Kelompok 15

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

PENDAHULUAN

Dalam beberapa kesempatan ketika penulis menyampaikan ceramah tentang


ideology Muhammadiyah sering dilontarkan pertanyaan apa sebenarnya ideology
Muhammadiyah itu?
Secara substansi (isi) banyak pernyataan pikiran formal dalam Muhammadiyah yang
bersentuhan atau mengandung ideology Muhammadiyah yang bersentuhan atau
mengandung ideology Muhammadiyah, lebih khusus pada sejumlah Langkah
Muhammadiyah per-periode. Dalam Naskah Akademik makalah pada Muktamar ke-37
tahun 1968 bahkan ideology Muhammadiyah dikaitkan langsung dengan pemikiran dan
idealisme Kyai Haji Ahmad Dahlan ketika melahirkan Muhammadiyah. Adapun secara
formal yang mengandung pemikiran yang lengkap mengenai ideology Muhammadiyah
ialah, Muqaddimah Anggaran Muhammadiyah yang disusun oleh Ki Bagus Hadikusuma
dengan bantuan para sahabatnya pada tahun 1945, yang diajukan dan disahkan pada
tanwir tahun 1961. Sedangkan konsep yang secara lebih jelas menyatakan ideology
tetapi dengan istilah Keyakinan Dan Cita-cita Hidup ialah Matan Keyakinan dan Citacita Hidup Muhammadiyah (MKCH) yang dibahas dalam Muktamar ke-37 tahun 1968
dan kemudian ditindaklanjuti dan dihasilkan dalam Tanwir di Ponorogo tahun 1969.
Berikut pemikiran yang mengandung substansi atau kristalisasi mengenai
ideology Muhammadiyah yang dimaksudkan untuk lebih memahami konsep ideology
yang selama ini secara resmi berlaku dalam Muhammadiyah termasuk apa yang telah
diputuskan oleh Tanwir pertama Muhammadiyah tahun 2007 tentang Revitalisasi
Ideologi yang telah ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

PEMBAHASAN
A. MAKNA DAN FUNGSI IDEOLOGI

Kelahiran Muhammadiyah memiliki persentuhan dengan ideology, yakni ide


dan cita-cita tentang Islam dari Kyai Haji Ahmad Dahlan, yang membentuk alam pikiran
sekaligus usaha untuk mewujudkannya dalam kehidupan. Karena itu, ketika Ki Bagus
Hadikususma merumuskan Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, yang
kemudian disahkan menjadi keputusan organisasi, dikatakan bahwa rumusan tersebut
merupakan sistematisasi dari pemikiran dan langkah perjuangan Kyai Haji Ahmad
Dahlan sebagai pendiri dan peletak Muhammadiyah.
Ideologi ialah Ajaran atau Ilmu Pengetahuan yang secara sistematis dan
menyeluruh membahas mengenai gagasan, cara-cara, angan-angan atau anggaran dalam
pikiran untuk mendapatkan keyakinan mengenai hidup dan kehidupan yang benar dan
tepat. Dinyatakan pula bahwa ideology berarti Keyakinan Hidup, yang mencakup:
1. Pandangan hidup
2. Tujuan hidup
3. Ajaran dan cara yang dipergunakanuntuk melaksanakan pandangan hidup
dalam mencapai tujuan hidup tersebut.
(Rumusan Pokok-Pokok Persoalan tentang Ideologi Keyakinan Hidup Muhammadiyah
yang disusun oleh Panitia Tajdid Seksi Ideologi Keyakinan Hidup Muhammadiyah
dalam Muktamar ke-37 tahun 1968).

Dari pemaknaan tersebut maka ideology bukan sekedar seperangkat paham atau
pemikiran belaka, tetapi juga teori dan strategi perjuangan unntuk mewujudkan paham
tersebut dalam kehidupan. Sehingga jika dikatakan Ideologi Muhammadiyah, maka
yang dimaksudkan ialah sistem keyakinan, cita-cita, dan perjuangan Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam dalam mewujudkan masyarakan Islam yang sebenar-benarnya.
Adapun isi atau kandungan ideology Muhammadiyah tersebut ialah:

1. Paham Islam atau paham agama dalam Muhammadiyah


2. Hakikat Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam
3. Misi dan Stragegi perjuangan Muhammadiyah.
Ideologi Muhammadiyah memerlukan kristalisasi dalam hal substansinya, yakni
memahami kandungan isi dari ideology tersebut, setelah itu dilakukan usaha-usaha untuk
mensosialisasikan dan menanamkannya dalam kesadaran dan alam pikiran seluruh
anggota, dan lebih jauh lagi menjadikannya landasan idealisme, pemikiran dan langkah
dalam seluruh gerak Muhammadiyah secara kelembagaan. Ideologi memiliki kedudukan
yang penting dalam suatu gerakan, yakni untuk:
1. Menjelaskan dan menanamkan pandangan dunia (world view), sebutlah idiom yang
selama ini berlaku dalam Muhammadiyah tentang Islam Agamaku, Muhammadiyah
Gerakanku
2. Membangun komitmen idealis untuk menjalankan misi dan cita-cita gerakan,
sehingga anggota Muhammadiyah tidak sekedar aktif dan berada dalam lingkungan
persyarikatan secara fisik dan praktis/pragmatis
3. Mengikat solidaritas kolektif yang kokoh, sehingga tampak satu kesatuan sistem
gerakan Muhammadiyah
4. Menyusun dan melaksakan garis perjuangan dan strategi perjuangan sesuai dengan
sistem paham/ideology Muhammadiyah tersebut
5. Memobilisasi anggota untuk mencapai tujuan Muhammadiyah melalui berbagai usaha
6. Membela/menjaga keutuhan/eksistensi organisasi dari berbagai pengeroposan paham
dari dalam dan dari luar sesuai dengan prinsip gerakan Muhammadiyah
Dalam situasi saat ini kehadiran untuk kristalisasi atau lebih jauh lagi revitalisasi
ideology dalam Muhammadiyah karena secara factual terdapat masalah-masalah yang
bersifa ideologis, antara lain:
1. Melemahnya pemahaman mengenai Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dalam
berbagai aspeknya yang mendasar sehingga kehilangan arah dan komitmen dalam
ber-Muhammadiyah; seperti mudahnya sebagian anggota yang tertarik dengan paham
gerakan lain tanpa memahami Muhammadiyah secara lebih mendalam
2. Gejala melemahnya spirit, militansi, karakter/identitas, dan visi gerakan pada
sebagian anggota/kalangan di lingkungan Persyarikatan seperti rendahnya kiprah
dalam menggerakan Muhammadiyah

3. Gejala menurunnya ketaatan dan komitmen pada misi, pemikiran, kebijakan, dan
kepentingan Muhammadiyah baik yang menyangkut urusan paham agama seperti
tidak mengikuti keputusan Tarjih mengenai penetapan Hari Raya Idul Fitri atau Idul
Adha hingga ke masalah pengabdian dan kiprah dalam menggerakan/membesarkan
Muhammadiyah
4. Melemahnya ikatan atau soldaritas kolektif yang ditandai oleh berkurangnya
ukhuwah, silahturahim, dan sinergi antar anggota maupun antar institusi dalam
Persyarikatan
5. Menguatnya tarikan dan kepentingan politik yang masuk kelingkungan Persyarikatan,
termasuk dalam amal usaha, melalui para aktivis atau kegiatan partai politik yang
memperlemah komitmen terhadap misi, kepentingan, Kepribadian, dan Khittah
Muhammadiyah
6. Kecenderungan sebagian anggota Muhammadiyah termasuk yang berada di amal
usaha yang lebih mengutamakan kiprahnya untuk membesarkan organisasi, usaha dan
kegiatan lain di luar Muhammadiyah yang menyebabkan tidak sebandingnya jumlah
anggota yang berkhidmat/berkiprak untuk Persyarikatan serta tidak kurang/tidak
tergarapnya usaha-usaha Persyarikatan secara optimal
7. Semakin mudahnya berbagai paham pemikiran dari luar yang masuk ke dalam
Muhammadiyah yang dapat melemahkan karakter khusus Muhammadiyah manakala
tidak diiringi dengan peneguhan yang ideologis yang menyangkut paham dan sistem
perjuangan Muhammadiyah (Materi Revitalisasi Ideologi, Tanwir I tahun 2007)
Dengan kristalisasi/ revitalisasi ideology diharapkan setiap anggota, lebih-lebih
kader dan pimpinan, benar-benar dalam aktif/berada di Muhammadiyah tidak sekedar
keterlibatan praktis/teknis, tetapi lebih mendasar lagi yakni, memiliki idealism dengan
mengembangkan komitmen, integritas, wawasan pemikiran, pengkhidmatan, dan
langkah/usaha

yang

bertumpu

sepenuhnya

pada

paham

dan

sistem

gerakan

Muhammadiyah. Terdapat sejumlah spirit yang bersifat ideologis dalam aktif berMuhammadiyah dan menggerakan perjuangan Muhammadiyah, yakni:
1. Aktif dan bergerak dalam Muhammadiyah sebagai panggilan hidup yang tekait
dengan fungsi ibadah (Qs. Adz-Dzariyat: 56) dan kekhalifahan (Qs. Al-Baqarah: 30)
serta mewujudkan tujuan meraih ridha dan karunia Allah SWT (Qs. Al-Fath: 29)

2. Ber-Muhammadiyah tiada lain harus dilandasi dan senantiasa menegakan Islam


sebagai Agama yang benar dan lurus (Qs. Ar-Rum: 30)
3. Bahwa Muhammadiyah merupakan pengejawantahan dari perjuangan mewujudkan
Islam dalam kehidupan melalui organisasi pergerakan Islam (Qs. Ali Imran: 104)
4. Berjuang dan menggerakan Muhammadiyah tiada lain sebagai jihad dijalan Allah dan
bukan keterlibatan fisik/praktis semata (Qs. Ali Imran: 142)
5. Segenap anggota Muhammadiyah lebih-lebih kader dan pemimpinnya harus diikat
dalam solidaritas kolektif yang kuat dalam ikatan perjuangan dan tidak boleh terceraiberai (Qs. Ali Imran: 103)
6. Berjuang dan memperjuangkan Muhammadiyah haruslah berada dalam satu sistem
barisan (Qs. Ash-Shaff: 4)

B. SUBSTANSI 1: PAHAM AGAMA DALAM MUHAMMADIYAH


Ideologi Muhammadiyah sebagaimana dibahas dalam Suara Muhammadiyah
nomor 16/2007 dari aspek substansi (isi) mengandung tiga unsur penting atau utama yaitu
paham agama, hakikat Muhammadiyah, dan fungsi strategi Muhammadiyah. Paham
agam dalam Muhammadiyah memiliki karakter khusus, kendati secara umum tentu saja
memilki landasan, orientasi, dan pemahaman yang sama sebagaimana paham Islam yang
mutabar.
Dari aspek kesejarahan, paham agama dalam Muhammadiyah memiliki akar pada
pemikiran Kya Haji Ahmad Dahlan tentang Islam. Banyak karya, termasuk dari Prof.
Drs. K. H. Asjmuni Abdurrahman, penasihat PP Muhammadiyah, mengenai paham Islam
dalam Muhammadiyah yang dikonstruksi dari pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Setelah Tarjih dibentuk tahun 1927, paham agama dalam Muhammadiyah dikodifikasi
menjadi pandangan resmi organisasi, yang menjadi rujukan warga Muhammadiyah. Di
samping itu terdapat pandangan-pandangan perorang yang mengkonstruksi paham agama
dalam Muhammadiyah, sebagai pelengkap atau memperkaya, yang tentu saja bukan
patokan resmi.
Dari berbagai rujukan yang diperoleh, dapat ditemukan butir-butir penting dan
mendasar dari paham agama dalam Muhammadiyah sebagai unsur penting dari ideology
Muhammadiyah. Pertama, Muhammadiyah memandang Islam sebagai satu mata-rantai
ajaran Allah yang dibawa oleh Para Nabi hingga Nabi Muhammad SAW. Yang
mengoreksi dan menyempurnakan sehingga menjadi risalah Islam yang terakhir hingga
akhir zaman, sebagai satu-satunya agama yang benar dan diridhai Allah SWT. Hal ini

dapat dirujuk dalam butir

Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah

(MKCH) dan Masalah Lima. Disana dikatakan bahwa Muhammadiyah berkeyakinan


bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya sejak Nabi
Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup
Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang
masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spiritual, duniawi dan ukhrawi
(Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah/MKCHM butir ke-2).

Kedua, Muhammadiyah memiliki pandangan yang luas tentang kandungan ajaran


Islam yaitu sebagaimana disebutkan dalam kitab Masalah Lima bahwa agama, yakni
Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ialah apa yang diturunkan Allah
dalam Al-Quran dan yang disebut dalam Sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah,
larangan-larangan, dan petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat
(Kitab Masalah Lima, Al-Masail Al-Khams tentang Al-Din). Dari pandangan agama
tersebut tampak sekali pandangan agama dalam Muhammadiyah tidak sekedar soal
perintah dan larangan Allah sebagaimana substansi dalam al-ahkam al-khamsah berupa
wajib, sunnah, haram, halal, dan mubah tetapi juga menyangkut aspek-aspek isryadat
atau petunjuk-petunjuk bagi kehidupan. Disinilah keluasan pandangan Islam dalam
Muhammadiyah,

tidak

serba

syariat

dalam

makna

sempit

seperti

banyak

dikumandangkan oleh sebagian kalangan di tubuh umat Islam belakangan ini.


Ketiga, Muhammadiyah dalam paham agamanya bersumberkan pada Al-Quran
dan As-Sunnah yang maqbulah dengan menggunakan akla pikiran yang sesuai jiwa
ajaran Islam. Dalam MKCH disebutkan, bahwa Muhammadiyah dalam mengamalkan
Islam berdasarkan,
a. Al-Quran: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
b. Sunnah Rasul: penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al-Quran yang
diberikan oleh Nabi Muhammad SAW.; dengan menggunakan akal pikiran
sesuai dengan jiwa ajaran Islam (MKCH butir ke-3)

Bagi Muhammadiyah, bahwa dasar muthlaq untuk berhukum dalam agama Islam adalah
Al-Quran dan Al-Hadist. Bahwa di mana perlu dalam menghadapi soal-soal yang telah
terjadi dan sangat dihajatkan untuk diamalkannya, mengenai hal-hal yang tak
bersangkutan dengan ibadah mahdhah padahal untuk alasan atasnya tiada terdapat nash
shahih dalam Al-Quran dan Sunnah shahihah, maka dipergunakanlah alasan dengan
jalan ijtihad dan istimbath dari nash yang ada melalui persamaan illat, sebagaimana telah
dilakukan oleh ulama salaf dan Khalaf (Kitab Masalah Lima, Al-Masail Al-Khams
tentang Qiyas). Kini Muhammadiyah melakukan naql dan aql dalam pemahaman Islam
melalui metode burhani dan bayani sebagaimana menjadi bagian dari manhaj Tarjih.
Karena itu sejak kelahirannya Muhammadiyah menggelorakan gerakan alrujuila al-Quran wa al-Sunnah (Kembali pada Al-Quran dan As-Sunnah) dengan
membuka pintu ijtihad. Prinsip-prinsip pemahaman agama dalam Muhammadiyah
tersistematisasi dalam Manhaj Tarjih, bukan pemahaman orang-perorang. Sedangakn
pengembangan tajdid diperlukan untuk kemajuan hidup dalam satu kesatuan antara tarjih
dan pemikiran Islam atau antara pemurnian dan dinamisasi sebagaimana prinsip
pemahaman Islam dalam Muhammadiyah. Dengan gerakan tersebut Muhammadiyah
kemudian dikenal sebagai gerakan tajdid, yang mengandung makna pemurnian sekaligus
pembaruan (purifikasi dan dinamisasi). Disini Muhammadiyah berbeda dengan gerakan
Islam lain yang semata-mata melakukan pemurnian tapi anti atau tidak melakuakn
pembaruan. Berbeda pula dengan gerakan pembaruan yang semata-mata mengandalkan
akal-pikiran bebas atau sekularisasi tanpa pijakan yang kokoh pada ajaran Al-Quran dan
Sunnah Nabi dan maqbulah. Kembali pada Al-Quran dan As-Sunnah tentu saja
memerlukan ilmu dan pemikiran yang luas dan mendalam, bahkan serba melintasi,
sehingga ajaran Islam yang komprehensif itu mampu diterjemahkan dan dibumikan untuk
menjadi rahmat bagi semesta alam.
Keempat, Muhammadiyah memandang Islam sebagai agama yang komprehensif
atau menyeluruh. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang
meliputi yang meliputi bidang-bidang:
a. Aqidah: Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni,
bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, toleransi menurut ajaran Islam

b. Akhlaq: Muhammadiyah bekerja untu tegaknya nilai-nilai akhlaq mulia


dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Quran dan Sunnah Rasul, tidak
bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia
c. Ibadah: Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan
oleh Rasulullah SAW tanpa tambahan dan perubahan dari manusia
d. Muamalah duniawiyat: Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya
muamalah duniawiyat (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan
berdasarkan ajaran Agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini
sebagai ibadah kepada Allah SWT (MKCH, butir ke-4)
Dari pemahaman yang multi aspek tersebut Muhammadiyah berpandangan bahwa
Islam adalah agama untuk penyerahan diri semata-mata karna Allah, agama semua Nabi,
agama yang sesuai dengan fitrah manusia, agama yang menjadi petunjuk bagi manusia,
agama yang mengatur hubungan dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama,
dan agama yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Islam satu-satunya agama yang
diridhai Allah dan agama yang sempurna. Dengan beragama Islam makasetiap muslim
memiliki dasar/landasan hidup tauhid kepada Allah, fungsi/peran dalam kehidupan
berupa ibadah, menjalankan kekhalifahan, dan bertujuan untuk meraih ridha serta karunia
Allah SWT. Islam yang mulia dan utama itu akan menjadi kenyataan dalam kehidupan di
dunia apabila benar-benar diimani, dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh seluruh
pemeluknya (orang Islam, umat Islam) secara total atau kaffah dan penuh ketundukan
atau penyerahan diri. Dengan pengalaman Islam yang sepenuh hati dan sungguh-sungguh
itu, maka terbentuk manusia muslimin yang memiliki sifat-sifat utama: kepribadian
muslim, kepribadian mukmin, kepribadian muhsin dalam arti terakhlak mulia, dan
kepribadian muttaqin (Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah/PHIWM, bab
Pandangan Islam Tentang Kehidupan)
Kelima, Muhammadiyah dalam memaknai tajdid mengandung 2 pengertian,
yakni pemurnian (purifikasi) dan pembaruan (dinamisasi) (Keputusan Munas Tarjih di
Malang). Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar maruf nahi mungkar dan
tajdid, bersumber pada Al-Quran dan Sunnah (AD Muhammadiyah, 2005). Salah satu
dari enam prioritas program Muhammadiyah periode 2005-2010 ialah pengembanga
tajdid di bidang tarjih dan pemikiran Islam secara intensif dengan menguatkan

kembali rumusan-rumusan teologis seperti tauhid social, serta gagasan operasional seperti
dakwah jamaah, dengan tetap memperhatikan prinsip dasar organisasi dan nilai Islam
yang hidup dan menggerakan (Keputusan Muktamar ke-45 di Malang tahun 2005).
Karena itu pemikiran Islam menjadi bagian integral dengan tarjih dan tajdid, sehingga
tidak berdiri sendiri, tetapi juga bukan merupakan hal tabu dalam Muhammadiyah.
Pengembangan pemikiran merupakan bagian dari karakter pemahaman agama dalam
Muhammadiyah.
Dari pembahasan singkat tentang paham agama dalam Muhammadiyah
sebagaimana diuraikan di atas maka tampak jelas bahwa paham agama Dalam
Muhammadiyah bersifat washathiyyah atau iqtishadiyyah (moderat), yakni
berdasarkan

pada

Al-Quran

dan

Sunnah

Nabi

sekaligus

mengembangkan

ijtihad/penggunaan akal pikiran sistematik dan tidak bermadzhab, pemurnian sekaligus


pembaruan, dan memandang agama bukan sekedar aqidah/ibadah belaka tetapi bersifat
multi aspek (aqidah, ibadah, akhlak, dan muamalah duniawiyah) secara menyeluruh, dan
ingin mengantarkan umat manusia pada kebahagiaan atau keselamatan/kesejahteraan
hidup di dunia dan akhirat. Paham agama yang mendalamdan luas sebagaimana menjadi
karakter ideologis gerakan Muhammadiyah itulah yang menjadikan Muhammadiyah
tetap eksis dan menjadikan Islam sebagai agama kemajuan (din al-hadarah), sehingga
Islam menjadi agama yang menebar rahmatan lil-alamin di muka bumi ini. Karena itu
pula Muhammadiyah, lebih-lebih kader dan pemimpinnya, harus tampil sebagai sosok
yang menampilkan Islam sebagai agama berkemajuan dan pembawa rahmat bagi semesta
kehidupan.

C. SUBSTANSI 2: HAKIKAT MUHAMMADIYAH


Unsur kedua dari ideology Muhammadiyah selain paham agama ialah hakikat
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam. Dalam slogan Islam agamaku, Muhammadiyah
gerakanku terkandung bahwa gerakan Muhammadiyah bukan hanya paham agama,
tetapi juga sistem gerakan.
Menurut Pak AR Fakhruddin, Muhammadiyah ialah organisasi Islam di Indonesia
yang mempunyai dasar Islam dan sifatnya sebagai gerakan. Karena itu selain memiliki
paham agama yang menjadi komitmen utamanya, pada saat yang sama Muhammadiyah
memiliki fungsi penting sebagai alat atau organisasi gerakan untuk mewujudkan ajaran

Islam tersebut dalam kehidupan. Karena itu Muhammadiyah bukan sekedar alat biasa,
tetapi sebagai kendaraan gerakan yang penting dan utama. Pada butir keenam
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah secara tegas dinyatakan Muhammadiyah
melancarkan gerakannya melalui sistem organisasi. Jadi bukan gerakan asal-asalan
dimana setiap orang boleh masuk dan keluar tanpa tatanan, dan juga bukan gerakan
perseorangan.
Muhammadiyah merupakan organisasi tersistem. Organisasi bahkan menjadi
penting keberadaan dan fungsinya sebagaimana sering dikutip oleh K. H. M. Djindar
Tamimy, ma la yatimu al-wajib illa bihi fa huwa wajib. Maka tidak akan ada orang yang
menegasikan organisasi dengan menyatakan yang penting Islam, bukan Muhammadiyah,
seolah Muhammadiyah terlepas dari Islam dan sekadar alat teknis semata. Apalagi
membidahkan organisasi dengan konotasi negative.
Muhammadiyah memang gerakan Islam. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam,
Dawah Amar Maruf Nahi Mungkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qurandan AsSunnah (Anggaran Dasar Muhammadiyah/AD pasal 4 ayat 1), Muhammadiyah
berasas Islam (AD Mhammadiyah pasal 4 ayat 2). Dari substansi yang penting tersebut
terkandung makna khusus. Pertama, Muammadiyah benar-benar merupakan gerakan
Islam, artinya seluruh langkahnya termasuk dalam mengembangkan amal usaha tidak lain
sebagai perwujudan gerakan Islam, jadi bukan sekedar organisasi social-kemasyarakatan
yang lepas dari gerakan Islam. Karena sebagai gerakan, maka Muhammadiyah bukan
organisasi biasa tetapi organisasi pergerakan sehingga harus selalu bergerak untuk
mewujudkan Islam dalam kehidupan. Kedua, Muhammadiyah memilik karakter sebagai
gerakan dakwah dan tajdid, yakni menyebarluaskan sekaligus melakukan pembaruan
untuk kemajuan hidup umat Islam pada khususnya dan manusia pada umumnya, jadi
bukan dakwah tetapi juga tajdid, bukan hanya tajdid

tetapi juga dakwah. Karakter

dakkwah dan tajdid harus menjadi spirit dan watak setiap anggota Muhammadiyah, lebihlebih para pemimpin dan kadernya.
Hakikat Muhammadiyah sebagai gerakan Islam juga terkait dengan pandangan
tentang Islam sebagai agama sebagaimana dapat dicermati dan ditemukan dalam rumusan
Matan Keyahkinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah/MKCHM butir ke-1 dan
ke-2. Bahwa Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Makruf Nahi
Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Quran dan Sunnah, bercita-cita dan

bekerja

untuk

terwujudnya

masyarakat

Islam

yang

sebenar-benarnya,

untuk

melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagi hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam dan Agama Allah yang diwahyukan
kepada para Rasul-Nya sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan seterusnya
sampai Nabi penutup Muhammad SAW sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat
manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spiritual,
duniawi dan ukhrawi. Di sini betapa Muhammadiyah memiliki pandangan yang
mendasar mengenai esensi dan kedudukan agama Islam. Jika dirujuk dalam lima
pandangan dalam Al-Masail Al-Khamsah, maka semakin jelas hakikat Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam, yang bukan sekedar gerakan amaliah belaka tetapi dilandasi oleh
pandangan keagamaan yang mendasar.
Dengan hakikat Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, maka Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam, maka Muhammadiyah memiliki enam prinsip keyakinan dan
paham (pandangan dunia, world view) sebagaimana terkandung dalam Muqaddimah
Anggaran Dasar Muhammadiyah, yaitu:
1. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah
2. Hidup manusia bermasyarakat
3. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam
itu

satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk

kebahagiaan dunia akhirat


4. Menegakan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah
kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ihsan kepada kemanusiaan
5. Ittiba kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad SAW
6. Melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi
Dari enam prinsip tersebut tergambarkeutuhan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
antar aspek subtantif yang ideal hingga aspek fungsional dan strategi yang real. Dengan
enam prinsip tersebut Muhammadiyah selain memiliki pandangan hdiup yang jelas juga
misi dan strategi yang jelas (Lihat Penjelasan Muqqadimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah)

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam juga memiliki cita-cita ideal sebagaimana


tergambar dalam maksud dan tujuannya. Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah
menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya (AD Muhammadiyah pasal 6). Muhammadiyah mamiliki tujuan
atau cita-cita utama yakni mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, bukan
membentuk kekuasaan Negara Islam. Kendati pada waktu pemaksaan asas tunggal
Pancasil

tahun

1985

Muhammadiyah

mengubah

rumusan

tujuannya

menjadi

terwujudnya masyarakat utama yang adil dan makmur yang diridhai Allah SWT, yakni
membentuk masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sasaran gerakMuhammadiyah
membentuk masyarakat, bukan membentuk Negara.
Karena Muhammadiyah sebagai gerakan Islam mengandung substansi yang
mendasar tentang Islam dan melakukan gerakan melalui sistem organisasi maka,
Persyarikatan ini dalam aktualisasi gerakannya memiliki landasan ideal, intitusional, dan
konstutusional. Landasan ideal Muhammadiyah ialah Al-Quran dan As-Sunnah yang
makbulah, yang mengembangkan akal pikiran yang sesuai jiwa ajaran Islam.
Muhammadiyah sebagai persambungan dengan landasan idealnya juga memiliki landasan
institusional (kelembagaan) sebagaimana terkandung dalam Muqaddimah Anggaran
Dasar, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup, Kepribadian, Khittah, Pedoman Hidup
Islami Warga Muhammadiyah, dan pemikiran-pemikiran formal lainnya yang berlaku
dalam Muhammadiyah sejak berdirinya termasuk Langkah Dua Belas Muhammadiyah.
Ketiga, Muhammadiyah memiliki landasan konstitusional yakni Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta berbagai peraturan organisasi yang menjadi tatanan resmi
dalam gerakannya. Nilai-nilai yang terkandung dalam landasan ideal, institusional, dan
konstitusional tersebut haruslah ditanamkan dan disosialisasikan, yang intinya
diinternalisasi sehingga menjadi darah-daging setiap orang Muhammadiyah dalam
berpikir dan bertindak.

Setelah nilai-nilai ideal itu terinternalisasikan maka secara kolektif kemudian


membentuk kesadaran untuk bertindak bersama yang menunjukan watak, ciri, dan sosok
orang Muhammadiyah tersebut mengiikat seluruh anggota Muhammadiyah, termasuk
dalam mengatur tatanan sistem dan tindakan yang berada diseluruh struktur, lini, dan
lingkungan Persyarikatan. Karena itu, Muhammadiyah bergerak melalui tatanan sistem
yang harus dihormati dan ditaati oleh anggotanya dan menjadi pusat orientasi nilai dan
norma berhadapan dengan pihak lain diluar Persyarikatan.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam juga memiliki karakter tertentu yang
disebut dengan Kepribadian Muhammadiyah. Kepribadian Muhammadiyah tersebut
terbentuk dari prinsip dan sifat dasar sebagai gerakan Islam dan dakwah amar maruf
nahi munkar serta tajdid. Kepribadian Muhammadiyah tersebut terdiri dari sepuluh sifat
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan


Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah
Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam
Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan
Mengindahkan segala hokum, undang-undang peraturan serta dasar dan

falsafah Negara yang sah


6. Amar maruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh
teladan yang baik
7. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan
pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam
8. Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan
dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya
9. Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam
memelihara dan membangun Negara mencapai masyarakat adil dan makmur
yang diridhai Allah
10. Bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana

Dari sifat-sifat Muhammadiyah tersebut tergambar prinsip hidup, watak, pandangan,


sekaligus pola tindakannya yang kokoh dan serba melintasi, sekaligus arif dan moderat.

Karena itu dapat disimpulkan mengenai hakikat Muhammadiyah sebagai gerakan


Islam. Pertama, Muhammadiyah sejatinya merupakan gerakan Islam yang bersumber
pada Al-Quran dan As-Sunnah, dengan mengembangkan ijtihad atau akal pikiran yang
sesuai jiwa ajaran Islam, yang membedakannya dari gerakan Islam lain yang bermadzhab
maupun yang tidak mengembangkan ijtihad atau akal pikiran, juga berdedan dengan
gerakan yang secular. Kedua, Muhammadiyah berasas Islam, sehingga Islam menjadi
sumber nilai, landasan, dan pusat orientasi seluruh gerakannya. Ketiga, Muhammadiyah
bergerak melaksanakan dakwah sekaligus tajdid dalam seluruh usahanya, karena itu
selain dakwah maka tajdid pun menjadi komitmen utama gerakan Muhammadiyah dan
orang Muhammadiyah tidak boleh alergi terhadap pikiran dan usaha tajdid sebagaimana
pemikiran dan usaha dakwah. Keempat, Muhammadiyah bergerak untuk membentuk
masyarakat dan bukan membentuk negara, yakni masyarakat Islam yang sebenarbenarnya, yang berbeda dengan gerakan lain yang berkiprah melalui partai politik dan
membentuk negara Islam. Kelima, Muhammadiyah dalam gerakannya memiliki prinsipprinsip dan identitas diri yang kuat sebagaimana tercantum dalam Muqaddimah Anggaran
Dasar, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup, Kepribadian, Khittah, Pedoman Hidup
Islami Warga Muhammadiyah, dan pemikiran-pemikiran formal lainnya termasuk
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah serta pengaturanperaturan organisasi lainnnya yang menjadi tatanan resmi gerakan Muhammadiyah.
Dengan hakikat Muhammadiyah yang mendasar tersebut maka Muhammadiyah sebagai
gerakan Islam memiliki prinsip dan karakter khusus yang berbeda dari gerakan Islam
lainnya, lebih-lebih dengan partai politik termasuk dengan partai politik dakwah,
sehingga setiap anggota Muhammadiyah dituntut untuk memahami dan berkomitmen
utama pada gerakan Muhammadiyah.

D. SUBSTANSI

3:

FUNGSI,

MISI,

DAN

STRATEGI

GERAKAN

MUHAMMADIYAH
Dimendsi atau unsure ketiga dari ideology Muhammadiyah menyangkut fungsi,
misi, dan strategi perjuangan. Dalam matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup (MKCH)

Muhammadiyah butir pernyataan kelima dinyatakan bahwa Muhammadiyah mengajak


segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah dapat karunia Allah yang berupa tanah air
yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik
Indonesia yang berfalsafah Pancasila, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu
negara yang adil makmur dan diridhai Allah SWT: BALDATUN THAYYIBATUN WA
RABBUN GHAFUR. Pernyataan tersebut mengandung aspek fungsi dan misi
Muhammadiyah dalam gerakannya di negara Republik Indonesia. Tampak jelas
komitmen keislaman dan kebangsaan Muhammadiyah di negara yang berfalsafah
Pancasila, sehingga Muhammadiyah tidak mengusung format negara lain dan lebih
berkomitmen untuk mengisi negara Kesatuan Republik Indonesia tersebut dengan
semangat keislaman dan keindonesiaan. Fungsi dan Misi Muhammadiyah tersebut
berangkat dari misi ideal gerakan Islam ini yaitu:
1. Menegakan tauhid yang murni
2. Menyebarluaskan Islam yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah
3. Mewujudkan amal Islami dalam kehidupan Pribadi, keluarga, dan masyarakat
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dalam mencapai maksud dan tujuannya
melakukan dakwah Amar Maruf Nahi Munkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha
disegala bidabg kehidupan (Anggaran Dasar Muhammadiyah/AD pasal 7). Dalam
mencapai maksud dan tujuan serta mewujudkan misi dan ideal tersebut, Muhammadiyah
melakukan usaha-usaha yang bersifat pokok, yang kemudian diwujudkan dalam amal
usaha, program, dan kegiatan.

Adapun usaha-usaha Muhammadiyah tersebut adalah sebagai berikut:


1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman,
meningkatkan pengalaman, serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam
berbagai aspek kehidupan
2. Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai
aspek kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya

3. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah,


dan amal shalih lainnya
4. Meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumber daya manusia agar
berkemampuan tinggi serat berakhlaq mulia
5. Memajukan
dan
memperbaharui
pendidikan
mengembangkan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi

dan
dan

kebudayaan,
seni,

serta

meningkatkan penelitian
6. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang
berkualitas
7. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
8. Memelihara, mengembangkan dan mendayagunakan sumber daya alam dan
lingkungan untuk kesejahteraan
9. Mengembbangkan komunikasi ukhkuwah dan kerjasama dalam berbagai
bidang dan kalangan masyarakat dan luar negeri
10. Memelihara keutuhan bangsa setra berperan aktif dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara
11. Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai pelaku
gerakan
12. Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana untuk mensukseskan
gerakan
13. Mengupayakan gerakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta meningkatkan
pembelaan terhadap masyarakat
14. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah
(Anggaran Rumah Tangga/ ART pasal 4)
Kendati bergerak di seluruh lapangan kehidupan, Muhammadiyah tidak bergerak
di lapangan politik-praktis dan tidak menjadi partai politik. Disitulah perbedaan
Muhammadiyah dengan gerakan politik, termasuk dengan partai politik yang mngusung
wisuda. Muhammadiyah dalam menjalankan misi dan usahanya guna mencapi tujuannya
menempuh strategi berdasarkan Khittah Perjuangan Muhammadiayah, yakni kebulatan
sikap atau tekad Muhammadiyah sesuai dengan hasil tanwir tahun 1967 untuk
memantapkan diri sebagai Gerakan Dakwah Islam dan Amar Maruf Nahi Munkar
didalam Bidang Masyarakat. Jadi, strategi gerakan Muhammadiyah bergerak dilapangan
dakwah dan kemasyarakatan, tidak dilapangan politik kekuasaan.
Strategi perjuangan Muhammadiyah tersebut ialah sebagai berikut:

1. Perjuangan Muhammadiyah ialah perjuangan ideology/keyakinan hidup,


artinya Muhammadiyah berjuang untuk melaksanakan dan mewujudkan suatu
ideology/keyakinan hidup, yakni pandangan hidup dan tujuan hidup yang
berdasarkan dan berisikan(bersumber) padaajaran Islam yang murni
2. Berdasarkan petunjuk-pentunjuk Al-Quran terutama ayat ke 104 SURAT AliImran

(ayat

yang

menjadi

landasan

dan

mendorong

berdirinya

Muhammadiyah) dan tuntunan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW,


yang mengandung pendirian/pandangan Muhammadiyah bahwa untuk
memperjuangkan dan mencapai ideology/keyakinan hidupnya, jalan satusatunya hanyalah dengan dakwah Islam dan Amar Maruf Nahi Munkar dalam
arti dan porsi yang sebenar-benarnya

3. Dakwah Islam dan Amar Maruf Nahi Munkar dalam konteks Khittah
perjuangan yang diperankan Muhammadiyah dilakukan melalui dua bidang
yang simultan (berbarengan) yaitu:
a. Dibidang politik kenegaraan, yang biasanya disebut politik praktis,
yakni usaha untuk memegang kekuasaan pemerintahan secara sah,
yang dilakukan oleh partai politik untuk menempati lembaga-lembaga
kenegaraan, meliputi legislative dan eksekutif
b. Dibidang masyarakat, yakni berjuang untuk mengolah dan menggarap
pembinaan masyarakat secara langsung, sehingga masyarakat dapat
menerima dan melaksanakan ajaran Islam
4. Guna mencapai dua sasaran perjuangan tersebut, diperluakn alat perjuangan;
yakni untuk yang pertama(perjuangan dibidang politik-kenegaraan) melalui
partai politik, sedangkan yang kedua (perjuangan dibidang masyarakat)
melalui organisasi kemasyarakatan yang non-politik. Hal itu penting Karen

sifat, cara, dan efektivitas perjuang Muhammadiyah dikedua bidang tersebut


berbeda satu sama lain, tidak dapat dijalankan oleh Muhammadiyah semuanya
sebagai organisasi kemasyarakatan
5. Muhammadiyah telah memilih jalan sebagai Gerakan Dakwah Islam dan
Amar Maruf Nahi Munkar dalam Masyarakat, sedangkan dalam bidang
politik-kenegaraan diserahkan melalui partai politik
6. Muhammadiyah tidak memasuki wilayah perjuangan politik bukan karena
pandangan negative terhadap perjuangan politik-praktis, tetapi karena sematamata kita perjuangannya yang menggariskan demikian dan karean kesadaran
bahwa perjuangan dalam bidang masyarakat adalah penting dan cukup mulia,
tidak kalah penting dari pada perjuangan dibidang politik

7. Muhammadiyah tetap menggarap soal-soal politik ayng bersifat konsepsional,


jika menyangkut perjuangan politik kenegaraan disalurkan melalui partai
politik, sedangkan yang menyangkut kemasyarakatan dikerjakan langsung
oleh Muhammadiyah. Perjuangan dalam bidang masyarakat dilakukan
langsung oleh Muhammadiyah melalui seluruh organ dalam tubuh
persyarikatan, termasuk amal usahanya, yang memiliki dua fungsi yakni
sebagai alat dakwah, dan kedua sebagai perwujudan langsung dari dakwah
Muhammadiyah sendiri.
8. Khittah perjuangan sebagai program dasar merupakan pegangan bagi seluruh
anggota Muhammadiyah yang menegaskan bahwa:
a. Muhammadiayh merupakan dakwah Islam dan A,ar Maruf Nahi
Munkar yang bergerak dibidang kemasyarakatan, bukan dibidang
politik-praktis atau politik kekuasaan
b. Muhammadiyah hidup dan bergerak dalam wilayah dan di bawah
hukum Negara Republik Indinesia yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945

c. Perjuangan

Muhammadiyah

berpedoman

pada

kepribadian

Muhammadiyah
Dalam

Menghadapi

kehidupan

politik,

secara

khusus

Muhammadiyah

menggariskan perjuangannya untuk bergerak dibidang kemasyarakatan dan tidak


bergerak dibidang politi-praktis sebagaimana khittah perjuangannya tahun 1971 hasil
Muktamar di ujung pandang tahun 1971. Khittah tahun 1971 tersebut kemudian
disempurnakan dan menjadi satu kesatuan dengan Khittah Perjuangan Muhammadiyah
tahun 1978 hasil muktamar ke-40 tahun 1978 di Surabaya.

Khittah Muhammadiyah tersebut esensinya mengandung dua garis perjaungan


Muhammadiyah:
1. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam yang beramal dalam segala
bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan
organisatoris dengan dan tidak merupakan afiliasi dari suatu partai politik atau
organisasi apapun
2. Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak
memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dati
anggran dasar, anggran rumah tangga dan ketentuan-ketentuan yang berlaku
dalam persyarikatan Muhammadiyah. Adapun khittah dalam kehidupan
bernegara secara khusus dalam khittah Denpasar tahun 2002, yang intinya
mengembangkan

peran

sebagai

kekuatan

moraldan

kritis

dalam

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara tanpa terlibat dalam percaturan


politik-praktis

PENUTUPAN

Dengan ideology Muhammadiyah yang mengandung paham agama, hakikat


gerakan, serta fungsi, misi, dan strategi perjuangan sebagaimana dibhas tersebut maka
sangatlah jelas karakter, posisi, dan fungsi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
ditengah lalu lintas gerakan-gerakan lain. Karena itu segenap anggota Muhammadiyah
dituntut komitmennya memahami dan mewujudkan ideology gerakan sekaligus berada
dalam satu shaf sistem gerakan dibawah ikatan yang menyatu meliputi sistem jamiyah
(oraganisasi), imamah (kepemimpinan), dan jamaah (keanggotaan), sebagaimana filosofi
shalat berjamaah dan firman Allah (QS. Ash-Shaff [61]: 4) tentang keharusan berada
dalam satu barisan/bangunan yang kokoh. Sekali iktan Muhammadiyah tercerai-berai
atau jalan sendiri-sendiri maka bangunan gerakan akan lemah dan tidak tertutup
kemungkinan roboh. Bangunan Muhammadiyah akan lemah Karen penyakit-penyakit
egoisme individu, mengejar jabatan/ kedudukan dan materi serta peluang-peluang lain
yang bersifat duniawi, konflik kepentingan, intervensi/infiltrasi paham atau ideology dan

kepentingan lain , jadi bahan politik/bisnis, ada Bangunan Lain dalam bangunan
Muhammadiyah, dan tidak diurusnya Muhammadiyah dengan serius dan penuh
pengkhidmatan.
Denagn demikina ideology Muhammadiyah diharapkan menjadi kekuatan perekat
idealism dan sistem gerakan dalam seluruh lini gerakan Muhammadiyah, termasuk dalam
menjalankan segenap kebijakan dan keputusan persyarikatan. Segenap anggota, lebihlebih kader dan pimpinan, dituntut komitmen dan integritasnya dalam mewujudkan
ideolohi Muahmmadiyah sebagai basis idealism dan menggerakan seluruh usaha dan
langkah, sehingga Muhammadiyah benar-benar menjadi gerakan Islam yang kokoh
sekaligus berperan optimal dalam mewujudkan misinya sebagai gerakan Islam untuk
mewujudkan masyarakat Islam yang benar-benarnya dan menjadikan Islam sebagai
rahmatan lil-alamin di muka bumi ini. Setiap anggota Muhammadiyah lebih-lebih kader
dan pemimpinnya dituntut untuk berkiprah dalam Muhammadiyah dengan penug
idealism bukan asal aktif.
Ideologi juga menumbuhkan dan melipat gandakan militansi dalam menggerakan
Muhammadiyah. Sebenarnya pada umumnya anggota Muhammadiya itu memiliki
kelebihan dan semangat beramal yang relative tinggi. Tapi dari segi ideologis tampaknya
masih memerlukan peningkatan dalam hal militansi gerakan untuk melipat gandakan
spiritnya dalam berkiprah dalam Muhammadiyah. Militansi Muhammadiyah yakni
ketangguhan dalam bermuhammadiyah yang dibangun diatas basis nilai-nilai dasar
gerakan (Paham Agama, Manhajtarjih, Muqaddimah, AD, MKCH, Kepribadian, Khittah,
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah) yang menunjukan ciri-ciri:
a. Komitmen tinggi pada misi dan kepentingan Muhammadiyah
b. Tangguh dalam menjalanka usaha-usaha Muhammadiayh
c. Memilik integritas tinggi pada cita-cita dan sesuai jatidiri/identitas
Muhammadiyah
d. Rela berkorban untuk kepentingan dan perjuangan Muhammadiyah
e. Disiplin tinggi dan kerja keras untuk menjalankan misi serta usaha-usaha
Muhammadiyah
f. Bersedia ditugaskan dan ditempatkan dimanapun tanpa memilih-milih
g. Ikhlas berkiprah dan tidak menduakan atau menomor sekiankan
Muhammadiyah di atas yang lain-lain
h. Menjaga nama baik dan mau memperbaiki kekuranga Muhammadiyah
i. Besrdia bekerjasama dengan semua komponen yang ada dalam
Muhammadiyah

j. Taat pada pimpinan serta garis kebijakan serat aturan persyarikatan, hal-hal
penting lainnya yang menunjukan diri sebagai kader yang setia pada
Muhammadiyah
k. Tidak menduakan Muhamamdiyah dengan paham, misi, dan kepentingan

gerakan lain manapun.

Anda mungkin juga menyukai