Ruang Terbuka Hijau

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 61

PEDOMAN PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN

RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DI KAWASAN PERKOTAAN

I. PENDAHULUAN
DASAR PEMIKIRAN
(1) BEBAN KOTA MAKIN BERAT
y Jumlah penduduk perkotaan semakin tinggi, di Indonesia tahun 2015
diperkirakan 60% penduduk berada di perkotaan.
y Kebutuhan akan lahan untuk permukiman menyebabkan tingginya alihguna lahan di perkotaan dan munculnya permukiman-permukiman kumuh.
y Perkembangan infrastruktur yang tidak dapat mengimbangi pertumbuhan
lalulintas telah menyebabkan terjadinya kemacetan lalulintas di perkotaan.
((2)) KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MAKIN RENDAH
y Penduduk perkotaan makin sering mengalami bencana banjir, polusi
udara, kebisingan dan kerawanan sosial yang menyebabkan menurunnya
produktivitas masyarakat
(3) RUANG TERBUKA PUBLIK MAKIN KURANG
y Kuantitas dan kualitas ruang publik dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

perkotaan makin menurun dari tahun ke tahun.


tahun
Saat ini luas RTH
perkotaan rata-rata hanya 10% dan rasio per kapita hanya 0.45-0.55
m2/kapita.

I. lanjutan

PERMASALAHAN LINGKUNGAN PERKOTAAN


PKL

KUMUH

MACET

POLUSI

I. lanjutan
PERMASALAHAN LINGKUNGAN PERKOTAAN
BANJIR
SAMPAH

LONGSOR

I. lanjutan
Pasal 28 (a)
Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah
kabupaten berlaku mutatis mutandis untuk
perencanaan tata ruang wilayah kota dengan
menambahkan
rencana
penyediaan
dan
pemanfaatan ruang terbuka hijau.
Pasal 29
(1) RTH terdiri dari RTH Publik dan RTH Privat
(2) Proporsi RTH pada wilayah kota minimal 30%
dari luas wilayah kota
(3) Proporsi RTH Publik minimal 20% dari luas
wilayah kota
Pasal 31
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan dan
pemanfaatan ruang terbuka hijau dan non hijau
diatur dengan peraturan Menteri
4

I. lanjutan

RUANG TERBUKA DI PERKOTAAN

RUANG TERBUKA
NON HIJAU

RUANG TERBUKA HIJAU


((RTH))
(MIN 30% LUAS KOTA)

RUANG TERBUKA
NON HIJAU PUBLIK
RUANG TERBUKA
NON HIJAU PRIVAT
RTH PUBLIK
(20% LUAS KOTA)
RTH PRIVAT

Penegasan adanya
P
d
standar
d pelayanan
l
minimal
i i l yang harus
h
dipenuhi dalam penyelenggaraan penataan ruang, antara lain
frekuensi dialog dengan masyarakat dalam penyusunan
rencana tata ruang,
pelayanan
minimal ruang
g, standar p
y
g
terbuka hijau, standar pelayanan minimal simpangan/ deviasi
antara rencana dan implementasi rencana
5

I. lanjutan

RUANG WILAYAH KOTA

RUANG TERBANGUN

RUANG TERBUKA

(60%)

(40%)

RUANG HUNIAN
(40%)

RTH di Ruang Hunian:


Asumsi KDB maks 80%
RTH = 20% x 40% = 8%

NON HUNIAN
(20%)

RTH di Ruang Non Hunian:


Asumsi KDB maks 90%
RTH = 10% x 20% = 2%

RTH PRIVAT = 10%

JARINGAN
JALAN
(20%)

TAMAN-TAMAN
KOTA
(12,5%)

RTH di Jarirngan Jalan:


Asumsi jalur hijau 30%
RTH = 30% x 20% = 6%

LAINNYA
(NON HIJAU)
(7,5%)

(Sungai, Jalan KA, SUTET)


Asumsi 20% hijau
RTH = 20% x 7,5% = 1,5%

RTH PUBLIK = 20%

I. lanjutan

Definisi
RTH
RTH adalah area memanjang/ jalur dan/ atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih
l bih bersifat
b if t terbuka,
t b k tempat
t
t tumbuh
t b h tanaman,
t
b ik yang
baik
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

I. lanjutan

TIPOLOGI RTH
Fisik

Ruang
Terbuka
Hijau
(RTH)

Fungsi

Struktur

Kepemilikan

Pola
Ekologis

RTH Publik

Ekologis

RTH
Alami

RTH
Nonalami

Sosial/
Budaya

Arsitektural

Pola
Planologis

RTH Privat

Ekonomi

II. KETENTUAN UMUM


TUJUAN DAN FUNGSI PENYELENGGARAAN RTH
a) meningkatkan mutu lingkungan perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih dan
sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan;
b) menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna
untuk kepentingan masyarakat dan keseimbangan edapis.
FUNGSI

Fungsi Utama (intrinsik)


fungsi ekologis
Fungsi Tambahan (ekstrinsik)
fungsi arsitektural
sosial, dan
ekonomi

Dalam suatu wilayah perkotaan,


4
fungsi
ini
dapat
dikombinasikan sesuai dengan
kebutuhan kepentingan,
kebutuhan,
kepentingan dan
keberlanjutan kota seperti
perlindungan
tata
air,
keseimbangan ekologi dan
konservasi hayati
9

II. lanjutan

MANFAAT RTH
berdasarkan fungsinya:

Manfaat Langsung (bersifat tangible)


mendapatkan bahan-bahan untuk
(ka daun,
(kayu,
da n bunga),
b nga) kenyamanan
ken amanan

dijual

Manfaat Tidak Langsung (bersifat intangible


intangible))
perlindungan tata air dan konservasi hayati
atau keanekaragaman hayati

10

II. lanjutan
RTH PUBLIK

RTH PRIVAT

11

II. lanjutan
SISTEM
TAJUK & PERCABANGAN

UDARA

FUNGSI
INTRINSIK
FUNGSI EKOLOGIS

O2
oksigen
CO2
carbon dioxida

FUNGSI
EKSTRINSIK

TANAH

FUNGSI SOSIAL
FUNGSI EKONOMI
FUNGSI ARSITEKTURAL

AIR
SISTEM PERAKARAN

12

II. lanjutan

RTH fungsi ekologis

RTH fungsi ekonomi

RTH fungsi sosial/ budaya

RTH fungsi arsitektural


13

II. lanjutan

STRUKTUR RTH di PERKOTAAN


HIERARKI

RTH LINTAS

BENTUK FISIK

FUNGSI DOMINAN

GANDA

WILAYAH

RTH WILAYAH

EKOLOGIS

RTH SUB WILAYAH

EKOLOGIS

RTH KOTA

GANDA

RTH PERMUKIMAN

SOSIAL EKONOMI

RTH PERUMAHAN

SOSIAL

Kawasan/areal

Jalur/koridor

14

II. lanjutan

FUNGSI DAN PENERAPAN RTH PADA BEBERAPA TIPOLOGI KAWASAN


TIPOLOGI KAWASAN

KARAKTERISTIK RTH
FUNGSI UTAMA

PENERAPAN KEBUTUHAN RTH

Pesisir

pengamanan wilayah pantai


sosial budaya
mitigasi
g bencana

berdasarkan luas wilayah


berdasarkan fungsi tertentu

Pegunungan

konservasi tanah
konservasi air
keneka ragaman
g
hayati
y

berdasarkan luas wilayah


berdasarkan fungsi tertentu

Rawan bencana

mitigasi bencana

berdasarkan fungsi tertentu

Belum berkembang

dasar perencanaan kawasan


Sosial

berdasarkan fungsi tertentu


berdasarkan jumlah penduduk

Berpenduduk padat ekologis


(t l h berkembang)
(telah
b k b ) sosial
i l
Hidrologis

berdasarkan fungsi tertentu


b d
k jjumlah
l h penduduk
d d k
berdasarkan
15

II. lanjutan

PERAN PENATAAN RUANG


Perencanaan Tata Ruang Kota harus dimulai dengan pertanyaan dimana
kita tidak boleh membangun.
Kawasan-kawasan rawan
digunakan untuk RTH.

bencana

(natural

hazards)

sebaiknya

S
Secara hirarkhis
hi khi di setiap
ti tingkatan
ti k t wilayah
il h ruang di perkotaan
k t
h
harus
memiliki fungsi pelayanan sosial tertentu dan bentuk RTH yang spesifik.

16

II. lanjutan

SKEMATIK SKALA PELAYANAN


FASILITAS DALAM
HIRARKI RUANG KOTA
UNIVERSITA
AS

KOTA BESAR/ METROPOLITAN

TK

RUMAH

SD

TAMAN KECAMATAN

TAMAN
KELURAHAN

KELURAHAN

KE
ECAMATAN

TAMAN

17

III. KETENTUAN PENYEDIAAN DAN


PEMANFAATAN RTH
1 PENYEDIAAN RTH DI KAWASAN PERKOTAAN
1.
A. Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah
a)) ruang terbuka
t b k hijau
hij di perkotaan
k t
t di i dari
terdiri
d i RTH Publik
P blik dan
d RTH Privat;
Pi t
b) proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30%
yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari
ruang terbuka hijau privat
c) apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan
telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan
yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan
keberadaannya
18

III. lanjutan

B Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk


B.
No

UNIT LINGKUNGAN

TIPE RTH

LUAS
MIN/UNIT
(m2)

LUAS MIN/
KAPITA
(m2)

LOKASI

250 jiwa

Taman RT

250

1,0

Di tengah lingkungan RT

2500 jiwa

Taman RW

1 250
1.250

05
0,5

Di pusat kegiatan RW

30.000 jiwa

Taman Kelurahan

9.000

0,3

Dikelompokkan dengan
sekolah/pusat kelurahan

Taman Kecamatan

24 000
24.000

02
0,2

Dikelompokkan dengan
sekolah/pusat kecamatan

Pemakaman

disesuaikan

1.2 *)

Taman kota

144 000
144.000

03
0,3

Di pusat wilayah/kota

Hutan kota

disesuaikan

4.0

Di dalam/kawasan pinggiran

Untuk
U
t k fungsi
f
i
tertentu

di
disesuaikan
ik

12 5
12.5

Disesuaikan
Di
ik d
dengan
kebutuhan

120.000 jiwa

480.000 jiwa

*) Disesuaikan dengan angka kematian setempat

Tersebar

19

III. lanjutan

C. Penyediaan RTH Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu


F
Fungsii RTH pada
d katagori
k t
i ini
i i adalah
d l h untuk
t k perlindungan
li d
atau
t pengamanan,
misalnya melindungi kelestarian SDA, pengaman pejalan kaki atau
membatasi pperkembangan
g ppenggunaan
gg
lahan agar
g fungsi
g utamanya
y tidak
terganggu
RTH katagori ini meliputi: RTH pekarangan, RTH taman dan hutan kota, RTH
jalur hijau jalan, dan RTh untuk fungsi tertentu berupa RTH sempadan rel
kereta api, RTH jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungan, RTH
sempadan
se
pada pa
pantai,
a , RTH pe
pengaman
ga a su
sumber
be aair,, da
dan pe
pemakaman.
a a a

20

III. lanjutan

2. PEMANFAATAN RTH DI KAWASAN PERKOTAAN


A. RTH PEKARANGAN
a. Pekarangan Rumah Besar

kategori: rumah dengan luasan lahan di atas 500 m2;


RTH min yang disarankan adlh luasan lahan kavling dikurangi luas dasar
bangunan sesuai peraturan daerah setempat;
jumlah pohon pelindung yang harus disediakan min.3 (tiga) pohon pelindung
ditambah dengan
g p
perdu dan semak serta p
penutup
p tanah dan atau rumput.
p

b. Pekarangan Rumah Sedang

kategori: rumah dengan luasan lahan antara 200 m2 500 m2;


RTH min yang disarankan adlh luasan lahan kavling dikurangi luas dasar
bangunan sesuai peraturan daerah setempat;
jumlah pohon pelindung yang harus disediakan min. 2 (dua) pohon
pelindung ditambah dengan tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah
dan atau rumput.
21

III. lanjutan

c. Pekarangan Rumah Kecil

kategori: rumah dengan luasan lahan di bawah 200 m2;


RTH min yang disarankan adlh luasan lahan kavling dikurangi luas dasar
bangunan sesuai peraturan daerah setempat;
jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu) pohon
pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan
atau
t rumput.
t

d. Halaman Perkantoran, Pertokoan, dan Tempat Usaha

umumnya berupa
b
j l trotoar
jalur
t t
d area parkir
dan
ki terbuka
t b k
beberapa lokasi dengan tingkat KDB 70%-90% perlu menambahkan
tanaman dalam pot.
perkantoran pertokoan dan tempat usaha dengan KDB di atas 70%,
perkantoran,
70%
minimal memiliki 2 (dua) pohon kecil atau sedang, ditanam pada lahan
atau pada pot berdiameter diatas 60 cm;
persyaratan penanaman pohon pada kawasan ini dengan KDB dibawah
70%, berlaku seperti persyaratan pada RTH pekarangan rumah, ditanam
pada area diluar KDB yang telah ditentukan.

22

III. lanjutan

e. Taman Atap Bangunan


Kavlingg dengan
g KDB di atas 90% seperti
p ppada kawasan ppertokoan di ppusat
kota, atau pada kawasan-kawasan dengan kepadatan tinggi dengan lahan
yangan sangat terbatas dibuat taman atap bangunan.
Aspek yang harus diperhatikan:

struktur bangunan
lapisan kedap air (waterproofing )
sistem utilitas bangunan
media tanam
pemilihan material
aspek keselamatan dan keamanan
aspek pemeliharaan
- peralatan
- tanaman
23

III. lanjutan

Pemanfaatan Halaman Sempit/Terbatas sebagai RTH


24

III. lanjutan

Contoh Bentuk Taman Atap Bangunan

25

III. lanjutan

B. RTH TAMAN DAN HUTAN KOTA


1) Taman Rukun Tetangga (RT)
1).
Luas taman minimal 1 m2 per penduduk RT, dengan luas minimal 250 m2
Lokasi taman berada pada radius kurang dari 300 m dari rumah-rumah
rumah rumah
penduduk yang dilayani
Fasilitas
bangku taman
mainan anak-anak

Ruang Hijau
40%

Vegetasi
3-5 pohon pelindung dari jenis
pohon kecil atau sedang

26

III. lanjutan

2). Taman Rukun Warga (RW)


Luas taman minimal 0,5 m2 per penduduk RW, dengan luas minimal
1.250 m2
Lokasi taman berada pada radius kurang dari 1000 m dari rumah-rumah
penduduk yang dilayani
Fasilitas
lapangan (u/ OR atau
aktifitas lainnya)
bangku taman
mainan anak-anak

Ruang Hijau
70%

Vegetasi
10 pohon pelindung dari
jenis pohon kecil atau
sedang

27

III. lanjutan

3) Taman Kelurahan
3).
Luas taman minimal 0,3 m2 per penduduk kelurahan, dengan luas
minimal 9.000 m2
Lokasi taman berada pada wilayah kelurahan yang bersangkutan
Jenis
Taman

Ruang Hijau

Fasilitas

Vegetasi

Aktif

60 - 70%

lapangan terbuka/ olahraga


trek lari, lebar 5 m panjang 325 m
WC umum
1 unit kios (jika diperlukan)
kursi-kursi taman

setidak-tidaknya 25
pohon (pohon sedang
dan kecil)
semak
perdu
penutup tanah

Pasif

70 - 90%

sirkulasi pejalan kaki


kaki, lebar 1
1,5-2
52m
WC umum
1 unit kios (jika diperlukan)
kursi-kursi taman

setidak
setidak-tidaknya
tidaknya
pohon (pohon
dan kecil)
semak
perdu
penutup tanah

50
sedang

28

III. lanjutan

4). Taman Kecamatan

Luas taman minimal 0,2 m2 per penduduk kecamatan, dengan luas


minimal 24.000 m2
Lokasi taman berada pada wilayah kecamatan yang bersangkutan
Jenis
Taman

Ruang Hijau

Fasilitas

Vegetasi

Aktif

60 - 70%

lapangan terbuka
lapangan basket
lapangan volley
trek lari, lebar 5 m panjang 325 m
WC umum
parkir kendaraan termasuk sarana kios
(jika diperlukan)
kursi taman

setidak-tidaknya 50
pohon (pohon sedang
dan kecil)
semak
perdu
penutup tanah

Pasif

70 - 90%

sirkulasi pejalan kaki, lebar 1,5-2 m


WC
parkir kendaraan termasuk sarana kios
(jika diperlukan)
kursi-kursi taman

Lebih dari 100 pohon


tahunan (pohon sedang
dan kecil)
semak
perdu
penutup tanah

29

III. lanjutan

5).
) Taman Kota
Luas taman minimal 0,3 m2 per penduduk kota, dengan luas minimal
144.000 m2
Taman
T
i i dapat
ini
d
t berbentuk
b b t k sebagai
b
i RTH (lapangan
(l
hij ) RTH yang
hijau),
dilengkapi fasilitas rekreasi dan olah raga, dan kompleks olah raga
Ruang
Hijau

Fasilitas

70 - 80 %

lapangan terbuka
unit lapangan basket (14x26 m)
unit lapangan volley (15 x 24 m)
trek lari, lebar 7 m panjang 400 m
WC umum
parkir kendaraan termasuk sarana kios (jika
diperlukan)
panggung terbuka
area bermain anak
Prasarana tertentu: kolam retensi untuk pengendali air
larian

Vegetasi
150 pohon
(pohon sedang
dan kecil)
semak
perdu
penutup tanah

30

III. lanjutan

Pohon
p
pelindung
g
Jalur
pejalan
kaki

C t h Taman
Contoh
T
Rukun
R k Tetangga
Tt
(RT)

31

III. lanjutan
Contoh Taman Rukun Tetangga (RT)

Arena mainan anak

Kursi taman
Jalur pejalan kaki
Pohon pelindung

32

III. lanjutan

Lap.
Volley
Tempat duduk

Tempat duduk

Lap.
rumput
Tempat duduk

Lap.
basket

Contoh taman rukun warga

Contoh Taman Rukun Warga (RW)


33

III. lanjutan

Contoh Taman Rukun Warga (RW)


34

III. lanjutan

kios

Sarana
olahraga

Lapangan
Terbuka

kios

Area parkir
Kios
Area parkir

Contoh Taman Kelurahan (Rekreasi Aktif)

Contoh Taman Kelurahan (Rekreasi Pasif)

35

III. lanjutan

Sarana
olahraga
g

Area parkir
Sarana olahraga

kios
Sarana
olahraga

plaza

Lapangan Terbuka
Hutan kecil

Contoh Taman Kecamatan

36

III. lanjutan

Contoh Taman Kelurahan

Contoh Taman Kecamatan

37

III. lanjutan

Contoh Taman Kota

38

III. lanjutan

6). Hutan Kota

Bergerombol atau menumpuk: hutan kota dengan komunitas vegetasi


terkonsentrasi pada satu areal, dengan jumlah vegetasi min 100 pohon
dengan jarak tanam rapat tidak beraturan

Menyebar: hutan kota yang tidak mempunyai pola bentuk tertentu, dengan
luas minimal 2500 meter.
meter Komunitas vegetasi tumbuh menyebar terpencar
terpencarpencar dalam bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil

Berbentuk jalur: hutan kota pada lahan-lahan


lahan lahan berbentuk jalur mengikuti
bentukan sungai, jalan, pantai, saluran dan lain sebagainya. Lebar minimal
hutan kota berbentuk jalur adalah 30 meter.
39

III. lanjutan

7). Sabuk Hijau

RTH yyangg memanjang


j g mengikuti
g
batas-batas area atau ppenggunaan
gg
lahan tertentu, dipenuhi pepohonan, sehingga berperan sebagai
pembatas atau pemisah;

Hutan kota;

Campuran, perkebunan,
Campuran
perkebunan pesawahan,
pesawahan yang telah ada sebelumnya
(eksisting) dan melalui peraturan yang berketetapan hukum,
dipertahankan keberadaannya.

40

III. lanjutan

C. RTH JALUR HIJAU JALAN


1). Pulau Jalan dan Median Jalan
a. Pada Jalur Tanaman Tepi Jalan
1. Peneduh

Jalur tanaman tepi peneduh

2. Penyerap Polusi Udara

Jalur tanaman tepi penyerap polusi udara


41

III. lanjutan
4. Pemecah Angin
g

3. Peredam Kebisingan
g

Jalur tanaman tepi penyerap kebisingan

Jalur tanaman tepi pemecah angin

5. Pembatas Pandang

Jalur tanaman tepi pembatas pandang

42

III. lanjutan

b Pada
b.
P d Median
M di Jalan
J l
Penahan Silau Lampu Kendaraan

Jalur tanaman pada median penahan silau lampu kendaraan


43

III. lanjutan

c. Pada Persimpangan
J
Jarak
kd
dan jjenis
i tanaman
Bentuk persimpangan

Persimpangan kaki
empat tegak lurus tanpa
kanal

Persimpangan kaki
empat tidak tegak lurus

Letak tanaman

Kecepatan 40
km/jam

Kecepatan 60
km/jam

Pada
P
d mulut
l t
persimpangan

20 m
Tanaman rendah

40 m
Tanaman rendah

Mendekali
persimpangan

80 m
Tanaman tinggi

100 m
Tanaman tinggi

30 m
Tanaman rendah

50 m
Tanaman rendah

80 m
Tanaman tinggi

80 m
Tanaman tinggi

Pada mulut
persimpangan
p
p g

Catatan: - Tanaman rendah, berbentuk tanaman perdu dengan ketinggian < 0.80 m
- Tanaman tinggi
tinggi, berbentuk pohon dengan percabangan di atas 2 meter

44

III. lanjutan

2). RTH Jalur Pejalan Kaki


a) Kenyamanan cara mengukur kualitas fungsional yang ditawarkan oleh sistem pedestrian yaitu:
Orientasi, berupa tanda visual (landmark, marka jalan) pada lansekap untuk membantu dalam
menemukan jalan pada konteks lingkungan yang lebih besar
Negosiasi, kemudahan berpindah dari satu arah ke arah lainnya.
b) Perlengkapan untuk memungkinkan terjadinya interaksi sosial baik pasif maupun aktif serta memberi
kesempatan untuk duduk dan melihat pejalan kaki lainnya.
lainnya
c) Sensor adalah pengalaman menyenangkan atau faktor lainnya sehingga berupa stimulus sensor,
baik yang terukur maupun yang tidak terukur
d) Karakter fisikal
Kriteria dimensional, disesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya setempat, kebiasaan dan
gaya hidup,
hidup kepadatan penduduk,
penduduk warisan dan nilai yang dianut terhadap lingkungan.
lingkungan
Kriteria Pergerakan, jarak rata-rata orang berjalan di setiap tempat umumnya berbeda
dipengaruhi oleh tujuan perjalanan, kondisi cuaca, kebiasaan dan budaya. Pada umumnya
orang tidak mau berjalan lebih dari 220 meter.
e) Standar Spatial, dapat mengacu pada pedoman pedestrian yang berlaku.

45

III. lanjutan

3). RTH di Bawah Jalan Layang


Penataan ditekankan pada:

agar nampakk tertata


t t t rapi,i asri,i dan
d indah;
i d h
tidak menjadi tempat kumuh/ tempat mangkal gelandangan;
menutupi bagian-bagian yang tidak menarik;
memperlembut bagian/ struktur bangunan yang berkesan kaku.
kaku

Kriteria pemilihan tanaman adalah sebagai berikut:

tanaman yang tahan dan dapat hidup dengan baik pada tempat yang ternaungi secara
permanen;
tidak membutuhkan penyinaran matahari secara penuh;
relatif
l tif tahan
t h kekurangan
k k
air;
i
perakaran dan pertumbuhan batang yang tidak mengganggu struktur bangunan;
sebaiknya merupakan tanaman dari jenis yang mempunyai kemampuan dalam
mengurangi polusi udara;
dapat hidup dengan baik pada pot atau bak tanaman.
46

III. lanjutan

D. RTH FUNGSI TERTENTU


1). Jalur Hijau Sempadan Rel Kereta Api
jarak maksimal dari sumbu rel adalah 50 m;
pengaturan perletakan (posisi) tanaman yang akan ditanam
harus sesuai Gambar Rencana atau sesuai petunjuk Direksi
P k j
Pekerjaan.

2). Jalur Hijau Jaringan Listrik Tegangan Tinggi

jenis tanaman yang ditanam memiliki dahan yang kuat;


daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin dengan
kecepatan sedang;
akarnya menghunjam masuk ke dalam tanah.
memiliki kerapatan yang cukup (50-60%);
pengaturan perletakan (posisi) tanaman yang akan ditanam
h
harus
sesuaii gambar
b rencana atau
t sesuaii petunjuk
t j k Direksi
Di k i
Pekerjaan.
47

III. lanjutan

3). RTH sempadan sungai


Jalur hijau sungai meliputi sempadan sungai selebar 50m pada kiri kanan sungai besar dan
sungai kecil (anak sungai);
Sampel jalur hijau sungai berupa petak-petak berukuran 20m x 20m diambil secara
sistematis dengan intensitas sampling 10% dari panjang sungai;
Sebelum di lapangan,
lapangan penempatan petak sampel dilakukan secara awalan acak (random
start) pada peta. Sampel jalur hijau sungai berupa jalur memanjang dari garis sungai ke
arah darat dengan lebar 20m sampai pohon terjauh;
Sekurang-kurangnya 100m dari kiri kanan sungai besar dan 50m di kiri kanan anak sungai
yang berada diluar pemukiman;
Untuk sungai di kaw. pemukiman brp sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk
dibangun
g jjalan inspeksi
p
antara 10-15m;;
Jarak maksimal dari pantai adalah 100m;
Pengaturan perletakan (posisi) tanaman yang akan ditanam harus sesuai Gambar Rencana
atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.

48

III. lanjutan

4). RTH Sempadan Pantai


RTH sempadan pantai memiliki fungsi utama sebagai pembatas pertumbuhan pemukiman
atau aktifitas lainnya agar tidak menggangu kelestarian pantainya.
Lebar RTH sempadan pantai minimal 100 meter dari batas air pasang tertinggi ke arah darat.
Fasilitas dan kegiatan yang diizinkan memiliki ketentuan sebagai berikut:

Tidak bertentangan dengan Keppres No 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan


Lindung
Tidak menyebabkan gangguan terhadap kelestarian ekosistem pantai, termasuk
ggangguan
gg
terhadapp kualitas visual.
Pola tanam vegetasi bertujuan untuk mencegah terjadinya abrasi, erosi, melindungi dari
ancaman gelombang pasang, wildlife habitat dan meredam angin kencang.
Pemilihan vegetasi mengutamakan vegetasi yang berasal dari daerah setempat.
Khusus untuk kawasan pantai berhutan bakau harus dipertahankan sesuai ketentuan
dalam Keppres No. 32 Tahun 1990.
49

III. lanjutan

3). RTH Pengamanan Sumber Air Baku/Mata Air


No.

Jenis RTH

Dimensi sempadan

Pemanfaatan

1.

Danau/waduk

Minimal 50 m dari titik a) budidaya pertanian dengan jenis


pasang tertinggi
tanaman yang diizinkan
b) jaringan utilitas
c) sebagai tempat kegiatan bersifat sosial
kemasyarakatan yang tidak berampak
buruk pada kelestarian dan keamanan,
waduk/ danau
d) luas ruang hijau minimal 90%

2.

Mata air

Radius 200 meter

a) ruang terbuka hijau dengan aktifitas


sosial terbatas penekanan pada
k l t i sumberdaya
kelestarian
b d
airnya
i
b) luas ruang terbuka hijau minimal 90%
dengan dominasi pohon tahunan yang
diizinkan

50

III. lanjutan

Sempadan Sungai Belimbing


Banjarnegara

Sempadan Sungai Lok Ulo Kebumen

Model RTH Sempadan Sungai di indonesia

51

III. lanjutan

4). RTH Pemakaman

Selain sbg tempat penguburan jenasah juga memiliki fungsi ekologis yaitu sbg daerah
resapan air,
air tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi,
vegetasi pencipta iklim mikro serta tempat
hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar

Ketentuan bentuk pemakaman:

jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m;


ukuran makam 1 x 2 meter;
tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/ perkerasan;
pemakaman
k
di bagi
b i dalam
d l beberapa
b b
bl k luas
blok,
l
d jumlah
dan
j l h masing-masing
i
i blok
bl k
disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat;
batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150 - 200 cm dengan deretan
pohon pelindung disalah satu sisinya;
batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara pagar buatan
dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung;
ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan min 70% dari total
area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80 % dari luas ruang hijaunya.
52

III. lanjutan

Model Taman Pemakaman sebagai RTH Kota

53

III. lanjutan

3. KRITERIA VEGETASI RTH


memiliki nilai estetika yang menonjol;
sistem perakaran masuk ke dalam tanah, tidak merusak konstruksi dan
bangunan;
tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
beracun tidak berduri,
berduri dahan tidak mudah patah;
tidak beracun,
batang dan sistem percabangan kuat;
perakaran dan pertumbuhan batang tidak mengganggu pondasi/ struktur
bangunan;
ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain seimbang;
berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya;
jenis tanaman tahunan atau musiman;
tahan terhadap hama penyakit tanaman;
mampu menjerap dan menyerap cemaran udara;
sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang kehadiran burung.

54

III. lanjutan

55

III. lanjutan

56

III. lanjutan

57

III. lanjutan

58

III. lanjutan

59

TERIMA
KASIH
E

Anda mungkin juga menyukai