Reaksi Uji Protein

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

1

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA REAKSI UJI PROTEIN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA


REAKSI UJI PROTEIN
NAMA

: HOTMA G. WINOKAN (260110140091)


ASRI BUDI YULIANTI (260110140110)
RIZKA K. GUNTINA (260110140111)
TRIFENA LOKAJAYA (260110140113)
KHANIFAH HIDAYATI (260110140114)

HARI/TANGGAL PRAKTIKUM

: SENIN, 17 MARET 2015

ASISTEN

:1. DEVI RAHMAWATI


2. SHINTA A. SIHOMBING

LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA REAKSI UJI PROTEIN

REAKSI UJI PROTEIN


ABSTRAK
Protein merupakan komponen yang sangat esensial dalam berbagai jaringan
hidup, tersusun dari atom-atom karbon (C), oksigen (O), dan hidrogen (H) yang
terikat pada ikatan peptida. Protein berfungsi antara lain sebagai katalis (enzim),
penyusun struktural sel, pertahanan (antibodi), pengendali metabolisme, dan
terlibat hampir dengan semua fungsi sel. Praktikum kali ini bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya senyawa protein dalam sampel dengan berbagai macam
metode. Tahapan penelitian ini dimulai dari pembuatan reagen-reagen yang
dibutuhkan, pengambilan sampel(jagung), kemudian melakukan uji protein
dengan metode Biuret, pengendapan oleh garam anorganik, uji koagulasi dengan
penambahan asam dan pemanasan, pengendapan dengan alkohol, dan denaturasi
protein. Hasil uji protein dengan metode-metode tersebut menunjukkan hasil
beragam dari adanya protein melalui perubahan yang terjadi pada larutan sampel.
Pada uji Biuret terjadi perubahan warna dari putih hingga kuning keruh, pada
pengendapan garam anorganik, terbentuk perubahan warna dan sedikit endapan
setelah ditambahkan pereaksi Millon, pada uji koagulasi terbentuk endapan saat
sampel dilarutkan dalam air dan pereaksi Millon, pada uji dengan alkohol, dengan
penambahan asam dan alkohol pada larutan sampel langsung menimbulkan
endapan, sedangkan dengan penambahan basa dan alkohol hanya sedikit
membentuk endapan dan larutan menjadi keruh, , pada uji denaturasi terbentuk
endapan pada larutan sampel yang ditambahkan asam dan dipanaskan, sedangkan
pada larutan sampel yang ditambahkan basa hanya menimbulkan kekeruhan pada
larutan, namun setelah ditambahkan buffer asetat terbentuk endapan juga pada
larutan basa.
ABSTRACT
Protein is a very essential component in every live system, composed of carbon
atom, oxygen, and hydrogen which is bound to peptide bond. Protein uses as
catalyst (enzyme), cell structure composer, body defense, metabolism controller,
and interfere with almost all function in cells. This experiments purpose is to
identify the presence of protein in the sample by various methods. The stages
were started from the making of reagents, picking the sample (corn), then do the
protein tests by Biuret methods, sedimentation by inorganic salt, coagulation test
by adding acid and heating, sedimentation by alcohol, and protein denaturation.
Protein tests result by the methods showed various results of the presence of
protein through the changes in the samples solutions. Biuret test changed the
color of the solution from white to cloudy yellow, sedimentation by inorganic salt
formed a bit sediment and changed the color after addition Millon reagent,
coagulation test formed sediment when the sample was dissolved in the water and
Millon reagent, alcohol test by adding acid and alcohol in the sample solution
formed white sediment, whereas the addition of base and alcohol formed a bit
sediment and the solution turned cloudy, denaturation test formed sediment in the
adding acid and heating to the sample solution, whereas in the sample solution

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA REAKSI UJI PROTEIN

that was added by base turned the solution cloudy, but after the addition of acetate
buffer, the sediment formed in the base sample solution.
PENDAHULUAN
Jagung(Zea mays L.)
merupakan salah satu tanaman
pangan dunia yang terpenting, selain
gandum dan padi. Sebagai sumber
karbohidrat utama. Selain
mengandung karbohidrat, banyak

senyawa kimia yang bermanfaat bagi


kesehatan terkandung didalamnya,
antara lain protein, lemak, kalsium
(Ca) , fosfor (P), vitamin, dan
senyawa lainnya (Winarno, 2004).

Tabel 1. Kandungan Komponen


dalam 100 g Jagung Kuning Panen
Baru (Winarno, 2004).
Komponen

Kadar

Komponen

Kadar

Air (g)
Kalori (kal)

24
307

P (mg)
Fe (mg)

148
2,1

Protein (g)

7,9

Vitamin A (SI)

440

Lemak (g)

3,4

Vitamin B1 (mg)

0,33

Karbohidrat (g)

63,6

Vitamin C (mg)

Ca (mg)

Uji biuret digunakan untuk


menunjukkan adanya ikatan peptida
dalam suatu zat yang diuji. Adanya

ikatan peptide
mengindikasikan adanya protein,
karena asam amino berikatan dengan
asam amino yang lain melalui ikatan
peptida membentuk protein (Panji,
2013).

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA REAKSI UJI PROTEIN

Gambar 1. Reaksi uji

Biuret(Panji,2013).

Ikatan peptida tersebut yang


akan bereaksi dengan reagen biuret
menghasilkan perubahan warna.
Reaksi positif uji biuret ditunjukkan
dengan munculnya warna ungu atau
merah muda akibat adanya
persenyawaan antara Cu++ dari
reagen biuret dengan NH dari ikatan
peptida dan O dari air. Semakin
panjang ikatan peptida (banyak asam
amino yang berikatan) akan
memunculkan warna ungu, semakin
pendek ikatan peptida (sedikit asam
amino yang berikatan) akan
memunculkan warna merah muda
(Panji, 2013).

Uji millon umumnya


digunakan untuk menunjukkan
adanya asam amino tirosin pada
suatu zat. Uji millon bekerja
terhadap derivat-derivat monofenol
seperti tirosin. Pereaksi yang
digunakan merupakan larutan
merkuri (Hg) dalam asam nitrat
(HNO3). Tirosin akan ter-nitrasi oleh
asam nitrat sehingga memperoleh
penambahan gugus N=O, gugus
tersebut secara reversibel dapat
berubah menjadi N-OH. Merkuri
dalam pereaksi millon akan bereaksi
dengan gugus hidroksifenil dari
tirosin membentuk warna merah
(Panji, 2013).

Gambar 2. Reaksi Uji Millon

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA REAKSI UJI PROTEIN

Penambahan pelarut nonpolar


terutama etanol , ke dalam larutan
protein dapat menurunkan kelarutan
protein dalam air sehingga terjadi
pengendapan. Efek ini menunjukkan
bahwa kelarutan protein pada pH dan
kekuatan ionik tetap merupakan
fungsi dari konstanta dielektrik
medium. Karena konstanta dielektrik
Penambahan alkohol ke
dalam larutan protein akan
menyebabkan berkurangnya larutan
protein dalam air, sehingga akan
terjadi pengendapan protein. Hal ini
terjadi karena gugus OH dari
alkohol lebih kuat mengikat air
melalui pembentukan ikatan
hidrogen sehinga kelarutan protein
akan berkurang (Frederica, 2012).
Denaturasi protein merupaka
n suatu proses dimana terjadi
perubahan atau modifikasi terhadap
konformasi protein, lebih tepatnya
terjadi pada struktur tersier maupun
kuartener dari protein. Ciri-ciri suatu
protein yang mengalami denaturasi
bisa dilihat dari berbagai hal. Salah
satunya adalah dari perubahan
struktur fisiknya, protein yang
terdenaturasi biasanya mengalami
pembukaan lipatan pada bagianbagian tertentu. Selain itu, protein
yang terdenaturasi akan berkurang
kelarutannya. Lapisan molekul yang
bagian hidrofobik akan mengalami
Pengendapan dengan garam
anorganik terkait dengan proses
salting in dan salting out. Salting in
adalah peristiwa adanya zat terlarut
tertentu yang mempunyai kelarutan
lebih kecil disbanding zat utamanya
yang mempunyai kelarutan lebih
kecil dibandingkan zat utamanya
sehingga menyebabkan kenaikan
kelarutan zat utama. Salting out
adalah peristiwa adanya zat terlarut

etanol lebih rendah dari konstanta


dielektrik air, maka penambahan
etanol ke dalam larutan protein
menaikkan gaya tarik-menarik antara
muatan berlawanan dan menurunkan
derajat ionisasi gugus R protein.
Akibatnya molekul protein
cenderung beragregasi dan
mengendap (Frederica, 2012).
perubahan posisi dari dalam ke luar,
begitupun sebaliknya. Hal ini akan
membuat perubahan kelarutan (Dwi,
2012).
Panas dapat mengacaukan
ikatan hidrogen dari protein namun
tidak akan mengganggu ikatan
kovalennya. Hal ini dikarenakan
dengan meningkatnya suhu akan
membuat energi kinetik molekul
bertambah. Bertambahnya energi
kinetik molekul akan mengacaukan
ikatan-ikatan hidrogen. Dengan
naiknya suhu, akan membuat
perubahan entalpi sistem naik. Selain
itu bentuk protein yang terdenaturasi
dan tidak teratur juga sebagai tanda
bahwa entropi bertambah. Entropi
sendiri merupakan derajat
ketidakteraturan, semakin tidak
teratur maka entropi akan bertambah.
Pemanasan juga dapat
mengakibatkan kemampuan protein
untuk mengikat air menurun dan
menyebabkan terjadinya koagulasi
(Dwi, 2012).
tertentu yang mempunyai kelarutan
lebih besar dibandingkan zat
utamanya sehingga menyebabkan
penurunan kelarutan zat utama, ini
seperti yang terjadi pada larutan
protein yang laarutkan garam terus
menerus. Kelarutan protein akan
berkurang bila kedalam larutan
protein ditambahkan garam- garam
anorganik. Pengendapan terus terjadi
karena kemampuan ion garam untuk

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA REAKSI UJI PROTEIN

menghidrasi, sehingga terjadi


kompetisi antara garam anorganik
dengan molekul protein untuk
mengikat air. Karena garam
anorganik lebih menarik air maka
jumlah air yang tersedia untuk
molekul protein akan berkurang.
Pada uji ini juga dilakukan uji
dengan pereaksi milon. Pereaksi ini
ditambahkan pada larutan protein,
akan menghasilkan endapan putih
yang dapat berubah menjadi merah
saat pemanasan. Pada dasarnya
reaksiini positif untuk fenol- fenol,
karena terbentuknya senyawa
merkuri dengan gugus hidroksifenil
yang berwarna. Protein yang
mengandung tirosin akan
memberikan hasil positif (Poedjiadi,
2006).
Koagulasi adalah suatu
keadaan dimana protein tidak lagi
terdispersi sebagai suatu koloid
karena unit ikatan yang terbentuk
cukup banyak. Koagulasi dapat juga
diartikan sebagai salah satu
kerusakan protein yang terjadi akibat
pemanasan dan terjadi
penggumpalan serta pengerasan pada
protein karena menyerap air pada
proses tersebut (Makfoeld, 2008).

Koagulasi adalah penurunan


daya larut molekul molekul protein
atau perubahan bentuk cairan (sol)
menjadi bentuk padat atau semu
padat (gel). Kagulasi dapat
disebabkan oleh panas, pengocokan,
garam, asam, basa, dan pereaksi lain
seperti urea. Protein akan mengalami
koagulasi apabila dipanaskan pada
suhu 50C atau lebih. Koagulasi
hanya terjadi ketika protein berada di
titik isolistriknya, dimana pada titik
ini protein masih dapat larut pada pH
di titik luar isolistrik tersebut.
(Purwaningsih,2007).
Koagulasi berawal dari
pemanasan yang dapat menyebabkan
pemutusan ikatan hidrogen yang
menopang struktur sekunder dan
tersier suatu protein sehingga
menyebabkan sisi hidrofobik dari
gugus samping polipentida akan
tebuka. Hal ini menyebabkan
kelarutan protein semakin turun dan
akhirnya mengendap dan
menggumpal. Pada saat inilah terjadi
proses koagulasi. Koagulasi dapat
menimbulkan dampak terhadap
produk, dampak tersebut diantaranya
adalah hilangnya sifat sifat biologis
suatu protein. (Winarno,2006).

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA REAKSI UJI PROTEIN

METODE
Alat
Batang pengaduk , beaker glass,
corong kaca, gelas ukur, kertas
saring, penangas air, pipet tetes, rak
tabung reaksi, tabung reaksi, tang
penjepit kayu.
Bahan
Aquades,buffer asetat 1 M (pH 4,7),
etanol 95 %, garam amonium sulfat,
larutan asam asetat 1 M, larutan
CuSO4 0,01 M, larutan HCl 0,1 M,
larutan NaOH 0,1 M, larutan NaOH
2,5 M, suspensi sampel protein,
pereaksi Biuret, pereaksi Millon.
Pembuatan Sampel Protein
Sampel protein yang digunakan
berupa filtrat jagung. Sebanyak 5
gram sampel jagung ditambah 20
mL aquades kemudian dipanaskan.
Selanjutnya dipisahkan fase padat
dengan fase cairnya dengan cara
disaring. Diambil filtrat hasil
penyaringan sebanyak 10 mL.
Uji Biuret
1 mL filtrat jagung ditambah enam
tetes larutan NaOH 2,5 mL dan
diaduk. Kemudian ditambahkan satu
tetes larutan CuSO4 0,01 M, diaduk.
Jika tidak timbul warna, kembali
ditambahkan larutan CuSO4 0,01 M
sampai terjadi perubahan warna.
Pengendapan Protein oleh Garam
Anorganik
Garam amonium sulfat kristal
ditambahkan ke dalam 2 mL filtat
jagung sedikit demi sedikit dan
diaduk hingga larut. Ditambahkan
kembali garam amonium sulfat

sampai terbentuk larutan lewat jenuh


ditandai dengan adanya sedikit
garam amonium sulfat yang tidak
larut. Selanjutnya disaring, diuji
kelarutan endapan dalam pereaksi
Millon dan ditambahkan pereaksi
Biuret pada filtratnya.
Uji Koagulasi
Sebanyak satu tetes asam asetat 1 M
ditambahkan kedalam tabung reaksi
berisi 1 mL filtrat jagung. Tabung
diletakkan di dalam air mendidih
selama lima menit. Diambil
endapannya dan diuji kelarutannya
dalam air dan pereaksi Millon.
Pengendapan dengan Alkohol
Disiapkan 3 tabung reaksi dan
masing-masing diisi dengan 1 mL
filtrat jagung. Pada tabung I
ditambahkan 5 tetes larutan HCl 0,1
M dan 25 tetes etanol 95 %.
Ditambahkan 5 tetes larutan NaOH
0,1 M dan 25 tetes etanol 95 % pada
tabung reaksi II. Kedalam tabung
reaksi III ditambahkan 5 tetes buffer
asetat dan 25 tetes etanol 95 %.
Diamati kelarutan pada masingmasing tabung.
Uji Denaturasi Protein
Disediakan 3 tabung reaksi masingmasing diisi dengan 1 mL filtrat
jagung. Kedalam tabung I
ditambahkan 3 tetes larutan HCl 0,1
M. Ditambahkan 3 tetes larutan
NaOH 0,1 M ke dalam tabung reaksi
II. Pada tabung reaksi III
ditambahkan 3 tetes buffer asetat.
Ketiga tabung dietakkan di dalam air
mendidih selama 15 menit kemudian
didinginkan pada suhu kamar.
Diamati apakah terjadi pengendapan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA REAKSI UJI PROTEIN

pada masing-masing tabung reaksi.


Kedalam tabung I dan II

ditambahkan masing-masing 25 tetes


buffer asetat.

HASIL
1. UJI BIURET

2.

PERLAKUAN

HASIL

1 ml larutan protein
(filtrat jagung)
ditambahkan 6 tetes
larutan NaOH 2,5 N,
kemudian ditambah 1
tetes CuSO4

Terjadi perubahan
warna dari warna
putih menjadi warna
kuning keruh

PENGENDAPAN PROTEIN OLEH GARAM ANORGANIK


PERLAKUAN

HASIL

Dijenuhkan 2 ml larutan protein


(filtrat jagung) dengan amonium
sulfat, kemudian ditetesi dengan
pereaksi biuret

Tidak terjadi perubahan


warna

Dijenuhkan 2 ml larutan protein


(filtrat jagung) dengan amonium
sulfat, kemudian ditetesi dengan
pereaksi Milon

Terjadi perubahan warna


menjadihitam dan berbau

Saat ditetesi pereaksi biuret

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA REAKSI UJI PROTEIN

Saat ditetesi pereaksi milon

3. UJI KOAGULASI

PERLAKUAN

HASIL

Dalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml larutan


protein (filtrat jagung) kemudian ditambah 1
tetes asam asetat, diambil endapan lalu
dilarutkan dengan pereaksi Milon

Endapan tidak larut


dalam pereaksi Milon

Dalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml larutan


protein (filtrat jagung) kemudian ditambah 1
tetes asam asetat, diambil endapan lalu
dilarutkan dalam air

Endapan tidak larut


dalam air

Saat dilarutkan dengan pereaksi Milon

10

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA REAKSI UJI PROTEIN

Saat dilarutkan dengan air

4. PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL


PERLAKUAN

HASIL

1 ml larutan protein (filtrat jagung) ditetesi 5


tetes larutan HCL 0,1 M lalu ditetesi 25 tetes
etanol 95%

Terdapat endapan putih

1 ml larutan protein (filtrat jagung) ditetesi 5


tetes larutan NaOH 0,1 M lalu ditetesi 25 tetes
etanol 95%

Keruh dan ada sedikit


endapan

1 ml larutan protein(filtrat jagung) ditetesi 5


tetes buffer asetat lalu ditetesi 25 tetes etanol
95%

Terdapat endapan berwarna


putih

11

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA REAKSI UJI PROTEIN

5. DENATURASI PROTEIN
PERLAKUAN

HASIL

1 ml larutan protein(filtrat jagung) ditetesi 3


tetes larutan HCL 0,1 M lalu dipanaskan

Terdapat endapan
berwarna putih

1 ml larutan protein(filtrat jagung) ditetesi 3


tetes larutan NaOH 0,1 M lalu dipanaskan

Larutan keruh

1 ml larutan protein(filtrat jagung) ditetesi 3


tetes buffer asetat lalu dipanaskan

Terdapat endapan
berwarna putih

Tabung 1 ditambahkan 25 tetes buffer asetat

Terdapat 2 fase yaitu


air dan terdapat
endapan protein

Tabung 2 ditambahkan 25 tetes buffer asetat

Larutan keruh dan


terdapat endapan

12

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA REAKSI UJI PROTEIN

Pada percobaan ini sampel


yang digunakan adalah tepung
jagung. Sebelum pengujian, tepung
jagung ditimbang sebanyak 5 gram
dan dilarutkan dalam 20 ml aquades
yang telah dipanaskan. Tujuan
pemanasan untuk mempercepat
proses pelarutan tepung jagung.
Larutan tepung jagung kemudian
disaring menggunakan corong dan
kertas saring sehingga didapatkan
filtratnya sebanyak 10 ml.

diperoleh hasil negatif karena asam


amino dalam bentuk asam amino
bebas atau dipeptida sehingga tidak
membentuk kompleks ungu. Jika
dilihat berdasarkan kandungan yang
terkandung dalam bahan ekstrak
kering jagung itu 80% mengandung
karbohidrat sekitar 4 gram dan
mengandung protein sebanyak 1
gram. Sehingga ion Cu2+ tidak
berikatan dengan 4 gugus amino dari
ikatan peptide namun dengan ikatan
glikosida yang terkandung dalam
karbohidrat tersebut.

Pada uji biuret, sampel


jagung ini ditambahkan NaOH.
Penggunaan NaOH bertujuan untuk
menciptakan suasana basa dalam
pereaksian dengan CuSO4 yang
bersifat asam sehingga ion OH- dari
basa kuat dapat mengikat H+ dari
garam CuSO4 sehingga tidak
mengganggu ikatan antara ion Cu2+
dengan ikatan peptida. Dalam
percobaan tersebut tidak diperoleh
kompleks ungu setelah sampel
protein tersebut ditambahkan NaOH
dan CuSO4. Sampel jagung berwarna
putih keruh, setelah ditambahkan
NaOH terjadi perubahan warna
menjadi kuning keruh, dan setelah
ditambahkan CuSO4 sampel tetap
berwarna kuning keruh, hingga
ditambahkan beberapa tetes CuSO4
pun warnanya tetap kuning keruh.
Tidak terbentuknya kompleks ungu
pada uji biuret ini dikarenakan tidak
bereaksinya ion Cu2+ dengan 4 gugus
amino dari ikatan peptida.
Berdasarkan percobaan tersebut

Pengendapan protein oleh


garam anorganik, pertama larutan
protein ditambahkan dengan
ammonium klorida sedikit demi
sedikit. Penambahan garam
ammonium klorida ini bertujuan
untuk menjenuhkan larutan agar
protein dalam sampel mengendap
dan dapat diamati kandungannya
dalam sampel. Larutan disaring
kemudian dipidahkan endapan
dengan filtratnya. Endapan larutan
protein diuji menggunakan pereaksi
millon. Pereaksi Millon berfungsi
untuk mengidentifikasi gugus fenol
yang ada pada struktur asam amino.
Setelah ditambahkan pereaski
Millon, diperoleh endapan kehitaman
dan berbau. Seharusnya hasil positif
protein dalam endapan yang didapat
adalah berwarna putih namun karena
protein telah dijenuhkan dalam
garam, maka protein mengalami
kerusakan struktur sehingga pereaksi
Millon tidak dapat mengidentifikasi
gugus fenol yang ada di dalam asam

PEMBAHASAN

13

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA REAKSI UJI PROTEIN

amino pada protein tersebut, lalu


warna hitam dan bau yang dihasilkan
mengindikasikan adanya kontaminan
dalam larutan sampel akibat adanya
paparan udara dan debu saat
pereaksian berlangsung sehingga
reaksi berjalan secara tidak
higienis,sedangkan filtratnya saat
ditambahkan biuret tidak
memberikan perubahan warna
menjadi ungu, hal ini disebabkan
tidak terbentuknya ikatan antara
Cu2+ dengan ikatan peptide yang
telah rusak akibat penjenuhan
dengan garam anorganik.
Pada uji koagulasi, ke dalam
tabung reaksi 1 ml larutan protein
(larutan jagung) ditambahkan 1 tetes
asam asetat 1 M . Penambahan asam
asetat ini bertujuan untuk
mengendapkan larutan protein
karena asam asetat memiliki pH yang
rendah yang dapat menyebabkan
protein terkoagulasi karena berada
dalam rentang pH isoelktrik. pH
isoelektrik adalah nilai suatu pH
dimana terjadinya ekuivalen antara
muatan positif dan negative dari
protein sehingga saling menetralkan
dan protein menjadi mengendap
karena tidak adanya muatan yang
menentukan sifat protein sebagai
asam atau basa dalam larutan
mengacu pada sifat protein yang
amfoter. Kemudian tabung reaksi
dimasukkan ke dalam air mendidih
selama 5 menit untuk membantu
pengendapan larutan protein. Panas
tersebut dapat digunakan untuk
mengacaukan ikatan hidrogen dan

interaksi hidrofobik non polar. Hal


ini terjadi karena suhu tinggi dapat
meningkatkan energi kinetik dan
menyebabkan molekul penyusun
protein bergerak atau bergetar sangat
cepat sehingga mengacaukan ikatan
molekul tersebut, sehingga larutan
protein tersebut dapat mengendap.
Setelah diperoleh endapan maka
endapan tersebut dibagi ke dalam
dua tabung. Tabung pertama
ditambahkan air, endapan tidak larut
karena air bersifat netral sedangkan
protein bersifat amfoter yang hanya
bisa larut dalam suasana asam
(protein sebagai basa) atau suasana
basa(protein sebagai asam). Tabung
kedua ditambahkan millon lalu
terbentuk endapan karena gugus
fenol dari asam amino terdeteksi oleh
pereaksi Millon yang menyebabkan
terbentuknya endapan.
Pengendapan dengan alkohol,
alkohol merupakan senyawa organik
yang dapat mengurangi konstanta
dielektrik dari air.Konstanta
dielektrik air menunjukkan kepolaran
dari air sehingga jika konstanta
dielektrik air menurun maka akan
menurunkan kelarutan protein dalam
air,juga karena alcohol akan
berkompetisi dengan protein untuk
mengikat air dalam proses hidrasi .
Dari percobaan tersebut larutan
protein dibagi ke dalam tiga tabung.
Tabung pertama ditambahkan 5 tetes
HCl 0,1 N dan 25 tetes etanol 95%
diperoleh hasil endapan putih karena
dalam larutan asam (pH rendah)
protein akan terkoagulasi karena

14

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA REAKSI UJI PROTEIN

adanya pH isoelektrik. Tabung kedua


ditambahkan 5 tetes NaOH 0,1 N
dan 25 tetes etanol 95% diperoleh
larutan keruh dan sedikit mengendap,
dalam larutan basa (pH tinggi)
molekul protein akan bereaksi
sebagai asam atau bermuatan
negative dalam larutan yang basa
sehingga endapan yang terbentuk
hanya sedikit. Pada tabung ketiga
ditambahkan 5 tetes buffer asetat dan
25 tetes etanol 95% dan terbentuk
endapan putih, pada pH isolistrik
muatan gugus amino dan karboksil
bebas akan saling menetralkan
sehingga molekul bermuatan nol
sehingga konstanta dielektriknya
kecil dan kelarutan protein berada
pada minimum.
Denaturasi protein, pada
percobaan ini larutan protein dibagi
ke dalam tiga tabung, masing-masing
1 ml larutan protein. Tabung pertama
ditambahkan 3 tetes HCl 0,1 N dan
dipanaskan kemudian diperoleh
endapan putih karena protein
terkoagulasi pada pH rendah dan
karena pemanasan membuat protein
terdenaturasi. Pada tabung kedua
ditambahkan 3 tetes NaOH 0,1 N dan

DAFTAR PUSTAKA
Dwi, K. 2012. Denaturasi Protein.
Tersedia online di
http://bisakimia.com/2012/11/11/den
aturasi-protein_/ [diakses tanggal 20
Maret 2015].

dipanaskan kemudian diperoleh


larutan keruh karena adanya
pemanasan. Pemanasan akan
membuat struktur dari protein
mengalami kerusakan(denaturasi)
karena kemampuan protein mengikat
air menjadi menurun. Hal ini terjadi
karena terputusnya ikatan nonkovalen yang ada pada struktur alami
protein tapi tidak sampai memutus
ikatan kovelen pada ikatan peptida.
Pada tabung ketiga ditambahkan 3
tetes buffer asetat dan dipanaskan,
diperoleh ada endapan putih karena
terjadi koagulasi pada protein yang
disebabkan penambahan buffer asetat
yang memiliki pH
isoelektrik(pH=4.7) dimana muatan
positif dan negative protein adalah
sama yang menyebabkan kelarutan
protein sangat rendah, pemanasan
juga mempengaruhi proses
koagulasi. Tabung pertama dan
kedua ditambahkan masing-masing
buffer asetat untuk memastikan
adanya endapan karena pH buffer
asetat tepat berada dalam pH
isoelektrik. Pada tabung pertama
terbentuk 2 fase air dan ada endapan
protein dan pada tabung kedua
terbentuk endapan dan keruh.

Frederica, D. 2012. Protein. Tersedia


online di http://bio-protein.com
[diakses tanggal 20 Maret 2015].
Makfoeld, D. 2008. Kamus Istilah
Pangan dan Nutrisi. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.

15

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA REAKSI UJI PROTEIN

Panji. 2013. Uji Biuret. Tersedia


online di
http://www.edubio.info/2013/11/ujibiuret.html [diakses tanggal 20 Maret
2015].
Panji. 2013. Uji Millon. Tersedia
online di
http://www.edubio.info/2013/12/ujimillon.html [diakses tanggal 20
Maret 2015].
Poedjiadi, A dan Titin S. 2006.
Dasar Dasar Biokimia. Jakarta : UI
Press

Purwaningsih, E. 2007. Cara


Pembuatan Tahu dan Manfaat
Kedelai. Ganeca Exact : Jakarta.
Winarno. 2004. Memanfaatkan
Tanaman Sayur untuk Mengatasi
Aneka Penyakit. Jakarta: AgroMedia
Pustaka.
Winarno, F. G. 2006. Kimia Pangan
dan Gizi. PT Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan
dan Gizi. Bogor: MBrio Press.

Anda mungkin juga menyukai