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum.

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN A. Penanaman Pohon dan Semak

Sangat banyak pilihan untuk pohon dan semak. Karenanya, kehadirannya selalu mewarnai suatu taman. Dari sekian jenis yang ada, perancang dapat memilih semak atau pohon yang menghasilkan buah-buahan, atau yang dapat dimanfaatkan daunnya untuk obat atau bahkan juga untuk sayuran/lalapan, tergantung dari kesesuaiannya dengan rancangan taman yang kita inginkan. Penanaman bukan sekedar memasukkan tanaman ke lubang. Kontraktor sebagai pelaksana bertanggung jawab menciptakan iklim mikro yang optimum untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman yang sehat dan kuat diperlukan untuk mencapai efek yang diinginkan. Tanaman yang sehat juga tidak memerlukan pemeliharaan yang banyak dan hasil akhirnya akan memuaskan pemilik tapak. Penanaman yang benar dari segi pembiayaan penting bagi kontraktor. Penggantian tanaman mengurangi atau menghilangkan keuntungan. Jadi penanaman yang baik merupakan bagian pengelolaan usaha. Teknik penanaman pada pohon dan semak terdiri atas penanaman untuk tanaman cabutan, penanaman pada tanaman puteran (balling), dan pemindahan tanaman.
1. Tanaman cabutan

Buatlah lubang tanam terlebih dahulu. Pada tanah yang kurang subur, lubang tanam ini dibuat dengan ukuran yang lebih besar, misalnya 80 cm x 80 cm x 60 cm, kemudian ke dalamnya diisikan tanah yang subur. Kalau perlu pergunakanlah pupuk organik (pupuk hijau atau pupuk kandang). Tiap lubang tanam dapat diisi 2 5 kg pupuk, tergantung ukurannya.

111 Isikan campuran tanah dan bahan organik tersebut ke dalam lubang tanam sehingga tanaman dapat diletakkan cukup dalam. Sebagai patokan dalam hal ini, ketinggian tanah dari tanaman setinggi permukaan tanah halaman. Tekanlah dengan kuat hingga tanah di sekitar tanaman cukup padat, dan kemudian siramlah dengan air secukupnya. Penanaman dengan sistem cabutan dapat dilihat pada Gambar 26.
2. Tanaman puteran (balling)

Pohon atau semak yang tidak dapat atau sulit ditanam secara cabutan, harus ditanam dalam bentuk puteran (Gambar 27), yaitu dengan mengikutsertakan tanah asalnya dalam bentuk gumpalan. Dengan cara ini akan lebih bagus hasilnya walaupun pelaksanaannya lebih berat. Apabila tanaman yang ditanam cukup tinggi sehingga mudah roboh bila dihembus angin, maka untuk sementara diperlukan tongkat-tongkat penguat di samping kiri dan kanannya. Kemudian, perlu juga dibuatkan kayu melintang sehingga dapat dilakukan pengikatan antara tongkat penguat dengan batang tanaman. Tali pengikat sebaiknya dilapisi selang plastik, maksudnya agar batang pohon tidak luka terjerat Pohon yang tumbuh membesar dengan bebas sering akarnya merusak bangunan yang ada di sekitarnya. Hal tersebut dapat dicegah atau diatasi dengan cara membuat batasan daerah pertumbuhan akar. Cara ini dilakukan pada saat kita akan mulai menanam pohon tersebut. Salah satu caranya adalah dengan membuat tembok/dinding mengelilingi bagian bawah pohon. Dalam susunan yang tepat, maka dinding tersebut selain berfungsi membatasi pertumbuhan akar, juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat duduk. Pertumbuhan akar dibatasi sehingga akar tidak leluasa menembus lapisan tanah. Cara ini perlu disertai pemangkasan tajuk pohon.

112
1. Lubang tanam dibuat dengan ukuran tertentu. Apabila tanah kurang subur, ukurannya diperbesar

2. Lubang tanam diisi tanah subur atau tanah yang telah dicampur pupuk organik 3. Tanaman dimasukkan ke dalam lubang tanam sehingga letak akar cukup dalam. Sebagai patokan, pangkal akar sejajar dengan tanah halaman

4. Tanah subur ditambahkan lagi sehingga akar tertutup tanah

5. Tanah di sekitar tanaman dipadatkan

6. Disiram air secukupnya

Gambar 26. Penanaman dengan sistem cabutan (Sumber: Sulistyantara, 1992)

113
1. Puteran diangkat secara bersamasama dengan lembaran karung goni atau sejenisnya

2. Letakkan dalam lubang tanam, lebarnya 2 lebar puteran dan dalamnya 15 cm lebih dalam daripada puteran 3. Tambahkan tanah yang subur (topsoil), lepaskan tali pengikat puteran

4. Tanah dipadatkan

5. Pasang tongkat untuk menyangga berdirinya tanaman jangan sampai merusak akar tanaman

6. Ikatkan pada tongkat dan siram sampai basah betul

Gambar 27. Penanaman dengan sistem puteran (Sumber: Sulistyantara, 1992)

114
3. Pemindahan tanaman

Pada saat membuat rancangan taman adakalanya dijumpai hal-hal yang di luar keinginan. Misalnya saja pada tapak terdapat pohon yang indah/bagus, tetapi sayang sekali letaknya tidak sesuai dengan gambar rancangan baru yang disiapkan. Bagaimana harus memindahkannya? Ada dua kemungkinan, apabila pohon tersebut relatif masih kecil, dengan ukuran yang masih memungkinkan dipindahkan dengan tenaga manusia, ada baiknya hal tersebut dilakukan saja, tidak ada masalah. Akan tetapi, apabila pohon tersebut sudah cukup besar sehingga ukurannya sudah tidak memungkinkan diatasi dengan tenaga manusia, maka terpaksa diperlukan bantuan tenaga mesin (traktor). Namun, tetap harus diperhatikan bahwa dalam memindahkan pohon tersebut harus berlaku hati-hati.

B. Penanaman Penutup Tanah

Menurut ukurannya, tanaman penutup tanah termasuk dalam kelompok semak kecil. Pada umumnya kelompok ini tidak berkayu (herba) atau berkayu lunak. Kehadiran tanaman penutup tanah dalam suatu taman sangat diperlukan, karena tanaman jenis ini mampu memancarkan ketenangan di halaman dengan daun dan bunganya yang beraneka warna. Di samping dapat menyemarakkan suasana, tanaman penutup tanah juga berfungsi melunakkan kesan keras dari perkerasan di sekitarnya, seperti jalan setapak, dinding, atau bangku-bangku beton. Dalam susunan yang tepat, kumpulan atau kelompok tanaman penutup tanah dapat menjadi jembatan yang baik antara rumput dan pohon atau antara rumput dan dinding atau pagar, dengan membentuk gradasi ketinggian yang memberi kesan tidak mengejutkan. Pada rancangan yang baik dapat diciptakan ruang dan massa antara rumput dan penutup tanah, atau pada tempat-tempat yang sulit ditanami rumput digantikan dengan tanaman penutup tanah. Untuk mengisi taman dengan tanaman penutup tanah ini hendaknya kita mengenali lebih jauh sifat-sifatnya, baik dari segi persyaratan hortikultura yang dikehendaki maupun sifat-sifat fisik yang dimilikinya. Apabila sudah didapatkan tanaman yang sesuai dengan keadaan tapak, maka perancang tinggal memilih kesesuaian fisiknya terhadap rancangan taman yang ada. Tanaman penutup tanah

115 macam manakah yang diinginkan, apakah yang berdaun hijau muda, berdaun merah, berdaun variasi hijau putih, atau berbunga kuning, dan yang lain. Kemudian dari ketinggiannya, misalnya dengan memilih tanaman dengan ketinggian tertentu, yang dapat dipangkas setiap mencapai ketinggian tertentu, dan sebagainya. Tanaman penutup tanah dapat berupa tanaman hias daun ataupun tanaman hias bunga, dari jenis tanaman setahun maupun tanaman tahunan, dan yang berumbi maupun yang tidak berumbi. Tanaman setahun menghabiskan siklus hidupnya dalam satu kali musim, atau dalam satu tahun, sedangkan tanaman tahunan memungkinkan manusia menikmatinya selama beberapa periode dari siklus hidupnya sehingga dapat dinikmati penampilan keindahan bunganya untuk beberapa kali. Tanaman berumbi mempunyai struktur akar atau batang yang membentuk umbi. Umbi ini merupakan cadangan makanan tanaman yang sekaligus berfungsi sebagai alat perbanyakan. Dengan demikian tanaman ini dapat ditanam dengan umbinya saja. Pelaksanaan penanaman dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Umumnya tanaman penutup tanah tumbuh subur pada tanah yang dilengkapi bahan organik (pupuk kandang, pupuk hijau, atau kompos). Bahan organik yang diberikan sebanyak 2 4 kg untuk setiap 1 m2. 2. Terlebih dahulu tanah dicangkul, dibersihkan dari batu-batuan dan tanaman liar yang tidak dikehendaki. Kemudian tanah dihaluskan. Apabila tanahnya kurang subur, sebaiknya ditambahkan pupuk pabrik pada saat mempersiapkan tanah ini, yaitu dengan pupuk TSP, Urea, dan KCl masing-masing sebanyak 10 gram setiap 1 m2 atau NPK (15-15-15) sebanyak 30 gram setiap 1 m2. persiapan tanah untuk rumput. 3. Tanamlah tanaman dengan jarak tanam yang teratur. Agar terlihat lebih rapat, penanaman diatur dengan mengikuti pola segitiga sama sisi. Pada dasarnya persiapan tanah untuk tanaman penutup tanah ini tidak berbeda dengan

C. Penanaman Rumput

Hamparan rumput yang datar memberi kesan luas. Ini merupakan suatu nilai positif untuk dipermainkan pada halaman rumah yang sempit. Penanaman yang rapi dan terpelihara akan mendukung tersampaikannya kesan keanggunan, yang

116 sekaligus membawa suasana tenang, kelembutan, ketertiban, dan kedisiplinan. Satu keuntungan lagi adalah kemampuan hamparan rumput menyerap kilauan cahaya matahari yang menimpa halaman, serta kesan lembutnya yang mampu melunakkan perkerasan di dekatnya. Secara umum, cara penanaman rumput dapat dilakukan baik dengan bagian generatifnya (benih) maupun dengan bagian vegetatifnya (rhizoma atau anakan). Penanaman bagian vegetatif ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan rhizoma atau anakan tunggal, dalam bentuk kumpulan rhizoma (potongan rumput), dan lempengan. Menanam lempengan rumput atau karpet rumput memang lebih mahal, tetapi dapat menekan biaya tenaga kerja dan waktu penanaman. Di samping itu, risiko kematian jauh lebih kecil dibanding cara yang lain. Apabila tapak yang akan ditanami rumput cukup luas, maka biaya penanamannya besar. Akan tetapi, kalau menanaminya dengan kumpulan rhizoma akan sangat melelahkan, apalagi dengan rhizoma tunggal. Oleh karena itu, cara terbaik menanam rumput di halaman yang cukup luas, adalah dengan cara pertama, yaitu menebar benih, sedangkan untuk halaman yang relatif sempit, lebih praktis ditanami rumput secara lempengan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memulai penanaman rumput. Pertama, amatilah baik-baik keadaan rumput yang dibeli, apakah tercampur rumput jenis lain atau tidak. Apabila tercampur dengan jenis rumput lain, seperti misalnya rumput teki atau alang-alang, segeralah buang bagian-bagian yang tercampur tadi dengan pisau yang tajam hingga ke akar-akarnya. Kedua, memperhatikan saat penanamannya. Usahakan penanaman dapat dilakukan secepatnya, jangan sampai terlambat karena rumput mudah sekali rusak atau mati bila kekeringan. Untuk menghindari kemungkinan tersebut, sebaiknya halaman yang akan ditanami (sesuai dengan desain) telah disiapkan terlebih dahulu sebelum membeli benih atau lempengan rumputnya. Bagian halaman dan tanah yang akan ditanami rumput haruslah dipersiapkan secara cermat. Buanglah bongkahan-bongkahan batu atau kayu yang mengganggu, bahkan mungkin juga akar-akar pohon yang telah mati, kalau ada. Bersihkan tanah dari rumput yang tidak dikehendaki dengan cangkul atau koret sambil dipungut satu per satu hingga bersih ke akar-akarnya. Setidaknya sampai kedalaman 20 cm, tanah

117 yang akan ditanami harus betul-betul bebas dari pengganggu tersebut di atas. Setelah itu, tanah dihaluskan, dipupuk, diratakan, dan dipadatkan. Sebelum mulai menanam, harus diperhatikan bahwa permukaan tanah telah betul-betul rata, andaikata sengaja dibuat bergelombang pun harus tetap diupayakan agar alur gelombang yang terbentuk cukup halus. Persiapan tanah yang kurang baik akan menghasilkan hamparan rumput yang tidak rapi. Selain itu, tanah yang tidak rata dengan kesuburan yang juga tidak merata mengakibatkan pertumbuhan rumput tidak rata pula, sehingga ketebalan rumput pada masing-masing bagian tidak sama.
1. Menanam Rhizoma Tunggal

Untuk menanam rumput dengan rhizoma dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. a) Memilih rhizoma yang baik, segar, dan tebal. Memotong rhizoma dengan gunting, satu potong rhizoma mengandung 3 tunas. b) Pada tanah yang telah disiapkan (sesuai tahap 1 6) buat alur dengan cetok atau koret sedalam kurang lebih 2 3 cm, dengan jarak antara alur 10 cm. Untuk mendapatkan alur yang lurus, buat regangan tali rafia atau benang kenur sebagai pembantu. c) Rhizoma yang telah disiapkan ditanam dalam alur, kemudian tutup dengan tanah dan padatkan. d) Lakukan penyiraman dua kali sehari. Upayakan kondisi tetap lembab, agar rhizoma tidak kekeringan. Penyiraman harus hati-hati, percikan air jangan sampai merusak susunan rhizoma. e) Akan lebih baik apabila di atasnya ditutup hamparan mulsa (jerami).
2. Menanam potongan rumput (suwiran)

a) Lempengan rumput yang telah dibersihkan dari rumput pengganggu dipotongpotong dengan pisau yang tajam. Ukuran setiap potongan kurang lebih 4 cm x 4 cm. b) Membuat lubang tanam pada tanah yang sudah dipersiapkan dengan jarak tanam antara 10 cm x 10 cm sampai 15 cm x 15 cm. Usahakan membuat lajur yang lurus dengan bantuan tali rafia atau benang.

118 c) Potongan rumput ditanamkan dalam lubang tanam, kemudian tanah ditekan sedikit. d) Lakukan penyiraman dua kali sehari dan usahakan agar kelembaban tanahnya tetap terjaga. Penanaman dengan cara suwiran dapat dilihat pada Gambar 28.
3. Menanam lempengan rumput karpet

a) Lempengan yang telah bebas dari pengganggu dibuat halus bagian tepinya, juga tebal tanah lempengannya dibuat sama, kurang lebih 2 cm. b) Tanamlah pada tanah yang telah disiapkan dengan menyusunnya secara paralel (sejajar). Kelebihan pada bagian tepi yang berbatasan dengan batu/lantai dipotong dengan pisau yang tajam. Tekanlah dengan kuat. c) Lakukan penyiraman secara teratur serta jaga kelembaban tanah (Gambar 29).

Pilih suwiran yang sehat dan seragam Buatlah pola penanaman (segitiga atau segiempat) Suwiran ditanam satu per satu, agak ditekan Setelah tertanam semuanya, segera disiram; penyiraman berikutnya dilakukan secara terus-menerus

Gambar 28. Menanam suwiran (Sumber: Sulistyantara, 1992)


- Pilihlah bahan tanaman yang sehat dan seragam - Karpet rumput ditanamkan secara rapat menutup permukaan media penanaman - Bagian-bagian yang berlebihan dipotong sesuai dengan batasbatas yang dikehendaki - Lempengan ditekan - Disiram secara teratur

Gambar 29. Menanam lembaran/karpet (Sumber: Sulistyantara, 1992)

119
4. Tebar benih

a) Memilih benih bermutu baik yang daya kecambahnya tinggi. b) Biasanya benih yang akan ditanam merupakan campuran benih dari beberapa spesies rumput. c) Agar tidak sulit waktu menebarkannya, benih dicampur rata dengan pasir yang telah disterilkan (dimasak). Setiap luasan 10 m2 diperlukan benih sebanyak 100 300 gram. d) Campuran benih-pasir ditabur dengan tangan secara merata di atas tanah yang telah disiapkan. Cara yang lebih baik dapat dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong yang telah disetel sehingga benih dapat tertabur secara merata.

D. Penanaman Tanaman Pagar

Kebanyakan tanaman yang dipergunakan untuk pagar adalah golongan semak. Tanaman ini dapat ditanam langsung sebagai pagar atau pembatas, tetapi adakalanya ditanam di samping pagar besi. Sesuai dengan sifat tanaman yang dapat memberi kesan lunak, pagar yang terbuat dari besi atau beton ini kesannya menjadi lebih halus dan lembut setelah ada tanaman pagar. Erat kaitannya dengan fungsi pemagaran yang diinginkan, satu hal yang harus menjadi perhatian adalah ketekunan dan kesabaran dalam mengatur dan memelihara tanaman pagar tersebut agar dapat dibentuk menjadi pagar (hedge) yang baik dan rapi. Teknik penanaman tanaman pagar adalah pertama kali dipersiapkan tanahnya. Tanah dicangkul sedalam kurang lebih 20 cm, kemudian dihaluskan sesuai dengan bentuk pagar yang direncanakan. Campurkan ke dalamnya dengan pupuk organik (pupuk hijau atau pupuk kandang) sebanyak 2 4 kg per m2. Sebaiknya tambahkan juga pupuk Urea, TSP, KCl masing-masing sebanyak 10 gram/m2 atau NPK (15-15-15) sebanyak 30 gram/m2. Tanamlah tanaman pagar tersebut dengan jarak yang teratur, pola segiempat, dengan jarak tanam lebih kurang 25 cm x 25 cm. Lakukanlah penyiraman secara teratur, apalagi pada waktu musim kemarau, setidaknya siram dua kali sehari. Setiap 2 3 minggu sekali dilakukan pemangkasan

120 sehingga selalu didapatkan permukaan yang rata. Pemangkasan akan merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru, dan pemangkasan yang teratur dapat menghasilkan tanaman pagar yang bagus, sehat, dan rapi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari tanaman pagar adalah: a) Lebih baik memilih tanaman yang masih kecil daripada yang sudah besar untuk membuat tanaman pagar. b) Jarak antar tanaman tergantung jenis tanamannya. c) Pemangkasan dilakukan secara teratur dan kontinu. d) Pemupukan setiap bulan sekali dengan pupuk yang kandungan N-nya tinggi. e) Tanaman pagar hias bunga, setelah cukup dewasa diberi pupuk dengan kandungan P tinggi.

E. Rangkuman

Penanaman tanaman lanskap dibedakan menjadi penanaman pohon, semak, penutup tanah, rumput, dan tanaman pagar. Penanaman pohon dapat dilakukan dengan sistem cabutan dan sistem puteran (balling). Penanaman rumput dapat dilakukan dengan menanam rhizoma tunggal, menanam potongan rumput (suwiran), menanam lempengan rumput (karpet), dan tebar benih.

PENUTUP B. Tugas dan Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang teknik penanaman tanaman lanskap, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda! 1. Jelaskan teknik-teknik penanaman tanaman lanskap. 2. Jelaskan sistem-sistem dalam penanaman pohon. 3. Jelaskan cara penanaman rumput
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus

memperhatikan rambu-rambu berikut: 1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kawan-kawan Anda.

121 2. Renungkan tentang teknik-teknik penanaman tanaman lanskap.

C. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran

Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini! 1. Penanaman pohon yang memiliki ukuran besar dilakukan dengan cara............. (a) Cabutan (b) Puteran (c) Memotong batang (d) Menanam cabangnya 2. Cara terbaik menanam rumput di halaman yang luas adalah............. (a) Rhizoma tunggal (b) Suwiran (c) Lempengan rumput (d) Tebar benih 3. Maksud penggunaan tali pengikat yang dilapisi plastik pada penanaman pohon adalah agar............. (a) Mudah dalam penanaman (b) Tanaman tidak mudah roboh (c) Memudahkan penyiraman (d) Batang pohon tidak luka terjerat 4. Penanaman pohon dengan sistem puteran adalah............. (a) Batangnya diputar-putar (b) Dengan mencabut batang pohon (c) Membuang tanah asal supaya bersih (d) Mengikutsertakan tanah asal dalam bentuk gumpalan 5. Penanaman rumput dengan resiko kematian jauh lebih kecil dibanding cara lainnya adalah............. (a) Tebar benih (b) Lempengan rumput (c) Rhizoma tunggal (d) Suwiran

122 Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 9. Rumus: Jumlah jawaban yang benar 100% 5 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: Tingkat penguasaan = 90% 80% 70% - 100% 89% 79% 69% = baik sekali = baik = cukup = kurang Akan tetapi, apabila

Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup memahami Bab 9. Anda dapat meneruskan pada Bab 10. terutama bagian yang belum Anda kuasai. tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 9,

D. Sumber/Referensi

1. Kumurur VA. 1998. Rumput Lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya. 2. Sulistyantara B. 1992. Taman Rumah Tinggal. Jakarta: Penebar Swadaya.

E. Kunci Jawaban

1. b 2. d 3. d 4. d 5. b

123

BAB 10

TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN LANSKAP


PENDAHULUAN

Pemeliharaan berperan penting dalam menentukan keberhasilan suatu proyek pembangunan taman/lanskap. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan mengenai aspek-aspek pemeliharaan tersebut. Pemeliharaan merupakan upaya menjaga taman dan fasilitasnya seperti dalam keadaan awalnya atau mendekati aslinya, meliputi kegiatan rutin (penyiangan, pemupukan, pembersihan, dan lain-lain), perbaikan minor atau mayor, dan konstruksi minor (penambahan bak sampah, tempat duduk, dan lain-lain). Tujuan utama pemeliharaan adalah menjaga kesinambungan wujud lanskap agar tetap sesuai dengan fungsi dan nilai estetika.

A. Sasaran Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat menguasai teknikteknik pemeliharaan tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative
learning secara berkelompok dan praktikum.

B. Strategi Pembelajaran

1. Cooperative learning 2. Praktikum

C. Kegiatan Belajar

Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan: 1. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai teknik pemeliharaan tanaman lanskap melalui sumber bacaan dan internet. 2. Mahasiswa aktif melakukan kegiatan diskusi di kelas dan praktikum. 3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan.

124 4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.

D. Indikator Pencapaian

1. Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai teknik pemeliharaan tanaman lanskap. 2. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan. 3. Kemampuan melakukan praktikum teknik pemeliharaan tanaman lanskap. 4. Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum.

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN

Kegiatan pemeliharaan tanaman dalam taman berbeda dengan pemeliharaan tanaman pada umumnya. Pemeliharaan tanaman secara umum dilakukan untuk meningkatkan produksi dari tanaman tersebut, tetapi pemeliharaan tanaman dalam taman dilakukan untuk kepentingan visual dari tanaman sebagai unsur atau komposisi taman baik secara fungsional maupun estetis. Tanaman dalam taman tidak dituntut untuk berproduksi baik kualitas maupun kuantitas, tetapi dituntut agar bentuk visual tanaman tersebut indah dan berfungsi. Oleh karena itu, terlebih dahulu harus dipahami konsep rancangan suatu taman, baru selanjutnya ditentukan bagaimana pemeliharaan tanaman pada taman tersebut. Sebagai contoh, tanaman kirai payung yang ditanam sebagai peneduh tempat parkir, dilakukan pemangkasan awal untuk membentuk percabangan dan tajuk yang memayung dan tidak terlalu tinggi, kemudian pemangkasan berikutnya adalah membuang cabang atau ranting bawah sehingga berfungsi sebagai peneduh parkir. Akan tetapi, berbeda jika kirai payung ditanam sebagai pembatas atau penyangga (buffer), dimana pemangkasan bagian bawah justru dihindari. Pemeliharaan dibedakan atas pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal adalah pemeliharaan yang mengacu pada tujuan dan desain semula, sedangkan pemeliharaan fisik meliputi pekerjaan untuk tetap menjaga keindahan, keasrian, kenyamanan, dan keamanan taman. Pekerjaan tersebut mencakup kegiatan pembersihan taman, penggantian elemen-elemen taman yang

125 rusak atau tidak berfungsi, penyiraman tanaman, penyiangan gulma, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penyulaman.
A. Pembersihan Tapak

Kebersihan

taman

merupakan

salah

satu

tujuan

pengelolaan

dan

pemeliharaan taman. Kebersihan taman ini meliputi penyapuan benda-benda yang mengotori taman (misalnya sampah dan daun-daun yang berguguran), pembersihan parit/selokan, pengecatan pagar, pembersihan elemen taman lainnya (seperti bangku taman, kolam air, dan jalan setapak), serta penyediaan bak sampah. Pelaksanaan pembersihan taman biasanya dilakukan secara rutin setiap hari. Namun, ada juga yang frekuensinya cukup dengan seminggu sekali, sebulan sekali, atau setengah tahun sekali. Kebersihan areal taman sebenarnya tidak terlepas dari kebersihan tanaman yang berada di dalam taman itu sendiri. Ada jenis-jenis tanaman pada musim tertentu akan merontokkan daunnya secara berkala (decidous), tetapi ada juga tanaman yang selalu hijau sepanjang tahun (evergreen). Apabila taman memiliki jenis tanaman yang merontokkan daun (misalnya flamboyan, ketapang, dan jakaranda) maka intensitas pekerjaan pembersihan taman akan lebih tinggi daripada taman yang memiliki tanaman selalu hijau. Selain itu, kebersihan tanaman juga dilakukan terhadap dahandahan yang mati, percabangan dan ranting-ranting yang kering, serta pembersihan tanaman terhadap benalu. Pembersihan bagian tanaman yang rusak dan mati biasanya dilakukan dengan pemangkasan.

B. Penyiangan Gulma

Gulma merupakan tanaman pengganggu yang kehadirannya tidak diinginkan. Kehadiran gulma ini dinilai merugikan karena secara estetika akan mengganggu keindahan taman dan secara fungsi akan mengurangi hara, pemanfaatan sinar matahari, air tanah, dan tempat tumbuh bagi tanaman utama. Oleh karena kehadirannya mengganggu, gulma perlu dikendalikan dan diberantas. Pengendalian gulma dengan cara penyiangan atau pendangiran juga termasuk dalam kegiatan pemeliharaan.

126 Gulma umumnya menyebar di hamparan rumput sehingga rumput yang seharusnya homogen ternyata banyak ditumbuhi rumput liar yang kehadirannya tidak diinginkan dan mengganggu pemandangan. Selain tumbuh di antara rumput, gulma juga dijumpai di bedengan tanaman penutup tanah maupun tanaman perdu yang ditanam secara massal, bahkan di sekitar pepohonan. Gulma tersebut terdiri dari tumbuhan berdaun kecil (rumput-rumput liar) maupun tumbuhan berdaun lebar (bayam-bayaman, putri malu, dan sebagainya). Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual, yaitu dicabut, baik menggunakan tangan maupun alat, seperti kored atau cangkul. Hal ini bisa dilakukan apabila ukuran taman tidak terlalu luas, misalnya taman rumah. Sementara untuk taman yang relatif luas dan terdiri dari berbagai macam tanaman, mulai tanaman penutup tanah, perdu, dan pohon, umumnya penyebaran gulma pun relatif banyak. Pengendalian gulma yang banyak ini dapat dibantu dengan penggunaan herbisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas tanaman pengganggu. Satu hal yang penting diperhatikan dalam penggunaan herbisida yaitu yang akan diberantas adalah tumbuhan. Hal ini berarti sesuatu yang bersifat relatif sama dengan elemen taman, yaitu tanaman. Oleh karenanya, harus mengetahui betul gulma tersebut termasuk tumbuhan berdaun sempit atau tumbuhan berdaun lebar agar dalam pemberantasannya menggunakan herbisida yang tepat. Secara teknis, bila ingin mengendalikan rumput-rumput liar pada suatu hamparan taman berumput (lawns) maka tidak disarankan menggunakan herbisida. Hal ini dikarenakan yang akan musnah tidak hanya gulma, tetapi juga rumput utamanya. Untuk kasus seperti ini, alangkah baiknya pengendalian gulma tetap dilakukan secara manual. Hal terpenting dalam pencabutan gulma, semua akar rimpang (stolon) dari rumput pengganggu harus terangkat sehingga tidak memungkinkan gulma tumbuh kembali. Penyiangan gulma tanaman perdu maupun pohon dapat dilakukan seiring dengan pelaksanaan penggemburan tanah. Caranya dengan membuat bokoran di sekeliling pangkal batang tanaman pada jarak tertentu sesuai dengan ukuran tanaman.

127 Penyiangan gulma pada suatu taman hendaknya dilakukan secara terarur, minimal sebulan sekali atau sesuai dengan tingkat sebaran jumlah gulma yang ada. Penyiangan ini dilakukan sebelum pemupukan tanaman.

C. Penggemburan dan Aerasi Tanah

Penggemburan tanah dan pemberian aerasi pada lahan pertamanan diperlukan untuk memberikan pertumbuhan tanaman yang optimal. Hal ini dilakukan pada lahan pertanaman, baik penutup tanah, tanaman perdu, maupun pohon yang kondisi permukaan tanahnya sudah memadat. Penggemburan tanah akan memberikan sirkulasi udara yang baik di daerah perakaran. Oleh karenanya, pengemburan tanah perlu dilakukan secara terarur pada waktu tertentu, tergantung sifat fisik tanah. Pada areal penutup tanah, sering kali penggemburan tanah ini dilakukan sebelum peremajaan tanaman. Sementara untuk lahan berumput biasanya dilakukan dengan membuat lubang-lubang udara pada jarak tertentu (dapat dilakukan dengan linggis atau alat sejenis). Untuk tanaman perdu, penggemburan tanah dilakukan dengan mencangkul permukaan tanah sambil membersihkan gulma di sekitarnya. Penggemburan ini dapat menggunakan kored secara lajur atau bedengan bagi perdu yang ditanam massal atau secara bokoran bagi perdu yang ditanam tunggal. Untuk pohon, penggemburan dilakukan dengan cara membuat bokoran di sekeliling pangkal batang dengan radius sekitar 50 75 cm, tergantung besar kecilnya batang pohon. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penggemburan tanah adalah jangan sampai merusak perakaran tanaman dan tidak dilakukan pada musim kemarau atau pada saat terik matahari. Hal ini dikarenakan dapat mempercepat laju evaporasi yang dapat menyebabkan tanaman mengalami stres.

D. Penyiraman

Penyiraman tanaman sangat diperlukan untuk memudahkan perakaran tanaman menyerap larutan hara yang tersedia di dalam tanah. Selain itu, penyiraman dapat meningkatkan kelembapan tanah untuk mencegah kelayuan tanaman akibat proses evapotranspirasi. Oleh karena itu, jumlah air siraman tergantung pada

128 besarnya penguapan yang terjadi di dalam pertamanan tersebut. Air yang tersedia di daerah perakaran hendaknya lebih banyak daripada air yang dibutuhkan untuk evapotranspirasi. Waktu penyiraman pada dasarnya dapat dilakukan kapan saja saat dibutuhkan. Satu hal yang perlu diperhatikan apabila menyiram siang hari, penyiraman hendaknya langsung pada permukaan tanah, tidak pada permukaan daun tanaman, khususnya tanaman berdaun lebar. Penyiraman secara langsung pada daun tanaman di siang hari dapat menyebabkan suhu permukaan daun meningkat dan lebih tinggi dari suhu udara di sekitarnya sehingga daun menjadi luka bakar (gosong). Untuk mencegahnya, penyiraman lebih baik dilakukan pada pagi atau sore hari. Di kawasan atau daerah yang memiliki kelembaban udara relatif tinggi, penyiraman pada pagi hari lebih baik daripada penyiraman sore hari. Tujuannya untuk menghindari berkembangnya penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Pelaksanaan penyiraman tanaman pada suatu taman ada bermacam-macam cara, tergantung besar atau kecilnya ukuran taman dan ketersediaan alat. Cara penyiraman yang sering dilakukan, antara lain, dengan ember, gayung, embrat, selang plastik, selang mobil tangki, ataupun sprinkler. Cara yang paling sederhana, penyiraman dilakukan dengan ember dan gayung atau gembor/embrat. Cara tersebut umum digunakan untuk taman skala relatif kecil. Bila tamannya luas maka cara ini tidak efisien. Penyiraman dengan gayung perlu diperhatikan agar tidak terlalu keras mengenai permukaan tanah karena dapat mengakibatkan tanah memantul dan mengotori batang dan daun tanaman yang dekat dengan tanah. Cara penyiraman yang paling umum dilakukan yaitu menggunakan selang plastik. Selang ini terkadang dilengkapi dengan sprayer untuk mengatur air yang keluar. Untuk taman yang berukuran luas (taman-taman di pinggir jalan/ jalur hijau, taman lingkungan, atau taman kota), penyiraman dilakukan dengan menggunakan mobil tangki air dan penyiraman rumput dengan selang plastik biasa. Untuk taman-taman yang terdiri dari hamparan rumput yang luas maka penyiraman menggunakan alat bantu sprinkler (Gambar 30) yang dapat menyiram

129 secara otomatis berdasarkan mekanisme tekanan air. Jarak antar sprinkler berdasarkan radius jangkauan semprotan air dan besar/kecilnya tekanan sumber air. Beberapa jenis sprinkler ada yang harus ditanam di permukaan tanah secara permanen, tetapi ada yang knockdown dan dapat digunakan secara berpindahpindah dari satu titik penyiraman ke titik lainnya.

Gambar 30. Penyiraman dengan sprinkler Akhir-akhir ini sering juga diterapkan cara penyiraman melalui tabung bambu atau sepotong paralon yang ditanam di kedalaman antara 20 30 cm dari permukaan tanah. Tabung bambu atau paralon tersebut diletakkan di dekat batang pohon. Penyiraman ini mempunyai sasaran langsung ke perakaran sehingga akar dapat mengabsorbsi air. Teknik ini biasa dilakukan pada saat musim kemarau yang laju evaporasinya sangat cepat. Dengan penyiraman ini, diharapkan dapat memperkecil laju evaporasi karena permukaan air relatif kecil, seukuran penampang tabung. Biasanya dalam sehari dilakukan beberapa kali pengisian air ke dalam tabung agar tanaman tidak mengalami defisit air. Indikasi jumlah kebutuhan air

Foto: HS. Arifin (2009)

130 siraman untuk tanaman secara praktis dapat diukur dari kedalaman penetrasi air siraman di dalam tanah. Apabila air siraman dapat menerobos sedalam 15 20 cm ke dalam tanah, dapat dianggap siraman tersebut sudah cukup. Namun, pada kondisi tertentu, misalnya pada musim kemarau, penyiraman dalam bedengan atau tanaman massal sering dilakukan dengan cara di-leb hingga tercapai kondisi jenuh.

E. Pemangkasan

Pemangkasan tanaman (baik penutup tanah, semak, perdu, dan pohon) ditujukan untuk mengontrol pertumbuhan tanaman sesuai yang diinginkan serta menjaga keamanan dan kesehatan tanaman. Pemangkasan tanaman dapat memberikan penampilan tanaman secara estetis. Sementara dari segi keamanan, pemangkasan dilakukan pada tanaman yang mengganggu, baik karena pertumbuhan yang berlebihan, kondisi tanaman yang sudah tua atau rusak, serta tajuk pohon yang telah menyentuh kabel listrik atau kabel telepon. Pemangkasan untuk kesehatan tanaman dilakukan pada bagian-bagian yang telah terserang hama dan penyakit. Secara teknis, pemangkasan rumput dapat dilakukan dengan parang secara manual, grass mower, atau gunting pangkas biasa. Untuk tanaman perdu, umumnya pemangkasan dilakukan dengan gunting pangkas dan gunting dahan. Untuk tanaman pohon, ranting, dan percabangan yang tinggi pemangkasan dilakukan dengan gunting galah (Gambar 31). Sementara pemangkasan dahan besar menggunakan gergaji tangan atau chainsaw. Waktu pemangkasan yang tepat yaitu setelah masa pertumbuhan generatif tanaman (setelah selesai masa pembungaan) dan sebelum pemberian pupuk. Jenis pemangkasan tanaman dan pohon dapat dibedakan berdasarkan tujuannya, yaitu pemangkasan untuk kesehatan tanaman/pohon, pemangkasan untuk penampilan tanaman/pohon, dan pemangkasan untuk keamanan pengguna taman.
4. Pemangkasan untuk kesehatan pohon

Pemangkasan yang bertujuan untuk kesehatan pohon dilakukan pada cabang, dahan, dan ranting yang retak, patah, mati, atau berpenyakit. Bagian tersebut perlu dipangkas agar kerusakan tidak meluas, terutama bagian yang terkena jamur/cendawan atau parasit lainnya. Sementara untuk mencegah gesekan yang

131 akan menyebabkan luka baru pemangkasan dilakukan pada cabang, dahan, atau ranting-ranting yang tumpang tindih.

Gambar 31. Pemangkasan dengan gunting galah dan gunting pangkas Pemangkasan terhadap cabang, dahan, atau ranting berarti pula mengurangi jumlah dedaunan pohon yang dipangkas. Pemangkasan daun yang drastis dapat mengakibatkan pengaruh serius terhadap suplai makanan dan kesehatan pohon. Begitu pula pemangkasan pada bagian-bagian pucuk dengan porsi besar dapat meningkatkan serangan cendawan dan hama di bekas pemangkasan tersebut, juga meningkatkan luka bakar akibat sengatan sinar matahari langsung. Pemangkasan cabang-cabang yang kecil dalam jumlah banyak lebih baik daripada pemangkasan cabang-cabang yang besar. Pemangkasan pada cabang besar menyebabkan luka yang besar dan lebih lama sembuh. Selain itu, pengerjaannya lebih sulit daripada pemangkasan pada ranting (Gambar 32). Umumnya, ada juga batang atau bagian pohon yang kering atau mati. Bagian ini pun sangat perlu dipangkas. Kematian tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini: 1) kekurangan makanan, 2) kerusakan pada sistem perakaran, 3) kelembaban atau suhu (udara/tanah) yang tidak sesuai 4) adanya unsur beracun (udara/tanah), 5) aerasi pada sistem perakaran yang kurang baik, 6) tajuk pohon tumbuh berlebihan, 7) adanya serangan jamur, bakteri, dan hama, dan 8) luka mekanik atau luka bakar pada batang/cabang dan akar.

Foto: Nurfaida (1997; HS. Aifin (2009))

132 Pemangkasan dengan perlakuan yang tepat, baik saat pelaksanaan maupun sesudahnya, dapat meningkatkan ketegaran percabangan yang tumbuh pada keseluruhan pohon, terlebih bila diikuti penambahan suplai makanan (pemupukan tanaman). Pemangkasan sebagai kontrol penyakit dilakukan dengan memotong batang-batang yang terserang hingga 10 cm di bawah bagian yang terserang atau terkena infeksi. Kemudian, luka bekas pangkasan diolesi etil alkohol 70%. Hal yang perlu diperhatikan, hendaknya dihindari pemangkasan saat daun masih basah karena organisme parasit akan mudah berkembang.

Gambar 32. Pemangkasan pohon besar

5. Pemangkasan untuk keamanan pengguna taman

Batang, cabang, dahan, atau ranting yang mati, patah, retak, dan terserang penyakit dapat menambah kerusakan pohon serta dapat mengancam keamanan manusia pengguna taman. Bahkan tidak mustahil, pohon tersebut dapat menjadi bom waktu bagi kehidupan manusia yang setiap saat dapat tumbang dan akhirnya menelan korban. Oleh karena itu, sangat diperlukan perhatian yang lebih seksama terhadap pohon-pohon tua yang sudah tidak patut untuk dipertahankan, baik sebagian maupun seluruh pohon. Bagi pengelola pemeliharaan perlu melakukan pengecekan rutin terhadap pohon-pohon yang sudah tua.

Foto: Nurfaida (2010)

133 Keamanan bagi pengguna taman harus selalu ada maka pemangkasan pada bagian pohon yang menjuntai harus dilakukan secara teratur. Di daerah pejalan kaki, diperlukan ruang yang terbebas dari juntaian ranting dan dahan pohon sekitar 2,5 meter dari permukaan tanah. Untuk jalan-jalan di daerah pemukiman, sekitar 3,5 meter untuk jalan mobil, minimal 4,5 5 meter dari permukaan tanah harus bebas dari cabang dan dahan pohon. Batang atau dahan yang mencapai kabel telepon atau kawat listrik perlu dipangkas. Hal ini dikarenakan gesekan yang intensif dapat mengganggu kesehatan pohon dan dapat menyebabkan korsleting/kebakaran.
6. Pemangkasan untuk penampilan tanaman

Penampilan tanaman dapat terkontrol dengan adanya pemangkasan. Bentuk tanaman dapat dipertegas kembali atau dibuat bentuk baru dengan pemangkasan. Pemangkasan yang bertujuan untuk menjaga penampilan pohon, biasanya dilakukan pada penanaman formal. Kesan yang formal dapat terjangkau dengan bentuk-bentuk simetri, monumental, dan akbar. Kontrol terhadap penampilan pohon ini terkadang juga bertujuan untuk mengimbangi bentuk arsitektur bangunan itu sendiri. Topiari merupakan pemangkasan untuk membentuk tajuk pohon/perdu sesuai dengan yang diinginkan. Dengan demikian, terbentuk tajuk seperti spiral, silindris, kubus, bulatan, dan piramidal.

F. Pemupukan

Pemupukan tanaman mempunyai prinsip menyuplai hara tambahan yang dibutuhkan tanaman sehingga tanaman tidak kekurangan makanan. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pemupukan yang efektif yaitu harus dapat diserap oleh perakaran pohon. Akar yang berfungsi menyerap hara (feeder roots) adalah akar rambut yang diameternya berukuran lebih kecil dari 1/16 inci (sekitar 1,5 mm). Akar ini sebagian besar berada di ujung-ujung akar yang terletak di sekitar garis lingkar tajuk pohon. Beberapa metode pemupukan pohon, yaitu metode thumb, broadcast, trenching, punch-bar, dan metode tekanan udara.

134 Metode thumb pada prinsipnya merupakan metode untuk menentukan posisi perakaran pohon yang dapat menyerap hara. Metode ini menyatakan bahwa penyebaran daerah perakaran (dalam feet (ft), 1 feet sekitar 33 cm) sama dengan diameter batang pohon (dalam inci) yang terletak 1 ft di atas tanah. Contoh, diameter batang pohon 1 ft di atas tanah adalah 9 inci maka daerah perakaran di radius 9 ft dari pangkal batang dengan ketebalan 6 ft ke arah luar.
Broadcast merupakan perlakuan pemupukan dengan cara menyebar di

permukaan tanah. Syarat pemupukan cara ini yaitu harus digunakan pupuk yang tidak mudah menguap, misalnya pupuk P, serta perakaran pohon harus dangkal sehingga pupuk yang terlarut mudah dan segera diserap oleh akar.
Trenching merupakan metode pemupukan yang dilakukan dengan cara

pembuatan parit di bawah lingkar tajuk pohon. Lebar dan dalam parit biasanya cukup semata cangkul, yaitu 20 cm. Kerugian cara ini yaitu tanah yang diperkaya hanya sebagian kecil saja, hanya tanah di sekitar lingkar tajuk pohon. Karena dibuat parit, terkadang perakaran menjadi terbuka sehingga perlu dilakukan penanaman rumput kembali.
Punch-bar merupakan metode pemupukan untuk pohon-pohon besar dengan

cara membuat lubang-lubang pemupukan. Jarak antar lubang sekitar 75 cm dengan kedalaman lubang sekitar 20 cm. Ke dalam lubang tersebut dimasukkan pupuk, kemudian ditutup dengan top soil atau moss, setelah itu diinjak-injak. Metode tekanan udara merupakan metode pemupukan yang dilakukan dengan cara melubangi tanah daerah perakaran yang dapat menyerap hara dengan menggunakan injektor bertekanan udara tinggi. Alat ini dapat mengeluarkan gas yang terakumulasi dalam tanah dan dapat menggemburkan struktur tanah sehingga merangsang pertumbuhan pohon . Pupuk dalam bentuk cair memiliki keuntungan yang lebih daripada pupuk kering karena distribusinya lebih merata, lebih irit tenaga kerja (menggunakan sprayer), dan sekaligus inemberi air pada tanaman. Kerugian pupuk cair yaitu tidak tersedia dalam waktu yang lama, mudah tercuci, dan tidak bekerja baik pada tanah yang keras atau miskin drainase.

135 Pemupukan dapat juga dilakukan dengan cara penyuntikan pada batang atau ranting pohon (transfusi). Keuntungannya, hara tersebut dapat segera diangkut dan dimanfaatkan pohon. Sementara kerugiannya adalah jaringan batang bekas suntikan bisa rusak dan menjadi tempat ideal untuk penetrasi hama dan penyakit. Pemupukan pada dasarnya adalah memberi makanan tambahan pada tanaman untuk memenuhi nutrisi yang diperlukan. Apabila semua komposisi zat hara yang tersedia dalam tanah telah memenuhi syarat yang diperlukan tanaman, sebenarnya pemupukan tidak perlu dilakukan. Permasalahannya adalah setiap kondisi lahan memiliki tingkat kesuburan yang berbeda. Di lain pihak, setiap jenis tanaman juga memerlukan asupan hara yang berbeda pula. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pemupukan sebaiknya diketahui terlebih dahulu jenis tanah dan kesuburannya. Kebutuhan hara dari tanaman juga perlu diketahui. Secara umum, jenis tanaman digolongkan berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu tanaman rumput dan penutup tanah, tanaman semak dan perdu, serta tanaman pohon. Hal penting lainnya dalam pemupukan adalah harus diketahui waktu pemupukan, jumlah dosis pemupukan, dan tempat pemberian pupuk yang tepat sehingga kesuburan tanaman optimum dapat tercapai.
1. Pemupukan rumput dan tanaman penutup tanah

Pemupukan pada rumput biasanya cukup dengan menggunakan pupuk N saja, misalnya urea, karena hanya dibutuhkan untuk menyuburkan dan menghijaukan daun. Penggunaannya dengan cara disebar di permukaan atau dilarutkan terlebih dahulu dengan air, kemudian disiramkan. Cara pertama sering kali menyebabkan perubahan warna rumput, dari hijau menjadi kecokelatan (seperti gosong), meskipun pada akhirnya akan menjadi hijau kembali setelah sekian waktu. Sementara cara kedua dianggap lebih baik karena dengan melarutkan sekitar satu sendok makan urea per liter air, akan diperoleh konsentrasi N yang relatif kecil sehingga rumput tidak menjadi kering atau gosong. Untuk pemupukan rumput yang luas (lawns), biasanya digunakan 400 liter larutan per hektar. Pupuk kandang tidak disarankan digunakan di lawns, baik sebelum penanaman maupun pemupukan pemeliharaan rumput. Apabila dalam pengolahan tanah, sebelum penanaman rumput, digunakan pupuk kandang maka pertumbuhan

136 rumput akan bersaing berat dengan gulma yang berasal dari pupuk kandang. Akibatnya, dapat menyulitkan di dalam pekerjaan sehingga pemeliharaan dan penyiangan gulma harus intensif. Pupuk kandang biasanya banyak mengandung bijibiji rumput, terutama pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi, kerbau, kuda, maupun kambing. Sementara pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam harus sudah terdekomposisi dengan baik, yaitu setelah 2 3 bulan diangin-anginkan di tempat yang ternaungi. Untuk tanaman penutup tanah (ground cover) selain rumput, seperti seruni rambat (Widelia trilobata), lantana saudi (Lantana camara), sutera bombay (Portulaca sp), remek daging (Hemigraphis sp), dan mutiara (Philea sp) yang juga biasa digunakan sebagai hamparan bunga (flower bed) atau border, pemupukannya bisa menggunakan pupuk kandang dengan dosis 20 ton per hektar atau pupuk kimiawi dengan dosis sesuai rekomendasi. Pemupukan pada ground cover biasanya dilakukan pada saat sebelum penanaman, bersamaan dengan pengolahan tanah. Untuk tanaman yang bersifat semusim, pemupukan dilakukan pada setiap penggantian tanaman atau penanaman ulang. Sementara untuk tanaman yang bersifat tahunan, pemupukan dilakukan setiap 4 6 bulan sekali. Pemupukan tanaman penutup tanah dengan cara disebar di atas permukaan tanah, kemudian diaduk dengan kored sambil tanah digemburkan.
2. Pemupukan tanaman semak dan perdu

Tanaman semak dan perdu di taman pada umumnya ditanam secara individu maupun massal sebagai tanaman pembatas/border atau tanaman pengarah. Untuk tanaman perdu yang ditanam secara massal, seperti tapak dara (Vinca rosea), pacar air (Impatiens sp), soka (Ixora sp), mawar (Rosa sp), melati (Jasminum sambac), puring (Codeacum variegatum), dan bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis), pemupukan biasanya dilakukan secara paritan (trenching) di sekitar pinggir tanaman. Sementara bagi perdu yang ditanam secara tunggal, yaitu perdu sedang atau perdu tinggi (1,5 3 m), misalnya kaca piring (Gardenia sp), bugenvil (Bougenvillea sp), bunga merak (Caesalpinia sp), dan hujan emas (Cassia multiyuga), pemupukannya dengan sistem bokoran. Pupuk diberikan secara melingkar di sekitar batang dengan radius yang hampir sama dengan radius tajuknya. Pemberian pupuk kandang

137 biasanya dilakukan pada saat sebelum tanam dan saat pemeliharaan. Pemupukan sebelum tanam diberikan dalam lubang tanam sekitar 10 kg per lubang. Pada pemupukan pemeliharaan, pupuk kandang dapat diberikan di permukaan tanah sambil diaduk dengan cangkul/kored yang sekaligus untuk menggemburkan tanah. Dalam memberikan pupuk kimiawi, hendaknya diperhatikan dosis rekomendasi. Agar tanaman taman tetap terlihat segar dan subur maka pemupukan dilakukan 3 4 bulan sekali.
3. Pemupukan pohon

Pemupukan pohon hias (ornamental trees) masih jarang dilakukan di Indonesia dibandingkan dengan pohon perkebunan atau tanaman hortikultura. Oleh karena itu, datanya pun masih sangat kurang. Namun, dengan semakin meningkatnya perhatian terhadap taman, pemupukan pohon telah banyak dilakukan. Hal yang terpenting dalam pemupukan adalah jumlah, tempat, cara, dan waktu pemupukan.

G. Pengendalian Hama dan Penyakit

Salah satu pemeliharaan fisik taman adalah pengendalian hama dan penyakit tanaman. Tanaman yang terkena gangguan hama dan penyakit, selain memberikan kesan yang kurang baik, juga mengganggu keindahan karena dedaunan yang tidak segar, meranggas, percabangan dan batang yang kering atau keropos, serta hadirnya jenis-jenis serangga yang tidak diinginkan. Hal tersebut selain membahayakan bagi keberlanjutan elemen tanaman dalam taman, juga akan mengganggu kenyamanan dan keamanan pengguna taman. Pengendalian hama dan penyakit bukan berarti hanya pemberantasan secara langsung, tetapi juga mencakup tindakan pencegahan terhadapnya. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan memperbaiki keadaan lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Lingkungan taman yang kotor, lembap, dan kurang sinar matahari sangat baik bagi pertumbuhan hama dan penyakit tanaman. Pemberantasan dapat dilakukan secara manual, yaitu dengan membunuh hama secara langsung satu per satu, atau membuang daun dan tempat-tempat yang

138 terdapat penyakitnya. Selain itu, dapat dilakukan juga dengan obat-obatan (pestisida), tetapi penggunaannya harus cermat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian pestisida, agar tidak menimbulkan kerugian-kerugian. a) Pestisida tertentu hanya dapat digunakan untuk suatu jasad pengganggu tertentu. Jadi, insektisida untuk golongan serangga (insekta), fungisida untuk golongan jamur (fungi), bakterisida untuk bakteri, herbisida untuk gulma, dan sebagainya. b) Perhatikan keterangan pada label; jenis jasad pengganggu yang sesuai, cara pemakaian, dan bahaya pemakaiannya. c) Memilih jenis pestisida yang terdaftar dan diizinkan beredar oleh Departemen Pertanian. d) Menyimpan pestisida di tempat yang aman dalam wadah atau pembungkus aslinya, jauhkan dari jangkauan anak-anak, hewan piaraan, ternak, makanan, minuman, dan sumber api. e) Penggunaan herbisida bila memang benar-benar diperlukan saja. f) Sebelum memutuskan untuk melakukan tindakan pengendalian hama dan penyakit, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli pertanian atau hama penyakit tanaman.

H. Penyulaman

Pelaksanaan pembuatan taman oleh seorang kontraktor taman pada umumnya mencakup kegiatan penyulaman tanaman (pemeliharaan awal) sebagai suatu jaminan bahwa tanaman yang ditanam dapat beradaptasi dan tumbuh secara sempurna. Penyulaman dilakukan apabila tanaman yang baru ditanam rusak atau mati, baik karena gangguan lingkungan maupun kesalahan teknis (seperti kekeringan, kesalahan pemupukan, dan kesalahan penanaman Penyulaman tanaman dilakukan tidak hanya untuk taman yang baru dibangun saja, tetapi juga taman yang sudah terwujud dengan baik agar penampilan keseluruhan taman tetap impresif. Dalam suatu taman biasanya selalu dihadirkan berbagai jenis tanaman yang dapat dibedakan berdasarkan masa hidupnya. Jenis tersebut adalah tanaman berbunga semusim (annual flower) seperti tanaman

139 cosmos, kenikir, dan jengger ayam; tanaman dua musim (biannual) biasanya terdapat di taman daerah subtropis; dan tanaman tahunan (perennial), yaitu tanaman yang dapat mengalami fase vegetatif dan reproduktif secara berulang kali. Tanaman penutup tanah yang bersifat tahunan, contohnya berbagai jenis rumput, krokot atau kriminil (Portulaca sp), seruni rambat (Widelia trilobata); dari jenis herba dan perdu, misalnya tapak dara, mawar, melati, kembang sepatu, dan bugenvil; serta berbagai jenis pohon-pohonan. Biasanya untuk jenis tanaman setahun, penggantian tanaman/penyulamam harus dilakukan secara teratur karena masa hidupnya sangat terbatas, hanya satu musim. Jenis tanaman setahun akan mati setelah melampaui masa reproduktif berbunga/berbuah. Walaupun hanya hidup dalam sekali reproduksi, kehadiran tanaman ini sangat dibutuhkan untuk menghindari kesan kemonotonan warna, bentuk, dan ukuran tanaman dalam suatu taman. Dengan menggunakan tanaman bunga yang bersifat setahun maka dapat ditanam tanaman yang berbeda apabila masa hidup tanaman pertama sudah habis sehingga terwujud pemandangan baru. Hal ini tidak akan dialami seandainya seluruh taman hanya terdiri dari tanaman tahunan saja. Oleh karena itu, komposisi elemen taman yang seimbang, terdiri dari kombinasi tanaman tahunan dan tanaman setahun, sangat penting dalam suatu taman. Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penyulaman tanaman sebagai berikut. a) Tersedianya tanaman pengganti yang kondisinya harus lebih baik daripada tanaman yang akan digantikan. b) Tanaman yang rusak atau mati sebaiknya dicabut atau dibuang terlebih dahulu dengan tidak mengganggu tanaman lain yang masih baik dan sehat. c) Mempersiapkan kembali lubang tanam bekas tanaman yang mati untuk dapat ditanami kembali. Pastikan lubang tersebut bebas dari gangguan patogen yang ada di dalam tanah. d) Lubang tanam dibiarkan/diangin-anginkan beberapa saat dan diberi pupuk kandang (bila perlu).

140 e) Tanaman baru dilepaskan dari kontainernya (pot, karung, atau polibag), kemudian di tanam. f) Penyiraman dilakukan secara rutin.

I. Rangkuman

Pekerjaan pemeliharaan lanskap terutama pemeliharaan terhadap tanaman meliputi kegiatan pembersihan taman, penyiraman tanaman, penyiangan gulma, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penyulaman. Kegiatan ini harus dilakukan di taman untuk menjaga kesinambungan wujud lanskap agar tetap sesuai dengan fungsi dan nilai estetika.

PENUTUP A. Tugas dan Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang pemeliharaan tanaman lanskap, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda! 1. Jelaskan apa yang dimaksud pemeliharaan ideal dan fisik. 2. Jelaskan teknik-teknik dalam pemeliharaan tanaman lanskap.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus

memperhatikan rambu-rambu berikut: 1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kawan-kawan Anda. 2. Renungkan tentang teknik-teknik pemeliharaan tanaman lanskap.

B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran

Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini! 1. Pengendalian rumput-rumput liar pada suatu hamparan taman berumput sebaiknya dilakukan dengan cara............. (a) Manual (b) Disemprot pestisida (c) Membuat bokoran

141 (d) Menggali tanaman 2. Penggemburan pada lahan berumput dapat dilakukan dengan............. (a) Bokoran (b) Linggis (c) Kored secara lajur (d) Mencangkul tanah 3. Waktu pemangkasan tanaman yang tepat adalah............. (a) Sebelum pemberian pupuk (b) Setelah pemberian pupuk (c) Sebelum pertumbuhan generatif (d) Setelah pertumbuhan generatif 4. Pemangkasan untuk membentuk tajuk tanaman sesuai dengan yang diinginkan disebut............. (a) Parterre (b) Topiary (c) Border (d) Spiral 5. Pemupukan dengan cara menyebar di permukaan tanah disebut............. (a) Broadcast (b) Trenching (c) Punch-bar (d) Injektor Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 10. Rumus: Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar 100% 5

142 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90% 80% 70% - 100% 89% 79% 69% = baik sekali = baik = cukup = kurang

Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup memahami Bab 10. Anda dapat meneruskan pada Bab 11. Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 10, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

C. Sumber/Referensi

1. Arifin HS, Nurhayati. 1999. Pemeliharaan Taman. Jakarta: Penebar Swadaya. 2. Nurfaida. 1997. Pemeliharaan Taman Puri Tirto Sari di Taman Buah Mekarsari [Laporan Keterampilan Profesi]. Bogor: Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB 3. Sulistyantara B. 1992. Taman Rumah Tinggal. Jakarta: Penebar Swadaya.

D. Kunci Jawaban

1. a 2. b 3. d 4. b 5. a

143

BAB 11

PENATAAN TANAMAN PADA BERBAGAI TIPE LANSKAP

PENDAHULUAN

Tanaman merupakan unsur utama suatu taman, terutama dalam taman-taman tropis atau taman-taman yang "dekat" dengan kehidupan manusia. Tanaman ini tidak hanya sebagai elemen estetik dan kesehatan (fisik dan psikis), tetapi juga merupakan salah satu mata rantai ekosistem alam. Dalam menggunakan tanaman sebagai elemen pembentuk taman harus diperhatikan dua aspek yang terkait dengan tanaman ini, yaitu 1) aspek arsitektural, yang terkait dengan fungsi dan estetika; dan 2) aspek ekologis, yang terkait dengan keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Paduan dari dua aspek ini akan menjamin keberhasilan dan keberlangsungan suatu bentuk taman yang berdasarkan atas elemen tanaman.

A. Sasaran Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat menata tanaman dalam berbagai tipe lanskap melalui studi lapang, gambar, dan pameran hasil case
study secara individu dan praktikum.

B. Strategi Pembelajaran

1. Studi lapang 2. Case study 3. Pameran 4. Praktikum

144
C. Kegiatan Belajar

Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan: 1. Mahasiswa melakukan studi lapang mengenai penataan tanaman pada suatu lanskap. 2. Mahasiswa membuat gambar rencana penataan tanaman 3. Mahasiswa melakukan penataan tanaman berdasarkan fungsi dan estetika. 4. Mahasiswa aktif melakukan praktikum. 5. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.

D. Indikator Pencapaian

1. Kemampuan melakukan studi lapang mengenai penataan tanaman pada berbagai tipe lanskap. 2. Kemampuan membuat gambar rencana penataan tanaman. 3. Kemampuan menata tanaman berdasarkan fungsi dan estetika. 4. Kemampuan melakukan praktikum penataan tanaman dalam berbagai tipe lanskap 5. Sikap dan perilaku yang baik dalam studi lapang, case study, pameran dan praktikum.

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN

Taman merupakan hasil karya manusia dalam melakukan perubahan dan penataan ulang bentuk lingkungan untuk menciptakan suasana yang sesuai dengan keinginannya, yaitu nyaman, aman, dan indah. Sesuai dengan skala luasan, membuat taman bukan semata-mata untuk kepentingan manusianya saja, tetapi selayaknya juga mempertimbangkan kepentingan makhluk hidup lainnya, seperti tumbuhan, tanaman, satwa, dan hewan. Sebagai elemen taman, baik manusia, tumbuhan, tanaman, satwa, dan hewan akan saling berinteraksi satu sama lain dalam suatu ekosistem taman. Hal tersebut juga akan dipengaruhi oleh faktor abiotik atau lingkungan, seperti tanah, air, iklim, sinar matahari, dan udara. Taman direncanakan, dirancang, dibangun, dan akhirnya dipelihara untuk mencapai suatu tujuan penggunaan yang keberlanjutan. Taman-taman tersebut dapat dijumpai dalam

145 bentuk taman permanen, seperti taman rumah (homegardens), taman ketetanggaan di lingkungan pemukiman skala RT-RW (neighborhood parks), taman lingkungan, taman kota, taman rekreasi (recreation garden), serta taman-taman bertema (theme
parks) dan taman tujuan khusus.

Umumnya, taman lingkungan berada pada skala ruang tingkat kelurahan hingga kecamatan (community parks). Sementara, taman kota (urban landscape) yaitu taman umum pada skala kota dimana dapat mengakomodir kegiatan rekreasi bagi masyarakat kota yang bersangkutan, misalnya city parks, public parks, squares,
rijk parks, dan kouen. Beberapa contoh taman bertema dan tujuan khusus, antara

lain, taman fantasi, taman wahana anak-anak, taman rekreasi bahari, taman rekreasi pegunungan, taman wisata pertanian, taman wisata hutan, taman safari, dan taman wisata ekologis. Pada prinsipnya, pembuatan desain taman, baik untuk taman luas maupun taman sempit adalah sama. Yang membedakan adalah skala ukuran ruangnya. Sepanjang perancang mengerti prinsip desain yang meliputi tema taman, pembuat kontras taman, penyeimbang taman, pengulangan-pengulangan, dan lain-lainnya maka taman sekecil apa pun yang dihadirkan akan menarik perhatian, indah dipandang, serta nyaman dirasakan. Untuk hal itu, perlu dipahami cara-cara penataan taman yang baik. Cara peletakan tanaman dan berbagai meterial pendukung lainnya memerlukan kejelian pengalaman dan sensitifitas rasa keindahan penata taman agar taman memiliki komposisi dan nuansa sesuai dengan keinginan pemilik taman. Selain itu, taman juga hendaknya memiliki nuansa yang sesuai dengan desain arsitektur bangunan. Sebisa mungkin dimunculkan pesona pada taman tersebut yang kelak tidak hanya memuaskan pemiliknya, tetapi juga menyenangkan bagi orang lain yang berkunjung ke taman tersebut.

A. Taman Instan

Taman instan adalah taman yang bersifat insidentil dan temporer yang ditata pada suatu tapak, baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan. Elemen taman instan sebenarnya tidak hanya terdiri dari tanaman saja baik yang berbunga maupun nonbunga, tetapi juga seperti taman permanen, yaitu dilengkapi dengan elemen

146 lainnya seperti batu-batuan, pagar, pergola, sculpture, lampu-lampu taman, bahkan kolam air mancur dan air terjun. Dengan rekayasa desain, bentuk taman secara miniatur dapat terwujud dalam ruang yang terbatas. Beberapa kegunaan dan peran taman instan sebagai berikut. 1. Taman instan dengan elemen-elemennya berupa tanaman, batuan, air, dan lampu dapat menjadi media penghubung perasaan manusia terhadap alam dan menghilangkan stres. Taman-taman ini memberi variasi desain yang sangat dinamis. Dengan cara bongkar pasang, tema taman dapat disesuaikan dengan suasana yang diinginkan pada saat itu. 2. Taman instan dalam bentuk gelar bunga di tengah-tengah hamparan hijaunya taman dapat menjadi titik pusat perhatian (focal point) bagi pengunjung atau pengguna taman. Pada umumnya, gelar bunga dapat diselenggarakan di plaza, atrium, alun-alun kota, serta ruang-ruang terbuka (taman kota) pada acara-acara perayaan tertentu atau pada saat ada pameran, festival, maupun karnaval. 3. Taman instan yang ditata di dalam bangunan stand pameran, ruang-ruang bagian rumah tinggal, perkantoran, hotel, restaurant, dan bandar udara dapat memperlembut suasana ruangan yang didominasi oleh elemen keras. Beberapa contoh elemen keras tersebut yaitu dinding tembok; kaca; tiang dan pilar kayu, besi, atau stainless steel; serta lantai keramik, marmer. Taman-taman instan biasanya akan sangat impresif bila dilengkapi dengan permainan cahaya alami dari sudut-sudut ruang tertentu yang berjendela, bagian dinding yang terbuka, atau bahkan dengan cahaya buatan. 4. Taman instan yang menghiasi ruang-ruang pesta dan panggung pelaminan dapat berfungsi sebagai area penyambut, pembatas, pengarah, latar belakang yang sekaligus menyemarakkan suasana pesta, serta mengharmonisasikan ruangan dan tema pesta. Selain empat kegunaan dan peran tersebut, taman instan memiliki kelebihan dalam beberapa hal, sebagai berikut. 1. Mudah dan cepat didesain dan diimplementasikan mengikuti keinginan pemilik atau pengguna taman.

147 2. Dapat dikerjakan oleh pelaku-pelaku dengan pengetahuan pertamanan yang paling dasar sekali pun (hobiis dan gardener yang rajin membaca buku-buku pertamanan, mengetahui pengetahuan tanaman dan elemen taman lainnya, serta mengikuti kursus dan pelatihan pertamanan). 3. Dapat dibongkar-pasang sehingga bisa memberikan impresi yang variatif pada skala temporal. Misalnya, taman instan di ruangan hotel, perkantoran, bandara udara dapat diubah setiap minggu, setiap dua minggu, atau setiap bulan. Taman instan ini dapat memberi variasi panorama bagi tempat-tempat umum yang selalu menerima kehadiran tamu yang silih berganti. Suasana tersebut dapat menghindari kemonotonan spatial (ruang) dan temporal (waktu). 4. Dapat dikerjakan oleh sendiri (in house) maupun dipercayakan pada jasa penyewaan tanaman. Untuk skala pekerjaan yang tidak terlalu besar, misalnya di teras rumah, di dalam ruangan atau interior rumah, dan ruang kantor pribadi, mulai pembuatan desain taman, penyediaan material taman, pelaksanaan penataan taman, hingga pemeliharaan dapat dikerjakan sendiri. Namun, bila skalanya cuikup besar, misalnya untuk penataan ruang-ruang perkantoran, lobi hotel dan koridor hotel, ruang gedung-gedung pertemuan, sudut-sudut ruang di
departement store, interior bandar udara, dan interior rumah sakit, maka

profesionalisme mulai dari persiapan desain, penyediaan material, operasional penataan, pemeliharaan, hingga penggantian tanaman diperlukan tanggung jawab yang tinggi. 5. Tanaman bekas digunakan dapat dipelihara kembali dan ditempatkan ke ruang
recovery atau karantina dalam pembibitan. Pemeliharaan pemulihan bagi

tanaman-tanaman yang terkena stres dapat diatasi dengan penyiraman serta pemupukan agar kesehatan tanaman dapat pulih dan pertumbuhannya normal kembali. Setelah mencapai kondisi kesehatan, bentuk tanaman, dan warna tanaman yang prima maka tanaman tersebut dapat digunakan kembali sebagai material tanaman instan untuk proyek selanjutnya (Arifin, 2006). Contoh desain taman instan dapat dilihat pada Gambar 33.

148

Gambar 33. Contoh desain taman instan (Sumber: Arifin, 2006)

B. Taman Rumah Tinggal

Taman dan rumah sejak dulu merupakan satu kesatuan yang penting dan saling melengkapi untuk memenuhi kebutuhan penghuninya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Secara fisik-ekologis, taman di halaman rumah merupakan sebuah kantung terbuka hijau yang dapat menyejukan udara, meresapkan air ke dalam tanah, menghasilkan berbagai produksi tanaman, bahkan bisa menjadi habitat beberapa jenis satwa liar seperti kupu-kupu dan aneka jervs burung berkicau. Selain keberadaan aneka jenis tanaman, taman juga berarti sebagai gudang plasma nutfah. Keberadaan taman dapat membuat rumah memiliki fungsi estetik. Kehadiran aneka elemen taman, baik berupa tanaman, bebatuan, air, ataupun etemen yang hidup seperti ikan hias dapat menjadi selingan hiburan setelah penghuni rumah bekerja seharian di luar rumah. Taman tidak hanya sebagai fungsi estetik dan pajangan saja, tetapi taman juga mengambil peran penting dalam memberi kontribusi kesehatan bagi pemiliknya. Dalam keadaan sibuk dan tekanan pekerjaan yang rutin, taman dengan aneka isinya bisa menjadi obat untuk melenyapkan stres. Dengan demikian, keberadaan taman di rumah sangat penting peranannya. Pada dasamya berbagai jenis tanaman dapat dipilih sebagai pengisi taman. Akan tetapi, untuk menata tanaman menjadi taman yang memiliki fungsi dan nilai

149 estetika diperlukan pengetahuan mengenai kesesuaian tempat tumbuh tanaman secara ekologis dan hortikultura serta kondisi fisik tanaman seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan aroma. Dalam membuat taman di lahan sempit, ukuran tanaman, baik tinggi tanaman maupun lebar tajuk, merupakan sesuatu yang perlu dipertimbangkan dengan baik agar tanaman tersebut sesuai dengan tujuan dan fungsi desain. Dalam memilih dan mempertimbangkan tanaman yang digunakan, sebaiknya mengetahui karakteristik berbagai jenis tanaman. Memilih jenis tanaman bisa dimulai dari tanaman penutup tanah yang hanya mencapai tinggi beberapa sentimeter saja (grasses); tanaman herba yaitu tanaman yang tidak berkayu (herbs umumnya hanya beberapa puluh sentimeter saja); tanaman semak (bushes, tanaman berkayu, tetapi tidak memiliki batang utama, mempunyai tinggi 1-2 m); serta perdu (shrubs, tanaman berkayu dan memiliki batang utama dengan tinggi bisa mencapai 5 m, atau disebut sebagai pohon kecil). Penggunaan pohon untuk taman yang sempit tidak terlalu disarankan karena akan mendominasi ruang taman serta mengakibatkan kesan ruang semakin sempit dengan naungan yang semakin luas. Oleh karena itu, yang terpenting adalah bagaimana membuat desain kombinasi jenis tanaman yang justru memberikan kesan ruang yang lebih luas. Pengaturan strata tanaman pada satu tapak juga sangat menentukan daya tarik taman. Misalnya, tanaman yang lebih rendah ditempatkan di depan tanaman yang lebih tinggi. Ukuran lahan yang sempit bagi peruntukan taman akan lebih pas bila dipilih elemen tanaman yang bertekstur halus. Tanaman-tanaman yang bertekstur halus dapat dicirikan dari ukuran daun yang kecil, antara lain, kriminil, taiwan beauty, portulaka atau tanaman yang berdaun jarum, seperti asparagus dan beberapa jenis pinus yang dikerdilkan. Jenis tanaman yang berukuran relatif kecil seperti tanaman jenis-jenis rerumputan dan penutup tanah. Untuk tanaman yang bertekstur kasar yang dicirikan oleh tanaman yang berdaun lebar dan besar, seperti kadaka, philodendron, hanjuang, sikas, dan palem-paleman Tanaman yang bertekstur halus maupun kasar bisa saja ditanam untuk mengisi taman yang sempit. Namun, yang perlu diperhatikan adalah keragaman jenis maupun jumlah tanaman yang dipilih. Bila ingin menggunakan tanaman bertekstur kasar sebaiknya jumlahnya jangan

150 berlebihan karena akan mendominasi ruang sehingga taman berkesan semakin sempit. Bila menggunakan tanaman bertekstur halus dapat berkreasi memadukan berbagai ragam jenis tanaman. Banyaknya ragam jenis dapat menjadi koleksi sehingga keindahan dan keunikan masing-masing jenis tersebut menarik perhatian. Namun, dapat pula diterapkan jumiah tanaman yang relatif banyak, tetapi jenisnya harus dikurangi agar taman tidak terlihat crowded. Di lain pihak, dapat digunakan satu atau dua tanaman bertekstur kasar di tengah-tengah penggunaan tanaman bertekstur halus sehingga bisa menjadi kontras atau daya tarik dalam taman (point of
interest). Contoh desain taman rumah tinggal dapat dilihat pada Gambar 34.

Gambar 34. Contoh desain taman rumah tinggal (Sumber: Arifin dan Suwita, 2007)

C. Jalur Hijau Jalan

Jalur hijau adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lanskap lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (Damija) maupun di dalam Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja). Disebut jalur hijau karena dominansi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau. Adanya penataan jalur hijau jalan memungkinkan kenyamanan dan keamanan pengguna jalan. Sebagai contoh penanaman jalur hijau jalan di sepanjang berm dan median jalan yang bersifat sederhana dalam pelaksanaannya harus berpedoman

151 pada kebutuhan, kecocokan penampilan di tiap musim, penampilan di tiap tahapan pertumbuhan, kecocokan antara tanaman dan bangunan serta lingkungan sekitar dan keefisienan dalam pemeliharaan. Berdasarkan letak penanamannya jalur hijau dibedakan menjadi empat yaitu: 1) jalur tanaman tepi, 2) median jalan, 3) daerah tikungan, 4) persimpangan dan daerah berterrain. Daerah tepi jalan adalah daerah yang berfungsi untuk keselamatan dan kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan dan melindungi bentukan alam. Median jalan adalah jalan yang memisahkan dua jalan yang berlawanan, dapat digunakan sebagai pendukung keselamatan pengendara, peletakkan rambu-rambu lalu lintas, ataupun sebagai jalur hijau dengan persyaratan tertentu. Median berfungsi sebagai rintangan atau penuntun arah untuk mencegah tabrakan dengan kendaraan dari arah yang berlawanan dan mengurangi silau lampu kendaraan dengan menempatkan tanaman dengan kepadatan dan ketinggian yang tepat. Hal ini merupakan satu dari sekian pertimbangan estetik yang seharusnya menjadi suatu peraturan dalam kebanyakan situasi perkotaan. Pemilihan jenis tanaman pada jalur hijau jalan tergantung pada fungsi tanaman dan lokasi penanaman. Tanaman yang dipergunakan adalah dari kelompok pohon, perdu, semak dan penutup tanah. Kriteria pemilihan jenis tanaman sebagai berikut. 1. Klasifikasi hortikultura, yaitu syarat tumbuh, toleransi terhadap suhu, air, cahaya, tanah, angin, hama dan penyakit, sifat penyebaran, sifat adaptasi. 2. Klasifikasi fisik, yaitu tujuan desain, ukuran dewasa tanaman, kecepatan tumbuh, sifat umur, bentuk, tekstur, warna, aroma, budidaya. Klasifikasi hortikultura berorientasi terhadap tindakan budidaya dan keberhasilan penanaman dan klasifikasi sifat fisik tanaman biasanya berorientasi rerhadap penilaian dan keberhasilan bentuk serta fungsi arsitekturisnya. Kriteria tanaman yang digunakan adalah yang mudah didapat, dapat beradaptasi dengan kondisi setempat baik dari segi kondisi tanah maupun iklim, tidak memerlukan perawatan khusus, mudah dikembangkan dan sedapat mungkin dipilih jenis yang dapat memperbaiki atau meningkatkan kesuburan tanah baik secara langsung maupun tidak langsung.

152 Persyaratan pohon tepi jalan secara ekologis meliputi: 1) mempunyai sistem perakaran yang dalam, 2) selalu hijau, 3) tahan terhadap kekurangan air, 4) mampu hidup pada berbagai jenis tanah, 5) memiliki tajuk yang rapat, 6) tahan terhadap polusi udara dan polutan lainnya, 7) tahan terhadap serangan hama dan penyakit, 8) tidak disukai oleh kupu-kupu yang menimbulkan jenis ulat. Pemilihan jenis-jenis tanaman yang akan digunakan, terutama untuk tanaman yang didatangkan dari luar tapak berpedoman kepada beberapa kriteria. Kriteria tersebut berlaku untuk pohon, semak, dan penutup tanah yang ditanam di perkotaan, yaitu sebagai berikut. 1. Pohon peneduh dengan ketinggian sedang atau tinggi kurang dari 15 meter. 2. Bentuk tajuk pohon bulat atau kolumnar dengan lebar tajuk tidak menutupi bahu jalan. 3. Tinggi cabang pohon pertama dari bawah tidak kurang dari 5 meter. 4. Tidak membahayakan pengguna jalan, yaitu tanaman yang tidak menghasilkan duri, buah yang besar dan keras, memiliki batang dan cabang yang kuat serta tidak menghasilkan zat yang berbahaya. 5. Perakarannya tidak merusak trotoar dan saluran drainase. 6. Berdaun kecil sampai sedang dan tidak menggugurkan daun secara serempak. 7. Pohon dan semak yang memiliki karakter fisik (bentuk,warna, daun, dan bunga) yang menarik. 8. Tanaman penutup tanah yang tidak memerlukan pemeliharaan intensif. 9. Tidak mudah terserang hama dan penyakit serta tahan terhadap polusi dan kekeringan. 10. Mampu bertahan hidup pada kondisi yang kurang baik dan dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. 11. Semak yang tumbuh berumpun, rapat dan mudah diperbanyak. 12. Mudah dalam pemeliharaan.

D. Lanskap Perkotaan Area-area Khusus

Pada wilayah perkotaan, terutama pada pusat-pusat kegiatan masyarakat perkotaan atau pada permukiman, cenderung sulit untuk menemukan lahan yang

153 dapat dikembangkan untuk pertamanan atau untuk lahan penanaman. Lahan yang tersedia biasanya lahan sisa yang luasannya terbatas dan terkadang kondisinya bermasalah, seperti kemiringan lereng lahan yang curam, lingkungan tumbuh yang tidak mendukung, dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan pertimbanganpertimbangan khusus dalam melakukan penamanan pada area-area khusus tersebut. Beberapa karakteristik ruang yang potensial untuk ditanami dengan kondisi khusus sebagai berikut.
1. Penanaman dengan Planter Box

Adanya kecenderungan penutupan lahan perkotaan dengan perkerasan merupakan salah satu penyebab sulitnya mendapatkan areal penamanan. Hal tersebut dapat diatasi dengan menanam pada bak tanaman (planter box). Terdapat beberapa alternatif material untuk pembuatan bak tanaman, seperti beton, kayu, bata, kombinasi kaca, dan beton. Bak tanaman dapat diisi satu atau lebih pot. Untuk taman kota, satu bak tanaman bahkan diisi hingga puluhan pot. Dengan menggunakan bak tanaman, pot dapat lebih sering diganti sehingga penampilan tanaman selalu bagus. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk penanaman pada bak tanaman sebagai berikut. a. Sistem drainase, untuk menyediakan kondisi drainase yang baik dalam bak tanaman, sistem drainase dibuat untuk mengatasi air penyiraman yang berlebihan. Selain dipengaruhi oleh media tanam, drainase juga ditunjang dengan adanya kemiringan pada dasar bak tanaman dan jalur drainase/outlet yang cukup untuk mengalirkan air keluar dari pot dan bak tanaman. b. Media tanam, penyediaan media tanam yang sesuai untuk pot atau bak tanaman mempengaruhi aerasi dalam bak serta beban berat yang ditanggung oleh bak tanaman. Salah satu contoh perbandingan media tanaman, yaitu pasir kasar (ukuran sekitar I mm) : material organik/kompos : top soil = 50 :45 :5, atau 70:25:5. Selain media dipupuk secara periodik, setelah beberapa tahun media perlu diganti. c. Pemilihan jenis tanaman, dengan mempertimbangkan tanaman yang perakaran tidak intensif, ukurannya tidak terlalu besar, dan lambat pertumbuhannya (untuk

154 pohon). Jika bak tanaman diletakkan pada area yang kecepatan anginnya cukup tinggi, maka perlu pertimbangan pemilihan jenis tanaman yang tahan hembusan angin, adanya struktur penopang atau penahan (staking/staggering). d. Ukuran kedalaman bak tanaman mempengaruhi pemilihan jenis tanaman (Tabel 2). Tabel 2. Jenis tanaman sesuai ukuran kedalaman bak tanaman
No Jenis Tanaman 1. Rumput 2. Penutup tanah, herba, semak/perdu kecil 3. Semak/Perdu besar, pohon
Sumber: Arifin et al. (2008)

Kedalaman Bak Tanaman 150-300 mm 0,5-1,0m 1,0-1,5m

2. Lahan Berlereng

Lahan berlereng dengan kemiringan curam merupakan ruang pofensial untuk penanaman di kawasan perkotaan yang padat. Lahan berlereng yang ditanami dapat difungsikan sebagai area penyangga dan konservasi. Tanaman yang ditanam dapat mengurangi erosi permukaan oleh air, mengurangi terjadinya suhu tanah yang ekstrim, dan melindungi tanah dari erosi angin. Untuk tujuan tersebut maka hal-hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: 1. Pemilihan jenis tanaman terutama pada jenis-jenis yang perakarannya mampu mengikat tanah dan menangkap air hujan. 2. Pemilihan jenis tanaman, baik penutup tanah, semak, dan pohon memperhatikan keselarasannya dengan lingkungan sekitar. 3. Jika kondisi awal lahan dalam keadaan tanpa penutupan tanaman, maka sebagai langkah pertama perlu ditanami vegetasi penutup tanah (rumput, herba) yang cepat tumbuh, kemudian ditanami dengan pohon dan semak besar untuk meningkatkan kestabilan lereng. 4. Pola penanaman sebaiknya dibuat sedemikan rupa agar pemeliharaan tidak intensif, mengingat akses ke lahan berlereng pada umumnya sulit.

155 Untuk kasus tertentu dimana lereng sangat curam (kemiringan >45) sulit untuk ditanami tanaman besar, maka penanaman tanaman perdu/semak kecil untuk menstabilkan tanah masih dapat dilakukan dengan beberapa teknik bio-engineering.
3. Teknik Penanaman Area yang Tergenangi Secara Periodik

Berbagai bentuk ruang-ruang di perkotaan yang secara periodik tergenang merupakan salah satu area yang potensial untuk ditanami, yang tidak hanya memberikan manfaat ekologis/iingkungan (perbaikan habitat satwa, perlindungan bantaran dan tanggul), tetapi juga manfaat sosial (area rekreasi mayarakat setempat). Beberapa contoh area tergenang/banjir secara periodik, misalnya pada reservoir, kanal, saluran drainase, sungai, rawa, mangrove atau tepi laut. Penanaman dapat dilakukan di bantaran/tepian perairan (sungai, kanal, saluran, dan pesisir) maupun di perairan (rawa, mangrove). Hal yang perlu diperhatikan untuk kegiatan penanaman area ini, yaitu dalam pemilihan jenis tanaman yang toleran terhadap genangan dan banjir serta mengutamakan pemilihan jenis-jenis lokal (native species) yang relatif adaptif terhadap lingkungan setempat dan dapat meminimalkan pemeliharaan. Jenis tanaman lain yang dapat dipertimbangkan, yaitu tanaman air, sebaiknya dipilih jenisjenis yang tidak bersifat invasive karena dapat mengakibatkan turunnya muka air dan eutrofikasi meningkatnya unsur nitrogen dalam air.
4. Area Bekas Penimbunan Sampah (Landfill)

Lokasi yang sebelumnya digunakan sebagai penimbunan sampah, baik yang berskala rumah tangga maupun lingkungan merupakan alternatif area penanaman. Untuk penanaman pada lubang sampah skala rumah tidak serumit pada skala lingkungan. Pada penanaman di lokasi penimbunan sampah skala lingkungan terdapat hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut. a. Pemantapan permukaan dengan tanah setebal 15 45 cm. b. Karena permukaannya cenderung tidak rata, maka sebaiknya tidak membangun struktur penunjang taman yang berlebihan (seperti bangku taman, shelter, area bermain, dan lain-lain) di atasnya untuk meminimalkan terjadinya kerusakan dan gangguan terhadap aktivitas maupun struktur tersebut.

156 c. Jika membuat saluran utilitas (irigasi, listrik) sebaiknya di permukaan atau sedikit di bawah permukaan untuk mempermudah pemeliharaan. d. Mengatasi adanya gas-gas hasil dekomposisi sampah dengan membuat sumur pengumpul sekitar. e. Menghindari penanaman pada lokasi-lokasi yang memiliki suhu tanah yang tinggi karena dapat mematikan tanaman. f. Memilih jenis tanaman yang toleran terhadap kondisi landfill (misalnya toleran terhadap gas-gas yang dihasilkan, tanah yang dangkal, tingginya hembusan angin, drainase yang buruk, dan adanya genangan).
5. Pembuatan Dinding Hijau (Greenwall)

gas,

yang

selanjutnya

jika

diberi

perlakuan

tertentu

dapat

dimanfaatkan sebagai penghasil energi yang dapat digunakan untuk lingkungan

Penanaman ini dilakukan pada struktur vertikal seperti tanggul atau dinding penahan (retaining wall) yang pada umumnya dibangun untuk menahan lereng. Penanaman atau penghijauan pada area ini selain membantu meningkatkan kestabilan lereng, juga menjadikan dinding lebih menarik dan bahkan dapat menciptakan habitat bagi satwa.

E. Rangkuman

Penataan tanaman dapat dilakukan pada berbagai tipe lanskap, antara lain, taman instan, taman rumah tinggal, jalur hijau jalan, lanskap perkotaan area-area khusus. Penanaman pada area khusus, seperti penanaman dengan bak tanaman (planter box), lahan berlereng, area yang tergenangi secara periodik, area bekas penimbunan sampah (landfill), dan pembuatan dinding hijau (greenwall).

PENUTUP A. Tugas dan Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang penataan tanaman pada berbagai tipe lanskap, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda!

157 1. Jelaskan apa yang dimaksud taman instan, taman rumah tinggal, jalur hijau jalan, dan lanskap perkotaan area-area khusus. 2. Berikan contoh gambar desain taman-taman tersebut.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus

memperhatikan rambu-rambu berikut: 1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kawan-kawan Anda. 2. Renungkan tentang penataan tanaman pada berbagai tipe lanskap.

B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran

Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini! 1. Kelebihan tanaman instan adalah............. A. Biaya relatif mahal B. Pembuatan desain kompleks C. Dapat dibongkar pasang D. Dapat dikerjakan oleh arsitek lanskap 2. Ukuran lahan yang sempit bagi peruntukan taman akan lebih pas bila dipilih elemen tanaman yang............. A. Bertekstur halus B. Bertekstur kasar C. Berukuran besar D. Berwarna terang 3. Persyaratan pohon tepi jalan secara ekologis adalah............. A. Menggugurkan daun B. Kebutuhan air banyak C. Tajuk yang jarang D. Tidak disukai oleh kupu-kupu 4. Pemilihan jenis tanaman untuk planter box sebaiknya memilih tanaman yang............. A. Berukuran besar B. Batangnya besar

158 C. Perakaran tidak intensif D. Cepat pertumbuhan untuk pohon 5. Hal yang perlu diperhatikan pada penanaman di lokasi penimbunan sampah adalah............. A. Pemantapan permukaan tanah setebal < 15 cm B. Membangun struktur penunjang seperti area bermain C. Saluran irigasi dibuat jauh di permukaan D. Pemilihan tanaman yang toleran gas Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 11. Rumus: Jumlah jawaban yang benar 100% 5 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: Tingkat penguasaan = 90% 80% 70% - 100% 89% 79% 69% = baik sekali = baik = cukup = kurang

Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup memahami Bab 11. Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 11, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

C. Sumber/Referensi

1. Arifin HS, Munandar A, Nurhayati, Pramukanto Q, Damayanti VD. 2008. Sampoerna Hijau Kotaku Hijau. Bogor: Tim Sampoerna Hijau. 2. Arifin HS, Suwita A. 2007. 22 Desain Taman Mungil. Jakarta: Penebar Swadaya. 3. Arifin HS. 2006. Taman Instan. Jakarta: Penebar Swadaya.

159
D. Kunci Jawaban

1. c 2. a 3. d 4. c 5. d

Anda mungkin juga menyukai