Jurnal Dwi Ratna Sari

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 145

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN TINGKAT STRES PERAWAT ICU
DI RSU DI JAWA TENGAH



TESIS



TITIK SUERNI
NPM: 1006748980




FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA
DEPOK
JULI 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

i


UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN TINGKAT STRES PERAWAT ICU
DI RSU DI JAWA TENGAH




TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Keperawatan



TITIK SUERNI
NPM: 1006748980





FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA
DEPOK
JULI 2012

Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS




Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun merujuk
telah saya nyatakan dengan benar








Nama : Titik Suerni
NPM : 1006748980


Tanda tangan : ..................................................

Tanggal : 12 Juli 2012








Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul:
Analisa Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Stres
Perawat ICU Di RSU Di Jawa Tengah

Tesis ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing serta telah dipertahankan
di hadapan Tim Penguji Tesis Program Magister Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.



Depok, 12 Juli 2012

Pembimbing I


(Prof. Achir Yani S.Hamid, M.N.,D.N.Sc)


Pembimbing II


(Mustikasari , Skp., MARS)
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

iv























Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi Robbilaalamiin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tesis yang berjudul Analisa Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Tingkat Stres Perawat ICU Di RSU Di Jawa Tengah.
Penulisan tesis ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Keperawatan dari Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Kekhususan Keperawatan J iwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak selama penyusunan tesis ini, sangatlah sulit untuk
menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dewi Irawaty, M.A.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp.,MN selaku Ketua Program Pasca Sarjana Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
3. Prof. Achir Yani S.Hamid, M.N.,D.N.Sc, selaku pembimbing I tesis yang
sangat berkontribusi memberikan bimbingan dan arahan secara sabar,
bijaksana, murah hati, cermat serta memberikan masukan dan motivasi agar
peneliti selalu melakukan yang terbaik dalam penyusunan tesis ini
4. Mustikasari , Skp., MARS, selaku pembimbing II tesis yang sangat
berkontribusi memberikan bimbingan dan arahan secara sabar, bijaksana,
murah hati, cermat serta memberikan masukan dan motivasi agar peneliti
selalu melakukan yang terbaik dalam penyusunan tesis ini
5. Novyy Helena C.D.,SKp.,MSc., selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan dukungan dan arahan
6. Prof.Dr. Budi Anna Kelliat,SKp.,M.App.Sc., selaku pengajar Kelompok
Keilmuan Keperawatan J iwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia yang selalu memberikan dukungan dan arahan
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

vi

7. Ns.Ice Yulia Wardani, M.Kep, Sp.Kep. J, selaku pengajar Kelompok
Keilmuan Keperawatan J iwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia yang selalu memberikan dukungan
8. Seluruh staf pengajar Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia yang telah memberikan ilmunya serta seluruh staf
akademik yang membantu selama proses pendidikan
9. Sahabat yang kusayangi Sambodo, Nyumirah, Ridwan, Thika, Desi, Dhian,
Hernida, Nana atas bantuan, kerjasama, motivasi, dan kebersamaan yang luar
biasa selama penyelesaian tesis ini
10. Adik-adikku tersayang Emi, Endang, Retno, Dian yang senantiasa
memberikan kekuatan pada saat aku kehabisan tenaga
11. Seluruh rekan-rekan Program Magister Keperawatan Angkatan 2010 atas
kerjasama selama penyelesaian tesis ini
12. Seluruh rekan-rekan Program Magister Keperawatan J iwa Angkatan VI atas
dukungan, kerjasama, doa dan kebersamaan yang luar biasa selama
penyelesaian tesis ini
13. Bapak, ibu dan bapak, ibu mertuaku, adik-adikku tersayang yang selalu
memberikan doa, dukungan secara moril dan materiil, serta motivasi yang
luar biasa
14. Suamiku tersayang , Terimakasih.....cinta, kesetiaan, kasih sayang,
pengorbanan yang selalu tulus dan ikhlas Ayah persembahkan untukku.
Semoga Allah selalu melindungi Ayah....
15. Permata hatiku Nabil, anak ku tersayang yang telah mengorbankan waktu
pertemuan, memberikan inspirasi, semangat, kasih sayang serta dengan
keluguan selalu menantikan mama.
16. Khusus untuk responden, Terimakasih yang tak terhingga atas bantuan,
kerjasama dan dukungan, semoga Allah melimpahkan segala kebaikan untuk
rekan sejawatku
17. Seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu selama penyelesaian tesis ini
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

vii

Akhir kata, saya berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan segala
kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu selama penyelesaian tesis
ini. Penulis membutuhkan masukan untuk penyempurnaan dan semoga tesis
ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan jiwa.

Depok, Juli 2012


Penulis





















Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Titik Suerni
NPM : 1006748980
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Departemen : Keperawatan J iwa
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Indonesia hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Analisa Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Stres Perawat ICU Di RSU Di
Jawa Tengah beserta perangkat yang ada (jika diperlukan).

Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini, maka Universitas indonesia berhak
menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(data base), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta ijin
dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenaranya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal: 12 Juli 2012
Yang menyatakan


(Titik Suerni)


Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

ix

UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

Tesis, Juli 2012
Titik Suerni

Analisa Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Stres Perawat ICU
di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
xi + 84 halaman +28 tabel +4 Bagan + 14 lampiran


ABSTRAK

Survei tentang stres perawat menunjukkan hasil bahwa mayoritas perawat ICU
pernah mengalami stres. Perawat yang bertugas di ICU dituntut harus mampu
berpikir dan bertindak cepat dalam situasi stres tinggi. Secara keseluruhan,
perawat ICU mengalami berbagai hambatan kinerja dalam pekerjaan mereka
setiap hari karena dampak stres. Tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah. Desain
penelitian Cross Sectional. Penelitian dilakukan pada 76 responden secara total
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis
kelamin, beban kerja, tuntutan kerja, dukungan sosial dengan tingkat stres perawat
(p-value< 0,05). Rekomendasi hasil penelitian adalah perlunya evaluasi
penyebab stres perawat secara periodik, pelatihan teknik manajemen stres dan
pelatihan ICU.

Kata kunci: tingkat stres, perawat, Intensive Care Unit
Daftar Pustaka 78 (1998 2012)












Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

x

UNIVERSITY OF INDONESIA
MASTER SCIENCE NURSING PROGRAM
MENTAL NURSING SPECIFICITY
FACULTY OF SCIENCE NURSING

Thesis, July 2012
Titik Suerni
Factors Analysis That Related to Stress Level of ICU Nurse in General Hospital
in Central Java
Xi +84 Pages +22 Tables +5 Schemes +12 appendixes


ABSTRACT

Survey about the stress of nurses showed the majority ICU nurses experienced
stress. Nurses working in the ICU is required to be able to think and act quickly
and criticaly in high stress situations. Overall, ICU nurses experience a variety of
difficulties in the performance of their jobs every day because of the effects of
stress. The purpose of the study was to determine the factors assosiated with stress
levels in the public hospital ICU nurses in Central Java. The quantitative research
method with cross sectional approach was used. The research was conducted to 76
respondents . The results showed that there was a relationship between the factors
of sex, workload, work demands, social support with stress level nurses (p-value <
0,05). This research recomended that there was a need for psychological
evaluation and regular nursing technical skills training and stress management.

Keywords: Stress Level, Nurse, Intensive Care Unit
Reference 78 (1998-2012)




















Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN PENGESAHAN ...................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv
PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................................. vii
ABSTRAK .............................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................ ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii
DAFTAR SKEMA .................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Stres ....................................................................... 9
2.1.1 Definisi Stres .............................................................. 9
2.1.2 Stres dan Adaptasi ...................................................... 10
2.1.3 Tahap Stres ................................................................. 14
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya
Stres Kerja .................................................................. 15
2.1.5 Stres di Tempat Kerja Versus Lingkungan
Kerja Positif ............................................................... 19
2.2 Ruang ICU ........................................................................... 21
2.2.1 Definisi ....................................................................... 21
2.2.2 Klasifikasi Pelayanan ICU Di Rumah Sakit ................ 21
2.2.3 Kriteria Pasien Masuk ICU ......................................... 26
2.2.4 Karakteristik Perawat ICU .......................................... 27
2.2.5 Sumber-Sumber Stres Perawat ICU ............................ 28
2.2.6 Strategi Untuk Meminimalisir Stres ............................ 37

BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN
DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep ................................................................. 40
3.2 Hipotesis .............................................................................. 41
3.3 Definisi Operasional ............................................................. 42

BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian .................................................................. 45
4.2 Populasi dan Sampel ............................................................. 45
4.3 Tempat Penelitian ................................................................. 47
4.4 Waktu Penelitian .................................................................. 48
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

xii

4.5 Etika Penelitian ................................................................... 48
4.6 Alat Pengumpul Data............................................................ 50
4.7 Prosedur Pengumpulan Data ................................................. 54
4.8 Pengolahan Dan Analisis Data .............................................. 55

BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1 Proses Pelaksanaan Penelitian .............................................. 57
5.2 Analisis Univariat ................................................................. 58
5.3 Analisis Bivariat ................................................................... 61

BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Analisa Bivariat ................................................................... 67
6.2 Implikasi Hasil Penelitian .................................................... 80

BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan ............................................................................. 82
7.2 Saran ................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN




























Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

xiii






DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ketenagaan Di ICU ......................................................................... 23
Tabel 2.2 ICU Berdasarkan Sarana Prasarana .................................................. 24
Tabel 2.3 Peralatan Berdasarkan Klasifikasi Pelayanan ICU ........................... 24
Tabel 2.4 Kemampuan Pelayanan ICU ............................................................ 25
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Independen Dan
Dependen Penelitian ....................................................................... 42
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................. 53
Tabel 4.2 Analisa Bivariat Variabel Penelitian ................................................ 56
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan J enis Kelamin dan Pendidikan
Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah .............................................. 58
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah .............................................. 59
Tabel 5.3 Distribusi Rata-rata Umur dan Lama kerja Perawat ICU
Di RSU di Jawa Tengah .................................................................. 59
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Perawat ICU di RSU
di Jawa Tengah ................................................................................ 59
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Perawat ICU di RSU
di Jawa Tengah ................................................................................ 60
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Beban Kerja Perawat ICU
di RSU di J awa Tengah .................................................................. 60
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tuntutan Kerja
Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah ............................................. 60
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Sosial
Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah ............................................. 61
Tabel 5.9 Analisa Hubungan Umur dan lama Kerja Terhadap Tingkat
Stres Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah ...................................... 61
Tabel 5.10 Analisa Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Stress
Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah .............................................. 62
Tabel 5.11 Analisa Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat
Stres Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah .................................... 62
Tabel 5.12 Analisa Hubungan Beban Kerja Terhadap Tingkat Stres
Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah ............................................ 63
Tabel 5.13 Analisa Hubungan Tuntutan Kerja Terhadap Tingkat Stres
Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah ............................................ 63
Tabel 5.14 Analisa Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Tingkat Stres
Perawat ICU Di RSU di Jawa Tengah ............................................ 64
Tabel 5.15 Analisa Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Pendidikan
Perawat ICU Di RSU Di Jawa Tengah ............................................ 64
Tabel 5.16 Analisa Hubungan Umur Terhadap Lama Kerja
Perawat ICU Di RSU di Jawa Tengah ............................................ 65
Tabel 5.17 Analisa Hubungan Umur Terhadap Jenis Kelamin
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

xiv

Perawat ICU Di RSU di Jawa Tengah ............................................ 65
Tabel 5.18 Analisa Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Lama Kerja
Perawat ICU Di RSU di Jawa Tengah ............................................ 65
Tabel 5.19 Analisa Hubungan Umur Terhadap Tingkat Pendidikan
Perawat ICU Di RSU di Jawa Tengah ............................................ 66
Tabel 5.20 Analisa Hubungan Lama Kerja Terhadap Tingkat Pendidikan
Perawat ICU Di RSU di Jawa Tengah ............................................ 66









































Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

xv






DAFTAR SKEMA

Skema 2.1: Stres Kerja .................................................................................... 16
Skema 2.3: Kerangka Teori ............................................................................. 39
Skema 3.1: Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 42
Skema 4.1: Cluster Sampling .......................................................................... 46





































Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

xvi






DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran 1 : Rencana Jadwal Penelitian
Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Tentang Penelitian
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 4 : Kuesioner Penelitian A ( Data Sosiodemografi )
Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian B ( Skala Stres )
Lampiran 6 : Kuesioner Penelitian C ( Beban Kerja )
Lampiran 7 : Kuesioner Penelitian D ( Tuntutan Kerja )
Lampiran 8 : Kuesioner Penelitian E ( Dukungan Sosial )
Lampiran 9 : Keterangan Lolos Kaji Etik
Lampiran 10: Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 11: Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 12: Daftar Riwayat Hidup


Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
ICN (International Council of Nurses) pada konferensi di Bangkok 25-29
Januari 2011 menghasilkan kesepakatan, bahwa untuk mencapai Millenium
Development Goals 2015 maka harus berfokus pada sumber daya manusia,
penguatan sistem kesehatan, pelaksanaan tindakan yang tepat, efektif dan
efisien serta mengatasi krisis kesehatan perawat (ICN, 2010). Rumah sakit
sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat
strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Rumah sakit sebagai pusat rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat dasar,
maka perlu menjaga kualitas pelayanannya terhadap masyarakat yang
membutuhkan. Salah satu pelayanan sentral di rumah sakit adalah bagian ICU
(Intensive Care Unit). Pelayanan keperawatan ICU adalah pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien dalam kondisi kritis di ruang
perawatan intensif, dilaksanakan secara terintegrasi oleh tim yang terlatih dan
berpengalaman dibidang critical care. Pengelolaan pelayanan ICU dilakukan
secara khusus dengan mengutamakan keselamatan (patient safety), untuk
menurunkan angka kematian dan kecacatan (Kemenkes, 2011).

Pelayanan keperawatan ICU merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini
sangat perlu untuk dikembangkan di Indonesia, sejalan dengan perkembangan
teknologi di bidang perawatan intensif (Kemenkes, 2011). Pelayanan
keperawatan ICU bertujuan untuk memberikan asuhan bagi pasien dengan
penyakit berat yang membutuhkan terapi intensif dan potensial untuk
disembuhkan, memberikan asuhan bagi pasien berpenyakit berat yang
memerlukan observasi atau pengawasan ketat secara terus menerus, untuk
mengetahui setiap perubahan pada kondisi pasien yang membutuhkan
intervensi segera. Kondisi ini membutuhkan perawat profesional yang
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
2

Universitas Indonesia

memiliki kompetensi di bidang perawatan intensif yang bersertifikasi,
sehingga dapat dipertanggungjawabkan untuk memberikan pelayanan
keperawatan secara optimal dalam mengatasi kegawatan pasien di ruang
perawatan intensif (Frelita, 2011).

Kualifikasi perawat yang bertugas di ruang ICU juga dituntut untuk
memberikan pelayanan yang aman, cepat, tepat dan efektif, sehingga harus
mempunyai pengetahuan yang memadai, mempunyai keterampilan yang
sesuai, dan mempunyai komitmen terhadap waktu. Kompetensi tersebut
ditunjukkan dengan bukti bahwa perawat yang bertugas di ruang ICU harus
mempunyai sertifikat CCRN (Critical Care Registered Ners). Menurut The
American Association of Critical-Care Nurses (2010) bahwa perawat ICU
terbagi lagi pada beberapa ruang khusus yaitu perawat ICU yang bertugas di
ruang perawatan untuk bayi (Neonatal Intensive care Unit atau NICU), untuk
ruang perawatan remaja dan dewasa di ICU (Intensive Care Unit) dan untuk
ruang perawatan anak (Pediatric Intensive Care Unit).

Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di rumah sakit karena
selain jumlahnya yang dominan (55 - 65%) juga merupakan profesi yang
memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus 24 jam kepada pasien
setiap hari. Oleh karena itu pelayanan keperawatan sebagai bagian integral
dari pelayanan kesehatan jelas mempunyai kontribusi yang sangat
menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit. Sehingga setiap upaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai upaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan (Carayon, 2009).

Permasalahannya yang ada saat ini adalah ketersediaan tenaga keperawatan
yang memiliki kompetensi dibidang keperawatan ICU belum memadai. Hasil
evaluasi di 18 rumah sakit di 9 Propinsi pusat regional tahun 2007, didapatkan
gambaran berdasarkan pendidikan sebagai berikut: D3 Keperawatan 79,7%;
SPK 14, 2 %; S1 Keperawatan 4,5%; diluar S1 Keperawatan 1,6%. Sedangkan
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
3

Universitas Indonesia

rasio perawat dengan pasien tidak sesuai hanya 77%, 22% perawat melakukan
tindakan tidak sesuai prosedur, 58% perawat ICU yang belum mendapatkan
pelatihan dan 65% perawat bekerja tidak sesuai dengan kemampuan
(Kemenkes, 2011).

Ruangan kritis yang merupakan tempat untuk memperjuangkan hidup dan
melawan kematian, telah menjadikan perawat sebagai tumpuan pasien karena
keberadaannya secara terus menerus di samping pasien sehingga menjadikan
kuatnya stres. Studi yang dilakukan Olin (2008) menunjukkan hasil bahwa
seorang yang bertugas di bagian gawat darurat, unit perawatan intensif, unit
perawatan jantung, unit telemetri, laboratorium kateter jantung, unit
perawatan progresif, dan ruang pemulihan ruangan, dituntut harus mampu
berpikir dan bertindak cepat dalam situasi stres tinggi.

Secara keseluruhan, perawat ICU mengalami berbagai hambatan kinerja
dalam pekerjaan mereka setiap hari karena dampak stres (Carayon, 2009).
Stres kerja adalah stres sebagai akibat interaksi di lingkungan kerja (Muchlas,
2005). Stres kerja adalah stres yang terjadi akibat kerja. Penelitian yang
dilakukan oleh Lexshimi(2007), menunjukkan hasil bahwa 100% perawat
ICU pernah mengalami stres. Menurut Angelberta (2011) bahwa satu diantara
sepuluh pekerjaan yang tingkat stresnya tinggi adalah bekerja di bidang
kesehatan , termasuk perawat yang setiap hari melihat penyakit, trauma,
kematian, harus memandikan, harus berurusan dengan anggota keluarga
pasien, serta merawat pasien yang sering tidak mampu mengungkapkan rasa
terima kasih atau penghargaan atau karena mereka terlalu sakit. Perawat
mempunyai resiko yang sangat tinggi terpapar oleh stres adalah karena
perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi terhadap
keselamatan nyawa manusia.

Stres adalah respons non spesifik tubuh terhadap setiap kebutuhan tanpa
memperhatikan sifatnya (Selye, 1976) dalam Smeltzer dan Bare (2002).
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
4

Universitas Indonesia

Respon yang terjadi pada perawat yang mengalami stres menurut Hawari
(2001) adalah perubahan pada rambutnya, pandangan kabur, gangguan
pendengaran, mengeluh pusing, ekspresi wajah nampak serius, tegang dan
sulit tersenyum, perasaan kering pada bibir, kulit kering, keringat yang
berlebihan pada telapak tangan, sesak nafas, jantung berdebar-debar,
menstruasi tidak teratur serta dysmenorhoe pada wanita. Bagi perawat ICU
yang mengalami stres sering kali ditandai dengan perasaan jenuh, menyerah,
merasa tidak efektif, merasa putus asa, dan pada akhirnya memilih
meninggalkan pekerjaan atau tetap bertahan dengan posisi yang tidak efektif.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gang (2006) menunjukkan hasil
bahwa tingkat stres kerja perawat ICU relatif tinggi, dan mereka menerima
stres paling berat dari situasi kerja. Diperlukan usaha untuk pencegahan stres
kerja dan diperlukan analisis tentang penyebab stres untuk menemukan solusi
yang tepat. Menurut penelitian yang dilakukan Mims dan Stanford (2003) di
Georgia, bahwa perawat yang bertugas di ruang ICU mengalami stres yang
tinggi akibat merawat pasien yang tidak stabil dan jumlah staf yang tidak
memadai, sehingga sering mengalami kelelahan emosional. J ika perubahan
fisiologis dan psikologis menekan pekerjaan, maka stres terhadap pekerjaan
dapat disebabkan oleh : beban kerja, kondisi kerja, peran, pengembangan
karir, hubungan interpersonal, struktur organisasi serta pendidikan/pelatihan.

Hasil dari penelitian mengenai faktor yang menyebabkan stres pada perawat
ICU juga disampaikan oleh Agung (2009), dimana ditemukan tiga faktor
yang menyebabkan stres pada perawat ICU di Rumah Sakit Tipe C di Kota
Semarang. Pertama faktor sikap kerja yaitu interaksi dengan rekan kerja dan
kesempatan beraspirasi, kedua yaitu faktor dukungan sosial yaitu faktor risiko
atau bahaya dan interaksi dengan keluarga, ketiga faktor karakteristik
pengalaman yaitu peristiwa khusus dalam kehidupan. Keadaan-keadaan
tersebut dapat menimbulkan kejenuhan dengan respon menyerah, tidak efektif
dan putus asa pada perawat di ruangan ICU sehingga mereka akan
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
5

Universitas Indonesia

meninggalkan pekerjaan atau tetap pada posisi fungsi yang tidak efektif.
Selanjutnya akan menurunkan kualitas asuhan keperawatan yang seharusnya
sangat dibutuhkan pasien yang berada di ruang perawatan kritis.

Peneliti telah melakukan wawancara dengan 20 perawat ICU di rumah Sakit
yang menjadi tempat penelitian untuk mengidentifikasi faktor yang
melatarbelakangi timbulnya stres pada perawat ICU. Didapatkan bahwa 10
dari 20 perawat ICU (50%) mengalami sering pusing, 12 (60%) orang
mengatakan beban kerja terlalu banyak, 18 (80%) mengatakan mudah lelah
ketika bekerja karena kurangnya dukungan dari rekan kerja. Dampak dari
adanya stres perawat yang tidak teratasi maka perawat ICU tidak lagi bisa
bersikap profesional karena tidak mampu memberikan pelayanan
keperawatan yang maksimal. Upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh pihak
manajemen dalam mengurangi stres perawat diantaranya adalah dengan
pemberian pelatihan terkait dengan keterampilan yang harus dikuasai,
pengaturan jam dinas, program outbond untuk perawat. Beberapa cara yang
bisa dilakukan untuk mengurangi stres adalah dengan mengurangi situasi
yang menegangkan dan mengurangi respon terhadap stres (Perri dan Potter,
2005).

Berdasarkan hal yang dijelaskan di atas bahwa perawat sering mengalami
stres yang berhubungan dengan pekerjaannya, maka peneliti ingin
menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat
ICU Rumah Sakit Umum di Jawa Tengah.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena di atas yaitu mengenai adanya stres kerja yang dialami
perawat ICU dimana akan menimbulkan dampak pada kinerja perawat, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisa faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU. Berdasarkan masalah
penelitian diatas maka peneliti membuat rumusan masalah Apakah faktor-
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
6

Universitas Indonesia

faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa
Tengah?

1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor meliputi jenis kelamin, usia, lama kerja,
tingkat pendidikan, beban kerja, tuntutan kerja, dukungan sosial yang
berhubungan dengan tingkat stres perawat Intensif Care Unit Rumah
Sakit Umum di J awa Tengah

1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Diketahuinya karakteristik perawat ICU (jenis kelamin, usia,
lama kerja, tingkat pendidikan)
1.2.2.2 Diketahuinya beban kerja perawat ICU di RSU di Jawa
Tengah
1.2.2.3 Diketahuinya tuntutan kerja perawat ICU di RSU di Jawa
Tengah
1.2.2.4 Diketahuinya dukungan sosial perawat ICU di RSU di Jawa
Tengah
1.2.2.5 Diketahuinya tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa
Tengah
1.2.2.6 Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat
stres perawat ICU di RSU di J awa Tengah
1.2.2.7 Diketahuinya hubungan antara usia dengan tingkat stres
perawat ICU di RSU di Jawa Tengah
1.2.2.8 Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan dengan
tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah
1.2.2.9 Diketahuinya hubungan antara lama kerja dengan tingkat
stres perawat ICU di RSU di J awa Tengah
1.2.2.10 Diketahuinya hubungan antara beban kerja dengan tingkat
stres perawat ICU di Rumah Sakit Umum di Jawa Tengah
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
7

Universitas Indonesia

1.2.2.11 Diketahuinya hubungan tuntutan kerja dengan tingkat stres
ICU di RSU di Jawa Tengah
1.2.2.12 Diketahuinya hubungan dukungan sosial dengan tingkat stres
perawat ICU di RSU di Jawa Tengah

1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak yang terlibat dalam
pengembangan pelayanan keperawatan khususnya keperawatan jiwa di
Rumah Sakit Umum.
1.3.1 Manfaat keilmuan
1.3.1.1 Sebagai masukan bagi perawat dan manajemen Rumah Sakit
tentang faktor yang berhubungan dengan tingkat stres di Ruang
ICU.
1.3.1.2 Sebagai masukan bagi perawat untuk menambah kemampuan
mekanisme koping dalam menghadapi stres kerja.
1.3.1.3 Sebagai informasi dan pengetahuan bagi pihak manajemen
Rumah Sakit tentang pentingnya evaluasi secara rutin
terhadap stres kerja perawat, pentingnya antisipasi penanganan
stres kerja terhadap peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan.

1.3.2 Manfaat aplikatif
1.3.2.1 Sebagai salah satu informasi antisipatif bagi perawat yang
bekerja di ruang intensif untuk mengatasi atau beradaptasi
dengan stres.
1.3.2.2 Sebagai persiapan tenaga perawat yang profesional agar
dapat beradaptasi dengan stres di semua unit keperawatan
dan dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
1.3.2.3 Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan jiwa, khususnya
kesehatan jiwa di Rumah Sakit Umum
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
8

Universitas Indonesia

1.3.2.4 Meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan peneliti
dalam mengenali faktor-faktor penyebab stres bagi perawat di
ruang ICU sehingga dapat disusun program antisipasi .

1.3.3 Manfaat metodologi
1.3.3.1 Hasil penelitian berguna sebagai pengembangan riset
keperawatan jiwa khususnya pengembangan keperawatan
pada masalah psikososial untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab stres kerja perawat
1.3.3.2 Sebagai bahan rujukan peneliti selanjutnya untuk melakukan
penelitian lanjutan tentang stres perawatan.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
9 Universitas Indonesia

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab dua ini dibahas mengenai teori dan konsep yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian sebagai landasan dan rujukan. Adapun konsepnya
meliputi konsep stres, stres dan adaptasi, stres ditempat kerja, karakteristik ruang
ICU, karakteristik perawat ICU, karakteristik pasien yang dirawat di ICU, sumber
stres perawat ICU dan strategi perawat ICU untuk meminimalisir stres.

2.1 Konsep Stres
2.1.1 Definisi Stres
Stres adalah segala sesuatu dimana tuntutan non spesifik
mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan
tindakan, dalam hal ini termasuk repon fisiologis dan respon psikologis
(Selye,1976 dalam Potter,2005). Menurut Lazarus dan Folkman (1984)
dalam Suliswati (2005) bahwa stres adalah sebagai hubungan anatara
individu dan lingkungan yang dinilai oleh individu sebagai hal yang
melebihi kemampuannya. Widyastuti (2004) mengatakan bahwa stres
adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental,
fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat
mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut.

Rosenmen & Chesney seperti dikutip Hawari (2001) menyebutkan
bahwa seseorang yang rentan terkena stres adalah yang mempunyai
kepribadian tipe A, yaitu orang dengan ciri-ciri: ambisius, agresif dan
kompetitif (suka akan persaingan), kurang sabar, mudah tegang, mudah
tersinggung dan marah (emosional), kewaspadaan berlebihan, kontrol
diri kuat, percaya diri berlebihan (over confidence), cara bicara cepat,
bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam, bekerja tidak
mengenal waktu (workaholic), pandai berorganisasi, memimpin dan
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
10

Universitas Indonesia

memerintah (otoriter), lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan,
kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak rileks), serba tergesa-
gesa, mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati
dan bila tidak tercapai maksudnya mudah bersikap bermusuhan, tidak
mudah dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel), bila berlibur pikirannya ke
pekerjaannya, tidak dapat santai, berusaha keras untuk dapat segala
sesuatunya terkendali.

2.1.2 Stres dan Adaptasi
Stres merupakan akibat dari adanya perubahan-perubahan, di antaranya
perubahan nilai budaya, sistem kemasyarakatan, akibat ketegangan
idealisme dan realita serta pekerjaan, tetapi tidak semua orang mampu
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Adaptasi
merupakan suatu bentuk dari respon yang sehat terhadap stres di mana
ditunjukkan sebagai suatu perbaikan homeostatis pada sistem
lingkungan internal (Suliswati, 2005).

Roy (1991) menjelaskan bahwa manusia merupakan sebuah sistem
yang adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara
holistik sebagai mahluk bio-psiko-sosial-spiritual di dalam segenap
aspek individu dengan bagian-bagiannya untuk berperan bersama
membentuk kesatuan, ditambah manusia sebagai sistem yang hidup
berada dalam interaksi yang konstan dengan lingkungannya yang terdiri
dari input, proses, output dan umpan balik.
2.1.2.1 Input
Input adalah stimulus yang merupakan kesatuan informasi,
bahan-bahan atau energi dari lingkungan baik internal maupun
eksternal yang dapat menimbulkan respon 3 (tiga) tingkatan
yaitu stimulus fokal, kontekstual dan residual.


Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
11

Universitas Indonesia

1. Stimulus Fokal
Stimulus yang secara langsung berhadapan dengan seseorang
dan responnya segera, misalnya: Beban kerja, tuntutan kerja,
hubungan yang kurang baik antara penyelia, dokter, rekan
perawat, pasien dan keluarga pasien. Badger (2005) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa perawat ICU merasa stres
dan frustasi ketika mereka tidak mampu membina hubungan
yang baik dengan pasien dan keluarganya.

2. Stimulus Kontekstual
Stimulus lain yang dialami seseorang baik eksternal maupun
internal yang dapat mempengaruhi situasi, dapat diamati,
diukur, serta dapat dilaporkan secara subjektif. Rangsangan
ini muncul secara bersamaan di mana dapat menimbulkan
respon negatif pada stimulus fokal seperti isolasi sosial.
Menurut Billig (1981) dalam Lloyd (2007) bahwa tidak
semua orang bisa bekerja dalam kelompok termasuk dokter
yang cenderung bekerja sendiri. Situasi sulit bisa
menggunakan koping meninggalkan ruangan dengan alasan
tugas yang lain. Hal ini bisa menyebabkan ketegangan
dengan perawat karena merasa ditinggalkan, dan akhirnya
berdampak pada pasien dan keluarganya.

3. Stimulus Residual
Faktor internal yang dimiliki individu yang dapat
mempengaruhi perilaku, misalnya: keyakinan, sikap dan
pengalaman masa lalu. Mealer dkk (2011) dalam
penelitiannya di Amerika Serikat menyampaikan bahwa
ketahanan psikologis secara independen berhubungan
dengan rendahnya tingkat stres dan sindrom kelelahan pada
perawat ICU (p<0,001). Ketahanan merupakan karakteristik
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
12

Universitas Indonesia

yang dipelajari dan memungkinkan seseorang untuk
berkembang dalam menghadapi kesulitan.

2.1.2.2 Kontrol (Proses)
Menurut Roy (1991) proses kontrol seseorang adalah bentuk
dari mekanisme regulator dan kognator yang merupakan
bagian dari sub sistem.
1. Sub sistemRegulator
Sub sitem regulator adalah suatu mekanisme untuk
mengatasi sub sistem yang berespon secara otomatis
terhadap perubahan lingkungan. Pada sub sistem regulator
terjadi sistem kontrol yang berupa mekanisme koping
(sistem biokimia, neuron dan endokrin). Berdasarkan
penelitian Agustina (2006) tentang dinamika interaksi
antara stres kerja dan penyakit karyawan didapatkan hasil
bahwa dengan adanya stres dari faktor pekerjaan
mengakibatkan respon sakit yang ditandai dengan
banyaknya keluhan fisik termasuk peningkatan asam
lambung.

2. Sub sistemKognator
Stimulus untuk sub sistem kognator dapat eksternal maupun
internal. Perilaku output dari regulator ini dapat menjadi
stimulus umpan balik untuk kognator. Proses kontrol
kognator berhubungan dengan fungsi otak dalam
memproses sistem informasi, penilaian dan emosi. Persepsi
atau proses informasi ini berhubungan dengan proses
internal dalam atensi, mencatat dan mengingat serta
menyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Hall
(2001) dalam penelitiannya menyampaikan bahwa
pemberdayaan perawat secara positif di tempat kerja
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
13

Universitas Indonesia

cenderung meningkatkan otonomi, penurunan stres,
peningkatan komitmen dan menurunkan tingkat kelelahan.

2.1.2.3 Output
Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy
membagi output sebagai respon yang adaptif atau respon
tidak efektif. Respon yang adaptif bisa meningkatkan
integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat
bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang
berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan,
reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang tidak
efektif adalah perilaku yang tidak mendukung dalam tujuan
ini. Dalam rangka memelihara integritas seseorang,
regulator dan kognator diperkirakan sering bekerja sama.
Tingkat adaptasi seseorang dipengaruhi oleh individu itu
sendiri dan mekanisme koping yang digunakan.
Penggunaan mekanisme koping yang maksimal dapat
mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan
meningkatkan rentang stimulus agar dapat berespon secara
efektif.

2.1.2.4 Efektor
Roy (1991) mengembangkan proses internal seseorang
sebagai sistem adaptasi dengan menetapkan sistem efektor,
yaitu empat model adaptasi yang meliputi fungsi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
1. Fungsi fisiologis, berhubungan dengan struktur tubuh
dan fungsinya.
2. Fungsi konsep diri, penekanan pada aspek psikososial
dan spiritual manusia, yaitu: the physical self (cara
seseorang memandang dirinya dalam berhubungan
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
14

Universitas Indonesia

dengan sensasi tubuhnya dan gambaran dirinya); the
personal self (berhubungan dengan konsistensi diri,
ideal diri, moral, etik, dan spiritual seseorang).
3. Fungsi peran, berkaitan dengan pengenalan pola-pola
interaksi sosial seseorang dengan orang lain, yang
diwujudkan melalui peran primer, sekunder, dan tersier.
Hal ini difokuskan pada peran seseorang sesuai dengan
kedudukannya di masyarakat.

4. Interdependensi, ini merupakan bagian akhir di mana
berfokus pada interaksi untuk saling memberi dan
menerima kasih sayang, perhatian, dan saling
menghargai. Semua ini dapat dilihat dari bagaimana
keseimbangan antara dua nilai yaitu memberi dan
menerima.

2.1.3 Tahap Stres
Menurut Amberg (1979) dalam Hawari (2001) membagi tahapan stres
menjadi enam, yaitu: stres tahap satu, yaitu stres yang paling ringan dan
diperlukan karena sering disertai dengan perasaan seperti: semangat
bekerja yang besar, berlebihan (over acting), penglihatan tajam,
merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang lebih dari biasanya tetapi
tanpa disadari cadangan energi semakin menipis; stres tahap dua, yaitu
mulai timbul keluhan-keluhan seperti letih sewaktu bangun pagi, mudah
lelah, lambung/perut sering terasa tidak nyaman (bowel discomfort),
sering berdebar-debar, Otot punggung dan tengkuk terasa tegang, serta
perasaan tidak bisa santai karena kurang beristirahat; stres tahap tiga,
yaitu jika sudah muncul gejala tambahan seperti gastritis, diare,
perasaan tidak tenang, meningkatnya ketegangan emosi, gangguan tidur
(insomnia, early insomnia, middle insomnia, late insomnia) serta
terganggunya koordinasi tubuh sehingga disarankan berkonsultasi pada
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
15

Universitas Indonesia

dokter untuk mengurangi stres; stres tahap empat, yaitu jika seseorang
sudah mulai mengeluh bosan, sesuatu terasa lebih sulit, kemampuan
merespons secara tidak adequate, tidak mampu melaksanakan kegiatan
rutin sehari-hari, sering bermimpi yang menegangkan, tidak ada
semangat dan gairah, menurunnya konsentrasi, muncul perasaan
ketakutan dan kecemasan yang penyebabnya tidak diketahui secara
jelas; stres tahap lima, yaitu jika seseorang sudah mengalami kelelahan
fisik dan mental, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan
atau sederhana, gangguan sistem pencernaan yang semakin berat
(gastrointestinal disorder), meningkatnya perasaan ketakutan dan
kecemasan serta mudah bingung dan panik; stres tahap enam, yaitu
tahap klimaks di mana seseorang mengalami serangan panik (panic
attack) dan perasaan takut mati, ditandai juga dengan seringnya
seseorang dibawa ke Unit Gawat Darurat tetapi tidak diketemukan
kelainan fisik, meningkatnya debaran jantung, sesak nafas, terasa
gemetar seluruh badan, keringat dingin, tidak ada tenaga untuk hal yang
ringan, pingsan atau kolaps (collapse).

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya stres kerja
2.1.4.1 Faktor Predisposisi
Menurut Townsend (2009) bahwa faktor predisposisi terjadinya
stres yaitu: pengaruh genetik adalah keadaan kehidupan
seseorang yang diperoleh dari keturunan (misalnya: kondisi fisik
dan psikologis anggota keluarga); pengalaman masa lalu adalah
kejadian-kejadian yang menghasilkan suatu pola pembelajaran
yang dapat mempengaruhi respon penyesuaian individu dan
termasuk pengalaman sebelumnya terhadap tekanan stres;
kondisi saat ini adalah kondisi yang dapat mempengaruhi
kesiapan fisik, psikologis dan sumber-sumber sosial individu
untuk menghadapi tuntutan penyesuaian diri (misalnya: status
kondisi kesehatan saat ini, motivasi, perkembangan kedewasaan,
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
16

Universitas Indonesia

berat dan lamanya stres, sumber keuangan serta pendidikan,
umur, tersedianya strategi penanggulangan saat ini.

Menurut Muchlas (2005) bahwa faktor-faktor di atas dikatakan
sebagai tekanan ekstra organisasi didalam pekerjaan yang dapat
menyebabkan stres kerja. Stres kerja tidak hanya terbatas pada
hal-hal yang terjadi di dalam organisasi selama masa jam kerja
saja. Tekanan ekstra organisasi merupakan faktor predisposisi
yang sangat berperan dalam menentukan apakah suatu respon
adaptif atau maladaptif (Widyastuti, 2004; Suliswati, 2005;
Muchlas, 2005). Tekanan-tekanan yang dapat menyebabkan
stres dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Bagan 2.1 Stres Kerja
Tekanan Ekstra Organisasi















Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa:
Tekanan Organisasi
Tekanan kelompok
Tekanan Individu
Stres kerja
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
17

Universitas Indonesia

1. Tekanan ekstra organisasi
Variabel-variabel sosial yang dapat menyebabkan tekanan
memicu terjadinya stres. Penelitian yang dilakukan J ick &
Mitz seperti dikutip Muchlas (2005) menyebutkan bahwa
para wanita lebih banyak mengalami distress psikologis
daripada laki-laki, tetapi para laki-laki lebih berisiko untuk
menderita penyakit berat.

2. Tekanan organisasional
Menurut Muchlas (2005) secara makro bahwa tekanan
organisasi meliputi empat hal, yaitu: kebijakan, struktur,
kondisi fisik dan proses. Kategori yang termasuk dalam
kebijakan adalah: ketidakadilan, aturan yang infleksibel,
pergantian atau rotasi kerja, prosedur yang meragukan,
relokasi yang terlalu sering, deskripsi kerja yang tidak
realistik. Beberapa hal yang termasuk kategori struktur
adalah: kurang partisipasi dalam pengambilan keputusan,
sedikitnya kesempatan untuk maju, terlalu banyak
formalisasi, derajat spesialisasi yang tinggi, konflik antar staf
dan bawahan. Beberapa hal yang termasuk kondisi fisik
adalah: kurang privatisasi, suara bising, panas, polusi udara,
kurangnya pengamanan bahaya, kurangnya penerangan.
Kategori proses yang termasuk di dalamnya adalah: kurang
komunikasi, sedikitnya umpan balik tentang kinerja, tujuan
yang meragukan atau bertentangan, pengukuran kinerja yang
tidak akurat, sistem kontrol yang tidak adil dan informasi
yang tidak adekuat.

Secara lebih spesifik tekanan organisasi dikelompokkan
menjadi dua kategori, yaitu: tekanan kelompok dan tekanan
individu. Tekanan kelompok menurut Muchlas (2005) bahwa
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
18

Universitas Indonesia

suatu kelompok bisa menjadi sumber stres yang potensial.
Tekanan pada kelompok meliputi: kurangnya kekompakan
dalam kelompok, kurangnya dukungan anggota kelompok
dan adanya konflik dalam kelompok tersebut. Tekanan
Individu menurut Muchlas (2005) adalah konflik peran dan
keragu-raguan, krakteristik tipe A, kontrol pribadi dan
pengalaman tanpa ada dukungan, kecakapan pribadi dan
kekuatan psikologis. Keragu-raguan dan konflik peran bisa
terjadi karena adanya tuntutan untuk mengerjakan sesuatu
yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.

2.1.4.2 Faktor Presipitasi
Menurut Lazarus dan Folkman (1984) dalam Townsend (2009)
bahwa faktor presipitasi terjadinya stres dikarenakan adanya
suatu rangsangan yang berasal dari lingkungan eksternal dan
internal yang dirasakan oleh individu melalui sikap tertentu. Hal
ini dikarenakan hubungan antara seseorang dan lingkungannya
dianggap melampaui kemampuan dirinya dan mengancam
kesejahteraan hidupnya. Penilaian kognitif individu yang
menentukan timbulnya stres atau tidak. Suatu kejadian yang
tidak memberikan arti bagi individu dikatakan tidak relevan.
Dikatakan penilaian primer apabila suatu peristiwa dinilai
sebagai suatu tantangan, berfokus kepada keuntungan atau
perkembangannya, serta menghasilkan stres kemudian muncul
mekanisme koping yang positif dikatakan penilaian primer.
Dikatakan penilaian sekunder apabila berfokus pada keahlian,
sumber penghasilan, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk
sebagai alat untuk menghadapai situasi tertentu.



Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
19

Universitas Indonesia

2.1.5 Stres di Tempat Kerja Versus Lingkungan Kerja Positif
Stres di tempat kerja dapat menyebabkan hambatan dalam proses
berpikir, lebih emosional dan tidak jarang yang mengalami
gangguan fisik. Hal ini harus segera diatasi karena stres dapat
mempengaruhi kesehatan bahkan dapat mengancam kemampuan
untuk mangatasi lingkungan. Penyediaan layanan kesehatan yang
berkualitas tinggi tergantung pada kompetensi petugas kesehatan
dan lingkungan kerja yang mendukung keunggulan kerja (ICN,
2010). Berdasarkan hal itulah maka WHO melalui ICN dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan telah
mengkampanyekan programnya yaitu PPE (The positive Practice
Environtments), yaitu melalui cara meningkatkan kesadaran,
mengidentifikasi praktek yang baik, mengembangkan alat untuk
manajer dan tenaga profesional di lapangan dan demonstrasi
tentang pembuatan bangunan secara nasional dan lokal untuk
meningkatkan lingkungan paraktek. Lingkungan kerja yang positif
menurut WHO (2010) adalah lingkungan kerja yang menjamin
kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan staf, mendukung kualitas
perawatan pasien serta meningkatkan motivasi, produktivitas dan
kinerja individu dan organisasi.

Sebagai seorang perawat yang bertugas di ruang ICU haruslah
bersikap profesional dan bekerja di lingkungan yang berkualitas
agar mampu memberikan pelayanan keperawatan yang maksimal.
Menurut WHO (2010), bahwa sebagai tenaga profesional
membutuhkan pengakuan secara profesi, melalui manajemen yang
efektif, dukungan struktur, peluang pendidikan serta jaminan
keamanan dan keselamatan. Bentuk pengakuan profesional
keperawatan berupa pemberian otonomi bagi kompetensi perawat
dan promosi atas kecepatan kerja sebagai penghargaan terhadap
kinerja.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
20

Universitas Indonesia

Manajemen yang efektif dapat berupa pemberian kesempatan yang
sama pada karyawan dengan menggunakan prinsip keadilan,
pemberian kompensasi yang memadai dan tepat waktu sesuai
dengan tanggung jawab, melibatkan karyawan dalam perencanaan
dan pengambilan keputusan, mendorong komunikasi dan hubungan
yang saling mendukung, mendorong budaya kebersamaan dan rasa
hormat, memberikan uraian tugas yang jelas dan komprehensif atau
spesifikasi, mengutamakan transparansi dalam proses pengambilan
keputusan, mengefektifkan tentang efektifitas penangan tentang
keluhan dan mendemonstrasikan manajemen yang efektif dalam
praktek kepemimpinan (Frelita, 2011).

ICN (2010) menyebutkan bahwa dukungan struktur terhadap
perawat sangat dibutuhkan. Penyediaan lingkungan kerja yang
sehat, adanya ikatan yang kuat dalam hubungan kerja antara rekan
kerja, adanya jaminan kondisi kerja yang aman, penyediaan akses
dan peralatan yang memadai, berupa perlengkapan pendukung,
melibatkan karyawan dalam penilaian berkelanjutan, menciptakan
keseimbangan dalam kehidupan kerja melalui kebijakan serta
program yang mendukung dalam pengelolaan beban kerja, adanya
kode etik praktek dan adanya komunikasi dan menegakkan standar
praktek. Poncet (2006) menyampaikan bahwa komunikasi yang
baik antar staf di ruang ICU dan iklim kerja yang sehat dapat
mengurangi stres dan burn out syndrome.

Lingkungan kerja yang negatif hanya akan berdampak pada
perekrutan dan retensi tenaga kesehatan, kinerja, tidak efektifnya
biaya fasilitas kesehatan, dan pada akhirnya berdampak pada
kualitas pelayanan terhadap pasien (ICN, 2010). Sudah seharusnya
semua jajaran yang bekerja di lingkungan kesehatan menerapkan
dan mewujudkan program lingkungan kerja yang positif demi
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
21

Universitas Indonesia

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Lingkungan kerja
yang positif tepat diterapkan pada perawatan di ruang intensif yang
syarat dengan stres. Pengaturan tentang pengetahuan dan
keterampilan perawat dalam penggunaan teknik komunikasi dan
penggunaan peralatan di ruang ICU untuk perawatan pasien kritis
di ruang kritis sangat diperlukan.

2.2 Ruang ICU
2.2.1 Definisi
ICU adalah suatu bagian dari Rumah Sakit yang mandiri (instalasi
dibawah direktur pelayanan) dengan staf yang khusus dan perlengkapan
yang khusus ditujukan untuk observasi perawatan dan terapi pasien-
pasien penderita penyakit, cedera atau penyakit yang mengancam
nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis yang dubia
(Kemenkes,2010). Menurut Hawker (2009) bahwa ruang ICU
seharusnya terletak berdekatan dengan area yang berhubungan dengan
kondisi akut, yaitu: ruang operasi, unit gawat darurat, tenaga untuk
penanganan kondisi akut (radiolog, jantung, laboratorium), tersedia
sarana transportasi yang aman untuk pasien kritis, tersedia lift atau
pintu yang cukup lebar untuk memudahkan mobilisasi peralatan yang
diperlukan untuk pengobatan dan perawatan pasien, serta ada ruang
untuk penunggu pasien. Jumlah tempat tidur di ruang ICU minimal 1
sampai 4 per 100 tempat tidur di rumah sakit, tetapi juga tergantung
dari pada peran dan jenis ICU.

2.2.2 Klasifikasi Pelayanan ICU Di Rumah Sakit
Klasifikasi ruang ICU menurut Persatuan Fakultas Pengobatan dan
Perawatan Intensif di Australia dan Selandia Baru, Kedokteran
Perawatan Intensif di Eropa, dan American College of Critical Care
dalam Hawker (2009) ada tiga tingkatan, yaitu:
2.2.2.1 Klasifikasi tingkat I
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
22

Universitas Indonesia

Peran dari ICU yang terletak pada Rumah Sakit Kabupaten ini
adalah memberikan bantuan ventilasi mekanik dan pemantauan
kardiovaskular sederhana, memberikan resusitasi jangka pendek
untuk mendukung kardiorespirasi pada penyakit kritis, monitor
dan mencegah komplikasi pada pasien yang mengalami
pembedahan. Hal ini sesuai dengan klasifikasi pelayanan ICU di
RSU tipe C menurut Kemenkes (2011).

2.2.2.2 Tingkat II
Fasilitas ICU pada klasifikasi tingkat II yaitu:
perawatan intensif umum, termasuk dukungan kehidupan
multisistem, tersedianya obat untuk kondisi pasien akut serta
untuk kepentingan operasi atau trauma, memiliki petugas yang
langsung bisa akses ke farmasi dan fasilitas radiologi setiap
saat, tersedianya layanan untuk bedah jantung,tersedianya
fasilitas rujukan untuk dokter spesialis intensif. Menurut
kemenkes (2011) fasilitas ini terdapat pada RSU tipe B.

2.2.2.3 Tingkat III
Fasilitas ICU tingkat III harus menyediakan semua aspek
perawatan intensif yang diperlukan untuk jangka waktu tidak
terbatas. Unit ini dipimpin oleh seorang spesialis intensif
terlatih, tenaga perawatan kritis, tim kesehatan profesional dan
staf administrasi, tersedianya fasilitas spesialis dari semua
disiplin ilmu, dan tersedia setiap saat. Menurut kemenkes (2011
) fasilitas ini harus tersedia di RSU tipe A.





Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
23

Universitas Indonesia

Klasifikasi ICU menurut Kemenkes RI (2010):
Tabel 2.1 Ketenagaan Di ICU
No Jenis tenaga Strata/ Klasifikasi Pelayanan
Primer Sekunder Tersier
1. Kepala ICU Dokter Spesialis
anestesiologi
Dokter spesialis lain
yang terlatih ICU
(jika belum ada
dokter spesialis lain
yang terlatih
anestesiologi)
Dokter intensif

Dokter spesialis
anestesiologi (jika
belum ada dokter
intensives)
Dokter intensif
2. Tim Medis Dokter spesialis
sebagai konsultan
(yang dapat
dihubungi setiap
diperlukan)

Dokter jaga 24 jam
dengan kemampuan
resusitasi jantung
paru yang
bersertifikat bantuan
hidup dasar dan
bantuan hidup lanjut.
Dokter spesialis
(yang dapat
memberikan
pelayanan setiap
diperlukan)
Dokter jaga 24
jam dengan
kemampuan ALS,
ACLS, dan FCCS.
Dokter spesialis (yang
dapat memberikan
pelayanan setiap
diperlukan)
Dokter jaga 24 jam dengan
kemampuan ALS/ACLS,
dan FCCS.

3. Perawat Perawat terlatih
yang bersertifikat
bantuan hidup dasar
dan bantuan hidup
lanjut.

Minimal 50% dari
jumlah seluruh
perawat ICU
merupakan
perawat terlatih
dan bersertifikat
ICU.
Minimal 75% dari jumlah
seluruh perawat ICU
merupakan perawat
terlatih dan bersertifikat
ICU
4. Tenaga Non
kesehatan
Tenaga administrasi
di ICU harus
mempunyai
kemampuan
mengoperasikan
komputer yang
berhubungan dengan
masalah administrasi

Tenaga pekarya
Tenaga Kebersihan
Tenaga
administrasi di
ICU harus
mempunyai
kemampuan
mengoperasikan
komputer yang
berhubungan
dengan
administrasi.
Tenaga pekarya
Tenaga kebersihan
Tenaga administrasi di
ICU harus mempunyai
kemampuan
mengoperasikan komputer
yang berhubungan dengan
administrasi.
Tenaga laboratorium
Tenaga kefarmasian
Tenaga pekarya
Tenaga kebersihan
Tenaga rekam medic
Tenaga untuk kepentingan
ilmiah dan penelitian
Sumber: Kemenkes (2011)




Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
24

Universitas Indonesia

Tabel 2.2 ICU Berdasarkan Sarana Prasarana
Desain ICU Primer ICU Sekunder ICU Tersier
Area Pasien:
Unit terbuka 12-16 m2
1 tempat cuci tangan
tiap 2 tempat tidur

1 tempat cuci tangan
tiap 2 tempat tidur

1 tempat cuci
tangan tiap 2 tempat
tidur
Unit tertutup 16-20 m2 1 tempat cuci tangan
tiap 1 tempat tidur
1 tempat cuci tangan
tiap 1 tempat tidur
1 tempat cuci
tangan tiap 1 tempat
tidur
Outlet oksigen
Vakum
Stop kontak
1
-
2/ tempat tidur
2
1
2/ tempat tidur
3/ tempat tidur
3/ tempat tidur
16/ tempat tidur
Area kerja:
Lingkungan Air Conditioned Air Conditioned Air Conditioned
Suhu 23-25 derajat C 23-25 derajat C 23-25 derajat C
Humiditas 50-70 % 50-70 % 50-70 %
Ruang isolasi - + +
Ruang penyimpanan
peralatan dan barang
bersih
- + +
Ruang tempat buang
kotoran
- + +
Ruang perawat + + +
Ruang staf dokter - + +
Ruang tunggu keluarga
pasien
- + +
Laboratorium Terpusat 24 jam 24 jam
Sumber: Kemenkes (2011)

Tabel 2.3 Peralatan Berdasarkan Klasifikasi Pelayanan ICU
Peralatan ICU Primer ICU Sekunder ICU Tersier
Ventilasi Sederhana Canggih Canggih
Alat hisap + + +
Alat ventilasi manual dan alat
penunjang jalan nafas
+ + +
Peralatan Monitor:
Invasif:
-Monitor tekanan darah invasif
-Tekanan vena sentral
-Tekanan baji (pulmonalis)

-

+
-


+

+
-

+

+
+
Non Invasif:
-Tekanan darah
-EKG dan Laju jantung
-Saturasi oksigen (pulse
oxymeter)
-Kapnograf

+
+
+

-

+
+
+

+

+
+
+

+
Suhu + + +
EEG - + +
Defibrilator dan alat pacu jantung + + +
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
25

Universitas Indonesia

Alat pengatur suhu pasien + + +
Peralatan drain toraks + + +
Pompa infuse dan pompa syringe - + +
Bronchoscopy - + +
Echocardiografi - + +
Peralatan portable untuk
transportasi
+ + +
Tempat tidur khusus + + +
Lampu untuk tindakan + + +
Hemodialisis - + +
CRRT - + +
Sumber: Kemenkes (2011)

Tabel 2.4 Kemampuan Pelayanan ICU
No Kemampuan Pelayanan
Primer Sekunder Tersier
1. Resusisatasi jantung paru Resusisatasi jantung paru Resusisatasi jantung paru
2. Pengelolaan jalan nafas,
termasuk intubasi trakeal
dan ventilasi mekanik.
Pengelolaan jalan nafas,
termasuk intubasi trakeal
dan ventilasi mekanik
Pengelolaan jalan nafas, termasuk
intubasi trakeal dan ventilasi mekanik
3. Terapi Oksigen Terapi Oksigen Terapi Oksigen
4. Pemasangan kateter vena
sentral
Pemasangan kateter vena
sentral
Pemasangan kateter vena sentral, arteri,
swan ganz dan ICP monitor
5. Pemantauan EKG,
pulsoksimetri dan tekanan
darah non invasive
Pemantauan EKG,
pulsoksimetri dan tekanan
darah non invasive
Pemantauan EKG, pulsoksimetri dan
tekanan darah non invasif dan invasif,
Swan Ganz dan ICP serta ECHO
monitor.
6. Pelaksanaan terapi secara
titrasi
Pelaksanaan terapi secara
titrasi
Pelaksanaan terapi secara titrasi
7. Pemberian nutrisi enteral
dan parenteral
Pemberian nutrisi enteral
dan parenteral
Pemberian nutrisi enteral dan parenteral
8. Pemeriksaan laboratorium
khusus dengan cepat dan
menyeluruh
Pemeriksaan labaoaratorium
khusus dengan cepat dan
menyeluruh
Pemeriksaan labaoaratorium khusus
dengan cepat dan menyeluruh
9. Memberikan tunjangan
fungsi vital dengan alat-alat
portabel selama transportasi
pasien gawat
Memberikan tunjangan
fungsi vital dengan alat-alat
portabel selama transportasi
pasien gawat
Memberikan tunjangan fungsi vital
dengan alat-alat portabel selama
transportasi pasien gawat
10. Kemampuan melakukan
fisioterapi dada
Kemampuan melakukan
fisioterapi dada
Kemampuan melakukan fisioterapi dada
11. - Melakukan prosedur operasi Melakukan prosedur operasi
12. - Melakukan hemodialisis
intermiten dan kontinyu
Melakukan hemodialisis intermiten dan
kontinyu
Sumber: Kemenkes (2011)







Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
26

Universitas Indonesia

2.2.3 Kriteria Pasien Masuk ICU
Menurut Hawker (2009) bahwa kriteria pasien yang masuk ruang ICU
ada tiga tingkat, yaitu: tingkat I, II dan III. Kemenkes (2011)
menyampaikan bahwa kriteria pasien yang dirawat di ICU
dikategorikan sesuai dengan prioritas, yaitu:

2.2.3.1 Pasien prioritas satu
Kategori pasien yang masuk dalam prioritas satu adalah yang
mengalami penyakit kritis, memerlukan terapi intensif dan
tertitrasi, contoh: pasien paska bedah kardiotorasik, pasien
sepsis berat, pasien dengan gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit yang mengancam nyawa yang mana terapi pada
prioritas satu ini tidak memiliki batasan. Menurut Hawker
(2009) pasien yang bisa dikategorikan dalam prioritas satu
adalah pasien yang berisiko mengalami kondisi yang memburuk
dan pasien yang baru direlokasi dari tingkat perawatan yang
lebih tinggi dimana harus menggunakan sarana yang ada di
ruang akut untuk memenuhi kebutuhannya.

2.2.3.2 Pasien prioritas dua
Kategori pasien yang masuk dalam prioritas dua adalah yang
memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU sebab
sangat beresiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera,
contoh: pasien gagal jantung dan paru, pasien gagal ginjal akut,
pasien paska pembedahan mayor. Hawker (2009)
menyampaikan bahwa pasien dapat dimasukkan dalam prioritas
dua jika memerlukan pengamatan yang lebih rinci,
termasuk dukungan untuk kegagalan satu organ.

2.2.3.3 Pasien Prioritas Tiga
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
27

Universitas Indonesia

Kategori pasien yang dapat masuk dalam kategori tiga adalah
yang sakit kritis, namun kemungkinan sembuh kecil. Hawker
(2009) menyampaikan bahwa pasien yang masuk dalam
prioritas ini adalah yang membutuhkan dukungan pernafasan
atau memerlukan dukungan untuk kegagalan multiorgan.


2.2.4 Karakteristik Perawat ICU
Kriteria perawat yang bertugas di ruang ICU menurut Kemenkes (2010)
adalah minimal perawat terlatih yang bersertifikat bantuan hidup dasar
dan bantuan hidup lanjut untuk yang bertugas di RSU C. Perawat yang
bertugas di RSU B dan A minimal bersertifikat bantuan hidup dasar dan
bantuan hidup lanjut serta bersertifikat ICU. Welch dan Theaker (2009)
mengatakan bahwa perawat yang bertugas di ICU harus mempunyai
keterampilan tentang pelayanan yang harus diberikan untuk
keselamatan pasien dan mampu berkoordinasi serta
mengkomunikasikan semua hal yang berkaitan dengan pengobatan dan
perawatan pasien.

Keterampilan yang harus dimiliki seorang perawat yang bertugas di
ICU meliputi: pemantauan kondisi pasien secara terus menerus, secara
dinamis menganalisa data kompleks tentang pasien, mengantisipasi
timbulnya komplikasi, mengambil keputusan dengan cepat melalui
diskusi dan evaluasi untuk mengurangi dampak dari tindakan yang
dilakukan, meningkatkan kualitas dan mempercepat pemulihan pasien,
melibatkan dukungan emosional pasien dan keluarga, termasuk
mendukung menjelang kematian klien.

Menurut Frelita (2011) dalam Joint Commission International bahwa
pelayanan keperawatan memberikan kontribusi pada pasien secara
keseluruhan. Sesuai standar akreditasi Rumah Sakit bahwa staf
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
28

Universitas Indonesia

keperawatan harus memenuhi syarat dan tepat sesuai dengan misi,
sumber daya, dan kebutuhan pasiennya. Rumah Sakit harus memastikan
bahwa perawatnya mempunyai pendidikan dan pelatihan yang sesuai
dan bukti kompetensi.

2.2.5 Sumber-Sumber Stres Perawat ICU
2.2.5.1 Usia
Wicaksono (1982) dalam Asad (2001) menyatakan ada
hubungan yang negatif antara usia dengan produktifitas kerja.
Tetapi sebaliknya Robbins (2001) mengungkapkan ada
keyakinan yang meluas bahwa kinerja merosot dengan
meningkatnya usia. Usia berkaitan erat dengan tingkat
kedewasaan atau maturitas perawat. Yang dimaksud dengan
tingkat kedewasaan adalah tingkat kematangan teknis yang
dikaitkan dengan kemampuan melaksanakan tugas-tugas
maupun kedewasaan psikologis.

Siagian (2002) mengemukakan, semakin lama seorang bekerja
atau berkarya, kematangan teknisnya semakin meningkat.
Dengan kematangan psikologis, semakin tua perawat yang
bertugas di ICU juga diharapkan semakin mampu menunjukan
kematangan jiwanya. Usia yang semakin tinggi dapat
menimbulkan kemampuan sesorang mengambil keputusan,
semakin bijaksana, semakin mampu berfikir secara rasional,
semakin mampu mengendalikan emosi, dan semakin toleran
terhadap pandangan orang lain.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang disampaikan oleh
Rodrigues (2010) yang menyatakan bahwa usia tidak
mempengaruhi tingkat stres pada perawat ICU di Portugal
(koefisien korelasi Spearman, r =-0,013, p =0,849). Sedangkan
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
29

Universitas Indonesia

menurut Zeitz (1990) dalam Asad (2001) dalam penelitiannya
menyatakan ada hubungan mutu produktifitas kerja dengan
meningkatnya usia. Dalam penelitian Izzati (2011) pada perawat
yang bekerja di Ruang ICU atau ICCU RSI Jemursari Surabaya
didapatkan hasil bahwa perawat yang berusia antara 41-50 tahun
mengalami stres berat. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
tingkatan stres yang berbeda-beda pada masing-masing
kelompok umur atau tahapan perkembangan.

2.2.5.2 Jenis Kelamin
Studi psikologis telah menunjukan bahwa wanita lebih
mematuhi otoritas (Robbins, 2001), banyak faktor yang berperan
dan mempengaruhi terjadinya peningkatan peran wanita seperti
emansipasi dan peningkatan pendidikan wanita. Menurut
Siagian (2002) secara sosial budaya, pegawai wanita yang
bermoral tinggi akan memiliki tugas tambahan. Menurut Giligan
dalam Hudak (1997) bahwa wanita dalam pengambilan
keputusan lebih berorientasi pada hubungan nilai keputusan,
sedangkan laki-laki sangat berorientasi pada pencapaian. Hal ini
akan mempengaruhi stres seseorang karena akan mempengaruhi
respon seseorang pada pekerjaanya. Jenis kelamin tenaga
keperawatan mayoritas adalah wanita, sehingga pada perawat
ditemukan kecenderungan lebih mengalami stres.

Berdasarkan penelitian dari Rodrigues (2010)
bahwa dalam studi tingkat stres perawat ICU di Portugal
menunjukkan bahwa tingkat stres perawat perempuan lebih
tinggi daripada perawat laki-laki dengan nilai signifikansi
(Student t-test, p =0,267). Menurut Izzati (2011) pada pada
penelitian perawat yang bekerja di Ruang ICU atau ICCU RSI
Jemursari Surabaya didapatkan hasil bahwa perawat perempuan
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
30

Universitas Indonesia

dalam kategori stres tingkat berat dan hampir seluruhnya
(80,0%), sedangkan perawat laki-laki dalam kategori stres
tingkat sedang.

2.2.5.3 Tingkat Pendidikan
Menurut Siagian (2002) makin tinggi pendidikan seseorang
makin besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan. Perawat yang memiliki pendidikan lebih tinggi
diharapkan mampu memberi masukan-masukan yang
bermanfaat terhadap pimpinan dalam upaya meningkatkan
kinerja perawat. Selain itu pendidikan perawat yang lebih tinggi
akan lebih mudah dalam memahami tugas. Dinyatakan pula oleh
Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) bahwa faktor
pendidikan dapat mempengaruhi perilaku kerja, makin tinggi
pendidikan akan berhubungan secara positif terhadap perilaku
kerja seseorang.

Latar belakang pendidikan akan mempengaruhi produktifitas
kerja (Siagian, 2002). Menurut Saydam (2000) yang
menyatakan tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi
motivasi kerja. Perawat yang memiliki latar belakang
pendidikan lebih tinggi akan mudah memahami tugas-tugas.
Selain itu, ia akan termotivasi untuk melakukan kegiatan karena
ia telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

Menurut Hawker (2009) perawat ICU juga harus meningkatkan
pendidikan untuk memberikan pelayanan profesional.
Pendidikan bisa didapatkan dari pelatihan, kuliah, tutorial,
pembelajaran di samping tempat tidur, pembahasan jurnal,
berpartisipasi dalam melanjutkan pendidikan kegiatan di luar
rumah sakit (misalnya lokal, nasional atau pertemuan
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
31

Universitas Indonesia

internasional). Menurut Robin (2001) bahwa kemampuan
intelektual memainkan peran yang lebih besar dalam seseorang
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang rumit karena menuntut
pemrosesan informasi.

2.2.5.4 Lama Kerja
Menurut Robins (1998), dalam Siagian (2002) lama kerja dan
kepuasan berhubungan secara positif, makin lama seseorang
bekerja maka makin terampil dan makin berpengalaman pula
dalam melaksanakan pekerjaannya. Secara konsisten ditemukan
bahwa lama kerja berhubungan negatif dengan pergantian
karyawan. Masa kerja yang terlalu lama dapat menimbulkan
kebosanan (As'ad,2000). Mitchel (1982) dan Green (1988),
dalam Arichman (2002) mengemukakan bahwa pergantian kerja
ikut menentukan bagaimana perawat menjalankan fungsinya
sehari-hari. Semakin lama perawat bekerja, semakin terampil
dan semakin berpengalaman dalam menghadapi sesuatu dalam
pekerjaannya.

Secara umum setiap rumah sakit menginginkan para perawatnya
dapat terus bekerja selama masa aktifnya. Tidak ada rumah sakit
yang senang melihat pergantian pegawai yang terlalu sering,
dalam arti banyak perawat yang telah lama bekerja keluar dari
rumah sakit tersebut (turn over). Siagian (2002) mengatakan
semakin banyak tenaga aktif yang meninggalkan organisasi dan
pindah ke organisasi lain mencerminkan adanya sesuatu yang
bermasalah dalam organisasi tersebut. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Lexshimi (2007) pada perawat ICU di Rumah
Sakit Kebangsaan Malaysia didapatkan hasil bahwa perawat
yang memiliki masa kerja kurang dari 2 tahun menunjukkan
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
32

Universitas Indonesia

tingkat stres yang lebih tinggi dibanding dengan masa kerja
perawat yang lebih dari 2 tahun.

2.2.5.5 Beban Kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa beban kerja
adalah kapasitas kemampuan (kesanggupan, kecakapan) yang
dimiliki untuk menyelesaikan masalah, sehingga dengan
kemampuan yang dimiliki akan dapat berfungsi dan berproduksi
secara proporsional sesuai dengan tugas dan fungsi yang
dimiliki. Everly dan Girdano (1980) dalam Munandar (2001),
mengatakan bahwa beban kerja adalah beban kerja berlebih
kuantitatif dan kualitatif. Dikatakan kuantitatif jika banyaknya
pekerjaan yang ditargetkan melebihi kapasitas sehingga
menyebabkan mudah lelah dan berada dalam tegangan tinggi,
sedangkan dikatakan kualitatif jika pekerjaan tersebut sangat
kompleks dan sulit, sehingga menyita kemampuan teknis dan
kognitif.

Beban kerja perawat ICU adalah tugas dan kewajiban perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Banyak
dan kompleksnya pekerjaan perawat di ruang ICU menyebabkan
banyaknya keluhan sebagai akibat kelelahan secara fisik dan
psikologis. Penelitian tentang stres perawat ICU yang dilakukan
di Malaysia oleh Lexshimi (2007), yang hasilnya menunjukkan
bahwa 100% perawat yang menjadi responden mengatakan
pernah mengalami stres selama bertugas di ruang ICU. Mereka
mengalami keluhan sakit kepala, nyeri dada, nyeri perut, bahkan
ada yang menyampaikan kehilangan libido. Dari responden
didapatkan bahwa yang menyebabkan mereka stres diantaranya
adalah: beban bekerja dengan alat canggih yang sangat
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
33

Universitas Indonesia

menegangkan, adanya ketidaknyamanan bekerjasama dengan
staf lain dan kurangnya pengalaman bekerja di ruang ICU.

Menurut Morley (2010) Standar minimum untuk staf ICU harus
dijaga agar perawat tidak merasa kewalahan. Dari penelitian
yang dilakukan oleh Mahwidhi (2010 ) tentang Pengaruh Beban
Kerja terhadap Stres Kerja pada Perawat di RSU Dr. Soeroto
Ngawi didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh beban kerja
fisik (objektif) dan beban kerja mental (subyektif) terhadap stres
kerja dengan nilai probabilitas masing-masing sebesar 0,000 dan
0,043.

Hay dan Oken (1972) dalam Lloyd (2007) menyampaikan
bahwa beban kerja perawat di ruang ICU tergolong berat karena
harus melakukan pemantauan dan pencatatan secara rutin.
Dalam waktu yang bersamaan perawat harus selalu waspada
terhadap kemungkinan perubahan kondisi secara akut, seperti
perumpamaan seorang ibu yang mendengar samar-samar
tangisan bayinya dalam keramaian pesta. Berdasarkan
penelitian dari Rodrigues (2010) tentang tingkat stres perawat
ICU di Portugal menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara
beban kerja dengan tingkat stres perawat (r = -0,905, p =
<0,001).

2.2.5.6 Tuntutan Kerja
Perawat yang bertugas di ruang intensif setiap hari dihadapkan
dengan meningkatnya tuntutan pekerjaan, yang berasal dari
meningkatnya jumlah kondisi kritis pasien, pengenalan
teknologi yang sangat canggih diruang intensif, tuntutan
kepedulian terhadap lingkungan, meningkatnya persaingan
antara institusi perawatan kesehatan, peningkatan beban kerja,
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
34

Universitas Indonesia

dan terbatasnya peluang karir (Jonge dan Bakker, 1999) dalam
Beau (2006). Penelitian yang dilakukan oleh Bakker dan
Schaufeli (2000) dalam Beau (2006) telah menunjukkan hasil
bahwa tuntutan di lingkungan unit perawatan intensif
berhubungan dengan tingkat stres perawat dan mempengaruhi
mental, fisik dan perilaku perawat.

Penelitian yang dilakukan oleh Scott (2010) pada perawat yang
bertugas di ruangan kritis termasuk ICU didapatkan hasil bahwa
dengan tuntutan kerja yang tinggi maka perawat tidak boleh
bekerja lebih dari 12 Jam per hari karena akan menurunkan
tingkat kewaspadaan perawat dan menyebabkan efek cidera bagi
pasien. Menurut Olin (2008) seorang yang bertugas di bagian
gawat darurat, unit perawatan intensif, unit perawatan jantung,
unit telemetri, laboratorium kateter jantung, unit perawatan
progresif, dan ruang pemulihan ruangan, dituntut harus mampu
berpikir dan bertindak cepat dalam situasi stres tinggi. Mereka
harus terus-menerus memperhatikan pasien mereka karena
mereka memerlukan intensitas terapi dan penilaian kompleks.
Perawat juga dituntut untuk bertanggung jawab memastikan
bahwa kedua pasien dan keluarga mereka menerima perawatan
terbaik dengan mengandalkan pengalaman, keterampilan, dan
pengetahuan untuk memberikan perawatan.

Tuntutan kerja bagi perawat di ICU menurut Kemenkes (2010)
adalah perawat harus mempunyai dasar pengetahuan,
keterampilan teknis, komitmen waktu, bersifat proaktif,
menjamin pasien yang dirawat dengan cara aman, manusiawi,
dan efektif dengan menggunakan sumber daya yang ada.
Dengan berbagai tuntutan yang selalu harus siap menerima
kondisi pasien secara tiba-tiba akan menyebabkan perawat pada
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
35

Universitas Indonesia

tahap selalu waspada untuk menjaga keselamatan pasien.

2.2.5.7 Dukungan Sosial
Penelitian yang dilakukan oleh Fogaca (2008), dari hasilnya
menyebutkan bahwa faktor yang menyebabkan stres pada
perawat di ruang PNICU di Brazil adalah kurangnya dukungan
sosial dari rekan kerja, kelebihan beban kerja, kurangnya
kesiapan tenaga, ketidakpuasan, sehingga menunjukkan sindrom
burnout. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Poncet,dkk (2007)
di Perancis tentang burnout pada staf perawat yang bertugas di
ruang perawatan ICU adalah adanya peningkatan kepuasan kerja
ketika perawat mendapat umpan balik positif, pelatihan dan
latihan manajemen stres bisa menurunkan stres, konflik dengan
pasien, keluarga dan staf perawat yang lain bisa meningkatkan
burnout perawat.

Badger (2005) menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang
berkontribusi terhadap stres pada perawat ICU, yaitu: konflik
antar staf, kurangnya pengalaman dari perawat, birokrasi,
pelecehan verbal dari pasien dan keluarga pasien, berurusan
dengan pasien yang menjelang ajal, ketidakberdayaan perawat
ketika melihat pasien yang mengalami kematian mendadak,
kurangnya dukungan emosional, konflik dengan dokter,
pimpinan yang tidak responsif serta kebisingan. Menurut Ling
Shih (2009) dari hasil penelitiannya tentang stres perawat di
beberapa Rumah Sakit di Taiwan didapatkan beberapa temuan,
yaitu: rotasi perawat berpengaruh terhadap kepuasan kerja,
rotasi perawat bisa berpengaruh terhadap komitmen organisasi,
kepuasan kerja bisa membawa efek positif terhadap komitmen
organisasi, stres perawat berdampak negatif terhadap kepuasan
kerjanya dan stres perawat berdampak negatif terhadap
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
36

Universitas Indonesia

komitmen organisasi. Rotasi perawat temasuk yang bertugas di
ruang ICU ketika dilakukan secara berkala akan membantu agar
perawat mencapai kinerja yang lebih tinggi karena ini salah satu
pendekatan untuk mengurangi kelelahan.

Hasil penelitian yang disampaikan dari Rodrigues (2010)
tentang tingkat stres perawat ICU di Portugal menunjukkan hasil
bahwa ada hubungan antara hubungan interpersonal perawat
perawatan intensif dengan tingkat tingkat stres dengan nilai
(koefisien korelasi Spearman, r =-0,331, p<0,001). Semakin
buruk hubungan maka semakin tinggi tingkat stres, dan dari 235
perawat ICU yang menjadi responden terdapat 66 perawat yang
mengatakan bahwa dengan adanya hubungan buruk dengan
kepala ruang maka mereka merasakan tidak ada dukungan sosial
serta hal itu menyebabkan stres (t-test p<0,001).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mrayyan (2009)
menunjukkan hasil bahwa stres kerja perawat ICU di Yordania
dalam kategori tinggi dibandingkan ruang rawat yang lain, dan
ini dikarenakan rendahnya dukungan sosial. Hasil penelitian dari
Fassier (2010) menyebutkan bahwa konflik antar staf di ruang
ICU menyebabkan perasaan kelelahan, sehingga juga
berdampak negatif terhadap keselamatan pasien, keluarga. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Agung tentang faktor yang
menyebabkan stres perawat ICU di RSU kota Semarang adalah:
Faktor sikap kerja (interaksi dengan rekan kerja, kesempatan
beraspirasi, pola perilaku tipe A, interaksi dengan atasan,
interaksi dengan teman di luar tempat kerja, waktu kerja yang
menekan), faktor dukungan sosial (risiko atau bahaya, interaksi
dengan keluarga), faktor karakteristik pengalaman (peristiwa
khusus dalam kehidupan).
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
37

Universitas Indonesia


2.2.7 Strategi Untuk Meminimalisir Stres Perawat ICU
Menurut Townsend (2009) untuk meminimalisir stres adalah dengan
cara penggunaan strategi pertahanan diri yang adaptif. Dalam
menghadapi stres cara ini akan membantu mengembalikan homeostasis
tubuh dan menghambat perkembangan penyakit. Adapun strategi
pertahanan diri yang dimaksud adaptif adalah kesadaran diri tentang
adanya stresor (menghilangkan, menghindari atau menerima), relaksasi
(olah raga , latihan fisik) dan meditasi (mengatur posisi, memejamkan
mata, melepaskan semua beban pikiran, konsentrasi pada satu kaata,
musik atau pernyataan positif tentang diri sendiri).

Sedangkan menurut Perry dan Potter (2005) untuk meminimalisir stres
adalah dengan mengurangi situasi yang menegangkan dan mengurangi
respon fisiologis terhadap stres. Cara mengurangi situasi yang
menegangkan yaitu: Struktur (perencanaan yang membantu
memperbarui struktur kehidupan yang sudah lazim atau
mengembangkan rutinitas baru yang sesuai dengan situasi kehidupan)
dan penatalaksanaan waktu (menggunakan waktu secara efisien sesuai
prioritas).

Cara untuk mengurangi respon fisiologis terhadap stres bisa dengan
olahraga teratur (mengurangi ketegangan), humor (tertawa melepaskan
endorfin ke dalam sirkulasi dan menghilangkan perasaan stres), nutrisi
dan diet (meningkatkan sirkulasi dan pemberian nutrien ke jaringan),
istirahat (membantu rileks secara mental), teknik Relaksasi
(menurunkan tekanan darah, menurunnya frekuensi denyut jantung,
mengurangi ketegangan otot, meningkatkan gelombang alfa otak,
meningkatkan konsentrasi, memperbaiki kemampuan untuk mengatasi
stresor), spiritualis (berdoa, meditasi, atau membaca bahan bacaan
keagamaan).
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
38

Universitas Indonesia


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Loiselle (2011) di Rumah
Sakit Umum Quebec Kanada tentang sistem informasi di ICU, hasil
yang didapat adalah bahwa ada penurunan tekanan emosional yang
signifikan pada perawat ICU ketika pekerjaan mereka mendapat
dukungan. Program informasi yang komprehensif membuat perawat
merasakan puas dengan hasil pekerjaan yang dicapai karena mendapat
dukungan. Penelitian yang dilakukan oleh Lexhimi (2007) tentang stres
dan mekanisme koping pada perawat ICU menyatakan hasil bahwa
100% perawat mengalami stres. Upaya yang dilakukan untuk
menurunkan stres adalah dengan doa (100%), dengan relaksasi (100%),
latihan fisik (35,7%), ventilasi perasaan (60%), cuti kerja (35,7%).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gang (2006) tentang stres perawat
di Korea menyebutkan bahwa rata-rata stres kerja perawat adalah relatif
tinggi (2,96 +/ - 0,95) poin dan rata-rata untuk mengatasi adalah 2,55 +
/ - .23 poin. Stres paling berat bersumber dari situasi kerja. Pencegahan
stres kerja perlu dikontrol menggunakan solusi untuk masalah dan
mencari dukungan sosial.




Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
39

Universitas Indonesia
2.3 Kerangka teori
Input Proses (Kontrol) Output















Feedback/umpan balik
Stimulus Focal
a. Tuntutan kerja
b. Beban kerja
c. Dukungan sosial

Munandar (2001), Fogaca(2008), Poncet
(2007), Badger(2005), Theaker (2009)
Stimulus Kontekstual
a. Predisposisi
Usia
Jenis kelamin
Lama Kerja
b. Presipitasi
Penilaian tidak relevan
Penilaian primer
Penilaian sekunder
(Muchlas, 2005), (Widyastuti,2004)

Perawat ICU
yang
mengalami
stres

Strategi untuk meminimalisir stres
a. Cognator
Mengurangi situasi tang
menegangkan
Struktur
Penatalaksanaan waktu

b. Regulator
Mengurangi respon fisiologis
terhadap stres
Olahragateratur
Humor
Nutrisi dan diit
Istirahat
Relaksasi
Spiritual
(Perry &Potter, 2005)
Tingkat stres
perawat ICU
Stimulus residual
Keyakinan
Sosial budaya
Distress
Eustress
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
40 Universitas Indonesia

BAB 3
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS
DAN DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di J awa Tengah.
Sebagai panduan dalam penelitian ini adalah kerangka konsep yang
merupakan bagian dari kerangka teori. Di dalam penelitian ini kerangka
konsep penelitian digambarkan dengan skema pada bagan di bawah ini.
Berdasarkan kajian secara teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka,
maka dapat disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
3.1.1. Variabel independen (variabel bebas)
Variabel independen atau variabel bebas dalam ilmu keperawatan
adalah stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada
klien untuk mempengaruhi tingkah laku klien (Nursalam, 2009).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat stres perawat ICU, yaitu faktor umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja, dukungan sosial, beban kerja,
tuntutan kerja (Munandar, 2001), (Fogaca, 2008), (Poncet, 2007),
(Badger, 2005), (Theaker, 2009), (Muchlas, 2005), (Widyastuti, 2004).

3.1.2. Variabel dependen (variabel terikat)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat stres kerja perawat
ICU.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
41

Universitas Indonesia
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian











3.2 Hipotesis Penelitian
3.2.1 Hipotesa mayor
Terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat
ICU di RSU di Jawa Tengah

3.2.2 Hipotesa minor
3.2.2.1 Terdapat hubungan antara faktor umur dengan tingkat stres
perawat ICU di RSU di Jawa Tengah
3.2.2.2 Terdapat hubungan antara faktor jenis kelamin dengan tingkat
stres perawat ICU di RSU di J awa Tengah
3.2.2.3 Terdapat hubungan antara faktor tingkat pendidikan dengan
tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah
3.2.2.4 Terdapat hubungan antara faktor lama kerja dengan tingkat
stres perawat ICU di RSU di J awa Tengah
3.2.2.5 Terdapat hubungan antara faktor beban kerja dengan tingkat
stres perawat ICU di RSU di J awa Tengah
3.2.2.6 Terdapat hubungan antara faktor tuntutan kerja dengan tingkat
stres perawat ICU di RSU di J awa Tengah
Faktor yang mempengaruhi
stres perawat ICU:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Tingkat pendidikan
4. Lama kerja
5. Beban kerja
6. Tuntutan Kerja
7. Dukungan Sosial

Tingkat Stres
Perawat ICU

Varibel Independen Varibel Dependen
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
42

Universitas Indonesia
3.2.2.7 Terdapat hubungan antara faktor dukungan sosial dengan tingkat
stres perawat ICU di RSU di J awa Tengah

3.3 Definisi Operasional
Teori dan konsep yang telah dijabarkan dalam bentuk variabel penelitian
agar mudah dipahami, diukur atau diamati maka dibuat dalam bentuk
definisi operasional. Definisi operasional adalah suatu definisi yang
didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang
didefinisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan
kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan
dapat diuji serta ditentukan kebenarannya oleh orang lain (Arikunto, 2006).
Tujuan definisi operasional adalah agar variabel mudah dicari hubungannya
antara satu variabel dengan yang lain dan memudahkan pengukurannya.
Definisi operasional untuk setiap variabel pada penelitian ini dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Independen dan Dependen
Penelitian
No Variabel
Definisi
Operasional
Cara Ukur &
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Ukur
Variabel independen
1. Jenis
kelamin
Kondisi
perbedaan gender
yang dibawa sejak
lahir
Kuesioner A
pertanyaan data
demografi tentang
jenis kelamin
responden


Dinyatakan dengan
angka:1-2
Pilihan jawaban
terdiri dari:
1.Laki-laki
2.Perempuan
Nominal
2. Umur Lama hidup
seseorang sampai
hari ulang tahun
terakhir
Kuesioner A
pertanyaan dalam
data demografi
tentang umur
responden

Dinyatakan dalam
tahun
Interval
3. Tingkat
Pendidikan
Pendidikan formal
yang pernah
ditempuh oleh
responden
berdasarkan
ijazah terakhir


Kuesioner A
pertanyaan data
demografi tentang
tingkat
pendidikan
responden
Kategori:
1. D III
Keperawatan
2. S. Kep
3. Skep.Ns

Dilanjutkan untuk
uji bivariat dengan
dikotom:
1. D III Kep
2. S1 Kep +Ns

Ordinal
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
43

Universitas Indonesia
No Variabel
Definisi
Operasional
Cara Ukur &
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Ukur

4. Lama kerja Riwayat
responden
menjadi perawat
yang dihitung
berdasarkan
waktu perawat
mulai bekerja di
ruangan ICU

Kuesioner A
pertanyaan data
demografi tentang
lama kerja kerja
perawat
Dinyatakan
dalam tahun
Interval

5. Dukungan
Sosial
Keadaan yang
merupakan
dukungan
dari lingkungan
untuk perawat
(Interaksi dengan
atasan , interaksi
dengan rekan
kerja dan interaksi
dengan keluarga
atau orang
terdekat)

Kuesioner E
yang terdiri dari
28 item
pernyataan
tentang
dukungan sosial
menggunakan
skala dikotom (0-
1).
0: Tidak
1: Ya

Penilaian
menggunakan cut of
point:
1. Tidak ada
dukungan:
<median (22)
2. Ada dukungan:
median (22)

Nominal



6. Beban Kerja Keadaan perawat
yang dihadapkan
pada tugas dan
harus diselesaikan
dalam batas
waktu tertentu.
Kuesioner C
yang terdiri dari
13 item
pernyataan
tentang beban
kerja
menggunakan
skala likert (1-5).
1: Tidak pernah
2: Jarang
3: Kadang-kadang
4: Sering
5:Selalu

Penilaian
menggunakan cut of
point:
1. Ringan:
<median (37,24)
2. Berat:
median (37,24)




Ordinal
7. Tuntutan
kerja
Keadaan yang
mengharuskan
seseorang
melakukan suatu
pekerjaan sesuai
dengan
kompetensi atau
keterampilan yang
dimiliki.
Kuesioner D
yang terdiri
dari16 item
pernyataan
tentang tuntutan
kerja
menggunakan
skala dikotom.
0:Tidak
1:Ya

Penilaian
menggunakan cut of
point:
1. Tuntutan kerja
rendah:
<median (15)
2. Tuntutan kerja
tinggi: median
(15)

Ordinal








Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
44

Universitas Indonesia
No Variabel
Definisi
Operasional
Cara Ukur &
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Ukur
Variabel dependen
1. Stres
perawat
Respon yang
ditampikan dalam
kognitif, afektif,
dan psikomotor
Kuesioner B
(Depression
Anxiety and Stress
Scale) yang terdiri
dari 14 item
pernyataan
menggunakan
skala likert (0-3)
yaitu:
0:Tidak pernah
1: Kadang-kadang
2: Sering
3: Selalu
1. 0-14 Normal
2. 15-18 Ringan
3. 19-25 Sedang
Untuk uji bivariat
selanjutnya
dikategorikan:
1. Ringan <18
2. Berat 18


Ordinal

Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
45

45 Universitas Indonesia

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain
potong lintang (Cross Sectional). Oleh karena itu data untuk tiap variabel
diambil hanya satu kali dan dalam waktu yang sama. Pada penelitian Cross
Sectional peneliti mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko)
dengan variabel terikat dengan melakukan pengukuran dalam satu waktu
(Dharma, 2011).

4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiono, 2011). Berdasarkan pengertian tersebut, maka
populasi penelitian ini adalah perawat ICU di J awa Tengah. Secara
administratif sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 35 daerah
kabupaten atau kota, dengan rincian 29 (dua puluh sembilan) daerah
Kabupaten dan 6 (enam) daerah Kota Madya. Populasi perawat yang
bekerja di ICU RSU di J awa Tengah sejumlah 2105 orang, terdiri dari
1520 orang yang bekerja di 108 RSU di Kabupaten dan 585 orang yang
bekerja di 39 RSU di Kota Madya.

4. 2.2 Sampel
Sampel menurut Arikunto (2006) adalah bagian dari populasi ( sebagian
atau wakil populasi yang diteliti). Sampel merupakan representasi
populasi yang dijadikan sumber informasi bagi semua data. Menurut
Notoatmodjo (2002), sampel penelitian adalah sebagian yang diambil
dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
46

Universitas Indonesia

populasi. Menentukan besar sampel merupakan aspek penting dalam
rancangan penelitian. Adapun kriteria inklusi untuk sampel pada
penelitian ini adalah :
4.2.2.1 Perawat yang lama bekerja di ruang ICU lebih dari 1 tahun
4.2.2.2 Bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed
consent
4.2.2.3 Pendidikan perawat minimal DIII Keperawatan
4.2.2.4 Perawat yang usianya 55 tahun
4.2.2.5 Perawat yang tidak sedang mengambil cuti kerja

Sampel pada penelitian ini menggunakan Cluster Sampling yaitu
pengambilan sampel dengan menggunakan suatu rangka yang terdiri dari
Cluster-Cluster unit pencacahan (Lemeshow, 1997). Alasan pengambilan
sampel dengan cara ini adalah karena populasinya sangat besar dan
sangat menyebar. Adapun untuk tahap pertama Cluster Sampling
digambarkan pada bagan dibawah ini:
Bagan 4.1 Cluster Sampling



















39 RSU Di Kota Madya 108 RSU Di Kabupaten
10 RSU Pemerintah 29 RSU Swasta
147 RSU Di Provinsi Jawa Tengah
6 RSU NON TNI/POLRI 4 RSU TNI/PLRI
5 RSU Tipe C (ICU)
RSUD Tidar
Magelang
(18 Perawat)
RSUD Salatiga
(13 Perawat)
RSUD Semarang
(17 Perawat)
RSUD Pekalongan
(13 Perawat)
RSUD Tegal
1 RSU Tipe C (Non ICU)
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
47

Universitas Indonesia


Bagan Cluster Sampling di atas memperlihatkan bahwa jumlah RSU
di Provinsi Jawa Tengah sejumlah 147. Jumlah RSU keseluruhan
terdiri dari 108 RSU yang berada di wilayah kabupaten dan 39 RSU
berada di wilayah Kota Madya. Peneliti membagi lagi RSU Kota
Madya menjadi 29 kepemilikan swasta dan 10 kepemilikan
pemerintah. RSU milik pemerintah terbagi lagi menjadi 6 Non TNI/
POLRI dan 4 TNI/POLRI. Peneliti membagi lagi RSU yang Non TNI/
POLRI yang mempunyai Ruang ICU dan yang tidak mempunyai
ruang ICU, sehingga ditemukan 5 RSU yang mempunyai ruang ICU
dengan tipe Rumah Sakit yang sama. Setelah tahap Clustering maka
dilanjutkan dengan Stratifikasi random sampling untuk Rumah Sakit
dengan tipe yang sama sehingga didapatkan 5 Rumah Sakit Tipe C
yang mempunyai fasilitas ICU. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah dengan cara Total Sampling pada populasi
perawat ICU di 5 RSU yang berjumlah 86 perawat. Dari jumlah total
perawat ICU tersebut yang memenuhi kriteria inklusi sejumlah 76
perawat, karena untuk 10 perawat lama bekerjanya di ruang ICU
kurang dari 1 tahun, secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Jumlah Perawat ICU di RSU Kotamadya di J awa Tengah
RSU Perawat Sampel
Magelang 18 16
Salatiga 13 13
Semarang 17 17
Pekalongan 13 13
Tegal 25 17
Jumlah 86 76

4.3 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah RSU di Wilayah Jawa Tengah yang terpilih
sesuai dengan Cluster Sampling. Lokasi tempat penelitian adalah 5 Rumah
Sakit dengan tipe sama di wilayah kota madya di Jawa Tengah, yaitu RSUD
Tidar Magelang, RSUD Salatiga, RSUD Semarang, RSUD Pekalongan dan
RSUD Tegal. Alasan pemilihan tempat penelitian ini adalah adanya
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
48

Universitas Indonesia

kesetaraan dalam hal tipe Rumah Sakit dan belum pernah dilakukan
penelitian tentang masalah stres perawat di Rumah Sakit terutama untuk
perawat ruang ICU.

4.4 Waktu Penelitian
Pengembangan proposal dimulai pada minggu ke-4 Maret 2012 dilanjutkan
dengan proses pengambilan data yang dilakukan di minggu ke-2 Mei 2012,
kemudian analisis data dilakukan setelahnya yaitu pada minggu ke-1 Juni
2012.

4.5 Etika Penelitian
Etika penelitian menurut (Milton, 1999; Loiselle, Profetto-McGgrath, Polit
dan Beck,2004) dalam Dharma (2011) adalah sebagai berikut:
4.5.1 Respect for human dignity
Sebelum perawat ICU ditetapkan sebagai sampel atau responden
penelitian, maka peneliti telah menjelaskan atau memberikan informasi
(informed consent) tentang rencana, tujuan, dan manfaat penelitian bagi
responden, perkembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan jiwa di Rumah
Sakit Umum. Pada penelitian ini, pemberian informasi telah dilakukan
dengan cara mensosialisasikan rencana penelitian oleh peneliti atau data
kolektor dengan masing-masing responden satu persatu. Setiap calon
responden diberi hak penuh untuk menyetujui atau menolak menjadi
responden. Calon responden yang menyetujui untuk ikut berpartisipasi
dalam penelitian, dimohon menandatangani surat pernyataan kesediaan
menjadi responden penelitian yang telah disiapkan oleh peneliti.
Responden dalam penelitian ini adalah perawat yang telah memenuhi
kriteria inklusi penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti.

4.5.2 Respect for privacy and confidentiality
Hak privasi responden dalam penelitian ini dijaga dan dihormati.
Menurut peneliti bahwa privasi adalah hak individu terhadap segala
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
49

Universitas Indonesia

sesuatu yang berkenaan dengan dirinya untuk boleh diketahui atau tidak
boleh diketahui oleh orang lain. Selama pengumpulan data responden
diminta mengisi kuesioner, setelah pengisian selesai maka kuesioner
diambil oleh peneliti dan baru diberikan kode untuk menjaga
kerahasiaan responden (anonimitas). Seluruh data hasil penelitian ini
juga hanya diketahui oleh peneliti untuk menjaga kerahasiaan
responden (confidentiality). Semua catatan dan dokumen responden
disimpan sebagai dokumen penelitian, untuk kemudian dimusnahkan
setelah dokumen tersebut tidak digunakan.

4.5.3 Respect for justice inclusiveness
Semua perawat ICU yang menjadi responden dalam penelitian ini telah
mendapatkan kesempatan yang sama dan tidak ada diskriminasi oleh
peneliti untuk menjunjung azas adil (justice). Pengambilan sampel
dalam penelitian ini dilakukan secara total sampling, sehingga semua
perawat yang bertugas di ruang ICU tempat penelitian mendapatkan
kesempatan yang sama untuk menjadi responden.

4.5.4 Balancing harm and benefits
Etika penelitian terhadap subyek penelitian ini juga meliputi penjelasan
tentang manfaat penelitian bagi responden (beneficence), dimana
manfaat yang diperoleh calon responden jika berpartisipasi dalam
penelitian ini. Penelitian ini dilakukan setelah melalui serangkaian
proses uji kelayakan penelitian, seperti presentasi proposal penelitian
dan keterangan kaji etik penelitian dengan dilakukannya uji kelayakan
etik oleh Komite Etik Penelitian Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Sebelum melakukan penelitian,
peneliti telah menyampaikan surat permohonan penelitian kepada
Direktur RSUD Tidar Magelang, RSUD Salatiga, RSUD Semarang,
RSUD Pekalongan, RSUD Tegal.


Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
50

Universitas Indonesia


4.6 Alat Pengumpul Data
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan faktor yang menyebabkan
stres perawat ICU. Sebagian pertanyaan dalam kuesioner ini adalah hasil
adopsi dari kuesioner baku dan sebagian adalah hasil pengembangan peneliti.
Berdasarkan instrumen yang telah dikembangkan dan telah diujicobakan
maka dikumpulkan data-data sebagai berikut:
4.6.1 Data demografi
Instrumen ini berisi 4 pernyataan untuk mendapatkan gambaran
karakteristik dari responden. Menurut Robin (2001) bahwa karakteristik
ini berperan dalam membentuk tindakan-tindakan terutama pada
produktivitas, absensi, tingkat keluarnya karyawan, dan kepuasan kerja.
Dalam penelitian ini untuk data demografi responden ada beberapa
pertanyaan yang berisi karakteristik responden. Pengambilan data ini
menggunakan kuesioner yang terdiri dari 4 pertanyaan yang meliputi:
jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan lama bekerja. Cara
pengambilan data ini, peneliti melakukan penyebaran kuesioner kepada
perawat ICU dengan cara memberikan sejumlah kuesioner kepada calon
responden yang telah menyetujui, untuk kemudian dilakukan pengisian
oleh responden penelitian itu sendiri. Setelah kuesioner selesai
dilengkapi, kuesioner tersebut diambil kembali oleh peneliti. Untuk
analisis univariat tingkat pendidikan dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
DIII keperawatan, S1 Keperawatan dan Skep.Ns. Dilanjutkan dikotomi
untuk uji bivariat menjadi kategori: DIII Keperewatan dan Skep+Ns
untuk tidak terdapat sel yang kosong.

4.6.2 Faktor Beban Kerja
Beban kerja perawat adalah kondisi perawat yang dihadapkan pada
pekerjaan yang harus dilakukan perawat baik secara kuantitatif yaitu
banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan maupun secara kualitatif
yaitu tingkat kesulitan atau kerumitan. Kuesioner yang dipakai dalam
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
51

Universitas Indonesia

penelitian ini memakai kuesioner yang sudah dikembangkan oleh
Nursalam (2003) dengan 13 pertanyaan yang telah dilakukan uji
validitas dengan nilai 0.385-0,830 dan untuk nilai reliabilitas adalah
0,84. Cara mengukur tingkat beban kerja perawat ICU diperoleh
menggunakan skala likert (1-5), J ika Tidak Pernah ada keluhan dalam
melaksanakan tugas diberi nilai 1, jika Jarang ada keluhan dalam
melaksanakan tugas diberi nilai 2, jika kadang-kadang ada keluhan
dalam melaksanakan tugas diberi nilai 3, J ika sering ada keluhan
dalam melaksanakan tugas diberi nilai 4, J ika Selalu ada keluhan
dalam melaksanakan tugas diberi nilai 5. Untuk hasil didapatkan
dengan cara menjumlahkan skor seluruh jawaban responden dan dalam
proses menganalisa hasil penelitian diklasifikasikan menjadi dua
kategori berdasarkan nilai cut of point median karena distribusi tidak
normal, yaitu: kategori beban berat jika total skor median (37,24) dan
kategori beban kerja ringan jika < median (37,24).

4.6.3 Faktor tuntutan kerja
Tuntutan kerja adalah pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan
target kompetensi. Instrumen untuk mengukur tuntutan kerja
menggunakan kuesioner dengan 16 item pertanyaan. Cara mengukur
tuntutan kerja perawat ICU diperoleh menggunakan skala dikotom yang
dikembangkan berdasarkan teori dari Sullivan & Decker (1997) dan
Beau (2006). Jika pilihan jawaban tidak diberi nilai 0, dan jika pilihan
jawaban ya diberi nilai 1. Untuk hasil didapatkan dengan cara
menjumlahkan seluruh skor jawaban responden dan dalam proses
menganalisa hasil penelitian diklasifikasikan menjadi dua kategori
berdasarkan nilai cut off point median karena distribusi tidak normal,
yaitu: kategori tuntutan kerja tinggi jika median (15) dan kategori
tuntutan kerja rendah jika < median (15).



Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
52

Universitas Indonesia

4.6.4 Faktor dukungan sosial
Instrumen dukungan sosial dikembangkan berdasarkan teori Smeltzer
dan Bare (2002) dengan modifikasi bahasa yang terdiri dari 28
pertanyaan (7 butir pertanyaan dukungan emosional, 7 butir pertanyaan
dukungan harga diri, 7 butir pertanyaan dukungan informasional dan 7
butir pertanyaan dukungan material). Untuk nilai validitas kuesioner ini
0,642-0,916 dan untuk nilai reliabilitasnya 0,929. Kuesioner diberikan
kepada responden untuk diisi kemudian diambil lagi oleh peneliti. Cara
dukungan sosial diperoleh menggunakan skala dikotomi, jika memilih
ya maka diberi nilai 1 dan jika memilih tidak diberi nilai 0. Untuk
hasil didapatkan dengan cara menjumlahkan skor seluruh jawaban
responden dan dalam proses menganalisa hasil penelitian
diklasifikasikan menjadi dua kategori tingkat berdasarkan nilai cut off
point median karena distribusi tidak normal, yaitu: kategori ada
dukungan jika nilai median (22) dan kategori tidak ada dukungan jika
<median (22).

4.6.5 Stres Perawat
Instrumen ini merupakan alat yang dipakai untuk mengukur tingkat
stres perawat yang berupa kuesioner. tingkat stres DASS (Depression
Anxiety and Stress Scale) dari Lovibond & Lovibond (1995) yang
terdiri dari 42 item dengan nilai validitas: 0,48 - 0,68 ; nilai
reliabilitas : 0,90. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
stres ada 14 item, yaitu no: 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35
dan 39, sehingga dari 42 item hanya diambil 14 item untuk mengukur
tingkat stres. Pengukuran tingkat stres dilakukan dengan memberikan
kuesioner kepada responden penelitian untuk dilakukan pengisian. Cara
mengukur tingkat stres perawat ICU diperoleh menggunakan skala
likert (0-3), jika tidak pernah memikirkan/ melakukan diberi nilai 0,
kadang-kadang memikirkan/ melakukan diberi nilai 1, sering
memikirkan/melakukan diberi nilai 2, selalu memikirkan/ melakukan
diberi nilai 3. Hasil didapatkan dengan cara menjumlahkan skor seluruh
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
53

Universitas Indonesia

jawaban responden dan dalam proses menganalisa hasil penelitian
diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu: 0-18 kategori ringan; 18
kategori sedang .
4.6.6 Melakukan Uji Coba Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan merupakan alat yang dipakai
untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu berupa kuesioner
penelitian. Instrumen penelitian ini telah diujicobakan kepada 30
perawat ICU di RSUD Ambarawa, RSUD Ungaran, dan RSUD Kudus,
dimana ketiga RSU itu bukan merupakan tempat dalam penelitian ini.
Instrumen telah dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pembimbing
yang merupakan pakar dalam keilmuan keperawatan jiwa. Uji validitas
dilakukan untuk mengetahui instrumen tersebut valid atau tidak, dengan
menganalisis item pengamatan dimana skor-skor yang ada pada setiap
item pertanyaan dikorelasikan dengan skor total. Uji korelasi ini
menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment (Notoadmodjo,
2008). Nilai validitas ditentukan menggunakan nilai r, dengan dasar
bahwa jika nilai r lebih besar dari r tabel berarti nilai positif dan item
dinyatakan valid. Apabila nilai r lebih kecil dari r tabel berarti nilai
negatif dan item dinyatakan tidak valid. Nilai r tabel pada n 30: 0,361.

Selain uji validitas juga dilakukan uji reliabilitas, yaitu yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat dapat dipercaya atau dapat
diandalkan dan tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama (Notoatmodjo, 2008). Pada
penelitian ini untuk uji reliabilitas menggunakan metode Cronbachs
Coefficient-Alpha. Item pengamatan dikatakan reliabel apabila nilai r
hasil (r Alpha) lebih besar dari r tabel.
Hasil uji validitas dan reliabilitas didapatkan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil uji validitas dan reliabilitas
Variabel Nilai r hitung ( validitas) Nilai alpha cronbach
Beban kerja 0,579 - 0,880 0,938
Tuntutan kerja 0,417 - 0,901 0,950
Dukungan sosial 0,392 - 0,895 0,946
Tingkat stres 0,469 - 0,882 0,936
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
54

Universitas Indonesia

4.7 Prosedur Pengumpulan Data
4.7.1 Tahap Persiapan
Awal penelitian adalah dengan mengurus surat yang menyatakan telah
lulus uji etik untuk melakukan penelitian. Setelah peneliti mendapatkan
izin penelitian dari FIK-UI, untuk selanjutnya peneliti mengurus surat
ijin ke Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat
(KESBANGPOLINMAS) Daerah Provinsi Jawa Barat, karena lokasi
tempat penelitian berada pada propinsi yang berbeda dengan institusi
tempat pendidikan peneliti. Surat rekomendasi dari
KESBANGPOLINMAS digunakan untuk mengurus surat ijin di RSU
yang dijadikan sebagai tempat penelitian yaitu RSU Tidar Magelang,
RSU Kota Salatiga, RSU Kota Semarang, RSU Pekalongan dan RSU
Tegal. Kegiatan pada tahap ini juga meliputi persiapan instrumen yang
digunakan sebagai alat untuk pengumpulan data dan penyamaan
persepsi antara peneliti dan 4 (empat) orang data kolektor yang berada
di tempat penelitian selama pengambilan data.

Peneliti kemudian memberikan penjelasan penelitian kepada calon
responden meliputi tujuan penelitian, manfaat yang akan diperoleh,
gambaran singkat tentang kegiatan penelitian, peran yang diharapkan
dari responden serta konsekuensi dari penelitian. Responden diberi
kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti dan
apabila ada pertanyaan maka peneliti memberikan penjelasan. Langkah
terakhir dalam tahap ini adalah peneliti menyerahkan lembar
persetujuan menjadi responden. Kesediaan menjadi responden ditandai
dengan penandatanganan lembar persetujuan menjadi responden.

4.7.2 Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pada penelitian ini adalah kegiatan pengisian
kuesioner penelitian. Apabila ada yang kurang dipahami atau ada
pertanyaan dari responden, maka responden diperkenankan untuk
menanyakan kepada peneliti atau data kolektor secara langsung. Untuk
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
55

Universitas Indonesia

pengecekan dan pengumpulan kuesioner dilakukan oleh peneliti dibantu
data kolektor dan ketika ada kuesioner yang pengisiannya kurang
lengkap langsung dikonfirmasikan dengan responden yang
bersangkutan.

4.8 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul dilakukan proses sebagai berikut :
4.8.1 Pengolahan Data
4.8.1.1 Editing Data
Peneliti memeriksa ulang instrumen yang telah diisi oleh
responden yaitu tentang kelengkapan pengisian datanya,
kesalahan atau ada jawaban dari kuesioner yang belum diisi oleh
responden.

4.8.1.2 Coding Data
Setelah editing maka peneliti memberikan kode pada setiap
respon responden untuk memudahkan dalam pengolahan data dan
analisis data.

4.8.1.3 Entry Data
Entry data yaitu meliputi memasukkan data hasil jawaban
responden terhadap kuesioner dalam bentuk kode ke program
komputer dan diproses dengan paket program yang sudah ada di
komputer.

4.8.1.4 Cleaning Data
Cleaning data yaitu membersihkan seluruh data agar terbebas dari
kesalahan sebelum dilakukan analisa data, baik itu kesalahan dalam
pengkodean maupun dalam membaca kode. Kesalahan bisa juga
dikarenakan pada saat memasukkan data ke komputer, sehingga
pengecekan kembali terhadap kemungkinan adanya data yang tidak
valid, bisa diperbaiki dan kemudian dianalisis.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
56

Universitas Indonesia

4.8.2 Analisis Data
Data dianalisis dengan statistik deskriptif, kemudian analisis bivariat.
Hasil analisis bivariat yang tidak dapat membuktikan kemaknaan
faktor-faktor yang diuji, membuat uji statistik tidak dapat dilanjutkan ke
uji multivariat.
4.8.2.1 Analisis univariat
Analisis univariat adalah analisis yang bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskriptifkan karakteristik masing-masing
variabel yang diteliti (Hastono, 2007). Pada penelitian ini
analisis univariat dilakukan pada data variabel jenis kelamin,
umur, lama kerja, tingkat pendidikan, beban kerja, tuntutan kerja,
dukungan sosial, dan tingkat stres. Untuk data numerik tampilan
datanya mean, median, standard deviasi, nilai minimal dan
maksimal serta Confident Interval (CI 95%) sedangkan data
kategorik tampilan datanya berupa persentase.

4.8.2.2 Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah analisis untuk menguji hubungan yang
signifikan antara dua variabel (Hastono, 2007). Analisis bivariat
dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian, apakah
faktor jenis kelamin, umur, lama kerja, tingkat pendidikan,
beban kerja, tuntutan kerja dan dukungan sosial ada hubungan
dengan tingkat stres perawat ICU di jawa Tengah.

Tabel. 4.1 Analisis Bivariat Variabel Penelitian Analisa Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Tingkat Stres
No Karakteristik Responden Tingkat Stres Cara Analisa
1. Jenis kelamin (Nominal) Ordinal Chi-square
2. Umur (Interval) Ordinal Independent T-Test
3. Tingkat pendidikan (Nominal) Ordinal Chi-square
4. Lama berkerja (Interval) Ordinal Independent T-Test
5. Beban kerja (Ordinal) Ordinal Chi-square
6. Tuntutan kerja (Ordinal) Ordinal Chi-square
7. Dukungan sosial (Nominal) Ordinal Chi-square

Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012


57 Universitas Indonesia

BAB 5
HASIL PENELITIAN

Bab 5 ini menguraikan tentang hasil dari penelitian tentang analisa faktor-faktor
yang berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU Di J awa Tengah.
Jumlah responden yang direncanakan oleh peneliti sejumlah 86 perawat ICU di
RSU di Jawa Tengah. Jumlah perawat yang memenuhi kriteria inklusi sehingga
dapat diikutsertakan dalam penelitian ini sebanyak 76 perawat. Hasil dari
penelitian diuraikan dibawah ini, yaitu:

5.1 Proses Pelaksanaan Penelitian
Bagian ini menjelaskan proses pelaksanaan penelitian pada tahap persiapan
penelitian dan pelaksanaan pengambilan data.
5.1.1 Persiapan
Persiapan penelitian antara lain (1) mengurus ijin penelitian di lima
RSUD yang menjadi tempat penelitian, yaitu: RSUD Kota Salatiga,
RSUD Kota Semarang, RSUD Kota Magelang, RSUD Kota
Pekalongan dan RSUD Kota Tegal; (2) penyamaan persepsi terhadap
empat orang data kolektor, yang meliputi penjelasan penelitian yang
harus diberikan kepada masing-masing calon responden, tujuan
penelitian, manfaat yang akan diperoleh responden, gambaran singkat
tentang kegiatan penelitian, peran yang diharapkan dari responden serta
konsekuensi dari penelitian.

5.1.2 Pelaksanaan Pengambilan Data
Tahap ini dilaksanakan setelah peneliti mendapatkan ijin resmi berupa
surat ijin penelitian dari masing-masing RSUD yang menjadi tempat
penelitian. Pelaksanaan diawali dengan pemberian penjelasan penelitian
kepada masing-masing calon responden satu per satu oleh peneliti.
Perawat yang bersedia menjadi responden melakukan penandatanganan
lembar persetujuan dan pengisian kuesioner langsung di depan peneliti.
Hal-hal yang kurang jelas tentang pertanyaan dalam kuesioner langsung
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
58

Universitas Indonesia

dikonfirmasikan kepada peneliti saat itu juga. Pelaksanaan pengisian
kuesioner berlangsung selama satu minggu di masing-masing tempat
penelitian, karena ada perawat yang libur turun jaga.

5.2 Analisis Univariat
5.2.1 Karakteristik Responden
Bagian ini menjelaskan tentang karakteristik responden yang meliputi:
jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan lama bekerja di ruang ICU.
Distribusi karakteristik responden tersebut disajikan pada tabel berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan J enis Kelamin dan Tingkat
Pendidikan Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
(N =76)
Karakteristik perawat ICU
Jumlah
f %
Jenis kelamin
Laki-laki 33 43,4
Perempuan 43 56,6
Total 76 100
Pendidikan
D III Keperawatan 62 81,6
S.Kep 9 11,8
S.Kep.Ns 5 6,6
Total 76 100

Hasil analisis pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa persentasi terbanyak
perempuan (56,6 %), dan pendidikan DIII Keperawatan (81,6 %).
Tingkat pendidikan dilanjutkan dengan dikotomi untuk uji bivariat
menjadi DIII keperawatan dan SKep+Skep.Ns, guna tidak adanya sel
yang kosong pada tampilan data.






Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
59

Universitas Indonesia

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
(N =76)
Tingkat pendidikan perawat ICU
Jumlah
f %
D III Keperawatan 62 81,6
S.Kep +Skep.Ns 14 18,4
Total 76 100

Hasil analisis pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa persentasi terbanyak
DIII Keperawatan (81,6 %).

Tabel 5.3 Distribusi Rata-Rata Umur dan Lama Kerja Perawat ICU
di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
(N =76)
Variabel Mean Median Min,maks SD 95% CI
Umur 33,09 32 22,53 7,017 31,49;34,70
Lama kerja 5,14 4,25 1,22 4,091 4,21; 6,08

Hasil analisis pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa rata-rata umur
perawat ICU di RSU di Jawa Tengah adalah 33,09 tahun dimana ini
merupakan kategori usia produktif dan rata-rata lama kerja perawat ICU
adalah 5,14 tahun.

5.2.2 Tingkat Stres Perawat ICU
Pada bagian ini dijabarkan tentang distribusi tingkat stres perawat ICU
berdasarkan frekuensi seperti pada tabel 5.4:
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Perawat ICU di RSU
di J awa Tengah Tahun 2012
(N =76)
Tingkat stres f %
Normal 19 25
Ringan 25 32,9
Sedang 32 42,1
Total 76 100

Hasil analisis pada tabel 5.4 didapatkan bahwa mayoritas responden
mengalami stres tingkat sedang sebanyak 32 perawat (42,1%).
Selanjutnya data ini dilanjutkan untuk uji bivariat menjadi dikotom
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
60

Universitas Indonesia

dengan kategori ringan dan sedang, karena guna tidak adanya sel yang
kosong pada tampilan data.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Perawat ICU di RSU
di J awa Tengah Tahun 2012
(N =76)
Tingkat stres f %
Ringan 44 57,9
Sedang 32 42,1
Total 76 100

Hasil analisis pada tabel 5.5 didapatkan bahwa mayoritas responden
mengalami stres tingkat ringan sebanyak 44 perawat (57,9 %).

5.2.3 Beban Kerja
Pada bagian ini dijabarkan tentang distribusi beban kerja perawat ICU
berdasarkan frekuensi seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Beban Kerja Perawat ICU
di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
(N =76)
Beban kerja f %
Ringan 38 50
Berat 38 50
Total 76 100

Hasil analisis pada tabel 5.6 didapatkan bahwa responden yang
mengatakan beban kerja di ICU ringan dan berat adalah sama.

5.2.4 Tuntutan kerja
Pada bagian ini dijabarkan tentang distribusi tuntutan kerja perawat
ICU berdasarkan frekuensi seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tuntutan Kerja Perawat
ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
(N =76)
Tuntutan kerja F %
Rendah 30 39,5
Tinggi 46 60,5
Total 76 100

Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
61

Universitas Indonesia

Hasil analisis pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa tuntutan kerja di ICU
tinggi (60,6 %).

5.2.5 Dukungan Sosial
Pada bagian ini dijabarkan tentang distribusi dukungan sosial perawat
ICU berdasarkan frekuensi seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Sosial Perawat
ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
(N =76)
Dukungan sosial f %
Tidak ada 31 40,8
Ada 45 59,2
Total 76 100

Hasil analisis pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden yang
mengatakan bahwa ada dukungan sosial sebanyak 45 perawat (59,2 %).

5.3 Analisis Bivariat
Pada bagian ini dijabarkan tentang kesetaraan faktor karakteristik responden,
kesetaraan beban kerja, kesetaraan tuntutan kerja, dan kesetaraan dukungan
sosial terhadap tingkat stres perawat ICU di RSU di jawa Tengah.

5.3.1 Hubungan Umur dan Lama Kerja Terhadap Tingkat Stres
Perawat ICU
Tabel 5.9 Analisis Hubungan Umur dan Lama Kerja Terhadap Tingkat Stres
Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
(N=76)
Tingkat stres
t p value Ringan
(n: mean)
Sedang
(n: mean)
Umur 44 (33,20) 32 (32,94) 0,163 0,871
Lama kerja 44 (4,88) 32 (5,51) -0,668 0,506

Hasil analisis tabel 5.9 menunjukkan bahwa faktor umur dan lama kerja
tidak berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa
Tengah, berdasarkan p-value (p>0,05)



Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
62

Universitas Indonesia

5.3.2 Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU
Tabel 5.10 Analisa Hubungan Jenis Kelamin Terhadap tingkat Stres
Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
(N=76)
Jenis
kelamin
Tingkat Stres
OR
P
value Ringan Sedang Total
f % f % f %
0,000 Laki-laki 27 81,8 6 18,2 33 100 6,882
Perempuan 17 39,5 26 60,5 43 100
Total 44 57,9 32 42,1 76 100

Hasil analisis tabel 5.10 menunjukkan bahwa perempuan mempunyai
tingkat stres sedang lebih tinggi (60,5%) dibanding laki-laki (18,2%),
ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat stres (p-value =0,00),
perempuan mempunyai peluang 6,882 kali mengalami tingkat stres
sedang dibanding laki-laki.

5.3.3 Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Stres Perawat
ICU
Tabel 5.11 Analisa Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat
Stres Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah
(N=76)
Tingkat
pendidikan
Tingkat Stres OR P value
Ringan Sedang Total
f % f % f %
0,403 DIII Kep 34 54,8 28 45,2 62 100 0,486
SKep+Skep.Ns 10 71,4 4 28,6 14 100
Total 44 57,9 32 42,1 76 100

Hasil analisis tabel 5.11 menunjukkan bahwa perawat berpendidikan
SKep+Skep.Ns mempunyai tingkat stres sedang lebih rendah (28,6%)
dibanding DIII Keperawatan (45,2%), tidak ada hubungan antara
tingkat pendidikan dengan tingkat stres (p-value =0,403).






Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
63

Universitas Indonesia

5.3.4 Hubungan Beban Kerja Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU
Tabel 5.12 Analisa Hubungan Beban Kerja Terhadap Tingkat Stres
Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
(N=76)
Beban
Bekerja
Tingkat Stres OR P value
Ringan Sedang Total
f % f % F %
0,000 Ringan 30 78,9 8 21,1 38 100 6,429
Berat 14 36,8 24 63,2 38 100
Total 44 57,9 32 42,1 76 100

Hasil analisis tabel 5.12 menunjukkan bahwa beban kerja berat
mempunyai tingkat stres sedang lebih tinggi (63,2%) dibanding beban
kerja ringan (21,1%), ada hubungan antara beban kerja dengan tingkat
stres (p-value =0,00), beban kerja berat mempunyai peluang 6,429 kali
mengalami tingkat stres sedang dibanding beban kerja ringan.

5.3.5 Hubungan Tuntutan Kerja Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU
Tabel 5.13 Analisa Hubungan Tuntutan Kerja Terhadap Tingkat Stres
Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
(N=76)
Tuntutan
kerja
Tingkat Stres OR P value
Ringan Sedang Total
f % f % F %
0,028 Rendah 22 73,3 8 26,7 30 100 3,00
Tinggi 22 47,8 24 52,2 46 100
Total 44 57,9 32 42,1 76 100

Hasil analisis tabel 5.13 menunjukkan bahwa tuntutan kerja tinggi
mempunyai tingkat stres sedang lebih tinggi (52,2%) dibanding dengan
tuntutan kerja rendah (26,7%), ada hubungan antara tuntutan kerja
dengan tingkat stres (p-value =0,028), tuntutan kerja tinggi mempunyai
peluang 3,00 kali mengalami tingkat stres sedang dibanding tuntutan
kerja rendah.




Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
64

Universitas Indonesia

5.3.6 Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Tingkat Stres Perawat ICU
Tabel 5.14 Analisa Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Tingkat Stres
Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
(N=76)
Dukungan
sosial
Tingkat Stres OR P value
Ringan Sedang Total
f % f % f %
0,017 Tidak ada 23 74,2 8 25,8 31 100 3,286
Ada 21 46,7 24 53,3 45 100
Total 44 57,9 32 42,1 76 100

Hasil analisis tabel 5.14 menunjukkan bahwa adanya dukungan sosial
mempunyai tingkat stres sedang lebih tinggi (53,3%) dibanding dengan
tidak adanya dukungan sosial (25,8%), ada hubungan antara dukungan
sosial dengan tingkat stres (p-value =0,017), adanya dukungan sosial
mempunyai peluang 3,286 kali mengalami tingkat stres sedang
dibanding tidak adanya dukungan sosial. Untuk mendukung analisis
data pada variabel utama maka selanjutnya dilakukan cros tabulasi
sesama variabel karakteristik perawat.

5.3.7 Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Pendidikan
Tabel 5.15 Analisa Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Pendidikan
Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
(N=76)
Jenis
kelamin
Pendidikan OR P value
DIII Kep Skep+Skep.Ns Total
f % f % f %
0,802 Laki-laki 26 41,9 7 50,0 33 43,4 0,722
Perempuan 37 58,1 7 50,0 43 56,6
Total 62 100,0 14 100,0 76 100,0

Hasil analisis tabel 5.15 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara jenis kelamin dengan tingkat pendidikan (p-v =0,802)





Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
65

Universitas Indonesia

5.3.8 Hubungan Umur Terhadap Lama kerja
Tabel 5.16 Analisa Hubungan Umur Terhadap Lama Kerja Perawat
ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
(N=76)
Variabel r P value
Umur Lama Kerja 0,583 0,0001

Berdasarkan tabel 5.16 didapatkan bahwa terdapat hubungan antara
umur dengan lama kerja yang menunjukkan arah hubungan positif,
artinya semakin meningkat umur, semakin lama seorang perawat
bekerja (p-v =0,0001).

5.3.9 Hubungan Umur Terhadap Jenis kelamin
Tabel 5.17 Analisa Hubungan Umur Terhadap Jenis Kelamin Perawat
ICU
di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
(N=76)
J enis
kelamin
Umur
t P value
N Mean
Laki-laki 33 33,88 0,855 0,395
Perempuan 43 32,49

Berdasarkan tabel 5.17 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara umur dengan jenis kelamin (p-v =0,395)

5.3.10 Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Lama Kerja
Tabel 5.18 Analisa Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Lama Kerja
Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
(N=76)
J enis
kelamin
Lama kerja
t P value
N Mean
Laki-laki 33 5,03 -0,204 0,839
Perempuan 43 5,23

Berdasarkan tabel 5.18 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara jenis kelamin dengan lama kerja (p-v =0,839)




Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
66

Universitas Indonesia

5.3.11 Hubungan Umur Terhadap Tingkat Pendidikan
Tabel 5.19 Analisa Hubungan Umur Terhadap Tingkat Pendidikan
Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
(N=76)
Pendidikan
Umur
T P value
N Mean
D3 Kep 62 32,15 -2,567 0,012
SKep+Skep.Ns 14 37,29
Berdasarkan tabel 5.19 menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara umur dengan tingkat pendidikan (p-v 0,012).

5.3.12 Hubungan Lama Kerja Terhadap Tingkat Pendidikan
Tabel 5.20 Analisa Hubungan Lama Kerja Terhadap Tingkat Pendidikan
Perawat ICU di RSU di Jawa Tengah Tahun 2012
(N=76)
Pendidikan
Lama kerja
T P value
N Mean
DIII Kep 62 5,12 -0,214 0,831
S1 Kep+Skep.Ns 14 5,26

Berdasarkan tabel 5.20 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara lama kerja dengan tingkat pendidikan (p-v=0,831).
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
1

Universitas Indonesia

BAB 6
PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan pembahasan tentang interpretasi dan diskusi hasil
penelitian terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat
ICU di RSU di Jawa Tengah tahun 2012, keterbatasan penelitian terkait dengan
desain penelitian dan karakteristik sampel yang digunakan serta implikasi hasil
penelitian terhadap pelayanan, pendidikan dan penelitian keperawatan jiwa
khususnya.

Penelitian ini seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bertujuan
untuk: 1) mengetahui karakteristik perawat ICU (Usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, lama kerja), beban kerja, tuntutan kerja, dukungan sosial dan tingkat
stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah, 2) mengetahui hubungan antara usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja, beban kerja, tuntutan kerja, dan
dukungan sosial dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah, 3)
mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan tingkat stres perawat ICU di
RSU di Jawa Tengah.
6.1 Analisis Bivariat
6.1.1 Hubungan antara Jenis kelamin dengan tingkat stres perawat ICU di
RSU di Jawa Tengah
Hasil penelitian didapatkan bahwa proporsi perempuan lebih banyak
dari laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian Izzati (2011) yang
menunjukkan hasil bahwa dari keseluruhan perawat ICU di RSI Jemur
Sari yang mengalami stres, 80% nya adalah berjenis kelamin
perempuan. Hal ini didukung dari hasil uji statistik ada hubungan antara
jenis kelamin dengan tingkat stres. Peran perempuan lebih banyak
dibandingkan peran laki-laki. Menurut Muchlas (2005) peran tersebut
meliputi peran sebagai istri, ibu, pengelola rumah tangga dan sekaligus
pencari nafkah. Peran tersebut merupakan tuntutan dari keluarga,
masyarakat dan lingkungan tempat kerjanya. Tuntutan peran sering kali
menimbulkan konflik dan tekanan emosional.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
2

Universitas Indonesia

Hal ini didukung oleh penelitian Indriyani (2009) bahwa konflik
pekerjaan-keluarga berpengaruh signifikan positif terhadap terjadinya
stres kerja perawat wanita rumah sakit. Lebih dalam lagi dari hasil
penelitian yang didapat bahwa perawat perempuan mempunyai peluang
6,882 kali mengalami tingkat stres sedang dibanding laki-laki. Dalam
menyelesaikan tugas-tugas dalam pekerjaanya terdapat masalah yang
berhubungan dengan faktor psikologis dalam diri seorang perempuan,
misalnya merasa bersalah telah meninggalkan keluarganya untuk
bekerja, tertekan karena terbatasnya waktu dan beban pekerjaan terlalu
banyak serta situasi kerja yang kurang menyenangkan. Berdasarkan
penelitian dari Rodrigues (2010) dalam studi tingkat stres perawat ICU
di Portugal menunjukkan bahwa tingkat stres perawat perempuan lebih
tinggi daripada perawat laki-laki. Menurut Siagian (2002) secara sosial
budaya, pegawai wanita yang cenderung memiliki tugas tambahan. Dari
ketelitian memandang sesuatu, sehingga informasi yang didapat akan
lebih banyak dan hal tersebut pada akhirnya dapat menekan
perasaannya.

Semua individu yang mengalami stres akan merasa tidak nyaman,
sehingga akan termotivasi melakukan sesuatu untuk mengurangi
stresnya atau sering disebut koping. Menurut Nasir (2011) koping
merupakan suatu tindakan mengubah kognitif secara konstan dan usaha
tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang
dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu.
Menurut Lazarus dan Folkman (1984), bahwa ada dua strategi koping
dalam menghadapi stres, yaitu berfokus pada masalah dan berfokus
pada emosi. Perawat perempuan lebih sering menggunakan perasaan
dalam setiap pengambilan keputusan. Seorang perempuan cenderung
melihat segala peristiwa yang dialami dari segi detail dan laki-laki
cenderung berfikir secara rasional.

Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
3

Universitas Indonesia

Lingkungan kerja di ruang ICU yang penuh dengan tuntutan semakin
menambah konflik pribadi dan berakibat pada stres kerja pada perawat
perempuan. Berbeda dengan laki-laki, bahwa tanggung jawabnya hanya
mencari nafkah saja, sehingga konflik yang timbul dalam pekerjaan
akan selesai ketika keluar dari ruang kerjanya. Dalam menghadapi serta
menyelesaikan konflik wanita lebih mengutamakan perasaan dalam
rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh
suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh dengan tekanan. Laki-
laki berusaha mengatasi stres dengan cara mengatur atau mengubah
masalah yang dihadapi untuk mengurangi tekanan.

Berdasarkan fakta bahwa perawat perempuan lebih stres dibandingkan
laki-laki, maka hendaknya perawat perempuan meningkatkan kesadaran
diri, meningkatkan kemampuan koping melalui strategi yang berfokus
pada penyelesaian masalah, misalnya dengan meningkatkan hubungan
interpersonal untuk mendapatkan kenyamanan emosional dengan
bantuan orang lain agar mampu secara asertif menyampaikan
permasalahan untuk mencari solusi permasalahan yang dihadapi.

6.1.2 Hubungan usia dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa
Tengah
Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata usia perawat yang bertugas
di ruang ICU di RSU di Jawa Tengah adalah usia produktif.
Berdasarkan hasil statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara usia dengan tingkat stres perawat. Sejalan dengan hasil
penelitian Rodrigues (2010) yang menyatakan bahwa usia tidak
mempengaruhi tingkat stres pada perawat ICU di Portugal.

Menurut levinson dkk (1978) dalam Potter dan Perri (2005)
menyatakan bahwa tugas perkembangan pada usia produktif atau
dewasa awal adalah penuh tantangan, penghargaan, kritis, merasakan
kebebasan, mencoba karier, memikirkan tujuan masa depan serta
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
4

Universitas Indonesia

memodifikasi aktivitas kehidupan. Individu dikatakan matur pada usia
dewasa jika mencapai keseimbangan pertumbuhan fisiologis, psikologis
dan kognitif sehingga nyaman dengan pengetahuan dan kemampuan.
Ini bisa dilihat bahwa individu dapat menghadapi tugas secara terbuka,
menggunakan teknik pembuatan keputusan untuk menyelesaikan
masalah, menerima saran dan kritik yang membangun, tidak terlalu
terpengaruh dan terintimidasi oleh orang lain, karena pada tahap ini
seseorang menghadapi masalah yang dapat dipecahkan dan belajar
untuk hidup dengan masalah yang tidak dapat terpecahkan.

Menurut Foxall, Zimmermen, Bene (1990); Skipper, Jung dan Coffey
(1990) dalam Perry dan Potter (2005) menyampaikan bahwa reaksi
terhadap stresor bergantung pada kepribadian perawat dan pengalaman
sebelumnya terhadap stres dan mekanisme koping. Usia produktif
sering berhadapan dengan tantangan. J ika mereka tidak mampu
mengaturnya bisa berpotensi stres. Namun faktor kepribadian
mempunyai peran penting. Dengan adanya suatu stresor maka pada
individu yang berada pada usia produktif cenderung melakukan koping
konfrontatif untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan.

Menurut Aminullah (2008) bahwa usia yang rentan terserang stres
karena menghadapi dinamika kehidupan yaitu pada usia produktif.
Menurut Rosenmen dan Chesney (1980) dalam Hawari (2001) orang
dengan tipe kepribadian yang ambisius, kurang sabar, cara bicara cepat,
workaholic mudah terkena stres. Responden pada penelitian ini yang
berada pada usia produktif mempunyai semangat dan motivasi tinggi
untuk bekerja. Menurut Robin (2001) bahwa budaya mempengaruhi
sikap dan perilaku yang diteruskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan menciptakan konsistensi sepanjang waktu. Budaya di
Jawa Tengah menunjukkan bahwa seseorang cenderung sabar, nada
bicara rendah dan halus, sehingga tidak termasuk tipe kepribadian yang
mudah terkena stres. Menurut Aminullah (2008) untuk menghindari
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
5

Universitas Indonesia

stres pada usia produktif adalah agar membina hubungan baik dan
saling percaya dengan teman. Dengan demikian maka perawat ICU
perlu membina hubungan baik antar teman selama memberikan
pelayanan kepada pasien.

6.1.3 Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat stres perawat ICU di RSU
di Jawa Tengah
Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pendidikan terbanyak adalah
DIII Keperawatan, sesuai dengan Kemenkes (2011) bahwa mayoritas
perawat di Indonesia memang masih berpendidikan DIII Keperawatan.
Namun begitu pendidikan Skep dan Skep.Ns mempunyai tingkat stres
sedang lebih rendah dibandingkan DIII Keperawatan. Hal ini sesuai
dengan Chandrawinata (2012) bahwa tingkat pendidikan seseorang
mempengaruhi daya tahannya dalam menghadapi stres. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka keterampilan dan pengetahuan juga
semakin meningkat sehingga lebih mampu dan berhasil dalam
penguasaan emosi untuk melawan stres. Mekanisme koping dari orang
yang lebih terdidik lebih efektif, sehingga orang yang pendidikannya
tinggi lebih lebih mampu mengatasi masalah daripada orang yang
pendidikannya rendah. Sedangkan hasil uji statistik menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan
tingkat stres perawat.

Kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi keperawatan, bahwa
sebagai profesi, perawat dituntut untuk memiliki kemampuan
intelektual, interpersonal, teknis dan moral, yang bisa diperoleh melalui
proses pembelajaran di institusi pendidikan tinggi (Nursalam, 2002).
Robin (2001) menyampaikan bahwa kemampuan intelektual
memainkan peran dalam melakukan pekerjaan yang rumit karena
menuntut pemrosesan informasi. Sejalan dengan Green (1980) dalam
Notoatmodjo (2003) dan Saydam (2000) bahwa faktor pendidikan dapat
mempengaruhi perilaku dan motivasi kerja.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
6

Universitas Indonesia

Kemenkes (2011) menyampaikan semua perawat yang bertugas di
ruang ICU tanpa memandang tingkat pendidikannya, baik D III.
keperawatan ataupun S1 keperawatan harus mempunyai kompetensi
memberikan pelayanan di ICU. Menurut Hawker (2009) perawat ICU
harus meningkatkan pendidikan untuk memberikan pelayanan
profesional melalui pendidikan ataupun pelatihan. Selain itu justru
harus meningkatkan keterampilan dan pengetahuan melalui berbagai
pelatihan yang terkait. Pekerjaan perawat di ruang ICU sangat rumit
dan membutuhkan keahlian dalam mengoperasikan peralatan canggih.
Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan serta mengembangkan potensi diri.

Menurut Potter dan Perri (2005) menyampaikan bahwa pengalaman
pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup secara umum dan
kesempatan bekerja akan meningkatkan konsep diri dan keterampilan
motorik dan pemecahan masalah. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seorang perawat maka kemampuan intelektual, kreativitas dan aplikasi
dalam memberikan pelayanan kepada pasien akan semakin optimal
sehingga tingkat stresnya berkurang karena tidak mengalami banyak
kesulitan. Nasir (2011) menyampaikan bahwa kemampuan untuk
mengatur diri sendiri terhadap stres merupakan suatu proses yang
memerlukan kemauan dan awareness untuk mengubah, baik perilaku
ataupun kebiasaan. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa perawat ICU
tidak bisa menghindari stres. Sehingga mau tidak mau stres harus
dihadapi dan mencari solusi dari yang menimbulkan stres tersebut.
Strategi yang berfokus pada penyelesaian masalah sangat diperlukan
untuk berkoping efektif dalam rangka berusaha untuk mentoleransi
terhadap stres yang ada.



Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
7

Universitas Indonesia

6.1.4 Hubungan lama bekerja terhadap tingkat stres perawat ICU di RSU di
Jawa Tengah
Hasil penelitian didapatkan bahwa lama bekerja perawat rata-rata 5,14
tahun dan menurut statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara lama bekerja dengan tingkat stres perawat.
Menurut Asad (2000) bahwa terlalu lama orang bekerja dapat
menimbulkan kebosanan. Pernyataan Robins (1998), dalam Siagian
(2002) lama kerja dan kepuasan berhubungan secara positif, makin
lama seseorang bekerja maka makin terampil. Sesuai dengan Mitchel
(1982) dan Green (1988), dalam Arichman (2002) yang menyampaikan
bahwa semakin lama perawat bekerja, semakin terampil dan semakin
berpengalaman dalam menghadapi sesuatu dalam pekerjaannya.
Berdasarkan standar dari Joint Commision International (2011) bahwa
suatu Rumah Sakit harus mempunyai kebijakan dan prosedur dalam
rangka perawatan pasien berisiko tinggi. Semua pasien yang dirawat di
ruang ICU beriko tinggi dan membutuhkan pelayanan perawat yang
mempunyai kompetensi tertentu. Semakin lama perawat bertugas di
ruang ICU maka semakin banyak pengalaman dan keterampilan yang
dikuasai. Semakin sering perawat terpapar dengan perubahan kondisi
pasien yang tiba-tiba di ruang ICU, juga menjadikan perawat merasa
terbiasa dengan segala kesulitan yang dihadapi.

Menurut nasir (2011) bahwa tingkat stres dalam suatu peristiwa
tergantung pada bagaimana individu berpersepsi terhadap stresor yang
muncul. Seseorang yang beranggapan bahwa stres sebagai suatu
tantangan maka akan mempengaruhi kadar stres menjadi lebih rendah,
sehingga akan tetap enerjik serta perasaan suka dengan apa yang
dilakukan sebagai tantangan. Berbeda halnya jika seseorang melakukan
sesuatu dengan terpaksa sehingga tingkat stresnya akan lebih tinggi.
Ketika seorang perawat ICU harus melakukan pekerjaan yang sulit,
tetapi disisi lain menganggap bahwa itu harus dihadapi dan harus
berhasil, maka dalam bekerja dengan perasaan senang karena ingin
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
8

Universitas Indonesia

berhasil sehingga perasaan tertekan menjadi berkurang. Ditunjang
dengan mempunyai pengalaman dan keterampilan, maka perasaan
tertekan akan lebih kecil dibanding dengan yang belum mempunyai
pengalaman.

Menurut McClellland dalam Muchlas (2005) bahwa ada tiga kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi untuk membangun suatu motivasi, yaitu
kebutuhan keberhasilan (kebutuhan menjadi baik), kebutuhan kekuatan
(kebutuhan membuat orang lain berperilaku seperti yang kita
kehendaki) dan kebutuhan afiliasi (keinginan memiliki hubungan
dengan orang lain). Perawat yang terampil dan menguasai berbagai
peralatan canggih di ruang ICU akan dipertahankan. Peningkatan
pengetahuan dan keterampilan perawat ICU harus dilakukan dengan
pendidikan formal dan informal, dengan mengikuti berbagai pelatihan
yang tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Keterbatasan
anggaran Rumah Sakit akhirnya mengakibatkan pihak manajemen
mengambil sikap untuk mempertahankan beberapa perawat yang
dianggap sudah memiliki berbagai kompetensi sebagai perawat di ruang
ICU, dibandingkan harus mengeluarkan dana yang besar untuk
meningkatkan keterampilan perawat yang lain.

6.1.5 Hubungan antara beban kerja dengan tingkat stres perawat ICU di RSU
di Jawa Tengah
Beban kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah beban perawat
ICU dalam menjalankan tugas dan kewajibannya untuk memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien. Hasil penelitian didapatkan bahwa
antara beban kerja ringan dan berat di ruang ICU adalah sama, tetapi
beban kerja berat mempunyai peluang tingkat stresnya lebih tinggi
dibandingkan beban kerja ringan. Beban kerja berat akan terasa lebih
ringan untuk perawat yang sudah lebih lama bekerja di ruang ICU
karena sudah bisa beradaptasi. Berbeda dengan perawat yang lama
kerjanya lebih sedikit, sehingga beban pekerjaan di ruang ICU terasa
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
9

Universitas Indonesia

lebih berat menimbulkan stres. Berdasarkan statistik menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara beban kerja dengan tingkat stres
perawat.

Hasil penelitian ini didukung oleh Hay dan Oken (1972) dalam Lloyd
(2007) yang menyampaikan bahwa beban kerja perawat di ruang ICU
tergolong berat karena harus melakukan pemantauan dan pencatatan
secara rutin tentang tindakan dan setiap perubahan kondisi pada pasien.
Sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahwidhi (2010 ) tentang
Pengaruh Beban Kerja terhadap Stres Kerja pada Perawat di RSU Dr.
Soeroto Ngawi didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh beban kerja
terhadap stres kerja. Rodrigues (2010) menyampaikan bahwa ada
hubungan antara beban kerja dan tingkat stres perawat ICU, semakin
berat beban kerja maka semakin tinggi juga tingkat stres perawat..

Menurut Melamed, Kushnir dan Shirom (1992) dalam Perry dan Potter
(2005) menyampaikan bahwa stres kerja sering menimbulkan
kepenatan dengan ditandai dengan kurangnya perhatian, kelelahan fisik
dan emosional dan marah serta apatis terhadap pasien yang dirawat.
Roy (1991) menyampaikan bahwa faktor beban kerja termasuk di
dalam stimulus fokal dimana secara langsung berhadapan dengan
seseorang dan responnya segera. Perawat ICU yang merasa beban
kerjanya tinggi akan langsung berespon untuk beradaptasi dengan
kondisi yang ada. Berbagai keluhan fisik yang dirasakan merupakan
respon kelelahan dari beratnya beban kerja di ruang ICU.

Beban kerja yang ditanggung oleh perawat ICU berbeda dengan di
ruang rawat yang lain. Beban memberikan pelayanan keperawatan
untuk pasien yang sedang berjuang antara hidup dan mati tidaklah
mudah. Pemantauan dan pencatatan kondisi pasien secara rutin dan
kontinyu juga merupakan beban tersendiri. Secara psikologis ada beban
perawat untuk dapat mempertahankan kondisi pasien supaya tidak
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
10

Universitas Indonesia

semakin memburuk. Tidak hanya terhadap pasien, tetapi perawat juga
mempunyai beban untuk bersikap jujur dalam menyampaikan setiap
perubahan kondisi pasien terhadap keluarganya. Beban yang dirasakan
perawat ICU akhirnya menyebabkan adanya suatu tekanan secara terus-
menerus yang memicu terjadinya stres kerja. Hal ini akan berpengaruh
pada budaya kerja perawat di ruang ICU, dimana perawat akan
cenderung lebih disiplin, teliti dan sungguh-sungguh dalam
melaksanakan tugasnya.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa beban kerja di ruang ICU dalam
kategori berat, maka perawat harus mempunyai evaluasi diri yang baik,
keterampilan yang memadai sesuai dengan kompetensi yang
dibutuhkan, ada pembagian tugas yang jelas, mempunyai perencanaan
kegiatan yang jelas dan penguasaan teknik manajemen stres.
Berdasarkan hasil statistik bahwa perawat yang beban kerjanya berat
mempunyai peluang 6,429 kali mengalami stres sedang dibandingkan
perawat yang beban kerjanya ringan.

Individu yang menerima suatu stresor akan berusaha untuk
mengatasinya melalui sistem kekanisme koping. Mekanisme koping
adalah proses dimana seseorang mencoba untuk mengatur perbedaan
yang diterima antara keinginan (demands) dan pendapat (resources)
yang dinilai dalam suatu keadaan yang penuh tekanan (Nasir, 2011).
Mekanisme koping positif mengarah ke eaustress dan kalau mekanisme
koping yang negatif mengarah ke distres. Perawat yang distres karena
beban kerja yang berat dapat mengakibatkan lelah, bosan, tidak nyaman,
sehingga berdampak pada pekerjaannya dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien. Akibatnya jika perawat stres maka sering
bersikap tidak profesional, contohnya: marah pada pasien, berbicara
dengan membentak dan sikap yang tidak therapeutik selama
memberikan pelayanan kepada pasien. Beban terhadap harapan
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
11

Universitas Indonesia

pimpinan Rumah sakit, beban karena kurangnya tenaga perawat juga
akan semakin meningkatkan stres perawat.

6.1.6 Hubungan tuntutan kerja dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di
Jawa Tengah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tuntutan kerja di ruang ICU dalam
kategori tinggi dan analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang antara tuntutan kerja dengan tingkat stres perawat, yaitu
semakin tinggi tuntutan kerja maka tingkat stres semakin meningkat.

Hasil penelitian ini dikuatkan oleh Scott (2010) yang mengatakan
bahwa tuntutan kerja perawat di ruang ICU tergolong tinggi. Menurut
Bakker dan Schaufeli (2000) dalam Beau (2006) menyampaikan bahwa
tuntutan di lingkungan unit perawatan intensif berhubungan dengan
tingkat stres perawat dan mempengaruhi mental, fisik dan perilaku
perawat. Perawat yang bertugas di bagian unit perawatan intensif
dituntut harus mampu berpikir dan bertindak cepat dalam situasi stres
tinggi (Olin,2008). Tuntutan kerja merupakan stimulus fokal untuk
terjadinya stres. Stimulus yang ada akan membuat perawat ICU
langsung berespon untuk bertahan (Roy,1991).

Berdasarkan statistik bahwa perawat yang mempunyai tutuntan kerja
tinggi mempunyai peluang 3,00 kali stres sedang dibandingkan tuntutan
kerja rendah. Tuntutan untuk konsentrasi selama bekerja, bekerja cepat
dan tepat, mengoperasikan peralatan canggih dengan benar, mengambil
keputusan secara cepat dalam menghadapi perubahan kondisi pasien
yang tiba-tiba, melakukan pencatatan setiap tindakan dan perubahan
kondisi pasien serta menjalin hubungan dengan keluarga pasien, harus
dipenuhi secara profesional oleh setiap perawat ICU. Hal ini
menjadikan kondisi perawat ICU selalu waspada dalam ruangan
kerjanya. Dasar pengetahuan dan keterampilan teknis terutama dalam
memberikan perawatan menggunakan peralatan canggih, serta
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
12

Universitas Indonesia

komitmen waktu harus dimiliki oleh setiap perawat ICU. Tuntutan lain
adalah untuk selalu siap dan waspada dalam menerima perubahan
kondisi pasien yang secara tiba-tiba.

Berdasarkan teori tentang motivasi menurut Herzberg dalam Muchlas
(2005) bahwa seseorang akan merasa puas dalam pekerjaannya jika ada
pengakuan secara intrinsik (pengakuan keberhasilan dan tanggung
jawab) serta pengakuan secara ekstrinsik (adanya kebijaksanaan,
supervisi, hubungan antar manusia, dan kondisi kerja). Perawat ICU
dalam lingkungan yang penuh dengan stres, jika mempunyai motivasi
kerja yang tinggi maka akan berusaha melakukan suatu usaha untuk
mereduksi tingkat stres. Dengan tuntutan kerja yang tinggi maka
perawat akan melakukan usaha yang semakin besar juga untuk
memenuhi tuntutan tersebut, dalam hal ini memberikan pelayanan
perawatan yang baik untuk mencapai kepuasan kerja dan mereduksi
ketegangan mentalnya.

Namun begitu, berdasarkan teori motivasi harus ada kesesuaian antara
kebutuhan perawat dengan tujuan Rumah sakit, sehingga usaha keras
yang dilakukan perawat tidak sia-sia. Berdasarkan hierarki Maslow
maka pihak manajemen harus mengetahui dan memenuhi kebutuhan
perawat, sehingga tercipta kepuasan kerja serta motivasi kerja yang
terus meningkat dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
kepada pasien. Dengan bekerja di ruang ICU yang penuh dengan stres,
namun motivasi kerja perawat tinggi maka tingkat stres akan menurun.

6.1.7 Hubungan dukungan sosial dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di
Jawa Tengah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan persentasi terbanyak
responden mengatakan ada dukungan sosial, berdasarkan analisis
statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial
dengan tingkat stres perawat.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
13

Universitas Indonesia

Hasil penelitian ini dikuatkan oleh Fogaca (2008) yang menunjukkan
hasil bahwa kurangnya dukungan sosial merupakan salah satu faktor
penyebab stres perawat ICU di Brazil. Hal ini didukung juga oleh
penelitian dari Badger (2005) yang menyebutkan bahwa hal yang
berkontribusi terhadap stres pada perawat ICU adalah konflik antar staf,
kurangnya dukungan emosional dan konflik dengan dokter. Hasil
penelitian yang disampaikan oleh Rodrigues (2010) menunjukkan hasil
bahwa ada hubungan antara hubungan interpersonal perawat ICU
dengan tingkat stres. Semakin tidak ada dukungan sosial maka tingkat
stres perawat semakin tinggi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mrayyan (2009) menunjukkan
hasil bahwa stres kerja perawat ICU di Yordania dalam kategori tinggi
dibandingkan ruang rawat yang lain, dan ini dikarenakan rendahnya
dukungan sosial. Hasil penelitian ini juga dikuatkan oleh Fassier
(2010) menyebutkan bahwa konflik antar staf di ruang ICU Paris
menyebabkan perasaan kelelahan bagi stafnya. Dukungan sosial
merupakan stimulus fokal dalam proses stres dan adaptasi menurut Roy
(1991). Hubungan dan dukungan yang kurang pada sesama staf yang
bertugas di ruang ICU akan menjadikan kondisi kerja tidak nyaman.

Menurut Revenson dan majerovitz (1991) dalam Potter dan Perry
(2005) menyampaikan bahwa sistem pendukung dapat mengurangi stres
dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental. Sistem pendukung
seperti keluarga, teman dan rekan kerja yang dapat mendengarkan dan
memberikan nasihat serta dukungan emosional sangat bermanfaat bagi
seseorang yang mengalami stres. Kerjasama yang baik dalam Tim
antara perawat, dokter dan staf lain di ruang ICU sangat diperlukan
karena memberikan pelayanan. Kondisi kerja yang berat dan penuh
dengan stres akan terasa semakin berat jika interaksi antar anggota Tim
tidak kondusif.

Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
14

Universitas Indonesia

Lingkungan kerja yang saling mendukung akan menciptakan perasaan
nyaman, sehingga akan berdampak pada kualitas pelayanan yang
diberikan kepada pasien yang tercermin melalui sikap perawat. Situasi
kerja yang berat, penuh dengan stres dan penuh dengan konflik akan
terasa berkurang apabila dikerjakan bersama dalam Tim yang saling
memberikan dukungan dan motivasi. Secara hierarki Maslow bahwa
perawat yang bertugas di ruang ICU mempunyai kebutuhan dasar,
yaitu: fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri
yang ingin dipenuhi. Wujud dukungan sosial bisa berupa memberikan
pujian dengan keberhasilan teman, menjadi pendengar yang baik
apabila salah satu ingin menyampaikan pendapat, ataupun dengan cara
duduk bersama untuk mendiskusikan masalah dalam rangka mencari
solusi. Pekerjaan yang mengharuskan stafnya untuk saling bekerjasama
tidak akan berhasil dengan baik jika kondisi kerja tidak kondusif. Hal
ini membuat seseorang merasa tertekan di dalam melaksanakan
pekerjaannya yang akhirnya berespon terhadap tekanan tersebut.

6.2 Implikasi hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan beberapa faktor yang
berkontribusi terhadap tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah.
Berikut ini diuraikan implikasi hasil penelitian terhadap:
6.2.1 Pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor jenis kelamin, beban
kerja, tuntutan kerja, dan dukungan sosial ada hubungan dengan tingkat
stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah. Hal ini memberikan
implikasi bagi manajemen Rumah Sakit dalam rangka menurunkan
tingkat stres perawat melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia
melalui pelatihan dan sistem pembagian tugas yang jelas. Implikasi
untuk perawat bahwa adanya stres pada perawat ICU mengakibatkan
kualitas asuhan keperawatan menurun, sehingga perawat hendaknya
mempunyai mekanisme koping yang baik dan hubungan interpersonal
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
15

Universitas Indonesia

yang baik melalui teknik komunikasi dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan kepada pasien.

Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah dapat diketahuinya
tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah dan dapat
teridentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres
perawat. Hasil ini menjadi informasi yang sangat berharga dan dapat
ditindaklanjuti dalam rangka mengoptimalkan pelayanan perawatan.
Pihak manajemen Rumah sakit dapat meningkatkan kualitas perawat
melalui pemberian kesempatan untuk menempuh pendidikan formal
yang lebih tinggi.

6.2.2 Pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk perkembangan keilmuan
keperawatan jiwa dan dapat digunakan untuk melengkapi kajian tentang
tingkat stres perawat ICU. Hal ini memberikan implikasi bagi
penyelenggara pendidikan untuk memfasilitasi dan mempersiapkan
anak didik secara psikologis.

6.3.3 Kepentingan penelitian
Hasil penelitian ini dapat dimasukkan dalam jurnal penelitian dan
menjadi acuan pelaksanaan penelitian yang sama. Idealnya semua
perawat hendaknya mampu mengekplore faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat stresnya melalui pendekatan penelitian
kualitatif dan perlu menyertakan faktor confounding.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
82

Universitas Indonesia

BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan terhadap hasil penelitian analisa faktor-faktor yang berhubungan dengan
tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah sebagai berikut:
7.1 Simpulan
7.1.1 Karakteristik responden yang terlibat di dalam penelitian ini adalah
mayoritas berjenis kelamin perempuan, usia antara 22-53 tahun,
pendidikan terakhir D3 keperawatan dan lama bekerja 1-22 tahun.
7.1.2 Analisis univariat menunjukkan bahwa perawat perempuan lebih stres
dibanding laki-laki, beban kerja di ruang ICU tergolong berat, tuntutan
kerja tinggi, dan ada dukungan sosial dari sejawat bagi perawat di ruang
ICU.
7.1.3 Tidak terdapat hubungan antara usia, lama kerja dan tingkat pendidikan
dengan tingkat stres perawat ICU di RSU di Jawa Tengah.
7.1.4 Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat stres perawat
ICU di RSU di Jawa Tengah, perawat perempuan lebih stres dibanding
laki-laki, berdasarkan statistik bahwa perawat perempuan mempunyai
peluang 6,882 kali stres sedang dibanding perawat laki-laki.
7.1.5 Terdapat hubungan antara beban kerja dengan tingkat stres perawat ICU
di RSU di Jawa Tengah, perawat yang mempunyai beban kerja berat
mempunyai peluang untuk mengalami tingkat stres sedang 6,429 kali
dibanding perawat yang beban kerjanya ringan.
7.1.6 Terdapat hubungan antara tuntutan kerja dengan tingkat stres perawat
ICU di RSU di J awa Tengah, tuntutan kerja yang tinggi mempunyai
peluang mengalami tingkat stres sedang 3,00 kali dibanding tuntutan
kerja ringan.
7.1.7 Terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat stres perawat
ICU di RSU di Jawa Tengah, perawat yang tidak mendapat dukungan
mempunyai peluang 3,286 kali stres ringan dibandingkan yang ada
dukungan sosial.

Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
83

Universitas Indonesia

7.2 Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
7.2.1 Aplikasi Keperawatan
Dalam rangka menurunkan tingkat stres maka perawat ICU hendaknya
meningkatkan evalusi diri, meningkatkan mekanisme koping yang
positif, menerapkan teknik manajemen stres yang baik dan
meningkatkan kualitas teknik komunikasi dalam hubungan
interpersonal. Pihak manajemen Rumah Sakit hendaknya berupaya
menurunkan tingkat stres perawat, dengan cara melakukan evaluasi
secara berkala tentang kondisi perawat sebagai antisipasi terjadinya
stres kerja, melaksanakan pengaturan pemberian reward yang sesuai,
meningkatkan kualitas sumber daya perawatan melalui pemberian
kesempatan menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan
melaksanakan program refreshing untuk perawat secara berkala. Bagi
spesialis keperawatan jiwa dapat bekerjasama dengan pihak
manajemen Rumah Sakit memberikan pelatihan tentang teknik
manajemen stres bagi perawat.

7.2.2 Keilmuan
Pengelola pendidikan tinggi keperawatan hendaknya mempersiapkan
anak didiknya terkait dengan mekanisme koping yang positif sebagai
antisipasi pencegahan terhadap stres kerja perawat. Pihak manajemen
Rumah Sakit hendaknya mengeksplorasi lebih dalam mengenai faktor-
faktor yang berhubungan dengan tingkat stres perawat.

7.2.3 Penelitian
Perlunya pengembangan penelitian lanjutan tentang faktorfaktor lain
yang berhubungan dengan tingkat stres kerja perawat ICU di RSU
dengan pendekatan kualitatif, melihat kemampuan mekanisme koping
perawat dalam mengatasi stres, menempatkan karakteristik perawat
sebagai faktor confounding dan melakukan suatu intervensi untuk
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
84

Universitas Indonesia

mengetahui penurunan tingkat stres perawat antara sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi.

Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012


Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Agung, A., (2009). Faktor-faktor penyebab stres kerja pada perawat ICU rumah
sakit tipe C di kota semarang.
http://www.eprints.undip.ac.id/10782/19(jurnal)-andreas-agung k.pdf,
diperoleh 1 Pebruari 2012.

Agustina, L., (2006). Dinamika interaksi stres kerja dan penyakit pada karyawan.
Tesis. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Tidak
dipublikasikan

Angelberta (2011). 10 jenis Pekerjaan Yang Menyebabkan Stres. http://
http://sidomi.com/14326/10-jenis-pekerjaan-yang-menyebabkan-stres-
tingkat-tinggi. diperoleh 12 Pebruari 2012.

Ariawan, I. (1998). Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Jakarta :
FKM-UI (tidak di publikasikan).

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.

As'ad., (2001). Psikologi Industri, Yogyakarta

Badger, J. M.,(2005). Factors That Enable or Complicate End-of-Life Transitions
in Critical Care. The American Journal of Critical Care. Am J Crit Care
2005 ;14: 513-521.

Beau, S. P., ( 2006). Registered Nurses Perseptions Of factors causing Stress In
The Intensive care Environment In State Hospitals. Nelson Mandela
Metropolitan University

Budiman, N dan Tjandrasa, M., (2011). Joint Commission International: Standar
Akreditasi Rumah Sakit. Edisi 4. PT Gramedia. Jakarta

Cade, J. F., Fracp., Fanzca., Fficanzca., (2002). Uncommon Problems In
Intensive care, Greenwich Medical Media Limited: London

Carayon.P., Alvarado. C., Hundt.A.S., (2003). Reducing workload and
increasingpatient safety through work and workspace design. Department of
Industrial Engineering University of Wisconsin-Madison

Carmen, G. L., Celine, G., Jamie, C, Johanne, B., Lynne, M., (2011). A prepost
evaluation of the Adler/Sheiner Programme (ASP): A nursing informational
programme to support families and nurses in an intensive care unit (ICU).
http://www.elsevier.com/iccn, diperoleh 29 Maret 2012.

Dharma,K.K.(2011). Metodologi Penelitian keperawatan: Panduan
Melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans info Media.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012


Universitas Indonesia

Elman R and Arnetz B., (2006). Stress in Health and Disease. Weinheim: Wiley-
VCH Verlag GmbH & Co. KGaA

Fogaa, M. C, Carvalho, W. B., Ctero, V. A., Nogueira-Martins, L. A., (2008).
Factors that cause stress for physicians and nurses working in a pediatric
and neonatal intensive care unit: bibliographic review., 20 (3): 261-266

Gang, EH., Park., (2006). A study on job stress and the coping of ICU nurses
Article in Korean. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17804948,
diperoleh 19 Juni 2012

Hall E., ( 2001). Nurse Burnout In A High Stress Health Care Environment:
Prognosis Better Than Expected. http://www.otago.ourarchieve.ac.nz.pdf,
diperoleh 12 Maret 2012.

Hastono, S.P. (2001). Modul analisis data. Jakarta : FKM UI (tidak
dipublikasikan).

Hastono, S.P. (2007). Modul analisis data kesehatan. Jakarta : FKM UI (tidak
dipublikasikan).

Hawari, D.(2001).Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI.

Hawker R., (2009). OHS Intensive care manual: Design and organisation of
intensive care units. Sixth Edition. USA: Butterworth Heinemann Elsevier.

Hudak,C.M.,Gallo,.B.M.(1997).Keperawatan Kritis:Pendekatan Holistik, Jilid I.
Jakarta: EGC.

Indriyani,A.(2009). Pengaruh Konflik Peran Ganda Dan Stres Kerja Terhadap
Kinerja Perawat Wanita Rumah Sakit.FE. Tesis. UNDIP. Tidak
dipublikasikan.

Izzati, Z., ( 2011). Gambaran Tingkat Stres Perawat Ditinjau Dari Jenis kelamin,
Usia, Dan Kerja Di Ruang ICU/ICCU RSI Jemursari Surabaya. Skripsi.
Tidak dipublikasikan

Frelita,G., dkk.,(2011). Joint Commission International Standar. Edisi 4. J akarta:
PT Gramedia

ICN., (2010). Campaign overview: What are Positive Practice Environments,
(http://www.ppecampaign.org/content/campaign-overview, diperoleh 12
Pebruari 2012.

ICN., (2010). Call to action, (http://www.ppecampaign.org/content/call-action,
diperoleh 12 Pebruari 2012).

Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012


Universitas Indonesia
ICN., (2010) International Council of Nurses Conference Focus on Positive
Practice Environments, http://www.ppecampaign.org/content/international-
council-nurses-conference-focus-positive-practice-environ, diperoleh 12
Pebruari 2012).

ICN. (2010). Key characteristics,(http://www.ppecampaign.org/content/key-
characteristics, diperoleh 12 Pebruari 2012).

ICN (2010). Second Global Forum on Human Resources for Health in Bangkok,
25-29 January 2011, (2011, http://www.ppcampaign.org/content/second-
global-forum-human-resources-health-bangkok-25-29-januari, diperoleh 12
Pebruari 2012).

J ill, V., Radtke., Judith, A. Tate., Mary, B. H., (2011). Nurses perceptions of
communication training in the ICU. ). http://www.elsevier.com/iccn,
diperoleh 29 Maret 2012.

Joseph, P., Ruth, E., (2008). ICU nurses in leadership roles report high levels of
stress with subsequent impact on relationship dynamics. http://www.
doi:10.1016/j.aucc.2008.12.047, diperoleh 29 Maret 2012.

Kaplan, H.I., Sadock,B.J., & Grebb,J.A. (2004). Sinopsis psikiatri. Edisi Ketujuh.
Jakarta : Binarupa Aksara.

Kemenkes (2010). Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive care Unit
(ICU) Di Rumah Sakit. Jakarta. Tidak dipublikasikan.

Lemeshow,S., Hosmer D.W., Klar,J.& Lwanga,S.K (1997). Besar sampel dalam
penelitian kesehatan. Edisi Bahasa Indonesia. Alih bahasa : Dibyo
Pramono& Hari Kusnanto. Yopgyakarta : Gadjah Mada University Press

Lexshimi, R., Tahir. S., Santhna, L.P., Nizam, M. D., (2007). Prevalence of Stress
and Coping Mechanism among Staff Nurses in the Intensive Care Unit., 2
(2): 146-153

Lhingshih, Y., Ho, W. H.,Chang, C. S., Liang, R. D., (2009 ). Effects of job
rotation and role stress among nurses on job satisfaction and organizational
commitment. http://www.biomedcentral.com/1472-6963/9/8, diperoleh 29
Maret 2012.

Lloyd, G and Guthrie, E., (2007). Handbook of Liaison Psychiatry. New York:

Loiselle, C. G., Gelinas, C., Cassoff, J., Boileau, J ., McVey, L., (2011 ). A pre
post evaluation of the Adler/Sheiner Programme (ASP): A nursing
informational programme to support families and nurses in an intensive care
unit (ICU). http://www.sciencedirect.com, diperoleh 29 maret
2012.Cambridge University Press.

Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012


Universitas Indonesia
Machfoedz,dkk.(2005). Metodologi Penelitian: Bidang Kesehatan, Keperawatan,
dan kebidanan. Yogyakarta: Tramaya.

Mealer , M., Jones, J., Newman, J., McFann, K., Rothbaum, B., Moss, M., (2011)
The presence of resilience is associated with a healthier psychological
profile in intensive care unit (ICU) nurses: Results of a national survey.
International Journal of Nursing Studies 49 (2012) 292299

Meredith, M., Jacqueline, J., Julia, N., Kim, K. M., Barbara, R., Marc, M., (2012).
The presence of resilience is associated with a healthier psychological
profile in intensive care unit (ICU) nurses: Results of a national survey,
International Journal of Nursing Studies 49 (2012) 292299

Mims, M., Stanford, M. (2003). Stress and Burnout Among Critical Care Nurses.
http://www.lagrange.edu/resources/pdf/citations/nursing/Stress%20and%20Burn
out.pdf, diperoleh 25 Juni 2012

Muchlas,M.(2005). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Munandar, Ashar S., (2001). Psikologi Industri Dan Organisasi. Universitas
Indonesia (UI Press)

Mrayyan . M.T.,(2009). Job stressors and social support behaviors: comparing
intensive care units to wards in Jordan. Hashemite University, Zarqa,
Jordan. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19379118, diperoleh 25 Juni
2012

Nasir A dan Muhith A.,(2011). Pengantar Keperawatan Jiwa: pengantar dan
teori. Jakarta: Salemba Medika.

Notoadmodjo,S.(2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam.(2002). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam,(2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan, Jakarta: Salemba medika.

Perry &Potter (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik, Edisi
4. Jakarta: EGC.

Poncet., Toullic., Papazian., (2006). Burnout Syndrome in Critical Care Nursing
Staff . http:www.ajrccm.atsjournal.org.pdf, diperoleh 29 Maret 2012.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012


Universitas Indonesia

Raper, R. F., Fisher, M.M., (2009). OHS Intensive care manual: Ethics in
intensive care. Sixth Edition. USA: Butterworth Heinemann Elsevier.

Robbins,S (2001). Perilaku organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jilid 1.
Jakarta: PT. Prenhallindo.

Rodrigues, V.M.C.P., FerreiraII, A.A.S.,(2010). Stressors in nurses working in
Intensive Care
Units.http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S010411692011000400023&scr
pt=s_arttext. diperoleh 25 Juni 2012.

Roy C. (1991). The Adaptation model: the definitive statemen. California:
Appleton & Lange.

Sastroasmoro, S. & Ismael, S. (2008). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis,
(3
th
ed). Jakarta : CV. Sagung Seto.

Satomi, K., Mitsunori, M., (2011). Development of a scale for difficulties felt by
ICU nurses providing end-of-life care (DFINE): A survey study.
http://www.elsevier.com/iccn, diperoleh 29 Maret 2012.

Saydam, G., (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia ( Suatu pendekatan
mikro). Jakarta: Djambatan.

Scott, M., Monroe, John. M., (1997). Measurement of Stress Appraisal. New
York: Oxford University Press

Scott., Ann, E. R., Hwang, W.T., Zhang, Y., (2006). Effects of Critical Care
Nurses Work Hours on Vigilance and Patients Safety.
http://www.aacn.org. Diperolah 29 Maret 2012

Scott,L.D., et al. (2006). Effect Of Critical Care Nurses Work Hours On
Vigilance and Patients Safety, American Journal Of Critical Care, Vol 15.

Siagian, S. P, (2002). Kiat meningkatkan produktivitas kerja. Jakarta: Rineka
Cipta.

Sitorus, R., (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di rumah sakit:
Penataan Struktur& Proses (sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di
Ruang rawat. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., (2002), Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Suliswati, dkk.(2005).Konsep dasar keperawatan Kesehatan jiwa. Jakarta: EGC.
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012


Universitas Indonesia

Swanburg,R.(2000). Pengantar kepemimpinan & Manajemen Keperawatan Untuk
Perawat Klinis. Jakarta: EGC.

Townsend, M. C., (2009). Psychiatric Mental Health Nursing: Concept of Care
in Evidence-Based Practice. Sixth Edition. Philadelpia: F.A. Davis
Company

Videbeck, S.L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Psychiatric Mental Health
Nursing). Edisi Bahasa Indonesia (Cetakan I). Alihbahasa : Komalasari, R.
& Hany, A. Jakarta : EGC.

Welch, J. R ., Theaker. C., (2009). OHS Intensive care manual: Critical care
nursing. Sixth Edition. USA: Butterworth Heinemann Elsevier.

Wen, H. H., Ching, S. C., Ying, L. S., Rong, D. L., (2009). Effects of job rotation
and role stress among nurses on job satisfaction and organizational
commitment. http://www.biomedcentral.com, diperoleh 29 maret 2009.

Widyastuti,P.(2004). Manajemen Stres: National Safety Council. Jakarta: EGC.

Wilkins dan Williams (2010). Conflicts and communication gaps in the intensive
careunit.http://xa.yimg.com/kq/groups/16749867/1874034950/name/Conflic
ts+a d+communication+gaps+in+the+intensive+care+unit.pdf. diperoleh
25 Juni 2012

Wodroow, P., (2004). Intensive Care Nursing: A Frame Work For Practice, New
York: Routledge is an imprint of the Taylor & Francis Group

______, (2012). Tingkat Pendidikan Pengaruhi Daya Tahan Stres (Kesehatan).
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=32221. Didapat 12 Juli 2012

______, (2008). Usia Produktif Rentan Stres.
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/08/10/17/8098-
usia-produktif-rentan-stres. diperoleh 25 Juni 2012.

Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
No item
II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV
1 Penyelesaian BAB I s.d BAB IV
2 Ujian Proposal
3 Pengumpulan Data
4 Analisis Dan Penafsiran Data
5 Penulisan Laporan
6 Ujian Hasil Penelitian
7 Sidang Tesis
8 Perbaikan Tesis (Jika Diperlukan)
9 Jilid Hard Cover (Pengumpulan Laporan )
Titik Suerni
LAMPIRAN 1
RENCANA JADUAL KEGIATAN PENELITIAN DALAM MINGGU
SEMESTER GENAP 2011/2012
Agustus Peb Maret April Mei Juni Juli
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN
Saya yang menyatakan di bawah ini:
Nama : Titik Suerni
No Telepon : 08122885127
Adalah mahasiswa Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Kekhususan
Keperawatan J iwa Universitas Indonesia, bermaksud mengadakan penelitian
dengan judul yaitu:
Analisa Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Stres Perawat ICU Di
RSU Di Jawa Tengah
Adapun hasil penelitian ini nantinya akan direkomendasikan sebagai masukan
untuk program pelayanan kesehatan jiwa di Rumah Sakit Umum di Jawa Tengah.
Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan membawa dampak negatif bagi
siapapun. Peneliti berjanji akan menjunjung tinggi hak-hak saudara sebagai
responden dengan cara :1) Menjaga kerahasiaan data yang diperoleh baik dalam
proses pengumpulan data, pengolahan data, serta penyajian hasil penelitian 2)
Menghargai keinginan saudara sebagai responden untuk tidak berpartisipasi dalam
penelitian ini dengan atau tanpa alasan tertentu 3) Memperhatikan kenyamanan
responden 4) Menerapkan perlakuan dengan prinsip keadilan dan kesamaan pada
setiap responden sampai berakhirnya kegiatan penelitian.
Demikian penjelasan mengenai penelitian yang akan saya lakukan. Akhir kata
peneliti mengharapkan kesediaan menjadi responden dan peneliti ucapkan banyak
terimakasih atas partisipasinya untuk peran serta dalam penelitian ini.
Hormat Saya,

Titik Suerni

LAMPIRAN 2
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012


LEMBAR PERSETUJUAN

Setelah saya membaca penjelasan mengenai penelitian ini dan mendapatkan
jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan pada peneliti, maka saya mengetahui
dan memahami manfaat serta tujuan penelitian yang akan dilakukan.
Saya memahami bahwa peneliti menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak saya
sebagai responden serta penelitian ini tidak akan berdampak negatif. Saya
menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar sekali
manfaatnya bagi peningkatan kualitas kesehatan jiwa di Rumah Sakit Umum.
Dengan ini, saya menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian dan bersedia
menandatangani lembar persetujuan ini.

., .2012
Responden,


..



LAMPIRAN 3
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012


INSTRUMEN A

DATA SOSIO DEMOGRAFI

Nomor Kode:

Petunjuk Pengisian:
1. Isi dengan lengkap
2. Untuk data yang harus dipilih, beri tanda kali ( X ) pada kotak yang tersedia dan atau isi
sesuai jawaban.

A. SOSIO DEMOGRAFI PERAWAT ICU

1. Inisial Nama Perawat :


2. J enis kelamin : Laki-laki Perempuan


3. Usia : . Tahun (Ulang tahun terakhir)


4. Pendidikan Terakhir


DIII Kep S1 Kep S1 Kep.Ners



5. Lama Bekerja

Lama.tahun.bulan










LAMPIRAN 4
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012


KUESIONER B
SKALA STRES

Berilah tanda ( V ) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan pendapat anda:
0. jika Tidak Pernah memikirkan / melakukannya
1. Isilah J jika J arang memikirkan / melakukannya
2. Isilah P jika Sering memikirkan / melakukannya
3. Isilah S jika Selalu memikirkan / melakukannya
No Pertanyaan 0 1 2 3
1. Saya kecewa dengan hal kecil
2. Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap sesuatu
3. Saya merasa sulit untuk santai
4. Saya mudah marah
5. Saya merasa apa yang saya lakukan menguras banyak tenaga
6. Saya merasa tidak sabar ketika menjalani sesuatu
7. Saya merasa sensitif
8. Saya merasa sulit untuk tenang
9. Saya merasa cepat marah
10. Saya sulit untuk kembali tenang setelah saya marah
11. Saya sulit menerima kritikan
12. Saya merasakan situasi yang tegang
13. Saya merasa tidak nyaman terhadap apapun yang saya lakukan
14. Saya merasa gelisah
Sumber: Lovibond & Lovibond (1995)
LAMPIRAN 5
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012



KUESIONER C
BEBAN KERJA
Berilah tanda ( V ) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan pendapat anda:
1. J ika Tidak Pernah ada keluhan dalam melaksanakan tugas
2. J ika J arang ada keluhan dalam melaksanakan tugas
3. J ika kadang-kadang ada keluhan dalam melaksanakan tugas
4. J ika sering ada keluhan dalam melaksanakan tugas
5. J ika Selalu ada keluhan dalam melaksanakan tugas
No Pernyataan 1 2 3 4 5
1. Beban kerja terhadap observasi pasien selama jam kerja
2. Beban kerja terhadap banyak pekerjaan yang harus
dilakukan

3. Beragamnya jenis pekerjaan yang harus dilakukan
4. Beban kerja terhadap kontak langsung perawat dengan klien
di ruang rawat

5. Beban kerja terhadap kurangnya tenaga perawatan diruang
rawat dibandingkan dengan jumlah pasien

6. Beban kerja karena keterampilan yang saya miliki tidak
mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan

7. Beban kerja terhadap harapan pimpinan rumah sakit
terhadap pelayanan yang berkualitas.

8. Beban kerja terhadap tuntutan keluarga untuk keselamatan
pasien.

9. Beban kerja terhadap setiap saat dihadapkan pada keputusan
yang harus tepat

10. Beban kerja terhadap tanggung jawab dalam melaksanakan
perawatan pasien terlalu banyak

11. Beban kerja terhadap setiap saat menghadapi pasien dengan
karakteristik dalam kondisi lemah

12. Beban kerja terhadap tugas pemberian obat-obatan
13. Beban kerja terhadap tindakan penyelamatan pasien

LAMPIRAN 6
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012



KUESIONER D
TUNTUTAN KERJA
Berilah tanda ( V ) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan pendapat anda:
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Pekerjaan saya menuntut banyak konsentrasi
2. Saya menghadapi pola shift kerja
3. Saya siap menghadapi perubahan kondisi pasien yang tiba-tiba
4. Saya bekerja dengan cepat
5. Pekerjaan saya menguras pikiran dan emosi
6. Saya bekerja dengan menggunakan pengetahuan tentang
penggunaan peralatan canggih

7. Saya merasa percaya diri setiap mempergunakan peralatan dalam
pekerjaan saya

8. Saya menggunakan peralatan canggih dengan benar dalam
pekerjaan saya

9. Saya yakin peralatan yang digunakan dalam pekerjaan kondisinya
baik

10. Saya menjawab telephon ketika sedang jam sibuk
11. Saya selalu menginformasikan kondisi pasien kepada keluarganya
12. Saya membina hubungan baik dengan tim kesehatan
13. Saya membina hubungan baik dengan keluarga
14. Saya menghibur keluarga yang sedang berduka
15. Saya mengambil keputusan dengan cepat
16. Saya mencatat setiap tindakan dan perubahan pada pasien dengan
cermat

Sumber: Beau (2006)
LAMPIRAN 7
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012





KUESIONER E

DUKUNGAN SOSIAL

Berilah tanda ( V ) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan pendapat anda:

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Saudara ditemani ketika sedang merawat pasien?
2. Apakah Saudara mempunyai orang kepercayaan untuk
berkeluh kesah tentang pekerjaan?

3. Apakah Saudara merasa diperhatikan oleh orang lain saat
ini?

4. Apakah Saudara diingatkan oleh orang lain ketika merawat
pasien?

5. Apakah Saudara diingatkan oleh orang lain untuk
mengawasi kondisi pasien?

6. Apakah Saudara dibantu oleh orang lain dalam
menjalankan tugas-tugas rumah tangga Saudara?

7. Apakah Saudara dibantu oleh orang lain ketika Saudara
sedang mengalami kesulitan?

8. Apakah Saudara merasa dihargai oleh orang lain?
9. Apakah Saudara merasa dianggap oleh orang lain?
10. Apakah Saudara merasa senang dengan tempat tugas saat
ini?

11. Apakah Saudara merasa mampu menjalankan tugas
pekerjaan saat ini?

12. Apakah Saudara diberikan semangat untuk melaksanakan
tugas pekerjaan?

13. Apakah Saudara merasa tidak berguna dengan menjalankan
tugas pekerjaan saat ini?

14. Apakah Saudara dilibatkan dalam suatu penyampaian
pendapat?

15. Apakah Saudara mengetahui tentang kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang perawat ICU?

16. Apakah Saudara mengetahui Ruang ICU itu apa?
17. Apakah Saudara mengetahui tentang tujuan perawatan di
Ruang ICU?

18. Apakah Saudara mengetahui apa yang harus dilakukan jika
saudara membutuhkan informasi ?

19. Apakah Saudara diberikan informasi mengenai tugas
Saudara sekarang?

20. Apakah Saudara mengetahui kapan waktu Saudara harus
melakukan tindakan secara cepat?

21. Apakah Saudara mengetahui kondisi-kondisi yang
mengharuskan Saudara segera melakukan tindakan secara

LAMPIRAN 8
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
No Pertanyaan Ya Tidak
cepat?
22. Apakah Saudara mendapatkan jaminan kesehatan?
23. Apakah Saudara mendapatkan fasilitas pinjaman uang dari
tempat saudara bekerja saat ini?

24. Apakah sumber penghasilan Saudara tidak hanya dari
tempat bekerja saat ini?

25. Apakah Saudara mempunyai pembantu yang membantu
Saudara sehari-hari di rumah?

26. Apakah keluarga anda mendukung pekerjaan yang Saudara
lakukan?

27. Apakah Saudara tidak memiliki hambatan keuangan saat
ini?

28. Apakah keluarga Saudara memiliki sumber penghasilan
lain?

Sumber: Smeltzer dan Bare (2002)



Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012


DAFTAR RIWAYAT HIDUP




Nama : Titik Suerni
Tempat/tanggal lahir : Semarang, 22 Agustus
1976
J enis Kelamin : Perempuan
Alamat : Menjangan II
No. 59 B Pedurungan
Semarang
E Mail : [email protected]
Institusi : RSJ D Dr. Amino
Gondohutomo
Semarang

Riwayat Pendidikan:
SDN Diwak : Lulus Tahun 1989
SMP Girisonta Karangjati : Lulus Tahun 1992
SMAN I Karangjati : Lulus Tahun 1995
Akper KBN Magelang : Lulus Tahun 1998
STIKES Ngudi Waluyo Ungaran : Lulus Tahun 2005

Riwayat Pekerjaan:
Staf Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa : Tahun 1999 - 2000
Staf Perawat Rumah Sakit J iwa Daerah Semarang : Tahun 2000 - Sekarang

Lampiran 12
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012
Analisa faktor..., Titik Suerni, FIK UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai