Tesis ini menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di rumah sakit umum di Jawa Tengah. Penelitian menunjukkan ada hubungan antara jenis kelamin, beban kerja, tuntutan kerja, dukungan sosial dengan tingkat stres perawat. Rekomendasinya adalah perlu evaluasi penyebab stres secara berkala dan pelatihan manajemen stres serta ICU.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
337 tayangan145 halaman
Tesis ini menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di rumah sakit umum di Jawa Tengah. Penelitian menunjukkan ada hubungan antara jenis kelamin, beban kerja, tuntutan kerja, dukungan sosial dengan tingkat stres perawat. Rekomendasinya adalah perlu evaluasi penyebab stres secara berkala dan pelatihan manajemen stres serta ICU.
Tesis ini menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di rumah sakit umum di Jawa Tengah. Penelitian menunjukkan ada hubungan antara jenis kelamin, beban kerja, tuntutan kerja, dukungan sosial dengan tingkat stres perawat. Rekomendasinya adalah perlu evaluasi penyebab stres secara berkala dan pelatihan manajemen stres serta ICU.
Tesis ini menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di rumah sakit umum di Jawa Tengah. Penelitian menunjukkan ada hubungan antara jenis kelamin, beban kerja, tuntutan kerja, dukungan sosial dengan tingkat stres perawat. Rekomendasinya adalah perlu evaluasi penyebab stres secara berkala dan pelatihan manajemen stres serta ICU.
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 145
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN TINGKAT STRES PERAWAT ICU DI RSU DI JAWA TENGAH
TESIS
TITIK SUERNI NPM: 1006748980
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA DEPOK JULI 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
i
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT STRES PERAWAT ICU DI RSU DI JAWA TENGAH
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Keperawatan
TITIK SUERNI NPM: 1006748980
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA DEPOK JULI 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun merujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Titik Suerni NPM : 1006748980
Tanda tangan : ..................................................
Tanggal : 12 Juli 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis dengan judul: Analisa Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Stres Perawat ICU Di RSU Di Jawa Tengah
Tesis ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing serta telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tesis Program Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Depok, 12 Juli 2012
Pembimbing I
(Prof. Achir Yani S.Hamid, M.N.,D.N.Sc)
Pembimbing II
(Mustikasari , Skp., MARS) Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
iv
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi Robbilaalamiin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul Analisa Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Stres Perawat ICU Di RSU Di Jawa Tengah. Penulisan tesis ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Keperawatan dari Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan J iwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak selama penyusunan tesis ini, sangatlah sulit untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dewi Irawaty, M.A.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp.,MN selaku Ketua Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 3. Prof. Achir Yani S.Hamid, M.N.,D.N.Sc, selaku pembimbing I tesis yang sangat berkontribusi memberikan bimbingan dan arahan secara sabar, bijaksana, murah hati, cermat serta memberikan masukan dan motivasi agar peneliti selalu melakukan yang terbaik dalam penyusunan tesis ini 4. Mustikasari , Skp., MARS, selaku pembimbing II tesis yang sangat berkontribusi memberikan bimbingan dan arahan secara sabar, bijaksana, murah hati, cermat serta memberikan masukan dan motivasi agar peneliti selalu melakukan yang terbaik dalam penyusunan tesis ini 5. Novyy Helena C.D.,SKp.,MSc., selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan dukungan dan arahan 6. Prof.Dr. Budi Anna Kelliat,SKp.,M.App.Sc., selaku pengajar Kelompok Keilmuan Keperawatan J iwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang selalu memberikan dukungan dan arahan Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
vi
7. Ns.Ice Yulia Wardani, M.Kep, Sp.Kep. J, selaku pengajar Kelompok Keilmuan Keperawatan J iwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang selalu memberikan dukungan 8. Seluruh staf pengajar Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah memberikan ilmunya serta seluruh staf akademik yang membantu selama proses pendidikan 9. Sahabat yang kusayangi Sambodo, Nyumirah, Ridwan, Thika, Desi, Dhian, Hernida, Nana atas bantuan, kerjasama, motivasi, dan kebersamaan yang luar biasa selama penyelesaian tesis ini 10. Adik-adikku tersayang Emi, Endang, Retno, Dian yang senantiasa memberikan kekuatan pada saat aku kehabisan tenaga 11. Seluruh rekan-rekan Program Magister Keperawatan Angkatan 2010 atas kerjasama selama penyelesaian tesis ini 12. Seluruh rekan-rekan Program Magister Keperawatan J iwa Angkatan VI atas dukungan, kerjasama, doa dan kebersamaan yang luar biasa selama penyelesaian tesis ini 13. Bapak, ibu dan bapak, ibu mertuaku, adik-adikku tersayang yang selalu memberikan doa, dukungan secara moril dan materiil, serta motivasi yang luar biasa 14. Suamiku tersayang , Terimakasih.....cinta, kesetiaan, kasih sayang, pengorbanan yang selalu tulus dan ikhlas Ayah persembahkan untukku. Semoga Allah selalu melindungi Ayah.... 15. Permata hatiku Nabil, anak ku tersayang yang telah mengorbankan waktu pertemuan, memberikan inspirasi, semangat, kasih sayang serta dengan keluguan selalu menantikan mama. 16. Khusus untuk responden, Terimakasih yang tak terhingga atas bantuan, kerjasama dan dukungan, semoga Allah melimpahkan segala kebaikan untuk rekan sejawatku 17. Seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah membantu selama penyelesaian tesis ini Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
vii
Akhir kata, saya berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan segala kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu selama penyelesaian tesis ini. Penulis membutuhkan masukan untuk penyempurnaan dan semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan jiwa.
Depok, Juli 2012
Penulis
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Titik Suerni NPM : 1006748980 Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Departemen : Keperawatan J iwa Fakultas : Ilmu Keperawatan Jenis Karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Analisa Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Stres Perawat ICU Di RSU Di Jawa Tengah beserta perangkat yang ada (jika diperlukan).
Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini, maka Universitas indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenaranya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal: 12 Juli 2012 Yang menyatakan
(Titik Suerni)
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
ix
UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Tesis, Juli 2012 Titik Suerni
Analisa Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Stres Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 xi + 84 halaman +28 tabel +4 Bagan + 14 lampiran
ABSTRAK
Survei tentang stres perawat menunjukkan hasil bahwa mayoritas perawat ICU pernah mengalami stres. Perawat yang bertugas di ICU dituntut harus mampu berpikir dan bertindak cepat dalam situasi stres tinggi. Secara keseluruhan, perawat ICU mengalami berbagai hambatan kinerja dalam pekerjaan mereka setiap hari karena dampak stres. Tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah. Desain penelitian Cross Sectional. Penelitian dilakukan pada 76 responden secara total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin, beban kerja, tuntutan kerja, dukungan sosial dengan tingkat stres perawat (p-value< 0,05). Rekomendasi hasil penelitian adalah perlunya evaluasi penyebab stres perawat secara periodik, pelatihan teknik manajemen stres dan pelatihan ICU.
Kata kunci: tingkat stres, perawat, Intensive Care Unit Daftar Pustaka 78 (1998 2012)
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
x
UNIVERSITY OF INDONESIA MASTER SCIENCE NURSING PROGRAM MENTAL NURSING SPECIFICITY FACULTY OF SCIENCE NURSING
Thesis, July 2012 Titik Suerni Factors Analysis That Related to Stress Level of ICU Nurse in General Hospital in Central Java Xi +84 Pages +22 Tables +5 Schemes +12 appendixes
ABSTRACT
Survey about the stress of nurses showed the majority ICU nurses experienced stress. Nurses working in the ICU is required to be able to think and act quickly and criticaly in high stress situations. Overall, ICU nurses experience a variety of difficulties in the performance of their jobs every day because of the effects of stress. The purpose of the study was to determine the factors assosiated with stress levels in the public hospital ICU nurses in Central Java. The quantitative research method with cross sectional approach was used. The research was conducted to 76 respondents . The results showed that there was a relationship between the factors of sex, workload, work demands, social support with stress level nurses (p-value < 0,05). This research recomended that there was a need for psychological evaluation and regular nursing technical skills training and stress management.
Keywords: Stress Level, Nurse, Intensive Care Unit Reference 78 (1998-2012)
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................... ii HALAMAN PERNYATAAN PENGESAHAN ...................................... iii KATA PENGANTAR ............................................................................ iv PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................................. vii ABSTRAK .............................................................................................. viii ABSTRACT ............................................................................................ ix DAFTAR ISI ........................................................................................... x DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii DAFTAR SKEMA .................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 5 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 6 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stres ....................................................................... 9 2.1.1 Definisi Stres .............................................................. 9 2.1.2 Stres dan Adaptasi ...................................................... 10 2.1.3 Tahap Stres ................................................................. 14 2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Stres Kerja .................................................................. 15 2.1.5 Stres di Tempat Kerja Versus Lingkungan Kerja Positif ............................................................... 19 2.2 Ruang ICU ........................................................................... 21 2.2.1 Definisi ....................................................................... 21 2.2.2 Klasifikasi Pelayanan ICU Di Rumah Sakit ................ 21 2.2.3 Kriteria Pasien Masuk ICU ......................................... 26 2.2.4 Karakteristik Perawat ICU .......................................... 27 2.2.5 Sumber-Sumber Stres Perawat ICU ............................ 28 2.2.6 Strategi Untuk Meminimalisir Stres ............................ 37
BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep ................................................................. 40 3.2 Hipotesis .............................................................................. 41 3.3 Definisi Operasional ............................................................. 42
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian .................................................................. 45 4.2 Populasi dan Sampel ............................................................. 45 4.3 Tempat Penelitian ................................................................. 47 4.4 Waktu Penelitian .................................................................. 48 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
xii
4.5 Etika Penelitian ................................................................... 48 4.6 Alat Pengumpul Data............................................................ 50 4.7 Prosedur Pengumpulan Data ................................................. 54 4.8 Pengolahan Dan Analisis Data .............................................. 55
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Proses Pelaksanaan Penelitian .............................................. 57 5.2 Analisis Univariat ................................................................. 58 5.3 Analisis Bivariat ................................................................... 61
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Analisa Bivariat ................................................................... 67 6.2 Implikasi Hasil Penelitian .................................................... 80
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan ............................................................................. 82 7.2 Saran ................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ketenagaan Di ICU ......................................................................... 23 Tabel 2.2 ICU Berdasarkan Sarana Prasarana .................................................. 24 Tabel 2.3 Peralatan Berdasarkan Klasifikasi Pelayanan ICU ........................... 24 Tabel 2.4 Kemampuan Pelayanan ICU ............................................................ 25 Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Independen Dan Dependen Penelitian ....................................................................... 42 Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................. 53 Tabel 4.2 Analisa Bivariat Variabel Penelitian ................................................ 56 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan J enis Kelamin dan Pendidikan Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah .............................................. 58 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah .............................................. 59 Tabel 5.3 Distribusi Rata-rata Umur dan Lama kerja Perawat ICU Di RSU di Jawa Tengah .................................................................. 59 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah ................................................................................ 59 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah ................................................................................ 60 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Beban Kerja Perawat ICU di RSU di J awa Tengah .................................................................. 60 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tuntutan Kerja Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah ............................................. 60 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Sosial Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah ............................................. 61 Tabel 5.9 Analisa Hubungan Umur dan lama Kerja Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah ...................................... 61 Tabel 5.10 Analisa Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Stress Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah .............................................. 62 Tabel 5.11 Analisa Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah .................................... 62 Tabel 5.12 Analisa Hubungan Beban Kerja Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah ............................................ 63 Tabel 5.13 Analisa Hubungan Tuntutan Kerja Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah ............................................ 63 Tabel 5.14 Analisa Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU Di RSU di Jawa Tengah ............................................ 64 Tabel 5.15 Analisa Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Pendidikan Perawat ICU Di RSU Di Jawa Tengah ............................................ 64 Tabel 5.16 Analisa Hubungan Umur Terhadap Lama Kerja Perawat ICU Di RSU di Jawa Tengah ............................................ 65 Tabel 5.17 Analisa Hubungan Umur Terhadap Jenis Kelamin Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
xiv
Perawat ICU Di RSU di Jawa Tengah ............................................ 65 Tabel 5.18 Analisa Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Lama Kerja Perawat ICU Di RSU di Jawa Tengah ............................................ 65 Tabel 5.19 Analisa Hubungan Umur Terhadap Tingkat Pendidikan Perawat ICU Di RSU di Jawa Tengah ............................................ 66 Tabel 5.20 Analisa Hubungan Lama Kerja Terhadap Tingkat Pendidikan Perawat ICU Di RSU di Jawa Tengah ............................................ 66
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
xv
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1: Stres Kerja .................................................................................... 16 Skema 2.3: Kerangka Teori ............................................................................. 39 Skema 3.1: Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 42 Skema 4.1: Cluster Sampling .......................................................................... 46
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Jadwal Penelitian Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Tentang Penelitian Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Responden Lampiran 4 : Kuesioner Penelitian A ( Data Sosiodemografi ) Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian B ( Skala Stres ) Lampiran 6 : Kuesioner Penelitian C ( Beban Kerja ) Lampiran 7 : Kuesioner Penelitian D ( Tuntutan Kerja ) Lampiran 8 : Kuesioner Penelitian E ( Dukungan Sosial ) Lampiran 9 : Keterangan Lolos Kaji Etik Lampiran 10: Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 11: Keterangan Melakukan Penelitian Lampiran 12: Daftar Riwayat Hidup
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ICN (International Council of Nurses) pada konferensi di Bangkok 25-29 Januari 2011 menghasilkan kesepakatan, bahwa untuk mencapai Millenium Development Goals 2015 maka harus berfokus pada sumber daya manusia, penguatan sistem kesehatan, pelaksanaan tindakan yang tepat, efektif dan efisien serta mengatasi krisis kesehatan perawat (ICN, 2010). Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Rumah sakit sebagai pusat rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat dasar, maka perlu menjaga kualitas pelayanannya terhadap masyarakat yang membutuhkan. Salah satu pelayanan sentral di rumah sakit adalah bagian ICU (Intensive Care Unit). Pelayanan keperawatan ICU adalah pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dalam kondisi kritis di ruang perawatan intensif, dilaksanakan secara terintegrasi oleh tim yang terlatih dan berpengalaman dibidang critical care. Pengelolaan pelayanan ICU dilakukan secara khusus dengan mengutamakan keselamatan (patient safety), untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan (Kemenkes, 2011).
Pelayanan keperawatan ICU merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu untuk dikembangkan di Indonesia, sejalan dengan perkembangan teknologi di bidang perawatan intensif (Kemenkes, 2011). Pelayanan keperawatan ICU bertujuan untuk memberikan asuhan bagi pasien dengan penyakit berat yang membutuhkan terapi intensif dan potensial untuk disembuhkan, memberikan asuhan bagi pasien berpenyakit berat yang memerlukan observasi atau pengawasan ketat secara terus menerus, untuk mengetahui setiap perubahan pada kondisi pasien yang membutuhkan intervensi segera. Kondisi ini membutuhkan perawat profesional yang Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 2
Universitas Indonesia
memiliki kompetensi di bidang perawatan intensif yang bersertifikasi, sehingga dapat dipertanggungjawabkan untuk memberikan pelayanan keperawatan secara optimal dalam mengatasi kegawatan pasien di ruang perawatan intensif (Frelita, 2011).
Kualifikasi perawat yang bertugas di ruang ICU juga dituntut untuk memberikan pelayanan yang aman, cepat, tepat dan efektif, sehingga harus mempunyai pengetahuan yang memadai, mempunyai keterampilan yang sesuai, dan mempunyai komitmen terhadap waktu. Kompetensi tersebut ditunjukkan dengan bukti bahwa perawat yang bertugas di ruang ICU harus mempunyai sertifikat CCRN (Critical Care Registered Ners). Menurut The American Association of Critical-Care Nurses (2010) bahwa perawat ICU terbagi lagi pada beberapa ruang khusus yaitu perawat ICU yang bertugas di ruang perawatan untuk bayi (Neonatal Intensive care Unit atau NICU), untuk ruang perawatan remaja dan dewasa di ICU (Intensive Care Unit) dan untuk ruang perawatan anak (Pediatric Intensive Care Unit).
Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di rumah sakit karena selain jumlahnya yang dominan (55 - 65%) juga merupakan profesi yang memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus 24 jam kepada pasien setiap hari. Oleh karena itu pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan jelas mempunyai kontribusi yang sangat menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit. Sehingga setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan (Carayon, 2009).
Permasalahannya yang ada saat ini adalah ketersediaan tenaga keperawatan yang memiliki kompetensi dibidang keperawatan ICU belum memadai. Hasil evaluasi di 18 rumah sakit di 9 Propinsi pusat regional tahun 2007, didapatkan gambaran berdasarkan pendidikan sebagai berikut: D3 Keperawatan 79,7%; SPK 14, 2 %; S1 Keperawatan 4,5%; diluar S1 Keperawatan 1,6%. Sedangkan Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 3
Universitas Indonesia
rasio perawat dengan pasien tidak sesuai hanya 77%, 22% perawat melakukan tindakan tidak sesuai prosedur, 58% perawat ICU yang belum mendapatkan pelatihan dan 65% perawat bekerja tidak sesuai dengan kemampuan (Kemenkes, 2011).
Ruangan kritis yang merupakan tempat untuk memperjuangkan hidup dan melawan kematian, telah menjadikan perawat sebagai tumpuan pasien karena keberadaannya secara terus menerus di samping pasien sehingga menjadikan kuatnya stres. Studi yang dilakukan Olin (2008) menunjukkan hasil bahwa seorang yang bertugas di bagian gawat darurat, unit perawatan intensif, unit perawatan jantung, unit telemetri, laboratorium kateter jantung, unit perawatan progresif, dan ruang pemulihan ruangan, dituntut harus mampu berpikir dan bertindak cepat dalam situasi stres tinggi.
Secara keseluruhan, perawat ICU mengalami berbagai hambatan kinerja dalam pekerjaan mereka setiap hari karena dampak stres (Carayon, 2009). Stres kerja adalah stres sebagai akibat interaksi di lingkungan kerja (Muchlas, 2005). Stres kerja adalah stres yang terjadi akibat kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Lexshimi(2007), menunjukkan hasil bahwa 100% perawat ICU pernah mengalami stres. Menurut Angelberta (2011) bahwa satu diantara sepuluh pekerjaan yang tingkat stresnya tinggi adalah bekerja di bidang kesehatan , termasuk perawat yang setiap hari melihat penyakit, trauma, kematian, harus memandikan, harus berurusan dengan anggota keluarga pasien, serta merawat pasien yang sering tidak mampu mengungkapkan rasa terima kasih atau penghargaan atau karena mereka terlalu sakit. Perawat mempunyai resiko yang sangat tinggi terpapar oleh stres adalah karena perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi terhadap keselamatan nyawa manusia.
Stres adalah respons non spesifik tubuh terhadap setiap kebutuhan tanpa memperhatikan sifatnya (Selye, 1976) dalam Smeltzer dan Bare (2002). Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 4
Universitas Indonesia
Respon yang terjadi pada perawat yang mengalami stres menurut Hawari (2001) adalah perubahan pada rambutnya, pandangan kabur, gangguan pendengaran, mengeluh pusing, ekspresi wajah nampak serius, tegang dan sulit tersenyum, perasaan kering pada bibir, kulit kering, keringat yang berlebihan pada telapak tangan, sesak nafas, jantung berdebar-debar, menstruasi tidak teratur serta dysmenorhoe pada wanita. Bagi perawat ICU yang mengalami stres sering kali ditandai dengan perasaan jenuh, menyerah, merasa tidak efektif, merasa putus asa, dan pada akhirnya memilih meninggalkan pekerjaan atau tetap bertahan dengan posisi yang tidak efektif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gang (2006) menunjukkan hasil bahwa tingkat stres kerja perawat ICU relatif tinggi, dan mereka menerima stres paling berat dari situasi kerja. Diperlukan usaha untuk pencegahan stres kerja dan diperlukan analisis tentang penyebab stres untuk menemukan solusi yang tepat. Menurut penelitian yang dilakukan Mims dan Stanford (2003) di Georgia, bahwa perawat yang bertugas di ruang ICU mengalami stres yang tinggi akibat merawat pasien yang tidak stabil dan jumlah staf yang tidak memadai, sehingga sering mengalami kelelahan emosional. J ika perubahan fisiologis dan psikologis menekan pekerjaan, maka stres terhadap pekerjaan dapat disebabkan oleh : beban kerja, kondisi kerja, peran, pengembangan karir, hubungan interpersonal, struktur organisasi serta pendidikan/pelatihan.
Hasil dari penelitian mengenai faktor yang menyebabkan stres pada perawat ICU juga disampaikan oleh Agung (2009), dimana ditemukan tiga faktor yang menyebabkan stres pada perawat ICU di Rumah Sakit Tipe C di Kota Semarang. Pertama faktor sikap kerja yaitu interaksi dengan rekan kerja dan kesempatan beraspirasi, kedua yaitu faktor dukungan sosial yaitu faktor risiko atau bahaya dan interaksi dengan keluarga, ketiga faktor karakteristik pengalaman yaitu peristiwa khusus dalam kehidupan. Keadaan-keadaan tersebut dapat menimbulkan kejenuhan dengan respon menyerah, tidak efektif dan putus asa pada perawat di ruangan ICU sehingga mereka akan Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 5
Universitas Indonesia
meninggalkan pekerjaan atau tetap pada posisi fungsi yang tidak efektif. Selanjutnya akan menurunkan kualitas asuhan keperawatan yang seharusnya sangat dibutuhkan pasien yang berada di ruang perawatan kritis.
Peneliti telah melakukan wawancara dengan 20 perawat ICU di rumah Sakit yang menjadi tempat penelitian untuk mengidentifikasi faktor yang melatarbelakangi timbulnya stres pada perawat ICU. Didapatkan bahwa 10 dari 20 perawat ICU (50%) mengalami sering pusing, 12 (60%) orang mengatakan beban kerja terlalu banyak, 18 (80%) mengatakan mudah lelah ketika bekerja karena kurangnya dukungan dari rekan kerja. Dampak dari adanya stres perawat yang tidak teratasi maka perawat ICU tidak lagi bisa bersikap profesional karena tidak mampu memberikan pelayanan keperawatan yang maksimal. Upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh pihak manajemen dalam mengurangi stres perawat diantaranya adalah dengan pemberian pelatihan terkait dengan keterampilan yang harus dikuasai, pengaturan jam dinas, program outbond untuk perawat. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi stres adalah dengan mengurangi situasi yang menegangkan dan mengurangi respon terhadap stres (Perri dan Potter, 2005).
Berdasarkan hal yang dijelaskan di atas bahwa perawat sering mengalami stres yang berhubungan dengan pekerjaannya, maka peneliti ingin menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU Rumah Sakit Umum di Jawa Tengah.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena di atas yaitu mengenai adanya stres kerja yang dialami perawat ICU dimana akan menimbulkan dampak pada kinerja perawat, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU. Berdasarkan masalah penelitian diatas maka peneliti membuat rumusan masalah Apakah faktor- Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 6
Universitas Indonesia
faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah?
1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor meliputi jenis kelamin, usia, lama kerja, tingkat pendidikan, beban kerja, tuntutan kerja, dukungan sosial yang berhubungan dengan tingkat stres perawat Intensif Care Unit Rumah Sakit Umum di J awa Tengah
1.2.2 Tujuan Khusus 1.2.2.1 Diketahuinya karakteristik perawat ICU (jenis kelamin, usia, lama kerja, tingkat pendidikan) 1.2.2.2 Diketahuinya beban kerja perawat ICU di RSU di Jawa Tengah 1.2.2.3 Diketahuinya tuntutan kerja perawat ICU di RSU di Jawa Tengah 1.2.2.4 Diketahuinya dukungan sosial perawat ICU di RSU di Jawa Tengah 1.2.2.5 Diketahuinya tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah 1.2.2.6 Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di J awa Tengah 1.2.2.7 Diketahuinya hubungan antara usia dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah 1.2.2.8 Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah 1.2.2.9 Diketahuinya hubungan antara lama kerja dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di J awa Tengah 1.2.2.10 Diketahuinya hubungan antara beban kerja dengan tingkat stres perawat ICU di Rumah Sakit Umum di Jawa Tengah Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 7
Universitas Indonesia
1.2.2.11 Diketahuinya hubungan tuntutan kerja dengan tingkat stres ICU di RSU di Jawa Tengah 1.2.2.12 Diketahuinya hubungan dukungan sosial dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah
1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak yang terlibat dalam pengembangan pelayanan keperawatan khususnya keperawatan jiwa di Rumah Sakit Umum. 1.3.1 Manfaat keilmuan 1.3.1.1 Sebagai masukan bagi perawat dan manajemen Rumah Sakit tentang faktor yang berhubungan dengan tingkat stres di Ruang ICU. 1.3.1.2 Sebagai masukan bagi perawat untuk menambah kemampuan mekanisme koping dalam menghadapi stres kerja. 1.3.1.3 Sebagai informasi dan pengetahuan bagi pihak manajemen Rumah Sakit tentang pentingnya evaluasi secara rutin terhadap stres kerja perawat, pentingnya antisipasi penanganan stres kerja terhadap peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
1.3.2 Manfaat aplikatif 1.3.2.1 Sebagai salah satu informasi antisipatif bagi perawat yang bekerja di ruang intensif untuk mengatasi atau beradaptasi dengan stres. 1.3.2.2 Sebagai persiapan tenaga perawat yang profesional agar dapat beradaptasi dengan stres di semua unit keperawatan dan dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. 1.3.2.3 Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan jiwa, khususnya kesehatan jiwa di Rumah Sakit Umum Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 8
Universitas Indonesia
1.3.2.4 Meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan peneliti dalam mengenali faktor-faktor penyebab stres bagi perawat di ruang ICU sehingga dapat disusun program antisipasi .
1.3.3 Manfaat metodologi 1.3.3.1 Hasil penelitian berguna sebagai pengembangan riset keperawatan jiwa khususnya pengembangan keperawatan pada masalah psikososial untuk mengetahui faktor-faktor penyebab stres kerja perawat 1.3.3.2 Sebagai bahan rujukan peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lanjutan tentang stres perawatan. Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 9 Universitas Indonesia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab dua ini dibahas mengenai teori dan konsep yang berkaitan dengan permasalahan penelitian sebagai landasan dan rujukan. Adapun konsepnya meliputi konsep stres, stres dan adaptasi, stres ditempat kerja, karakteristik ruang ICU, karakteristik perawat ICU, karakteristik pasien yang dirawat di ICU, sumber stres perawat ICU dan strategi perawat ICU untuk meminimalisir stres.
2.1 Konsep Stres 2.1.1 Definisi Stres Stres adalah segala sesuatu dimana tuntutan non spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan, dalam hal ini termasuk repon fisiologis dan respon psikologis (Selye,1976 dalam Potter,2005). Menurut Lazarus dan Folkman (1984) dalam Suliswati (2005) bahwa stres adalah sebagai hubungan anatara individu dan lingkungan yang dinilai oleh individu sebagai hal yang melebihi kemampuannya. Widyastuti (2004) mengatakan bahwa stres adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut.
Rosenmen & Chesney seperti dikutip Hawari (2001) menyebutkan bahwa seseorang yang rentan terkena stres adalah yang mempunyai kepribadian tipe A, yaitu orang dengan ciri-ciri: ambisius, agresif dan kompetitif (suka akan persaingan), kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah (emosional), kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan (over confidence), cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam, bekerja tidak mengenal waktu (workaholic), pandai berorganisasi, memimpin dan Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 10
Universitas Indonesia
memerintah (otoriter), lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan, kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak rileks), serba tergesa- gesa, mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati dan bila tidak tercapai maksudnya mudah bersikap bermusuhan, tidak mudah dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel), bila berlibur pikirannya ke pekerjaannya, tidak dapat santai, berusaha keras untuk dapat segala sesuatunya terkendali.
2.1.2 Stres dan Adaptasi Stres merupakan akibat dari adanya perubahan-perubahan, di antaranya perubahan nilai budaya, sistem kemasyarakatan, akibat ketegangan idealisme dan realita serta pekerjaan, tetapi tidak semua orang mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Adaptasi merupakan suatu bentuk dari respon yang sehat terhadap stres di mana ditunjukkan sebagai suatu perbaikan homeostatis pada sistem lingkungan internal (Suliswati, 2005).
Roy (1991) menjelaskan bahwa manusia merupakan sebuah sistem yang adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai mahluk bio-psiko-sosial-spiritual di dalam segenap aspek individu dengan bagian-bagiannya untuk berperan bersama membentuk kesatuan, ditambah manusia sebagai sistem yang hidup berada dalam interaksi yang konstan dengan lingkungannya yang terdiri dari input, proses, output dan umpan balik. 2.1.2.1 Input Input adalah stimulus yang merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan baik internal maupun eksternal yang dapat menimbulkan respon 3 (tiga) tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan residual.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 11
Universitas Indonesia
1. Stimulus Fokal Stimulus yang secara langsung berhadapan dengan seseorang dan responnya segera, misalnya: Beban kerja, tuntutan kerja, hubungan yang kurang baik antara penyelia, dokter, rekan perawat, pasien dan keluarga pasien. Badger (2005) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perawat ICU merasa stres dan frustasi ketika mereka tidak mampu membina hubungan yang baik dengan pasien dan keluarganya.
2. Stimulus Kontekstual Stimulus lain yang dialami seseorang baik eksternal maupun internal yang dapat mempengaruhi situasi, dapat diamati, diukur, serta dapat dilaporkan secara subjektif. Rangsangan ini muncul secara bersamaan di mana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti isolasi sosial. Menurut Billig (1981) dalam Lloyd (2007) bahwa tidak semua orang bisa bekerja dalam kelompok termasuk dokter yang cenderung bekerja sendiri. Situasi sulit bisa menggunakan koping meninggalkan ruangan dengan alasan tugas yang lain. Hal ini bisa menyebabkan ketegangan dengan perawat karena merasa ditinggalkan, dan akhirnya berdampak pada pasien dan keluarganya.
3. Stimulus Residual Faktor internal yang dimiliki individu yang dapat mempengaruhi perilaku, misalnya: keyakinan, sikap dan pengalaman masa lalu. Mealer dkk (2011) dalam penelitiannya di Amerika Serikat menyampaikan bahwa ketahanan psikologis secara independen berhubungan dengan rendahnya tingkat stres dan sindrom kelelahan pada perawat ICU (p<0,001). Ketahanan merupakan karakteristik Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 12
Universitas Indonesia
yang dipelajari dan memungkinkan seseorang untuk berkembang dalam menghadapi kesulitan.
2.1.2.2 Kontrol (Proses) Menurut Roy (1991) proses kontrol seseorang adalah bentuk dari mekanisme regulator dan kognator yang merupakan bagian dari sub sistem. 1. Sub sistemRegulator Sub sitem regulator adalah suatu mekanisme untuk mengatasi sub sistem yang berespon secara otomatis terhadap perubahan lingkungan. Pada sub sistem regulator terjadi sistem kontrol yang berupa mekanisme koping (sistem biokimia, neuron dan endokrin). Berdasarkan penelitian Agustina (2006) tentang dinamika interaksi antara stres kerja dan penyakit karyawan didapatkan hasil bahwa dengan adanya stres dari faktor pekerjaan mengakibatkan respon sakit yang ditandai dengan banyaknya keluhan fisik termasuk peningkatan asam lambung.
2. Sub sistemKognator Stimulus untuk sub sistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output dari regulator ini dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator. Proses kontrol kognator berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses sistem informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi ini berhubungan dengan proses internal dalam atensi, mencatat dan mengingat serta menyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Hall (2001) dalam penelitiannya menyampaikan bahwa pemberdayaan perawat secara positif di tempat kerja Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 13
Universitas Indonesia
cenderung meningkatkan otonomi, penurunan stres, peningkatan komitmen dan menurunkan tingkat kelelahan.
2.1.2.3 Output Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy membagi output sebagai respon yang adaptif atau respon tidak efektif. Respon yang adaptif bisa meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang tidak efektif adalah perilaku yang tidak mendukung dalam tujuan ini. Dalam rangka memelihara integritas seseorang, regulator dan kognator diperkirakan sering bekerja sama. Tingkat adaptasi seseorang dipengaruhi oleh individu itu sendiri dan mekanisme koping yang digunakan. Penggunaan mekanisme koping yang maksimal dapat mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan meningkatkan rentang stimulus agar dapat berespon secara efektif.
2.1.2.4 Efektor Roy (1991) mengembangkan proses internal seseorang sebagai sistem adaptasi dengan menetapkan sistem efektor, yaitu empat model adaptasi yang meliputi fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. 1. Fungsi fisiologis, berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. 2. Fungsi konsep diri, penekanan pada aspek psikososial dan spiritual manusia, yaitu: the physical self (cara seseorang memandang dirinya dalam berhubungan Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 14
Universitas Indonesia
dengan sensasi tubuhnya dan gambaran dirinya); the personal self (berhubungan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral, etik, dan spiritual seseorang). 3. Fungsi peran, berkaitan dengan pengenalan pola-pola interaksi sosial seseorang dengan orang lain, yang diwujudkan melalui peran primer, sekunder, dan tersier. Hal ini difokuskan pada peran seseorang sesuai dengan kedudukannya di masyarakat.
4. Interdependensi, ini merupakan bagian akhir di mana berfokus pada interaksi untuk saling memberi dan menerima kasih sayang, perhatian, dan saling menghargai. Semua ini dapat dilihat dari bagaimana keseimbangan antara dua nilai yaitu memberi dan menerima.
2.1.3 Tahap Stres Menurut Amberg (1979) dalam Hawari (2001) membagi tahapan stres menjadi enam, yaitu: stres tahap satu, yaitu stres yang paling ringan dan diperlukan karena sering disertai dengan perasaan seperti: semangat bekerja yang besar, berlebihan (over acting), penglihatan tajam, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang lebih dari biasanya tetapi tanpa disadari cadangan energi semakin menipis; stres tahap dua, yaitu mulai timbul keluhan-keluhan seperti letih sewaktu bangun pagi, mudah lelah, lambung/perut sering terasa tidak nyaman (bowel discomfort), sering berdebar-debar, Otot punggung dan tengkuk terasa tegang, serta perasaan tidak bisa santai karena kurang beristirahat; stres tahap tiga, yaitu jika sudah muncul gejala tambahan seperti gastritis, diare, perasaan tidak tenang, meningkatnya ketegangan emosi, gangguan tidur (insomnia, early insomnia, middle insomnia, late insomnia) serta terganggunya koordinasi tubuh sehingga disarankan berkonsultasi pada Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 15
Universitas Indonesia
dokter untuk mengurangi stres; stres tahap empat, yaitu jika seseorang sudah mulai mengeluh bosan, sesuatu terasa lebih sulit, kemampuan merespons secara tidak adequate, tidak mampu melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, sering bermimpi yang menegangkan, tidak ada semangat dan gairah, menurunnya konsentrasi, muncul perasaan ketakutan dan kecemasan yang penyebabnya tidak diketahui secara jelas; stres tahap lima, yaitu jika seseorang sudah mengalami kelelahan fisik dan mental, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan atau sederhana, gangguan sistem pencernaan yang semakin berat (gastrointestinal disorder), meningkatnya perasaan ketakutan dan kecemasan serta mudah bingung dan panik; stres tahap enam, yaitu tahap klimaks di mana seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati, ditandai juga dengan seringnya seseorang dibawa ke Unit Gawat Darurat tetapi tidak diketemukan kelainan fisik, meningkatnya debaran jantung, sesak nafas, terasa gemetar seluruh badan, keringat dingin, tidak ada tenaga untuk hal yang ringan, pingsan atau kolaps (collapse).
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya stres kerja 2.1.4.1 Faktor Predisposisi Menurut Townsend (2009) bahwa faktor predisposisi terjadinya stres yaitu: pengaruh genetik adalah keadaan kehidupan seseorang yang diperoleh dari keturunan (misalnya: kondisi fisik dan psikologis anggota keluarga); pengalaman masa lalu adalah kejadian-kejadian yang menghasilkan suatu pola pembelajaran yang dapat mempengaruhi respon penyesuaian individu dan termasuk pengalaman sebelumnya terhadap tekanan stres; kondisi saat ini adalah kondisi yang dapat mempengaruhi kesiapan fisik, psikologis dan sumber-sumber sosial individu untuk menghadapi tuntutan penyesuaian diri (misalnya: status kondisi kesehatan saat ini, motivasi, perkembangan kedewasaan, Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 16
Universitas Indonesia
berat dan lamanya stres, sumber keuangan serta pendidikan, umur, tersedianya strategi penanggulangan saat ini.
Menurut Muchlas (2005) bahwa faktor-faktor di atas dikatakan sebagai tekanan ekstra organisasi didalam pekerjaan yang dapat menyebabkan stres kerja. Stres kerja tidak hanya terbatas pada hal-hal yang terjadi di dalam organisasi selama masa jam kerja saja. Tekanan ekstra organisasi merupakan faktor predisposisi yang sangat berperan dalam menentukan apakah suatu respon adaptif atau maladaptif (Widyastuti, 2004; Suliswati, 2005; Muchlas, 2005). Tekanan-tekanan yang dapat menyebabkan stres dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Bagan 2.1 Stres Kerja Tekanan Ekstra Organisasi
Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa: Tekanan Organisasi Tekanan kelompok Tekanan Individu Stres kerja Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 17
Universitas Indonesia
1. Tekanan ekstra organisasi Variabel-variabel sosial yang dapat menyebabkan tekanan memicu terjadinya stres. Penelitian yang dilakukan J ick & Mitz seperti dikutip Muchlas (2005) menyebutkan bahwa para wanita lebih banyak mengalami distress psikologis daripada laki-laki, tetapi para laki-laki lebih berisiko untuk menderita penyakit berat.
2. Tekanan organisasional Menurut Muchlas (2005) secara makro bahwa tekanan organisasi meliputi empat hal, yaitu: kebijakan, struktur, kondisi fisik dan proses. Kategori yang termasuk dalam kebijakan adalah: ketidakadilan, aturan yang infleksibel, pergantian atau rotasi kerja, prosedur yang meragukan, relokasi yang terlalu sering, deskripsi kerja yang tidak realistik. Beberapa hal yang termasuk kategori struktur adalah: kurang partisipasi dalam pengambilan keputusan, sedikitnya kesempatan untuk maju, terlalu banyak formalisasi, derajat spesialisasi yang tinggi, konflik antar staf dan bawahan. Beberapa hal yang termasuk kondisi fisik adalah: kurang privatisasi, suara bising, panas, polusi udara, kurangnya pengamanan bahaya, kurangnya penerangan. Kategori proses yang termasuk di dalamnya adalah: kurang komunikasi, sedikitnya umpan balik tentang kinerja, tujuan yang meragukan atau bertentangan, pengukuran kinerja yang tidak akurat, sistem kontrol yang tidak adil dan informasi yang tidak adekuat.
Secara lebih spesifik tekanan organisasi dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu: tekanan kelompok dan tekanan individu. Tekanan kelompok menurut Muchlas (2005) bahwa Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 18
Universitas Indonesia
suatu kelompok bisa menjadi sumber stres yang potensial. Tekanan pada kelompok meliputi: kurangnya kekompakan dalam kelompok, kurangnya dukungan anggota kelompok dan adanya konflik dalam kelompok tersebut. Tekanan Individu menurut Muchlas (2005) adalah konflik peran dan keragu-raguan, krakteristik tipe A, kontrol pribadi dan pengalaman tanpa ada dukungan, kecakapan pribadi dan kekuatan psikologis. Keragu-raguan dan konflik peran bisa terjadi karena adanya tuntutan untuk mengerjakan sesuatu yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
2.1.4.2 Faktor Presipitasi Menurut Lazarus dan Folkman (1984) dalam Townsend (2009) bahwa faktor presipitasi terjadinya stres dikarenakan adanya suatu rangsangan yang berasal dari lingkungan eksternal dan internal yang dirasakan oleh individu melalui sikap tertentu. Hal ini dikarenakan hubungan antara seseorang dan lingkungannya dianggap melampaui kemampuan dirinya dan mengancam kesejahteraan hidupnya. Penilaian kognitif individu yang menentukan timbulnya stres atau tidak. Suatu kejadian yang tidak memberikan arti bagi individu dikatakan tidak relevan. Dikatakan penilaian primer apabila suatu peristiwa dinilai sebagai suatu tantangan, berfokus kepada keuntungan atau perkembangannya, serta menghasilkan stres kemudian muncul mekanisme koping yang positif dikatakan penilaian primer. Dikatakan penilaian sekunder apabila berfokus pada keahlian, sumber penghasilan, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk sebagai alat untuk menghadapai situasi tertentu.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 19
Universitas Indonesia
2.1.5 Stres di Tempat Kerja Versus Lingkungan Kerja Positif Stres di tempat kerja dapat menyebabkan hambatan dalam proses berpikir, lebih emosional dan tidak jarang yang mengalami gangguan fisik. Hal ini harus segera diatasi karena stres dapat mempengaruhi kesehatan bahkan dapat mengancam kemampuan untuk mangatasi lingkungan. Penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas tinggi tergantung pada kompetensi petugas kesehatan dan lingkungan kerja yang mendukung keunggulan kerja (ICN, 2010). Berdasarkan hal itulah maka WHO melalui ICN dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan telah mengkampanyekan programnya yaitu PPE (The positive Practice Environtments), yaitu melalui cara meningkatkan kesadaran, mengidentifikasi praktek yang baik, mengembangkan alat untuk manajer dan tenaga profesional di lapangan dan demonstrasi tentang pembuatan bangunan secara nasional dan lokal untuk meningkatkan lingkungan paraktek. Lingkungan kerja yang positif menurut WHO (2010) adalah lingkungan kerja yang menjamin kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan staf, mendukung kualitas perawatan pasien serta meningkatkan motivasi, produktivitas dan kinerja individu dan organisasi.
Sebagai seorang perawat yang bertugas di ruang ICU haruslah bersikap profesional dan bekerja di lingkungan yang berkualitas agar mampu memberikan pelayanan keperawatan yang maksimal. Menurut WHO (2010), bahwa sebagai tenaga profesional membutuhkan pengakuan secara profesi, melalui manajemen yang efektif, dukungan struktur, peluang pendidikan serta jaminan keamanan dan keselamatan. Bentuk pengakuan profesional keperawatan berupa pemberian otonomi bagi kompetensi perawat dan promosi atas kecepatan kerja sebagai penghargaan terhadap kinerja. Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 20
Universitas Indonesia
Manajemen yang efektif dapat berupa pemberian kesempatan yang sama pada karyawan dengan menggunakan prinsip keadilan, pemberian kompensasi yang memadai dan tepat waktu sesuai dengan tanggung jawab, melibatkan karyawan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, mendorong komunikasi dan hubungan yang saling mendukung, mendorong budaya kebersamaan dan rasa hormat, memberikan uraian tugas yang jelas dan komprehensif atau spesifikasi, mengutamakan transparansi dalam proses pengambilan keputusan, mengefektifkan tentang efektifitas penangan tentang keluhan dan mendemonstrasikan manajemen yang efektif dalam praktek kepemimpinan (Frelita, 2011).
ICN (2010) menyebutkan bahwa dukungan struktur terhadap perawat sangat dibutuhkan. Penyediaan lingkungan kerja yang sehat, adanya ikatan yang kuat dalam hubungan kerja antara rekan kerja, adanya jaminan kondisi kerja yang aman, penyediaan akses dan peralatan yang memadai, berupa perlengkapan pendukung, melibatkan karyawan dalam penilaian berkelanjutan, menciptakan keseimbangan dalam kehidupan kerja melalui kebijakan serta program yang mendukung dalam pengelolaan beban kerja, adanya kode etik praktek dan adanya komunikasi dan menegakkan standar praktek. Poncet (2006) menyampaikan bahwa komunikasi yang baik antar staf di ruang ICU dan iklim kerja yang sehat dapat mengurangi stres dan burn out syndrome.
Lingkungan kerja yang negatif hanya akan berdampak pada perekrutan dan retensi tenaga kesehatan, kinerja, tidak efektifnya biaya fasilitas kesehatan, dan pada akhirnya berdampak pada kualitas pelayanan terhadap pasien (ICN, 2010). Sudah seharusnya semua jajaran yang bekerja di lingkungan kesehatan menerapkan dan mewujudkan program lingkungan kerja yang positif demi Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 21
Universitas Indonesia
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Lingkungan kerja yang positif tepat diterapkan pada perawatan di ruang intensif yang syarat dengan stres. Pengaturan tentang pengetahuan dan keterampilan perawat dalam penggunaan teknik komunikasi dan penggunaan peralatan di ruang ICU untuk perawatan pasien kritis di ruang kritis sangat diperlukan.
2.2 Ruang ICU 2.2.1 Definisi ICU adalah suatu bagian dari Rumah Sakit yang mandiri (instalasi dibawah direktur pelayanan) dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus ditujukan untuk observasi perawatan dan terapi pasien- pasien penderita penyakit, cedera atau penyakit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis yang dubia (Kemenkes,2010). Menurut Hawker (2009) bahwa ruang ICU seharusnya terletak berdekatan dengan area yang berhubungan dengan kondisi akut, yaitu: ruang operasi, unit gawat darurat, tenaga untuk penanganan kondisi akut (radiolog, jantung, laboratorium), tersedia sarana transportasi yang aman untuk pasien kritis, tersedia lift atau pintu yang cukup lebar untuk memudahkan mobilisasi peralatan yang diperlukan untuk pengobatan dan perawatan pasien, serta ada ruang untuk penunggu pasien. Jumlah tempat tidur di ruang ICU minimal 1 sampai 4 per 100 tempat tidur di rumah sakit, tetapi juga tergantung dari pada peran dan jenis ICU.
2.2.2 Klasifikasi Pelayanan ICU Di Rumah Sakit Klasifikasi ruang ICU menurut Persatuan Fakultas Pengobatan dan Perawatan Intensif di Australia dan Selandia Baru, Kedokteran Perawatan Intensif di Eropa, dan American College of Critical Care dalam Hawker (2009) ada tiga tingkatan, yaitu: 2.2.2.1 Klasifikasi tingkat I Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 22
Universitas Indonesia
Peran dari ICU yang terletak pada Rumah Sakit Kabupaten ini adalah memberikan bantuan ventilasi mekanik dan pemantauan kardiovaskular sederhana, memberikan resusitasi jangka pendek untuk mendukung kardiorespirasi pada penyakit kritis, monitor dan mencegah komplikasi pada pasien yang mengalami pembedahan. Hal ini sesuai dengan klasifikasi pelayanan ICU di RSU tipe C menurut Kemenkes (2011).
2.2.2.2 Tingkat II Fasilitas ICU pada klasifikasi tingkat II yaitu: perawatan intensif umum, termasuk dukungan kehidupan multisistem, tersedianya obat untuk kondisi pasien akut serta untuk kepentingan operasi atau trauma, memiliki petugas yang langsung bisa akses ke farmasi dan fasilitas radiologi setiap saat, tersedianya layanan untuk bedah jantung,tersedianya fasilitas rujukan untuk dokter spesialis intensif. Menurut kemenkes (2011) fasilitas ini terdapat pada RSU tipe B.
2.2.2.3 Tingkat III Fasilitas ICU tingkat III harus menyediakan semua aspek perawatan intensif yang diperlukan untuk jangka waktu tidak terbatas. Unit ini dipimpin oleh seorang spesialis intensif terlatih, tenaga perawatan kritis, tim kesehatan profesional dan staf administrasi, tersedianya fasilitas spesialis dari semua disiplin ilmu, dan tersedia setiap saat. Menurut kemenkes (2011 ) fasilitas ini harus tersedia di RSU tipe A.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 23
Universitas Indonesia
Klasifikasi ICU menurut Kemenkes RI (2010): Tabel 2.1 Ketenagaan Di ICU No Jenis tenaga Strata/ Klasifikasi Pelayanan Primer Sekunder Tersier 1. Kepala ICU Dokter Spesialis anestesiologi Dokter spesialis lain yang terlatih ICU (jika belum ada dokter spesialis lain yang terlatih anestesiologi) Dokter intensif
Dokter spesialis anestesiologi (jika belum ada dokter intensives) Dokter intensif 2. Tim Medis Dokter spesialis sebagai konsultan (yang dapat dihubungi setiap diperlukan)
Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan resusitasi jantung paru yang bersertifikat bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut. Dokter spesialis (yang dapat memberikan pelayanan setiap diperlukan) Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan ALS, ACLS, dan FCCS. Dokter spesialis (yang dapat memberikan pelayanan setiap diperlukan) Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan ALS/ACLS, dan FCCS.
3. Perawat Perawat terlatih yang bersertifikat bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut.
Minimal 50% dari jumlah seluruh perawat ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat ICU. Minimal 75% dari jumlah seluruh perawat ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat ICU 4. Tenaga Non kesehatan Tenaga administrasi di ICU harus mempunyai kemampuan mengoperasikan komputer yang berhubungan dengan masalah administrasi
Tenaga pekarya Tenaga Kebersihan Tenaga administrasi di ICU harus mempunyai kemampuan mengoperasikan komputer yang berhubungan dengan administrasi. Tenaga pekarya Tenaga kebersihan Tenaga administrasi di ICU harus mempunyai kemampuan mengoperasikan komputer yang berhubungan dengan administrasi. Tenaga laboratorium Tenaga kefarmasian Tenaga pekarya Tenaga kebersihan Tenaga rekam medic Tenaga untuk kepentingan ilmiah dan penelitian Sumber: Kemenkes (2011)
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 24
Universitas Indonesia
Tabel 2.2 ICU Berdasarkan Sarana Prasarana Desain ICU Primer ICU Sekunder ICU Tersier Area Pasien: Unit terbuka 12-16 m2 1 tempat cuci tangan tiap 2 tempat tidur
1 tempat cuci tangan tiap 2 tempat tidur
1 tempat cuci tangan tiap 2 tempat tidur Unit tertutup 16-20 m2 1 tempat cuci tangan tiap 1 tempat tidur 1 tempat cuci tangan tiap 1 tempat tidur 1 tempat cuci tangan tiap 1 tempat tidur Outlet oksigen Vakum Stop kontak 1 - 2/ tempat tidur 2 1 2/ tempat tidur 3/ tempat tidur 3/ tempat tidur 16/ tempat tidur Area kerja: Lingkungan Air Conditioned Air Conditioned Air Conditioned Suhu 23-25 derajat C 23-25 derajat C 23-25 derajat C Humiditas 50-70 % 50-70 % 50-70 % Ruang isolasi - + + Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih - + + Ruang tempat buang kotoran - + + Ruang perawat + + + Ruang staf dokter - + + Ruang tunggu keluarga pasien - + + Laboratorium Terpusat 24 jam 24 jam Sumber: Kemenkes (2011)
Tabel 2.3 Peralatan Berdasarkan Klasifikasi Pelayanan ICU Peralatan ICU Primer ICU Sekunder ICU Tersier Ventilasi Sederhana Canggih Canggih Alat hisap + + + Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas + + + Peralatan Monitor: Invasif: -Monitor tekanan darah invasif -Tekanan vena sentral -Tekanan baji (pulmonalis)
-
+ -
+
+ -
+
+ + Non Invasif: -Tekanan darah -EKG dan Laju jantung -Saturasi oksigen (pulse oxymeter) -Kapnograf
+ + +
-
+ + +
+
+ + +
+ Suhu + + + EEG - + + Defibrilator dan alat pacu jantung + + + Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 25
Universitas Indonesia
Alat pengatur suhu pasien + + + Peralatan drain toraks + + + Pompa infuse dan pompa syringe - + + Bronchoscopy - + + Echocardiografi - + + Peralatan portable untuk transportasi + + + Tempat tidur khusus + + + Lampu untuk tindakan + + + Hemodialisis - + + CRRT - + + Sumber: Kemenkes (2011)
Tabel 2.4 Kemampuan Pelayanan ICU No Kemampuan Pelayanan Primer Sekunder Tersier 1. Resusisatasi jantung paru Resusisatasi jantung paru Resusisatasi jantung paru 2. Pengelolaan jalan nafas, termasuk intubasi trakeal dan ventilasi mekanik. Pengelolaan jalan nafas, termasuk intubasi trakeal dan ventilasi mekanik Pengelolaan jalan nafas, termasuk intubasi trakeal dan ventilasi mekanik 3. Terapi Oksigen Terapi Oksigen Terapi Oksigen 4. Pemasangan kateter vena sentral Pemasangan kateter vena sentral Pemasangan kateter vena sentral, arteri, swan ganz dan ICP monitor 5. Pemantauan EKG, pulsoksimetri dan tekanan darah non invasive Pemantauan EKG, pulsoksimetri dan tekanan darah non invasive Pemantauan EKG, pulsoksimetri dan tekanan darah non invasif dan invasif, Swan Ganz dan ICP serta ECHO monitor. 6. Pelaksanaan terapi secara titrasi Pelaksanaan terapi secara titrasi Pelaksanaan terapi secara titrasi 7. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral Pemberian nutrisi enteral dan parenteral Pemberian nutrisi enteral dan parenteral 8. Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh Pemeriksaan labaoaratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh Pemeriksaan labaoaratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh 9. Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portabel selama transportasi pasien gawat Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portabel selama transportasi pasien gawat Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portabel selama transportasi pasien gawat 10. Kemampuan melakukan fisioterapi dada Kemampuan melakukan fisioterapi dada Kemampuan melakukan fisioterapi dada 11. - Melakukan prosedur operasi Melakukan prosedur operasi 12. - Melakukan hemodialisis intermiten dan kontinyu Melakukan hemodialisis intermiten dan kontinyu Sumber: Kemenkes (2011)
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 26
Universitas Indonesia
2.2.3 Kriteria Pasien Masuk ICU Menurut Hawker (2009) bahwa kriteria pasien yang masuk ruang ICU ada tiga tingkat, yaitu: tingkat I, II dan III. Kemenkes (2011) menyampaikan bahwa kriteria pasien yang dirawat di ICU dikategorikan sesuai dengan prioritas, yaitu:
2.2.3.1 Pasien prioritas satu Kategori pasien yang masuk dalam prioritas satu adalah yang mengalami penyakit kritis, memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, contoh: pasien paska bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat, pasien dengan gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa yang mana terapi pada prioritas satu ini tidak memiliki batasan. Menurut Hawker (2009) pasien yang bisa dikategorikan dalam prioritas satu adalah pasien yang berisiko mengalami kondisi yang memburuk dan pasien yang baru direlokasi dari tingkat perawatan yang lebih tinggi dimana harus menggunakan sarana yang ada di ruang akut untuk memenuhi kebutuhannya.
2.2.3.2 Pasien prioritas dua Kategori pasien yang masuk dalam prioritas dua adalah yang memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU sebab sangat beresiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, contoh: pasien gagal jantung dan paru, pasien gagal ginjal akut, pasien paska pembedahan mayor. Hawker (2009) menyampaikan bahwa pasien dapat dimasukkan dalam prioritas dua jika memerlukan pengamatan yang lebih rinci, termasuk dukungan untuk kegagalan satu organ.
2.2.3.3 Pasien Prioritas Tiga Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 27
Universitas Indonesia
Kategori pasien yang dapat masuk dalam kategori tiga adalah yang sakit kritis, namun kemungkinan sembuh kecil. Hawker (2009) menyampaikan bahwa pasien yang masuk dalam prioritas ini adalah yang membutuhkan dukungan pernafasan atau memerlukan dukungan untuk kegagalan multiorgan.
2.2.4 Karakteristik Perawat ICU Kriteria perawat yang bertugas di ruang ICU menurut Kemenkes (2010) adalah minimal perawat terlatih yang bersertifikat bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut untuk yang bertugas di RSU C. Perawat yang bertugas di RSU B dan A minimal bersertifikat bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut serta bersertifikat ICU. Welch dan Theaker (2009) mengatakan bahwa perawat yang bertugas di ICU harus mempunyai keterampilan tentang pelayanan yang harus diberikan untuk keselamatan pasien dan mampu berkoordinasi serta mengkomunikasikan semua hal yang berkaitan dengan pengobatan dan perawatan pasien.
Keterampilan yang harus dimiliki seorang perawat yang bertugas di ICU meliputi: pemantauan kondisi pasien secara terus menerus, secara dinamis menganalisa data kompleks tentang pasien, mengantisipasi timbulnya komplikasi, mengambil keputusan dengan cepat melalui diskusi dan evaluasi untuk mengurangi dampak dari tindakan yang dilakukan, meningkatkan kualitas dan mempercepat pemulihan pasien, melibatkan dukungan emosional pasien dan keluarga, termasuk mendukung menjelang kematian klien.
Menurut Frelita (2011) dalam Joint Commission International bahwa pelayanan keperawatan memberikan kontribusi pada pasien secara keseluruhan. Sesuai standar akreditasi Rumah Sakit bahwa staf Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 28
Universitas Indonesia
keperawatan harus memenuhi syarat dan tepat sesuai dengan misi, sumber daya, dan kebutuhan pasiennya. Rumah Sakit harus memastikan bahwa perawatnya mempunyai pendidikan dan pelatihan yang sesuai dan bukti kompetensi.
2.2.5 Sumber-Sumber Stres Perawat ICU 2.2.5.1 Usia Wicaksono (1982) dalam Asad (2001) menyatakan ada hubungan yang negatif antara usia dengan produktifitas kerja. Tetapi sebaliknya Robbins (2001) mengungkapkan ada keyakinan yang meluas bahwa kinerja merosot dengan meningkatnya usia. Usia berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturitas perawat. Yang dimaksud dengan tingkat kedewasaan adalah tingkat kematangan teknis yang dikaitkan dengan kemampuan melaksanakan tugas-tugas maupun kedewasaan psikologis.
Siagian (2002) mengemukakan, semakin lama seorang bekerja atau berkarya, kematangan teknisnya semakin meningkat. Dengan kematangan psikologis, semakin tua perawat yang bertugas di ICU juga diharapkan semakin mampu menunjukan kematangan jiwanya. Usia yang semakin tinggi dapat menimbulkan kemampuan sesorang mengambil keputusan, semakin bijaksana, semakin mampu berfikir secara rasional, semakin mampu mengendalikan emosi, dan semakin toleran terhadap pandangan orang lain.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Rodrigues (2010) yang menyatakan bahwa usia tidak mempengaruhi tingkat stres pada perawat ICU di Portugal (koefisien korelasi Spearman, r =-0,013, p =0,849). Sedangkan Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 29
Universitas Indonesia
menurut Zeitz (1990) dalam Asad (2001) dalam penelitiannya menyatakan ada hubungan mutu produktifitas kerja dengan meningkatnya usia. Dalam penelitian Izzati (2011) pada perawat yang bekerja di Ruang ICU atau ICCU RSI Jemursari Surabaya didapatkan hasil bahwa perawat yang berusia antara 41-50 tahun mengalami stres berat. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat tingkatan stres yang berbeda-beda pada masing-masing kelompok umur atau tahapan perkembangan.
2.2.5.2 Jenis Kelamin Studi psikologis telah menunjukan bahwa wanita lebih mematuhi otoritas (Robbins, 2001), banyak faktor yang berperan dan mempengaruhi terjadinya peningkatan peran wanita seperti emansipasi dan peningkatan pendidikan wanita. Menurut Siagian (2002) secara sosial budaya, pegawai wanita yang bermoral tinggi akan memiliki tugas tambahan. Menurut Giligan dalam Hudak (1997) bahwa wanita dalam pengambilan keputusan lebih berorientasi pada hubungan nilai keputusan, sedangkan laki-laki sangat berorientasi pada pencapaian. Hal ini akan mempengaruhi stres seseorang karena akan mempengaruhi respon seseorang pada pekerjaanya. Jenis kelamin tenaga keperawatan mayoritas adalah wanita, sehingga pada perawat ditemukan kecenderungan lebih mengalami stres.
Berdasarkan penelitian dari Rodrigues (2010) bahwa dalam studi tingkat stres perawat ICU di Portugal menunjukkan bahwa tingkat stres perawat perempuan lebih tinggi daripada perawat laki-laki dengan nilai signifikansi (Student t-test, p =0,267). Menurut Izzati (2011) pada pada penelitian perawat yang bekerja di Ruang ICU atau ICCU RSI Jemursari Surabaya didapatkan hasil bahwa perawat perempuan Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 30
Universitas Indonesia
dalam kategori stres tingkat berat dan hampir seluruhnya (80,0%), sedangkan perawat laki-laki dalam kategori stres tingkat sedang.
2.2.5.3 Tingkat Pendidikan Menurut Siagian (2002) makin tinggi pendidikan seseorang makin besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan. Perawat yang memiliki pendidikan lebih tinggi diharapkan mampu memberi masukan-masukan yang bermanfaat terhadap pimpinan dalam upaya meningkatkan kinerja perawat. Selain itu pendidikan perawat yang lebih tinggi akan lebih mudah dalam memahami tugas. Dinyatakan pula oleh Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) bahwa faktor pendidikan dapat mempengaruhi perilaku kerja, makin tinggi pendidikan akan berhubungan secara positif terhadap perilaku kerja seseorang.
Latar belakang pendidikan akan mempengaruhi produktifitas kerja (Siagian, 2002). Menurut Saydam (2000) yang menyatakan tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi motivasi kerja. Perawat yang memiliki latar belakang pendidikan lebih tinggi akan mudah memahami tugas-tugas. Selain itu, ia akan termotivasi untuk melakukan kegiatan karena ia telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
Menurut Hawker (2009) perawat ICU juga harus meningkatkan pendidikan untuk memberikan pelayanan profesional. Pendidikan bisa didapatkan dari pelatihan, kuliah, tutorial, pembelajaran di samping tempat tidur, pembahasan jurnal, berpartisipasi dalam melanjutkan pendidikan kegiatan di luar rumah sakit (misalnya lokal, nasional atau pertemuan Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 31
Universitas Indonesia
internasional). Menurut Robin (2001) bahwa kemampuan intelektual memainkan peran yang lebih besar dalam seseorang melakukan pekerjaan-pekerjaan yang rumit karena menuntut pemrosesan informasi.
2.2.5.4 Lama Kerja Menurut Robins (1998), dalam Siagian (2002) lama kerja dan kepuasan berhubungan secara positif, makin lama seseorang bekerja maka makin terampil dan makin berpengalaman pula dalam melaksanakan pekerjaannya. Secara konsisten ditemukan bahwa lama kerja berhubungan negatif dengan pergantian karyawan. Masa kerja yang terlalu lama dapat menimbulkan kebosanan (As'ad,2000). Mitchel (1982) dan Green (1988), dalam Arichman (2002) mengemukakan bahwa pergantian kerja ikut menentukan bagaimana perawat menjalankan fungsinya sehari-hari. Semakin lama perawat bekerja, semakin terampil dan semakin berpengalaman dalam menghadapi sesuatu dalam pekerjaannya.
Secara umum setiap rumah sakit menginginkan para perawatnya dapat terus bekerja selama masa aktifnya. Tidak ada rumah sakit yang senang melihat pergantian pegawai yang terlalu sering, dalam arti banyak perawat yang telah lama bekerja keluar dari rumah sakit tersebut (turn over). Siagian (2002) mengatakan semakin banyak tenaga aktif yang meninggalkan organisasi dan pindah ke organisasi lain mencerminkan adanya sesuatu yang bermasalah dalam organisasi tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lexshimi (2007) pada perawat ICU di Rumah Sakit Kebangsaan Malaysia didapatkan hasil bahwa perawat yang memiliki masa kerja kurang dari 2 tahun menunjukkan Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 32
Universitas Indonesia
tingkat stres yang lebih tinggi dibanding dengan masa kerja perawat yang lebih dari 2 tahun.
2.2.5.5 Beban Kerja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa beban kerja adalah kapasitas kemampuan (kesanggupan, kecakapan) yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah, sehingga dengan kemampuan yang dimiliki akan dapat berfungsi dan berproduksi secara proporsional sesuai dengan tugas dan fungsi yang dimiliki. Everly dan Girdano (1980) dalam Munandar (2001), mengatakan bahwa beban kerja adalah beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif. Dikatakan kuantitatif jika banyaknya pekerjaan yang ditargetkan melebihi kapasitas sehingga menyebabkan mudah lelah dan berada dalam tegangan tinggi, sedangkan dikatakan kualitatif jika pekerjaan tersebut sangat kompleks dan sulit, sehingga menyita kemampuan teknis dan kognitif.
Beban kerja perawat ICU adalah tugas dan kewajiban perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Banyak dan kompleksnya pekerjaan perawat di ruang ICU menyebabkan banyaknya keluhan sebagai akibat kelelahan secara fisik dan psikologis. Penelitian tentang stres perawat ICU yang dilakukan di Malaysia oleh Lexshimi (2007), yang hasilnya menunjukkan bahwa 100% perawat yang menjadi responden mengatakan pernah mengalami stres selama bertugas di ruang ICU. Mereka mengalami keluhan sakit kepala, nyeri dada, nyeri perut, bahkan ada yang menyampaikan kehilangan libido. Dari responden didapatkan bahwa yang menyebabkan mereka stres diantaranya adalah: beban bekerja dengan alat canggih yang sangat Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 33
Universitas Indonesia
menegangkan, adanya ketidaknyamanan bekerjasama dengan staf lain dan kurangnya pengalaman bekerja di ruang ICU.
Menurut Morley (2010) Standar minimum untuk staf ICU harus dijaga agar perawat tidak merasa kewalahan. Dari penelitian yang dilakukan oleh Mahwidhi (2010 ) tentang Pengaruh Beban Kerja terhadap Stres Kerja pada Perawat di RSU Dr. Soeroto Ngawi didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh beban kerja fisik (objektif) dan beban kerja mental (subyektif) terhadap stres kerja dengan nilai probabilitas masing-masing sebesar 0,000 dan 0,043.
Hay dan Oken (1972) dalam Lloyd (2007) menyampaikan bahwa beban kerja perawat di ruang ICU tergolong berat karena harus melakukan pemantauan dan pencatatan secara rutin. Dalam waktu yang bersamaan perawat harus selalu waspada terhadap kemungkinan perubahan kondisi secara akut, seperti perumpamaan seorang ibu yang mendengar samar-samar tangisan bayinya dalam keramaian pesta. Berdasarkan penelitian dari Rodrigues (2010) tentang tingkat stres perawat ICU di Portugal menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan tingkat stres perawat (r = -0,905, p = <0,001).
2.2.5.6 Tuntutan Kerja Perawat yang bertugas di ruang intensif setiap hari dihadapkan dengan meningkatnya tuntutan pekerjaan, yang berasal dari meningkatnya jumlah kondisi kritis pasien, pengenalan teknologi yang sangat canggih diruang intensif, tuntutan kepedulian terhadap lingkungan, meningkatnya persaingan antara institusi perawatan kesehatan, peningkatan beban kerja, Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 34
Universitas Indonesia
dan terbatasnya peluang karir (Jonge dan Bakker, 1999) dalam Beau (2006). Penelitian yang dilakukan oleh Bakker dan Schaufeli (2000) dalam Beau (2006) telah menunjukkan hasil bahwa tuntutan di lingkungan unit perawatan intensif berhubungan dengan tingkat stres perawat dan mempengaruhi mental, fisik dan perilaku perawat.
Penelitian yang dilakukan oleh Scott (2010) pada perawat yang bertugas di ruangan kritis termasuk ICU didapatkan hasil bahwa dengan tuntutan kerja yang tinggi maka perawat tidak boleh bekerja lebih dari 12 Jam per hari karena akan menurunkan tingkat kewaspadaan perawat dan menyebabkan efek cidera bagi pasien. Menurut Olin (2008) seorang yang bertugas di bagian gawat darurat, unit perawatan intensif, unit perawatan jantung, unit telemetri, laboratorium kateter jantung, unit perawatan progresif, dan ruang pemulihan ruangan, dituntut harus mampu berpikir dan bertindak cepat dalam situasi stres tinggi. Mereka harus terus-menerus memperhatikan pasien mereka karena mereka memerlukan intensitas terapi dan penilaian kompleks. Perawat juga dituntut untuk bertanggung jawab memastikan bahwa kedua pasien dan keluarga mereka menerima perawatan terbaik dengan mengandalkan pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan untuk memberikan perawatan.
Tuntutan kerja bagi perawat di ICU menurut Kemenkes (2010) adalah perawat harus mempunyai dasar pengetahuan, keterampilan teknis, komitmen waktu, bersifat proaktif, menjamin pasien yang dirawat dengan cara aman, manusiawi, dan efektif dengan menggunakan sumber daya yang ada. Dengan berbagai tuntutan yang selalu harus siap menerima kondisi pasien secara tiba-tiba akan menyebabkan perawat pada Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 35
Universitas Indonesia
tahap selalu waspada untuk menjaga keselamatan pasien.
2.2.5.7 Dukungan Sosial Penelitian yang dilakukan oleh Fogaca (2008), dari hasilnya menyebutkan bahwa faktor yang menyebabkan stres pada perawat di ruang PNICU di Brazil adalah kurangnya dukungan sosial dari rekan kerja, kelebihan beban kerja, kurangnya kesiapan tenaga, ketidakpuasan, sehingga menunjukkan sindrom burnout. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Poncet,dkk (2007) di Perancis tentang burnout pada staf perawat yang bertugas di ruang perawatan ICU adalah adanya peningkatan kepuasan kerja ketika perawat mendapat umpan balik positif, pelatihan dan latihan manajemen stres bisa menurunkan stres, konflik dengan pasien, keluarga dan staf perawat yang lain bisa meningkatkan burnout perawat.
Badger (2005) menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang berkontribusi terhadap stres pada perawat ICU, yaitu: konflik antar staf, kurangnya pengalaman dari perawat, birokrasi, pelecehan verbal dari pasien dan keluarga pasien, berurusan dengan pasien yang menjelang ajal, ketidakberdayaan perawat ketika melihat pasien yang mengalami kematian mendadak, kurangnya dukungan emosional, konflik dengan dokter, pimpinan yang tidak responsif serta kebisingan. Menurut Ling Shih (2009) dari hasil penelitiannya tentang stres perawat di beberapa Rumah Sakit di Taiwan didapatkan beberapa temuan, yaitu: rotasi perawat berpengaruh terhadap kepuasan kerja, rotasi perawat bisa berpengaruh terhadap komitmen organisasi, kepuasan kerja bisa membawa efek positif terhadap komitmen organisasi, stres perawat berdampak negatif terhadap kepuasan kerjanya dan stres perawat berdampak negatif terhadap Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 36
Universitas Indonesia
komitmen organisasi. Rotasi perawat temasuk yang bertugas di ruang ICU ketika dilakukan secara berkala akan membantu agar perawat mencapai kinerja yang lebih tinggi karena ini salah satu pendekatan untuk mengurangi kelelahan.
Hasil penelitian yang disampaikan dari Rodrigues (2010) tentang tingkat stres perawat ICU di Portugal menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara hubungan interpersonal perawat perawatan intensif dengan tingkat tingkat stres dengan nilai (koefisien korelasi Spearman, r =-0,331, p<0,001). Semakin buruk hubungan maka semakin tinggi tingkat stres, dan dari 235 perawat ICU yang menjadi responden terdapat 66 perawat yang mengatakan bahwa dengan adanya hubungan buruk dengan kepala ruang maka mereka merasakan tidak ada dukungan sosial serta hal itu menyebabkan stres (t-test p<0,001).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mrayyan (2009) menunjukkan hasil bahwa stres kerja perawat ICU di Yordania dalam kategori tinggi dibandingkan ruang rawat yang lain, dan ini dikarenakan rendahnya dukungan sosial. Hasil penelitian dari Fassier (2010) menyebutkan bahwa konflik antar staf di ruang ICU menyebabkan perasaan kelelahan, sehingga juga berdampak negatif terhadap keselamatan pasien, keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung tentang faktor yang menyebabkan stres perawat ICU di RSU kota Semarang adalah: Faktor sikap kerja (interaksi dengan rekan kerja, kesempatan beraspirasi, pola perilaku tipe A, interaksi dengan atasan, interaksi dengan teman di luar tempat kerja, waktu kerja yang menekan), faktor dukungan sosial (risiko atau bahaya, interaksi dengan keluarga), faktor karakteristik pengalaman (peristiwa khusus dalam kehidupan). Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 37
Universitas Indonesia
2.2.7 Strategi Untuk Meminimalisir Stres Perawat ICU Menurut Townsend (2009) untuk meminimalisir stres adalah dengan cara penggunaan strategi pertahanan diri yang adaptif. Dalam menghadapi stres cara ini akan membantu mengembalikan homeostasis tubuh dan menghambat perkembangan penyakit. Adapun strategi pertahanan diri yang dimaksud adaptif adalah kesadaran diri tentang adanya stresor (menghilangkan, menghindari atau menerima), relaksasi (olah raga , latihan fisik) dan meditasi (mengatur posisi, memejamkan mata, melepaskan semua beban pikiran, konsentrasi pada satu kaata, musik atau pernyataan positif tentang diri sendiri).
Sedangkan menurut Perry dan Potter (2005) untuk meminimalisir stres adalah dengan mengurangi situasi yang menegangkan dan mengurangi respon fisiologis terhadap stres. Cara mengurangi situasi yang menegangkan yaitu: Struktur (perencanaan yang membantu memperbarui struktur kehidupan yang sudah lazim atau mengembangkan rutinitas baru yang sesuai dengan situasi kehidupan) dan penatalaksanaan waktu (menggunakan waktu secara efisien sesuai prioritas).
Cara untuk mengurangi respon fisiologis terhadap stres bisa dengan olahraga teratur (mengurangi ketegangan), humor (tertawa melepaskan endorfin ke dalam sirkulasi dan menghilangkan perasaan stres), nutrisi dan diet (meningkatkan sirkulasi dan pemberian nutrien ke jaringan), istirahat (membantu rileks secara mental), teknik Relaksasi (menurunkan tekanan darah, menurunnya frekuensi denyut jantung, mengurangi ketegangan otot, meningkatkan gelombang alfa otak, meningkatkan konsentrasi, memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stresor), spiritualis (berdoa, meditasi, atau membaca bahan bacaan keagamaan). Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 38
Universitas Indonesia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Loiselle (2011) di Rumah Sakit Umum Quebec Kanada tentang sistem informasi di ICU, hasil yang didapat adalah bahwa ada penurunan tekanan emosional yang signifikan pada perawat ICU ketika pekerjaan mereka mendapat dukungan. Program informasi yang komprehensif membuat perawat merasakan puas dengan hasil pekerjaan yang dicapai karena mendapat dukungan. Penelitian yang dilakukan oleh Lexhimi (2007) tentang stres dan mekanisme koping pada perawat ICU menyatakan hasil bahwa 100% perawat mengalami stres. Upaya yang dilakukan untuk menurunkan stres adalah dengan doa (100%), dengan relaksasi (100%), latihan fisik (35,7%), ventilasi perasaan (60%), cuti kerja (35,7%).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gang (2006) tentang stres perawat di Korea menyebutkan bahwa rata-rata stres kerja perawat adalah relatif tinggi (2,96 +/ - 0,95) poin dan rata-rata untuk mengatasi adalah 2,55 + / - .23 poin. Stres paling berat bersumber dari situasi kerja. Pencegahan stres kerja perlu dikontrol menggunakan solusi untuk masalah dan mencari dukungan sosial.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 39
Universitas Indonesia 2.3 Kerangka teori Input Proses (Kontrol) Output
Feedback/umpan balik Stimulus Focal a. Tuntutan kerja b. Beban kerja c. Dukungan sosial
Munandar (2001), Fogaca(2008), Poncet (2007), Badger(2005), Theaker (2009) Stimulus Kontekstual a. Predisposisi Usia Jenis kelamin Lama Kerja b. Presipitasi Penilaian tidak relevan Penilaian primer Penilaian sekunder (Muchlas, 2005), (Widyastuti,2004)
Perawat ICU yang mengalami stres
Strategi untuk meminimalisir stres a. Cognator Mengurangi situasi tang menegangkan Struktur Penatalaksanaan waktu
b. Regulator Mengurangi respon fisiologis terhadap stres Olahragateratur Humor Nutrisi dan diit Istirahat Relaksasi Spiritual (Perry &Potter, 2005) Tingkat stres perawat ICU Stimulus residual Keyakinan Sosial budaya Distress Eustress Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 40 Universitas Indonesia
BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di J awa Tengah. Sebagai panduan dalam penelitian ini adalah kerangka konsep yang merupakan bagian dari kerangka teori. Di dalam penelitian ini kerangka konsep penelitian digambarkan dengan skema pada bagan di bawah ini. Berdasarkan kajian secara teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka, maka dapat disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut : 3.1.1. Variabel independen (variabel bebas) Variabel independen atau variabel bebas dalam ilmu keperawatan adalah stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk mempengaruhi tingkah laku klien (Nursalam, 2009). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres perawat ICU, yaitu faktor umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja, dukungan sosial, beban kerja, tuntutan kerja (Munandar, 2001), (Fogaca, 2008), (Poncet, 2007), (Badger, 2005), (Theaker, 2009), (Muchlas, 2005), (Widyastuti, 2004).
3.1.2. Variabel dependen (variabel terikat) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat stres kerja perawat ICU. Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 41
Universitas Indonesia Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Hipotesis Penelitian 3.2.1 Hipotesa mayor Terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah
3.2.2 Hipotesa minor 3.2.2.1 Terdapat hubungan antara faktor umur dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah 3.2.2.2 Terdapat hubungan antara faktor jenis kelamin dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di J awa Tengah 3.2.2.3 Terdapat hubungan antara faktor tingkat pendidikan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah 3.2.2.4 Terdapat hubungan antara faktor lama kerja dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di J awa Tengah 3.2.2.5 Terdapat hubungan antara faktor beban kerja dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di J awa Tengah 3.2.2.6 Terdapat hubungan antara faktor tuntutan kerja dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di J awa Tengah Faktor yang mempengaruhi stres perawat ICU: 1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Lama kerja 5. Beban kerja 6. Tuntutan Kerja 7. Dukungan Sosial
Tingkat Stres Perawat ICU
Varibel Independen Varibel Dependen Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 42
Universitas Indonesia 3.2.2.7 Terdapat hubungan antara faktor dukungan sosial dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di J awa Tengah
3.3 Definisi Operasional Teori dan konsep yang telah dijabarkan dalam bentuk variabel penelitian agar mudah dipahami, diukur atau diamati maka dibuat dalam bentuk definisi operasional. Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji serta ditentukan kebenarannya oleh orang lain (Arikunto, 2006). Tujuan definisi operasional adalah agar variabel mudah dicari hubungannya antara satu variabel dengan yang lain dan memudahkan pengukurannya. Definisi operasional untuk setiap variabel pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Independen dan Dependen Penelitian No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur & Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel independen 1. Jenis kelamin Kondisi perbedaan gender yang dibawa sejak lahir Kuesioner A pertanyaan data demografi tentang jenis kelamin responden
Dinyatakan dengan angka:1-2 Pilihan jawaban terdiri dari: 1.Laki-laki 2.Perempuan Nominal 2. Umur Lama hidup seseorang sampai hari ulang tahun terakhir Kuesioner A pertanyaan dalam data demografi tentang umur responden
Dinyatakan dalam tahun Interval 3. Tingkat Pendidikan Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden berdasarkan ijazah terakhir
Kuesioner A pertanyaan data demografi tentang tingkat pendidikan responden Kategori: 1. D III Keperawatan 2. S. Kep 3. Skep.Ns
Dilanjutkan untuk uji bivariat dengan dikotom: 1. D III Kep 2. S1 Kep +Ns
Ordinal Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 43
Universitas Indonesia No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur & Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
4. Lama kerja Riwayat responden menjadi perawat yang dihitung berdasarkan waktu perawat mulai bekerja di ruangan ICU
Kuesioner A pertanyaan data demografi tentang lama kerja kerja perawat Dinyatakan dalam tahun Interval
5. Dukungan Sosial Keadaan yang merupakan dukungan dari lingkungan untuk perawat (Interaksi dengan atasan , interaksi dengan rekan kerja dan interaksi dengan keluarga atau orang terdekat)
Kuesioner E yang terdiri dari 28 item pernyataan tentang dukungan sosial menggunakan skala dikotom (0- 1). 0: Tidak 1: Ya
Penilaian menggunakan cut of point: 1. Tidak ada dukungan: <median (22) 2. Ada dukungan: median (22)
Nominal
6. Beban Kerja Keadaan perawat yang dihadapkan pada tugas dan harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu. Kuesioner C yang terdiri dari 13 item pernyataan tentang beban kerja menggunakan skala likert (1-5). 1: Tidak pernah 2: Jarang 3: Kadang-kadang 4: Sering 5:Selalu
Penilaian menggunakan cut of point: 1. Ringan: <median (37,24) 2. Berat: median (37,24)
Ordinal 7. Tuntutan kerja Keadaan yang mengharuskan seseorang melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan kompetensi atau keterampilan yang dimiliki. Kuesioner D yang terdiri dari16 item pernyataan tentang tuntutan kerja menggunakan skala dikotom. 0:Tidak 1:Ya
Penilaian menggunakan cut of point: 1. Tuntutan kerja rendah: <median (15) 2. Tuntutan kerja tinggi: median (15)
Ordinal
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 44
Universitas Indonesia No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur & Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel dependen 1. Stres perawat Respon yang ditampikan dalam kognitif, afektif, dan psikomotor Kuesioner B (Depression Anxiety and Stress Scale) yang terdiri dari 14 item pernyataan menggunakan skala likert (0-3) yaitu: 0:Tidak pernah 1: Kadang-kadang 2: Sering 3: Selalu 1. 0-14 Normal 2. 15-18 Ringan 3. 19-25 Sedang Untuk uji bivariat selanjutnya dikategorikan: 1. Ringan <18 2. Berat 18
Ordinal
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 45
45 Universitas Indonesia
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain potong lintang (Cross Sectional). Oleh karena itu data untuk tiap variabel diambil hanya satu kali dan dalam waktu yang sama. Pada penelitian Cross Sectional peneliti mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel terikat dengan melakukan pengukuran dalam satu waktu (Dharma, 2011).
4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2011). Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi penelitian ini adalah perawat ICU di J awa Tengah. Secara administratif sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 35 daerah kabupaten atau kota, dengan rincian 29 (dua puluh sembilan) daerah Kabupaten dan 6 (enam) daerah Kota Madya. Populasi perawat yang bekerja di ICU RSU di J awa Tengah sejumlah 2105 orang, terdiri dari 1520 orang yang bekerja di 108 RSU di Kabupaten dan 585 orang yang bekerja di 39 RSU di Kota Madya.
4. 2.2 Sampel Sampel menurut Arikunto (2006) adalah bagian dari populasi ( sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel merupakan representasi populasi yang dijadikan sumber informasi bagi semua data. Menurut Notoatmodjo (2002), sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 46
Universitas Indonesia
populasi. Menentukan besar sampel merupakan aspek penting dalam rancangan penelitian. Adapun kriteria inklusi untuk sampel pada penelitian ini adalah : 4.2.2.1 Perawat yang lama bekerja di ruang ICU lebih dari 1 tahun 4.2.2.2 Bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent 4.2.2.3 Pendidikan perawat minimal DIII Keperawatan 4.2.2.4 Perawat yang usianya 55 tahun 4.2.2.5 Perawat yang tidak sedang mengambil cuti kerja
Sampel pada penelitian ini menggunakan Cluster Sampling yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan suatu rangka yang terdiri dari Cluster-Cluster unit pencacahan (Lemeshow, 1997). Alasan pengambilan sampel dengan cara ini adalah karena populasinya sangat besar dan sangat menyebar. Adapun untuk tahap pertama Cluster Sampling digambarkan pada bagan dibawah ini: Bagan 4.1 Cluster Sampling
39 RSU Di Kota Madya 108 RSU Di Kabupaten 10 RSU Pemerintah 29 RSU Swasta 147 RSU Di Provinsi Jawa Tengah 6 RSU NON TNI/POLRI 4 RSU TNI/PLRI 5 RSU Tipe C (ICU) RSUD Tidar Magelang (18 Perawat) RSUD Salatiga (13 Perawat) RSUD Semarang (17 Perawat) RSUD Pekalongan (13 Perawat) RSUD Tegal 1 RSU Tipe C (Non ICU) Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 47
Universitas Indonesia
Bagan Cluster Sampling di atas memperlihatkan bahwa jumlah RSU di Provinsi Jawa Tengah sejumlah 147. Jumlah RSU keseluruhan terdiri dari 108 RSU yang berada di wilayah kabupaten dan 39 RSU berada di wilayah Kota Madya. Peneliti membagi lagi RSU Kota Madya menjadi 29 kepemilikan swasta dan 10 kepemilikan pemerintah. RSU milik pemerintah terbagi lagi menjadi 6 Non TNI/ POLRI dan 4 TNI/POLRI. Peneliti membagi lagi RSU yang Non TNI/ POLRI yang mempunyai Ruang ICU dan yang tidak mempunyai ruang ICU, sehingga ditemukan 5 RSU yang mempunyai ruang ICU dengan tipe Rumah Sakit yang sama. Setelah tahap Clustering maka dilanjutkan dengan Stratifikasi random sampling untuk Rumah Sakit dengan tipe yang sama sehingga didapatkan 5 Rumah Sakit Tipe C yang mempunyai fasilitas ICU. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara Total Sampling pada populasi perawat ICU di 5 RSU yang berjumlah 86 perawat. Dari jumlah total perawat ICU tersebut yang memenuhi kriteria inklusi sejumlah 76 perawat, karena untuk 10 perawat lama bekerjanya di ruang ICU kurang dari 1 tahun, secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Jumlah Perawat ICU di RSU Kotamadya di J awa Tengah RSU Perawat Sampel Magelang 18 16 Salatiga 13 13 Semarang 17 17 Pekalongan 13 13 Tegal 25 17 Jumlah 86 76
4.3 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah RSU di Wilayah Jawa Tengah yang terpilih sesuai dengan Cluster Sampling. Lokasi tempat penelitian adalah 5 Rumah Sakit dengan tipe sama di wilayah kota madya di Jawa Tengah, yaitu RSUD Tidar Magelang, RSUD Salatiga, RSUD Semarang, RSUD Pekalongan dan RSUD Tegal. Alasan pemilihan tempat penelitian ini adalah adanya Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 48
Universitas Indonesia
kesetaraan dalam hal tipe Rumah Sakit dan belum pernah dilakukan penelitian tentang masalah stres perawat di Rumah Sakit terutama untuk perawat ruang ICU.
4.4 Waktu Penelitian Pengembangan proposal dimulai pada minggu ke-4 Maret 2012 dilanjutkan dengan proses pengambilan data yang dilakukan di minggu ke-2 Mei 2012, kemudian analisis data dilakukan setelahnya yaitu pada minggu ke-1 Juni 2012.
4.5 Etika Penelitian Etika penelitian menurut (Milton, 1999; Loiselle, Profetto-McGgrath, Polit dan Beck,2004) dalam Dharma (2011) adalah sebagai berikut: 4.5.1 Respect for human dignity Sebelum perawat ICU ditetapkan sebagai sampel atau responden penelitian, maka peneliti telah menjelaskan atau memberikan informasi (informed consent) tentang rencana, tujuan, dan manfaat penelitian bagi responden, perkembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan jiwa di Rumah Sakit Umum. Pada penelitian ini, pemberian informasi telah dilakukan dengan cara mensosialisasikan rencana penelitian oleh peneliti atau data kolektor dengan masing-masing responden satu persatu. Setiap calon responden diberi hak penuh untuk menyetujui atau menolak menjadi responden. Calon responden yang menyetujui untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian, dimohon menandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi responden penelitian yang telah disiapkan oleh peneliti. Responden dalam penelitian ini adalah perawat yang telah memenuhi kriteria inklusi penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti.
4.5.2 Respect for privacy and confidentiality Hak privasi responden dalam penelitian ini dijaga dan dihormati. Menurut peneliti bahwa privasi adalah hak individu terhadap segala Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 49
Universitas Indonesia
sesuatu yang berkenaan dengan dirinya untuk boleh diketahui atau tidak boleh diketahui oleh orang lain. Selama pengumpulan data responden diminta mengisi kuesioner, setelah pengisian selesai maka kuesioner diambil oleh peneliti dan baru diberikan kode untuk menjaga kerahasiaan responden (anonimitas). Seluruh data hasil penelitian ini juga hanya diketahui oleh peneliti untuk menjaga kerahasiaan responden (confidentiality). Semua catatan dan dokumen responden disimpan sebagai dokumen penelitian, untuk kemudian dimusnahkan setelah dokumen tersebut tidak digunakan.
4.5.3 Respect for justice inclusiveness Semua perawat ICU yang menjadi responden dalam penelitian ini telah mendapatkan kesempatan yang sama dan tidak ada diskriminasi oleh peneliti untuk menjunjung azas adil (justice). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara total sampling, sehingga semua perawat yang bertugas di ruang ICU tempat penelitian mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjadi responden.
4.5.4 Balancing harm and benefits Etika penelitian terhadap subyek penelitian ini juga meliputi penjelasan tentang manfaat penelitian bagi responden (beneficence), dimana manfaat yang diperoleh calon responden jika berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan setelah melalui serangkaian proses uji kelayakan penelitian, seperti presentasi proposal penelitian dan keterangan kaji etik penelitian dengan dilakukannya uji kelayakan etik oleh Komite Etik Penelitian Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah menyampaikan surat permohonan penelitian kepada Direktur RSUD Tidar Magelang, RSUD Salatiga, RSUD Semarang, RSUD Pekalongan, RSUD Tegal.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 50
Universitas Indonesia
4.6 Alat Pengumpul Data Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan faktor yang menyebabkan stres perawat ICU. Sebagian pertanyaan dalam kuesioner ini adalah hasil adopsi dari kuesioner baku dan sebagian adalah hasil pengembangan peneliti. Berdasarkan instrumen yang telah dikembangkan dan telah diujicobakan maka dikumpulkan data-data sebagai berikut: 4.6.1 Data demografi Instrumen ini berisi 4 pernyataan untuk mendapatkan gambaran karakteristik dari responden. Menurut Robin (2001) bahwa karakteristik ini berperan dalam membentuk tindakan-tindakan terutama pada produktivitas, absensi, tingkat keluarnya karyawan, dan kepuasan kerja. Dalam penelitian ini untuk data demografi responden ada beberapa pertanyaan yang berisi karakteristik responden. Pengambilan data ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari 4 pertanyaan yang meliputi: jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan lama bekerja. Cara pengambilan data ini, peneliti melakukan penyebaran kuesioner kepada perawat ICU dengan cara memberikan sejumlah kuesioner kepada calon responden yang telah menyetujui, untuk kemudian dilakukan pengisian oleh responden penelitian itu sendiri. Setelah kuesioner selesai dilengkapi, kuesioner tersebut diambil kembali oleh peneliti. Untuk analisis univariat tingkat pendidikan dikategorikan menjadi tiga, yaitu: DIII keperawatan, S1 Keperawatan dan Skep.Ns. Dilanjutkan dikotomi untuk uji bivariat menjadi kategori: DIII Keperewatan dan Skep+Ns untuk tidak terdapat sel yang kosong.
4.6.2 Faktor Beban Kerja Beban kerja perawat adalah kondisi perawat yang dihadapkan pada pekerjaan yang harus dilakukan perawat baik secara kuantitatif yaitu banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan maupun secara kualitatif yaitu tingkat kesulitan atau kerumitan. Kuesioner yang dipakai dalam Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 51
Universitas Indonesia
penelitian ini memakai kuesioner yang sudah dikembangkan oleh Nursalam (2003) dengan 13 pertanyaan yang telah dilakukan uji validitas dengan nilai 0.385-0,830 dan untuk nilai reliabilitas adalah 0,84. Cara mengukur tingkat beban kerja perawat ICU diperoleh menggunakan skala likert (1-5), J ika Tidak Pernah ada keluhan dalam melaksanakan tugas diberi nilai 1, jika Jarang ada keluhan dalam melaksanakan tugas diberi nilai 2, jika kadang-kadang ada keluhan dalam melaksanakan tugas diberi nilai 3, J ika sering ada keluhan dalam melaksanakan tugas diberi nilai 4, J ika Selalu ada keluhan dalam melaksanakan tugas diberi nilai 5. Untuk hasil didapatkan dengan cara menjumlahkan skor seluruh jawaban responden dan dalam proses menganalisa hasil penelitian diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan nilai cut of point median karena distribusi tidak normal, yaitu: kategori beban berat jika total skor median (37,24) dan kategori beban kerja ringan jika < median (37,24).
4.6.3 Faktor tuntutan kerja Tuntutan kerja adalah pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan target kompetensi. Instrumen untuk mengukur tuntutan kerja menggunakan kuesioner dengan 16 item pertanyaan. Cara mengukur tuntutan kerja perawat ICU diperoleh menggunakan skala dikotom yang dikembangkan berdasarkan teori dari Sullivan & Decker (1997) dan Beau (2006). Jika pilihan jawaban tidak diberi nilai 0, dan jika pilihan jawaban ya diberi nilai 1. Untuk hasil didapatkan dengan cara menjumlahkan seluruh skor jawaban responden dan dalam proses menganalisa hasil penelitian diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan nilai cut off point median karena distribusi tidak normal, yaitu: kategori tuntutan kerja tinggi jika median (15) dan kategori tuntutan kerja rendah jika < median (15).
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 52
Universitas Indonesia
4.6.4 Faktor dukungan sosial Instrumen dukungan sosial dikembangkan berdasarkan teori Smeltzer dan Bare (2002) dengan modifikasi bahasa yang terdiri dari 28 pertanyaan (7 butir pertanyaan dukungan emosional, 7 butir pertanyaan dukungan harga diri, 7 butir pertanyaan dukungan informasional dan 7 butir pertanyaan dukungan material). Untuk nilai validitas kuesioner ini 0,642-0,916 dan untuk nilai reliabilitasnya 0,929. Kuesioner diberikan kepada responden untuk diisi kemudian diambil lagi oleh peneliti. Cara dukungan sosial diperoleh menggunakan skala dikotomi, jika memilih ya maka diberi nilai 1 dan jika memilih tidak diberi nilai 0. Untuk hasil didapatkan dengan cara menjumlahkan skor seluruh jawaban responden dan dalam proses menganalisa hasil penelitian diklasifikasikan menjadi dua kategori tingkat berdasarkan nilai cut off point median karena distribusi tidak normal, yaitu: kategori ada dukungan jika nilai median (22) dan kategori tidak ada dukungan jika <median (22).
4.6.5 Stres Perawat Instrumen ini merupakan alat yang dipakai untuk mengukur tingkat stres perawat yang berupa kuesioner. tingkat stres DASS (Depression Anxiety and Stress Scale) dari Lovibond & Lovibond (1995) yang terdiri dari 42 item dengan nilai validitas: 0,48 - 0,68 ; nilai reliabilitas : 0,90. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat stres ada 14 item, yaitu no: 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35 dan 39, sehingga dari 42 item hanya diambil 14 item untuk mengukur tingkat stres. Pengukuran tingkat stres dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden penelitian untuk dilakukan pengisian. Cara mengukur tingkat stres perawat ICU diperoleh menggunakan skala likert (0-3), jika tidak pernah memikirkan/ melakukan diberi nilai 0, kadang-kadang memikirkan/ melakukan diberi nilai 1, sering memikirkan/melakukan diberi nilai 2, selalu memikirkan/ melakukan diberi nilai 3. Hasil didapatkan dengan cara menjumlahkan skor seluruh Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 53
Universitas Indonesia
jawaban responden dan dalam proses menganalisa hasil penelitian diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu: 0-18 kategori ringan; 18 kategori sedang . 4.6.6 Melakukan Uji Coba Instrumen Instrumen penelitian yang digunakan merupakan alat yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu berupa kuesioner penelitian. Instrumen penelitian ini telah diujicobakan kepada 30 perawat ICU di RSUD Ambarawa, RSUD Ungaran, dan RSUD Kudus, dimana ketiga RSU itu bukan merupakan tempat dalam penelitian ini. Instrumen telah dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pembimbing yang merupakan pakar dalam keilmuan keperawatan jiwa. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui instrumen tersebut valid atau tidak, dengan menganalisis item pengamatan dimana skor-skor yang ada pada setiap item pertanyaan dikorelasikan dengan skor total. Uji korelasi ini menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment (Notoadmodjo, 2008). Nilai validitas ditentukan menggunakan nilai r, dengan dasar bahwa jika nilai r lebih besar dari r tabel berarti nilai positif dan item dinyatakan valid. Apabila nilai r lebih kecil dari r tabel berarti nilai negatif dan item dinyatakan tidak valid. Nilai r tabel pada n 30: 0,361.
Selain uji validitas juga dilakukan uji reliabilitas, yaitu yang menunjukkan sejauh mana suatu alat dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama (Notoatmodjo, 2008). Pada penelitian ini untuk uji reliabilitas menggunakan metode Cronbachs Coefficient-Alpha. Item pengamatan dikatakan reliabel apabila nilai r hasil (r Alpha) lebih besar dari r tabel. Hasil uji validitas dan reliabilitas didapatkan sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil uji validitas dan reliabilitas Variabel Nilai r hitung ( validitas) Nilai alpha cronbach Beban kerja 0,579 - 0,880 0,938 Tuntutan kerja 0,417 - 0,901 0,950 Dukungan sosial 0,392 - 0,895 0,946 Tingkat stres 0,469 - 0,882 0,936 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 54
Universitas Indonesia
4.7 Prosedur Pengumpulan Data 4.7.1 Tahap Persiapan Awal penelitian adalah dengan mengurus surat yang menyatakan telah lulus uji etik untuk melakukan penelitian. Setelah peneliti mendapatkan izin penelitian dari FIK-UI, untuk selanjutnya peneliti mengurus surat ijin ke Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (KESBANGPOLINMAS) Daerah Provinsi Jawa Barat, karena lokasi tempat penelitian berada pada propinsi yang berbeda dengan institusi tempat pendidikan peneliti. Surat rekomendasi dari KESBANGPOLINMAS digunakan untuk mengurus surat ijin di RSU yang dijadikan sebagai tempat penelitian yaitu RSU Tidar Magelang, RSU Kota Salatiga, RSU Kota Semarang, RSU Pekalongan dan RSU Tegal. Kegiatan pada tahap ini juga meliputi persiapan instrumen yang digunakan sebagai alat untuk pengumpulan data dan penyamaan persepsi antara peneliti dan 4 (empat) orang data kolektor yang berada di tempat penelitian selama pengambilan data.
Peneliti kemudian memberikan penjelasan penelitian kepada calon responden meliputi tujuan penelitian, manfaat yang akan diperoleh, gambaran singkat tentang kegiatan penelitian, peran yang diharapkan dari responden serta konsekuensi dari penelitian. Responden diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti dan apabila ada pertanyaan maka peneliti memberikan penjelasan. Langkah terakhir dalam tahap ini adalah peneliti menyerahkan lembar persetujuan menjadi responden. Kesediaan menjadi responden ditandai dengan penandatanganan lembar persetujuan menjadi responden.
4.7.2 Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan pada penelitian ini adalah kegiatan pengisian kuesioner penelitian. Apabila ada yang kurang dipahami atau ada pertanyaan dari responden, maka responden diperkenankan untuk menanyakan kepada peneliti atau data kolektor secara langsung. Untuk Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 55
Universitas Indonesia
pengecekan dan pengumpulan kuesioner dilakukan oleh peneliti dibantu data kolektor dan ketika ada kuesioner yang pengisiannya kurang lengkap langsung dikonfirmasikan dengan responden yang bersangkutan.
4.8 Pengolahan dan Analisis Data Data yang terkumpul dilakukan proses sebagai berikut : 4.8.1 Pengolahan Data 4.8.1.1 Editing Data Peneliti memeriksa ulang instrumen yang telah diisi oleh responden yaitu tentang kelengkapan pengisian datanya, kesalahan atau ada jawaban dari kuesioner yang belum diisi oleh responden.
4.8.1.2 Coding Data Setelah editing maka peneliti memberikan kode pada setiap respon responden untuk memudahkan dalam pengolahan data dan analisis data.
4.8.1.3 Entry Data Entry data yaitu meliputi memasukkan data hasil jawaban responden terhadap kuesioner dalam bentuk kode ke program komputer dan diproses dengan paket program yang sudah ada di komputer.
4.8.1.4 Cleaning Data Cleaning data yaitu membersihkan seluruh data agar terbebas dari kesalahan sebelum dilakukan analisa data, baik itu kesalahan dalam pengkodean maupun dalam membaca kode. Kesalahan bisa juga dikarenakan pada saat memasukkan data ke komputer, sehingga pengecekan kembali terhadap kemungkinan adanya data yang tidak valid, bisa diperbaiki dan kemudian dianalisis. Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 56
Universitas Indonesia
4.8.2 Analisis Data Data dianalisis dengan statistik deskriptif, kemudian analisis bivariat. Hasil analisis bivariat yang tidak dapat membuktikan kemaknaan faktor-faktor yang diuji, membuat uji statistik tidak dapat dilanjutkan ke uji multivariat. 4.8.2.1 Analisis univariat Analisis univariat adalah analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskriptifkan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti (Hastono, 2007). Pada penelitian ini analisis univariat dilakukan pada data variabel jenis kelamin, umur, lama kerja, tingkat pendidikan, beban kerja, tuntutan kerja, dukungan sosial, dan tingkat stres. Untuk data numerik tampilan datanya mean, median, standard deviasi, nilai minimal dan maksimal serta Confident Interval (CI 95%) sedangkan data kategorik tampilan datanya berupa persentase.
4.8.2.2 Analisis bivariat Analisis bivariat adalah analisis untuk menguji hubungan yang signifikan antara dua variabel (Hastono, 2007). Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian, apakah faktor jenis kelamin, umur, lama kerja, tingkat pendidikan, beban kerja, tuntutan kerja dan dukungan sosial ada hubungan dengan tingkat stres perawat ICU di jawa Tengah.
Tabel. 4.1 Analisis Bivariat Variabel Penelitian Analisa Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Stres No Karakteristik Responden Tingkat Stres Cara Analisa 1. Jenis kelamin (Nominal) Ordinal Chi-square 2. Umur (Interval) Ordinal Independent T-Test 3. Tingkat pendidikan (Nominal) Ordinal Chi-square 4. Lama berkerja (Interval) Ordinal Independent T-Test 5. Beban kerja (Ordinal) Ordinal Chi-square 6. Tuntutan kerja (Ordinal) Ordinal Chi-square 7. Dukungan sosial (Nominal) Ordinal Chi-square
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
57 Universitas Indonesia
BAB 5 HASIL PENELITIAN
Bab 5 ini menguraikan tentang hasil dari penelitian tentang analisa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU Di J awa Tengah. Jumlah responden yang direncanakan oleh peneliti sejumlah 86 perawat ICU di RSU di Jawa Tengah. Jumlah perawat yang memenuhi kriteria inklusi sehingga dapat diikutsertakan dalam penelitian ini sebanyak 76 perawat. Hasil dari penelitian diuraikan dibawah ini, yaitu:
5.1 Proses Pelaksanaan Penelitian Bagian ini menjelaskan proses pelaksanaan penelitian pada tahap persiapan penelitian dan pelaksanaan pengambilan data. 5.1.1 Persiapan Persiapan penelitian antara lain (1) mengurus ijin penelitian di lima RSUD yang menjadi tempat penelitian, yaitu: RSUD Kota Salatiga, RSUD Kota Semarang, RSUD Kota Magelang, RSUD Kota Pekalongan dan RSUD Kota Tegal; (2) penyamaan persepsi terhadap empat orang data kolektor, yang meliputi penjelasan penelitian yang harus diberikan kepada masing-masing calon responden, tujuan penelitian, manfaat yang akan diperoleh responden, gambaran singkat tentang kegiatan penelitian, peran yang diharapkan dari responden serta konsekuensi dari penelitian.
5.1.2 Pelaksanaan Pengambilan Data Tahap ini dilaksanakan setelah peneliti mendapatkan ijin resmi berupa surat ijin penelitian dari masing-masing RSUD yang menjadi tempat penelitian. Pelaksanaan diawali dengan pemberian penjelasan penelitian kepada masing-masing calon responden satu per satu oleh peneliti. Perawat yang bersedia menjadi responden melakukan penandatanganan lembar persetujuan dan pengisian kuesioner langsung di depan peneliti. Hal-hal yang kurang jelas tentang pertanyaan dalam kuesioner langsung Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 58
Universitas Indonesia
dikonfirmasikan kepada peneliti saat itu juga. Pelaksanaan pengisian kuesioner berlangsung selama satu minggu di masing-masing tempat penelitian, karena ada perawat yang libur turun jaga.
5.2 Analisis Univariat 5.2.1 Karakteristik Responden Bagian ini menjelaskan tentang karakteristik responden yang meliputi: jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan lama bekerja di ruang ICU. Distribusi karakteristik responden tersebut disajikan pada tabel berikut:
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan J enis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 (N =76) Karakteristik perawat ICU Jumlah f % Jenis kelamin Laki-laki 33 43,4 Perempuan 43 56,6 Total 76 100 Pendidikan D III Keperawatan 62 81,6 S.Kep 9 11,8 S.Kep.Ns 5 6,6 Total 76 100
Hasil analisis pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa persentasi terbanyak perempuan (56,6 %), dan pendidikan DIII Keperawatan (81,6 %). Tingkat pendidikan dilanjutkan dengan dikotomi untuk uji bivariat menjadi DIII keperawatan dan SKep+Skep.Ns, guna tidak adanya sel yang kosong pada tampilan data.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 59
Universitas Indonesia
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 (N =76) Tingkat pendidikan perawat ICU Jumlah f % D III Keperawatan 62 81,6 S.Kep +Skep.Ns 14 18,4 Total 76 100
Hasil analisis pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa persentasi terbanyak DIII Keperawatan (81,6 %).
Tabel 5.3 Distribusi Rata-Rata Umur dan Lama Kerja Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 (N =76) Variabel Mean Median Min,maks SD 95% CI Umur 33,09 32 22,53 7,017 31,49;34,70 Lama kerja 5,14 4,25 1,22 4,091 4,21; 6,08
Hasil analisis pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa rata-rata umur perawat ICU di RSU di Jawa Tengah adalah 33,09 tahun dimana ini merupakan kategori usia produktif dan rata-rata lama kerja perawat ICU adalah 5,14 tahun.
5.2.2 Tingkat Stres Perawat ICU Pada bagian ini dijabarkan tentang distribusi tingkat stres perawat ICU berdasarkan frekuensi seperti pada tabel 5.4: Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Perawat ICU di RSU di J awa Tengah Tahun 2012 (N =76) Tingkat stres f % Normal 19 25 Ringan 25 32,9 Sedang 32 42,1 Total 76 100
Hasil analisis pada tabel 5.4 didapatkan bahwa mayoritas responden mengalami stres tingkat sedang sebanyak 32 perawat (42,1%). Selanjutnya data ini dilanjutkan untuk uji bivariat menjadi dikotom Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 60
Universitas Indonesia
dengan kategori ringan dan sedang, karena guna tidak adanya sel yang kosong pada tampilan data.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Perawat ICU di RSU di J awa Tengah Tahun 2012 (N =76) Tingkat stres f % Ringan 44 57,9 Sedang 32 42,1 Total 76 100
Hasil analisis pada tabel 5.5 didapatkan bahwa mayoritas responden mengalami stres tingkat ringan sebanyak 44 perawat (57,9 %).
5.2.3 Beban Kerja Pada bagian ini dijabarkan tentang distribusi beban kerja perawat ICU berdasarkan frekuensi seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Beban Kerja Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 (N =76) Beban kerja f % Ringan 38 50 Berat 38 50 Total 76 100
Hasil analisis pada tabel 5.6 didapatkan bahwa responden yang mengatakan beban kerja di ICU ringan dan berat adalah sama.
5.2.4 Tuntutan kerja Pada bagian ini dijabarkan tentang distribusi tuntutan kerja perawat ICU berdasarkan frekuensi seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tuntutan Kerja Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 (N =76) Tuntutan kerja F % Rendah 30 39,5 Tinggi 46 60,5 Total 76 100
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 61
Universitas Indonesia
Hasil analisis pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa tuntutan kerja di ICU tinggi (60,6 %).
5.2.5 Dukungan Sosial Pada bagian ini dijabarkan tentang distribusi dukungan sosial perawat ICU berdasarkan frekuensi seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Sosial Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 (N =76) Dukungan sosial f % Tidak ada 31 40,8 Ada 45 59,2 Total 76 100
Hasil analisis pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden yang mengatakan bahwa ada dukungan sosial sebanyak 45 perawat (59,2 %).
5.3 Analisis Bivariat Pada bagian ini dijabarkan tentang kesetaraan faktor karakteristik responden, kesetaraan beban kerja, kesetaraan tuntutan kerja, dan kesetaraan dukungan sosial terhadap tingkat stres perawat ICU di RSU di jawa Tengah.
5.3.1 Hubungan Umur dan Lama Kerja Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU Tabel 5.9 Analisis Hubungan Umur dan Lama Kerja Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 (N=76) Tingkat stres t p value Ringan (n: mean) Sedang (n: mean) Umur 44 (33,20) 32 (32,94) 0,163 0,871 Lama kerja 44 (4,88) 32 (5,51) -0,668 0,506
Hasil analisis tabel 5.9 menunjukkan bahwa faktor umur dan lama kerja tidak berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah, berdasarkan p-value (p>0,05)
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 62
Universitas Indonesia
5.3.2 Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU Tabel 5.10 Analisa Hubungan Jenis Kelamin Terhadap tingkat Stres Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 (N=76) Jenis kelamin Tingkat Stres OR P value Ringan Sedang Total f % f % f % 0,000 Laki-laki 27 81,8 6 18,2 33 100 6,882 Perempuan 17 39,5 26 60,5 43 100 Total 44 57,9 32 42,1 76 100
Hasil analisis tabel 5.10 menunjukkan bahwa perempuan mempunyai tingkat stres sedang lebih tinggi (60,5%) dibanding laki-laki (18,2%), ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat stres (p-value =0,00), perempuan mempunyai peluang 6,882 kali mengalami tingkat stres sedang dibanding laki-laki.
5.3.3 Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU Tabel 5.11 Analisa Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah (N=76) Tingkat pendidikan Tingkat Stres OR P value Ringan Sedang Total f % f % f % 0,403 DIII Kep 34 54,8 28 45,2 62 100 0,486 SKep+Skep.Ns 10 71,4 4 28,6 14 100 Total 44 57,9 32 42,1 76 100
Hasil analisis tabel 5.11 menunjukkan bahwa perawat berpendidikan SKep+Skep.Ns mempunyai tingkat stres sedang lebih rendah (28,6%) dibanding DIII Keperawatan (45,2%), tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat stres (p-value =0,403).
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 63
Universitas Indonesia
5.3.4 Hubungan Beban Kerja Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU Tabel 5.12 Analisa Hubungan Beban Kerja Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 (N=76) Beban Bekerja Tingkat Stres OR P value Ringan Sedang Total f % f % F % 0,000 Ringan 30 78,9 8 21,1 38 100 6,429 Berat 14 36,8 24 63,2 38 100 Total 44 57,9 32 42,1 76 100
Hasil analisis tabel 5.12 menunjukkan bahwa beban kerja berat mempunyai tingkat stres sedang lebih tinggi (63,2%) dibanding beban kerja ringan (21,1%), ada hubungan antara beban kerja dengan tingkat stres (p-value =0,00), beban kerja berat mempunyai peluang 6,429 kali mengalami tingkat stres sedang dibanding beban kerja ringan.
5.3.5 Hubungan Tuntutan Kerja Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU Tabel 5.13 Analisa Hubungan Tuntutan Kerja Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 (N=76) Tuntutan kerja Tingkat Stres OR P value Ringan Sedang Total f % f % F % 0,028 Rendah 22 73,3 8 26,7 30 100 3,00 Tinggi 22 47,8 24 52,2 46 100 Total 44 57,9 32 42,1 76 100
Hasil analisis tabel 5.13 menunjukkan bahwa tuntutan kerja tinggi mempunyai tingkat stres sedang lebih tinggi (52,2%) dibanding dengan tuntutan kerja rendah (26,7%), ada hubungan antara tuntutan kerja dengan tingkat stres (p-value =0,028), tuntutan kerja tinggi mempunyai peluang 3,00 kali mengalami tingkat stres sedang dibanding tuntutan kerja rendah.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 64
Universitas Indonesia
5.3.6 Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU Tabel 5.14 Analisa Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 (N=76) Dukungan sosial Tingkat Stres OR P value Ringan Sedang Total f % f % f % 0,017 Tidak ada 23 74,2 8 25,8 31 100 3,286 Ada 21 46,7 24 53,3 45 100 Total 44 57,9 32 42,1 76 100
Hasil analisis tabel 5.14 menunjukkan bahwa adanya dukungan sosial mempunyai tingkat stres sedang lebih tinggi (53,3%) dibanding dengan tidak adanya dukungan sosial (25,8%), ada hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat stres (p-value =0,017), adanya dukungan sosial mempunyai peluang 3,286 kali mengalami tingkat stres sedang dibanding tidak adanya dukungan sosial. Untuk mendukung analisis data pada variabel utama maka selanjutnya dilakukan cros tabulasi sesama variabel karakteristik perawat.
5.3.7 Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Pendidikan Tabel 5.15 Analisa Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Pendidikan Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 (N=76) Jenis kelamin Pendidikan OR P value DIII Kep Skep+Skep.Ns Total f % f % f % 0,802 Laki-laki 26 41,9 7 50,0 33 43,4 0,722 Perempuan 37 58,1 7 50,0 43 56,6 Total 62 100,0 14 100,0 76 100,0
Hasil analisis tabel 5.15 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat pendidikan (p-v =0,802)
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 65
Universitas Indonesia
5.3.8 Hubungan Umur Terhadap Lama kerja Tabel 5.16 Analisa Hubungan Umur Terhadap Lama Kerja Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 (N=76) Variabel r P value Umur Lama Kerja 0,583 0,0001
Berdasarkan tabel 5.16 didapatkan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan lama kerja yang menunjukkan arah hubungan positif, artinya semakin meningkat umur, semakin lama seorang perawat bekerja (p-v =0,0001).
5.3.9 Hubungan Umur Terhadap Jenis kelamin Tabel 5.17 Analisa Hubungan Umur Terhadap Jenis Kelamin Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 (N=76) J enis kelamin Umur t P value N Mean Laki-laki 33 33,88 0,855 0,395 Perempuan 43 32,49
Berdasarkan tabel 5.17 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan jenis kelamin (p-v =0,395)
5.3.10 Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Lama Kerja Tabel 5.18 Analisa Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Lama Kerja Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 (N=76) J enis kelamin Lama kerja t P value N Mean Laki-laki 33 5,03 -0,204 0,839 Perempuan 43 5,23
Berdasarkan tabel 5.18 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan lama kerja (p-v =0,839)
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 66
Universitas Indonesia
5.3.11 Hubungan Umur Terhadap Tingkat Pendidikan Tabel 5.19 Analisa Hubungan Umur Terhadap Tingkat Pendidikan Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 (N=76) Pendidikan Umur T P value N Mean D3 Kep 62 32,15 -2,567 0,012 SKep+Skep.Ns 14 37,29 Berdasarkan tabel 5.19 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan tingkat pendidikan (p-v 0,012).
5.3.12 Hubungan Lama Kerja Terhadap Tingkat Pendidikan Tabel 5.20 Analisa Hubungan Lama Kerja Terhadap Tingkat Pendidikan Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012 (N=76) Pendidikan Lama kerja T P value N Mean DIII Kep 62 5,12 -0,214 0,831 S1 Kep+Skep.Ns 14 5,26
Berdasarkan tabel 5.20 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara lama kerja dengan tingkat pendidikan (p-v=0,831). Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 1
Universitas Indonesia
BAB 6 PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan pembahasan tentang interpretasi dan diskusi hasil penelitian terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah tahun 2012, keterbatasan penelitian terkait dengan desain penelitian dan karakteristik sampel yang digunakan serta implikasi hasil penelitian terhadap pelayanan, pendidikan dan penelitian keperawatan jiwa khususnya.
Penelitian ini seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bertujuan untuk: 1) mengetahui karakteristik perawat ICU (Usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja), beban kerja, tuntutan kerja, dukungan sosial dan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah, 2) mengetahui hubungan antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja, beban kerja, tuntutan kerja, dan dukungan sosial dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah, 3) mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah. 6.1 Analisis Bivariat 6.1.1 Hubungan antara Jenis kelamin dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Hasil penelitian didapatkan bahwa proporsi perempuan lebih banyak dari laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian Izzati (2011) yang menunjukkan hasil bahwa dari keseluruhan perawat ICU di RSI Jemur Sari yang mengalami stres, 80% nya adalah berjenis kelamin perempuan. Hal ini didukung dari hasil uji statistik ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat stres. Peran perempuan lebih banyak dibandingkan peran laki-laki. Menurut Muchlas (2005) peran tersebut meliputi peran sebagai istri, ibu, pengelola rumah tangga dan sekaligus pencari nafkah. Peran tersebut merupakan tuntutan dari keluarga, masyarakat dan lingkungan tempat kerjanya. Tuntutan peran sering kali menimbulkan konflik dan tekanan emosional. Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 2
Universitas Indonesia
Hal ini didukung oleh penelitian Indriyani (2009) bahwa konflik pekerjaan-keluarga berpengaruh signifikan positif terhadap terjadinya stres kerja perawat wanita rumah sakit. Lebih dalam lagi dari hasil penelitian yang didapat bahwa perawat perempuan mempunyai peluang 6,882 kali mengalami tingkat stres sedang dibanding laki-laki. Dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam pekerjaanya terdapat masalah yang berhubungan dengan faktor psikologis dalam diri seorang perempuan, misalnya merasa bersalah telah meninggalkan keluarganya untuk bekerja, tertekan karena terbatasnya waktu dan beban pekerjaan terlalu banyak serta situasi kerja yang kurang menyenangkan. Berdasarkan penelitian dari Rodrigues (2010) dalam studi tingkat stres perawat ICU di Portugal menunjukkan bahwa tingkat stres perawat perempuan lebih tinggi daripada perawat laki-laki. Menurut Siagian (2002) secara sosial budaya, pegawai wanita yang cenderung memiliki tugas tambahan. Dari ketelitian memandang sesuatu, sehingga informasi yang didapat akan lebih banyak dan hal tersebut pada akhirnya dapat menekan perasaannya.
Semua individu yang mengalami stres akan merasa tidak nyaman, sehingga akan termotivasi melakukan sesuatu untuk mengurangi stresnya atau sering disebut koping. Menurut Nasir (2011) koping merupakan suatu tindakan mengubah kognitif secara konstan dan usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu. Menurut Lazarus dan Folkman (1984), bahwa ada dua strategi koping dalam menghadapi stres, yaitu berfokus pada masalah dan berfokus pada emosi. Perawat perempuan lebih sering menggunakan perasaan dalam setiap pengambilan keputusan. Seorang perempuan cenderung melihat segala peristiwa yang dialami dari segi detail dan laki-laki cenderung berfikir secara rasional.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 3
Universitas Indonesia
Lingkungan kerja di ruang ICU yang penuh dengan tuntutan semakin menambah konflik pribadi dan berakibat pada stres kerja pada perawat perempuan. Berbeda dengan laki-laki, bahwa tanggung jawabnya hanya mencari nafkah saja, sehingga konflik yang timbul dalam pekerjaan akan selesai ketika keluar dari ruang kerjanya. Dalam menghadapi serta menyelesaikan konflik wanita lebih mengutamakan perasaan dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh dengan tekanan. Laki- laki berusaha mengatasi stres dengan cara mengatur atau mengubah masalah yang dihadapi untuk mengurangi tekanan.
Berdasarkan fakta bahwa perawat perempuan lebih stres dibandingkan laki-laki, maka hendaknya perawat perempuan meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan kemampuan koping melalui strategi yang berfokus pada penyelesaian masalah, misalnya dengan meningkatkan hubungan interpersonal untuk mendapatkan kenyamanan emosional dengan bantuan orang lain agar mampu secara asertif menyampaikan permasalahan untuk mencari solusi permasalahan yang dihadapi.
6.1.2 Hubungan usia dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata usia perawat yang bertugas di ruang ICU di RSU di Jawa Tengah adalah usia produktif. Berdasarkan hasil statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan tingkat stres perawat. Sejalan dengan hasil penelitian Rodrigues (2010) yang menyatakan bahwa usia tidak mempengaruhi tingkat stres pada perawat ICU di Portugal.
Menurut levinson dkk (1978) dalam Potter dan Perri (2005) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada usia produktif atau dewasa awal adalah penuh tantangan, penghargaan, kritis, merasakan kebebasan, mencoba karier, memikirkan tujuan masa depan serta Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 4
Universitas Indonesia
memodifikasi aktivitas kehidupan. Individu dikatakan matur pada usia dewasa jika mencapai keseimbangan pertumbuhan fisiologis, psikologis dan kognitif sehingga nyaman dengan pengetahuan dan kemampuan. Ini bisa dilihat bahwa individu dapat menghadapi tugas secara terbuka, menggunakan teknik pembuatan keputusan untuk menyelesaikan masalah, menerima saran dan kritik yang membangun, tidak terlalu terpengaruh dan terintimidasi oleh orang lain, karena pada tahap ini seseorang menghadapi masalah yang dapat dipecahkan dan belajar untuk hidup dengan masalah yang tidak dapat terpecahkan.
Menurut Foxall, Zimmermen, Bene (1990); Skipper, Jung dan Coffey (1990) dalam Perry dan Potter (2005) menyampaikan bahwa reaksi terhadap stresor bergantung pada kepribadian perawat dan pengalaman sebelumnya terhadap stres dan mekanisme koping. Usia produktif sering berhadapan dengan tantangan. J ika mereka tidak mampu mengaturnya bisa berpotensi stres. Namun faktor kepribadian mempunyai peran penting. Dengan adanya suatu stresor maka pada individu yang berada pada usia produktif cenderung melakukan koping konfrontatif untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan.
Menurut Aminullah (2008) bahwa usia yang rentan terserang stres karena menghadapi dinamika kehidupan yaitu pada usia produktif. Menurut Rosenmen dan Chesney (1980) dalam Hawari (2001) orang dengan tipe kepribadian yang ambisius, kurang sabar, cara bicara cepat, workaholic mudah terkena stres. Responden pada penelitian ini yang berada pada usia produktif mempunyai semangat dan motivasi tinggi untuk bekerja. Menurut Robin (2001) bahwa budaya mempengaruhi sikap dan perilaku yang diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menciptakan konsistensi sepanjang waktu. Budaya di Jawa Tengah menunjukkan bahwa seseorang cenderung sabar, nada bicara rendah dan halus, sehingga tidak termasuk tipe kepribadian yang mudah terkena stres. Menurut Aminullah (2008) untuk menghindari Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 5
Universitas Indonesia
stres pada usia produktif adalah agar membina hubungan baik dan saling percaya dengan teman. Dengan demikian maka perawat ICU perlu membina hubungan baik antar teman selama memberikan pelayanan kepada pasien.
6.1.3 Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pendidikan terbanyak adalah DIII Keperawatan, sesuai dengan Kemenkes (2011) bahwa mayoritas perawat di Indonesia memang masih berpendidikan DIII Keperawatan. Namun begitu pendidikan Skep dan Skep.Ns mempunyai tingkat stres sedang lebih rendah dibandingkan DIII Keperawatan. Hal ini sesuai dengan Chandrawinata (2012) bahwa tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi daya tahannya dalam menghadapi stres. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka keterampilan dan pengetahuan juga semakin meningkat sehingga lebih mampu dan berhasil dalam penguasaan emosi untuk melawan stres. Mekanisme koping dari orang yang lebih terdidik lebih efektif, sehingga orang yang pendidikannya tinggi lebih lebih mampu mengatasi masalah daripada orang yang pendidikannya rendah. Sedangkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat stres perawat.
Kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi keperawatan, bahwa sebagai profesi, perawat dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, teknis dan moral, yang bisa diperoleh melalui proses pembelajaran di institusi pendidikan tinggi (Nursalam, 2002). Robin (2001) menyampaikan bahwa kemampuan intelektual memainkan peran dalam melakukan pekerjaan yang rumit karena menuntut pemrosesan informasi. Sejalan dengan Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) dan Saydam (2000) bahwa faktor pendidikan dapat mempengaruhi perilaku dan motivasi kerja. Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 6
Universitas Indonesia
Kemenkes (2011) menyampaikan semua perawat yang bertugas di ruang ICU tanpa memandang tingkat pendidikannya, baik D III. keperawatan ataupun S1 keperawatan harus mempunyai kompetensi memberikan pelayanan di ICU. Menurut Hawker (2009) perawat ICU harus meningkatkan pendidikan untuk memberikan pelayanan profesional melalui pendidikan ataupun pelatihan. Selain itu justru harus meningkatkan keterampilan dan pengetahuan melalui berbagai pelatihan yang terkait. Pekerjaan perawat di ruang ICU sangat rumit dan membutuhkan keahlian dalam mengoperasikan peralatan canggih. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta mengembangkan potensi diri.
Menurut Potter dan Perri (2005) menyampaikan bahwa pengalaman pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup secara umum dan kesempatan bekerja akan meningkatkan konsep diri dan keterampilan motorik dan pemecahan masalah. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang perawat maka kemampuan intelektual, kreativitas dan aplikasi dalam memberikan pelayanan kepada pasien akan semakin optimal sehingga tingkat stresnya berkurang karena tidak mengalami banyak kesulitan. Nasir (2011) menyampaikan bahwa kemampuan untuk mengatur diri sendiri terhadap stres merupakan suatu proses yang memerlukan kemauan dan awareness untuk mengubah, baik perilaku ataupun kebiasaan. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa perawat ICU tidak bisa menghindari stres. Sehingga mau tidak mau stres harus dihadapi dan mencari solusi dari yang menimbulkan stres tersebut. Strategi yang berfokus pada penyelesaian masalah sangat diperlukan untuk berkoping efektif dalam rangka berusaha untuk mentoleransi terhadap stres yang ada.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 7
Universitas Indonesia
6.1.4 Hubungan lama bekerja terhadap tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Hasil penelitian didapatkan bahwa lama bekerja perawat rata-rata 5,14 tahun dan menurut statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara lama bekerja dengan tingkat stres perawat. Menurut Asad (2000) bahwa terlalu lama orang bekerja dapat menimbulkan kebosanan. Pernyataan Robins (1998), dalam Siagian (2002) lama kerja dan kepuasan berhubungan secara positif, makin lama seseorang bekerja maka makin terampil. Sesuai dengan Mitchel (1982) dan Green (1988), dalam Arichman (2002) yang menyampaikan bahwa semakin lama perawat bekerja, semakin terampil dan semakin berpengalaman dalam menghadapi sesuatu dalam pekerjaannya. Berdasarkan standar dari Joint Commision International (2011) bahwa suatu Rumah Sakit harus mempunyai kebijakan dan prosedur dalam rangka perawatan pasien berisiko tinggi. Semua pasien yang dirawat di ruang ICU beriko tinggi dan membutuhkan pelayanan perawat yang mempunyai kompetensi tertentu. Semakin lama perawat bertugas di ruang ICU maka semakin banyak pengalaman dan keterampilan yang dikuasai. Semakin sering perawat terpapar dengan perubahan kondisi pasien yang tiba-tiba di ruang ICU, juga menjadikan perawat merasa terbiasa dengan segala kesulitan yang dihadapi.
Menurut nasir (2011) bahwa tingkat stres dalam suatu peristiwa tergantung pada bagaimana individu berpersepsi terhadap stresor yang muncul. Seseorang yang beranggapan bahwa stres sebagai suatu tantangan maka akan mempengaruhi kadar stres menjadi lebih rendah, sehingga akan tetap enerjik serta perasaan suka dengan apa yang dilakukan sebagai tantangan. Berbeda halnya jika seseorang melakukan sesuatu dengan terpaksa sehingga tingkat stresnya akan lebih tinggi. Ketika seorang perawat ICU harus melakukan pekerjaan yang sulit, tetapi disisi lain menganggap bahwa itu harus dihadapi dan harus berhasil, maka dalam bekerja dengan perasaan senang karena ingin Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 8
Universitas Indonesia
berhasil sehingga perasaan tertekan menjadi berkurang. Ditunjang dengan mempunyai pengalaman dan keterampilan, maka perasaan tertekan akan lebih kecil dibanding dengan yang belum mempunyai pengalaman.
Menurut McClellland dalam Muchlas (2005) bahwa ada tiga kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk membangun suatu motivasi, yaitu kebutuhan keberhasilan (kebutuhan menjadi baik), kebutuhan kekuatan (kebutuhan membuat orang lain berperilaku seperti yang kita kehendaki) dan kebutuhan afiliasi (keinginan memiliki hubungan dengan orang lain). Perawat yang terampil dan menguasai berbagai peralatan canggih di ruang ICU akan dipertahankan. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat ICU harus dilakukan dengan pendidikan formal dan informal, dengan mengikuti berbagai pelatihan yang tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Keterbatasan anggaran Rumah Sakit akhirnya mengakibatkan pihak manajemen mengambil sikap untuk mempertahankan beberapa perawat yang dianggap sudah memiliki berbagai kompetensi sebagai perawat di ruang ICU, dibandingkan harus mengeluarkan dana yang besar untuk meningkatkan keterampilan perawat yang lain.
6.1.5 Hubungan antara beban kerja dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Beban kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah beban perawat ICU dalam menjalankan tugas dan kewajibannya untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Hasil penelitian didapatkan bahwa antara beban kerja ringan dan berat di ruang ICU adalah sama, tetapi beban kerja berat mempunyai peluang tingkat stresnya lebih tinggi dibandingkan beban kerja ringan. Beban kerja berat akan terasa lebih ringan untuk perawat yang sudah lebih lama bekerja di ruang ICU karena sudah bisa beradaptasi. Berbeda dengan perawat yang lama kerjanya lebih sedikit, sehingga beban pekerjaan di ruang ICU terasa Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 9
Universitas Indonesia
lebih berat menimbulkan stres. Berdasarkan statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja dengan tingkat stres perawat.
Hasil penelitian ini didukung oleh Hay dan Oken (1972) dalam Lloyd (2007) yang menyampaikan bahwa beban kerja perawat di ruang ICU tergolong berat karena harus melakukan pemantauan dan pencatatan secara rutin tentang tindakan dan setiap perubahan kondisi pada pasien. Sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahwidhi (2010 ) tentang Pengaruh Beban Kerja terhadap Stres Kerja pada Perawat di RSU Dr. Soeroto Ngawi didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh beban kerja terhadap stres kerja. Rodrigues (2010) menyampaikan bahwa ada hubungan antara beban kerja dan tingkat stres perawat ICU, semakin berat beban kerja maka semakin tinggi juga tingkat stres perawat..
Menurut Melamed, Kushnir dan Shirom (1992) dalam Perry dan Potter (2005) menyampaikan bahwa stres kerja sering menimbulkan kepenatan dengan ditandai dengan kurangnya perhatian, kelelahan fisik dan emosional dan marah serta apatis terhadap pasien yang dirawat. Roy (1991) menyampaikan bahwa faktor beban kerja termasuk di dalam stimulus fokal dimana secara langsung berhadapan dengan seseorang dan responnya segera. Perawat ICU yang merasa beban kerjanya tinggi akan langsung berespon untuk beradaptasi dengan kondisi yang ada. Berbagai keluhan fisik yang dirasakan merupakan respon kelelahan dari beratnya beban kerja di ruang ICU.
Beban kerja yang ditanggung oleh perawat ICU berbeda dengan di ruang rawat yang lain. Beban memberikan pelayanan keperawatan untuk pasien yang sedang berjuang antara hidup dan mati tidaklah mudah. Pemantauan dan pencatatan kondisi pasien secara rutin dan kontinyu juga merupakan beban tersendiri. Secara psikologis ada beban perawat untuk dapat mempertahankan kondisi pasien supaya tidak Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 10
Universitas Indonesia
semakin memburuk. Tidak hanya terhadap pasien, tetapi perawat juga mempunyai beban untuk bersikap jujur dalam menyampaikan setiap perubahan kondisi pasien terhadap keluarganya. Beban yang dirasakan perawat ICU akhirnya menyebabkan adanya suatu tekanan secara terus- menerus yang memicu terjadinya stres kerja. Hal ini akan berpengaruh pada budaya kerja perawat di ruang ICU, dimana perawat akan cenderung lebih disiplin, teliti dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasnya.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa beban kerja di ruang ICU dalam kategori berat, maka perawat harus mempunyai evaluasi diri yang baik, keterampilan yang memadai sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan, ada pembagian tugas yang jelas, mempunyai perencanaan kegiatan yang jelas dan penguasaan teknik manajemen stres. Berdasarkan hasil statistik bahwa perawat yang beban kerjanya berat mempunyai peluang 6,429 kali mengalami stres sedang dibandingkan perawat yang beban kerjanya ringan.
Individu yang menerima suatu stresor akan berusaha untuk mengatasinya melalui sistem kekanisme koping. Mekanisme koping adalah proses dimana seseorang mencoba untuk mengatur perbedaan yang diterima antara keinginan (demands) dan pendapat (resources) yang dinilai dalam suatu keadaan yang penuh tekanan (Nasir, 2011). Mekanisme koping positif mengarah ke eaustress dan kalau mekanisme koping yang negatif mengarah ke distres. Perawat yang distres karena beban kerja yang berat dapat mengakibatkan lelah, bosan, tidak nyaman, sehingga berdampak pada pekerjaannya dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien. Akibatnya jika perawat stres maka sering bersikap tidak profesional, contohnya: marah pada pasien, berbicara dengan membentak dan sikap yang tidak therapeutik selama memberikan pelayanan kepada pasien. Beban terhadap harapan Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 11
Universitas Indonesia
pimpinan Rumah sakit, beban karena kurangnya tenaga perawat juga akan semakin meningkatkan stres perawat.
6.1.6 Hubungan tuntutan kerja dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Hasil penelitian menunjukkan bahwa tuntutan kerja di ruang ICU dalam kategori tinggi dan analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang antara tuntutan kerja dengan tingkat stres perawat, yaitu semakin tinggi tuntutan kerja maka tingkat stres semakin meningkat.
Hasil penelitian ini dikuatkan oleh Scott (2010) yang mengatakan bahwa tuntutan kerja perawat di ruang ICU tergolong tinggi. Menurut Bakker dan Schaufeli (2000) dalam Beau (2006) menyampaikan bahwa tuntutan di lingkungan unit perawatan intensif berhubungan dengan tingkat stres perawat dan mempengaruhi mental, fisik dan perilaku perawat. Perawat yang bertugas di bagian unit perawatan intensif dituntut harus mampu berpikir dan bertindak cepat dalam situasi stres tinggi (Olin,2008). Tuntutan kerja merupakan stimulus fokal untuk terjadinya stres. Stimulus yang ada akan membuat perawat ICU langsung berespon untuk bertahan (Roy,1991).
Berdasarkan statistik bahwa perawat yang mempunyai tutuntan kerja tinggi mempunyai peluang 3,00 kali stres sedang dibandingkan tuntutan kerja rendah. Tuntutan untuk konsentrasi selama bekerja, bekerja cepat dan tepat, mengoperasikan peralatan canggih dengan benar, mengambil keputusan secara cepat dalam menghadapi perubahan kondisi pasien yang tiba-tiba, melakukan pencatatan setiap tindakan dan perubahan kondisi pasien serta menjalin hubungan dengan keluarga pasien, harus dipenuhi secara profesional oleh setiap perawat ICU. Hal ini menjadikan kondisi perawat ICU selalu waspada dalam ruangan kerjanya. Dasar pengetahuan dan keterampilan teknis terutama dalam memberikan perawatan menggunakan peralatan canggih, serta Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 12
Universitas Indonesia
komitmen waktu harus dimiliki oleh setiap perawat ICU. Tuntutan lain adalah untuk selalu siap dan waspada dalam menerima perubahan kondisi pasien yang secara tiba-tiba.
Berdasarkan teori tentang motivasi menurut Herzberg dalam Muchlas (2005) bahwa seseorang akan merasa puas dalam pekerjaannya jika ada pengakuan secara intrinsik (pengakuan keberhasilan dan tanggung jawab) serta pengakuan secara ekstrinsik (adanya kebijaksanaan, supervisi, hubungan antar manusia, dan kondisi kerja). Perawat ICU dalam lingkungan yang penuh dengan stres, jika mempunyai motivasi kerja yang tinggi maka akan berusaha melakukan suatu usaha untuk mereduksi tingkat stres. Dengan tuntutan kerja yang tinggi maka perawat akan melakukan usaha yang semakin besar juga untuk memenuhi tuntutan tersebut, dalam hal ini memberikan pelayanan perawatan yang baik untuk mencapai kepuasan kerja dan mereduksi ketegangan mentalnya.
Namun begitu, berdasarkan teori motivasi harus ada kesesuaian antara kebutuhan perawat dengan tujuan Rumah sakit, sehingga usaha keras yang dilakukan perawat tidak sia-sia. Berdasarkan hierarki Maslow maka pihak manajemen harus mengetahui dan memenuhi kebutuhan perawat, sehingga tercipta kepuasan kerja serta motivasi kerja yang terus meningkat dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan kepada pasien. Dengan bekerja di ruang ICU yang penuh dengan stres, namun motivasi kerja perawat tinggi maka tingkat stres akan menurun.
6.1.7 Hubungan dukungan sosial dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan persentasi terbanyak responden mengatakan ada dukungan sosial, berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat stres perawat. Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 13
Universitas Indonesia
Hasil penelitian ini dikuatkan oleh Fogaca (2008) yang menunjukkan hasil bahwa kurangnya dukungan sosial merupakan salah satu faktor penyebab stres perawat ICU di Brazil. Hal ini didukung juga oleh penelitian dari Badger (2005) yang menyebutkan bahwa hal yang berkontribusi terhadap stres pada perawat ICU adalah konflik antar staf, kurangnya dukungan emosional dan konflik dengan dokter. Hasil penelitian yang disampaikan oleh Rodrigues (2010) menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara hubungan interpersonal perawat ICU dengan tingkat stres. Semakin tidak ada dukungan sosial maka tingkat stres perawat semakin tinggi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mrayyan (2009) menunjukkan hasil bahwa stres kerja perawat ICU di Yordania dalam kategori tinggi dibandingkan ruang rawat yang lain, dan ini dikarenakan rendahnya dukungan sosial. Hasil penelitian ini juga dikuatkan oleh Fassier (2010) menyebutkan bahwa konflik antar staf di ruang ICU Paris menyebabkan perasaan kelelahan bagi stafnya. Dukungan sosial merupakan stimulus fokal dalam proses stres dan adaptasi menurut Roy (1991). Hubungan dan dukungan yang kurang pada sesama staf yang bertugas di ruang ICU akan menjadikan kondisi kerja tidak nyaman.
Menurut Revenson dan majerovitz (1991) dalam Potter dan Perry (2005) menyampaikan bahwa sistem pendukung dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental. Sistem pendukung seperti keluarga, teman dan rekan kerja yang dapat mendengarkan dan memberikan nasihat serta dukungan emosional sangat bermanfaat bagi seseorang yang mengalami stres. Kerjasama yang baik dalam Tim antara perawat, dokter dan staf lain di ruang ICU sangat diperlukan karena memberikan pelayanan. Kondisi kerja yang berat dan penuh dengan stres akan terasa semakin berat jika interaksi antar anggota Tim tidak kondusif.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 14
Universitas Indonesia
Lingkungan kerja yang saling mendukung akan menciptakan perasaan nyaman, sehingga akan berdampak pada kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien yang tercermin melalui sikap perawat. Situasi kerja yang berat, penuh dengan stres dan penuh dengan konflik akan terasa berkurang apabila dikerjakan bersama dalam Tim yang saling memberikan dukungan dan motivasi. Secara hierarki Maslow bahwa perawat yang bertugas di ruang ICU mempunyai kebutuhan dasar, yaitu: fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri yang ingin dipenuhi. Wujud dukungan sosial bisa berupa memberikan pujian dengan keberhasilan teman, menjadi pendengar yang baik apabila salah satu ingin menyampaikan pendapat, ataupun dengan cara duduk bersama untuk mendiskusikan masalah dalam rangka mencari solusi. Pekerjaan yang mengharuskan stafnya untuk saling bekerjasama tidak akan berhasil dengan baik jika kondisi kerja tidak kondusif. Hal ini membuat seseorang merasa tertekan di dalam melaksanakan pekerjaannya yang akhirnya berespon terhadap tekanan tersebut.
6.2 Implikasi hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah. Berikut ini diuraikan implikasi hasil penelitian terhadap: 6.2.1 Pelayanan keperawatan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor jenis kelamin, beban kerja, tuntutan kerja, dan dukungan sosial ada hubungan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah. Hal ini memberikan implikasi bagi manajemen Rumah Sakit dalam rangka menurunkan tingkat stres perawat melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan sistem pembagian tugas yang jelas. Implikasi untuk perawat bahwa adanya stres pada perawat ICU mengakibatkan kualitas asuhan keperawatan menurun, sehingga perawat hendaknya mempunyai mekanisme koping yang baik dan hubungan interpersonal Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 15
Universitas Indonesia
yang baik melalui teknik komunikasi dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien.
Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah dapat diketahuinya tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah dan dapat teridentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat. Hasil ini menjadi informasi yang sangat berharga dan dapat ditindaklanjuti dalam rangka mengoptimalkan pelayanan perawatan. Pihak manajemen Rumah sakit dapat meningkatkan kualitas perawat melalui pemberian kesempatan untuk menempuh pendidikan formal yang lebih tinggi.
6.2.2 Pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk perkembangan keilmuan keperawatan jiwa dan dapat digunakan untuk melengkapi kajian tentang tingkat stres perawat ICU. Hal ini memberikan implikasi bagi penyelenggara pendidikan untuk memfasilitasi dan mempersiapkan anak didik secara psikologis.
6.3.3 Kepentingan penelitian Hasil penelitian ini dapat dimasukkan dalam jurnal penelitian dan menjadi acuan pelaksanaan penelitian yang sama. Idealnya semua perawat hendaknya mampu mengekplore faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stresnya melalui pendekatan penelitian kualitatif dan perlu menyertakan faktor confounding. Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 82
Universitas Indonesia
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan terhadap hasil penelitian analisa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah sebagai berikut: 7.1 Simpulan 7.1.1 Karakteristik responden yang terlibat di dalam penelitian ini adalah mayoritas berjenis kelamin perempuan, usia antara 22-53 tahun, pendidikan terakhir D3 keperawatan dan lama bekerja 1-22 tahun. 7.1.2 Analisis univariat menunjukkan bahwa perawat perempuan lebih stres dibanding laki-laki, beban kerja di ruang ICU tergolong berat, tuntutan kerja tinggi, dan ada dukungan sosial dari sejawat bagi perawat di ruang ICU. 7.1.3 Tidak terdapat hubungan antara usia, lama kerja dan tingkat pendidikan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah. 7.1.4 Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah, perawat perempuan lebih stres dibanding laki-laki, berdasarkan statistik bahwa perawat perempuan mempunyai peluang 6,882 kali stres sedang dibanding perawat laki-laki. 7.1.5 Terdapat hubungan antara beban kerja dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah, perawat yang mempunyai beban kerja berat mempunyai peluang untuk mengalami tingkat stres sedang 6,429 kali dibanding perawat yang beban kerjanya ringan. 7.1.6 Terdapat hubungan antara tuntutan kerja dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di J awa Tengah, tuntutan kerja yang tinggi mempunyai peluang mengalami tingkat stres sedang 3,00 kali dibanding tuntutan kerja ringan. 7.1.7 Terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah, perawat yang tidak mendapat dukungan mempunyai peluang 3,286 kali stres ringan dibandingkan yang ada dukungan sosial.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 83
Universitas Indonesia
7.2 Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 7.2.1 Aplikasi Keperawatan Dalam rangka menurunkan tingkat stres maka perawat ICU hendaknya meningkatkan evalusi diri, meningkatkan mekanisme koping yang positif, menerapkan teknik manajemen stres yang baik dan meningkatkan kualitas teknik komunikasi dalam hubungan interpersonal. Pihak manajemen Rumah Sakit hendaknya berupaya menurunkan tingkat stres perawat, dengan cara melakukan evaluasi secara berkala tentang kondisi perawat sebagai antisipasi terjadinya stres kerja, melaksanakan pengaturan pemberian reward yang sesuai, meningkatkan kualitas sumber daya perawatan melalui pemberian kesempatan menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan melaksanakan program refreshing untuk perawat secara berkala. Bagi spesialis keperawatan jiwa dapat bekerjasama dengan pihak manajemen Rumah Sakit memberikan pelatihan tentang teknik manajemen stres bagi perawat.
7.2.2 Keilmuan Pengelola pendidikan tinggi keperawatan hendaknya mempersiapkan anak didiknya terkait dengan mekanisme koping yang positif sebagai antisipasi pencegahan terhadap stres kerja perawat. Pihak manajemen Rumah Sakit hendaknya mengeksplorasi lebih dalam mengenai faktor- faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat.
7.2.3 Penelitian Perlunya pengembangan penelitian lanjutan tentang faktorfaktor lain yang berhubungan dengan tingkat stres kerja perawat ICU di RSU dengan pendekatan kualitatif, melihat kemampuan mekanisme koping perawat dalam mengatasi stres, menempatkan karakteristik perawat sebagai faktor confounding dan melakukan suatu intervensi untuk Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 84
Universitas Indonesia
mengetahui penurunan tingkat stres perawat antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia DAFTAR PUSTAKA
Agung, A., (2009). Faktor-faktor penyebab stres kerja pada perawat ICU rumah sakit tipe C di kota semarang. http://www.eprints.undip.ac.id/10782/19(jurnal)-andreas-agung k.pdf, diperoleh 1 Pebruari 2012.
Agustina, L., (2006). Dinamika interaksi stres kerja dan penyakit pada karyawan. Tesis. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan
Angelberta (2011). 10 jenis Pekerjaan Yang Menyebabkan Stres. http:// http://sidomi.com/14326/10-jenis-pekerjaan-yang-menyebabkan-stres- tingkat-tinggi. diperoleh 12 Pebruari 2012.
Ariawan, I. (1998). Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Jakarta : FKM-UI (tidak di publikasikan).
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
As'ad., (2001). Psikologi Industri, Yogyakarta
Badger, J. M.,(2005). Factors That Enable or Complicate End-of-Life Transitions in Critical Care. The American Journal of Critical Care. Am J Crit Care 2005 ;14: 513-521.
Beau, S. P., ( 2006). Registered Nurses Perseptions Of factors causing Stress In The Intensive care Environment In State Hospitals. Nelson Mandela Metropolitan University
Budiman, N dan Tjandrasa, M., (2011). Joint Commission International: Standar Akreditasi Rumah Sakit. Edisi 4. PT Gramedia. Jakarta
Cade, J. F., Fracp., Fanzca., Fficanzca., (2002). Uncommon Problems In Intensive care, Greenwich Medical Media Limited: London
Carayon.P., Alvarado. C., Hundt.A.S., (2003). Reducing workload and increasingpatient safety through work and workspace design. Department of Industrial Engineering University of Wisconsin-Madison
Carmen, G. L., Celine, G., Jamie, C, Johanne, B., Lynne, M., (2011). A prepost evaluation of the Adler/Sheiner Programme (ASP): A nursing informational programme to support families and nurses in an intensive care unit (ICU). http://www.elsevier.com/iccn, diperoleh 29 Maret 2012.
Dharma,K.K.(2011). Metodologi Penelitian keperawatan: Panduan Melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans info Media. Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
Elman R and Arnetz B., (2006). Stress in Health and Disease. Weinheim: Wiley- VCH Verlag GmbH & Co. KGaA
Fogaa, M. C, Carvalho, W. B., Ctero, V. A., Nogueira-Martins, L. A., (2008). Factors that cause stress for physicians and nurses working in a pediatric and neonatal intensive care unit: bibliographic review., 20 (3): 261-266
Gang, EH., Park., (2006). A study on job stress and the coping of ICU nurses Article in Korean. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17804948, diperoleh 19 Juni 2012
Hall E., ( 2001). Nurse Burnout In A High Stress Health Care Environment: Prognosis Better Than Expected. http://www.otago.ourarchieve.ac.nz.pdf, diperoleh 12 Maret 2012.
Hastono, S.P. (2001). Modul analisis data. Jakarta : FKM UI (tidak dipublikasikan).
Hastono, S.P. (2007). Modul analisis data kesehatan. Jakarta : FKM UI (tidak dipublikasikan).
Hawari, D.(2001).Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI.
Hawker R., (2009). OHS Intensive care manual: Design and organisation of intensive care units. Sixth Edition. USA: Butterworth Heinemann Elsevier.
Hudak,C.M.,Gallo,.B.M.(1997).Keperawatan Kritis:Pendekatan Holistik, Jilid I. Jakarta: EGC.
Indriyani,A.(2009). Pengaruh Konflik Peran Ganda Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Perawat Wanita Rumah Sakit.FE. Tesis. UNDIP. Tidak dipublikasikan.
Izzati, Z., ( 2011). Gambaran Tingkat Stres Perawat Ditinjau Dari Jenis kelamin, Usia, Dan Kerja Di Ruang ICU/ICCU RSI Jemursari Surabaya. Skripsi. Tidak dipublikasikan
ICN., (2010). Campaign overview: What are Positive Practice Environments, (http://www.ppecampaign.org/content/campaign-overview, diperoleh 12 Pebruari 2012.
ICN., (2010). Call to action, (http://www.ppecampaign.org/content/call-action, diperoleh 12 Pebruari 2012).
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia ICN., (2010) International Council of Nurses Conference Focus on Positive Practice Environments, http://www.ppecampaign.org/content/international- council-nurses-conference-focus-positive-practice-environ, diperoleh 12 Pebruari 2012).
ICN (2010). Second Global Forum on Human Resources for Health in Bangkok, 25-29 January 2011, (2011, http://www.ppcampaign.org/content/second- global-forum-human-resources-health-bangkok-25-29-januari, diperoleh 12 Pebruari 2012).
J ill, V., Radtke., Judith, A. Tate., Mary, B. H., (2011). Nurses perceptions of communication training in the ICU. ). http://www.elsevier.com/iccn, diperoleh 29 Maret 2012.
Joseph, P., Ruth, E., (2008). ICU nurses in leadership roles report high levels of stress with subsequent impact on relationship dynamics. http://www. doi:10.1016/j.aucc.2008.12.047, diperoleh 29 Maret 2012.
Kemenkes (2010). Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive care Unit (ICU) Di Rumah Sakit. Jakarta. Tidak dipublikasikan.
Lemeshow,S., Hosmer D.W., Klar,J.& Lwanga,S.K (1997). Besar sampel dalam penelitian kesehatan. Edisi Bahasa Indonesia. Alih bahasa : Dibyo Pramono& Hari Kusnanto. Yopgyakarta : Gadjah Mada University Press
Lexshimi, R., Tahir. S., Santhna, L.P., Nizam, M. D., (2007). Prevalence of Stress and Coping Mechanism among Staff Nurses in the Intensive Care Unit., 2 (2): 146-153
Lhingshih, Y., Ho, W. H.,Chang, C. S., Liang, R. D., (2009 ). Effects of job rotation and role stress among nurses on job satisfaction and organizational commitment. http://www.biomedcentral.com/1472-6963/9/8, diperoleh 29 Maret 2012.
Lloyd, G and Guthrie, E., (2007). Handbook of Liaison Psychiatry. New York:
Loiselle, C. G., Gelinas, C., Cassoff, J., Boileau, J ., McVey, L., (2011 ). A pre post evaluation of the Adler/Sheiner Programme (ASP): A nursing informational programme to support families and nurses in an intensive care unit (ICU). http://www.sciencedirect.com, diperoleh 29 maret 2012.Cambridge University Press.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia Machfoedz,dkk.(2005). Metodologi Penelitian: Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan kebidanan. Yogyakarta: Tramaya.
Mealer , M., Jones, J., Newman, J., McFann, K., Rothbaum, B., Moss, M., (2011) The presence of resilience is associated with a healthier psychological profile in intensive care unit (ICU) nurses: Results of a national survey. International Journal of Nursing Studies 49 (2012) 292299
Meredith, M., Jacqueline, J., Julia, N., Kim, K. M., Barbara, R., Marc, M., (2012). The presence of resilience is associated with a healthier psychological profile in intensive care unit (ICU) nurses: Results of a national survey, International Journal of Nursing Studies 49 (2012) 292299
Mims, M., Stanford, M. (2003). Stress and Burnout Among Critical Care Nurses. http://www.lagrange.edu/resources/pdf/citations/nursing/Stress%20and%20Burn out.pdf, diperoleh 25 Juni 2012
Muchlas,M.(2005). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Munandar, Ashar S., (2001). Psikologi Industri Dan Organisasi. Universitas Indonesia (UI Press)
Mrayyan . M.T.,(2009). Job stressors and social support behaviors: comparing intensive care units to wards in Jordan. Hashemite University, Zarqa, Jordan. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19379118, diperoleh 25 Juni 2012
Nasir A dan Muhith A.,(2011). Pengantar Keperawatan Jiwa: pengantar dan teori. Jakarta: Salemba Medika.
Notoadmodjo,S.(2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam,(2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Jakarta: Salemba medika.
Perry &Potter (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4. Jakarta: EGC.
Poncet., Toullic., Papazian., (2006). Burnout Syndrome in Critical Care Nursing Staff . http:www.ajrccm.atsjournal.org.pdf, diperoleh 29 Maret 2012. Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
Raper, R. F., Fisher, M.M., (2009). OHS Intensive care manual: Ethics in intensive care. Sixth Edition. USA: Butterworth Heinemann Elsevier.
Rodrigues, V.M.C.P., FerreiraII, A.A.S.,(2010). Stressors in nurses working in Intensive Care Units.http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S010411692011000400023&scr pt=s_arttext. diperoleh 25 Juni 2012.
Roy C. (1991). The Adaptation model: the definitive statemen. California: Appleton & Lange.
Sastroasmoro, S. & Ismael, S. (2008). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, (3 th ed). Jakarta : CV. Sagung Seto.
Satomi, K., Mitsunori, M., (2011). Development of a scale for difficulties felt by ICU nurses providing end-of-life care (DFINE): A survey study. http://www.elsevier.com/iccn, diperoleh 29 Maret 2012.
Saydam, G., (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia ( Suatu pendekatan mikro). Jakarta: Djambatan.
Scott, M., Monroe, John. M., (1997). Measurement of Stress Appraisal. New York: Oxford University Press
Scott., Ann, E. R., Hwang, W.T., Zhang, Y., (2006). Effects of Critical Care Nurses Work Hours on Vigilance and Patients Safety. http://www.aacn.org. Diperolah 29 Maret 2012
Scott,L.D., et al. (2006). Effect Of Critical Care Nurses Work Hours On Vigilance and Patients Safety, American Journal Of Critical Care, Vol 15.
Siagian, S. P, (2002). Kiat meningkatkan produktivitas kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Sitorus, R., (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di rumah sakit: Penataan Struktur& Proses (sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang rawat. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., (2002), Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suliswati, dkk.(2005).Konsep dasar keperawatan Kesehatan jiwa. Jakarta: EGC. Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Townsend, M. C., (2009). Psychiatric Mental Health Nursing: Concept of Care in Evidence-Based Practice. Sixth Edition. Philadelpia: F.A. Davis Company
Videbeck, S.L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Psychiatric Mental Health Nursing). Edisi Bahasa Indonesia (Cetakan I). Alihbahasa : Komalasari, R. & Hany, A. Jakarta : EGC.
Welch, J. R ., Theaker. C., (2009). OHS Intensive care manual: Critical care nursing. Sixth Edition. USA: Butterworth Heinemann Elsevier.
Wen, H. H., Ching, S. C., Ying, L. S., Rong, D. L., (2009). Effects of job rotation and role stress among nurses on job satisfaction and organizational commitment. http://www.biomedcentral.com, diperoleh 29 maret 2009.
Widyastuti,P.(2004). Manajemen Stres: National Safety Council. Jakarta: EGC.
Wilkins dan Williams (2010). Conflicts and communication gaps in the intensive careunit.http://xa.yimg.com/kq/groups/16749867/1874034950/name/Conflic ts+a d+communication+gaps+in+the+intensive+care+unit.pdf. diperoleh 25 Juni 2012
Wodroow, P., (2004). Intensive Care Nursing: A Frame Work For Practice, New York: Routledge is an imprint of the Taylor & Francis Group
______, (2012). Tingkat Pendidikan Pengaruhi Daya Tahan Stres (Kesehatan). http://www.pelita.or.id/baca.php?id=32221. Didapat 12 Juli 2012
______, (2008). Usia Produktif Rentan Stres. http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/08/10/17/8098- usia-produktif-rentan-stres. diperoleh 25 Juni 2012.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 No item II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV 1 Penyelesaian BAB I s.d BAB IV 2 Ujian Proposal 3 Pengumpulan Data 4 Analisis Dan Penafsiran Data 5 Penulisan Laporan 6 Ujian Hasil Penelitian 7 Sidang Tesis 8 Perbaikan Tesis (Jika Diperlukan) 9 Jilid Hard Cover (Pengumpulan Laporan ) Titik Suerni LAMPIRAN 1 RENCANA JADUAL KEGIATAN PENELITIAN DALAM MINGGU SEMESTER GENAP 2011/2012 Agustus Peb Maret April Mei Juni Juli Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Saya yang menyatakan di bawah ini: Nama : Titik Suerni No Telepon : 08122885127 Adalah mahasiswa Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan J iwa Universitas Indonesia, bermaksud mengadakan penelitian dengan judul yaitu: Analisa Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Stres Perawat ICU Di RSU Di Jawa Tengah Adapun hasil penelitian ini nantinya akan direkomendasikan sebagai masukan untuk program pelayanan kesehatan jiwa di Rumah Sakit Umum di Jawa Tengah. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan membawa dampak negatif bagi siapapun. Peneliti berjanji akan menjunjung tinggi hak-hak saudara sebagai responden dengan cara :1) Menjaga kerahasiaan data yang diperoleh baik dalam proses pengumpulan data, pengolahan data, serta penyajian hasil penelitian 2) Menghargai keinginan saudara sebagai responden untuk tidak berpartisipasi dalam penelitian ini dengan atau tanpa alasan tertentu 3) Memperhatikan kenyamanan responden 4) Menerapkan perlakuan dengan prinsip keadilan dan kesamaan pada setiap responden sampai berakhirnya kegiatan penelitian. Demikian penjelasan mengenai penelitian yang akan saya lakukan. Akhir kata peneliti mengharapkan kesediaan menjadi responden dan peneliti ucapkan banyak terimakasih atas partisipasinya untuk peran serta dalam penelitian ini. Hormat Saya,
Titik Suerni
LAMPIRAN 2 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
LEMBAR PERSETUJUAN
Setelah saya membaca penjelasan mengenai penelitian ini dan mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan pada peneliti, maka saya mengetahui dan memahami manfaat serta tujuan penelitian yang akan dilakukan. Saya memahami bahwa peneliti menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai responden serta penelitian ini tidak akan berdampak negatif. Saya menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar sekali manfaatnya bagi peningkatan kualitas kesehatan jiwa di Rumah Sakit Umum. Dengan ini, saya menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian dan bersedia menandatangani lembar persetujuan ini.
., .2012 Responden,
..
LAMPIRAN 3 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
INSTRUMEN A
DATA SOSIO DEMOGRAFI
Nomor Kode:
Petunjuk Pengisian: 1. Isi dengan lengkap 2. Untuk data yang harus dipilih, beri tanda kali ( X ) pada kotak yang tersedia dan atau isi sesuai jawaban.
A. SOSIO DEMOGRAFI PERAWAT ICU
1. Inisial Nama Perawat :
2. J enis kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Usia : . Tahun (Ulang tahun terakhir)
4. Pendidikan Terakhir
DIII Kep S1 Kep S1 Kep.Ners
5. Lama Bekerja
Lama.tahun.bulan
LAMPIRAN 4 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
KUESIONER B SKALA STRES
Berilah tanda ( V ) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan pendapat anda: 0. jika Tidak Pernah memikirkan / melakukannya 1. Isilah J jika J arang memikirkan / melakukannya 2. Isilah P jika Sering memikirkan / melakukannya 3. Isilah S jika Selalu memikirkan / melakukannya No Pertanyaan 0 1 2 3 1. Saya kecewa dengan hal kecil 2. Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap sesuatu 3. Saya merasa sulit untuk santai 4. Saya mudah marah 5. Saya merasa apa yang saya lakukan menguras banyak tenaga 6. Saya merasa tidak sabar ketika menjalani sesuatu 7. Saya merasa sensitif 8. Saya merasa sulit untuk tenang 9. Saya merasa cepat marah 10. Saya sulit untuk kembali tenang setelah saya marah 11. Saya sulit menerima kritikan 12. Saya merasakan situasi yang tegang 13. Saya merasa tidak nyaman terhadap apapun yang saya lakukan 14. Saya merasa gelisah Sumber: Lovibond & Lovibond (1995) LAMPIRAN 5 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
KUESIONER C BEBAN KERJA Berilah tanda ( V ) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan pendapat anda: 1. J ika Tidak Pernah ada keluhan dalam melaksanakan tugas 2. J ika J arang ada keluhan dalam melaksanakan tugas 3. J ika kadang-kadang ada keluhan dalam melaksanakan tugas 4. J ika sering ada keluhan dalam melaksanakan tugas 5. J ika Selalu ada keluhan dalam melaksanakan tugas No Pernyataan 1 2 3 4 5 1. Beban kerja terhadap observasi pasien selama jam kerja 2. Beban kerja terhadap banyak pekerjaan yang harus dilakukan
3. Beragamnya jenis pekerjaan yang harus dilakukan 4. Beban kerja terhadap kontak langsung perawat dengan klien di ruang rawat
5. Beban kerja terhadap kurangnya tenaga perawatan diruang rawat dibandingkan dengan jumlah pasien
6. Beban kerja karena keterampilan yang saya miliki tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan
7. Beban kerja terhadap harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas.
8. Beban kerja terhadap tuntutan keluarga untuk keselamatan pasien.
9. Beban kerja terhadap setiap saat dihadapkan pada keputusan yang harus tepat
10. Beban kerja terhadap tanggung jawab dalam melaksanakan perawatan pasien terlalu banyak
11. Beban kerja terhadap setiap saat menghadapi pasien dengan karakteristik dalam kondisi lemah
12. Beban kerja terhadap tugas pemberian obat-obatan 13. Beban kerja terhadap tindakan penyelamatan pasien
LAMPIRAN 6 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
KUESIONER D TUNTUTAN KERJA Berilah tanda ( V ) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan pendapat anda: No Pertanyaan Ya Tidak 1. Pekerjaan saya menuntut banyak konsentrasi 2. Saya menghadapi pola shift kerja 3. Saya siap menghadapi perubahan kondisi pasien yang tiba-tiba 4. Saya bekerja dengan cepat 5. Pekerjaan saya menguras pikiran dan emosi 6. Saya bekerja dengan menggunakan pengetahuan tentang penggunaan peralatan canggih
7. Saya merasa percaya diri setiap mempergunakan peralatan dalam pekerjaan saya
8. Saya menggunakan peralatan canggih dengan benar dalam pekerjaan saya
9. Saya yakin peralatan yang digunakan dalam pekerjaan kondisinya baik
10. Saya menjawab telephon ketika sedang jam sibuk 11. Saya selalu menginformasikan kondisi pasien kepada keluarganya 12. Saya membina hubungan baik dengan tim kesehatan 13. Saya membina hubungan baik dengan keluarga 14. Saya menghibur keluarga yang sedang berduka 15. Saya mengambil keputusan dengan cepat 16. Saya mencatat setiap tindakan dan perubahan pada pasien dengan cermat
Sumber: Beau (2006) LAMPIRAN 7 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
KUESIONER E
DUKUNGAN SOSIAL
Berilah tanda ( V ) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan pendapat anda:
No Pertanyaan Ya Tidak 1. Apakah Saudara ditemani ketika sedang merawat pasien? 2. Apakah Saudara mempunyai orang kepercayaan untuk berkeluh kesah tentang pekerjaan?
3. Apakah Saudara merasa diperhatikan oleh orang lain saat ini?
4. Apakah Saudara diingatkan oleh orang lain ketika merawat pasien?
5. Apakah Saudara diingatkan oleh orang lain untuk mengawasi kondisi pasien?
6. Apakah Saudara dibantu oleh orang lain dalam menjalankan tugas-tugas rumah tangga Saudara?
7. Apakah Saudara dibantu oleh orang lain ketika Saudara sedang mengalami kesulitan?
8. Apakah Saudara merasa dihargai oleh orang lain? 9. Apakah Saudara merasa dianggap oleh orang lain? 10. Apakah Saudara merasa senang dengan tempat tugas saat ini?
11. Apakah Saudara merasa mampu menjalankan tugas pekerjaan saat ini?
12. Apakah Saudara diberikan semangat untuk melaksanakan tugas pekerjaan?
13. Apakah Saudara merasa tidak berguna dengan menjalankan tugas pekerjaan saat ini?
14. Apakah Saudara dilibatkan dalam suatu penyampaian pendapat?
15. Apakah Saudara mengetahui tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang perawat ICU?
16. Apakah Saudara mengetahui Ruang ICU itu apa? 17. Apakah Saudara mengetahui tentang tujuan perawatan di Ruang ICU?
18. Apakah Saudara mengetahui apa yang harus dilakukan jika saudara membutuhkan informasi ?
19. Apakah Saudara diberikan informasi mengenai tugas Saudara sekarang?
20. Apakah Saudara mengetahui kapan waktu Saudara harus melakukan tindakan secara cepat?
21. Apakah Saudara mengetahui kondisi-kondisi yang mengharuskan Saudara segera melakukan tindakan secara
LAMPIRAN 8 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 No Pertanyaan Ya Tidak cepat? 22. Apakah Saudara mendapatkan jaminan kesehatan? 23. Apakah Saudara mendapatkan fasilitas pinjaman uang dari tempat saudara bekerja saat ini?
24. Apakah sumber penghasilan Saudara tidak hanya dari tempat bekerja saat ini?
25. Apakah Saudara mempunyai pembantu yang membantu Saudara sehari-hari di rumah?
26. Apakah keluarga anda mendukung pekerjaan yang Saudara lakukan?
27. Apakah Saudara tidak memiliki hambatan keuangan saat ini?
28. Apakah keluarga Saudara memiliki sumber penghasilan lain?
Sumber: Smeltzer dan Bare (2002)
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Titik Suerni Tempat/tanggal lahir : Semarang, 22 Agustus 1976 J enis Kelamin : Perempuan Alamat : Menjangan II No. 59 B Pedurungan Semarang E Mail : [email protected] Institusi : RSJ D Dr. Amino Gondohutomo Semarang
Riwayat Pendidikan: SDN Diwak : Lulus Tahun 1989 SMP Girisonta Karangjati : Lulus Tahun 1992 SMAN I Karangjati : Lulus Tahun 1995 Akper KBN Magelang : Lulus Tahun 1998 STIKES Ngudi Waluyo Ungaran : Lulus Tahun 2005
Riwayat Pekerjaan: Staf Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa : Tahun 1999 - 2000 Staf Perawat Rumah Sakit J iwa Daerah Semarang : Tahun 2000 - Sekarang
Lampiran 12 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012 Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita