Permasalahan AUD
Permasalahan AUD
Permasalahan AUD
makro
Permasalahan anak di lingkungan masyarakat. Permasalahan anak di luar proses pembelajaran, meskipun dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
mikro
Sesuatu yg menghambat perkembangan kehidupan anak, baik fisik, psikis maupun sosial
PERMASALAHAN MIKRO
Gangguan fungsi panca indera Hiperaktif (dg ciri-ciri keaktifan berlebihan)
internal
eksternal
FAKTOR INTERNAL
Genetik Faktor yang diturunkan oleh kedua orang tua Yang menentukan warna rambut, kulit, ukuran tubuh, jenis kelamin, kemampuan intelektual dan emosi (Atkinson, 1991). Penyakit keturunan dari orang tua, kondisi fisik dan psikologis ibu saat hamil
FAKTOR EKSTERNAL
Lingkungan
Lingkungan Fisik
Lingkungan Sosial
Parenting
Pola asuh, kasih sayang dan penghargaan. Perkembangan teknologi dan informasi (media audio visual) Konsistensi orang tua Kondisi psikologis orang tua Fasilitas bermain, pengalaman belajar
Kesehatan
Asupan gizi yang mempengaruhi perkembangan otak baik saat masih dalam kandungan maupun ketika sudah lahir
menyerang tubuh
Kondisi Psikososial
Stimulasi Stimulasi yang cukup dan terarah dapat menunjang perkembangan fisik dan psikologis anak Motivasi dalam mempelajari sesuatu Motivasi yang muncul pada anak tergantung dari kesempatan yang diberikan anak. Apakah orang tua cenderung banyak melarang atau membiarkan anak belajar dari pengalamannya
Kondisi emosional anak sangat mempengaruhi keaktifan anak dalam belajar sesuatu. Kemampuan intelektual anak menentukan kuantitas dan kualitas ilmu yang diperoleh anak disekitarnya Kesimpulan: Jika kondisi anak sehat sejak awal pembuahan sampai lahir maka perkembangan selanjutnya juga akan baik dengan dukungan stimulasi yang tepat
Konsisten
Reward
Model
Unconditional regard
Mengalihkan
Menyeleksi kalimat
manajemen konflik
kemandirian
berpikir kritis
gemar membaca
Relaksasi anak
Mendoakan
b. Masalah Psikis
Misalnya: Suka berbohong Sosio Emosional Misalnya : :: Takut ke sekolah :: Takut kepada orang tua :: Tak mau ditinggal ibu/ pengantar :: Mudah menangis :: Mau menang sendiri :: Sering membangkang / mudah marah dsb.
c. Masalah Sosial Misalnya: Agresif Daya suai kurang (cenderung menarik diri dari lingkungan) Pemalu Negativisme (melawan otoritas orang tua)
d.
Jangan nakal ya. Adek tidak boleh makan es terlalu banyak lo. He masih salah. Kok kayak gitu to. Ayo dibenerin. Hayo, dibersihin dulu. Tak jewer lo. Makanya ndengerin, jangan ngeyel. Waduh, kodoknya lari. Awas kalo nggak mandi nanti nggak tak beliin roti.
gitu aja kok gak bisa. Isoh po, dek? Dia aja bisa, masak kamu nggak bisa, malumaluin. Bocah kok nakal tenan. Ayo turun, nanti jatuh. Hayo nggak maen disitu. Itu sandalnya kebalik. Ayo dibalik. Bocah kok nakal. Jalannya rame, nanti ketabrak.
BULLYING
perilaku yang disengaja yang menyebabkan orang lain terganggu baik melalui kekerasan verbal, serangan secara fisik, maupun pemaksaan dengan cara-cara halus seperti manipulasi. Secara harfiah bullying berasal dari kata bully yang artinya pemarah, orang yang suka marah. Menurut Andrew Mellor (Univ. of Edinburgh, antibullying network), Bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain, dan ia takut bila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi, dan merasa tak berdaya untuk mencegahnya.
CARA MENGATASI
Strategi umum dijabarkan dengan menciptakan kultur sekolah yang sehat. Ratiyono mendeskripsikan kultur sekolah sebagai pola nilai-nilai, norma, sikap, ritual, mitos dan kebiasaankebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kultur sekolah dilaksanakan oleh warga sekolah secara bersama baik oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa sebagai dasar dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul. Sedangkan strategi khusus adalah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menyebabkan terjadinya tindakan bullying di lingkungan sekolah, aktifkan semua komponen secara proporsional sesuai perannya dalam menanggulangi perilaku bullying, susun program aksi penanggulangan bullying berdasarkan analisis menyeluruh dan melakukan evaluasi dan pemantauan secara periodik dan berkelanjutan.
GADGET GENERATION
Pengenalan Pemahaman Pendampingan Pengaturan waktu
Biarkan Anak Mengerjakan Hilangkan Rasa Kasihan Libatkan dalam Pengambilan Keputusan Ajarkan Anak Untuk mengungkapkan Emosinya Hargai Kepentingan Diri Sendiri Dilatih Berkomunikasi
Anak dilahirkan tidak hanya untuk kita ajar dan kita didik, tapi juga untuk mengajar dan mendidik kita untuk SABAR dan DEWASA.
LANJUTAN
BERMAIN. Overprotective. No !!!!! Memberikan penghargaan. Memberikan anak kesempatan dan kepercayaan. Meminimalisir kata jangan dan tidak boleh. Berkomentar negatif. NO!!!! Melarang tanpa alasan yang jelas. Learning by doing . YES !!!! Membandingkan secara berlebihan. Membuat kondisi nyaman , menyenangkan dan dalam pengawasan. Menunjukkan rasa kasih sayang.
LANJUTAN
Menggunakan humor. Mau mendengarkan dan menemani. Memperhatikan rasa anak. Mengajak berinteraksi. Membekali anak dengan kompetensi fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional. Menyikapi masalah anak dengan sabar dan bijaksana. Setiap anak bisa berubah. Memotivasi anak.
LANJUTAN
Membantu anak membentuk positive self-talk. Mengenali dan merespon anak. Melatih anak untuk mendeskripsikan pikiran dan perasaan. Membantu anak melihat pengalamannya. Tidak hanya mengejar kuantitas tapi juga kualitas. PROCESS. Important thing. Family therapy dan School Parenting. Anak milik zaman.
LANJUTAN
Melatih kemandirian. Melatih anak mengambil keputusan. Mengembangkan kreativitas ex: membuat mainan sendiri, membuat topi atau celengan sendiri. Berharap terlalu banyak pada anak. Meremehkan anak. Menerapkan hadiah dan hukuman. Membiasakan disiplin. Mengembangkan empati dan peduli pada orang lain.
LANJUTAN
Kesalahan yang selalu ditampakkan, kemajuan tidak pernah dikomentari. Anak kurang merasa dihargai --self-efficacy rendah. NONONO Terlalu mengasihani anak???? Berarti meremehkan anak. Melatih resilience dan adversity anak agar anak mau belajar sabar. Mengancam anak???? Ampun nggih :-( Membiasakan kata tolong, terimakasih dan maaf. Lan sakpanunggalanipun ingkang mboten sae
MENUMBUHKAN KEPEKAAN
Anak lebih banyak dijejali dengan muatan kognitif (menemukan, menyetujui, membagi, menjumlah dsb). Sedangkan muatan afektif (mengagumi, menghargai, memaafkan, berterimakasih, kerjasama dsb). Lewat cerita. Mengajak anak untuk mengunjungi dan membantu orang lain yang membutuhkan.
Mendampingi anak. Memberikan penjelasan dan arahan pd anak. Membantu anak mengatur waktu. Membantu anak memilih tontonan yang sehat.
SI PEMBUAT ONAR
Bisa jadi, keusilan anak pada awalnya merp bahasa pergaulan anak, tapi berubah menjadi bahasa protes dan kebingungan dan akhirnya menjadi bentuk agresivitas. Anak diperlakukan sbg makhluk kecil yang menyebabkan toleransinya pada frustasi lambat berkembang. Memahami motif anak. Bentuk minta perhatian. Terpaksa harus mengalah, harus berebut dsb. Terlalu banyak tuntutan. Label dpt semakin memperparah perilaku anak. Bila dibiarkan, label itu akan melekat. Menghargai anak. Mendekatkan dengan temannya, bukan memisahkan. Lewat dongeng dan cerita untuk mengarahkan anak.
SI PERFEKSIONIS
Perfeksionis berbeda dgn disiplin. Dapat menyebabkan emotional disturbance, disorganized behavior dan self-defeating attitute. Tips - No untuk pola asuh yang mengarah pd kepekaan berlebihan. - No untuk mengkritik anak scr berlebihan. - Membekali anak dengan keterampilan sosial agar siap menghadapi org lain yang berbeda dg dirinya.
PENTING LO
Memaafkan dan memberi maaf. Memberikan pilihan dan kesempatan Tegas bukan keras Berbincang bukan berbicara Melindungi bukan mengurung Menemani bukan memusuhi Terlibat bukan melihat
LANJUTAN
Pelajari motif perbuatan/tindakan anak Melibatkan anak dalam membuat aturan Kompak dalam mendidik Tidak merendahkan, menghina dan meremehkan anak Tidak perlu membandingkan
PERLU DIPAHAMI
Hadiah OK, suap NO. Guru yang konsisten dalam menerapkan aturan serta kode etik akan membuat anak patuh dan taat. Anak baik dan anak nakal. Setuju tidak??? Setiap anak unik, memiliki perbedaan
LANJUTAN
Ketika ada kekeliruan terhadap anak, maka semua pihak harus berani menginteropeksi diri masingmasing. Orangtua dan lingkungan jangan membunuh usaha remaja menjadi kreatif dengan melabeli nakal, aneh, atau nyeleneh.
BERBOHONG
Setiap kebohongan yang terjadi bisa diminimalisir pengaruhnya apabila yang melakukannya segera menyadari kelakuannya. Biarkan anak menyadarinya, tanpa harus takut kehilangan kasih sayang.
TUNTUTAN
Anak-anak kita sebenarnya sering bertanya adakah ayah ibu menyayangi mereka. Ayah ibu mengharapkan saya sempurna. Apa yang mereka perhatikan hanya sekolah. Dulu mereka memperlakukan saya sebagai seorang anak dewasa, tapi sekarang mereka memperlakukan saya sebagai anak kecil.
CARA MENGHADAPI
1.
2.
3.
Tidak menuduh anak berbohong bila tidak mempunyai bukti. Setiap orang butuh diberi kepercayaan, begitu pula anakanak kita. Dahulukan prasangka baik dengan mendengarkan alasan-alasan yang dikemukakan. Jika tidak mendapatkan kepercayaan ia akan menolak untuk berkomunikasi. Menjadi pendengar yang baik, untuk mengetahui apa yang sedang terjadi pada anak. Jika mengetahui anak berbohong, langsung jelaskan faktanya tidak perlu menunggu sampai dia mengaku, apalagi memaksa ia untuk mengatakan yang sebenarnya terjadi. Tindakan ini hanya akan mendidiknya lebih canggih untuk berbohong.
LANJUTAN
4. Kontrol emosi saat mengetahui anak berbohong. Emosi yang berlebihan dan memenggil anak sebagai pembohong tidak akan menyelesaikan masalah, malah makin membuat anak takut dan berbohong lagi. Berikan jaminan bahwa jika ia bereterus terang kita akan memaafkan dan tidak menghukumnya. 5. Mengevaluasi diri, apakah kita terlalu keras kepada anak, sehingga tersumbat jalur komunikasi dengan anak. 6. Jika anak berbohong karena imajinasi maka ajari anak untuk membedakan antara hal realistik dan imajinasi tanpa menyalahkan sikap bohongnya tersebut.
MEMARAHI ANAK
Pertama, Adalah buruk memarahi tanpa memberikan penjelasan. Kedua, membuat komitmen bersama dengan anak untuk mematuhi aturan. Ketiga, Jangan Cela Dirinya, Cukup Perilakunya Saja Keempat, Jangan Katakan Jangan. YANG TERBAIK ADALAH TIDAK MARAH
si anak ajak komunikasi sebagai teman. Diberi kesempatan untuk bercerita tentang hal apa saja yang dia temui. Diajari sifat dan sikap tanggung jawab. Untuk membiasakan anak bertanggung jawab haruslah dimulai sejak dini, tanpa dibiasakan sejak kecil tidak mungkin anak mempunyai rasa tanggung jawab.
LANJUTAN
Biasakan anak mengambil dan mengembalikan mainannya sendiri sebelum dan sesudah bermain * Biasakan anak untuk melakukan tugas-tugas ringan sejak kecil * Biasakan anak untuk menjaga kebersihan * Tegurlah dan diberi pengarahan * Bila melakukan kesalahan dengan orang lain biasakan anak untuk minta maaf agar dia mengeri dan menyadari kesalahannya * Biasakan anak untuk mengucapkan terimakasih bila ditolong atau diberi sesuatu oleh orang lain.
HUKUMAN
Pilihan hukuman yang mendidik untuk anak antara lain : Memberi mereka tugas membersihkan halaman Menyuruh mereka meminta maaf kepada orang yang bersangkutan, sebaiknya kita temani Menyuruh mereka untuk belajar atau mengerjakan PR Menyuruh mereka untuk membantu menyelesaikan pekerjaan kita yang mudah-mudah Memberi mereka tugas yang dapat mengasah kemampuan mereka
LANJUTAN
Kalau pun kita harus memarahi mereka, usahakan jangan memarahi mereka didepan umum. Karena hal itu akan berdampak pada anak. Menyuruh mereka berjanji untuk tidak mengulangi hal tersebut. Jangan lupa untuk slalu memngingatkan mereka untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama
MELATIH KONSENTRASI
1. Membuat rules Kemudian tulis rules tersebut, dan tempel di tempat belajarnya di bagian yg mudah terlihat. Dengan demikian, diharapkan nantinya Ibu Nani tidak lagi selalu berteriak untuk mengingatkan, karena rules tersebut diharapkan bisa menjadi sign bagi anak tentang perilaku yang harus ditampilkan saat ia belajar. Diharapkan pula, anak bisa menggeneralisasi rules tersebut di sekolah. 2. Membuat sign dengan waktu, sehingga anak sadar bahwa dalam mengerjakan tugas ada time limit-nya. Misalnya : dengan menggunakan timer atau stop watch. Bila ia sudah memahami konsep jam, Ibu Nani bisa meletakkan jam weker di dekatnya, dan mengatakan : Adek punya waktu 30 menit untuk mengerjakan tugas. Sekarang jam 8, jadi jam 8.30 Adek harus sudah bisa menyelesaikan semua tugas itu.
LANJUTAN
3. Memecah waktu belajarnya menjadi beberapa kali. Misalnya, waktu belajar yang satu jam, kita pecah menjadi tiga kali dalam satu jam (per 20 menit) dan diselingi dengan istirahat selama lima menit. Bila anak sudah konsisten dengan waktu 20 menit, maka bisa kita tambah waktu belajarnya menjadi 30 menit, dan seterusnya. Perlu di perhatikan, semuanya akan membutuhkan usaha maksimal, konsistensi, kesabaran dan doa dari kita.
AGRESIF
Anak agresif merupakan anak yang memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata namun tidak diimbangi dengan sikap yang cukup menyenangkan. Mereka sangat lincah, suka meminta perhatian orang lain dengan cara mengganggu, kasar secara fisik maupun lisan, serta egois. Biasanya masyarakat umum menyebut anak agresif dengan sebutan anak nakal. Namun, dari sudut pandang ilmu psikologi sebutan atau cap anak nakal bukanlah sebuah interpretasi yang baik, sebutan ini hanya akan memberikan kontribusi negatif bagi perkembangan perilaku anak.
LANJUTAN Daya tangkap anak agresif dalam proses belajarmengajar sangat luar biasa cepat, sehingga sebenarnya tidak akan banyak kesulitan untuk mendidik anak agresif menerima suatu pelajaran. Kendala mereka terletak pada masalah konsentrasi, anak agresif sangat mudah membagi-bagi perhatian terhadap hal-hal yang dianggap mereka menarik. Karenanya langkah awal yang perlu dilakukan orang tua untuk membantu anak-anak belajar dengan terlebih dahulu melatih konsentrasi mereka.
LANJUTAN
Ajarkan anak untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan waktu, tempat dan jadwal kegiatan. Berilah mereka daftar kegiatan yang harus dikerjakan selama jangka waktu tertentu. Buat perjanjian tertulis dengan mereka mengenai aturan main pelaksanaan kegiatan tersebut. Hadiah dan hukuman. Cara ini akan melatih disiplin anak, melatih tanggung jawab, dan pada akhirnya melatih konsentrasi mereka lebih terfokus dan terarah.
BULLYING
Pengertian perilaku bullying masih menjadi perdebatan dan belum menemukan suatu definisi yang diakui secara universal, sehingga belum ada pengertian yang baku hingga saat ini. Bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti banteng yang senang menyeruduk kesana kemari (Sejiwa, 2008: 2). Istilah ini akhirnya diambil untuk menguraikan suatu tindakan yang destruktif.
LANJUTAN
Berbeda dengan negara lain, seperti di Norwegia, Finlandia, Denmark, dan Finlandia yang menyebutkan bullying dengan istilah mobbing atau mobbning. Istilah aslinya berasal dari Inggris, yaitu mob yang menekankan bahwa biasanya mob adalah kelompok orang yang anonim dan berjumlah banyak dan terlibat kekerasan.
LANJUTAN
Sedangkan Schwartz dkk (2005:1) menyebut bullying dengan istilah victimization. Buhs dkk. (2006: 2) menambahkan istilah peer exclusion dan victimization untuk menggambarkan perilaku bullying. Tattum (dikutip, Smith, Pepler and Rigby, 2007: 5) memandang bahwa bullying adalah keinginan untuk menyakiti dan sebagian besar harus melibatkan ketidakseimbangan kekuatan yaitu orang atau kelompok yang menjadi korban adalah yang tidak memiliki kekuatan dan perlakuan ini terjadi berulang-ulang dan diserang secara tidak adil.
LANJUTAN
Berbeda dengan tindakan agresif lain yang melibatkan serangan yang dilakukan hanya dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu pendek, bullying biasanya terjadi secara berkelanjutan dalam jangka waktu cukup lama, sehingga korbannya terus-menerus berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi. Hal ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan Djuwita (2006: 2) bahwa bullying adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau kelompok, sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya, dan peristiwanya mungkin terjadi berulang.
Anak-anak yang menjadi tukang bully cenderung memiliki orangtua yang sering memarahi mereka atau menganggap anaknya sering mengganggu. Anak-anak dengan masalah emosional, problem pada perkembangan, maupun masalah perilaku memiliki kemungkinan besar menjadi tukang bully. Anak-anak yang memiliki ibu dengan tingkat kesehatan mental dan jiwa yang kurang baik, juga berpotensi besar menjadi tukang bully.
LANJUTAN
Menurut Dr Shetgiri, hal yang dapat mencegah seorang anak menjadi tukang bully adalah kmunikasi yang baik dan positif antara orangtua dan anaknya. Dari hasil risetnya, terlihat bahwa orangtua yang selalu meluangkan waktu untuk bicara dan berbagi cerita dengan anaknya memiliki peluang sangat kecil untuk membesarkan anak yang jadi tukang bully.
kemampuan asertif, yaitu kemampuan untuk menyampaikan pendapat atau opini pada orang lain dengan cara yang tepat. Hal ini termasuk kemampuan untuk mengatakan TIDAK atas tekanan-tekanan yang didapatkan dari teman/pelaku bullying. Memberikan rasa aman.
DISLEKSIA
Dys: tidak memadai dan lexis: kata/bahasa. Kesulitan membaca, mengeja, menulis, berbicara atau mendengar. Kesulitan mengatur diri. Struktur fungsi otaknya berbeda. Lebih terampil mengintegrasikan visual spasial dan gerakan (arsitek, atletik, elektronik, grafis, mekanik). Memiliki daya cipta yg tinggi, membayangkan, lebih kreatif dan intuitif. Disleksia tidak berarti bodoh.
CIRI-CIRI DISLEKSIA
Ada kesenjangan antra kemampuan dg prestasi. Bisa jadi keturunan. Kesulitan mengeja. Kebingungan membedakan kanan dan kiri. Menulis huruf atau anhka secara mundur. Sulit membedakan huruf b, d, p dengan angka 9. Kesulitan dalam hitungan. Kesulitan megikuti instruksi yang kompleks.