Jurnal
Jurnal
Jurnal
BARRU
ANALYSIS HYDROOCEANOGRAFI OF PORT GARONGKONG BARRU
M. Arsyad Thaha1, Silman Pongmanda1, Risyane Yoandira Agnesa2
Abstrak
Dalam pembangunan suatu pelabuhan dibutuhkan suatu desain rekayasa yang disesuaikan
dengan rencana. Desain rekayasa disusun berdasarkan kecendrungan masa lalu, kondisi
saat ini dan proyeksi masa datang dengan memperhatikan lingkungan dalam proses
pembangunannya. Salah satu desain rekayasa dalam pembangunan pelabuhan adalah
analisis hidrooceanografi. Pada penelitian ini analisis hidrooceanografi difokuskan pada
peramalan gelombang dengan bantuan software SMS 10.09. Tujuannya adalah untuk
mengetahui kondisi gelombang pada perairan lokasi pembangunan Pelabuhan Garongkong
Kabupaten Barru. Adapun metode yang digunakan adalah menggunakan data survey
pendahuluan sebagai data sekunder untuk pemodelan gelombang pada software SMS 10.09.
Hasil analisa menunjukkan bahwa tinggi gelombang maksimum pada lokasi proyek adalah
3,6 m yang terjadi pada zona gelombang pecah, sedangkan pada detail rencana
pembangunan dermaga tinggi gelombang berkisar Antara 1,2-1,6 m dengan model
penjalaran gelombang ke arah barat daya.
Kata Kunci: Hidrooceanografi, Peramalan Gelombang, SMS 10.09
Abstract
In the construction of a port takes an engineering design tailored to the plan . Engineering
design is based on past trends , current conditions and future projections with regard for the
environment in the development process . One of the engineering design in the construction
of the port is hidrooceanografi analysis . In this study, the analysis focused on forecasting
waves with the help of software SMS 10.09 . The goal is to determine the wave conditions at
the construction site of the waters of Port Garongkong Barru . The method used is to use the
data as a preliminary survey of secondary data for modeling wave at software SMS 10.09 .
The analysis shows that the maximum wave height at the project site is 3.6 m which occurs in
a breaking wave zone , while on the high pier construction plan details ranged between 1.21.6 m wave with wave propagation models to the southwest .
Keywords: Hydrooceanografi ,Forecasting Waves, SMS 10.09
PENDAHULUAN
Kabupaten Barru merupakan salah
satu daerah di provinsi Sulawesi Selatan
yang memiliki wilayah perairan laut. Oleh
karena itu memerlukan adanya pintu
gerbang
bagi
transportasi
moda
perhubungan laut yang memadai untuk
menunjang aktivitas distribusi barang antar
pulau
dan
memperlancar
roda
perekonomian.
Pelabuhan
sebagai
prasarana
transportasi
merupakan
salah
satu
komponen kawasan yang sangat penting
bagi perkembangan kegiatan ekonomi
wilayah. Dalam hal ini pelabuhan
mempunyai peran sebagai simpul atau
outlet dari pergerakan orang dan barang
dari dan ke kawasan dimaksud ke dunia
luar.
Pembangunan pelabuhan harus
efisien. Suatu pelabuhan yang efisien
merupakan prasarat bagi perkembangan
ekonomi dari suatu kawasan. Karena
dengan adanya pelabuhan yang efisien
berarti komponen biaya transportasi bagi
pengiriman barang dari dan ke kawasan
dapat ditekan, yang pada gilirannya akan
menyebabkan hasil produksi kawasan
menjadi
kompetitif
di
pasaran
internasional. Hal ini pada akhirnya akan
menyebabkan kegiatan ekonomi di
kawasan yang bersangkutan akan menjadi
bergairah.
Seiring dengan meningkatnya
kebutuhan semen di setiap daerah pasar
Semen Bosowa dan peningkatan kapasitas
produksi, maka perlu dipertimbangkan
untuk membangun Packing Plant di
daerah yang selama ini masih dipasok dari
Pelabuhan
Garongkong.
Pendirian
Packing Plant ini diharapkan dapat
menjaga kelancaran supply semen kepada
konsumen dalam upaya mendukung
program pembangunan di wilayah
tersebut.
Untuk
hal
tersebut
maka
diperlukan suatu desain dan rekayasa yang
disesuaikan dengan rencana pembangunan
yang disusun berdasarkan kecenderungan
masa lalu, kondisi saat ini dan proyeksi
masa datang, dengan memperhatikan
lingkungan dalam pembangunannya
TINJAUAN PUSTAKA
Hidro-Oseanografi
Tinjauan hidro-oseanografi adalah
menyangkut
tinjauan
pengaruh
hidrodinamika perairan laut. Parameter
utama yang biasanya diperhitungkan
adalah pasang surut, gelombang dan angin.
Pasang Surut
Pasang surut adalah fluktuasi muka
air laut karena adanya gaya tarik bendabenda di langit, terutama matahari dan
bulan terhadap massa air laut di bumi.
Gaya tarik menarik ini tergantung dari
jarak bumi dengan benda langit dan massa
benda langit itu sendiri. Jadi, meskipun
massa bulan jauh lebih kecil dari massa
matahari, tetapi karena jaraknya terhadap
bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh
gaya tarik bulan terhadap bumi lebih
besar daripada pengaruh gaya tarik
matahari. Pasang surut merupakan
faktor penting dari geomorfologi pantai,
dalam hal ini berupa perubahan teratur
muka air laut sepanjang pantai dan arus
yang dibentuk oleh pasang. Selain itu
pengetahuan tentang pasang surut adalah
penting di dalam perencanaan bangunan
pantai, pelabuhan dan vegetasinya.
Proses akresi dan abrasi pantai terjadi
selama adanya pasang dan adanya aksi
gelombang balik yang mempengaruhi
siklus pasang.
Angin
Sirkulasi udara yang kurang lebih
sejajar dengan permukaan bumi disebut
angin. Gerakan udara ini disebabkan oleh
perubahan temperatur atmosfer.
Pada
Fetch
Di dalam tinjauan pembangkitan
gelombang di laut, fetch di batasi oleh
bentuk daratan yang mengelilingi laut. Di
daerah
pembentukan
gelombang,
gelombang tidak hanya dibangkitkan
dalam arah yang sama dengan arah angin
tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap
arah angin. Fetch rata-rata efektif
diberikan oleh persamaan berikut :
Xi cos
Feff =
cos
(2.7)
dimana ;
Feff
: fetch rata-rata efektif.
Xi
: panjang segmen fetch yang
diukur dari titik observasi gelombang ke
ujung akhir fetch.
( )
(2.8)
UA
= 6,88. 10
gF
UA
( )
1
3
(2.9)
UA
gF
= 6,88. 10 U A
1
( )
2
3
(2.10)
dimana ;
Hmo : tinggi gelombang signifikan (m)
Tm
: periode gelombang (m)
F
: panjang fetch (m)
t
: durasi angin (dt)
UA
: faktor tekanan angina
Selain menggunakan cara diatas,
periode dan tinggi gelombang dapat dicari
dengan metode SMB yaitu dengan
menggunakan grafik SMB yang terdapat
pada Gambar 2.8
Gambar 2.5 Grafik SMB
(Teknik Pantai, 1999).
Untuk keperluan perencanaan
bangunan-bangunan pantai perlu dipilih
tinggi dan periode gelombang indifidu
(individual wave) yang dapat mewakili
suatu spektrum gelombang. Gelombang
tersebut dikenal dengan gelombang
(2.11)
= 0,84
(2.12)
= 1,2 T m
(2.13)
g
= 2 Tp
(2.14)
dimana ;
Hs
: tinggi gelombang signifikan (m)
U10
: kecepatan angin sekitar 10 meter
dari darat
g
: percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
Cp
: perubahan kecepatan puncak
Tp
: periode gelombang puncak (dt)
Tm
: periode gelombang signifikan
(dt)
Gelombang yang menjalar dari laut
dalam
menuju
pantai
mengalami
perubahan
bentuk karena adanya
pengaruh kedalaman laut. Dilaut dalam
gT
(2.15)
C1 = 43,75 ( 1e
19 m
C2 =
1,56
( 1+ e19,5 m )
)
(2.16)
(2.17)
Dimana :
hb
: kedalaman gelombang pecah (m)
Hb
: ketinggian gelombang pecah (m)
T
: periode gelombang (dt)
m
: kemiringan pantai
Peramalan Tinggi Gelombang
dengan Periode Ulang Tertentu
Frekuensi gelombang-gelombang besar
merupakan factor yang mempengaruhi
perencanaan bangunan pantai. Untuk
menetapkan gelombang dengan periode
ulang tertentu dibutuhkan data gelombang
dalam jangka waktu pengukuran cukup
panjang. Data tersebut bisa berupa data
pengukuran
gelombang
atau
data
gelombang hasil prediksi berdasarkan data
angin (Teknik Pantai,1999). Pada studi ini
peramalan tinggi gelombang dengan
periode ulang tertentu dilakukan dengan
Metode Weilbull. Peramalan tinggi
gelombang berdasarkan periode ulang
dengan Metode Weibull dilakukan dengan
menggunakan Tabel 2.2
Tabel 2.2Tabel Peramalan Gelombang
Periode Ulang Metode
Keterangan :
dihitung dengan
dimana :
:
Probablititas tinggi
gelombang
representatif ke m yang tidak terlampai
Hsm
: Tinggi gelombang urutan
ke m (m)
M
: Nomer urut tinggi
gelombang signifikan
NT
: Jumlah kejadian selama
pencatatan
Kolom 4
= Nilai ym diperhitungkan
dengan persamaan :
Tr
L
CMS-Flow
RMA2
RMA4
STWAVE
Adapun
Modul
yang
tersedia pada program SMS adalah
sebagai berikut:
Mesh Modul
Mesh 2D Modul ini digunakan
untuk memanipulasi garis terstruktur
2D (disebut sebagai mesh dalam
SMS). Mesh terdiri dari titik yang
dikelompokkan
bersama
untuk
membentuk elemen. Simpul tersebut
dan elemen menentukan domain
komputasi dari model numerik. Selain
titik dan elemen, mesh juga
memberikan
informasi tambahan
unsur-unsur, seperti nilai material
untuk elemen dan kondisi batas yang
ditetapkan ke titik. Secara umum,
informasi tambahan ini digunakan
sebagai data masukan untuk model
numerik.
Cartesian Garis Modul
CMS-Flowhidrodinamika khusus
dengan zona pesisir
STWAVE
energi
model
sirkulasi
disesuaikan
gelombang
Scatter Modul
Modul
Scatter
(sebelumnya dikenal sebagai Scattered
Data Modul) digunakan untuk
interpolasi nilai data spasial dari
kelompok titik data yang tersebar atau
garis yg ditujukan ke tipe data lainnya
(yaitu, mesh dan garis). SMS
mendukung skema interpolasi tiga
termasuk linear, natural neighbor,, dan
jarak terbalik tertimbang. Modul ini
juga digunakan untuk melihat dan
mengedit data survei (yaitu Shoals
data).
Peta Modul
Modul Peta menyediakan alat
untuk menggunakan obyek fitur untuk
membuat model konseptual. Fitur
objek termasuk objek GIS seperti titik,
simpul, busur dan poligon. Fitur objek
dikelompokkan menjadi lapisan atau
pemberitaan.
Jenis
cakupan
menentukan atribut yang tersedia
untuk benda-benda di cakupan.
Modul GIS
Modul
GIS
telah
dipisahkan dari modul Map dalam
rangka untuk menentukan pendekatan
yang lebih terintegrasi dan terpisah
METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan Data Sekunder
1. Data Bathymetri
Data hasil pemeruman yang
tersimpan pada GPS Map Sounding
diunggah ke komputer yang dilengkapi
dengan Software Map Source. Analisa
terhadap
hasil
pemeruman
dan
pengukuran dengan theodolit serta
pembacaan fluktuasi muka air pada
peilschaal
dilakukan
menggunakan
software Microsoft Excel, sedangkan
untuk
penggambaran
dilakukan
menggunakan software AutoCAD Land
Development.
Data kedalaman bathimetri yang
diperoleh dari alat echosounding adalah
data kedalaman dari peletakan tranduser
terhadap dasar laut saat pengukuran,
sehingga untuk mendapatkan elevasi
dasar laut, dimana elevasi tersebut telah
memiliki reverensi yang sama dengan
data topografi maka data terukur dari
echosounding harus dikoreksi dengan
tinggi pasang surut saat pengukuran.
Untuk keperluan tersebut syarat utama
pengukuran
echosounding
adalah
dilakukan juga pengukuran pasang surut
pada saat yang bersamaan.
c. Data masukan
Setelah elemen area terbentuk
tahap
selanjutnya
adalah
pemasukan parameter atau data
kondisi batas. Kondisi batas
tersebut meliputi amplitudo,
arah dan periode gelombang,
gaya gravitasi bumi, serta
jumlah iterasi dan ketelitian
yang akan dicapai (tingkat
konvergensi hitungan).
d. Running simulasi model
gelombang
Setelah input data selesai
langkah selanjutnya adalah
proses running
(eksekusi)
model simulasi gelombang.
e. Keluaran hasil simulasi.
Hasil dari running model
simulasi model gelombang
dengan modul CGWAVE berupa
pola
sebaran
dan
tinggi
gelombang
dan
model
penjalarannya.
A
=
Besaran
pasang surut
amplitudo
kurva
So
M2
= Konstanta
yang
dipengaruhi oleh bulan
S2
= Konstanta
yang
dipengaruhi oleh matahari
N2
= Konstanta
yang
dipengaruhi oleh jarak
akibat lintasan bulan yang
berbentuk ellips
K2
= Konstanta
yang
dipengaruhi oleh jarak
akibat lintasan matahari
yang berbentuk ellips
O1
= Konstanta
yang
dipengaruhi oleh deklinasi
bulan
P1
= Konstanta
yang
dipengaruhi oleh deklinasi
matahari
K1
= Konstanta
yang
dipengaruhi oleh deklinasi
bulan
dan
deklinasi
matahari
M4
= Konstanta
yang
dipengaruhi oleh bulan
sebanyak 2 kali ( 2 x M2)
MSL
cm
= 209
Datum Referensi
MSL
27 + 20)
=
97
cm
MSL = AS0
cm
= 176
cm
cm
= + 2,55 m
= + 2,09 m
= + 1,76 m
= 0,00 m
elevasi LAT
= - 0,97m
terpakai.
Sumber : Konsultan
Fetch Efektif
Dalam meramalkan gelombang
menggunakan data angin, dibutuhkan
penentuan jarak seret angin yang dikenal
sebagai Fetch. Panjang fetch dibatasi
oleh durasi angin (lamanya angin
bertiup) dan halangan geografis, yang
dapat berupa pulau atau gusung dan
gugusan
karang
yang
muncul
kepermukaansaat air surut. Mengingat
data angin yang digunakan tidak
memiliki data durasi, maka panjang fetch
ditentukan dengan menggunakan peta
rupabumi yang dilengkapi dengan skala.
Peta rupa bumi diperoleh dari Software
Goole Earth.
Dengan memperhatikan peta rupa
bumi, diketahui bahwa arah angin yang
dapat memberikan berasal dari arah Barat
Laut, arah Barat dan BaratDaya. Untuk
angin dari arah Selatan, Tenggara, Timur,
Timur Laut dan Utara, cenderung tidak
membangkitkan
gelombang
karena
berasal dari daratan. Diperoleh panjang
effektif untuk angin dari arah barat daya
adalah 161,96 km atau 161966.64 m.
Peramalan Gelombang
Saran
Mengacu dari hasil penelitian Tugas Akhir
ini, penulis menyarankan beberapa hal
sebagai berikut:
Fungsi Laboratorium Komputer di
Jurusan teknik Sipil Fakultas
Teknik Unhas sangat berguna
dalam proses pengerjaan tugas
akhir yang menggunaan sarana
software khusus keilmuan Teknik
Sipil dalam pelaksanaannya, oleh
karena itu sebaiknya laboratorium
ini diadakan kembali.
Untuk jenis penelitian yang seperti
ini sebaiknya juga peneliti ikut
dalam proses survey data awal,
karena akan sangat bermanfaat
pada saat pengolahan data dan
pemodelan.
DAFTAR PUSTAKA
Teknik
Offset.
Triadmodjo, Bambang.
Dasar
Dan
1992. DasarPerencanaan