Kelapa Sawit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 37

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an (Lubis 1992). Pembukaan perkebunan kelapa sawit terus meluas seiring dengan meningkatnya permintaan minyak nabati di berbagai belahan dunia. Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun,dan kosmetika. Minyak sawit dapat digunakan untuk beragam kegunaan karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik. Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi ekspor yang sangat besar di Indonesia bahkan untuk di Provinsi Riau saat ini Termasuk pengekspor Crude Palm Oil (CPO) terbesar. Bahkan di Provinsi Riau menjadi salah satu daerah yang memiliki perkebunan sawit terluas. Banyak Perusahaan Kelapa Sawit (PKS) swasta maupun milik negara yang luasnya mencapai ribuan hektar. Seperti di Kabupaten Kuantan Singingi banyak berdiri perusahaan kelapa sawit. Salah satunya adalah Perusahaan PT. Dutapalma Nusantara.

PT. Dutapalma Nusantara merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit dengan program pengembangan dan pembangunan kebun kelapa sawit dilaksanakan dengan pola kemitraan. PT.Dutapalma Nusantara, Sei. Kuantan yang memiliki luas lahan 684 Ha. Divisi VII A terletak di Sei. Kuantan estate Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi. Untuk itu, penulis tertarik melaksanakan magang di PT. Dutapalma Nusantara dikarenakan perusahaan tersebut pengembangan teknologi budidanya cukup bagus, sehingga penulis bisa mengalih ilmu-ilmu mengenai budidaya tanaman kelapa sawit. Perkembangan perkebunan kelapa sawit saat ini, baik yang dilakukan perkebunan kelapa besar maupun masyarakat Cukup baik. Hal ini dibuktikan, bertambahnya luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga mencapai 8 Juta hekter lebih dan tersebar dari yaitu Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan . pulau ini menjadi daerah penghasil kelapa sawit cukup besar dan juga penghasil CPO terbesar di Indonesia. Namun perkembangan tersebut belum diimbangi dengan penyediaan bibit Unggul yang bermutu, sehingga banyak petani swadaya menanam bibit yang tidak memiliki rekomendasi yang jelas, (bibit asalan ). Karena pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkain kegiatan Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. 1.2 Tujuan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kelapa sawit yang dilakukan pada PT. Dutapalma Nusantara.

1.3 Manfaat Penulisan 1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis dan dalam rangka menempuh ujian akhir Diploma III pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Unggulan Swarnadwipa ( STIP-US) Teluk Kuantan. 2. Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan pembaca ingin melakukan budidaya tanaman perkebunan kelapa sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identitifikasi secara ilmiah, Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi Kelas Ordo Famili Sub Famili Genus Spesies : Embryophtya siphonagma : Angiosspermae : Monocotyledonae : Arecaceae ( dahulu disebut palmae ) : Cocoideae : Elaeis : 1. Elais Guinensis 2. Elais Olaifera(H.B.K ) Cortes 3. Elais Odora (Pahan. I 2010) Kelapa sawit diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika selatan, Asia Tenggara, Pasifik selatan serta beberapa daerah lain dengan skala yang lebih kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika selatan tepatnya Brasilia( Pahan. I 2010).

2.2.Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit 2.2.1 Tanah Tanah atau lahan merupakan matriks tampat tanaman berada. Tanpa lahan, tanaman kelapa sawit tidak akan ekonomis untuk diusahakan secara komersial. Lahan yang optimal untuk kelapa sawit harus mengacu pada 3 faktor, yaitu lingkungan, sifat fisik lahan, dan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah (Pahan,2007). Pemilihan Tanah atau lahan yang sesuai dengan tanaman kelapa sawit merupakan hal yang harus di perhatikan. Tanpa lahan tanaman kelapa sawit tidak akan ekonomis untuk di usahakan secara kormelsial. Lahan yang optimal untuk kelapa sawit harus mengacu pada tiga factor yaitu lingkungan, sifat fisik lahan, dan sifat kimia tanah. Tanaman Kelapa Sawit dapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah ultisols, Entisols, Inceprisols, Andisols, dan Histosols ( Pahan. I, 2010 ). Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada banyak jenis tanah, seperti latosol, aluvial, andosol. Dengan ketinggian tempat maksimum 400 meter dpl dengan kemiringan lahan 0-12o atau 21%. Tanaman sawit dapat tumbuh pada pH 4-6,5 dengan pH optimum 5-5,5 (Sunarko, 2009). 2.2.2 Iklim Iklim merupakan salah satu faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman yang dibudidayakan. Iklim merupakan faktor yang sulit, bahkan tidak bisa dikendalikan. Iklim yang cocok bagi pertumbuhan kelapa sawit terletak antara 15o LU - 15oLS (Sunarko, 2009).

Hadi (2004), menyatakan faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kelapa, yaitu curah hujan dan penyinaran matahari. Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 2.500 3.000 mm/tahun.Lama penyinaran matahari yang diinginkan kelapa sawit minimum 1.800 jam/tahun atau 6-7 jam/hari. Untuk Meningkatkan kelapa sawit membutuhkan 1.800 jam penyinaran per tahun, lama penyinaran optimal 2.200 jam per tahun rata-rata 5-7 jam per hari. Kelembaban udara optimal 180-190% kelembaban dipengaruhi oleh curah hujan, sinar matahari, dan suhu. Oleh sebab itu factor iklim penting menjadi pertimbangan membudidayakan tanaman kelapa sawit (Midjaja.s, 1991). 2.3 2.3.1 Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Pembibitan Kelapa Sawit Pembibitan pada perkebunan kelapa sawit merupakan kegiatan menanam kecambah (dari biji) pada suatu media tanam (tanah dalam polybag), sehingga bibit tersebut siap untuk ditanam secara permanen di areal perkebunan (setelah berumur 12 bulan). Pembibitan pada umumnya dilakukan dengan dua tahap (double syage). Tahap pertama disebut prenursery dan tahap kedua disebut mainnursery (Hadi, 2008). 2.3.1.1 Persiapan Pembibitan Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan, yaitu memiliki areal yang rata dan berada di tengah kebun, dekat dengan sumber air, memiliki akses jalan yang baik, dan terhindar dari gangguan hama (Purba, etl, 2008), Hadi (2004).

2.3.1.2 Pembibitan Prenursery Pembibitan prenursery merupakan tempat kecambah kelapa sawit ditanam dan dipelihara hingga berumur tiga bulan. Media yang digunakan berupa tanah bagian atas (top soil) yang dimasukan dalam polibag berdiameter 14 cm dan tinggi 22 cm (Purba, 2008). Tanah Topsoil yang agak gembur dan tidak kedap air dimana tanah tersebut sebelumnya sudah dicampur dengan pupuk dolomite 1,5-2,0 cm ( Hartonto, 2008 ). Setelah polibag disiapkan, selanjutnya dilakukan pembuatan bedengan. Bedengan dibuat dengan panjang 10 meter dan lebar 1,2 meter. Tinggi bedengan berkisar 0,1-0,5 meter dengan jarak antar bedengan 0,8 meter. Pada lahan prenursery dibutuh kan naungan untuk pelindung. Naungan dapat dibuat dari daun kelapa atau kelapa sawit. Naungan berfungsi untuk melindungi bibit prenursery dari sinar matahari dan cura hujan yang berlebihan. Ukuran tinggi tiang 2 meter dan jarak antar tiang 3 meter. Naungan dipertahankan hingga kecambah berdaun 2-3 helai. Setelah itu, naungan berangsur-angsur dikurangi atau secara bertahap (Sunarko, 2009). Pada prinsipnya, setelah kecambah ditanam dilakukan pemeliharaan yang bertujuan untuk menjaga bibit agar selalu dalam kondisi baik dan tumbuh dengan baik. Penyiraman merupakan langkah awal dalam pemeliharaan bibit pada prenursery. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada waktu pagi dan sore hari dengan volume air yang disiramkan 0,25-0,5 L/bibit. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual yaitu mencabut rumpu-rumput menggunakan tangan dengan rotasi pengendalian 2 minggu sekali. Pemupukan pada pembibitan

prenursery dilakukan apabila terlihat gejala kekurangan unsur hara. Pupuk yang digunakan pupuk urea atau pupuk majemuk dengan diaplikasikan melalui daun dengan cara disemprotkan. Frekuensi pupuk dilakukan seminggu sekali (Purba, 2008) 2.3.1.3 Pembibitan Utama (mainnursery) Tanahnya sama dengan sewaktu di Pre Nusery, saat pengisian tanah polybeg diusahakan diguncang untuk menghilangkan rongga-rongga udara hingga tanah mencapai 5 cm dari bibit polibeg ( Sunarko, 2009 ). Setelah semua siap, bibit yang berasal dari pre nursery ditanam kedalam polybag besar dalam barisan-barisan. Polybag bibit dari pre nursery yang telah disiapkan dibuka dengan silet atau pisau. Selanjutnya bibit bersama tanahnya dimasukkan (ditanam) kedalam lubang tanah pada polybag besar. Tanah hasil pelubangan dikembalikan ke dalam polybag yang baru saja ditanami, kernudian dipadatkan agar- bibit yang baru ditanam dapat berdiri tegak dan kuat (Hadi, 2004). Hama dan penyakit bibit kelapa sawit pada main nursery hanya, dikendalikan jika terdapat gejala serangan yang dianggap dapat

mengganggu. Apabila gejala serangan tidak tampak, maka tidak perlu dilakukan pengendalian. pengendalian hama biasanya dilakukan secara manual, yaitu dengan memungut satu per satu kemudian membunuhnya. Secara kimia dengan menyemprotkan insektisida yang telah dilarutkan dalam air. Insektisida yang digunakan antara lain adalah Sevin 85 ES dan Tendion dengan dosis rekomendasi pada lebel insektisida (Hadi, 2004). 2.3.2 Pembukaan Lahan

2.3.2.1 Persiapan Lahan Lahan atau areal perkebunan merupakan faktor sumber daya alam yang paling mendasar bagi pembangunan perkebunan karena aktivitas budidaya tanaman hanya dapat dilakukan jika lahan atau tanah telah tersedia. Persiapan lahan yang luas memerlukan waktu yang cukup lama. Persiapan lahan juga tergantung pada kondisi lahan aslinya (sastrosasyono, 2003). Pembukaan lahan pada umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu cara mekanis dan cara kimia. Cara mekanis adalah pembukaan lahan yang dilakukan dengan menggunakan traktor. Sedangkan cara kimia adalah menggunakan bahan kimia untuk areal berupa padang ilalang (satyawibawa, 1999). 2.3.2.2 Pengajiran Pengajiran adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa sawit sesuai dengann jarak tanam yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya, sehingga lurus bila dilihat dari segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur. System jarak yang digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan jarak 9 m x 9 m x 9 m. Dengan system segi tiga sama sisi ini, pada arah Utara Selatan tanaman berjarak 8,82 m dan jarak untuk setiap tanaman adalah 9 m. Populasi (kerapatan) tanaman per hektar adalah 143 pohon (Sastrosayono, 2003). 2.3.2.3 Penanaman Tanaman Penutup Tanah Penanaman kacangan penutup tanah sebaiknya dilaksanakan segera setelah pembukaan lahan selesai dilaksanakan.Jenis jenis tanaman kacangan penutup tanah yang umum ditanam di perkebunan kelapa sawit adalah Calopogonium caeruleum, Calopogonium mucunoides, Pueraria javanica, Pueraria

phaseoloides, Centrocema pubescens, Psophocarphus palustries, dan Mucuna cochinchinensis (Sastrosayono, 2003) 2.3.3 Penanaman Penanaman bibit merupakan titik awal dimulainya usaha budidaya kelapa sawit. Bibit yang di tanam diharapkan akan tumbuh menjadi tanaman yang produktif. Buahnya diharapkan juga dapat memberikan nilai ekonomi yang

tinggi. Penanaman dilapangan dilakukan setelah bibit berumur 12 bula (hadi, 2004). Pemindahan dari Pre Nusery ke Main Nusery setelah umur bibit mencapai 3s/d 4 bulan, biasanya daunya berjumlah 4 helai untuk memperkecil terjadinya stagnasi pada bibit . Untuk mempercepat penanaman cetakan lubang dibuat dari pipa PVC sepanjang 15 cm (Razaq, dkk , 2011). Pupuk dasar adalah pupuk yang diberikan sebelum penanaman. Jenis pupuk yang digunakan sebagai pupuk dasar adalah pupuk yang dapat merangsang pertumbuhan akar misalnya pupuk RP. Teknik pemberiannya adalah pupuk dasar dicampur dengan tanah top soil kemudian dimasukan kedalam lubang tanam (Pahan, 2007). 2.3.4 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah kelompok umur dimana tanaman baru ditanam hingga panen untuk pertama kali. Tanaman kelapa sawit dipelihara sejak bulan penanaman pertama sampai dipanen pada umur 30-36 bulan. Pemeliharaan masa Tanaman Belum Menghasilkan merupakan lannjutan dan penyempurnaan pekerjaan pembukaan lahan dan persiapan untuk

mendapatkan tanaman yang berkualitas baik (Purba, 2008).

10

2.3.4.1 Penyulaman Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi hekter +135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari, penyiagan tanah disekitar pohon harus bersih dari gulma (Anonim, 2011) Lebih lanjut Hadi (2004) mengatakan bahwa teknik penyulaman yang dilakukan sama dengan penanaman bibit biasa, akan tetapi perlu ditekankan bahwa penyulaman hanya bisa dilakukan pada areal yang umur tanamannya belum mencapai TM 3 karena pada umur TM 3 keatas daun-daun kelapa sawit sudah saling bergandeng satu sama lain sehingga sinar matahari tidak dapat menembus areal dibawahnya. Akibatnya, bibit atau tanaman yang ditanam pada areal tersebut tidak akan tumbuh secara optimal, bahkan mati. 2.3.4.2 Pengendalian Gulma Pengendalian gulma pada prisipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma.Keunggulan tanaman pokok harus di tingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman pokok (Pahan, 2007). Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu Pengendalian gulma secara manual, yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan peralatan dan upaya pengendalian secara konvensional, misalnya dibabad, dibongkar dengan cangkul, digarpu dan sebagainya. Pengendalian

gulma secara kimia, yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida, baik yang bersifat kontak maupun sistemik. Pengendalian Secara kultur

11

teknis,yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan tanaman penutup tanah jenis kacangan (Pahan, 2007). Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, kondisi, yang tidak diinginkan manusia. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada disekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosilisasi dengan khas. Gulma mudah tumbuh pada tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Umumnya, Gulma mudah melakukan generasi sehingga unggul dalam persaigan dengan tanaman budidaya. Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya dalam hal perolehan ruang,cahaya, air, nutrisi, gas-gas penting, serta zat kimia yang disekresikan (Purba, R.2009). 2.3.4.3 Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu tindakan perawatan yang sangat penting. Tujuan pemupukan adalah menambah ketersediaan unsur hara didalam tanah agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Pemupukan di lapangan dilakukan atas rekomendasi pemupukan areal tersebut. Rekomendasi pemupukan disuatu areal didasarkan pada hasil analisis daun dan tanah, hasil pengamatan dilapangan, potensi produksi, serta percobaan pemupukan pada tanaman kelapa sawit.Menambahkan maupun dosisnya. pupuk yang diberikan harus tepat jenis

Pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk

dalam piringan yang dibuat melingkar disekitar tanaman. Frekuensi pemupukan yang dianjurkan adalah dua kali dalam satu tahun, masing-masing setengah dosis. Pemupukan dilakukan pada awal musim hujan. Produksi dan kualitas produksi yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah serta

12

meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama penyakit, bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara didalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produksi)yang maksimal (Pahan, I.2010). 2.3.4.4 Penunasan dan Kastrasi Penunasan adalah pekerjaan memotong daun-daun tua tanaman kelapa sawit yang tidak bermanfaat lagi bagi tanaman. Tujuan dari penunasan pada tanaman belum menghasilkan adalah untuk sanitasi pohon. Peralatan yang digunakan adalah chisel. Rotasi untuk melakukan penunasan 6 bulan sekali (Purba, 2008). Kastrasi dilakukakan pada tanaman yang mengeluarkan bunga yang buahnya belum memenuhi syarat untuk dikirim kepabrik dan pertumbuhan sangat kerdil. Kastrasi Merupakan kegiatan membuang bunga muda yang tumbuh pada ketiak daun, baik bunga jantan maupun bunga betina.Kegiatan ini dilakukan tanpa melukai batang dan pangkal pelepah daun. Beberapa tujuan dari kastrasi adalah 1. 2. :

Merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman Kelapa Sawit. Kondisi tanaman yang lebih bersih sehingga mengurangi serangan hama dan penyakit.

3.

Untuk mendapatkan buah yang berat / tandan yang relatif seragam

atau sama ( Sunarko, 2006) 2.3.4.5 Pengendalian Hama dan Penyakit Penyakit yang umum dijumpai pada tanaman belum menghasilkan yaitu penyakit tajuk (Crown Disease) yang disebabkan oleh faktor faktor keturunan

13

dengan gejalanya ditandai munculnya pelepah yang tidak membuka sempurna dan membengkok. Pengendaliannya dilakukan dengan tidak memberikan pupuk N secara berlebihan (Hadi, 2004) Lebih lanjut Hadi (2004) menjelaskan bahwa penyakit yang sering dijumpai selanjutnya yaitu penyakit busuk batang (ganoderma). Gejala penyakit ini adalah daun pucuk layu dan daun tua patah-patah. Penyebabnya adalah jamur Basidiomycetes. Tanaman kelapa sawit yang mati karena penyakit ini harus dimusnakan dengan membakarnya sampai habis untuk menhindari terjadinya penularan kepada tanaman yang lain. Pengendalian ini perlu dilakukan mengingat hama dan penyakit berpengaruh terhadap hasil produksi. Jika hama dan penyakit akan menyerang tanaman kelapa sawit tidak cepat diberantas, produksi buah akan turun, baik secara kuantitas maupun kualitas. Adapun hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman yang belum menghasilkan adalah, babi hutan, tikus, ulat kantong, sedangkan penyakitnya tajuk sperti busuk batang. Dimana gejala serangannya terlihat bila tajuk membuka dan membengkok. Untuk pengendalian penyakit ini biasanya dibiarkan saja, karena penyakit ini akan sembuh dengan sendirinyaa dalam waktu 6-12 bulan (Sunarko, 2006). 2.4 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-14 bulan dan panen yang menguntungkan secara ekonomis adalah pada saat tanaman berumur 2,5 tahun. Bunga jantan atau bunga betina muncul pada setiap ketiak pelepah daun dan sebagian bunga ini akan gugur. Tanaman kelapa sawit akan berproduksi optimal jika dilakukan pemeliharaan yang baik (Purba, 2008)

14

Tanaman

Menghasilkan

adalah

tanaman

yang

telah

berproduksi

(menghasilkan) sejak berumur 2,5,-3 tahun keatas, disini diperlukan perawatan yang baik supaya memperoleh hasil yang maksimal.(anonym.2011). 2.4.1 Pengendalian Gulma Purba (2008) menambahkan pengendalian gulma pada tanaman

menghasilkan dapat dilaakukan dengan cara manual dan kimia. Secara manual dilakukan dengan menggunakan cangkul yaitu dengan menyiang gulma menggunakan cangkul. Sdangkan secara kimia yaitu penggendalian menggunakan bahan kimia dengan cara menyemprotkan. Bahan kimia yang digunakan berupa sistemik dan juga kontak. 2.4.1.1 Penunasan pelepah Penunasan merupakan kegiatan memangkas pelepah yang tidak aktif lagi untuk fotosintesis.selain itu juga untuk menjaga keseimbangan fisiologi tanaman dan sanitasi serta mempermudah pemanenan . Alat yang di gunakan untuk egrek sedangkan kapak di gunakan untuk memotong pelepah yang telah di pangkas . Dalam penunasan perlu perhatikan jumlah pelepah yang harus di tinggalkan di setiap pohon ,guna terpelihara nya jumlah konopi pelepah yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan fotosintesis pada tanaman ,sebagaimana tabel berikut: Tabel 1. Klafikasi jumlah pelepah yang tersisa pada penunasan

NO 1 2 3

Umur tanaman < 5 Tahun 5-10 tahun >10 tahun

Jumlah pelepah / pohon 57-64 49-56 42-48

Pusingan 6 Bulan sekali


6 Bulan sekali

6 bulan sekali

15

Alat-alat yang digunakan tergantung pada cara penunasan, bisa berupa dodos, kampak, dan bisa juga egrek. Agar rotasi tunas an dapat terpenuhi sebaiknya dibuat rencana penunasan setiap bulan. Menurut teori, penunasan dilakukan pada waktu panen rendah karena saat itu daun yang tidak menyangga tandan lebih banyak. (sunarko,2009) 2.4.1.2 Pemupukan Pemupukan kelompok TM merupakan lanjutan dari pemupukan yang dilakukan saat tanaman masih berumur TBM. Oleh karena itu, jadwal dan aplikasinya harus berurutan dan salin terkait. Ada satu hal yang membedakan pemupukan pada TBM dengan pemupukan TM, yaitu pada TBM pemupukan hanya didasarkan padakebutuhan akan unsurhara untuk pertumbuhan vegetatif, tetapi pada TM harus mempertimbangkan berat TBS yang akan berproduksi (Hadi, 2004). Pemupukan Yaitu sekitar 40%-60% dari total pemeliharaan . oleh karena itu ,agar tercapai hasil pemupukan yang optimal maka pupuk yang di gunakan harus sesuai dengan rekomendasi yang telah di tetapkan Jenis pupuk yang di gunakan adalah pupuk majemuk NPK Mg,dengan rotasi pemupukan di bagi menjadi 3 periode dalam waktu 1 tahun . agar pupuk yang di berikan hanya dapat di serap oleh tanaman secara maksimal . (Purba. R,2009). Waktu pemberian pupuk harus disesuaikan dengan musim. Demikian juga, dosis pupuk harus disesuaikan dengan umur dan tingkat produksi tanaman. Untuk pengaplikasian dilakukan dua kali dalam setahun. Teknik pemupukan dilakukan dengan cara menebar disekeliling pkok tanaman kelapa sawit (Hadi, 2004).

16

2.4.1.3

Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakekatnya merupakan

upaya untuk mengendalikan suatu kehidupan. Oleh karena itu, konsep pengendalian dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama/penyakit itu sendiri. Pengetahuan terhadap bagian paling lemah dari siklus hidup mata rantai sangat berguna dalam pengendalian hama dan penyakit yang efektif. Bagian yang di nilai paling lemah dari siklus hama dan penyakit merupakan titik kritis karena akan menjadi dasar acuan untuk mengambil keputusan pengendaliannya(Pahan, 2006). Pemilihan jenis, metode (biologi, mekanik, kimia, dan terpadu), serta waktu pengendalian yang dianggap paling cocok akan di latar belakangi oleh pemahaman atas siklus hidup hama/penyakit tersebut.Upaya mendeteksi hama dan penyakit pada waktu yang lebih dini mutlak harus dilaksanakan. Selain akan memudahkan tindakan pencegahan dan pengendalian, keuntungan deteksi dini juga bertujuan agar tidak terjadi ledakan serangan yang tak terkendali/terduga. Secara ekonomis, biaya pengendalian melalui deteksi dini dipastikan jauh lebih renda dari pada pengendalian serangan hama/penyakit yang sudah menyebar luas (Pahan, 2006). Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit di antaranya ulat API (setora nitens.WIK), ulat kantong (Metisa palna), kumbang (0ryctes rhinoceros), tikus (Rattus rattus, spp), serta babi hutan (Sus scrofa).Adapun penyakit yang menjadi masalah pada tanaman kelapa sawit di antaranya yaitu penyakit-penyakit daun pada pembibitan, penyakit busuk pangkal batang (ganoderma), penyakit

17

busuk tandan buah (marasmius), dan penyakit busuk pucuk (spear rot) (Pahan, 2006). Kerugian akibat serangan hama yang cukup berat (explosive) dapat menurunkan produksi sampai 40%. Oleh karena itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan pengendalian OPT, khususnya hama dan penyakit, maka luar areal pengendalian harus lebih besar dari luas areal serangan (termasuk areal isolasi) (Hakim, 2007). 2.4.1.4 Panen Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulitnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol (Sastrosayono, 2003). Panen adalah merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang matang dan mengutip brondolan kemudian selanjut nya di kumpul ke tempat pengumpulan hasil (TPH) Sebelum kegiatan pemanenan dilakukan terlebih dahulu mempersiapkan semua peralatan yang di gunakan . Alat yang di gunakan dalam pemanenan buah sawit :

18

Tabel 2. Klasifikasi Penggunaan Alat Panen Umur Tanaman Tinggi batang Alat panen (tahun) menghasilkan (m) 3-4 1 0-2 Dodos 5-8 2 2-4 Dodos <8 3 5-12 Egrek Sebelum kegiatan panen di lakukan , para karyawan harus memperhatikan kriteria kematangan panen seperti yang tertera pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Kreteria Kematangan Panen Fraksi 00 0 1 2 3 4 istilah Mentah sekali Mentah Kurang matang Matang I Matang II Lewat matang Criteria Brondolan Brondolan 1-12,5%(buah luar membrondol Brondolan 12,5-25%(permukiman luarmembrondol) Brondolan 50-50% (Permukaan Luar Membrondol) Brondolan 50-75% (Permukaan luar Membrondolan) Brondolan 75-100% ( Permukaan Luar Membrondol ).

Proses pemasakan tandan sawit dapat dilihat dari perubahan warna buahnya. Buah kelapa sawit yang masih mentah berwarna hijau karena pengaruh zat klorofil. Selanjutnya akan berubah menjadi merah atau oranye akibat pengaruh zat warna beta karoten. (Sunarko, 2009) Parameter dan kriteria matang panen adalah perobahan warna dan memberondolnya buah dari tandan. Proses perubahan warna buah pada tandan adalah dari hijau berubah ke kehitaman menjadi merah mengkilat/orange. Kriteria matang panen tergantung pada berat tandan yaitu untuk berat tandan >10 kg sebanyak 2 berondolan/kg tandan dan untuk brat tandan <10 kg sebanyak 1

19

berondolan/kg tandan. Mutu buah panen ditentukan oleh fraksi matang panen yang terdiri dari 7 fraksi (Purba, 2008). Panen pada kelapa sawit muda dan tua tentu berbeda, karena adanya perbedaan ukuran tandan dan ketinggian batang.Tandan buah Segar (TBS), dipotong tandannya, kemudian dilepas dari jepitan pelepah. Pada tanaman muda daun tidak dipotong, untuk menjaga agar leaf area index (LAI) nya tidak menurun. Alat yang digunaka adalah chisel untuk sawit yang berumur 3-4 tahun, kampak untuk umur 6-8 tahun dan egrek untuk umur diatas 8 tahun (Hakim, 2007)

20

BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan pada PT. Dutapalma Nusantara Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi. Waktu yang

digunakan untuk kegiatan magang ini selama 2 bulan dimulai tanggal 05 September 2012 sampai dengan 05 November 2012. 3.2 Metode Pengumpulan Data Dalam pelaksanaan kegiatan magang, ada empat metodepengumpulan data, yaitu: 3.2.1 Metode Observasi Mahasiswa Terjun Langsung Kelapangan Untuk Mengamati Serta Melihat Keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan dan berpartisivasi dalam setiap kegiatan di lapangan 3.2.2 Metode Wawancara Mahasiswa Melakukan Dialog dan Bertanya langsung dengan pihak terkait yang ada di lapangan serta orang-orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan di lapangan dan bertanggung jawab terhadap semua masalah teknis dilapangan. 3.2.3 Studi Pustaka Penulis Menggunakan Berbagai literature yang bisa memperkuat isi tulisan seperti buku, jurnal dan berbagai literatur lain yang berkaitan dengan pengetahuan tentang Budidaya Kelapa Sawit. ilmu

21

3.24

Demonstrasi Selama melaksanakan kegiatan dilapangan mahasiswa melakukan praktek

tentang Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. 3.2.5 Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara statistik deskriptif, dengan cara membandingkan data dilapangan dengan literatur yang ada.

22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Lokasi divisi VII A PT Dutapalma Nusantara Divisi VII A merupakan bagian dari perkebunan Sei. Kuantan yang memiliki luas lahan 684 Ha. Divisi VII A terletak di Sei. Kuantan estate Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi. 4.1.2 Profil Divisi VII A Perkebunan Sei Kuantan terdiri dari 8 Divisi yaitu divisi 1, divisi II, divisi III,divisi IV, divisi V, divisi VI, divisi VII dan divisi VIII. Divisi VII terdiri dari 2 bagian yaitu VII A dan VII B. Setiap divisi di kepalai oleh Askeb, 1 orang asisten, 2 orang staf administrasi, 2 orang mandor panen, 2 orang mandor pupuk, 2 orang mandor Tim MHS, 2 orang mandor Tim Solo dan 1 orang Krani cek buah. Divisi VII A dan VII B mempunyai 1 kantor, gudang penyimpanan pupuk, 1 pos satpam, 1 mesjid, perumahan karyawan, dan 2 buah tangki air yang terletak di VII A. Dengan mempunyai luas lahan yaitu 684 ha, dengan jumlah populasi 97.812 pokok. 4.2 Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit 4.2.1 Pembibitan Berdasarkan wawancara,yang laksanakan di lapangan bahwa teknik pembibitan pada PT. Dutapalma Nusantara dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama dilakukan pada areal pembibitan prenursery dan tahap kedua dilakukan pada areal pembibitan mainnursery.

23

4.2.1.1 Pembibitan prenursery Pembibitan pada prenursery dilakukan dengan beberapa rangkaian kegiatan yaitu : 4.2.1.1.1 Persiapan lahan pembibitan Persiapan lahan pembibitan dilakukan untuk meratakan areal agar mempermudah pembuatan bedengan.Tanah permukaan dibersihkan hingga merata dan akar-akar serta kayu tunggul dicabut dan dibuang agar lahan bersih serta terhindar dari berbagai bahan yang menyebabkan sumber penyakit. Setelah dibersihkan kemudian dilakukan pembuatan bedengan.Bedengan dibuat dengan lebar 1 m dan panjang 10 serta jarak antar bedengan 60 cm. Pembuatan bedengan bertujuan agar poly bag tersusun rapi, tidak roboh dan yang terpenting adalah untuk mempermudah pemeliharaan dan penyusunan. 4.2.1.1.2 Persiapan Media tanam Kegiatan persiapan media tanam adalah pengisian poly bag. Poly bag untuk media kecambah di areal prenursery berukuran 15x10 cm. Tanah yang digunakan adalah tanah top soil, yaitu tanah permukaan yang memiliki banyak kandungan unsur hara. 4.2.1.1.3 Penanaman Kecambah

Benih (kecambah) yang digunakan untuk pembibitan di PT. Dutapalma Nusantara berasal dari Pusat Penelitian Marihat Medan, Sumatera Utara dengan varietas Tenera. Penanaman kecambah harus sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan, baik dari waktu maupun metode penanaman. Kecambah harus segera ditanam 224 jam dari mulai pengiriman sampai tiba di areal prenursary dengan perlakuan yang baik.

24

Penanaman dilakukan dengan menggemburkan media tanah dengan jari. Kedalaman lubang pada media poly bag 2 cm, posisi plumula yang berwarna putih berada diatas sedangkan radikula yang berwarna coklat berada dibawah.Lubang yang telah ditanam ditutup dengan tanah yang gembur agar plumula tumbuh tanpa hambatan. 4.2.1.1.4 Pemeliharaan Pembibitan Prenursery

Pemeliharaan yang dilakukan pada pembibitan prenursery yaitu : 1. Penyiraman Setelah semua media telah tertanam oleh kecambah maka barulah penyiraman dilakukan yakni pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan dengan intensitas rendah, hal ini dilakukan agar air bisa menyerap sempurna kedalam poly bag tanpa merusak permukaan media sehingga kecambah tetap pada keadaan semula. 2. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang berada didalam polibag maupun disekitar polibag. 3. Pemupukan Pemupukan pada tanaman diareal prenursery dilakukan setelah satu minggu tanaman tumbuh. Pupuk yang digunakan adalah jenis NPKyaramila dan juga urea yang diaplikasikan dengan dua cara berbeda, yaitu disemprot dan disiramkan (Ekstra Polya). 4. Pengendalian hama dan penyakit Hama yang biasanya mengganggu bibit pre nursery adalah semut, ulat, dan cacing. Pengendalian yang dilakukan dengan menyemprotkan

25

racun serangga (metador dan meizet dengan dosisl masing-masing30 ml per liter air). Biasanya penyakit di pre nursery jarang dijumpai dan

pengendaliannya dilakukan jika terdapat gejala serangan. Pengendalian penyakit menggunakan bahan kimia tidak dianjurkan di pre nursery karena bibit masih muda dan sangat masih peka. 5. Sortir Bibit Penyortiran dilakukan untuk mencegah adanya bibit abnormal yang ikut tertanam diareal mainnursery. ciri-ciri bibit yang abnormal adalah, tunas yang memuntir, daun lalang (tegak dan kecil), daun menggulung, collante (daun seperti pita), daun keriting dan daun yang berbentuk mangkuk. 4.2.1.2 Pembibitan mainnursery Pembibitan mainnursery pada PT. Dutapalma Nusantara dilakukan dengan beberapa rangkaian kegiatan, yaitu 1. Pemilihan Lokasi Pembibitan Lokasi pembibitan mainnursery pada PT. Dutapalma Nusantara terletak satu hamparan dengan pembibitan prenursery. Lokasinya strategis, dekat dengan sumber air, dekat dengan jalan besar, tempatnya datar dan memudahkan dalam pengawasan. 2. Penyiapan Media Tanam Polybag untuk tanaman di mainnursery berukuran 4050 cm lebih besar dari ukuran tanaman di prenursary dengan ketebalan 0,12 mm, karenanya pengisian memakan waktu yang cukup lama dan dipersiapkan jauh-jauh hari agar penyelesaiannya bersamaan dengan berakhirnya masa usia tanaman di areal

26

prenursery. Tanah yang digunakan adalah tanah top soil yang memiliki banyak kandungan hara. 3. Penanaman Kegiatan penanaman di mainnursery dilakukan setelah tanaman

mencapai usia3 bulan. Dilakukan pengawasan ketat agar proses penanaman berjalan dengan baik. Penanaman dilakukan dengan caramembuat lubang pada polybag, kemudian merobek polybag dengan silet, lalu polybag dilepaskan tanpa harus memotong bagian akar sedikitpun. Bibit kemudian dimasukan dalam lubang, dan diatur sehingga posisinya tegak, kemudian permukaannya ditutup dengan media tanam baru. 4.2.2 Pengolahan Lahan Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dilapangan bahwa kegiatan pembukaan lahan pada PT. Dutapalma Nusantara meliputi : 1. Pengaturan Rumpukan Pengaturan rumpukan dilakukan setelah kegiatan penumbangan pohon dan telah ditentukan titik tanam agar tidak mengganggu kegiatan pemancangan dan penanaman kelapa sawit. Jarak antar rumpukan 9,2 m. 2. Kegiatan Pemancangan Kegiatan pemancangan adalah suatu kegiatan untuk menentukan titik tanam yang menggunakan alat kompas dan kawat seling agar barisan sawit lurus dan berbentuk segitiga sama sisi. Apabila posisi panjang dekat parit atau jalan maka panjang tersebut dianggap pancang Bantu, selanjutnya pancang tanam digeser dalam barisan.

27

3.

Penanaman Tanaman Penutup Tanah (Leguminosa Cover Crop) Penanaman LCC diareal lahan baru boleh dengan sistem larikan atau

dicangkul dengan jarak 11 meter.Fungsi dari penanaman LCC adalah untuk menjaga kelembaban tanah, mengurangi pertumbuhan gulma, menambah bahan organik tanah dan mencegah erosi. Tanaman LCC (Leguminora cover crop) yang ditanam PT. Dutapalma Nusantara jenis CP(Centrocemapubescent) dan PJ ( Pueraria javanica), jenis ini dpakai karena sifatnya dapat bertahan hidup lebih lama dibandingkan dengan jenis yang lain. Sistem yang digunakan dalam penanaman kacangan ini adalah dengan cara penugalan dengan perbandingan 5 : 5 : 1. Setiap satu gawangan dibuat dua jalur tanam dengan jarak 1 m dari tanaman kelapa sawit dengan jumlah kacangan yang diperlukan adalah 5 kg/ha. 4. Penanaman Bibit Kelapa Sawit Kegiatan yang perlu diperhatikan dalam penanaman kelapa sawit adalah bibit yang ditanam adalah bibit yang terseleksi (bibit produktif).Tidak boleh merusak pelepah dan tidak boleh merusak akar pada waktu membuka poly bag.Bibit ditanam pada lubang tanam dengan ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm. Sebelum penanaman, terlebih dahulu masukkan pupuk rock phosphate (RP) dengan dosis 0,5 Kg kedalam lubang dan ditaburkan diatas tanah galian lubang. Bibit ditanam sebatas leher bibit, tidak boleh terlalu dalam atau terlalu dangkal. Jarak tanam bibit adalah 8 x 9,2 m

28

4.2.3 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan Berdasarkan hasil wawancara dilapangan, bahwa kegiatan yang dilakukan pada pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) meliputi : 4.2.3.1 Konsolidasi Kegiatan konsolidasi antara lain adalah menginventarisasi tanaman yang mati, abnormal, tumbang dan terserang hama penyakit serta menegakkan pohon yang tumbang dengan cara menimbun tanah disekitar pangkal batang dan dipadatkan sehingga tanaman tegak kembali. 4.2.3.2 Penyisipan Penyisipan dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati, sakit atau kerdil sehingga diperoleh tanaman yang tumbuh sehat dan seragam. Untuk penyisipan, pilih bibit yang sehat dan seumur dengan bibit yang mati. 4.2.3.3 Pemeliharaan Piringan Pohon Penyiangan dilakukan dengan menyingkirkan semua jenis tumbuhan dari permukaan tanah selebar piringan pohon yang telah ditentukan dengan jarak 1,75 meter, sehingga tanah bersih dari gulma. Penyiangan dapat dilakukan dengan cara manual atau cara kimia. Cara manual dilakukan dengan menggaru piringan menggunakan penyemprotan. Pengendalian gulma juga dilakukan di sekitar piringan/bokoran. Pengendalian dapat juga dilakukan dengan cara manual dan secara kimia. Secara manual dengan menggunakan garuk piringan. Garuk piringan bertujuan untuk membersihkan daerah sekitar perakaran tanaman dari gulma serta memudahkan panen dan pengutipan brondol. Menurut Setyamidjaja (1991) teknis pelaksanaan cangkul sedangkan cara kimia dilakukan dengan cara

29

dari garuk piringan adalah dengan membersihkan piringan dari sampah dan gulma. Penggarukan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan dimulai dari arah tanaman menuju ke luar. Sedangkan secara kimia dengan menggunakan herbisida Roundup (smart) + Sterin (obat prakuat) dengan konsentrasi 30 cc + air 20/liter = 600 cc/liter air. Alat semprot yamg digunakan adalah MHS (mikron herbisida sprayer), lebar piringan yang dibersihkan yaitu 1,5 - 2 m. 4.2.3.4 Pemeliharaan Tanaman Penutup Tanah Pengendalian gulma pada tanaman penutup tanah ini bertujuan untuk mempertahankan kondisi areal agar tetap murni kacangan, dengan jalan menyingkirkan semua jenis gulma yang tumbuh di areal kacangan tersebut. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mencabut dan juga mendokel sejenis gulma berkayu. 4.2.3.5 Pemupukan Sebelum dilakukan pemupukan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain piringan harus dibersihkan terlebih dahulu dari rumput, alang-alang atau kotoran lainnya. Pada areal yang datar, semua pupuk ditabur merata mulai 0,5 m dari pohon sampai pinggir piringa. Penaburan pupuk dilakukan dengan sistem 3 M (menabur,melingkar dan merata). Bagian tanaman yang berperan aktif dalam penyerapan unsur hara adalah akar tanaman yang masih muda (rambut akar). 4.2.3.6 Kastrasi Kastrasi dilakukan pada tanaman yang mengeluarkan bungga yang buahnya belum memenuhi syarat untuk dikirim ke pabrik dan pertumbuhan tanaman kerdil. Kastrasi ialah membuang bunga, baik bunga jantan ataupun bunga

30

betina yang tumbuh pada tanaman kelapa sawit. Kastrasi dilakukan sejak bunga jantan/betina mulai keluar dengan tujuan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif. Kastrasi dapat dilakukan dengan memotong bunga yang baru keluar di ketiak pelepah daun, sebelum membesar dipotong dengan menggunakan alat dodos tanpa melukai batang kelapa sawit dan pangkal pelepah daun. 4.2.3.7 Pengendalian Hama Dan Penyakit Salah satu pembantas produksi pada tanaman kelapa sawit adalah hama dan penyakit. Ada beberapa hama dan penyakit yang dapat menurunkan produksi kelapa sawit. 4.2.3.7.1 Hama

Hama yang sering menyerang pertanaman kelapa sawit, antara lain ulat api, penggerek tandan buah, dan tikus. Ulat api Species ulat api yang sering menyerang tanaman kelapa sawit, antara lain sentora nitens, Darna trima, dan ploneta didukta. Gejalah yang timbulkan oleh ulat api adalah adanya lubang-lubang pada helaian daun. Pada serangan ringan, pengendalian dilakukan secara manual yaitu dengan mengambil ulat tersebut pada daun tanaman yang terserang . Pengendalian secara kimia dapat menggunakan insektisida yang berbahan aktiftriazopos 242 g/l, karbaril 85% dan klorpirofos 200 g/l. Sementara itu, pengendalian secara biologis menggunakan virus B nudaurelia.

31

Gambar 1. Hama pengganggu tanaman kelapa sawit Tikus Hama tikus ini menyerang bagian buah dan tandan pada tanaman kelapa sawit. Pemberantasannya dengan memberi umpan yang diberi racun tikus yang disebar dipinggiran pohon, dan dengan pemeliharaan burung Hantu di areal perkebunan, dan ada juga dengan pelepasan ular pada lahan tersebut. Penggerek tandan buah Jenis ulat pengerek tandan buah yaitu Ttirathaba Mundela. Gejalah yang ditimbulkan adalah berupa lubang-lubang pada daun muda dan tua. Pengenalian secara biologis yaitu dengan mengguanakan parasitoid dari para kelompok Hymenoptera, Famili Braconidae Dan Ichneumonidae. Sedangkan secara kimia adalah dengan menggunakan insektisida dengan bahan aktif Triklorfon, Endosulfan Atau Lindane.

32

4.2.3.7.2

Penyakit

a. Penyakit akar Penyebab penyakit akar, yaitu cendawan Rhizoktonia Lamellifera dan Phytium Sp. Akibat cendawan ini akar tanaman akan menjadi lunak, daun bibit menjadi kusam dan berwarna kekunig-kuningan. Pengendalian secara manual yaitu membuang tanaman yang terserang sedangkan secara kimia dengan

menggunakan fungisida yang berbahan aktif benomyl dan tiram dan juga dapat dengan menggunakan kapur pertanian untuk meningkatkan tingkat keasaman tanah sehingga media tanam yang digunakan tidak cocok untuk perkembangan cendawan 4.2.4 Pemiliharaan Tanaman Menghasilkan ( TM) Tanaman Menghasilkan adalah tanaman yang telah berproduksi

(menghasilkan) sejak berumur 2,5,-3 tahun keatas, disini diperlukan perawatan yang baik supaya memperoleh hasil yang maksimal (Anonim.2011). Adapun tahapan-tahapan pemiliharaan tanaman menghasilkan sebagai berikut: 1. Cabut Anak Kayu Kegiatan Mencabut anak kayu/gulma disekitar tanaman kelapa sawit, pasar pikul atau TPH, tujuan dari kegiatan ini untuk mencegah terjadinya persaingan dalam mengambil unsur hara di dalam tanah (Hadi, 2004). 2. Garuk Piringan Garut piringan adalah kegiatan membuang gulma atau sisa brondolan yang tertinggal dipiringan, dengan menggunakan alat cangkul yang berbentuk seperti tangan manusia, piringan berfungsi sebagai tempat penyebaran pupuk, serta

33

tempat jatuhnya brondolan, dan mempermudah pengangkutan buah ke TPH (Mijja, S.1991) 3. Kegiatan Pemotongan Pelepah Kelapa Sawit Kegiatan ini adalah memangkas pelepah tanaman kelapa sawit yang menaungi daerah jalan. Tujuannya supaya jalan tidak terlindungi oleh cabangcabang kelapa sawit, sehingga cahaya matahari dapat menembus langsung ke bagian Badan jalan, dan pada musim hujan kelembaban tanah cepat diatasi ( Pahan, I.2010). 4. Pembuatan Rorak Rorak dibuat untuk menampung limpahan air dari jalan dalam kebun dan dari arah miring, sehingga partikel tanah yang dihasilkan dari proses erosi dapat ditampung dalam rorak. Fungsinya meningkatkan cadangan air tanah jika terjadi kemarau atau curah hujan rendah. Pembuatan rorak bisa juga di sebut usaha konservasi tanah dan air (Hadi, 2004). 4.2.5 Panen Persiapan Panen Persiapan panen berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja dan alat-alat panen yang diperlukan. Diantaranya yaitu dodos (tanaman yang masih rendah), egrek (untuk tanaman yang telah tinggi), kampak, dan angkong. Kegiatan awal lainnya dalam persiapan penen adalah akses jalan, baik itu jalan penghubung, jalan produksi, jalan kontrol maupun jalan pasar pikul sudah siap untuk dipergunakan.

34

Kriteria Matang Panen Tingkat kematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna.

Buah kelapa sawit yang masih mentah berwarna hijau, pengaruh pigmen klorofil. Selanjutnya, buah akan menjadi merah atau orange akibat pengaruh pigmen beta karoten. Kondisi tersebut manandakan minyak sawit yang terkandung dalam daging buah telah maksimal dan buah sawit akan lepas dari tangkai tandannya (membrondol). Rotasi Panen Rotasi panen tergantung dari kecepatan buah matang saat panen awal,rotasi panen 15 hari, lalu 10 hari dan terakhir 7 hari. Penentuan rotasi panen terkait dengan kerapatan panen, yakni perbandingan jumlah pohon yang dapat dipanen di luasan tersebut. Rotasi panen biasanya menggunakan simbol 5/7, artinya 5 hari memanen dengan rotasi 7 hari. Tingkat kematanagn buah menggunakan rotasi panen 5/7 masih

35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Dari Pelaksanaan Kegiatan Magang, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa : 1. Pada PT. Dutapalma Nusantara pemeliharaan tanaman lebih di fokuskan pada pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, pemeliharaan jalan 2. Untuk mencapai hasil TM yang maksimal, Pada TBM harus mendapatkan perhatian khusus, karena pada masa TBM merupakan masa pembentukan dari TM. Jika pemeliharaan TBM nya bagus maka hasil TM nya akan maksimal. 5.2 Saran Hendaknya alat penunasan ( enggerk ) yang di gunakan dalam kondisi yang baik. Kondisi alat yang agak tumpul akan memperlambat kegiatan penunasan maupun panen. Sehingga pekerjaan lambat terselesaikan dan memberikan hasil yang kurang baik pula.

36

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1998. Orgade Brosur Unit Pelatihan Teknologi Perkebunan Bogor Barus E., Pengendalia Gulma Di Perkebunan, Yogyakarta: Kansius, 2003 Muf, Mustafa Hadi. 2004. Teknik Perkebunan Kelapa Sawit. Adi Cipta Karya Nusantara YogyakartaPurba, A. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Medan. Midjaja, 1991 Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius Yogyakarta Pahan, Iyung. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Adi Cipta Karya. Yogyakarta. Purba, Razaq. 2008. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. PPKS. Medan. Setjamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Sunarko. 2008. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit DenganSistem Kemitraan. Agromedia Pustaka. Tangerang. Suwarto dan Yuke Oktavianty, Budi Daya12 Tanaman Perkebunan Unggulan(Jakarta:Penebar Swadaya, 2010 Ir. Sunarko, M. Si, Budi Daya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit Dengan Sistem Kemitraan, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2009 Barus E., Pengendalia Gulma Di Perkebunan, Yogyakarta: Kansius, 2003

37

Anda mungkin juga menyukai