Dokumen tersebut membahas manajemen pasien diabetes melitus sebelum, selama, dan sesudah operasi. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan seperti mengontrol kadar gula darah, mencegah komplikasi, dan memastikan kebutuhan pasien terpenuhi agar hasil akhir operasi sama dengan pasien non-diabetes.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
128 tayangan30 halaman
Dokumen tersebut membahas manajemen pasien diabetes melitus sebelum, selama, dan sesudah operasi. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan seperti mengontrol kadar gula darah, mencegah komplikasi, dan memastikan kebutuhan pasien terpenuhi agar hasil akhir operasi sama dengan pasien non-diabetes.
Dokumen tersebut membahas manajemen pasien diabetes melitus sebelum, selama, dan sesudah operasi. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan seperti mengontrol kadar gula darah, mencegah komplikasi, dan memastikan kebutuhan pasien terpenuhi agar hasil akhir operasi sama dengan pasien non-diabetes.
Dokumen tersebut membahas manajemen pasien diabetes melitus sebelum, selama, dan sesudah operasi. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan seperti mengontrol kadar gula darah, mencegah komplikasi, dan memastikan kebutuhan pasien terpenuhi agar hasil akhir operasi sama dengan pasien non-diabetes.
Unduh sebagai PPT, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30
MANAJEMEN PERIOPERATIF PADA
PASIEN DIABETES MELITUS
Pembimbing : dr.Tjahya aryasa em, Sp.An Ni Luh Ayu Sumbia Indriani Content Pendahuluan Diabetes Mellitus Manajemen Perioperatif Penutup DM adalah masalah endokrin yg paling sering dihadapi oleh anestesi Lebih dari 25% px DM mengalami pembiusan dan pembedahan Terdapat beberapa komplikasi yg dapat terjadi pda px DM baik mikro/makrovaskular Perlunya manajemen perioperatif untuk meminimalkan komplikasi pasca operasi DIABETES Definisi, Klasifikasi, Patofisiologi, Manifestasi Klinik, Diagnosis, Penatalaksanaan DIABETES MELLITUS Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
American Diabetes Association (ADA), 2010
KLASIFIKASI Tipe Diabetes Melitus (DM) Etiopatogenesis DM Tipe 1 Destruksi sel beta pankreas, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut. Autoimun Idiopatik DM Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin. DM Tipe Lain Defek genetik fungsi sel beta Defek genetik kerja insulin Penyakit eksokrin pankreas Endokrinopati Karena obat atau zat kimia Infeksi Sebab imunologi yang jarang Sindrom genetik lainnya DM Gestasional Pada masa kehamilan. PATOFISIOLOGI Gangguan fungsi insulin:
DM Tipe 1 Terjadi destruksi sel beta pankreas dan defisiensi insulin yang menimbulkan manifestasi hiperlikemia. DM Tipe 2 Terjadi resistensi insulin dan defisiensi insulin yang mengarah pada hiperglikemia dengan obesitas sebagai faktor risiko utama. Insulin MANIFESTASI KLINIK Poliuri Polidipsi Polifagi Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan Keluhan Klasik Lemah badan Kesemutan Gatal-gatal Penglihatan kabur Disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vagina pada wanita Keluhan Lainnya DIAGNOSIS Diagnosis Pasti Keluhan klasik (poliuri, polidipsi, polifagi, penurunan berat badan) + gula darah sewaktu > 200 mg/dL Keluhan klasik (poliuri, polidipsi, polifagi, penurunan berat badan) + gula darah puasa 126 mg/dL Tes Toleransi Glukosa Oral Toleransi Glukosa Terganggu (gula darah 2 jam setelah beban glukosa 140-199 mg/dL) Gula Darah Puasa Terganggu (gula darah puasa 100-125 mg/dL dan gula darah 2 jam setelah beban glukosa 140-199 mg/dL) Kondisi Normal Gula darah sewaktu / dua jam setelah makan 140 mg/dL Gula darah puasa 100 mg/dL PENATALAKSANAAN Diabetes Melitus tipe 1 : Terapi Insulin Intensif
Tipe Insulin Onset Peak Action Duration Kerja singkat : Lipro Regular,Actrapid,Velosulin Semilente, Semitard
10-20 menit 15-30 menit 30-60 menit
30-90 menit 1-3 jam 4-6 jam
4-6 jam 5-7 jam 12-16 jam Kerja sedang : Lente, Lentard, Monotard, Insulatard, NPH
2-4 jam
8-10 jam
18-24 jam Kerja panjang : Ultralente, Ultratard, PZI
4-5 jam
8-14 jam
26-36 jam
Diabetes Melitus tipe 2 :
Edukasi Terapi Gizi Medik Latihan Jasmani Terapi Farmakologik Obat Anti-Diabetes
Penatalaksanaan DM tipe 2
KOMPLIKASI Komplikasi DM Akut Diabetic Ketoacid osis (DKA) Hyperosmolar- Hyperglycemic State (HHS) Hipo glike mia Kronik Vaskuler Makrovaskuler (Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Arteri Perifer, Penyakit Serebrovaskuler) Mikrovaskuler (Retinopati, Nefropati, Neuropati) Non- Vaskuler Gastroparesis, Infeksi, Perubahan Warna Kulit MANAJEMEN PERIOPERATIF Faktor Risiko Untuk Px Bedah Pada DM Px DM memiliki tingkat mortalitas dan morbiditas pasca bedah > px normal yang disebabkan oleh : 1. Sepsis 2. Neuropati autonomik 3. Komplikasi aterosklerosis 4. Ketoasidosis dan koma hiperglikemik hiperosmolar Px dengan neuropati autonomik memiliki hipotensi berat jika diberikan obat anestesi peningkatan gastroparesis,aspirasi,hipoksia,retensi urin. Infeksi dan sepsis merupakan faktor risiko pembedahan fungsi leukosit yg terganggu adanya kesulitan dalam intubasi stiff joint syndrome (adanya jaringan kolagen abnormal periartikuler yg disebabkan oleh mikroangiopati progresif) Pengaruh Anestesi Penderita DM Obat anestesi dapat meningkatkan gula darah melalui perubahan di dalam metabolisme karbohidrat, tetapi mekanisme dan tempat kerjanya belum jelas
Obat-obat induksi dapat mempengaruhi homeostatis glukosa perioperatif. Benzodiazepin akan menurunkan sekresi ACTH, dan juga akan memproduksi kortisol jika digunakan dengan dosis tinggi selama pembedahan. Obat-obat golongan ini akan menurunkan stimulasi simpatis, tetapi merangsang sekresi growth hormone dan akan menyebabkan penurunan respon glikemia pada pembedahan. Efek-efek ini minimal jika midazolam diberikan pada dosis sedatif
Teknik anestesia dengan opiat dosis tinggi tidak hanya memberikan keseimbangan hemodinamik, tetapi juga keseimbangan hormonal dan metabolik. Teknik ini secara efektilf menghambat seluruh sistem saraf simpatis dan sumbu hipotalamik-pituitari Ether dapat meningkatkan kadar gula darah, menoegah efek insulin untuk transport glukosa menyeberang membran sel dan secara tak langsung melalui peningkatan aktifitas simpatis sehingga meningkatkan glikogenolisis di hati
Pengaruh propofol pada sekresi insulin tidak diketahui. Pasien-pasien diabetik menunjukkan penurunan kemampuan untuk membersihkan lipid dari sirkulasi
Ketamin peningkatan kadar gula akibat efek simpatomimetiknya.
Penggunaan anestesi lokal baik yang dilakukan dengan teknik epidural atau subarakhnoid tak berefek pada metabolisme karbohidrat
Epidural anestesia lebih efektif dibandingkan dengan anestesia umum dalam mempertahankan perubahan kadar gula, growth hormon dan kortisol yang disebabkan tindakan operatif
Pada pasien yang akan dilakukan pembedahan, maka diperlukan adanya persiapan yang dilakukan mulai sebelum pembedahan, selama pembedahan sampai pasca pembedahan untuk mencapai kondisi pasien yang optimal. Tujuan pokok manajemen perioperatif diantaranya adalah : Mengoreksi kelainan asam basa, cairan dan elektrolit sebelum pembedahan. Memberikan kecukupan karbohidrat untuk mencegah metabolisme katabolik dan ketoasidosis Menentukan kebutuhan insulin untuk mencegah hiperglikemia
Manajemen Px DM Pra Operatif Manajemen penderita dengan DM tidak hanya melihat besarnya nilai gula darah, tetapi juga perlu perhatian pada umur penderita, penyakit dasar yang menyertai atau kerusakan end organ yang sudah ditimbulkan, dan sensitivitas insulin Patient Population Blood Glucose Target Rationale General medical/surgical Fasting: 90-126 mg/dL Random: <180 mg/dL Better outcomes, lower infection rates Cardiac surgery <150 mg/dL Reduced mortality, reduced risk of sternal wound infections Critically ill 80-110 mg/dL Reduced mortality, morbidity (SICU); reduced morbidity; length of stay (MICU) Acute neurological disorders <110 mg/dL Increased mortality if admission blood glucose >110 mg/dL American Diabetes Association Recommendations for Target I npatient Blood Glucose Concentrations Anamnesis Gejala subyektif, Pola makan, status nutrisi, riwayat excercise dan berat badan. Terapi terakhir DM, termasuk obat,diet dan hasil pemeriksaan glukosa darah, Frekwensi, berat dan dan penyebab komplikasi akut.(ketoasidosis dan hipoglikemia) Kemungkinan penyakit infeksi sekarang (kulit, kaki, ginjal dan saluran kencing) Gejala dan terapi penyakit sistemik lainnya Obat nondiabetik yang mempengaruhi kadar gula (kortikosteroid) Faktor resiko dan Riwayat keluarga DM dan gangguan endokrin Pemeriksaan Fisik Tekanan darah termasuk pemeriksaan orthostatik, Pemeriksaan funduskopi, Penilaian airway, Palpasi kelenjar tiroid, Pemeriksaan jantung, Pemeriksaan abdominal (mis hepatomegali), Evaluasi nadi secara palpasi dan auskultasi, Pemeriksaan Kaki, Pemeriksaan kulit, Pemeriksaan neurologis Pemeriksaan Penunjang Hemoglobin A1c, serum glikosa Kadar lemak saat puasa (total kolesterol, HDL kolesterol, HDL kolesterol, LDL kolesterol, dan trigliserida. Tes fungsi liver (jika abnormal selanjutnya evaluasi apakah ada fatty liver atau hepatitis) Urinalisis (keton, protein, sedimen), mikroalbuminuria Serum kreatinin dan perkiraan GFR Serum elektrolit Elektrokardiogram Pencapaian yang diharapkan dari manajemen pasien diabetes adalah mendapatkan hasil akhir yang sama dengan pasien yang bukan DM Dasar pemeriksaan perioperatif adalah anamnesa , pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang komprehensif
Untuk mencapai sasaran gula darah yang diinginkan (120-180 mg/dl), berbagai hal perlu diperhatikan pada penderita DM type 2 yaitu : Memberikan informasi yang jelas terkait rencana tindakan operasi, anestesi dan manajemen gula darah, sehingga terjalin kerja sama antara dokter-pasien Perlu diperhatikan jadwal puasa yang akan direncanakan sesuai dengan jadwal operasi. Usahakan penderita DM mendapat prioritas pertama (operasi elektif). Pada penderita DM type 2 yang terkontrol dengan diet tanpa obat, tidak perlu rawat inap (operasi elektif) untuk stabilisasi gula darah. Pada penderita DM type 2 yang telah mengkonsumsi obat oral DM (gula darah terkontrol) pada pembedahan rawat jalan, OAD tipe kerja lama (Klorpropamide) dihentikan 24 jam sebelum operasi. OAD tipe kerja sedang (glibenclamide), diberikan dari dosis yang biasa diminum, malam hari sebelum operasi. Sedangkan OAD kerja singkat (metformin) dapat dihentikan malam hari sebelum operasi. Pada pembedahan sedang dan besar bagi penderita DM tipe 2 yang terkontrol dengan obat, kontrol gula darah perioperatif dengan insulin dalam dektrosa menjadi pertimbangan. Pada penderita DM tipe 2 yang telah memakai insulin kerja panjang, insulin tersebut diganti dengan insulin kerja sedang atau pendek 1 atau 2 hari menjelang operasi. Nutrisi penderita selama perawatan perlu diperhatikan dengan kerja sama dengan konsultan gizi Koreksi faktor-faktor penyebab timbulnya stres respon (nyeri, infeksi dll)
Pembedahan pada penderita DM tipe II tidak meningkatkan risiko, sehingga hanya membutuhkan sedikit perubahan terapi yang sudah ada sebelumnya. Untuk bedah minor, tidak diberikan obat anti diabetes oral kerja pendek pada hari operasi, dan obat kerja lama 2 hari sebelum pembedahan. Untuk bedah mayor, dosis kecil insulin mungkin dibutuhkan untuk mengontrol kadar gula darah dan glikosuria
Indikasi pemberian insulin pada penderita DM tipe II dengan kondisi seperti di bawah 1. Gula darah puasa > 180 mg/dl 2. Hemoglobin glikosilasi 8-10 g% 3. Lama pembedahan lebih 2 jam
Pada DM tipe untuk bedah minor cukup dengan pemberian insulin subkutan. Pada pagi hari sebelum pembedahan, pasien diberikan 1/3 sampai 2/3 dosis insulin normal secara subkutan, bersamaan dengan pemberian cairan dextrose 5% 100 cc/jam/70 kgBB. Dua pertiga dosis insulin normal diberikan jika kadar glukosa darah puasa lebih dari 250 mg/dl setengah dosis insulin normal untuk kadar glukosa antara 120 sampai 250 mg/d!, dan sepertiga dosis insulin normal untuk kadar glukosa di bawah 120 mg/dl. Pasien dengan kadar glukosa darah rendah, atau normal tetap membutuhkan sejumlah kecil insulin untuk mengimbangi peningkatan efek katabolik stres pembedahan, penurunan metabolisme protein, dan mencegah lipolisis. Tanpa insulin, DM tipe I berisiko tinggi untuk mengalami ketosis dengan pembedahan Terdapat beberapa regimen tatalaksana perioperatif untuk pasien DM. Yang paling sering digunakan adalah pasien menerima sebagian dimana biasanya setengah dari dosis total insulin pagi hari dalam bentuk insulin kerja sedang: Tabel: Dua teknik yang umum digunakan untuk tatalaksana insulin perioperatif pada pasien DM Pemberian secara bolus Infus kontinyu Preoperatif D5W (1,5 ml/kg/jam) NPH insulin (1/2 dosis biasa pagi hari) (NPH=neutral protamine Hagedorn) D5W (1 ml/kg/jam) Regular insulin Unit/jam = Glukosa plasma : 150 Intraoperattf Regular insulin (berdasarkan sliding scale) Sama dengan preoperatif Pascaoperatif Sama dengan intraoperatif Sama dengan preoperatif Metode lainnya adalah dengan memberikan insulin kerja pendek dalam infus secara kontinyu. Keuntungan teknik ini adalah kontrol pemberian insulin akan lebih tepat dibandingkan dengan pemberian NPH insulin s.c atau i.m. Dan 10 sampai 15 unit RI dapat ditambahkan 1 liter cairan dekstose 5% dengan kecepatan infus 1 - 1,5 ml/kg/jam (1 unit/jam/70 kg). Pemberian infus dextrose 5% (1 ml/kg/jam) dan insulin (50 unit RI dalam 250 ml NaCl 0,9%) melalui jalur intravena yang terpisah akan lebih fleksibel. Apabila terjadi fluktuasi gula darah, infus RI dapat disesuaikan berdasarkan rumus dibawah ini (Rumus Roizen):
Gukosa plasma (mg/dl) Unit perjam = 150 atau Glukosa plasma (mg/dl) Unit per jam = 100 Diperlukan penambahan 30 mEq KCl untuk tiap 1 L dextrose karena insulin menyebabkan pergeseran kalium intraselular. 6,8 Pada pasien yang menjalani pembedahan besar diperlukan perencanaan yang seksama. Teknik yang dianjurkan oleh Hins adalah sebagai berikut: Glukosa 5-10 gr/jam ekuivalen dengan 100 - 200 cc dextrose 5% perjam diberikan intra vena. Kalium dapat ditambahkan tetapi hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Obesitas dan infeksi berat akan menambah kebutuhan insulin 1,5 - 2 kali lipat Hal penting yang harus diingat dalam mengelola kadar gula prabedah pada pasien diabetes adalah menetapkan sasaran yang jelas kemudian pemantauan kadar gula darah untuk menyesuaikan terapi sesuai sasaran. 9,10
Regimen lain untuk pemberian infus glukosa insulin dan kalium (GIK) dikenal dengan regimen Alberti. Pemberiannya dapat terpisah atau bersama-sama. Berikut ini salah satu teknik GIK. Pagi hari diberikan dosis intemiten insulin, kemudian 500 cc dextrose 5% ditambah 10 KCl diberikan dengan kecepatan 2 cc/kg/jam. Infus insufin disiapkan dengan mencampurkan 50 unit RI ke dalam 250 cc Nad 0,9% sehingga berkonsentrasi 0,2 unit/cc larutan. Sebelum pemberian dextrose - kalium atau insulin, ukur kadar gula darah kemudian cek gula darah tiap 2-3 jam, dan berikan dosis insulin sesuai dengan hasil pengukuran di bawah ini:
Kadar gula Infus insulin < 150 mg/dl 5 cc/jam (1 unit/jam) 150 - 250 mg/dl 10 cc/jam (2 unit/jam) 250 - 300 mg/dl 15 cc/jam (3 unit/jam) 300 - 400 mg/dl 20 cc/jam (4 unit/jam) Manajemen Px DM Post Operatif Infus glukosa dan insulin harus tetap diteruskan sampai kondisi metabolik pasien stabil dan pasien sudah boleh makan. Infus glukosa dan insulin dihentikan hanya setelah pemberian subkutan insulin kerja pendek. Setelah pembedahan besar, infus glukosa dan insulin harus diteruskan sampai pasien dapat makan makanan padat. Pada pasien-pasien ini, kegunaan dari suntikan subkutan insulin kerja pendek sebelum makan dan insulin kerja sedang pada waktu tidur dianjurkan selama 24-48 jam pertama setelah infus glukosa dan insulin dihentikan dan sebelum regimen insulin pasien dilanjutkan.
Perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya hipoglikemia atau hiperglikemia pasien pasca bedah terutama bila terdapat keterlambatan bangun atau penurunan kesadaran. yang harus dipantau kadar gula darah pasca bedah. Pemeriksaan EKG postoperatif serial dianjurkan pada pasien DM usia lanjut, penderita DM tipe I, dan penderita dengan penyakit jantung Infark miokard postoperatif mungkin tanpa gejala dan mempunyai mortalitas yang tinggi. Jika ada perubahan status mental, hipotensi yang tak dapat dijelaskar., atau disrimia, maka perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya infark miokard. Komplikasi Px DM Post Operatif Komplikasi DM Potensi Komplikasi Rencana terapi/strategi Penyakit aterosklerosis vaskuler Infark miokard Ambang rendah thd iskema Betablocker perioperatif Aspirin (anti platelet) Neuropati perifer Ulkus ekstremitas bawah Evaluasi gula darah Proteksi ekstremitas dari luka Neuropati otonomi - Penurunan tonus vesika urinaria - Gastroparesis - Cegah pengobatan yang memperberat (anti kolinergik) - Minimalkan analgetik opiate, penggunaan agen prokinetik (metoklorpramida) praoperatif Nefropati Renal issufisiensi cegah hipotensi (kontrol tekanan darah, gula darah), ACE inhibitor/ARB, awasi pemberian agen nefrotoksik (aminoglikosida, NSAID) Retinopati Pembatasan visual Kontrol gula darah optimal PENUTUP Meminimalkan stres respon baik oleh karena stres psikologis, stres trauma, dan nyeri menjadi perhatian dalam manajemen perioperatif anestesi-analgesia sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas penderita DM. Manajemen anestesi yang direncanakan tidak terlepas dari kondisi penderita saat itu dengan pertimbangan tujuan operasi (elektif/emergency), lokasi dan manipulasi operasi Manajemen penderita DM tidak semata-mata hanya memperhatikan naik/turunnya gula darah, tetapi perlu juga diperhatikan kerusakan/komplikasi end organ yang telah terjadi