BAB VI (Utilitas) K
BAB VI (Utilitas) K
BAB VI (Utilitas) K
Laporan Umum
BAB VI
UNIT PENUNJANG PROSES
VI.1 Utilitas
Utilitas dari Kilang Pertamina RU V Balikpapan merupakan sarana penunjang berupa
air, steam, listrik, udara dan gas inert yang sangat penting untuk berlangsungnya proses
produksi. Air dapat digunakan sebagai air proses, air penunjang dan air untuk perumahan.
Steam dapat digunakan sebagai pemanas dan pembangkit tenaga listrik. Listrik digunakan
untuk operasional serta instrumentasi kilang. Bahan bakar digunakan sebagai pemanas baik
berupa boiler ataupun heater dalam furnace. Udara digunakan sebagai udara proses ataupun
pendinginan. Gas inert digunakan sebagai gas operasional.
Tugas dan tanggung jawab bagian Utilities adalah :
a. Mengamankan dan menjaga kesinambungan proses produksi BBM dan non BBM dari
kilang dengan memberikan sumber tenaga yang handal
b. Memberikan pelayanan pasokan steam untuk kebutuhan operasional kilang,
kebutuhan listrik untuk kebutuhan operasional kilang dan perumahan komplek,
pasokan air bersih untuk kebutuhan operasional kilang dan perumahan komplek serta
kebutuhan air pendingin
c. Melaksanakan kegiatan operasional kilang berorientasi pada aspek safety, aspek
reliability, aspek efisiensi biaya serta turut serta mengembangkan organizational
capability dan kompetensi pekerja
Adapun sarana sarana utilitas kilang minyak PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan
adalah sebagai berikut :
1.
2.
Fuel system
3.
4.
5.
Air plant
6.
Nitrogen plant
7.
Electrochlorination plant
Laporan Umum
8.
Steam system
9.
Penyediaan listrik
VI.1.1 Sea Water Desalination (SWD)
Unit ini berfungsi untuk mengolah air laut menjadi air tawar yang siap digunakan
sebagai umpan boiler bertekanan tinggi. Proses yang digunakan untuk mengolah air laut ini
adalah multi stage flash distillation (MSF) dan multi efect distillation (MED) dengan
kapasitas desain produksi air tawar masing-masing 300 dan 200 m3. Ukuran kinerja unit
SWD adalah banyaknya distillate yang dihasilkan per satuan steam pemanas yang digunakan.
Ukuran tersebut dikenal dengan GOR (Gain Output Ratio). Air laut diuapkan secara bertahap
dan uap yang terbentuk dikondensasi kemudian dikirim ke tangki penampung. Untuk
menghindari terjadinya kerak dan busa maka digunakan bahan kimia anti kerak (antiscale)
dan anti busa (antifoam). Bila dalam periode tertentu kerak sudah banyak dan kapasitas
produksi tidak efektif, maka dapat dilakukan pembersihan secara kimia dengan asam (acid
cleaning).
Proses multi stage flash distillation merupakan proses penguapan air laut dan
mengkondensasikan uap air dengan cara menukar panas dengan air laut umpan. Proses ini
juga menggunakan prinsip penurunan tekanan yang mengakibatkan turunnya titik didih air
(prinsip Flash Evaporation). Untuk itu, unit ini dilengkapi dengan ejektor yang menghisap
uap yang tidak terkondensasi dan membuat tekanan vakum (0.02 kg/cm 2g pada stage
terakhir). Jumlah tahap keseluruhan pada unit ini adalah 33 tahap dengan 3 tahap terakhir
merupakan bagian Heat Rejection. Umpan air laut dipanaskan oleh uap yang dihasilkan oleh
air laut yang mengalir berlawanan arah dengan air laut umpan (seperti terlihat pada Gambar
VI.1).
Laporan Umum
Satuan
Nilai
Silika
ppm
Konduktivita
s/cm
10
Laporan Umum
% mol
CH4
83,26
C2H6
6,11
C3H8
1,82
i C4H10
0,37
n C4H10
0,54
i C5H12
0,19
n C5H12
0,16
C6H14+
0,33
H2
N2
0,12
CO2
7,1
Laporan Umum
Nilai
Sg pada 60oF/60oF
0,895-0,904
245-275
Temp. Operasi, oC
90
12,4
9400
3 max.
Sistem fuel oil didesain untuk menyediakan fuel oil dengan viskositas 20Cst untuk
burner furnace pada beberapa unit. Dengan menggunakan steam bertekanan sedang (17
kg/cm2g), temperatur fuel oil menjadi 165oC sesuai tujuan desain.
VI.1.3 Cooling water system
Sistem pendingin yang digunakan di dalam kilang ada dua macam, yaitu sistem
pendingin udara dan sistem pendingin air. Sistem pendingin udara menggunakan Fin Fan
Cooler, sedangkan sistem pendingin air terdiri dari :
a) Sea Cooling Water
Sea Cooling Water ini adalah untuk pendingin produk, cooler, surface condenser, air
pemadam kebakaran, pendingin power plant. Pendinginan dengan air laut ini mampu
mendinginkan sampai suhu dibawah 55oC, sedangkan pendinginan dengan udara hanya
digunakan untuk temperatur aliran mencapai 55oC. Kebutuhan air laut untuk pendingin pada
kilang sebanyak 18.000 m3/jam, sedangkan untuk pendingin dalam power plant sebanyak
7.850 m3/jam. Selain sebagai pendingin, air laut digunakan pula sebagai air pemadam
kebakaran. Air laut diambil dari Teluk Balikpapan dan didistribusikan pada temperatur 30 oC
dan dikembalikan lagi ke laut setelah melalui Effluent Water Treatment Plant (EWTP),
dimana temperaturnya sekitar 45oC.
Air laut diambil dari teluk Balikpapan sejauh 450 m dari garis pantai dengan dua
pipa beton berdiameter 84 inchi. Ujung pipa dilengkapi dengan dua screen, yaitu bar screen
Laporan Umum
dan band screen untuk mencegah terbawanya benda-benda yang cukup besar ke dalam
aliran. Kapasitas pipa ini mengalirkan air laut sebesar 15.000 m3/jam.
Air laut ditampung dalam Sea Water Intake Basin. Penampung ini mempunyai 4
buah celah yang dilengkapi dengan Mechanicalling Rocked Back Screen dan Travelling Band
Screen. Kedua screen tersebut menghilangkan dan menahan kotoran-kotoran yang terbawa
dalam aliran. Basin ini dilengkapi pula dengan Portable Sludge untuk memompa ke luar
Lumpur yang mengendap pada dasar basin. Dari basin air laut didistribusikan dengan pompa
ke kilang, power plant dan juga penyediaan pemadam kebakaran.
b) Auxiliary Cooling Water
Auxiliary Cooling Water
disirkulasikan oleh ACW pump pada suhu 40oC dan tekanan 5 bar. Setelah dipakai untuk
mendinginkan, ACW mengalami kenaikan suhu hingga 50 oC pada tekanan 2 bar. Aliran
sirkulasi ini selanjutnya didinginkan oleh air laut dalam ACW Cooler sebelum digunakan
kembali. Untuk mengganti kehilangan ACW selama sirkulasi maka ditambahkan utility
water dari ACW Expansion Tank. Dalam ACW Expansion Tank dilakukan blanketing
dengan nitrogen untuk mencegah kontak dengan udara. Kapasitas terpasang adalah 480
ton/jam.
c) Tempered Cooling Water
Tempered Cooling Water mempunyai alur yang sama dengan ACW, tetapi digunakan
fin fan cooler sebagai pendingin. TCW ini digunakan untuk pendingin aliran yang viskositas
dan pour point yang tinggi, antara lain : Reduced crude cooler (E-1-19), HVGO product trim
cooler (E-2-06), HVGO cooler (E-2-13), Fractionator net bottom cooler (E-3-32). Air
pendingin tersebut disirkulasikan pada suhu 66oC dan tekanan 5,6 bar, lalu dikembalikan
pada suhu 93oC. Kapasitas terpasang sebesar 2,087 ton/jam.
VI.1.4 Penyediaan Air Utilitas / Air Tawar
Air yang dimanfaatkan dalam kilang ini berupa air laut, air sungai dan air sumur
(deep well). Air di kilang Balikpapan digunakan untuk :
1. Pendingin di unit-unit proses
2. Fasilitas pemadam kebakaran
3. Pendingin kodensor power plant
4. Air umpan electrochlorination plant
Laporan Umum
Laporan Umum
kedalaman 2 m. Selain sebagai wadah tadah hujan, waduk ini juga menampung air dari
Sungai Wain dan kanal buatan Teluk Bugis.
VI.1.4.2 Water Treatment Plant (WTP)
Water treatment plant di PT Pertamina (Persero) RU V Balikpapan terdiri dari WTP I
Pancur, WTP II Pancur dan WTP Gunung Empat. WTP Gunung Empat didesain untuk
mengolah air sumur dalam dan mulai dioperasikan tahun 1984. Namun, karena sumur dalam
ini mengalami gangguan, WTP ini sekarang mengolah air dari sungai Wain. Air bersih yang
dihasilkan digunakan untuk perumahan Gunung Empat dan GATU (Gunung Air Terjun
Utara). Kapasitas desain plant ini 100 m3/jam, dan kapasitas saat ini 70 m3/jam.
WTP I Pancur mengolah air yang berasal dari sungai Wain untuk selanjutnya
digunakan untuk perumahan dan air boiler. Dengan laju alir total air baku sebesar 1300
m3/jam. Air baku dari tangki penampung dialirkan menuju clarifier, sebelum sampai di
clarifier dilakukan injeksi Al2(SO4)3 (alum) untuk pembentukan floc dari zat-zat pengotor
yang terlarut dalam air atau sulit terendapkan. Selain itu diinjeksikan coagulan aid
(polyalumcloride) untuk membantu pembentukan floc menjadi lebih besar sehingga semakin
mudah terendapkan. Karena menggunakan alum sebagai koagulan maka pH air baku akan
mengalami penurunan maka dilakukan injeksi kapur (CaCO3) atau caustic soda (NaOH)
untuk menigkatkan pH sehingga tidak mengganggu proses pembentukan floc.
Setelah sampai di clarifier terjadi proses pembentukan floc (flocculation) dan
pengendapan (setling). Aliran air adalah dari bawah ke atas dimana air bersih dikumpulkan
pada bagian atas secara overflow. Pada proses flocculation terjadi hidrolisa alum
menghasilkan aluminium hidroksida dan asam sulfat.
Al2(SO4)3 + 6H2O
2Al(OH)3 + 3H2SO4
Floc Al(OH)3 berfungsi untuk mengadsorbsi partikel-partikel koloid dan komponen turbidity,
Dengan adsorbsi tersebut maka menyebabkan membesarnya ukuran floc yang nantinya akan
menyebabkannya mengendap ke bawah menuju bak sedimentasi.
Laporan Umum
Setelah melalui tahap clarifier maka air akan menuju sand filter untuk menghilangkan
kotoran, turbidity dan warna pada air. Sand filter berisi pasir di bagian atas dan kerikil di
bagian bawah dimana pola aliran dari atas ke bawah. Dari sand filter air akan menuju tangki
produk. Pada header outlet tangki produk dilakukan pembubuhan clorine untuk membunuh
dan mencegah pertumbuhan mikroba.
WTP II Pancur mengolah air baku dari sumur dalam, dan air olahan digunakan
sebagai air utilitas. Kapasitas produksi air utilitas ini rata-rata 220 m3/jam.
Produk air bersih dikirimkan ke kilang digunakan sebagai air utilitas dan pendingin
serta ke perumahan digunakan sebagai air kebutuhan rumah tangga.Spesifikasi produk Water
Treatment Plant (WTP) ditampilkan pada Tabel VI.4.
Tabel VI.4 Spesifikasi Air Hasil Water Treatment Plant
Parameter
Satuan
Nilai
pH
6,5-7
Turbiditas
<5
<10
Timbal
ppm
<0,1
Merkuri
ppb
<1
Kesadahan
Laporan Umum
Ca
Mg
HCO3
Ca
SO4
Mg
L.Sloows
Na
Ca
Mg
2CO2
Cl2
2H2O
2HCl
H2SO4
Na
Untuk menghilangkan gas CO2 yang terbentuk dalam penukar kation, sebelum
melewati penukar anion, air dari penukar kation dialirkan dalam degassifier. Degassifier ini
berupa kolom yang berisi unggun packing raschig ring, cairan yang mengandung CO2
dimasukkan dari atas degassifier melalui sebuah spray nozzle. Butiran air yang terbentuk
kemudian dihembus dengan udara dari bawah kolom, dengan demikian diharapkan gas CO 2
akan terbawa bersama-sama dengan udara. Air yang keluar dari degassifier diharapkan
mempunyai kandungan CO2 yang cukup rendah.
Sesudah melalui kolom degassifier, air dimasukkan ke dalam penukar anion untuk
mengikat asam yang terbentuk dari penukar kation. Dalam penukar anion terjadi dua proses,
yaitu proses pengikatan asam-asam kuat, seperti asam sulfat (H 2SO4), dan pengikatan asamasam lemah termasuk asam silika, dan sisa-sisa asam karbonat.
Pengikatan asam-asam mineral dilakukan oleh resin penukar anion yang bersifat basa
lemah (weakly basic anion exchanger), sedangkan asam-asam lemah, asam silika, dan sisasisa asam karbonat diikat oleh resin anion yang bersifat basa kuat (strongly basic anion
exchanger). Resin yang dipakai untuk penukar anion adalah resin Lewatit MP 64/500 WS.
Laporan Umum
penukar
kation dan anion, maka produk dari penukar anion dimasukkan ke dalam mixed bed yang
berisi campuran penukar kation dan anion.
Proses regenerasi resin-resin yang sudah jenuh dilakukan setiap 8 jam sekali.
Regenerasi penukar kation menggunakan larutan HCl dengan konsentrasi 4-8 %wt,
sedangkan untuk penukar anion diregenerasi menggunakan larutan NaOH 4-8 %wt. Proses
regenerasi untuk mixed bed dilakukan dengan cara terpisah setelah masing-masing bed di
regenerasi, kedua resin dicampur dengan udara bertekanan lalu diback wash sampai dianggap
seluruh asam dan basa sisa proses regenerasi dianggap telah tercuci bersih, lalu dengan
adanya perbedaan berat jenis resin penukar kation dan penukar anion, maka kedua jenis resin
tersebut akan memisah membentuk unggun yang terpisah dalam satu kolom. Diagram alir
proses demineralisasi air disajikan pada gambar berikut :
Laporan Umum
anion,dan 1 unit mixed bed. Dengan kapasitas total 4 unit tersebut sebesar (490 m 3/jam)
dengan komposisi air SWD (400 m3/jam) dan returned condensate (100 m3/jam).
Produk dari Demineralization Plant adalah boiler feed water. Spesifikasi boiler feed
water ditampilkan pada Tabel VI.5.
Satuan
Nilai
Silika
ppm
< 0,02
Konduktivita
s/cm
< 0,2
Normal, Nm3/jam
Laporan Umum
Instrument Air
5000
3000-4200
Plant Air
5200
1300-3000
Udara dari atmosfer disaring dengan filter udara sebanyak dua kali, lalu dilakukan
kompresi tiga tahap. Udara pada setiap tahap didinginkan sampai 38,3 oC dan kondensat yang
terbentuk dipisahkan. Udara yang keluar dari tahap ketiga bertekanan 8,95 bar dan suhu
37,2oC. Selanjutnya udara masuk ke receiver yang dibagi dalam dua aliran, aliran pertama
menuju air-plant, sedangkan aliran kedua dikirim ke air-dryer untuk dikeringkan yang
selanjutnya dipakai untuk peralatan instrumen. Air-dryer merupakan menara yang berisi
bahan pengering granular dan absorben antara alumina teraktivasi, silika gel, molekul
absorber dan molecular sieve.
VI.1.6 Nitrogen Plant
Gas inert atau nitrogen dihasilkan dari pabrik nitrogen. Pabrik ini memiliki 2 train
yang masing-masing berkapasitas 175 Nm3/jam gas N2 dan 85 Nm3 nitrogen cair. Kandungan
oksigen tidak boleh melebihi 100 ppm. Unit-unit utama yang membutuhkan nitrogen adalah :
1. Hydrocracker
2. Naphtha Hydrotreater
3. Platformer
4. Hydrogen Plant
5. Storage dan Loading
6. Crude unit
Gas nitrogen yang dibutuhkan dalam unit-unit tersebut terutama digunakan sebagai
operasi kontinyu, start-up, dan emergency shut-down serta regenerasi. Selain itu juga
nitrogen digunakan secara kontinyu untuk purging seal oil dari bagian atas (overhead)
kompresor gas serta untuk tightness test. Nitrogen cair disimpan sebagai cadangan. Bila akan
digunakan, nitrogen tersebut harus diuapkan terlebih dahulu. Gas nitrogen yang dialirkan ke
seluruh plant bertekanan 8 kg/cm2g, dengan temperatur rata-rata 25oC, dengan kandungan gas
lainnya :
1. CO2
20 vppm maks
2. CO
: 20 vppm maks
Laporan Umum
3. Cl2
20 vppm maks
4. Hidrokarbon
: 5 vppm maks
5. Noble gases
6. Oksigen
Udara masuk pada inlet filter silinder dan dikompresi sampai 8,6 bar dengan
menggunakan pour cylinder double acting compressor. Udara tersebut didinginkan sampai
pada suhu 40 oC, selanjutnya didinginkan pada refrigerant evaporator hingga 5-7oC dan
dilewatkan ke molecular sieve dryer uap air dan CO2.
Pada unit ini dua molecular sieve dryer yang dipakai secara bergantian untuk
memberikan kesempatan regenerasi. Regenerasi dilakukan dengan menggunakan gas buang
(waste gas) yang dipanaskan dalam pemanas elektrik sampai 300 oC. Pendinginan udara
selanjutnya dilakukan dalam cold box melalui Main Heat Exchanger (MHE) dan liquifier
sampai sebagian udara akan mengembun dan selanjutnya dikirim ke rectifying column.
Dalam kolom ini terjadi evaporasi pada dasar kolom. Fraksi uap yang naik merupakan
fraksi uap yang kaya akan nitrogen. Refluks pada bagian atas digunakan untuk
mengembunkan oksigen yang terbawa oleh uap yang kaya akan nitrogen sehingga oksigen
jatuh ke dasar kolom. Gas nitrogen yang keluar dari puncak kolom dikondensasi dengan
udara cair yang kaya akan oksigen dan berasal dari bottom rectifying. Aliran nitrogen dari
kondensor sebagian di refluks dan sebagian lagi dialirkan ke tangki penyimpanan dan
disimpan dalam keadaan cair. Sedangkan aliran yang kaya oksigen dilewatkan pada main
heat exchanger dan liquifier untuk mendinginkan gas nitrogen dan aliran udara yang masuk
ke kolom, selanjutnya dibuang ke udara luar melalui silincer.Spesifikasi produk Nitrogen
Plant ditampilkan pada Tabel VI.7.
Tabel VI.7 Spesifikasi Produk Nitrogen Plant
Parameter
Nilai
Temperatur (oC)
25
Tekanan (kg/cm2)
CO2 (ppm)
<20
CO (ppm)
<20
Cl (ppm)
<20
Laporan Umum
Laporan Umum
P (kg/cm2g)
T (oC)
Konsumsi (ton/jam)
60
475
416
32
400
89
17
315
360
10
220
43,7
143
26,7
Steam yang dihasilkan oleh boiler yang terdapat pada unit utilitas dan beberapa waste
heat boiler yang ada pada kilang I dan II adalah :
1. HHPS (High High Pressure Steam) dihasilkan oleh 6 Boiler dengan kapasitas yang
berbeda ubtuk tiap boiler..
2. HPS (High Pressure Steam) dihasilkan oleh tiga steam boiler 32 kg/cm2, Platformer
Waste Heat Boiler, Hydrocracker HP boiler dan Hydrogen Plant HP boiler.
3. MPS (Medium Pressure Steam) dihasilkan oleh 2 T/G turbine driver 12,8 MW,
turbine driver 8,4 MW, Hydrocaracker MP Waste Heat Boiler, Hydrogen Plant boiler
dan 3 MP boiler untuk memenuhi stand by capacity
4. LPS (Low Pressure Steam) dihasilkan oleh HVGO dan Vacuum Residue Waste Heat
Boiler
5. LLPS ( Low Level Pressure Steam) dihasilkan dari back pressure turbin dan ekses dari
LPS yang dikondensasikan
6. LLC ( Low Level Condensate) merupakan hasil kondensasi dari LLPS
7. EXC (Exhaust Condensate) merupakan hasil kondensasi steam pada surface
condensore setelah digunakan untuk menggerakkan pompa atau kompresor
Air umpan steam sendiri berasal dari unit pengolahan air yang telah disebutkan
sebelumnya. Kualitas air yang akan digunakan untuk memproduksi steam memiliki
persayaratan yang cukup ketat, spesifikasi air umpan yang layak diolah untuk menjadi steam
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel VI.9 Spesifikasi Air Umpan Boiler Pertamina RU V Balikpapan
Laporan Umum
Kriteria
Unit
Feed water
pH (25oC)
8,5-9,5
ppm
Kandungan air
ppm
Maintain at 0
Dissolved Oxygen
ppm
< 0,007
ppm
ppm
Hidrazin (N2H4)
ppm
>0,01
Total Fe
ppm
<0,05
Total Cu
ppm
<0,03
Dissolved Solid
ppm
Cl-
ppm
ppm
Silika (SiO2)
ppm
Parameter
Rekomendasi
Aktual Rata-
manufacture
rata
Kandungan CO2
ppm
< 25
26
pH pada 20oC
ppm
>9
9,11
Kandungan minyak
ppm
<1
ppm
0,2
SiO2
ppm
< 0,2
0,018 0,02
Kandungan oksigen
ppm
< 0,02
0,018
Kesadahan (kandungan
CaCO3)
Kandungan Silika sebagai
Laporan Umum
Kapasitas Produksi
Desain (MW)
Aktual (MW)
Tubin Generator 3
Tubin Generator 4
7,5
Tubin Generator 5
9,0
Tubin Generator 5A
9,0
Turbin Generator 6
9,0
Power Plant I
0
3,0
0
4,0
Power Plant II
Kapasitas Produksi
Kapasitas Produksi
Desain (MW)
Aktual (MW)
Tubin Generator I
Tubin Generator II
Tubin Generator III
Tubin Generator IV
8,4
12,8
12,8
12,8
7,0
7,0
6,5
Laporan Umum
VI.2 Laboratorium
Laboratorium merupakan salah satu sarana penunjang di Unit Pengolahan V
Pertamina Balikpapan ini. Keberadaan laboratorium sangat penting, karena merupakan
bagian yang melaksanakan pengendalian mutu pada bahan baku, barang setengah jadi
(intermediate) dan barang jadi. Bahkan saat ini laboratorium sudah dikembangkan, sehingga
bidang kerjanya tidak terbatas pada pelaksanaan pengendalian mutu, tetapi juga mendukung
rencana atau proyek perbaikan atau modifikasi pengembangan atau pembaharuan.
Laboratorium di RU V Balikpapan ini terdiri dari 3 Laboratorium utama, yaitu :
1. Laboratorium Evaluasi Crude Oil
2. Laboratorium Produksi Cair
3. Laboratorium Ptroduksi Gas
Evaluasi Crude
Pemeriksaan angka oktan bensin
Pemeriksaan angka cetan solar.
1.
Penelitian
Penelitian yang dilakukan dapat berdasarkan permintaan dari bagian lain atau dari
intern koordinasi ketiga laboratorium di atas. Jika penelitian dilakukan untuk melayani
permintaan dari bagian lain, maka sifatnya hanya mendukung untuk digunakan sebagai
Yusra Yuliana_1106139935 (Chemical Engineering University Of
Indonesia)
Laporan Umum
evaluasi ataupun uji terhadap bahan atau barang baru untuk menentukan spesifikasinya.
Permintaan yang dilakukan tidak atas bagian lain, biasanya mengacu pada masalah ekonomi.
2.
semakin maju, agar tidak tertinggal. Dalam prakteknya, effisiensi maupun peningkatan
penggunaan alat tidak lepas dari manusia yang mengoperasikannya, sehingga pengembangan
metode yang tidak diikuti oleh pengembangan manusia tidak akan banyak berguna. untuk itu
pihak Litbang juga mengirim tenaga ahlinya untuk mengikuti kursus-kursus.
3.
Perawatan
Bagian ini bertugas untuk merawat dan memperbaiki semua alat/instrumen yang ada
di semua laboratorium.
4.
Evaluasi Crude
Evaluasi crude dilakukan terhadap crude baru yang belum pernah diolah di Kilang
Balikpapan dan crude lama yang biasanya diolah tapi menunjukkan indikasi perubahan
spesifikasi. Evaluasi crude dilakukan dengan cara mengolah sample crude pada kondisi
proses yang sama dengan kondisi Kilang.
5.
Bracketing Procedure yaitu dengan perbandingan kompresi knock meter sample dan standart
yang konstan. Pemeriksaan Octane Number (ON) dilakukan dengan cara membandingkan
karakteristik ketukan yang timbul dari sample dibandingkan dengan cara karateristik ketukan
dari bensin blending standart ASTM yang telah diketahui angka oktan. Sample dimasukkan
dalam tabung pada Knock Characteritic Machine lalu dibakar seperti layaknya pada internal
combustion engine. Sifat ketukan dari sample akan dicatat oleh Electric Detonation Meter
dan kemudian dibandingan dengan bensin standart. Pengujian angka oktan ini selalu
dilakukan dengan kalibrasi yang
D-613-79 alat cetane unit bracketing procedure. Kualitas penyalaan dari sampel minyak
Yusra Yuliana_1106139935 (Chemical Engineering University Of
Indonesia)
Laporan Umum
diesel, yaitu karakteristik ketukannya dibandingkan dengan kualitas penyalaan minyak diesel
standar ASTM yang diketahui CN-nya. Periode penyalaan yang dilakukan adalah start,
injection dan ignition.
VI.2.2 Laboratorium Produk Cair
Laboratorium ini bertugas memeriksa sifat-sifat fisis bahan baku, produk setengah
jadi dan produk akhir yang fasenya adalah cair. misalnya bensin, avtur, kerosene, lilin, fuel
oil, dan LSWR pada saat dihasilkan di tangki penyimpanan dan saat di kapal.
Pemeriksaan sampel dari dalam kilang dilakukan tiap 8 jam sekali dan sehari sekali
pada kapal, agar terjamin bahwa bahan yang diterima dan dikirim benar-benar memenuhi
spesifikasi yang diharapkan.
Sifat atau Karakteristik yang diperiksa adalah :
1.
zat terhadap berat dari volume yang sama dari air pada suhu tertentu. Pengukurannya
dilakukan dengan alat Open Hidrometer. Cara pemeriksaannya adalah dengan memasukkan
sample pada gelas ukur 100 cc sampai 4/5 bagian, kemudian tabung hidrometer dimasukkan
ke dalam sample tersebut. Tabung hidrometer akan melayang, sebagian tercelup dan sebagian
timbul di permukaan.
menunjukkan harga s.g. Apabila suhu sample tidak sama dengan 60 oF maka bacaan skala
harus dikonversi ke 60oF dengan tabel.
2. Reid Vapor Pressure (ASTM D 323 79)
RVP
Susunannya adalah tabung 1 sebagai ruang sample, 2 sebagai ruang udara dan ujungnya
manometer untuk mengukur tekanannya. Sampel diisikan pada tabung 1-2 melalui tabung 1
sampai penuh. Semua kran ditutup, lalu kran tabung 1 dan antara tabung 1-2 dibuka agar
sample dari ruang 2 turun mengisi ruang 1 dan diganti dengan udara bebas. Rangkaian alat
diatas dipanasi dalam water bath sampai suhu 100oF. Secara periodik tabung dikocok dan
skala manometer yang menunjukkan RVP dibaca sampai tercapai keseimbangan.
3.
beberapa produk minyak. Metodenya adalah pertama memasukkan 100 cc sampel ke dalam
Yusra Yuliana_1106139935 (Chemical Engineering University Of
Indonesia)
Laporan Umum
labu distilasi yang sudah dilengkapi dengan termometer dan pendingin dan penampung
distilat. Temperatur dimana untuk pertama kali terjadi tetesan kondensat dicatat sebagai
Initial Boiling Point (IBP). Kemudian volume distilat diamati mulai dari 5%-95% dan dicatat
suhunya. Final Boiling Point (FBP) atau End Point diperoleh pada temperatur maksimum
yang dapat dicapai. Sedangkan dry point diperoleh pada suhu saat kondensat terakhir kali
menetes dari ujung termometer.
4. Titik nyala / Flash Point (ASTM D 9278 dan D 93-80)
Penentuan titik nyala dilakukan dengan alat Pensky Martens Close Up. Metodanya
adalah mangkok (test cup) diisi contoh sampai tanda. Temperatur diatur sebaik-baiknya
secara konstan sampai mendekati titik nyala. Api kecil pencoba digerakkan melintasi
mangkok. Temperatur dimana uap terbakar merupakan flash point. Untuk penentuan fire
point pemanasan dilanjutkan sehingga terlihat nyala melingkar, selama lima detik sesudah
tercapainya titik nyala.
5. Analisa Warna / Colour (ASTM D 156-64 dan D 1500-64)
Tujuan dari analisa warna ini adalah untuk mengetahui warna secara visual dari
produk minyak. Dimana metodenya adalah sample dimasukkan ke dalam tabung gelas dan
larutan standar pada tabung lain. keduanya dikenai cahaya kemudian dibandingkan hasilnya
dan dicatat skalanya saat kedua warnanya sama.
6.
dalam pipa kapiler samapai batas tertentu, sesudah 30 menit, viskositas diukur. sambil
menutup lubang udara, sample diisap dengan pompa vakum sampai melewati batas atas
ujung kapiler yang lain. kemudian diukur waktu dimana lubang udara mulai dibuka hingga
sample mencapai batas bawah.
7.
yang digunakan adalah kepingan tembaga digosok dengan kertas amplas, dibersihkan dengan
isooktan, kemudian dicelupkan ke dalam sample. Mengambil kepingan tembaga lalu mencuci
dengan isooktan dan aseton, kemudian membandingkan warnanya dengan ASTM D 130
Copper Strip Corrossion.
8. Titik Asap / Smoke Point (IP 57/55)
Laporan Umum
Tujuan test ini adalah untuk menentukan nyala api tertinggi yang tidak menimbulkan
asap. Metodenya adalah sebanyak 20 cc sample yang bersih (kerosene dan avtur) dimasukkan
dalam tabung logam lampu pijar. Sumbu dinyalakan dan dimasukkan dalam suatu ruang
tertutup dimana terdapat penunjuk ketinggian nyala api agar nyala api dapat terjaga, diatur
ketinggian nyala 1cm dan dibiarkan selama 5 menit. Sumbu dinaikkan sampai timbul asap,
diturunkan kembali sampai asap hilang. Dan nyala tertinggi sewaktu tepat tak mengeluarkan
asap merupakan smoke pointnya.
9.
Pengukurannya dengan jalan distilasi destruktif/dibakar yang ditempatkan dalam sebuah krus
porselin. Sisa pembakaran yaitu karbon ditimbang beratnya, dan dihitung persentasenya dari
berat mula-mula.
10. Titik Tuang / Pour Point (ASTM D 97-66)
Tujuan pengukuran ini adalah untuk mengetahui temperatur terendah dimana minyak
masih mengalir apabila didinginkan pada kondisi tertentu. Metodenya adalah sample
dipanaskan dan kemudian didinginkan didalam refrigerator. Dalam tiap periode penurunan
suhu tertentu diperiksa sampai sample tidak dapat dituang lagi dan ditambah 5 oC maka sama
dengan nilai pour point.
11. Melting Point of Petroleum Wax (ASTM D 87-88)
Test ini untuk mengetahui titik leleh dari petroleum wax, dimana sample dimasukkan
dalam wadah dan dipanasi dalam water bath. kenaikan suhu yang diharapkan adalah 8oC, dan
diamati selama kenaikan suhu tersebut. Melting point diperoleh saat sample mulai meleleh.
Jika kenaikan pada 8oC belum meleleh, maka dinaikkan 10oC.
12. Oil Content of Petroleum Wax (ASTM D 721-68)
Test ini untuk mengetahui kandungan minyak dalam produk lilin. Metode yang
dipakai adalah sample dilarutkan dahulu dalam Methyl Ethyl Ketone (MEK). Larutan
didinginkan sampai temperatur 32oC agar lilin mengkristal, kemudian disaring. Filtrat
diuapkan, agar MEK menguap semua. Residu yang ada dihitung sebagai Oil Content.
13. Base Sediment & Water (ASTM D 96-73)
Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui kandungan air, sedimen dan minyak.
Caranya adalah dengan memanasi sample sampai suhu 60oC, lalu dimasukkan pada
Yusra Yuliana_1106139935 (Chemical Engineering University Of
Indonesia)
Laporan Umum
Centrifuge Tube khusus yang memiliki skala dan kemudian di Centrifuge selama waktu
tertentu. Setelah selesai sample diamati, dan dibaca ketinggian sedimen, air, dan minyak. Tiap
range skala dikonversi dengan tabel.
14. Anniline Point (ASTM D-611)
Merupakan temperatur terendah dimana sample minyak dan anilin bercampur
sempura. Caranya adalah dengan meletakkan campuran anilin dan minyak sample dalam test
tube sambil diaduk. Kemudian didinginkan secara teratur sampai memisah kembali.
Temperatur yang terbaca adalah titik anilin.
15. Pemeriksaan kadar air / Water Content (ASTM D 95)
Kandungan air dalam crude oil dapat ditentukan dengan jalan penyulingan memakai
zat pelarut yang tidak bercampur dengan air. Caranya adalah menambahkan pelarut 100 ml ke
dalam sample yang akan dianalisa sebanyak 100 ml, kemudian didistilasi secara refluks.
Solvent dan air akan terkondensasi oleh kondensor, kemudian tertangkap pada penampung,
airnya mengendap pada bagian bawah dari penampung dan zat pelarut akan kembali ke
dalam labu distilasi. jumlah kandungan air dibaca pada skala penampung.
16. Doctor Test (ASTM D 484)
Test ini untuk mengetahui kandungan H2S dan merkaptan sebagai faktor pengarat.
Metodenya adalah menambahkan larutan doctor (campuran NaOH, aquadest, PbO) dan
belerang bebas ke sample kemudian mengocok kuat-kuat, mendiamkan dan mengamatinya.
Jika terdapat endapan coklat berarti mengandung merkaptan.
VI.2.3 Laboratorium Produk Gas
Tugas dari laboratorium ini adalah memeriksa bahan baku, produk tengah yang
digunakan lagi dalam proses dan produk akhir fase gas, serta pengujian bahan kimia baru
yang akan diterima oleh PERTAMINA. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
komposisi gas (secara kimia), sifat fisis yang diuji hanya spesific gravity dan RVP saja.
1.
secara fisik dengan chromatogram 4 kolom. Chromatography Gas ini bekerja dengan sistem
komputer, kondisi sudah diset sesuai dengan kemampuan alat, sehingga jika digunakan tidak
pada kondisi tersebut maka monitor akan menunjukkan angka pengukuran yang tidak
Laporan Umum
menentu. perlu diperhatikan juga bahwa sample harus dalam keadaan kering, karena alat ini
tidak mau bekerja untuk sample basah.
Sampel gas diisikan pada tabung sample yang tertutup, kemudian sample diinjeksikan
pada kolom I, Silicone 200/500 Column, untuk memisahkan Ethana, Propana, n-Butana, iButana, n-Pentana, iPentana. Lalu gas akan masuk pada kolom II (Benzyl Cyanide Silver
Nitrate Column) untuk memisahkan iC4, nC4, Butena, nC5 dan iC5. Pada kolom 3
(Hexamethylphosphoramide Column) untuk memisahkan C2, C3, Prophylena, iC4, nC4,
Butena, nC5 dan iC5. Pada kolom teeakhir (8 ft Dimethylsulphulane plus 24 ft Benzyl
Cyanide Silver Nitrate Column) semua sisi dari kandungan pada monitor dan akan dicatat
sebagai grafik pada recorder. Hasil analisa ini kemudian dibandingkan dengan LPG standart
yang sudah diketahui komposisinya.
Keuntungan dari penggunaan Gas Chromatography Multi Column adalah efisiensi
waktu, dan dapat digunakan hanya pada kolom yang dikehendaki saja. Misalnya setelah dari
kolom II, dapat di bypass keluar tanpa melewati kolom III dan kolom IV.
2.
permintaan khusus dari bagian lain. Alat dan cara kerja dari pemeriksaan gas sama dengan
pemeriksaan komposisi pada LPG. Beda hanya pada jumlah kolom yang digunakan, Gas
Chromatography untuk memeriksa komposisi natural gas terdiri dari 3 kolom, yaitu Long
Partition
Column
(Hexametylphosphoramide
Column),
Sort
Partition
Column
pada fase cair (ASTM D 130 80), hanya fase gas harus diubah dulu menjadi fase cair.
4.
didalamnya terdapat susunan absorben. Sampel gas dihisap ke dalam kotak sample, pipet
pengukur ujungnya dipecah dulu, lalu ujungnya dimasukkan kedalam kotak. Katup yang
menghubungkan gas dan pipet dibuka sehingga gas dapat diserap oleh pipet absorben.
Perubahan warna yang terjadi dan skala diamati.
5.
Laporan Umum
Laporan Umum
Menerima crude oil, khususnya crude oil lokal yang akan diolah di kilang dan dari
terminal Lawe- Lawe dan juga crude oil dari Tanjung dan Warukin
Mengatur penerimaan produk setengah jadi dan produk jadi dari Kilang Balikpapan I
dan II
Melaksanakan penyaluran Non BBM dan BBM ke UPms dan Pihak ke III
Rumah Pompa II
Penggunaan
Heavy Slop
Light Slop
Filter Oil
IDO Loading
Off Test Gasoline
Reformate
Light Naphta
Laporan Umum
Rumah Pompa V
Kerosene loading
ADO Loading
Sweet Naphta
LPG transfer
LPG Loading
RFO Balikpapan II
LSWR transfer
SWS pump
RFO Balikpapan I
Avtur
Kerosene
Premium
Crude
ADO
HVGO
LSWR
MDO
FRW
tangki silinder mendatar, contoh : tangki penyimpan nitrogen cair dan TEL
Laporan Umum
Tangki bertekanan rendah, jenis ini terdapat pada hampir semua tangki
Tangki beratap kerucut (cone roof), contoh: tangki penyimpan crude, HVGO, LSWR,
slops oil, HOMC, solar/ADO, avtur, kerosene, IDO/diesel oil, heavy slops, air minum,
fuel oil, RFO, fluks oil, filter oil, POD, heavy dan light naphta dan FRW
Tangki beratap kubah (dome roof) contoh: tangki penyimpan sweet naphta, SWS,
HVGO dan ADO
Tangki beratap terapung (floating roof), contoh: tangki penyimpan crude oil,
reformat, light slops, heavy dan light naphta, kerosene dan gasoline
Tangki dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas yang berguna untuk keamanan
dan keselamatan tangki maupun operator yang mengoperasikannya. Adapun fasilitas itu
antara lain :
-
Inlet dan outlet, untuk mengisi dan mengosongkan minyak dalam tangki
Water draw off nozzle, untuk mengeluarkan air (drain) dari tangki
Vent valve, untuk ventilasi agar tekanan di dalam dan di luar tangki sama
Lubang ukur, untuk mengukur tinggi dan temperatur minyak dalam tangki dan
pengambilan sample
Stair ways, untuk naik turunnya operator saat akan melakukan pengukuran maupun
perbaikan pada peralatan
Laporan Umum
Nama Jetty
Jetty 1
Jetty 2
Jetty 3
Jetty 4
Jenis Minyak
ADO
Nama Jetty
Jetty 5A Utara
Jenis Minyak
Avtur
IDO
Premium
LSWR / IFO
Kerosene
Crude Oil
Premium
ADO
Avtur
Avtur
Premium
Kerosene
Kerosene
ADO
ADO
Crude Oil
LPG
Avigas
Premium
Avtur
Avtur
Premium
Kerosene
Heavy Naphta
ADO
Kerosene
ADO
IDO
Crude Oil
MFO
LPG
Avigas
Jetty 5A Selatan
Jetty 5B
Avigas
Premium
Avtur
Avtur
Premium
Kerosene
Heavy Naphta
ADO
Kerosene
IDO
ADO
HVGO
IDO
IFO / LSWR
Crude Oil
Crude Oil
MFO
Jetty 5C
Laporan Umum
LPG
Secara garis besar kegiatan operasional dari terminal Balikpapan adalah sebagai berikut :
a. Pembongkaran (discharging) crude oil dari kapal
Crude oil yang dibongkar di terminal Balikpapan pada umumnya adalah crude oil lokal.
Crude oil yang dibongkar dari kapal tersebut kemudian disimpan pada tangki A1, A3, A15,
T900, T901, T902, T903, T904 dan terkadang digunakan juga tangki R.
b. Penerimaan crude oil dari terminal Lawe-Lawe
Crude oil dari Terminal Lawe-Lawe dialirkan ke Terminal Balikpapan melalui jaringan pipa.
Di Terminal Balikpapan crude ini disimpan dalam tangki D20-01A dan D20-01B sebelum
kemudian dijadikan feed CDU IV.
c. Penerimaan crude oil dari Tanjung dan Warukin
Penerimaan crude dari Tanjung dan Warukin ini memiliki keistimewaan tersendiri. Karena
sifat crude yang mengandung banyak wax, maka dalam pengirimannya crude tersebut
disuspensikan dengan air hingga 37% volume untuk mencegah terjadinya pembekuan pada
saat transfer. Di Terminal Balikpapan, crude Tanjung dan Warukin
dilewatkan ke
Dehydrating Plant (DHP) untuk menghilangkan kandungan air hingga 0,5% volume dengan
bantuan medan listrik dan kemudian disimpan dalam tangki R.
d. Pemompaan crude dari tangki penimbun ke Crude Distillation Unit
Alokasi tangki penimbun crude berdasarkan kegunaannya sebagai feed adalah sebagai
berikut:
- tangki R1 - R9 untuk feed CDU V
- tangki D20-01A dan D20-01B untuk feed CDU IV
e. Blending atau pencampuran produk
Tujuan dari blending ini adalah untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan spesifikasi
sebelum siap untuk dipasarkan. Ada beberapa metode yang dipakai untuk melaksanakan
blending :
Batch Blending
Laporan Umum
Dalam metode ini, semua komponen dari produk dan semua additif dicampur ke dalam
saluran pipa secara serentak. Komponen dan additif yang diperlukan dipompakan dengan
flow rate yang dikontrol ke dalam blending header.
Produk -produk yang memerlukan blending sebelum dipasarkan antara lain :
Premium
LSWR. Sebelum LSWR diekspor, dilakukan blending antara LSWR dengan ADO
untuk menurunkan viskositas dari produk.