Bab 3 - Perbuatan Melawan Hukum Dan Kerugian

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Oleh: Dr.

Ludovicus Sensi W, CPA Anggota Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

Di Bab 3 kita akan melihat berbagai pemikiran tentang kerugian, kerugian negara, dan kerugian keuangan negara di bidang hukum, ekonomi, dan akuntansi. Di bidang hukum, kerugian dikaitkan dengan perbuatan melawan hukum. Konsep hukum inilah yang paling relevan dalam konteks buku ini. Ada banyak tulisan dari para ahli hukum mengenai Perbuatan Melawan Hukum dan Kerugian. Bab ini menggunakan disertasi Dr. Rosa Agustina sebagai acuan.

Pemikiran yang menghubungkan kerugian dengan perbuatan melawan hukum (onrechstmatigedaad), tercantum dalam Pasal 1365 Kitab UndangUndang Hukum Perdata (KUHPer). Pasal ini selengkapnya berbunyi: Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut. Pasal 1365 KUHPer merupakan ketentuan keranjang sampah' (all catches). Perumusan pasal ini mendorong terjadinya penemuan hukum (rechtsvinding) yang berkesinambungan.2 Pasal ini sangat penting artinya karena melalui pasal ini hukum yang tidak tertulis diperhatikan oleh undang-undang.3

Rosa Agustina menulis:


Undang-undang tidak secara lengkap mengatur mengenai ganti rugi yang timbul dari perbuatan melawan hukum. Oleh karena itu, aturan yang dipakai untuk ganti rugi ini adalah dengan secara analogis menggunakan peraturan ganti rugi akibat wanprestasi dalam Pasal 1243-1252 KUHPer. Perkembangan Perbuatan Melawan Hukum yang didasarkan pada hukum tidak tertulis ini menjadi wilayah yang terbuka untuk diisi oleh putusanputusan hakim yang berisi penemuan hukum.

Pasal-pasal dari yang dikutip Rosa Agustina di atas (Pasal 1243-1252 KUHPer) akan dibahas di Bab 4.

Apa makna istilah Perbuatan Melawan Hukum? Rosa Agustina mengutip Mariam Darus Badrulzaman.5 Mariam Darus Badrulzaman dalarn Rancangan Undang-Undang (RUU) Perikatan berusaha merumuskan secara lengkap sebagai berikut. (1) Suatu perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahan atau kelalaiannya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut. (2) Melanggar hukum adalah tiap perbuatan yang melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan kepatutan yang harus diindahkan dalam pergaulan kemasyarakatan terhadap pribadi atau harta benda orang lain. (3) Seorang yang sengaja tidak melakukan suatu perbuatan yang wajib dilakukannya, disamakan dengan seorang yang melakukan suatu perbuatan terlarang dan karenanya melanggar hukum.
5

Perumusan norma dalam konsep Mariam Darus Badrulzaman ini telah mengabsorpsi perkembangan pemikiran yang baru mengenai perbuatan melawan hukum. Sebab dalam konsep ini pengertian melawan hukum menjadi tidak hanya diartikan sebagai melawan undang-undang (hukum tertulis) tetapi juga bertentangan dengan kepatutan yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat (hukum tidak tertulis).

Untuk menentukan apakah suatu perbuatan dapat digugat dengan dalil perbuatan melawan hukum diperlukan unsurunsur:6 1) Perbuatan tersebut melawan hukum; 2) Harus ada kesalahan pada pelaku; 3) Harus ada kerugian; dan 4) Harus ada hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian.

Rosa Agustina membandingkan kerugian dalam Perbuatan Melawan Hukum dan Tort, serta mencatat persamaan berikut.7 1. Unsur kerugian dalam Perbuatan Melawan Hukum dan Tort perlu dibuktikan, hal ini penting untuk menentukan ganti rugi yang akan diberikan akibat terjadinya suatu Perbuatan Melawan Hukum. Besarnya kerugian tidak ditentukan oleh para pihak sendiri, akan tetapi ditentukan oleh para hakim atau pengadilan sesuai dengan keadaan para pihak. Tujuan ganti rugi yang diberikan pada dasarnya adalah sedapat mungkin mengembalikan keadaan seperti semula sebelum terjadinya Perbuatan Melawan Hukum.

2.

3.

Rosa Agustina juga membandingkan tuntutan ganti rugi menurut teori klasik rt law dengan tuntutan ganti rugi berdasarkan hubungan kontraktual.
Tort Law memberikan perlindungan hukum terhadap berbagai kepentingan, seperti keamanan pribadi, harta benda, dan kepentingan ekonomi. Perlindungan tersebut diberikan melalui sistem kompensasi berupa ganti rugi secara perdata. Berdasarkan teori klasik tort law ganti rugi diberikan untuk mengembalikan penggugat kepada posisi ketika perbuatan melawan hukum itu terjadi. Hal ini berbeda dengan tuntutan ganti rugi berdasarkan hubungan kontraktual di mana ganti rugi itu bertujuan untuk menempatkan si penggugat pada posisinya seandainya perjanjian itu terlaksana. Berdasarkan hubungan kontraktual, penggugat dapat menuntut kehilangan keuntungan yang diharapkan atau expectation loss. Teori klasik ini telah mengalami perubahan, karena sekarang gugatan Tort juga dapat diajukan untuk economic lost.

Perbedaan antara tujuan ganti rugi menurut Tort Law dan tujuan ganti rugi dalam hubungan kontraktual menurut Hukum Perdata digambarkan dalam Bagan berikut:
Ganti Rugi menurut Tort Law

Ganti Rugi dalam Hubungan Kontraktual

10

Hubungan kausalitas antara Perbuatan Melawan Hukum dan Kerugian sering kali merupakan perdebatan antara Penuntut Umum dan Tim Pembela dalam tindak pidana korupsi. Dalam kasus kredit macet di sebuah bank BUMN, Penuntut Umum dan Tim pembela sepaham tentang terjadinya kerugian yang diderita bank BUMN. Penuntut umum berpendirian bahwa kredit macet itu disebabkan oleh penyalahgunaan wewenang direksi bank BUMN tersebut, sedangkan Tim Pembela melihatnya sebagai resiko bisnis yang melekat pada jenis usaha perbankan. Menetapkan hubungan kausal antara kerugian yang ditimbulkan dan perbuatan melawan hukum dimaksudkan untuk menegaskan siapa yang dapat dan seharusnya diminta pertanggunganjawabnya. Rosa Agustina menulis:9

11

Rosa Agustina menulis: Ajaran kausalitas tidak hanya penting dalam hukum pidana saja, melainkan juga dalam bidang perdata. Pentingnya ajaran kausalitas dalam bidang hukum pidana adalah untuk menentukan siapakah yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap timbulnya suatu akibat (strafrechtelijke aanspraakelijkheid) dan dalam bidang hukum perdata adalah untuk meneliti adakah hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dan kerugian yang ditimbulkan, sehingga si pelaku dapat dipertanggungjawabkan. Kalau dalam hukum pidana persoalan kausalitas adalah khusus mengenai pertanyaan apakah telah dilakukan delik, maka dalam hukum perdata persoalan kausalitas terutama mengenai persoalan apakah terdapat hubungan kausal antar perbuatan yang dilakukan dan kerugian.

12

Ada bermacam-macam teori atau doktrin mengenai hubungan kausalitas ini, seperti ajaran teori conditio sine qua non dari Von Buri, teori adekuat (leer van de veroorzaking) dari Von Kries, dan ajaran pertanggungan jawab yang layak (de leer van de toerekening naar redeliijkheid). Teori conditio sine qua non menjelaskan hubungan kausalitas yang sangat luas. Dalam teori adekuat, akibat yang timbul harus seimbang dengan perbuatan yang menjadi penyebabnya. Dalam ajaran pertanggungan jawab yang layak, hubungan sebab akibat harus layak, redeliijk, rasional, sesuai dengan akal sehat.10

13

1. Cover depan disertai Rosa Agustina yang sudah dibukukan (Perbuatan Melawan

Hukum, Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003) mencantumkan pasal ini dalam empat bahasa, yaitu bahasa Indonesia, Prancis, Belanda, dan Inggris. Kutipan-kutipan itu menunjukkan sifat universalitas konsep (atau norma) hukum ini.
2. Rosa Agustina, "Perbuatan Melawan Hukum" (Jakarta: Program Pascasarjana

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003), hlm. 1. Ada banyak tulisan mengenai Perbuatan Melawan Hukum dan Kerugian, diantaranya disertasi Rosa Agustina yang dikutip di atas dan dijadikan acuan dalam bab ini.
3. Ibid, hlm. 7. 4. Ibid, hlm. 14. 5. Ibid, hlm. 3. 6. Ibid, hlm. 117. 7. Ibid, hlm. 123. 8. Ibid, hlm. 10. 9. Ibid, hlm. 66.

14

10. Di awal bab ini telah disebutkan pengembangan hukum melalui apa yang dikenal

sebagai penemuan hukum atau rechtsvinding. Penemuan hukum dilakukan oleh hakim ketika ia memeriksa dan menetapkan suatu perkara. Ilmuwan hukum juga melakukan penemuan hukum. Kalau hakim "menemukan" hukum, hasilnya adalah hukum. Sedangkan ilmuwan, melalui penemuan hukum, akan menghasilkan teori, ilmu atau doktrin (ibid, hlm. 71). Buku ini tidak membahas teori atau doktrin mengenai hubungan kausalitas antara kerugian dan perbuatan melawan hukum. Pembaca yang menaruh minat terhadap doktrin-doktrin ini dapat menggunakan referensi hukum.

15

Anda mungkin juga menyukai