Teks tersebut membahas strategi pengembangan ilmu-ilmu sosial dalam perspektif filsafat ilmu. Ia menjelaskan tentang perkembangan ilmu-ilmu sosial, filsafat ilmu, dan metodologi penelitian. Terdapat pendapat bahwa teori-teori ilmu-ilmu sosial akan terus berkembang seiring perubahan kebutuhan manusia dan sumber daya.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
85 tayangan27 halaman
Teks tersebut membahas strategi pengembangan ilmu-ilmu sosial dalam perspektif filsafat ilmu. Ia menjelaskan tentang perkembangan ilmu-ilmu sosial, filsafat ilmu, dan metodologi penelitian. Terdapat pendapat bahwa teori-teori ilmu-ilmu sosial akan terus berkembang seiring perubahan kebutuhan manusia dan sumber daya.
Teks tersebut membahas strategi pengembangan ilmu-ilmu sosial dalam perspektif filsafat ilmu. Ia menjelaskan tentang perkembangan ilmu-ilmu sosial, filsafat ilmu, dan metodologi penelitian. Terdapat pendapat bahwa teori-teori ilmu-ilmu sosial akan terus berkembang seiring perubahan kebutuhan manusia dan sumber daya.
Teks tersebut membahas strategi pengembangan ilmu-ilmu sosial dalam perspektif filsafat ilmu. Ia menjelaskan tentang perkembangan ilmu-ilmu sosial, filsafat ilmu, dan metodologi penelitian. Terdapat pendapat bahwa teori-teori ilmu-ilmu sosial akan terus berkembang seiring perubahan kebutuhan manusia dan sumber daya.
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27
STRATEGI PENGEMBANGAN ILMU-ILMU SOSIAL
DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU
A. Pendahuluan * 1
1. Tiga asumsi dasar pengajaran Ilmu-ilmu Sosial Neoklasikal yang parsial dan merupakan mitos-mitos Kapitalisme Smithan, yaitu : a. Kebutuhan manusia yang tidak terbatas b. Sumber-sumber yang relati! terbatas, dan ". #engejaran akan pemenuhan maksimal kebutuhan indi$idu yang relati! tidak terbatas %S&asono, '(():'* '. Ketiga asumsi tersebut mendasari perkembangan sistem : '.a. kapitalis, yang dianggap lebih berhasil mensejahterakan masyarakat. +ibandingkan sistem '.b. sosialis. ,andingkan, misalnya, apa yang terjadi di antara Korea -tara dan Korea Selatan, .ongkong dan Tai&an dengan /ina +aratan %sebelum +eng 0iaoping*, atau antara 1erman ,arat dan 1erman Timur sebelum robohnya tembok ,erlin. 2. Namun, akhir-akhir ini sistem kapitalis ini mulai dipertanyakan berbagai para ahli apakah bisa dipertahankan untuk mensejahterakan masyarakat. 4. ,erkembang sejak tahun 132(-an, memang sudah menimbulkan &a"ana untuk dikaji kembali. ). Sebagai kontruksi ilmu kapitalis, selalu mendasarkan analisis kesejahteraan yang bebas nilai. 4. +imana hokum strategi menjadi salah satu pisau analisis dalam membuka tabir kegiatan . 5. +isebut paling e!isien karena tidak mungkin lagi meraih lebih dari itu tanpa menjadikan pihak lainnya merugi. * 1. 6arah #uspitaningtyas. -ni$ersitas 1ember. 1l. Kalimantan No. 25. 1ember. e-mail : 7ara8yu9yahoo."om 1 :. #ada akhirnya tidak bisa memberikan jaminan konsisten tentang tujuan yang berdimensi kemanusiaan. 3. ,erapa banyak kesejahteraan yang bisa di&ujudkan dalam batasan sumber daya yang terbatas, tanpa merusak keseimbangan se"ara makro %Nasution, '((5*. 1(. ,erdasarkan uraian di atas, kita ketahui dan pahami bah&a ilmu-ilmu sosial berkembang terus hingga saat ini. 11. Ilmu-ilmu sosial memberikan pemahaman tentang pendekatan ataupun tata "ara penting dalam meneliti, menganalisis, dan meme"ahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan tingkah laku atau perilaku manusia dalam upaya pemenuhan kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan ketersediaan sumber daya yang terbatas. 1'. Terdapat pendapat bah&a perkembangan ilmu-ilmu sosial menghasilkan teori-teori terkait dengan perilaku manusia dalam upaya pemenuhan kebutuhannya. 12. Teori-teori tersebut akan terus berkembang seiring dengan perkembangan atau perubahan kebutuhan manusia, serta ketersediaan sumber daya yang juga berkembang atau berubah. 18. +emikian pula, perkembangan ilmu pengetahuan akan terus terjadi seiring dengan keberadaan manusia yang selalu dihadapkan pada tantangan alam, situasi, dan kondisi yang mema"u daya kreati!itasnya. 1). ;anusia, dengan kemampual akal pikirnya, berkeinginan untuk selalu melangkah maju. 14. Semua itu karena didorong oleh rasa keingintahuannya. 15. #aper ini akan membahas tentang bagaimana strategi pengembangan ilmu-ilmu sosial dalam kaitannya dengan !ilsa!at ilmu. 1:. #embahasan ditujukan untuk mengetahui aspek ke!ilsa!atan dari bidang ilmu-ilmu sosial. 13. +iharapkan tulisan ini dapat memberikan sumbangan terhadap ruang lingkup dan perkembangan ilmu-ilmu sosial. 2 '(. <ilsa!at ilmu bertujuan untuk memahami apa dan bagaimana hakikat dan si!at ilmu, serta kedudukannya di dalam "akra&ala pengetahuan manusia. '1. Selain juga untuk memperluas &a&asan ilmiah guna menghadapi perkembangan ilmu yang se"ara "epat dan mendasar dengan berbagai implikasinya dalam kehidupan umat manusia de&asa ini. ''. #emahaman terhadap aspek ke!ilsa!atan akan memba&a kita memahami hakikat dan si!at ilmu-ilmu sosial. '2. =pa, bagaimana, dan untuk apa hakikat dari mempelajari perilaku manusia dalam upayanya memenuhi kebutuhan atau keinginannya yang relati! tak terbatas, dengan ketersediaan sumber daya yang relati! terbatas > B. Ilmu Pengeahuan! F"l#a$a Ilmu! dan Me%d%l%g" Penel""an 1. Manu#"a D"&a'"()an Men*a+" Ilmu 1.1. ;anusia untuk dapat hidup di dunia ini harus memiliki sains atau ilmu pengetahuan yang "ukup, karena manusia mempunyai kebutuhan hidup. 1.'. Suriasumantri %'((5:13* mengungkapkan ada beberapa jenis manusia yang terdapat dalam kehidupan ini berdasarkan pengetahuannya, yaitu : a. =da orang yang tahu di tahunya b. =da orang yang tahu di tidak tahunya ". =da orang yang tidak tahu ditahunya, dan d. =da orang yang tidak tahu di tidak tahunya 1.2. -ntuk mendapatkan pengetahuan yang benar, hendaknya manusia tahu di tahunya dan tahu di tidaktahunya. 1.8. ,er!ilsa!at didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu, dengan kata lain, ber!ilsa!at berarti berendah hati menge$aluasi segenap pengetahuan yang telah kita ketahui. , 1.). =uguste /onte mengungkapkan bah&a dalam alam pikiran manusia mele&ati tiga tahapan histories, yaitu : teologi, meta!isik, dan ilmiah. 1.4. +alam tahap teologi, !enomena alam dan sosial dapat dijelaskan berdasarkan kekuatan spiritual. 1.5. #ada tahap meta!isik, manusia akan men"ari penyebab akhir dari setiap !enomena yang terjadi. 1.:. +an, dalam tahapan ilmiah, usaha untuk menjelaskan !enomena akan ditinggalkan dan ilmu&an hanya akan men"ari korelasi antar !enomena %Sugiyono, '((1*. 1.3. Ilmu merupakan pengetahuan, akan tetapi tidak semua pengetahuan merupakan ilmu. 1.1(.Ilmu merupakan, bah&a ilmu itu kebenarannya didasarkan pada keyakinan atau keper"ayaan, meskipun kebenarannya bersi!at relati!. 1.11. Ilmu juga dapat dide!inisikan sebagai akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas %hubungan sebab-akibat* dari suatu obyek menurut metode-metode tertentu yang merupakan suatu kesatuan sistematis. 1.1'.Ilmu berusaha memahami alam sebagaimana adanya. 1.12..asil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan gejala-gejala alam. 1.18.#engetahuan merupakan persepsi subyek %manusia* atas obyek %riil dan gaib* atau !akta. 1.1).#engetahuan merupakan bentukan pola pikir asosiati! antara pikiran dan kenyataan sebenarnya yang didasarkan pada kumpulan pengalaman sendiri maupun orang lain di suatu bidang tertentu tanpa memahami adanya hubungan sebab akibat yang hakiki dan uni$ersal. 1.14.?leh karena itu, pengetahuan belum dapat digolongkan sebagai ilmu, karena belum dapat menjelaskan pertanyaan : @mengapaA. - 1.15.Kata sains yang merupakan padanan kata ilmu pengetahuan atau sering disebut hanya dengan kata ilmu berasal dari kata science %Inggris* atau scientia %Batin*. 1.1:.;enurut =l!andi dalam +ahlan %'((2*, ilmu %ilmu pengetahuan* adalah sistem pengetahuan di bidang tertentu yang bersi!at umum, sistematis, metodologi, logis, objekti!, empiris, memuat dalil-dalil tertentu menurut kaidah umum, berguna untuk men"ari kebenaran ilmiah yang kemudian akan berman!aat untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia. 1.13.Ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang besar yang disusun dengan sistem dan metode tertentu untuk men"apai tujuan yang berlaku se"ara uni$ersal dan dapat diuji atau di$eri!ikasi kebenarannya. ;ari"ar %'((8* mengungkapkan bah&a ilmu pengetahuan memiliki "iri-"iri, antara lain : a. bukan satu, melainkan banyak %plural* b. bersi!at terbuka %dapat dikritik*, dan ". berkaitan dalam meme"ahkan masalah 1.'(.Kebenaran ilmiah perlu di"ari karena dengan mendapatkan kebenaran ilmiah maka akan diperoleh kesesuaian atau kesamaan antara pikiran manusia dengan keadaan sebenarnya yang bersi!at runtut, logis, dan saling berhubungan yang membentuk sistem tertentu. 1.'1.Kebenaran ilmiah umumnya hanya dapat diperoleh dengan melakukan penelitian. 1.''.Sekitar 33C diperoleh dengan keringat %kerja* dan hanya sekitar 1C yang diperoleh berdasarkan intuisi atau kebetulan %+ahlan, '((2*. . 2. F"l#a$a Ilmu dan D"men#"-d"men#"n/a '.a. #okok permasalahan yang dikaji !ilsa!at, pada dasarnya, men"akup tiga segi, yaitu : '.a.1. Bogika : apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah '.a.'. Dtika : mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk, dan '.a.2. Dstetika : apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek %Suriasumantri, '((5:2'* '.b. <ilsa!at ilmu pengetahuan mempelajari esensi atau hakikat ilmu pengetahuan tertentu se"ara rasional. '.". <ilsa!at ilmu pengetahuan bertugas memberi landasan !iloso!i untuk minimal memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmiah. '.d. Se"ara substanti! !ungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dari disiplin ilmu masing-masing, agar dapat menampilkan teori substanti!. '.e. Selanjutnya, se"ara teknis diharapkan dengan dibantu metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoperasionalkan pengembangan konsep, tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing %Sutatminingsih, '(('*. '.!. 1adi, !ilsa!at ilmu pengetahuan merupakan "abang !ilsa!at yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang berkaitan dengan kebenaran ilmu tertentu. '.g. <ilsa!at ilmu merupakan telaahan se"ara !ilsa!at yang ingin menja&ab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. 0 '.h. Terdapat tiga dimensi atau landasan utama dalam !ilsa!at ilmu, yaitu : '.h.1. ?ntologi : apa yang dikaji oleh pengetahuan itu > ;erupakan hakikat yang ada dan merupakan asumsi dasar bagi yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran. '.h.'. Dpistemologi : bagaimana "aranya mendapatkan pengetahuan tersebut > Sarana, sumber, tata "ara untuk menggunakannya dengan langkah-langkah progesinya menuju pengetahuan %ilmiah*, dan '.h.2. =ksiologi : untuk apa pengetahuan termasuk dipergunakan> Nilai-nilai sebagai tolok ukur kebenaran %ilmiah*, etik, dan moral sebagai dasar normati! dalam penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu %Sutatminingsih, '(('E Suriasumantri, '((5:2)*. '.i. Ilmu merupakan "abang pengetahuan yang mempunyai "iri-"iri tertentu. '.j. +engan mengetahui dan memahami ja&aban dari pertanyaan ketiga dimensi !ilsa!at ilmu di atas maka kita dapat membedakan jenis pengetahuan yang satu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia %Suriasumantri, '((5:2)*. ,. F"l#a$a Ilmu dan Me%d%l%g" Penel""an 2.a. <ilsa!at ilmu menjelaskan tentang inti ilmuE apa yang menjadi landasan asumsinya, bagaimana logikanya, apa hasil-hasil empirik yang di"apainya, dan batas-batas kemampuannya. 2.b. +alam !ilsa!at ilmu dapat diketahui kedudukan ilmu dalam pengetahuan, si!at-si!at dan asumsi dasar ilmu, komponen- komponen ilmu dan upaya membangun ilmu yang belum diketahui, serta memperbaiki ilmu yang diragukan kebenarannya. 1 2.". Kegiatan ilmiah memerlukan penalaran metodologis yang pada umumnya berkaitan erat dengan bidang ilmu yang menjadi induknya. 2.d. #enelitian ilmiah merupakan sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang akan ditunjukkan pada kebenaran hasil penelitian melalui penggunaan metodologi yang sistematis dan konsisten serta dikomunikasikan dengan bahasa ilmiah %Basiyo, '((4*. 2.e. 1adi, upaya membangun dan memperbaiki kebenaran ilmu dilakukan dengan prosedur tertentu menurut metode ilmiah berupa langkah-langkah sistematis, disebut sebagai metodologi penelitian. 2.!. -paya sema"am ini disebut penyelidikan yang dapat dilakukan baik se"ara empirik, yaitu, dilakukan melalui penelitian danFatau pemeriksaan, dengan menggunakan prinsip-prinsip obser$asi %pengamatan*. 2.g. ;etodologi penelitian menjelaskan tentang upaya pengembangan ilmu berdasarkan tradisi-tradisinya yang terdiri dari dua bagian, dedukti! dan indukti!. 2.h. .asil-hasil yang di"apai disebut pengetahuan, baik yang bersi!at deskripti! %kuantitati! dan kualitati!* maupun bersi!at hubungan. 2.i. ;etodologi %+ahlan, '((2* merupakan ilmu yang membi"arakan metode-metode ilmiah yang meliputi : unsur dari metode ilmiah, langkah-langkah kerjanya, jenis-jenisnya sampai kepada batas- batas dari metode ilmiah. 2.j. ,erpikir metodologis salah satunya bisa dilakukan melalui proses, yaitu suatu proses yang sistematis sejak perumusan masalah sampai dengan tahap penarikan kesimpulan. 2.k. ;etode ilmiah merupakan prosedur yang men"akup berbagai tindakan, pola kerja, "ara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh penemuan baru atau mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada. 2 2.l. ;etode berpikir dapat dibedakan : 2.l.1. ;etode ilmiah yang bersi!at umum, yaitu metode analisis- sintesis, deduksi-induksi 2.l.'. ;etode penyelidikan ilmiah, yaitu metode siklus empiris dan metode linier %Basiyo, '((4*. 2.m. ;etode siklus empiris pada umumnya diterapkan terhadap objek- objek yang bersi!at ke-alam-an. 2.n. ;etode ini dia&ali dengan pengamatan atau obser$asi terhadap kasus-kasus sejenis, kemusian se"ara indukti! membuat hipotesis sebagai simpulan sementara yang masih harus dikaji dan dibuktikan %di$eri!ikasi*. 2.o. .asil pengkajian berupa penerimaan atau penolakan terhadap hipotesis yang diajukan. 2.p. #enggunaan metode ini akan sampai pada hipotesis, teori dan hukum-hukum. 2.G. ;etode linier pada umumnya diterapkan pada objek ilmiah yang bersi!at keji&aan atau kerohanian, antara lain : 2.G.1. ,idang politik, 2.G.'. Dkonomi, 2.G.2. Sosial, 2.G.8. .umaniora, 2.G.). Kebudayaan 2.G.4. =gama. 2.r. ;etode ini bersi!at lurus kedepan sehingga seolah-olah bersi!at terbuka dan sementara, biasanya dimulai dengan tahap persepsi, yaitu : 2.r.1. #engumpulan bahan-bahan baik yang bersi!at pra ilmiah maupun ilmiah 2.r.'. Kemudian tahap konsepsi %yaitu : menyusun bahan-bahan dalam suatu sistematika atau pola yang sudah diran"ang sebelumnya* 2.r.2. Tahap terakhir adalah tahap prediksi dalam rangka menarik simpulan yang bersi!at umum yang menyangkut objek penelitian ilmiah. 3 2.s. #enggunaan metode ini akan sampai pada norma atau hukum- hukum umum, dimana dalam kasus-kasus tertentu ada kemungkinan terjadi penyimpangan terhadap hukum-hukum umum. 2.t. ;etode ilmiah merupakah langkah-langkah sistematis keilmuan, yaitu : 2.t.1. ;etode #enelitian 1* ;en"ari, merumuskan, dan mengidenti!ikasi masalah '* ;enyusun kerangka pikiran 2* ;erumuskan hipotesis %ja&aban rasional terhadap masalah* 2.t.'. Teknik #enelitian 1* ;enguji hipotesis se"ara empirik '* ;elakukan pembahasan 2* ;enarik kesimpulan 2.u. +alam dunia ilmiah dikenal tiga metodologi, yaitu : apriori, aposteriori dan reduksionis dalam pengembangan ilmu pengetahuan : 2.u.1. =priori, merupakan pengetahuan yang berdasarkan kesimpulan dari hal yang telah ditentukan dan bukan dari pengalaman. 2.u.'. =priori menga"u pada de!inisi atau berasal dari ide-ide yang sudah diterima. 2.u.2. =priori digunakan dalam konteks dedukti!, pasti, benar se"ara uni$ersal, dan intuiti!. 2.u.8. =posteriori, merupakan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman. 2.u.). #engetahuan ini hanya dapat dirumuskan setelah ada obser$asi atau eksperimen. 2.u.4. =posteriori digunakan dalam konteks empiris, indukti! dan probable. 2.u.5. Heduksionis, merupakan perangkat metodologi yang memba&a data dan persoalan dalam bentuk yang "o"ok bagi analisis data atau peme"ahan persoalan tersebut. 2.u.:. ,entuk yang "o"ok ini dapat berarti penyederhanaan hal yang asalnya rumit. 14 2.$. +alam !ilsa!at ilmu pengetahuan ada keyakinan bah&a semua bidang ilmu pengetahuan dapat direduksi dalam satu bentuk metodologi yang merangkum prinsip yang dapat diterapkan pada semua gejala %Sugiyono, '((1*. 2.&. <ilsa!at ilmu dan metodologi penelitian bersi!at mengisi dan memperluas "akra&ala kogniti! tentang apa yang disebut ilmuI yang diharapkan timbulnya pengertian untuk berdisiplin dalam berkarya ilmiah, sekaligus meningkatkan moti$asi para ilmu&an untuk melaksanakan tugas keilmuannya. 2.J. ;asing-masing ilmu&an selalu dituntut untuk menyesuaikan metodologi penelitiannya dengan disiplin ilmunya, agar penelitian yang dilakukan tersebut dapat men"apai sasaran yang telah ditetapkan, misalnya, untuk menjelaskan, membuat ramalan %prediksi*, mengontrol atau menga&asi benar-tidaknya hasil-hasil ilmu pengetahuan %Soetriono, '((8:44, Basiyo, '((4*. 5. S+aeg" Pengem(angan Ilmu 1. K%m6%nen-)%m6%nen Pengem(angan Ilmu 1.1. #engetahuan merupakan pembentukan pemikiran asosiati! yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas %sebab akibat* yang hakiki. 1.'. -ni$ersal K dapat menja&ab tentang @apaA dari suatu kenyataan atau kejadian. 1.2. +iperlukan de!inisi untuk menja&ab pertanyaan @apaA. 1.8. Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas %hubungan sebab akibat* dari suatu obyek menurut metode-metode tertentu yang merupakan suatu kesatuan sistematis K dapat menja&ab tentang @mengapaA dari suatu kenyataan atau kejadian. 1.). +iperlukan proposisi menja&ab pertanyaan @mengapaA de!inisi dan proposisi sama-sama terdiri dari lebih dari satu $ariabel. 1.4. Komponan ilmu yang hakiki adalah !akta dan teori. 11 1.5. Komponen lainnya adalah !enomena dan konsep. 1.:. <enomena : %gejala atau kejadian* yang ditangkap indera manusia. Karena, dijadikan masalah yang ingin diketahui, maka diabstraksikan dengan konsep-konsep. 1.3. Konsep : istilah atau simbol yang mengandung pengertian singkat dari !enomena %penyederhanaan dari !enomena*. 1.1(.Konsep yang semakin mendasar akan sampai pada $ariabel- $ariabel. 1.11. Lariabel : suatu si!at atau jumlah yang mempunyai nilai @kategorialA baik kualitati! maupun kuantitati!. 1.1'.;akin berkembang suatu ilmu makin berkembang pula konsep- konsepnya untuk sampai kepada $ariabel-$ariabel dasar itu. 1.12.;elalui penelaahan yang terus-menerus ilmu akan sampai pada hubungan-hubungan yang merupakan hasil akhir dari ilmu. .ubungan-hubungan yang telah ditemukan dan ditunjang oleh data empirik disebut !akta. Ilmu merupakan !akta. 1.18.1alinan !akta-!akta disebut teori. 1.1).Teori merupakan seperangkat konsep, de!inisi, dan proposisi- proposisi yang berhubungan satu sama lain, yang menunjukkan !enomena se"ara sistematis, dan bertujuan untuk menjelaskan dan meramalkan !enomena-!enomena. 1.14.<akta berperan sebagai pijakan, !ormulasi, dan penjelasan teori, yaitu : a. <akta memulai teori, bah&a teori berpijak pada satu atau lebih !akta hasil penemuan, baik disengaja maupun tidak. b. <akta menolak dan mere!ormasi teori yang telah ada ". <akta mende!inisikan kembali atau memperjelas de!inisi-de!inisi yang ada dalam teori %Soetriono, '((8:1(3*. 12 2. Pengem(angan Ilmu Melalu" L%g")a '.1. Bogika adalah kepandaian untuk memutuskan se"ara tepat. '.'. Bogika mempelajari syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengambil kesimpulan se"ara benar, untuk menghasilkan pengetahuan yang benar. '.2. ?leh karena itu, logika diperlukan dalam pengembangan ilmu. '.8. #enarikan kesimpulan yang bersi!at ilmiah. '.). -nsur utama logika adalah pemikiran dan keputusan %Soetriono, '((8:3'*. '.4. /arl .empel dan #eter ?ppenheim berpendapat bah&a dalam ilmiah, suatu kemampuan menjelaskan suatu ilmu harus mempunyai struktur logika umum sebagai berikut : a. =da sedikitnya satu hukum atau teori yang bersi!at uni$ersal, dan b. Satu pernyataan tambahan yang rele$an %asumsi* yang merupakan kondisi batas. '.5. Bebih jauh .empel dan ?ppenheim membahas tentang kemampuan ilmu untuk memprediksi. '.:. Kemampuan menjelaskan digunakan untuk menerangkan kejadian alam maupun masyarakat yang telah terjadi, sedangkan kemampuan prediksi berhubungan dengan hal yang belum terjadi. '.3. Kesatuan ilmu dalam kemampuan untuk menjelaskan maupun untuk prediksi sering disebut logika simetri. '.1(.Bogika simetri ini mendapat banyak kritikan, yaitu bah&a prediksi tidak harus berimplikasi pada penjelasan dan sebaliknya %Sugiyono, '((1*. '.11. #embahasan logika simetri menurut +a$id .ume dalam Sugiyono %'((1* antara lain : a. Indukti! dan dedukti! b. +apat dibuktikan dan tidak dapat dibuktikan ". Leri!ikasi dan !alsi!ikasi 1, ,. Pengem(angan Ilmu Melalu" A)"7"a# Inele)ual 2.1. =kti$itas intelektual merupakan upaya manusia untuk mempelajari atau mengamati !enomena yang dihadapi sampai pada akarnya, misalnya dengan men"ari rele$ansi atau hubungan antara satu !enomena dengan !enomena yang lainnya %Soetriono, '((8:::*. 2.'. ?leh karena itu, akti$itas intelektual merupakan kegiatan pen"arian atau pengembangan ilmu. 2.2. Sekalipun demikian, setiap pengembangan ilmu harus diupayakan agar memperoleh tingkat kebenaran yang uni$ersal. 2.8. ,ukankah ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diper"aya obyekti$itasnya karena didasarkan pada pengetahuan yang dibuktikan melalui obser$asi >
-. Indu)"$! Dedu)"$! dan Fa#"l"a# 8.1. #endekatan indukti! atau metode indukti! bah&a pengembangan ilmu dimulai dari obser$asi atau pengamatan. 8.'. Kegiatan pengamatan ilmu harus memiliki susunan pemikiran yang normal dan utuh, serta harus penuh keper"ayaan terhadap apa yang dapat didengar, dilihat dan seterusnya, dihubungkan dengan situasi pengamatan yang dilakukan tanpa disertai prasangka. 8.2. Susunan tersebut akan melahirkan pernyataan yang dianggap sebagai pernyataan ilmiah. 8.8. .ukum atau teori harus dapat dibuktikan kebenarannya se"ara empiris dengan menggunakan data-data. 8.). .ukum dan teori yang dibangun sebagai pengetahuan ilmiah harus merupakan pernyataan yang bersi!at umum. 8.4. ,ah&a, pernyataan yang ditarik harus bias digeneralisir, oleh karena itu, hasil obser$asi harus didasarkan pada semua situasi dan semua tempat. 8.5. Syarat-syarat untuk menarik generalisasi menurut indukti!, yaitu : a. +aerah obser$asi sebagai dasar menarik pernyataan umum harus luas atau banyak b. ?bser$asi harus dilakukan berulang-kali pada berma"am- ma"am situasi ". Tidak ada satu pernyataan hasil obser$asi yang bertentangan dengan hukum umum %Soetriono, '((8:34* 1- 8.:. ,erpikir indukti! berangkat dari hal-hal yang bersi!at khusus menuju umum. 8.3. ,erpikir se"ara indukti! harus disertai tingkat kejujuran yang tinggi, jika tidak demikian, maka indukti! akan menghasilkan manipulasi. 8.1(.=kibatnya, pernyataan yang dijadikan sebagai hukum teori dan dipakai untuk menentukan deduksi logis, akan salah. 8.11. ;asalah yang dihadapi dalam indukti! antara lain : a. ,atas jumlah dan $ariasi situasi pengamatan yang bisa dipakai sebagai dasar untuk menarik pernyataan. b. #erbedaan antara lingkungan %kebudayaan* orang yang menarik induksi dengan lingkungan pengamatan. ". Sejauh mana pembuat pernyataan bisa melepaskan diri dari prasangka pribadi. d. Bebih krusial adalah menghubungkan semua kejadian dengan situasi dari obyek yang diamati %Soetriono, '((8:34* 8.1'.Pendekatan dedukti! atau metode dedukti! merupakan pemikiran yang didasarkan pada hukum dan teori. 8.12.,erpikir dedukti! berangkat dari hal-hal yang bersi!at umum menuju khusus. 8.18.=kan tetapi metode dedukti! hanya mampu sebagai alat untuk menjelaskan dalam dunia keilmuan. 8.1).<asilitas merupakan suatu paham atau pemikiran yang berpendapat bah&a setiap teori yang dikemukakan manusia tidak akan seluruhnya "o"ok dengan hasil obser$asi atau per"obaan. 1. <akta .ukum diperoleh M Indukti! M dan melalui teori pengamatan .ukum #rediksi dan M +edukti! M dan teori eksplanasi 8.14.,ah&a, ilmu dipandang sebagai suatu set hipotesis yang bersi!at tentati! untuk menggambarkan atau menghitung tingkah laku suatu aspek dunia. 8.15.;enurut paham ini, tidak ada suatu ilmu yang dibuat manusia bisa persis seratus persen sama apabila dikon!rontir dengan hasil pengamatan dari kenyataan yang ada %Soetriono, '((8:3:*. 8.1:.Bogika yang mendasari !asilitas adalah bah&a meskipun obser$asi yang dilakukan banyak %berulang kali*, namun tetap tidak akan bisa merekam semua aspek dunia yang tidak terbatas. 8.13.Karl #opper mempertemukan !iloso!i keilmuan antara metode indukti! dengan metode dedukti!. 8.'(.#opper berpendapat bah&a teori ilmiah yang terbaik harus dapat di!alsi!ikasi %ditolak* setidaknya se"ara prinsip bila tidak sesuai dengan kenyataan empiris. 8.'1.Thomas Kuhn men"iptakan paradigma yang merupakan dasar utama dalam bidang ilmiah. 8.''.Kuhn juga mengemukakan bah&a dalam kenyataannya teori utama dalam ilmu pengetahuan alam tidak dapat di!alsi!ikasi se"ara langsung. 8.'2.,ila prediksi dari teori yang dihasilkan salah, logika saja tidak "ukup untuk menentukan bah&a teori pokok atau asumsi tambahannya salah. 8.'8.?rang masih mempunyai kebebasan untuk mempertahankan teori utamanya dan menolak asumsi tambahan. 8.').Bebih jauh Kuhn berpendapat bah&a tidak ada metode yang obyekti! yang dapat menentukan teori yang lebih benar atau lebih baik %Sugiyono, '((1*. 10 .. Pe+anan Te%+" Dalam Pengem(angan Ilmu K%n#e6 Te%+" Ilm"ah ).1. #eranan teori dalam pengembangan ilmu konsep teori ilmiah, antara lain : a. Teori ilmiah merupakan pengetahuan ilmiah men"akup penjelasan mengenai suatu sektor tertentu dari suatu disiplin ilmu, dan dianggap benar. b. Teori ilmiah biasanya terdiri dari hukum-hukum, yaitu : pernyataan yang menjelaskan hubungan kausal antara dua $ariabel atau lebih ". Teori ilmiah memerlukan tingkat keumuman yang tinggi, yaitu : bersi!at uni$ersal supaya lebih ber!ungsi sebagai teori ilmiah. ).'. Tiga syarat utama teori ilmiah, yaitu : a. .arus konsisten dengan teori sebelumnya b. .arus "o"ok dengan !akta-!akta empiris, dan ". +apat mengganti teori lama yang tidak "o"ok dengan pengujian empiris dan !akta ).2. #eranan teori dalam pengembangan ilmu, antara lain : a. Teori sebagai orientasi : memberikan orientasi kepada para ilmu&an, sehingga dengan teori tersebut dapat mempersempit "akupan yang akan ditelaah, dan dapat menentukan !akta-!akta mana yang diperlukan. b. Teori sebagai konseptual dan klasi!ikasi : dapat memberikan petunjuk kejelasan hubungan antara konsep-konsep dan !enomena atas dasar klasi!ikasi tertentu. ". Teori sebagai yang bersi!at umum : memberikan rangkuman terhadap empirik dan antar hubungan dari berbagai proposisi kesimpulan umum yang didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu, baik yang akan diuji maupun yang telah diterima. d. Teori sebagai peramal !akta : yang dimaksud dengan meramal adalah berpikir dedukti! dengan konsekuensi-konsekuensi logis %baik menurut &aktu maupun tempat*. 11 e. 1adi, teori membuat prediksi-prediksi tentang adanya !akta, dengan "ara membuat @ekstrapolasiA dari yang sudah diketahui kepada yang belum diketahui. !. Teori menunjukkan adanya kesenjangan dalam pengetahuan : dengan diketahuinya kesenjangan dalam pengetahuan, akan memberikan kesempatan kepada kita untuk menutup kesenjangan tersebut, dengan melengkapi, menjelaskan, dan mempertajamnya %Soetriono, '((8:1(3*. ).8. Teori ilmiah berman!aat sebagai alat untuk mengha!al, tetapi perkembangan ilmu hanya terjadi bila !iksi yang berman!aat digantikan dengan pernyataan yang mengandung hal yang dapat diobser$asi %Sugiyono, '((1*. 0. Tanggung'a&a( S%#"al Pengem(angan Ilmu 4.a. Setiap ilmu akan dipertanyakan man!aatnya. 4.b. ?leh karena itu, merupakan suatu kesadaran bah&a ilmu&an %sebagai pengembang ilmu* adalah manusia yang hidup atau berada di tengah-tengah manusia lainnya. 4.". .al inilah yang menuntut agar ilmu&an dalam mengaplikasikan ilmunya mengenal konteks dimana ilmunya diaplikasikan %Soetriono, '((8:35*. 4.d. ,ah&a berman!aatnya suatu ilmu harus dihubungkan dengan konteks dimana ilmu tersebut akan diterapkan. 4.e. +engan kata lain, perkembangan ilmu harus disesuaikan dengan kebutuhan manusia, sehingga ilmu tersebut benar-benar berman!aat bagi manusia dan dapat diaplikasikan atau diterapkan oleh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. 4.!. D!ekti$itas dari suatu ilmu harus dikaitkan dengan lingkungan dimana ilmu itu akan diterapkan atau diman!aatkan. 4.g. Setiap ilmu untuk kepentingan manusia yang mana. 4.h. 1ika kesadaran ini dapat diterapkan, maka kekha&atiran bah&a ilmu akan menjajah manusia tidak akan terjadi. 4.i. Sebab, ilmu yang diterapkan adalah ilmu yang memang sesuai dengan konteks dimana ilmu itu diterapkan. 12 D. S+aeg" Pengem(angan Ilmu-"lmu S%#"al 8Ilmu E)%n%m"! Pan*a#"la 9 Ke&a+ganega+aan! dll: ;ang Be+#"$a S%#"al 1. Pengem(angan Ilmu-"lmu Te+#e(u 1.1. #ada perkembangan peradaban manusia, ilmu terbadi dalam tiga kelompok besar, yaitu : a. Ilmu yang mempelajari setiap atau seluruh gejala, bentuk dan eksistensinya yang erat hubungannya dengan alam beserta isinya dan se"ara umum mempunyai si!at yang pasti dan sama serta tidak dipisahkan oleh ruang dan &aktu, disebut ilmu eksakta, "ontoh : !isika, kimia dan biologi. b. Ilmu yang mempelajari seluruh gejala manusia dan eksistensinya dalam hubungannya pada setiap aspek kehidupan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dinamakan ilmu sosial atau non eksakta, misalnya : ekonomi, politik, psikologi, sosiologi, hukum, administrasi dan lain-lain. ". Ilmu humaniora, kumpulan pengetahuan yang erat hubungannya dengan seni, misalnya : seni tari, seni lukis, seni sastra, dan seni suara %+alimunthe, '((2*. 1.'. Ilmu merupakan salah satu disiplin ilmu sosial atau non eksakta. 1.2. ,agaimanakah strategi pengembangan ilmu > 1.8. ,agaimanakah aspek ke!ilsa!atan dari bidang ilmu > 1.). =pakah perlu dilakukan re!ormasi terhadap pemikiran-pemikiran yang telah berkembang selama ini > 1.4. 1ika Ilmu #engetahuan tertentu dikaji dari ketiga dimensi atau landasan utama !ilsa!at ilmu %yaitu : ontology, epistemology, dan aksiologi* maka akan diketahui esensi atau hakikat, yaitu : inti atau hal yang pokok atau intisari atau dasar atau kenyataan yang benar, dari ilmu pengetahuan tersebut. 13 1.5. 1adi : Strategi untuk mengembangkan ilmu diperlukan penelurusan dari dimensi : a. ?ntologi K eksistensi %keberadaan* dan esensi %keberartian* ilmu-ilmu K apa yang dimaksud ilmu > b. Dpistemologi K metode yang digunakan untuk membuktikan kebenaran ilmu-ilmu K bagaimana "ara ilmu berkembang > ". =ksiologi K man!aat dari ilmu-ilmuK untuk apa ilmu berkembang > 1.:. Ilmu-ilmu sosial apa saja dapat merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia dalam upayanya untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas dengan ketersediaan sumber daya yang terbatas. 1.3. ,erikut beberapa konsep tentang yang dikutip dari =lhabshi %'((5*, antara lain : a. sebagai ilmu mora %=dam Smith*, yaitu : sebagai suatu ilmu untuk mengkaji tentang moral manusia serta "ara- "ara bagaimana menjaga dan meningkatkan moral manusia ini. b. sebagai ilmu praktek terkait dengan pengeluaran dan peningkatan kekayaan %1.S. ;ill*, yaitu : adalah "ara yang bersistem atau "ara yang baik untuk menghasilkan pengeluaran barang dan jasa untuk manusia dan "ara yang baik untuk meningkatkan kekayaan yang datang dari usaha pengeluaran tersebut. ". sebagai satu kajian mengenai tingkah laku atau perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari %=l!red ;arshall*, yaitu : bagaimana dia mendapatkan ilmu dan bagaimana dia menggunakan ilmu tersebut. 1.1(.Selanjutnya, perkembangan teori modern, mengkaji perilaku manusia bah&a manusia mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas sedangkan sumber yang ada %termasuk kemampuan, teknologi* adalah terbatas. 24 1.11. ?leh karena itu, jika bertujuan men"apai kepuasan, manusia harus memilih, antara lain : a. =pa sajakah produk dan jasa yang dibutuhkan manusia dalam hidupnya. b. ,agaimana mengeluarkan produk dan jasa tersebut dengan "ara yang paling baik %bermutu, murah, "epat, memenuhi kebutuhan manusia, sesuai, dan lain-lain K disebut juga e!isien*. ". -ntuk siapa produk dan jasa tersebut dikeluarkan. 1.1'.Ketiga asumsi dasar %mitos kapitalisme Smithan* seperti yang telah penulis ungkapkan dia&al paper ini, memiliki konsekuensi dengan suatu anggapan bah&a akhlak dasar manusia adalah bertarung dan saling berebut. 1.12.Sehingga lahirlah gagasan tentang berlakunya kebebasan indi$idu dalam &ujud semangat indi$idu untuk bersaing dan membentuk mekanisme persaingan bebas dalam kehidupan . 1.18.#ersaingan bebas diasumsikan ber&ujud sebagai in!ormasi dan komunikasi. 1.1).#ada tataran makro kompetisi dilihat sebagai pasar yang terdistorsi %S&asono, '(():2*. 1.14.#emikiran ilmu neoklasikal %S&asono, '(():8* mengasumsikan manusia rasional sebagai manusia yang berdasar insiati! indi$idunya mengejar utilitas optimal, yang men"ari, yang bersaing dalam mekanisme, yang menjadi aktor bebas. 1.15.Nang meneguhkan doktrin yang tidak inter!ensi berdasar tindakan yang umum. 1.1:.Selanjutnya, asumsi tersebut, yang terbentuk dari ideology liberalisme %berdasar indi$idualisme*, berubah menjadi dalam perkembangannya telah mengabaikan kedudukan ilmu sebagai suatu ilmu moral. 1.13.#erlu kita ketahui, bah&a kedudukan ilmu sebagai suatu ilmu moral sesungguhnya dia&ali oleh =dam Smith. 21 1.'(.;engutip tulisan S&asono %'(():3*, bah&a sebagai suatu ilmu moral maka ilmu se"ara imperati! mengenal keadilan, peduli dengan persamaan dan pemerataan, kemanusiaan, serta menghormati nilai-nilai agama. 1.'1.Sebagai suatu ilmu moral maka ilmu se"ara etikal mengenal dan menghormati pula @kepentingan-kepentingan bersamaA. 1.''.,erkaitan dengan sumber lokasi, e!isiensi menjadi kata kun"i dalam . 1.'2.#emikiran neoklasikal, yang berdasar berorientasi pada e!isiensi . 1.'8.D!isiensi yang dimaksudkan, baik dalam tataran mikro maupun konteks pelaku indi$idual, adalah berdasar paham kompetiti!isme, yaitu e!isiensi yang terkait dengan upaya indi$idual men"apai kepuasan maksimal. 1.').-paya badan usaha men"apai maksimal pada !ungsi 1.'4.Selanjutnya, berkembang menjadi paham !undamentalisme dengan mekanisme persaingan bebas sempurna atau bebas sempurna. 1.'5.Bahirlah kapitalisme global. 1.':.#aham strukturalis, baik strukturalisme a&al maupun neostrukturalisme, adalah paham yang menolak ketimpangan- ketimpangan struktural sebagai sumber ketidakadian sosial- 1.'3.Kaum strukturalis menempatkan ilmu pada peran normati!nya dalam rangka per&ujudan keadilan dan kesetaraan sosial-, menolak mekanisme pasar bebas. 1.2(.Strukturalisme peduli akan harkat manusia dalam lingkup moralitas dan menuntut pelaku , yang berpedoman pada suatu hubungan berdasar moralitas dan etika 1.21.?leh karena itu, perlu kita pahami, bah&a kekuatan dalam adalah persaingan dan kerjasama. 22 1.2'.#emikiran mengakui kerjasama mutualitas sebagai suatu kekuatan , maka e!isiensi murupakan suatu ke&ajiban moral dalam hidup , suatu ke&ajiban hidup rukun, tidak membuat pemborosan sosial, untuk membentuk suatu ke&ajiban hidup ber- ukhu&ah. %S&asono, '(():5:*. 1.22.1adi, bagaimanakah ilmu yang berkembang hingga saat ini > a. #emikiran neoklasikal, bertitik tolak dari paham, yaitu maksimasi dan minimasi sesuai perilaku yang "enderung mengabaikan implikasi asumti! mono-utilitas terhadap kenyataan biutilitas %atau multi-utilitas* yang mengandung unsur-unsur moralitas yang lebih kompleks. b. Kelanjutan pemikiran neoklasikal, ilmu menyandarkan diri pada paham kompetiti!isme, yaitu kompetisi bebas atau persaingan bebas, tanpa memperhatikan apakah asumsi- asumsi dasar yang menyertainya realistik atau tidak, baik dalam kerangka empirik ataupun moralitas , telah membentuk suatu budaya . ". <undalisme dengan mekanisme persaingan bebas sempurna atau bebas sempurna. <undalisme pasar ini melahirkan global. d. #erkembangan ilmu telah mengabaikan metode indukti!, dan lebih menekankan metode dedukti!. =kibatnya, banyak kehilangan pemahaman mengenai realitas dan kenyataan empirik, serta "anggung dalam penyelesaian masalah.
2, 2. Me%d%l%g" Ilmu-"lmu S%#"al '.1. Teori selalu dimulai dengan pernyataan atas dasar yang dianggap benar yang dikenal sebagai asumsi. '.'. =sumsi tersebut dapat diperoleh dari pengamatan empiris yang terjadi berulang-ulang, diambil dari kesimpulan !ilsa!at, atau dari ilmu pengetahuan lain. '.2. =sumsi tetap dianggap benar sampai ada pembuktian bah&a asumsi itu salah dan harus dibatalkan. '.8. Serangkaian pernyataan dasar yang berkaitan se"ara logis dan konsisten disebut model atau teori. '.). Hangkaian pernyataan ini dapat disampaikan dalam bentuk bahasa, gra!ik atau dengan rumus matematika %Sugiyono, '((1*. '.4. +e&asa ini tujuan ilmiah dari ilmu tidak lagi hanya untuk men"ari kebenaran atau men"ari hubungan yang pasti tentang sebab-akibat, sebab hubungan tersebut dapat berma"am-ma"am si!atnya seperti : korelasi, intendependensi, koeksistensi, dan sebab-akibat. '.5. ;odel atau teori dapat dikatakan baik apabila mampu menjadi instrumen, antara lain, untuk : a. ;enjelaskan keadaan yang terjadi dalam masyarakat b. ;elakukan prediksi tentang hal-hal yang dapat terjadi '.:. .al ini sangat penting bagi pengambilan keputusan kebijaksanaan atau membuat peren"anaan. Kekuatan suatu model atau teori akan teruji karena kemampuannya menjelaskan gejala yang ada atau dapat memprediksi yang akan terjadi dan ternyata benar. '.3. Sistem juga mempengaruhi perkembangan ilmu . '.1(.Sistem ialah "ara sesuatu disusun, diatur dan dilaksanakan. '.11. 1enis sistem yang dilaksanakan bergantung kepada !alsa!ah yang dipegang oleh masyarakat yang melaksanakan kegiatan . '.1'.<alsa!ah ini akan menentukan , institusi yang dibutuhkan serta "ara kegiatan disusun dan dilaksanakan. '.12.Sistem yang kita kenal, misalnya ilmu-ilmu sosial. 2- E. Ke#"m6ulan dan Sa+an 1. -paya manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang terbatas dengan ketersediaan sumber-sumber yang terbatas, telah kita pahami sebagai konsep ilmu . '. Konsep tersebut seharusnya tidak dimaknai dengan suatu anggapan bah&a akhlak dasar manusia adalah bertarung dan saling berebut. 2. ,erkaitan dengan keterbatasan sumber daya jika dibandingkan dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas, dinilai memiliki konsekuensi e!isiensi. 8. ,ah&a pelaku-pelaku berorientasi pada e!isiensi , artinya dalam pelaksanaan kegiatan demi ter"apainya kepuasan maka manusia seharusnya dapat mempertimbangkan atau memilih produk apa yang dibutuhkan, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa produk tersebut diproduksi. ). D!isiensi selayaknya dipahami sebagai suatu ke&ajiban moral dalam hidup , suatu ke&ajiban hidup rukun, tidak membuat pemborosan sosial, untuk membentuk ke&ajiban hidup berukhu&ah. 4. Sebab, perlu kita pahami pula bah&a kekuatan merupakan gabungan dari persaingan dan kerjasama. 5. #emahaman terhadap kekuatan oleh pelakuOpelaku , diharapkan akan memba&a perkembangan ilmu kearah perbaikan moral manusia. :. ,ukankah, seharusnya, kedudukan ilmu adalah sebagai ilmu moral > 3. +engan kata lain, perkembangan ilmu diharapkan akan sesuai dengan harkat manusia dalam lingkup moralitas dan menuntut pelaku , yang berpedoman pada suatu hubungan berdasar moralitas dan etika . 2. F. A(#+a) 1. Konsep ilmu merupakan konsep yang menjelaskan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas dengan ketersediaan sumber daya yang terbatas. '. Tidak berarti bah&a moralitas dasar manusia adalah untuk mela&an satu sama lain, tetapi dipahami sebagai akibat dari e!isiensi. 2. D!isiensi berarti bah&a para pelaku dalam pelaksanaan kegiatan adalah untuk men"apai kepuasan sehingga harus dapat memilih produk apa yang dibutuhkan, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa produk diproduksi. 8. +engan demikian pembangunan diharapkan dapat sesuai dengan martabat manusia dalam lingkup moralitas , dan para pelaku ilmu merupakan yang dipandu oleh moralitas berdasarkan hubungan dan etika . 20 DAFTAR PUSTAKA 1. 6arah #uspitaningtyas. -ni$ersitas 1ember. 1l. Kalimantan No. 25. 1ember. e-mail : 7ara8yu9yahoo."om '. =lhabshi. '((5. #engenalan Kepada Dkonomi. http:FF&&&.ekonkur."om 2. +ahlan. '((2. Sumberdaya .utan +i"iptakan Tuhan Sebagai ?bjek Ilmu dan #enelitian: ;anusia +i&ajibkan ;en"ari Ilmu. Praduate #rogramF s2 Institut #ertanian ,ogor. 8. +alimunthe. '((2. Sejarah #erkembangan Ilmu ;anajemen. -S- +igital Bibrary. ). Bsiyo. '((4. .andout <ilsa!at Ilmu #engetahuan. Sekolah #as"asarjana -P;. Nogyakarta. 4. ;ari"ar. '((4. <ilsa!at Ilmu #engetahuan. #rogram s2. -P;. Nogyakarta. 5. Nasution. '((8. #engembangan Dkonomi Islam dan Kualitas .ukum Dkonomi Kon$ensional. Seminar Nasional Signi!ikansi .ukum Islam +alam ;erespon Isu-isu Plobal. ;edan. :. Soetriono dan .ana!ie. '((8. <ilsa!at Ilmu dan ;etodologi #enelitian. ,#-1 %#enerbit -ni$ersitas 1ember*. 3. Sugiyono. '((1. ;etodologi Dkonomi #ositi$isme. #rogram s2. -P;. Nogyakarta. 1(. Suriasumantri. '((5. <ilsa!at Ilmu : Sebuah #engantar #opuler, #ustaka Sinar .arapan. 1akarta. 11. Sutatminingsih. '(('. =ktualisasi <ilsa!at Ilmu +alam #erkembangan #sikologi. -S- +igital Bibrary. 1'. S&asno. '((). Dkspose Dkonomika : ;e&aspadai Plobalisme dan #asar ,ebas. #usat Studi Dkonomi #an"asila -P;. Nogyakarta. 21
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita