Pembahasan Dan Saran Penjernihan Air

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Pembahasan

1. Penjernihan Air dengan Biji Kelor


Terdapat dua cara penjernihan air yang kami lakukan yaitu secara
biologis dengan menggunakan biji kelor dan secara mekanis melalui
penjernihan air sederhana. Berdasarkan hasil pengamatan dalam penjernihan
air menggunakan biji kelor, kami melakukan tiga kali percobaan dengan
membandingkan hasil penjernihan air dengan menggunakan banyaknya biji
kelor sebanyak , 1, dan 2 biji dalam 250 mL air kotor. Setelah penambahan
biji yang telah dihaluskan dicampurkan ke dalam air kotor, kemudian
ditunggu selama kurang lebih tiga jam untuk proses pengendapan, maka dapat
terlihat hasil dari proses penjernihan air.
Pada percobaan pertama dengan penambahan

biji kelor, air menjadi

lebih bening dari pada kontrol atau air tanpa campuran biji kelor dan terlihat
seperti air bersih pada umumnya. Selain itu juga dapat terlihat endapan di
bawah permukaan gelas yang berwarna kekuningan. Jika dicium dari
aromanya, sebelum 24 jam itu tidak ada bau, tetapi setelah 24 jam ada sedikit
bau tercium dari air.
Pada percobaan kedua dengan penambahan 1 biji kelor, air terlihat
lebih bersih dari kontrol tetapi masih terlihat sedikit keruh sehingga tidak
terlalu bening jika dibandingkan hasil penjernihan air dengan penambahan
biji kelor. Selain itu, terdapat endapan putih di bawah gelas yang jumlah
endapannya lebih banyak dibandingkan dengan percobaan pertama. Adapun
aroma yang dihasilkan setelah 24 jam itu cukup bau atau lebih bau jika
dibandingankan dengan percobaan pertama, tetapi pada sebelum 24 jam tidak
ada bau yang tercium.
Kemudian pada percobaan terakhir dengan penambahan 2 biji kelor,
air terlihat lebih bersih dari kontrol tetapi terlihat cukup keruh atau lebih keruh
dari percobaan kedua. Selain itu, jumlah endapannya pun lebih banyak dari
hasil endapan percobaan pertama dan kedua. Jika dicium dari aromanya,

sebelum 24 jam itu tidak ada bau, tetapi setelah 24 jam tercium cukup bau dari
air yang tingkat baunya hampir sama dengan percobaan kedua.
Terjadinya perubahan pada air setelah penambahan biji kelor,
dikarenakan biji yang digunakan dalam ketiga percobaan ini menggunakan biji
kelor yang sudah tua betul dan sudah kering. Hal ini dikarenakan biji kelor
yang sudah tua dan kering mudah ditumbuk menjadi halus karena kadar air
dalam biji kelor sudah menipis atau menghilang. Jika biji yang digunakan
adalah biji basah dan masih muda akan menyulitkan proses penumbukan
karena kadar air dalam biji kelor masih tinggi. Jika kadar air tinggi, proses
penumbukan untuk menghasilkan biji yang halus sangat sulit, namun jika
yang digunakan adalah biji yang sudah tua dan kering, maka proses
penumbukan untuk menghasilkan biji kelor yang halus akan lebih mudah.
Dari paparan hasil tersebut, maka perbandingan jumlah biji kelor yang
paling baik dalam proses penjernihan air yaitu menggunakan

biji kelor

dalam 250 mL air. Jika biji kelor yang digunakan lebih banyak, maka hasil
yang didapatkan, air akan menjadi tampak lebih keruh. Tetapi perbandingan
jumlah biji kelor ini tidak mutlak digunakan dalam semua kasus air kotor
karena perbandingan ini harus berdasarkan seberapa tinggi tingkat kandungan
zat terlarut dalam air yang akan digunakan dalam proses penjernihan air.
Dikarenakan air yang kelompok kami gunakan itu tidak terlalu keruh, maka
kami menggunakan

biji kelor dalam 250 mL air sebagai perbandingan

minimalnya dan 2 biji kelor dalam 250 mL air sebagai perbandingan


maksimalnya.
Adanya perubahan air menjadi lebih bersih dan bening sesudah
penambahan biji kelor pada ketiga percobaan yang telah dilakukan,
dikarenakan

biji

kelor

mengandung

zat

aktif rhamnosyloxybenzil

isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel


lumpur serta logam yang terkandung dalam air. Selain itu, pada prinsipnya biji
kelor mengandung protein, karbohidrat, serta lemak yang berperan sebagai
flokulan. Flokulan adalah protein yang larut dalam air yang akan

menghasilkan protein larut dalam air yang bermuatan positif. Larutan tersebut
memiliki sifat seperti polielektrolat alum dan merupakan polimer yang dapat
mengendapkan partikel koloid dan membentuk flok yang dapat mengendap.
Mekanisme perubahan menjadi air yang lebih jernih dimungkinkan karena
adanya aktivitas asam amino bioflokulan yang mampu mengadsorpsi dan
membentuk ikatan antar partikel air kotor dan bioflokulan sehingga terbentuk
ikatan-ikatan yang stabil yang akan mengendap.
Karena itulah mengapa jika biji kelor yang digunakan terlalu banyak
(terlihat pada percobaan kedua dan ketiga), maka tidak semua asam amino
bioflokulan membentuk ikatan antar partikel sehingga protein atau asam
amino yang tidak berikatan akan membentuk endapan putih di bawah
permukaan wadah. Sehingga semakin banyak biji kelor yang digunakan tidak
akan membuat air menjadi lebih jernih tetapi akan menjadi lebih keruh
walaupun akan terlihat lebih bersih dari sebelumnya. Karena itulah
penambahan

biji kelor pada 250 mL air kotor yang kelompok kami gunakan

didapatkan hasil penjernihan yang paling bagus. Tetapi ada hal yang harus
diperhatikan yaitu lamanya proses pengendapan yang tidak bisa terlalu lama.
Jika terlalu lama, maka ikatan antar partikel oleh bioflokulan akan kembali
lagi terlepas sehingga air akan menjadi kotor kembali.
Selain itu, terciumnya bau setelah 24 jam itu berasal aroma khas kelor
sehingga pada percobaan kedua dan ketiga bau yang tercium lebih menyengat
dibandingkan dengan hasil percobaan pertama dikarenakan biji kelor yang
digunakan pun lebih banyak. Sehingga, akan lebih baik jika adanya gabungan
cara penjernihan air secara biologi dan mekanis. Aroma kelor yang tercium
dari hasil penjernihan air bisa ditambahkan dengan arang karena arang
berfungsi menyerap aroma kelor tersebut.

2. Penjernihan Air Sederhana


Dalam proses penjernihan air secara mekanis ini, kami melakukan
empat kali pengulangan untuk melihat hasil penjernihan air. Jika dibandingkan
dengan kontrol, hasil penjernihan air terlihat menjadi lebih bersih dan bening

walaupun terlihat sedikit kuning dan tidak sejernih air bersih pada umumnya,
tetapi ada perubahan yang cukup signifikan terjadi. Perubahan ini terjadi
dikarenakan peran dari setiap bahan yang digunakan dalam alat penjernihan
air sederhana yang telah kami buat. Bahan-bahan tersebut memiliki fungsi
masing-masing dalam penjernihan air, yaitu diantaranya saringan kain katun
yang dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada
dalam air keruh; ijuk yang berfungsi mengadsorpsi partikel-partikel yang
terlarut dalam air kotor; kapas digunakan sebagai pembatas antara material
yang satu dengan yang lainnya; kerikil digunakan sebagai penyaring material
yang besar; arang digunakan untuk menyaring atau menghilangkan bau,
warna, dan kontaminan dalam air; pasir berfungsi untuk menyaring kotoran
yang halus.
Gabungan

dari

penggunaan

bahan-bahan

tersebut

mampu

menjernihkan air tetapi hasil air yang dijernihkan akan bergantung kepada
tingkat ketebalan masing-masing bahan dan banyaknya proses pengulangan
penjernihan air. Ketidakhadiran beberapa bahan akan berpengaruh terhadap
hasil penjernihan air. Dalam percobaan yang kami lakukan hasilnya kurang
maksimal, kemungkinan dikarenakan kurang besarnya botol yang digunakan
sehingga ketebalan masing-masing bahan menjadi kurang tebal. Selain itu
juga ada kemungkinan kurangnya tawas sebagai bahan tambahan dalam alat
yang kami gunakan. Padahal tawas dapat berfungsi untuk mengendapkan
kotoran.
Jika menginginkan hasil penjernihan yang lebih maksimal, ada
baiknya menggabungkan dua cara penjernihan air yaitu secara biologis dan
mekanis. Air hasil penjernihan dengan bantuan biji kelor dapat kemudian
disaring melalui proses penjernihan air sederhana, sehingga hasil air yang
didapatkan lebih bersih, bening, dan tidak berbau, juga kandungan
mikroorganismenya berkurang.

Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, adapun beberapa saran
untuk meningkatkan hasil penjernihan air, sebagai berikut :
1. Air yang digunakan untuk dijernihkan lebih baik air permukaan atau air
tanah. Air permukaan meliputi air waduk, air telaga, air sungai atau air
rawa, sedangkan yang dimaksud air tanah adalah air yang diperoleh dari
dalam tanah, misalnya air sumur. Untuk air yang telah tercemar logam
atau air payau kurang baik bila dijernihkan dengan menggunakan biji
kelor.
2. Biji kelor yang digunakan harus dipastikan yang sudah tua dan sudah
kering.
3. Lebih baik juga dicoba menjernihkan air dengan biji kelor yang utuh
dengan sayapnya dan biji kelor yang sudah dikupas untuk dilihat dan
dibandingkan hasil mana yang lebih baik.
4. Lebih baik waktu pengendapan dalam proses penjernihan air dengan biji
kelor tidak lebih dari 24 jam karena air akan kembali keruh.
5. Lebih baik cara penjernihan air dengan biji kelor dikombinasikan dengan
cara penjernihan air sederhana.
6. Air hasil penjernihan dengan kelor harus segera digunakan dan tidak dapat
disimpan untuk hari berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai