Filsafat Abad Pertgahan PD Masa Patristik Dan Skolastik
Filsafat Abad Pertgahan PD Masa Patristik Dan Skolastik
Filsafat Abad Pertgahan PD Masa Patristik Dan Skolastik
sang pencipta utama, yang menjadikan setiap nyawa, mencari pencerahan yang sejati. di balik
ruang dan waktu. sebagai petunjuk bagi Insan utama"
12 January 2007
Zaman Patristik.
Asal muasalnya zaman patristik adalah berawal dari suatu kelompok yang disebut patrisme,
patrisme sendiri berasal {dari kata latin pater yang artinya ”Bapak Gereja” maka disebut dengan
patrisme sendiri dikarnakan adanya sekumpulan para pendeta-pendeta.}[1] bertarti juga disebut
sebagai pujangga-punjangga kristen dalam abad-abad permulaan tarikh masehi yang meletakkan
dasar utama bagi intelektual agama kristen.[2] Awal berkembangnya agama Kristen pada abad
pertama, sudah ada pemikir-pemikir Kristiani yang menolak filsafat Yunani bersama dengan
seluruh kebudayaan kafir, menurut pandangan mereka, di pandang sebagai hasil pemikiran
manusia semata. Mereka berpendapat bahwa setelah Allah memberikan wahyu kepada manusia,
maka mempelajari filsafat Yunani yang non-Kristen dan non-Yahudi adalah sia-sia bahkan
berbahaya yang mengancam kemurniaan iman krisriani. Salah seorang pemuka pikiran atau
menganut pendirian ini ialah Tertulianus (160-222). Tetapi pemikir-pemikir Kristen lain ada
yang juga mempelajari filsafat Yunani,karena perkembangan pemikiran yunani itu di pandang
sebagai persiapan menuju ke Injil, kedua macam sikap ini sebenarnya masih tetap menggema di
zaman pertengahan. seperti: Yustinus Martir[3] ( [abad ke-2]?-165 ), Klemens dari Alexandria
(150-215), Origines(185-254). Gregorius dari Nanzianza (330-390), Basilius Agung (330-379).
Gregorius dari Nyssa (335—394) menciptakan suatu sintesa antara agama Kristen dengan
kebudayaan Hellenistik (filsafat Yunani), tanpa mengorbankan apapun dari kebenaran agama
Kristen. Tetapi ada juga karangan-karangan yang diduga ditulis oleh Dionysios yang sangat
berbau neoplatonis.
Dalam daerah timur kekaisaran Romawi, dalam daerah barat pun abad 4 merupakan zaman
keemasan bagi pemikiran kristiani. Beberapa nama yang pantas disebut ialah Ambrosius darei
Milano dan Hieronymus. Tetapi tidak dapt diasingkan bahwa Bapa-bapa gereja barat yang
paling besar dari zaman Patristik ini ialah Aurelius Agustinus (354-430) ia dilahirkan di
thagaste, di Numedia, afrika utara. Dari sudut sejarah filsafat, dialah pemikir yang paling
penting dari seluruh masa patristik. Ayahnya bukan kristen, tetapi ibunya adalah seorang kristen
yang saleh. dan merupakan filsuf & teolog kristen terbesar pertama serta seorang raksasa dalam
sejarah gereja, selain penyair kecil-kecilan ia juga mengajar tata bahasa dan retorika. kumpul
kebo (ia memang pernah hidup sebagai play boy) dan memiliki seorang anak diluar nikah.
Tetapi itu semua tidak menghalanginya sebagai uskup gereja. Setelah di ombang-ambingkan
dari manikheisme ke dalam skeptisisme dan neoplatoisme, akhirnya ia bertobat dan di baptiskan
pada tahun (387) oleh Amborius. Kemudian ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun (392).
Karena kesalehan dan kecakapannya ia diangkat menjadi uskup di hippo (Afrika Utara, pada
tahun (396). Ialah orang yang pertama yang berhasil membentuk filsafat kristen yang besar
pengaruh nya pada abad pertengahan, sehingga dapat disebut guru skolastik yang sejati. Ia
menulis karyanya diantaranya. "Confesiones" (pengakuan-pengakuan), "De Trinitate” (tentang
trinitas), "De Civitate Dei" (kota Allah / tentang negara allah).
Agustinus diakui sebagai Bapak Gereja yang besar oleh orang-orang Katolik Roma maupun
orang-orang Protestan. Dalam teologinya jelas ada pengaruh Plato (Plotinus)[4]. Tetapi pada
Hakekat manusia Yesus Kristus dan manusia pada umumnya dijelaskan berdasarkan
pembahasan tentang Allah. Ditegaskan, terutama oleh Agustinus (354-430 M) bahwa manusia
tidak sanggup mencapai kebenaran tanpa terang ("lumens") dari Allah. Meskipun demikian
dalam diri manusia sudah tertanam benih kebenaran (yang adalah pantulan Allah sendiri). Benih
itu memungkinkannya menguak kebenaran. Sebagai ciptaan, manusia merupakan jejak Allah
yang istimewa : "imago Dei" (citra Allah), dalam arti itu manusia sungguh memantulkan siapa
Allah itu dengan cara lebih jelas dari pada segala ciptaan lainnya.
"Tuhan, engkau lebih tinggi daripada yang paling tinggi dalam diriku, dan lebih dalam daripada
yang paling dalam dalam batinku" itu ungkapan Agustinus tentang pengalaman manusia
mengenai transendensi dan imanensi Allah dalam satu rumusan. Dalam zaman ini pokok-pokok
iman Kristiani dinyatakan dalam syahadat iman rasuli (teks "Aku Percaya" yang panjang).
Didalamnya dituangkan rumusan ketat pokok-pokok iman, termasuk tentang trinitas, tentu saja
dalam katagori pemikiran filsafati pada waktu itu dan dengan bahan dari Alkitab.
Agustinus menerima penafsiran metaforis atau figuratif atas kitab Kejadian, yang menyatakan
bahwa alam semesta dicipta creatio ex nihilo dalam 6 hari, dan pada hari ketujuh Allah
beristirahat, sesudah melihat semua itu baik adanya. "Allah tidak ingin mengajarkan kepada
manusia hal-hal yang tidak relevan bagi keselamatan mereka". Penciptaan bukanlah suatu
peristiwa dalam waktu, namun waktu diciptakan bersama dengan dunia. Penciptaan adalah
tindakan tanpa-dimensi-waktu yang melaluinya waktu menjadi ada, dan tindakan kontinu yang
melaluinya Allah memelihara dunia. Istilah ex nihilo tidak berarti bahwa tiada itu merupakan
semacam materi, seperti patung dibuat dari perunggu, namun hanya berarti "tidak terjadi dari
sesuatu yang sudah ada". Hakikat alam ciptaan ialah menerima seluruh Adanya dari yang lain,
yaitu Sang Khalik. Alam ciptaan adalah ketergantungan dunia kepada Tuhan.
Disini tidak disinggung persoalan, apakah penciptaan itu terjadi dalam waktu, atau terjadi pada
suatu ketika atau sudah ada sejak zaman kelanggengan. Para ahli filsafat pada umumnya
sependapat bahwa a priori kita tidak dapat memastikan mana yang terjadi. -- Menciptakan,
sebagai tindakan aktif, dipandang dari sudut Tuhan, merupakan cetusan kehendakNya yang
bersifat langgeng, karena segala sesuatu dalam Tuhan adalah langgeng. Tetapi dipandang dari
sudut ciptaan, secara pasif, ketergantungan dari Tuhan, terciptanya itu dapat terjadi dalam arus
waktu, atau di luarnya, sejak zaman kelanggengan. Jadi kelirulah jika dibayangkan bahwa
Tuhan suatu ketika menciptakan alam dunia lalu mengundurkan Diri. Andaikata Tuhan seolah-
olah beristirahat, maka buah ciptaan runtuh kembali ke nihilum, ke ketiadaan. Dunia terus
menerus tergantung pada Tuhan (creatio dan sekaligus conservatio).
Ketika ditanya mengenai apa yang dilakukan Allah sebelum menciptakan dunia, Agustinus
menjawab tidak ada artinya bertanya mengenai itu, karena tidak ada waktu sebelum penciptaan
tersebut.
Referensi {Sample}.
@F Hadiwijono, Harun. 1989, Sari Sejarah Filsafat Barat 1, Yogyakarta: Kanisius.
@F Hassan, Fuad. 2001, Pengantar Filsafat Barat, Jakarta: Pustaka Jaya.
@F Woodhouse, Mark. 2000, Berfilsafat Sebuah Langkah Awal, Yogyakarta: Kanisius.
@F Bertens, Kees. 1998, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius.
@F Poedjawijatna, I, R. 2002, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, Jakarta: Rineka Cipta.
end note;
[1] Sumber rujukan ini saya ambil dari buku Filsafat Umum. Kata pengantarnya Dr Mulyadhi
Kartanegara.
[2] Sumber rujukan ini saya ambil dari buku ringkasan sejarah filsafat. Penulisnya Prof. K.
Bertens.
[3] Orang yang digelari sebagai filsuf Kristen pertama.
[4] Mewariskan pesan plato kepada generasi-generasi Kristen, seperti hal-nya bahwa keburukan
merupakan absensi kebaikan.