Obat Ujian Gadar
Obat Ujian Gadar
Obat Ujian Gadar
Komposisi:
Amikacin
Bentuk Sediaan:
Vial 2 mL 250 mg dan 500 mg
Farmakologi:
Antibiotik golongan aminoglikosida yang bekerja dengan cara menghambat sintesis protein di
ribosom bakteri. Eliminasi: 84% melalui ginjal. Waktu paruh eliminasi 2 jam.
Indikasi:
Septikemia, infeksi saluran napas, infeksi tulang dan sendi, infeksi susunan saraf pusat, infeksi
intraabdomen, infeksi luka bakar, infeksi pascabedah, infeksi saluran kemih.
Dosis:
15 mg / kgBB / hari, terbagi dalam 2 - 3 dosis. Diberikan secara intravena.
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas, pasien dengan riwayat efek samping serius akibat penggunaan amikacin.
Peringatan dan Perhatian:
- Bersifat ototoksik, neurotoksik dan nefrotoksik.
- Dapat mengakibatkan paralisis neuromuskuler.
- Kategori kehamilan D.
- Dapat terjadi alergi silang dengan sesama antibiotik aminoglikosida.
Efek Samping:
Ototoksik, neurotoksik, nefrotoksik, hipersentitivitas, mual, muntah, sakit kepala, paralisis.
Brainact
0 mg.
Kaplet salut selaput 800mg dan 1200mg.
Sirup 5 ml = 500 mg.
Vial 1 ml=200 mg.
Farmakologi:
Suatu agen nootropik yang mempunyai efek vasodilatasi dengan cara memodulasi
neurotransmisi serebral.
Indikasi:
- Kapsul 400 mg, Kaplet salut selaput 800 mg dan 1200 mg: gejala-gejala involusi yang
berhubungan dengan usia lanjut, kemunduran daya pikir, astenia, gangguan adaptasi, reaksi
psikomotorik yang terganggu.
- Alkoholisme kronik dan adiksi. Pre-delirium, delirium tremens, gangguan fungsi dan
kemunduran inteligensia yang diakibatkan oleh alkoholisme kronik (gangguan ingatan,
konsentrasi pikiran, perhatian dan inteligensia). Pengobatan detoksikasi (untuk gangguan karena
penghentian obat yang secara mendadak, gangguan selera makan dan defisiensi).
- Gejala pasca-trauma. Disfungsi serebral sehubungan dengan akibat pasca-trauma (sakit kepala,
vertigo, agitasi, gangguan ingatan dan astenia).
- Sirup: Pengobatan gangguan tingkah laku pada anak-anak, misalnya pada anak-anak yang
hiperkinetik, enuresis dan lain-lain.
- Pada kondisi yang berat, pengobatan infark serebral dapat diberikan dalam bentuk injeksi IV
atau IM
Dosis:
* Kapsul 400 mg, Kaplet salut selaput 800 mg dan 1200 mg:
- Gejala psiko-organik sehubungan usia lanjut: dosis awal sebesar 2,4 g sehari (6 kapsul atau
3 kaplet 800 mg) dalam dosis terbagi 2 atau 3 kali selama 6 minggu, dilanjutkan dengan 1,2 g
sehari (dosis pemeliharaan).
- Gejala pasca-trauma: dosis awal 800 mg tiga kali sehari; bila sudah diperoleh efek yang
diinginkan, kurangi dosis secara bertahap sampai 400 mg tiga kali sehari.
* Sirup :
Untuk anak-anak adalah 30-50 mg/kg berat badan/hari atau sebagai berikut :
- Umur 2-5 tahun : 1/4 - 1/2 sendok takar (5 mL), 3 kali sehari.
- Umur 6-12 tahun : 1/2-1 sendok takar (5 mL), 3 kali sehari.
- Anak berumur di atas 12 tahun dapat diberikan dosis orang dewasa.
Untuk kasus yang lebih berat, dosis dapat ditingkatkan kecuali bila ada petunjuk lain dari dokter.
* Injeksi IV atau IM
- Dosis lazim : 3 x 1 gram per hari.
- Kasus akut : dosis per hari 3 - 9 g, 3-4 kali per hari
- Kasus gawat : infus terus-menerus dengan dosis sampai 12 gram per hari.
- Tidak dianjurkan pada anak-anak
- Lamanya pengobatan: Pada beberapa kasus akut efek NEUROTAM segera tampak, sedangkan
pada kasus lainnya perbaikan biasanya terjadi pada minggu ketiga. Untuk meningkatkan
perbaikan ini maka sebaiknya pengobatan dilanjutkan.
Kontraindikasi:
Pada penderita dengan kerusakan ginjal yang berat (bersihan kreatinin di bawah 20 mL/ menit).
Hipersensitivitas.
Xerxes
DESKRIPSI
Imipenem 500 mg, cilastatin 500 mg.
INDIKASI
Pengobatan infeksi intra abdominal, saluran napas bawah, ginekologi, ISK, tulang & sendi, kulit
& jaringan lunak, infeksi campuran. Septikemia, endokarditis.
KEMASAN
Xerxes inj 1 g x 1's
DOSIS
Dewasa : 1-2 g/hari dalam 3-4 dosis terbagi. Dosis dapat ditingkatkan s/d 4 g/hari atau 50
mg/kg/hari.
Anak >3 bln : 15 mg/kg berat badan tiap 6 jam.
Kalmetason
Komposisi:
Tiap tablet mengandung Dexamethasone 0,5 mg dan tiap mL injeksi mengandung
Dexamethasone sodium phosphate ekuivalen dengan Dexamethasone phosphate 4 mg dan 5 mg
Bentuk Sediaan:
Tablet dan ampul
Farmakologi:
Dexamethasone adalah glukokortikoid mempunyai efek sedikit menahan sodium. Absorbsi
peroral 80-90%. Waktu paruh plasma: 3-4 jam. Waktu paruh biologis: 36-54 jam. Waktu
mencapai kadar puncak: 1-2 jam. Metabolisme terutama di hati. Ekskresi melalui urine.
Indikasi:
Pengobatan radang dan alergi dan penyakit responsif glukokortikoid lain.
Dosis:
Diberikan secara individual dengan dosis inisial 0,75 sampai 9 mg perhari.
Kontraindikasi:
Ocular herpes simplex, infeksi jamur
Peringatan dan Perhatian:
- Pada pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan gejala putus obat meliputi demam,
mialgia, artralgia, dan malaise.
- Hati-hati penggunaan dengan aspirin
Efek Samping:
Retensi garam dan air, kelemahan otot, ulkus peptikum.
Primperan
Indikasi:
Dosis:
Pemberian Obat:
Kontra Indikasi:
Perhatian:
Efek Samping:
Interaksi Obat:
vipAlbumin
INDIKASI
EFEK SAMPING
Terjadinya efek samping sangat jarang, yang relatif sering dilaporkan hanya konstipasi dan mulut
terasa kering.
Keluhan lainnya adalah diare, mual, muntah, tidak nyaman di perut, kembung, pruritus, ruam
kulit, mengantuk, pening, nyeri pada bagian belakang, dan sakit kepala.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
1. Sucralfate harus diberikan secara hati-hati pada pasien gagal ginjal kronis dan
pasiendialisis.
2. Penggunaan obat ini selama kehamilan hanya jika benar-benar diperlukan.
3. Sucralfate harus diberikan secara hati-hati pada wanita hamil dan menyusui. Jika
diperlukan, antasida dapat diberikan dalam jangka waktu jam sebelum atau sesudah
pemberian Sucralfate.
4. Keamanan dan efektivitas pada anak-anak belum dapat ditetapkan.
INTERAKSI OBAT
Pemberian Sucralfate dapat mengurangi absorbsi atau bioavailabilitas obat-obatan: cimetidine,
ciprofloxacin, digoxin, ketoconazole, norfloxacin, phenytoin, ranitidine, tetracycline, dan
theophylline, sehingga obat-obatan tersebut harus diberikan dalam waktu 2 jam sebelum
pemberian Sucralfate.
Hepamax
Komposisi:
Lecithin 150 mg, Silymarin 100 mg, Schizandra extract setara herba 375 mg, Vitamin E 5 IU.
Bentuk Sediaan:
Kapsul lunak.
Farmakologi:
Mencegah dan memperbaiki kerusakan sel hati, antioksidan, hepatoprotektor.
Indikasi:
Memelihara kesehatan fungsi hati.
Dosis:
3 - 4 x 1 kapsul lunak/hari.
Kontraindikasi:
- Ibu hamil dan menyusui.
- Pasien epilepsi.
- Pasien dengan hipertensi menahun.
- Pasien dengan tekanan intrakranial yang tinggi.
Glucobay
Indikasi:
Terapi tambahan bersama dengan diet pada penderita diabetes melitus.
Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap acarbose dan/atau zat tidak aktif, pasien berumur di bawah 18 tahun,
gangguan intestinal kronis yang secara nyata berkaitan dengan absorpsi dan pencernaan,
kehamilan dan laktasi, gangguan fungsi ginjal berat (bersihan kreatinin < 25 ml/min), penyakit
infeksi saluran pencernaan seperti kolitis dan penyakit Chron.
Komposisi:
1 tablet Glucobay 50 mg mengandung 50 mg acarbose.
1 tablet Glucobay 100 mg mengandung 100 mg acarbose.
Dosis:
Tergantung respon pasien, biasanya diawali dengan 50 mg kemudian ditingkatkan hingga 100
mg sampai dengan 200 mg, 3 x sehari. Interval peningkatan dosis 4-8 minggu. Dosis rata-rata
adalah 300 mg/hari (3X2 tablet Glucobay 50 mg , atau 3x1 tablet Glucobay 100 mg) Tablet
ditelan bersama suapan makanan pertama.
Peringatan dan Perhatian:
Kenaikan abnormal kadar enzim hati dapat terjadi pada beberapa kasus. Oleh karena itu,
pemeriksaan kadar enzim hati harus dilakukan selama 6-12 bulan pertama pengobatan.
Perubahan ini bersifat revesibel setelah penghentian terapi Glucobay.
Interaksi Obat:
Sukrose (gula tebu) dan makanan yang mengandung sukrosa sering menyebabkan gangguan
abdomen, bahkan diare selama pengobatan dengan Glucobay akibat meningkatnya fermentasi
karbohidrat dalam kolon. Dosis terapi antidiabetes yang lain perlu dikurangi bila ditambahkan
Glucobay. Karena dapat mempengaruhi kerja dari Glucobay, pemberian bersamaan dengan
kolestiramin, adsorben usus, dan enzim pencernaan harus hindari.
Efek yang Tidak Diinginkan:
Efek samping tergantung dosis, dapat dikurangi dengan mematuhi diet diabetes dan menghindari
makanan yang mengandung sukrosa. Paling sering flatulensi, diare dan nyeri abdomen, jarang
terjadi mual.
Allopurinol
Indikasi:
Gout dan hiperurisemia
Kontra Indikasi:
Alergi terhadap Alopurinol. Penderita dengan penyakit hati dan "bone marrow suppression".
Komposisi:
Tiap tablet mengandung Alopurinol 100 mg
Cara Kerja Obat:
Alopurinol adalah obat penyakit priai (gout) yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam
darah. Alopurinol bekerja dengan menghambat xantin oksidase yaitu enzim yang dapat
mengubah hipoxantin menjadi xantin, selanjutnya mengubah xantin menjadi asam urat. Dalam
tubuh Alopurinol mengalami metabolisme menjadi oksipurinol (alozantin) yang juga bekerja
sebagai penghambat enzim xantin oksidase. Mekanisme kerja senyawa ini berdasarkan
katabolisme purin dan mengurangi prosuksi asam urat, tanpa mengganggu biosintesa purin.
Dewasa:
Dosis awal 100 mg sehari dan ditingkatkan setiap minggu sebesar 100 mg sampai dicapai dosis
optimal.
Dosis maksimal yang dianjurkan 800 mg sehari.
Pasien dengan gangguan ginjal 100 - 200 mg sehari.
Anak 6 - 10 tahun:
Bila disertai penyakit kanker, dosis maksimal 300 mg sehari.
Anak di bawah 6 tahun:
Dosis maksimal 150 mg sehari.
Dosis tergantung individu, sebaiknya diminum sesudah makan. Pemeriksaan kadar asam urat
serum dan fungsi ginjal membantu penetapan dosis efektif minimum, untuk memelihara kadar
asam urat serum <= 7 mg/dl pada pria dan <= 6 mg/dl pada wanita.
Peringatan dan Perhatian:
Hati-hati pemberian pada penderita yang hipersensitif dan wanita hamil.
Hindari penggunaan oada penderita dengan gagal ginjal atau penderita dengan hiperurisemia
asimptometik.
Hentikan pengobatan dengan Alopurinol bila timbul kemerahan kulit atau demam.
Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan katarak.
Selama pengobatan dianjurkan melakukan pemeriksaan mata secara berkala, hentikan
pengobatan jika terjadi kerusakan lensa mata.
Penggunaan pada wanita hamil, hanya bila ada pertimbangan manfaat dibandingkan risikonya.
Alopurinol dapat meningkatkan frekuensi serangan artritis gout akut sehingga sebaiknya obat
antiinflamasi atau kolkisin diberikan bersama pada awal terapi.
Hati-hati bila diberikan bersama dengan vidarabin.
Efek Samping:
Reaksi hipersensitifitas: ruam mokulopapular didahului pruritus, urtikaria, eksfoliatif dan lesi
pupura, dermatitis, nefritis, faskulitis dan sindrome poliartrtis. Demam, eosinofilia, kegagalan
hati dan ginjal, mual, muntah, diare, rasa mengantuk, sakit kepala dan rasa logam.
Interaksi Obat:
Pemberian Alopurinol dengan azatioprin, merkaptopurin atau siklofosfamid, dapat meningkatkan
efek toksik dari obat tersebut.
Jangan diberikan bersama-sama dengan garam besi dan obat diuretik golongan tiazida.
Dengan warfarin dapat menghambat metabolisme obat di hati.
Clupidogrel
Komposisi:
Clopidogrel
Bentuk Sediaan:
Tablet salut selaput 75 mg
Farmakologi:
Selektif menghambat ikatan Adenosine Di-Phosphate (ADP) pada reseptor ADP di platelet
sehingga menghambat aktivasi kompleks glikoprotein GPIIb/IIIa yang dimediasi oleh ADP dan
menyebabkan penghambatan terhadap agregasi platelet. Absorpsi cepat pada pemberian per oral
dan penyerapannya tidak dipengaruhi oleh makanan.
Indikasi:
Untuk menurunkan aterotrombosis yang menyertai :
Serangan infark miokard, serangan stroke atau penyakit pembuluh darah perifer.
Non-ST segment elevation acute coronary syndrome dengan pemakaian bersama asetosal.
Dosis:
- Serangan infark miokard, serangan stroke atau penyakit pembuluh darah perifer: Dewasa dan
usia lanjut : dosis yang direkomendasikan adalah 75 mg satu kali sehari.
- Pasien dengan non-ST segment elevation acute coronary syndrome : Angina tidak stabil atau
infark miokard non-Q-wave, dosis awal : 300 mg sekali pemberian dan dilanjutkan dengan 75
mg satu kali sehari dengan asetosal (75 mg 325 mg satu kali sehari).
- Dosis asetosal yang lebih tinggi berkaitan dengan meningkatnya resiko terjadinya perdarahan,
maka direkomendasikan dosis Asetosal sebaiknya tidak melebihi 100 mg.
Kontraindikasi:
Pasien yang hipersensitif terhadap komponen yang terkandung di dalam CPG. Pasien yang
mengalami perdarahan patologis seperti ulkus peptikum atau perdarahan intrakranial.
Peringatan dan Perhatian:
Penggunaan CPG jarang menyebabkan timbulnya Thrombotic Thrombocytopenic
Purpura (TTP), yang terjadi pada awal pemakaian.
CPG dapat memperpanjang waktu perdarahan sehingga penggunaannya harus hati-hati. Pasien
dengan gangguan gastrointestinal harus hati-hati penggunaannya karena dapat menyebabkan
perdarahan.
Penggunaan CPG pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat dengan diatesis perdarahan
penggunaannya harus hati-hati begitu pula dengan pasien dengan gangguan fungsi ginjal berat
karena pengalaman penggunaan CPG masih terbatas pada pasien tersebut.
Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui:
Pemberian CPG pada ibu hamil masuk dalam kategori B, penelitian masih baru dilakukan pada
binatang percobaan, jadi belum ada bukti kuat dan terkontrol dengan baik pada kelompok ini.
Karena CPG dapat diekskresikan melalui air susu, pemberian pada ibu menyusui tidak
dianjurkan. Efektivitas dan keamanan CPG pada anak-anak belum diketahui.
Efek Samping:
Secara umum dapat terjadi konstipasi, diare, ulkus peptikum, ulkus gaster dan duodenum,
muntah, perdarahan gastritis.
Gliquidone
Indikasi:
Untuk pengobatan diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin (NIDDM) atau diabetes
mellitus tipe 2 dan tidak terkontrol dengan diet.
Kontra Indikasi:
1. Diabetes tergantung insulin (diabetes mellitus tipe 1). Koma, prekoma diabetes dan
ketidakseimbangan metabolik yang ekstrim dengan tendensi ke keadaan asidosis.
2. Jangan digunakan pada pasien diabetes yang terkomplikasi dengan asidosis atau ketosis,
maupun pada kondisi stress of surgery atau infeksi akut.
3. Gliquidone tidak boleh digunakan pada masa kehamilan atau masa menyusui, pada
pasien dengan gagal fungsi hati atau ginjal yang berat dan porfiria.
Farmakologi:
Gliquidone merupakan obat antidiabetik oral dari golongan sulfonilurea. Sama seperti
sulfonilurea lainnya, gliquidone terutama bekerja dengan cara menstimulasi sel-? pada islet
Langerhans pankreas untuk melepaskan insulin endogen. Gliquidone merupakan obat
antidiabetik oral yang efektif.
Seperti sulfonilurea lainnya, gliquidone bekerja dengan cara menstimulasi influks kalsium ke
dalam sel-? pankreas dan dengan cepat merangsang pelepasan insulin. Gliquidone juga memiliki
efek ekstra pankreas. Obat ini menyebabkan jaringan-jaringan perifer menjadi lebih sensitif
terhadap insulin, kemungkinan dengan adanya penambahan jumlah reseptor insulin, dan hasilnya
adalah penurunan sintesis insulin secara keseluruhan.
Gliquidone, seperti halnya sulfonilurea lainnya, membutuhkan keberadaan sel-sel ? pankreas
yang masih berfungsi untuk efek hipoglikemiknya.
Gliquidone dapat menyebabkan hipoglikemia terutama bila diberikan secara berlebihan, hal ini
dapat disebabkan oleh lebih cepatnya insulin yang dilepaskan dari pankreas dibandingkan
dengan glibenklamid. Gliquidone, seperti halnya sulfonilurea lainnya, memiliki efek inotropik
positif, namun tidak ada bukti pada penggunaan secara klinis.
Farmakokinetik:
Gliquidone diabsorpsi dari usus (95%), dan mencapai kadar maksimum dalam plasma setelah 23 jam. Pemberian gliquidone tunggal 30 mg secara oral memberikan kadar maksimum plasma
rata-rata 500-700 g/l 2-3 jam setelah pemberian. Dalam 1,5 jam, konsentrasi ini akan turun
separuhnya. Perbandingan antara relawan sehat dan penderita diabetes tanpa gangguan ginjal
memperlihatkan tidak ada perubahan kadar gliquidone dalam plasma dan darah dibandingkan
dengan penderita nondiabetes dan diabetes yang disertai dengan gangguan ginjal.
Gliquidone dimetabolisme secara ekstensif, hasil metabolisme utama adalah Odesmethylgliquidone. Deaktivasi metabolit utama dapat dicapai dengan demetilasi di hati.
95% gliquidone diekskresikan sebagian besar sebagai metabolit pada feses lewat empedu, obat
ini dapat digunakan pada pasien dengan kerusakan fungsi ginjal karena obat tampaknya tidak
diakumulasi.
Hanya sejumlah kecil dari metabolit yang diekskresi melalui ginjal. Rata-rata hanya 5% dari
dosis yang diberikan, dan itu dalam bentuk hasil metabolisme, ditemukan di urin, tanpa
menghiraukan cara pemberian dan jumlah yang diberikan.
Overdosis:
Pada pasien yang sadar, hipoglikemia dapat diatasi dengan pemberian glukosa secara oral,
sedangkan pada pasien koma, harus diberikan glukosa secara parenteral melalui infus intravena.
Pasien harus tetap diawasi terhadap gejala-gejala hipoglikemia lebih lanjut.
Perlu dipertimbangkan untuk mengeluarkan tablet yang tertelan dengan bilas lambung.
Dosis dan Cara Pemberian:
Gliquidone harus diberikan jam sebelum makan.
Dewasa:
Dosis dan frekuensi pemberian harus disesuaikan, bersama pengaturan diet, untuk menentukan
kontrol diabetes terbaik yang mungkin diperoleh selama sehari penuh.
Dosis awal:
15 mg sehari sebelum makan pagi. Jika respon yang diharapkan belum memuaskan, maka dosis
dapat dinaikkan perlahan-lahan dengan setiap kenaikan sebesar 15 mg sampai 45-60 mg sehari
yang dapat dibagi 2-3 kali pemberian, dimana dosis yang terbesar dberikan sebelum makan pagi.
Maksimal: Dosis tunggal 60 mg
Dosis sehari 120 mg
Sebaiknya selama fase penstabilan sering dilakukan kadar glukosa darah dan glukosa urin,
sehingga bila perlu, dapat dilakukan penyesuaian dosis.
Anak-anak:
Dosis anjuran untuk dewasa tidak sesuai untuk anak-anak.
Penggantian OAD lain dengan gliquidone:
Efek 1 tablet gliquidone (30 mg) hampir setara dengan 1000 mg tolbutamid, 5 mg glibenklamid,
250 g klorpropamid atau 500 mg asetoheksamid.
Dosis awal gliquidone ditetapkan berdasarkan rasio dosis ini untuk setiap kasus individual.
Bagaimanapun, waktu paruh dan lama kerja dari masing-masing obat harus diperhitungkan.
Biasanya perlu memberikan gliquidone lebih sering daripada sulfonilurea long-acting. Jika dosis
harus diubah, harus dilakukan secara bertahap (setiap 15 mg atau tablet gliquidone).
Jika sebelumnya pasien pernah diberikan insulin lebih dari 30 IU, penggantian OAD dapat
dicoba dengan dosis awal gliquidone 30 mg disertai dengan pengurangan dosis insulin secara
bertahap, asalkan cukup banyak sel ? pankreas yang masih berfungsi.
Terapi kombinasi:
Jika terapi antidiabetes dengan gliquidone saja tidak mampu menstabilkan kadar glukosa dalam
darah, penambahan biguanid (metformin) dapat dipertimbangkan asalkan indikasinya sesuai.
Efek Samping:
Efek samping jika terjadi overdosis akut:
Hipoglikemia dengan gejala kelaparan, berkeringant, gemetar, bingung dan mengantuk, dan jika
Fluimucil
Komposisi:
N-acetylcysteine
Indikasi:
Dosis:
Pemberian Obat:
Perhatian:
Asma
Efek Samping:
KSR
Komp : KCl.
Ind : Pencegahan & pengobatan hipokalemia.
Dosis : 1-2 tab 2-3 x/hr.
Persediaan : 100 tab
Sanprima
KONTRAINDIKASI
Sanprima tidak boleh diberikan kepada:
Penderita dengan gangguan fungsi hati yang parah, insufisiensi ginjal, wanita hamil, wanita
menyusui, bayi prematur atau bayi berusia dibawah 2 bulan.
Penderita anemia megaloblastik yang terjadi karena kekurangan folat.
Penderita porfiria.