Askep CA Serviks
Askep CA Serviks
Askep CA Serviks
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum kanker serviks diartikan sebagai suatu kondisi patologis,
dimana terjadi pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol pada leher rahim
yang dapat menyebabkan gangguan terhadap bentuk maupun fungsi dari
jaringan leher rahim yang normal. Pada kasus keganasan secara obyektif
masih belum bisa diketahui secara pasti akibat belum akuratnya data-data
penunjang untuk dapat ditegakkanya suatu diagnose kanker serviks. Adanya
tanda-tanda keganasan yang diketahui dari hasil Pap smear bukan merupakan
tanda pasti dari kanker serviks sehingga penegakan diagnose harus ditunjang
dengan hasil biopsi. Kondisi ini dipersulit oleh karena derajat kanker klien
masih tahap dini sehingga secara makroskopis penegakan diagnosenya masih
belum akurat.
Jika dilihat dari etiologi terjadinya kanker leher rahim, pada kasus ini
tidak ditemukan kecurigaan keterlibatan salah satu faktor secara dominan,
seperti perilaku seksual klien maupun pasangan, faktor karsinogenik dari
lingkungan maupun penyakit yang bisa menjadi predisposisi timbulnya
kanker serviks. Penelusuran terhadap keturunan sebagai upaya penemuan
faktor genetika, juga tidak mampu dijadikan pedoman faktor yang terlibat
dalam terjadinya kanker pada klien.
Kebiasaan penggunaan pembersih vagina (Lab. Ilmu Penyakit
Kandungan RSUD Dr. Soetomo, 1994), dapat menjadi predisposisi timbulnya
vaginitis maupun infeksi jamur lainnya. Dengan demikian dapat diasumsikan
bahwa bisa saja kontak dengan pembersih vagina ini menjadi faktor pencetus
gangguan keseimbangan asam basa dalam vagina yang dapat mempermudah
timbulnya infeksi 1ntravgina baik oleh bakteri maupun virus yang pada
akhirnya dapat menyebabkan iritasi dan tanda-tanda keganasan.
kanker serviks masih merupakan momok bagi semua wanita dan
merupakan masalah besar dalam upaya pengembangan kesehatan di
Indonesia
sehingga
penatalaksanaannya
memerlukan
partisipasi
dan
2.
b.
c.
d.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode studi kasus
dengan pengumpulan data secara observasi langsung dan wawancara.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Kanker servik atau kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh
didalam leher rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel
pada puncak vagina) sebagai akibat dari adanya pertumbuhan yang tidak
terkontrol (Winkjosastro, 1999).
Kanker serviks adalah penyakit akibat dari tumor ganas pada daerah
mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak
terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990)
a. Etiologi
Menurut (Winkjosastro, 1999) Penyebab terjadinya kelainan pada sel-el
serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko
yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker servik yaitu:
1. HPV (Human Papiloma virus) adalah virus penyebab kutil genetalis
(Kondiloma akuminota) yang ditularkan melalui hubungan seksual, varian
yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16,18,45 dan 56.
2. Merokok; tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
4. Berganti-ganti pasangan seksual.
5. Jumlah kehamilan dan partus; kanker serviks terbanyak dijumpai pada
wanita yang sering partus semakin besar kemungkinan mendapat
karsinoma serviks
6. AKDR (Alat kontrasepsi dalam rahim); Pemakaian AKDR akan
berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari erosi serviks yang
kemudian menjadi ineksi yang berupa radang yang terus menerus.
7. Infeksi herpes genetalis atau infeksi klamida menahun.
8. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mapu melaksanakan pupsmear
b. Patofisiologi
Pada awal perkembangannya kanker serviks tidak memberi tanda-tanda
dan keluhan, pada pemeriksaan dengan spekulan, tampak sebagai porsio yang
erosif (Metaplasia Squamora) yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat
tumbuh:
1. Eksofilik, mulai dari squamo columnar (SCJ) ke arah lumen vagina sebagai
masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis
2. Endofilik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma servik dan cenderung
untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus
3. Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks
dengan melibatkan awal fornless vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Servik yang normal secara alami mengalami proses metaplasia (erosio)
akibat saling desak mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi, dengan
masuknya mutagen yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik
berubah menjadi patologik (diplastik diskoriotik) melalui tingkatan NIS I, II,
III dan KIS yang akhirnya menjadi karsinoma invasive dan proses keganasan
akan berjalan terus. Umumnya fase prainvasif berkisar antara 3-20 tahun (ratarata 5-10 tahun). Histopatologik sebagian besar (95-97%) berupa epidermoid
atau squamor cell carsinoma, sisanya adenokarsinoma, clearcell carsinoma /
mesonephroid carsinoma dan yang paling jarang adalah sarkoma.
Penyebaran pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah
bening menuju 3 arah : ke arah fornless dan dinding vagina, ke arah corpus
uterus dan ke arah parametrium. Pada tingkat lanjut dapat menginfiltrasi septum
rektovaginal dan kendung kemih.
B. Klasifikasi Karsinoma Serviks Berdasarkan Tingkat Keganasan
Tingkat keganasan klinik menurut FIGO, 1978 dikutip oleh Wiknjosastro, 1999
O
masih utuh
I
Ia
Ib.occ (Ib occult = tersembunyi) : secara klinis tumor belum tampak sebagai
karsinoma tetapi pada pemeriksaan histopatalogik ternyata sel tumor
telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia
Ib
II
: proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian
atas vagina dan ke parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
IIa
IIb
III
IVa : proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi
mukosa rectum dan atau kandung kemih
IVb : telah terjadi penyebaran jauh
T1a
T2a
T4
T4a
N0
N1
N2
: teron massa padat dan melekat pada dinding panggul dengan celah
bebas infiltra dan diantara masa ini dengan tumor.
M0
M1
C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dari karsinoma servik meliputi:
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
2. perdarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II dan III).
3. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%).
4. Pedarahan spontan saat defekasi.
5. perdarahan spontan pervaginam.
6. Anemi akibat perdarahan berulang
7. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor keserabut saraf.
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi / pap smear
Keuntungan : murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan : tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak
mengikbat yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat
tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Fotoskopi
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah
untuk melakukan biopsi.
Kelemahan : hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelainan pada squamea columner juction dan intraservikal tidak
terlihat.
4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan (pop smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
5. Biopsi
Dengan biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan
epitel gepeng serta kelenjarnya. Dilakukan bila hasil sitologi dan pada servik
tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
E. Penatalaksanaan
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosa telah dipastikan
secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim
kanker / tim onkologi.
1.
2.
3.
Pada tingkat klinik Ib, Ib OCC dan IIa dilakukan histerektomi medical
dengan limfatenektomi panggul, pasca bedah biasanya dilanjutkan dengan
penyinaran, tergantung ada / tidaknya sel tumor dalam kelenjar limfe
regional yang diangkat.
4.
Pada tingkat IIb, III dan IV tidak dibenarkan melakukan tindakan bedah,
tindakan primer adalah radioterapi.
5.
Pada tingkat klinik IVa dan IVb penyinaran hanya bersifat paliatif,
pemberian kematherapi dapat dipertimbangkan.
F.
Pengkajian Fokus
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1.
2.
3.
4.
5.
Riwayat keluarga
6.
Pemeriksaan fisik
7.
Pemeriksaan penunjang
a. Kemoterapi (smostatika) pada karsinoma serviks
Peranan kemoterapi pada karsinoma serviks masih dalam tahap
penelitian, kebanyakan terapi sitostika hanya bersifat adjuvant
(tambahan). Pengobatan standar operasi dan radiasi. Pegmen yang
sering digunakan adalah :
-
b.
Pathways
Faktor etiologi karsinoma cervik
A. dini, paritas tinggi, hygiene seksual jelek, infeksi virus HPV dll)
(coitus
Kurang pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Ca. Serviks
Keputihan
bau busuk
Gangguan
body image
Cemas
Perdarahan spontanNyeri
Gangguan pola seksual
Berulang
Anemia
O2 ke jaringan
Resiko defisit volume cairan
Resiko
infeksi
Gastro intestinal
Stomatitis
Mual-muntah
Anoreksia
Resiko
kurang
c.
Sumsum tulang
Sistem integritas
Kriteria hasil :
a. Perdarahan intra servikal berkurang
b. Konjungtiva tidak anemis
c. Mukosa bibir lembab dan kemurahan
d. Ektremitas hangat
e. Tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
2.
Kolaborasi
-
Pemeriksaan laboratorium : Hb
Kriteria hasil :
Turgor baik
TTV stabil
Intervensi
3.
Kriteria hasil :
Intervensi
4.
Pantau TTV
Tujuan
Kriteria hasil :
Intervensi
Kolaborasi :
- Pemberian obat sesuai indikasi
- Pemeriksaan laboratorium : Hb
5.
Kriteria hasil :
Intervensi
6.
Kriteria hasil :
Ansietas berkurang
Intervensi
7.
Kriteria hasil :
Intervensi :
8.
Kriteria hasil :
Intervensi :
9.
Kriteria hasil :
Intervensi :
10. Perubahan pola seksual berhubungan dengan bau tidak enak pada
vagina.
Tujuan
Kriteria hasil :
Intervensi :
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad.1993. Ginekologi. Elstar. Bandung
Carpenito,Lynda Juall, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.EGC.
Jakarta
Friedman,Borten,Chapin. 1998. Seri Skema Diagnosa & Penatalaksanaan
Ginekologi. Edisi 2. Bina Rupa Aksara. Jakarta
Galle,Danielle. Charette,Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.
EGC. Jakarta.
Hartono,Poedjo. 2000. Kanker Serviks, Leher Rahim & Masalah Skrining Di
Indonesia. Kursus Pra Kongres KOGI XI Denpasar.Mombar Vol. 5
No.2 Me] 2001
............... 2001. Diktat Kuliah Ilmu Keperawatan Maternitas TA: 2000/2001
PSIK.FK. Unair,Surabaya.
Saifudin,Abdul Bari dkk, 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo & JNKKR -POGI, Jakarta.