Pertemuan 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Logo Biru, Hijau, dan K dalam Lingkaran Merah Pada Obat Pernahkah anda memperhatikan logo obat yang

ada di kemasan obat yang anda konsumsi atau anda beli? Perhatikan dengan seksama pada kemasan obat yang anda beli. Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu : 1. Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol.

Contoh : 1. Tablet Vit. C 100 mg, 50 mg, 250 mg; Tablet B complex, Tablet B1 100 mg, 50 mg, 25 mg; tablet multivitamin. Calcivit sirup,Erceevit sirup. 2. Boorwater, 2-4 salap, salep boor. 3. Julapium, buikdrank, staaldrank dsb.

2. Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM. Contoh : 1. Ammonia 10% ke bawah (P5) 2. Aqua Plumbi Goulardi (P3) 3. Tinctura Iodii (P3) = antiseptic 4. Liquor Burowi (P3) = obat kompres 5. Gargarisma Kan (P2) = obat kumur 6. Rokok Asthma (P4) = obat asthma 7. Antimo (P1) = anti muntah dalam perjalanan 8. Tablet Emetinum 2 mg (P1) = obat anti disentri 9. Tablet Ephedrinum 25 mg (P1) = obat asthma 10. Lysol (P5) = antiseptic 11. Larutan Mercurochroom (P3) = antiseptic local 12. Tablet Phenoplphthaleinum 100 mg, contoh Brooklax (P1) = laksan 13. Tablet Santonin 30 mg (P1) = obat cacing 14. Serbuk Sulfanilamidum = SA 5 mg dalam bungkus = antiseptic = anti bakteri local

15. Tablet-tablet Sulfaguanidinum, Phtalysulfathiazolum, Succinylsulfathiazolum 600 mg dan tidak lebih dari 20 tablet setiap bungkus (P1) = anti diarrhea 16. Supositoria untuk Wasir = anusol (P6) = obat ambein 17. Tablet Chloroprophenpyridamin Maleas (CTM = Pehachlor 4 mg dan tidak lebih dari 20 tablet setiap bungkus atau 120 ml syrup setiap botol (P1) = anti histamin 18. Ovula Sulfanilamidum (P5) = anti infeksi di vagina 19. Tablet atau kapsul Vit. E 120 mg = Juvelon = Evion (P1) = anti sterilitas 20. Salep Sulfonamidum 11% (P3) = anti bakteri local 21. Tablet yang mengandung Methioninum 120 mg = Litrison (P1) 22. Tablet Vit. K 1,5 mg (P1) = anti pendarahan 23. Tablet Chloroquin = Nivaquin 160 mg tidak lebih dari 4 tablet setiap wadah (P1) = anti malaria 24. Tablet Tetramisolum = Ascaridil 150 mg (P1) = obat cacing 25. Tablet Bisacodylum = Dulcolax 10 mg (P1) dan Supositoria Dulculax (P5) = laksan 26. Tablet Dextromethorphani Hydrobromidum = Code 15 16 mg (P1) = obat batuk pengganti codein 27. Tablet Pyritinoli Hydrochloridum = Encephabol 120 mg (P1) = stimulasi otak 28. Sirup-sirup yang mengandung Promethazinum 1,5 mg setiap ml dan tidak lebih dari 120 ml tiap botol (P1) = obat batuk. Dalam brosur harus ditulis peringatan Selama meminum obat ini tidak boleh mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin. 29. Sediaan yang mengandung Noscapinum 30 mg tiap tablet (P1) atau 6 mg tiap ml larutan/ sirop (P1) = obat batuk 30. Sediaan yang mengandung Piperazinum 600 mg tiap tablet (P1) atau 200 ml tiap ml larutan/ sirop (P1) = obat cacing 31. Sedian yang mengandung Ephedrinum 35 mg tiap tablet atau takaran dan tidak melebihi 20 tablet atau 120 ml tiap botol (P1), atau 0,5 mg dalam kemasan tidak melebihi 30 ml sebagai obat luar atau tetes mata/ hidung (P1) = obat asthma, atau melegakan hidung atau melebarkan pupil. P1 : Awas ! Obat Keras ! Baca aturan pakainya. Contoh : paramex P2 : Awas ! Obat Keras ! Hanya untuk kumur. Jangan ditelan. Contoh : Listerine, Betadine Gargle. P3 : Awas ! Obat Keras ! Hanya untuk bagian luar badan. Contoh : Betadin P4 : Awas ! Obat Keras ! Hanya untuk dibakar. P5 : Awas ! Obat Keras ! Tidak boleh ditelan. Contoh : Nebacetin powder. P6 : Awas ! Obat Keras ! Obat wasir, tidak ditelan. Contoh : Anusol suppositoria. 3. Obat Keras dan Psikotropika Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam

Mefenamat. Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital. Contoh : 1. Semua obat injeksi 2. Obat antibiotika, misalnya Chloraphenical, Penicillin, Tetracylin, Ampicilin dll. 3. Obat anti bakteri seperti Sulfadiazin, Sulfasomidin = Elkosin, Trisulfa dll. 4. Amphetaminum (OKT) 5. Antazolinum = Antistin = obat antihistamin 6. Digitoxin, Lanatosid C = Cedilanid, Digitalis folia = obat jantung. 7. Hydantonium = obat anti epilepsy 8. Reserpinum = obat anti hipertensi 9. Vit. K = anti pendarahan 10. Yohimbin = aphrodisiaka 11. Meprobamatum = penenang (tranquilizer) 12. Isoniazidum = INH = anti TBC 13. Nitroglycerinum = obat jantung 14. Benzodiazepinum contoh Diazepam = tranquilizer, Nitrazepam = Hipnotik (OKT) 15. Indomethacinum = obat rheumatic 16. Tripelenamin Hydrochloridum = antihistamin

4. Obat Narkotika Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin. Sebelum menggunakan obat, termasuk obat bebas dan bebas terbatas harus diketahui sifat dan cara pemakaiannya agar penggunaannya tepat dan aman. Informasi tersebut dapat diperbolehkan dari etiket atau brosur pada kemasan obat bebas dan bebas terbatas. Contoh : 1. Opium 2. Sediaan Opium : Tinctura, Extractum, Pulv. Doveri dll. 3. Kokain kasar dan Ecgonin 4. Morfin, Diasetil Morfin, Kokain dan garamnya. 5. Cannabis Indicac = ganja dan sediaannya : daun, ekstrak dan tingtura. 6. Kodein, Thebain dan juga preparat dari Dikodid, Dilaudid, Eukodal dll. 7. Daun Koka dan senyawa serta sediaan galenik yang dibuat darinya. 8. Obat bius sintetis, misalnya : a. Dolantin, Pethidin, Demerol.

b. Amidon, Methadon, Symoron dll. Obat Wajib Apotek (OWA) Selain memproduksi obat generik, untuk memenuhi keterjangkauan pelayanan kesehatan khususnya akses obat pemerintah mengeluarkan kebijakan OWA. OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) kepada pasien. Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada persayaratan yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA. 1. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan kepada pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan hanya boleh diberikan 1 tube. 2. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama, alamat, umur) serta penyakit yang diderita. 3. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi, kontra-indikasi, cara pemakain, cara penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin timbul serta tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul. Jenis OWA Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat,maka obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat yang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Antara lain: obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal. Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan: 1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun. 2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. 3. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. 4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. 5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Diantara peraturan mengenai OWA adalah antara lain : Permenkes no.919/MENKES/PER/X/1993 tentang criteria OWA Kepmenkes no.347/MENKES/SK/VII/1990 tentang OWA no.1 Permenkes no.924/MENKES/PER/X/1993 tentang OWA no.2 Permenkes no.925/MENKES/PER/X/1993 tentang perubahan golongan OWA no.1 Miconazole = daktarin

Anda mungkin juga menyukai