Epidemiologi Tes Ifat Dan Elisa Pada Malaria

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

REVIEW :

Epidemiologi Tes IFAT dan ELISA pada Malaria


Ayu Putri Dewi Natalia1, I Wayan Putu Sutirta Yasa2
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Jalan PB Sudirman Denpasar,

1
2

Laboratorium Patologi Klinik RS Sanglah / Fakultas Kedokteran Universitas Udayana


E-mail : [email protected]

ABSTRACT
Malaria is an infectious disease which still spreading in many countries of the
world. Indonesia is also not free from malaria infection, especially in the eastern regions
such as Irian Jaya. As a country with many famous tourist attractions, the tourists who
visited Indonesia should be given an efforts to prevent malaria. Specific vaccination should
be based on the species of Plasmodium in that area. To find out the epidemiological spread
of malaria species, we can use serology method Immuno-Fluorescence Antibody Test
(IFAT) and Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Both of this is most frequently
used to test sero-epidemiology of malaria with a high sensitivity and specificity. Principle
IFAT test is to detect specific antibodies against asexual stage malaria parasites in the blood
of the malaria. ELISA using four recombinant antigens in a sandwich test for detect IgG,
IgA and IgM specific to P. falciparum, P. vivax, P. ovale and P.malariae.
Keywords: Malaria, epidemiological, serological test, IFAT, ELISA
ABSTRAK
Malaria merupakan penyakit infeksi yang sampai saat ini masih menyebar di
berbagai negara dunia. Indonesia juga tidak lepas dari infeksi malaria, terutama di daerah
timur seperti Irian Jaya. Sebagai negara dengan objek pariwisata yang banyak dan terkenal,
para wisatawan yang berkunjung ke Indonesia harus diberikan upaya pencegahan malaria.
Pemberian vaksinasi spesifik harus didasarkan pada spesies plasmodium yang terdapat di
daerah tersebut.

Untuk mengetahui epidemiologi penyebaran spesies malaria dapat

menggunakan tes serologi dengan metode Immuno-Fluorescence Antibody Test (IFAT) dan
Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Kedua pemeriksaan ini adalah pemeriksaan
yang paling sering digunakan untuk tes sero-epidemiologi malaria dengan sensitifitas dan
spesifisitas yang cukup tinggi. Prinsip tes IFAT adalah mendeteksi antibodi spesifik
1

terhadap parasit malaria tahap aseksual di dalam darah Pemeriksaan ELISA pada malaria
menggunakan empat antigen rekombinan dalam tes sandwich. ELISA akan mendeteksi
IgG, IgA dan IgM spesifik untuk P.falciparum, P.vivax, P.ovale dan P.malariae.
Kata kunci : Malaria, epidemiologi, tes serologi, IFAT, ELISA

PENDAHULUAN
Sampai saat ini, malaria masih
menjadi masalah kesehatan utama di
berbagai negara di seluruh dunia. Malaria
merupakan

penyakit

infeksi

yang

sebagai masalah kesehatan masyarakat


yang utama pada 9 negara Asia Tenggara
(Myanmar, kampuchea, Indonesia, Laos,
Malaysia,

Philiphines,

Singapore,

mempunyai dampak yang nyata pada

Thailand dan Vietnam).


Di Indonesia malaria di jumpai

perkembangan sosial dan ekonomi dalam

hampir

masyarakat terutama pada daerah yang

provinsi bagian timur seperti Papua

beriklim tropis.1 Lebih dari 2 miliar orang

Nugini. Dari survei yang dilaksanakan

(40% dari populasi dunia) tinggal di

oleh Badan litbangkes pada tahun 1972,

daerah endemis malaria. Secara global,

60% dari masalah kesehatan yang ada di

dua milyar orang yang tinggal di daerah

Indonesia adalah malaria, dimana angka

endemis berisiko

di

seluruh

pulau,

terutama

terinfeksi

malaria.

kesakitan malaria di Pulau Jawa dan Bali

terjadi

300-500

(laporan tahun 1983) berkisar antara 1-2

juta infeksi malaria dan sekitar 1,1-2,7

per 1000 penduduk, sedangkan di luar

juta kematian

pulau Jawa dan Bali diperkirakan 10 kali

Setiap

tahun

besar bayi

di

dunia,

dan anak-anak

sebagian
muda

di

Afrika.2 Penyakit ini endemik di beberapa


bagian Asia, Afrika, Oseania, Amerika
Selatan dan Amerika Tengah, termasuk di
Di Asia Tenggara sejak berabadmalaria

kesehatan

merupakan
masyarakat.

yang bersifat parasit pada manusia yaitu


P. falciparum, P. vivax, P. malarie dan P.
ovale.

Indonesia yang beriklim tropis.


abad,

lebih besar.
Terdapat empat spesies malaria

masalah
Menurut

Kondrasih 2000, malaria telah dinyatakan

Dua

spesies

yang

pertama

merupakan penyebab 95% kasus malaria


di dunia. Plasmodium vivax adalah agen
penyebab malaria tertiana jinak yang
sering

kambuh

merupakan

agen

pada

manusia

penyebab

dan

malaria
2

terbanyak kedua yang menimpa ratusan

setiap individu dalam waktu satu atau dua

juta orang tiap tahun.1 Angka kejadian

minggu setelah awal infeksi dan bertahan

penyakit malaria yang disebabkan oleh

selama tiga sampai enam bulan setelah

Plasmodium vivax

di seluruh dunia

parasit hilang dalam tubuh. Antibodi ini

diperkirakan mencapai 70-80 juta kasus

dapat bertahan berbulan-bulan sampai

per tahun. Di beberapa negara-negara

bertahun- tahun pada pasien semi-imun

seperti

kasus

yang tinggal di daerah endemik dimana

penyakit pada tahun 2001 dilaporkan 79%

infeksi malaria sering terjadi. Namun

disebabkan oleh P.Vivax. 3


Pemeriksaan laboratorium sangat

pada pasien non-imun yang dirawat

Brazil,

dari

389.736

penting dalam mendiagnosis dan dalam


memilih

pengobatan

spesifik

pada

malaria. Mikroskop cahaya konvensional


adalah alat diagnosis yang paling sering
digunakan dalam mendiagnosis malaria,

karena infeksi tunggal, level antibodi


menurun lebih cepat dan mungkin tidak
terdeteksi dalam tiga sampai enam bulan.
Reinfeksi atau kekambuhan menyebabkan
respon sekunder dengan kenaikan

titer

namun jarang digunakan di luar daerah

antibody yang tinggi dan cepat.5


Pemeriksaan
serologi

endemis malaria. Selain itu. metode ini

diperkenalkan

juga memakan waktu dan memerlukan

tambahan yang informatif dan level

keahlian khusus. 3
Penelitian

populasi untuk antigen malaria spesifik

epidemiologi

mengenai

malaria

telah

serobanyak

dilakukan di negara ASEAN, seperti


Thailand dan Malaysia serta di negara
lain seperti India, Madagaskar, Nigeria
dan Kenya. Dengan mengetahui sero
epidemiologi

malaria,

akan

sangat

membantu dalam menyusun program


4

pemberantasan dan pencegahan malaria.


Setelah terinfeksi dengan salah
satu dari empat spesies Plasmodium,

sebagai

telah

pemeriksaan

dapat digunakan untuk memperkirakan


kekuatan infeksi pada area tersebut.
Teknik ini juga dapat dimanfaatkan untuk
menyimpan

perubahan

intensitas

transmisi dan mengidentifikasi tempat


transmisi malaria.4 Deteksi antibodi jelas
tidak

bisa

pemeriksaan

dijadikan
darah

untuk

pengganti
diagnosis

serangan malaria akut, namun biasanya


digunakan untuk screening darah donor

antibodi spesifik diproduksi di hampir


3

untuk mencegah penyebaran malaria


lewat transfusi darah. 5
Pemeriksaan serologi

cara,

antara lain dengan Immuno-fluorescent


4

Antibody Test (IFAT) atau dengan ELISA.


Antibody

Test

(IFAT) masih dipercaya sebagai gold


standard untuk tes serologi malaria dan
sampai saat ini adalah satu-satunya
metode yang valid untuk mendeteksi
antibodi spesifik plasmodium di bank
darah.

IFAT

adalah

metode

yang

sederhana dan sensitif, tetapi memakan


waktu dan memerlukan teknisi yang
handal, sehingga menjadikan hasil yang
terkesan subjektif. Dibandingkan dengan
IFAT,

pemeriksaan

ELISA

dibagi dua

yaitu diagnosis klinis dan laboratorium.


malaria

dapat dilakukan dengan berbagai

Immuno-Fluorescence

Diagnosis malaria

semakin

dikembangkan dan semakin menyaingi


IFAT sebagai tes rutin antibodi antimalaria. 5

Pada diagnosis klinis yang perlu digali


dari pasien yaitu riwayat berpergian ke
daerah endemis malaria dalam 2 minggu
terakhir,

riwayat

tinggal

di

daerah

endemik malaria, dan riwayat pengobatan


malaria. Diagnosis laboratorium yang
dapat dilakukan pada infeksi malaria
yaitu pewarnaan Giemsa untuk melihat
parasit pada sediaan hapusan darah,
pemeriksaan

Fluoresensi

Buffy

(QBC),

Coat

dan

Quantitative
pewarnaan

Acridin orange untuk melihat eritrosit


yang terinfeksi. Pemeriksaan sederhana
yang

sering

dilakukan

di

puskesmas/lapangan/rumah sakit yaitu


pemeriksaan sediaan darah (SD) lapis
tebal dan tipis untuk menentukan nilai
ambang

parasit

dan

mengetahui

kepadatan parasit pada sediaan darah.6

GAMBARAN UMUM MALARIA


Gambaran
karakteristik
dari

Metode

malaria yaitu adanya demam periodik,

fluorescent Antibody Test (IFAT) dan Tera

anemia,

immuno

ikterus,

hepatomegali

dan

splenomegali. Gejala prodromal seperti


malaise, sakit kepala, sakit perut, nyeri
pada tulang/otot, anoreksi dan diare
ringan juga seringkali muncul. 6,7

diagnostik

yang

lain

yaitu

pemeriksaan serologi seperti Immunoenzimatik/Enzyme-linked

immunosorbent assay (ELISA) . 7


PEMERIKSAAN SEROLOGI
MALARIA
Kehadiran parasit malaria dalam
tubuh pasien memicu produksi antibodi
4

dalam

jumlah

spesifik

mendeteksi antibodi spesifik terhadap

terhadap antigen plasmodium. Antibodi

Plasmodium di banyak unit bank darah.

muncul

Barbara, 1983 di Thailand menyatakan

di

besar
semua

yang
tahap

parasit

schizogonic di darah dan bahkan pada

bahwa

tahap exoerythrocytic schizont, namun tes

dengan cara IFAT memberikan hasil yang

serologi yang tersedia dikhususkan untuk

cukup

mendeteksi antibodi yang terbentuk pada

antibody

tahap

darah.

meningkatkan kekebalan terhadap malaria

Antigen terbaik adalah antigen homolog

meningkat seiring dengan bertambahnya

(P. falciparum, P.vivax, P. ovale, P.

umur. 9

parasit

malariae).

asexual

dalam

Diagnosis

menggunakan kultur in vitro sedangkan


diagnosis serologis spesies lain harus
menggunakan
cynomolgi

antigen

untuk

heterolog

P. Vivax

dan

(P.
P.

brazilianum untuk P. malariae).8


Immunofluorescence
antibody
testing (IFAT) adalah tes serologi malaria
pertama yang telah berhasil memberikan
hasil kuantitatif dari immunoglobulin
spesifik IgG dan IgM. Walaupun IFAT
memakan waktu dan hasilnya masih
dipengaruhi oleh faktor subjektifitas, tes
ini sangat sensitif dan spesifik sehingga
ditetapkan sebagai gold standard tes
serologi malaria. IFAT berguna dalam
survei epidemiologi untuk skrining donor
darah yang potensial. Sampai saat ini,
IFAT adalah metode yang valid untuk

baik,

dimana
malaria

serologi

malaria

terlihat

bahwa

yang

dapat

Enzyme-linked immunosorbent

serologi

P.falciparum cukup praktis karena hanya

pemeriksaan

assay (ELISA) memiliki sensitivitas dan


spesifisitas yang mirip dengan IFAT.
Keuntungan dengan memakai ELISA
adalah lebih sensitif, sehingga dapat
mendeteksi adanya antibodi pada anak
dengan umur yang sangat muda dan di
daerah

yang

tingkat

endemisitasnya

rendah. 11
PRINSIP TES IFAT DAN ELISA
PADA MALARIA
Prinsip
tes

IFAT

adalah

mendeteksi antibodi spesifik terhadap


parasit malaria tahap aseksual di dalam
darah. Antibodi tersebut diproduksi dalam
1-2 minggu setelah infeksi awal dan
bertahan selama 3-6 bulan setelah parasit
menghilang

dari

menggunakan

antigen

darah.
spesifik

IFAT
yang

dilapisi di atas slide dan disimpan pada


suhu

-30 . Slide diperiksa dengan


5

mikroskop fluorescent. Eksitasi biasanya

specimen serum atau plasma. Kemudian

diperoleh dengan menggunakan lampu

masukkan

merkuri tekanan tinggi untuk memberikan

horseradish

gambaran

dengan

warna

UV-blue.12

berturut-turut
peroksidase

dan

enzim,
terakhir

substrat / chromogen. Setiap penambahan

Kuantitas antibody IgG dan IgM dihitung

material

dalam sampel serum pasien. Titer> 1: 20

diakhiri dengan inkubasi dan pencucian.

biasanya dianggap positif, dan <1: 20

Adanya spesimen dari antibodi spesifik

belum dikonfirmasi. Titer> 1: 200 dapat

dapat

diklasifikasikan sebagai infeksi baru.9


Pemeriksaan ELISA pada malaria

campuran substrat / chromogen. Intensitas

menggunakan empat antigen rekombinan


dengan

metode

sandwich

untuk

pada

dilihat

warna

sumur

dari

plastik

selalu

perubahan

dibandingkan

warna

dengan

warna

kontrol untuk menentukan ada atau


tidaknya antibodi tertentu.13

menghasilkan tes yang sangat spesifik


dan sensitif. Antigen akan mendeteksi

EPIDEMIOLOGI

IgG,

IMMUNOFLUORESCENCE

IgA dan

P.falciparum,

IgM

spesifik

P.vivax,

P.ovale

untuk
dan

P.malariae. Hal ini memungkinkan kita


untuk mendeteksi antibodi pada semua
tahap infeksi. Semua reagen kecuali
conjugate dan wash solution sudah bisa
langsung digunakan dan memiliki kode
warna

(colour-coded).

menggunakan
volume

undiluted

standar

agar

Prosedur
sample
dapat

dan
lebih

memudahkan penggunaan manual atau


otomatis. Tes ini dapat digunakan baik
dengan serum atau plasma.13
Sumur plastik dilapisi dengan

ANTIBODY TESTING (IFAT)


Pada tahun 2005 total 21.419
kasus malaria vivax terjadi di Korea
Selatan, dan total 937.634 kasus malaria
dilaporkan di sekitar Peninsula, di tengah
Korea Selatan dan Utara. Prevalensi
tertinggi

malaria

di

Korea

Selatan

terdapat di Paju dan Yeoncheon, di


Provinsi Gyeonggi yang dekat zona
demilitarisasi (DMZ). Atas dasar tersebut
Jung-Yeon Kim dkk., 2005 melakukan
penelitian

dengan

mengevaluasi

tiga

parameter yaitu IFAT , annual antibody

P.

positive

falciparum dan P. vivax . Setelah itu

parasite

tambahkan dengan antibodi spesifik pada

didapatkan yaitu IFAT positive rate

campuran

antigen

rekombinan

index
index

(AAPI)
(API).

dan
Hasil

annual
yang

sebanyak 7.24% (n=114). Dari 5 area

EPIDEMIOLOGI ENZYME-LINKED

studi,

IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA)


Maria
Helena
dkk.,
2003

IFAT

positive

rate

tertinggi

ditemukan di Gimpo (13.68%) dengan


AAPI (4.63). API tertinggi di tahun 2005
di Desa Yeongcheon sedangkan pada
2006 di desa Gimpo (5.00). Namun tidak
ditemukan hubungan antara 3 parameter
tersebut dan hubungan jarak area yang
dekat

DMZ

dengan

meningkatnya

prevalensi malaria di daerah tersebut. 1


Penelitian Won-Ja Lee dkk., 2011
di

Desa

Gimpo

dan

Gyeonggi

menyatakan bahwa di daerah endemis


malaria di Brazil Utara, pemeriksaan
serologi malaria dengan menggunakan
metode

ELISA

dengan

rekombinan

protein

tunggal

berdasarkan

P.vivax

MSP19 dapat digunakan sebagai dasar


perkembangan
untuk
Secara

pemeriksaan

mendeteksi
menyeluruh,

P.vivax

serologi
malaria.2

sensitifitas

dari

menemukan IFAT positif rate 2.16%

ELISA dengan sera untuk individu yang

(n=125)

terinfeksi secara alami adalah 95%. Pada

di

Gimpo

dan

3.28%

di

Yangchon-myeon. Enam belas sampel

penelitian

IFAT positif rate juga positif pada

Vanuatu Selatan tahun 2009, Jackie Cook

pengetesan DNA malaria menggunakan

dkk., mendapatkan hasil 12.6% untuk

PCR. Sampel darah dengan titer antibody

P.vivax dengan antigen MSP-119 dan

1:256 memiliki angka positif yang tinggi

15.0% untuk antigen AMA-1.8 Jackie

untuk analisis PCR (P < 0.05). 9


Pada penelitian Wang Duo-Quan

Cook juga meneliti prevalensi P.vivax

dkk., 2008 di area sekitar sungai Yangtze


China

ditemukan

bahwa

persentase

respon positif selama periode setelah

di

Tanna

dan

Aneityum,

malaria di Cambodia pada tahun 2005


dan mendapatkan hasil yang rendah
(7.9% pada bulan Agustus dan 6.0% pada
bulan September).4

transmisi yaitu 1.40 dan 0.72. Hal ini


menunjukkan bahwa didapatkan indikasi
infeksi malaria yang berbahaya pada
daerah ini, yang dapat menjadi panduan
untuk studi lebih lanjut tentang malaria di
daerah ini. 10

SIMPULAN
Pemeriksaan

serologi

malaria

dengan menggunakan tes IFAT pada


beberapa jurnal mendapatkan hasil positif
rate yang berbeda-beda. IFAT positif rate
di Korea Selatan tinggi (2.16% sampai
7

dengan

13.68%).

Selain

itu

juga

2. Tangpukdee

N,

Duangdee

C,

didapatkan korelasi positif antara IFAT

Wilairatana P, Krudsood S. Malaria

positif dengan pengetesan DNA malaria

diagnosis : A brief review. Korean J

menggunakan PCR.
Pemeriksaan

P.vivax

Parasitol 2009, 2 : 93-102


3. Rodrigues MH, Cunha MG, Machado

malaria dengan tes ELISA adalah dengan

LD, Ferreira JO, Rodrigues MM,

mendeteksi antigen MSP-119 dan AMA-1

Soares IS. Serological detection of

dalam darah. Sensitifitas ELISA dengan

Plasmodium

serum adalah 95%.

recombinant proteins corresponding

serologi

SARAN
Penelitian mengenai tes serologi
malaria masih jarang dilakukan, terutama
di

Asia

Tenggara

dan

Indonesia.

Penelitian mengenai epidemiologi malaria


dengan menggunakan tes serologi IFAT
dan ELISA di daerah Asia Tenggara dan
Indonesia

perlu

dikembangkan

dan

dilakukan secara rutin agar dapat terus


memantau penyebaran spesies malaria
dan pencegahan yang spesifik untuk
masing-masing spesies plasmodium.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lee WJ, Kim HH, Hwang SM, Park
MY, Kim NR, Cho SH, In TS, Kim
JY, Sattabongkot J, Sohn Y, Lee JK,
Lee HW. Detection of an antibody
against Plasmodium vivax in residents
of Gimpo-si, South Korea, using an
indirect fluorescent antibody test.

vivax

malaria

using

to the 19-kDa C-terminal region of


the

merozoite

surface

protein-I.

Malaria journal 2003, 2(39) : 1-7


4. Cook J, Speybroeck N, Sochanta T,
Somony H, Sokny M, Claes F,
Lemmens K, Theisen M, Soares IS,
Alessandro U, Coosemans M, Erhant
A. Sero-epidemiological evaluation of
changes in Plasmodium falciparum
and Plasmodium vivax transmission
pattern over the rainy season in
Cambodia. Malaria Journal 2012,
11(86) :1-12
5. Doderer C, Heschung A, Guntz P,
Cazenave JP, Hansmann Y, Senegas
A,

Pfaff

AW,

Abdelrahman

T,

Candolfi E. A new ELISA kit which


uses a combination of Plasmodium
falciparum extract and recombinant
Plasmodium vivax antigens as an
alternative to IFAT for detection of

Malaria journal 2011, 10(19): 1-8


8

malaria antibodies. Malaria journal

Infectious

and

Tropical

Diseases

2007, 6(19) :1-8


6. Gitau GM dan Eldred JM. Malaria in

University of Brescia (Italy) , 1:10


12. Voller
A.
ONeill
P.

pregnancy : clinical,therapeutic and

Immunofluorescence Method Suitable

prophylactic

for

College

considerations.

of

Royal

Obstetricians

and

Gynaecologists, 2005 : 5-11


7. Suparman E. Malaria pada kehamilan.
Cermin dunia kedokteran, 2005 : 1928
8. Cook J, Reid H, Lavro J, Kuwahata

Large-scale

Malaria.

Application

Department

of

to

clinical

microbiology St Thomass Hospital,


London : 524-29
13. Sanguinis V. Malaria ELISA. IBL
international GMBH 2008. 1-5

M, Taleo G, Clements A, McCarthy J,


Vallely

A,

Drakeley

C.

Using

serological measure to monitoring


changes in malaria transmission in
Vanuatu.

Malaria

Journal

2010,

9(169) :1-15
9. Kim JY, Kim HH, Na BK, Kim YJ,
Sohn YJ, Kim H, Kim TS, Lee HW.
Estimating the malaria transmission
of

plasmodium

vivax

based

on

serodiagnosis. Malaria Journal 2012,


11:257
10. Duo QW, Lin HT, Zhen CG, Xiang Z,
Man NY. Application of the indirect
fluorescent antibody assay in the
study of malaria infection in the
Yangtze

River

Three

Gorges

Reservoir, China. Malaria Journal


2009, 8(199) :1-7
11. Castelli F dan Carosi G.Diagnosis of
malaria

infection.

Institute

of
9

Anda mungkin juga menyukai