Jurnal Uv-Vis
Jurnal Uv-Vis
Jurnal Uv-Vis
ABSTRACT
This research backgrounded by to the number of drug crop reported to contain compound of antioksidan
in gross. Effect of antioksidan at plant caused by the existence of compound of fenol like flavonoid, and acid of
fenolat. Flavonoid is an compound of fenolik biggest found by in potential nature as antioksidan and have
bioaktivitas as drug. This compound can be found by at bar, leaf, fruit and flower. This research represent
research of done/conducted experiment in Physics laboratory that is in Material laboratory and Biophysics, and
also Chemical laboratory of FMIPA, UNP. Variables which is determined in this research that is used as by
drug crop leaf type is free variable consisting of leaf of Rhaphidophora pinnata (L.f.), Piper crocatum Ruiz,
Annona muricata Linn and leaf of Sauropus androgynus (L.) Merr, absorbance value as variable tied and used
as by leaf mass is control variable. Each;Every sampel measured by absorbance value use spectrophotometer of
Uv-Vis. Of absorbance value can be counted/calculated by rate value of flavonoid from various drug crop leaf
type. From result of measurement of absorbance value got that leaf of sirih red have biggest absorbance, while
absorbance of terendah there are at leaf of katuk. Of the absorbance can know by rate of flavonoid sampel. Rate
of Flavonoid at each crop leaf type medicinize different each other. For the leaf of Rhaphidophora pinnata (L.f.)
have rate of flavonoid about 26,7137 g / ml, for the leaf of Piper crocatum Ruiz have rate of flavonoid about
39,3778 g / ml. For Annona muricata Linn to have rate of flavonoi about 27,5027 g / ml and for the leaf of
Sauropus androgynus (L.) Merr have rate of flavonoid about 13,1101 g / ml.
Keywords: Absorbance, Flavonoid, Leaf Medicinize and Spektrofotometri UV-Vis
PENDAHULUAN
Keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini tak
hanya digunakan sebagai bahan pangan ataupun untuk
dinikmati keindahannya saja, tetapi dapat juga bermanfaat
sebagai bahan untuk mengobati berbagai jenis penyakit.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kekayaan
alam yang melimpah dan beraneka ragam, namun hanya
sebagian kecil yang diteliti serta dimanfaatkan[1].
Direktorat jendral POM (1991), menemukan ada 283
spesies tumbuhan obat yang sudah terdaftar digunakan oleh
industri obat tradisional di Indonesia. WHO (World Health
Organization) pada tahun 1985 memprediksi bahwa sekitar
80% penduduk dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat
untuk pemeliharaan kesehatan primernya[2]. Kandungan
senyawa kimia yang beragam pada berbagai tumbuhan
dijumpai secara tersebar ataupun terpusat pada organ tubuh
tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, akar, rimpang, atau
kulit batang[3].
Tanaman berkhasiat di Indonesia yang banyak
digunakan untuk pengobatan penyakit secara tradisional
diantaranya adalah ekornaga (Rhaphidophora pinnata (L.f.)),
sirih merah (Piper crocatum Ruiz), sirsak (Annona muricata
Linn) dan katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr).
76
Bentuk
daerah
spektrum
flavonoid
pada
Spektrofotometri UV-Tampak dapat dilihat pada Gambar 2
78
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
Variabel terikat
Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini
adalah nilai absorbansi dan kadar flavonoid yang terkandung
pada daun obat.
Variabel Kontrol
Yang menjadi variabel kontrol pada penelitian ini
adalah massa daun, panjang gelombang yang digunakan untuk
menentukan kadar yaitu 370 nm dan panjang gelombang yang
digunakan untuk mendeteksi jenis flavonoid yaitu pada
rentang 200nm-450nm.
Prosedur Penelitian
Pengambilan Daun Sampel
Sampel daun diambil dan dikumpulkan. Selanjutnya
daun-daun tersebut disortir dan dicuci, kemudian daun-daun
tersebut diiris tipis-tipis. Selanjutnya irisan daun dikeringkan
selama 2 hari.
Pembuatan Ekstrak Sampel [11]
Sebanyak 25 g serbuk masing-masing daun sampel
dimaserasi selama 24 jam dengan etanol teknis dalam labu
bulat 1000 ml, sambil sesekali dikocok. Maserat dalam labu
79
Dimana :
y
: nilai absorbansi
x
: kadar flavonoid
a, b
: konstanta
HASIL PENELITIAN
Absorbansi Pengukuran
Data yang didapatkan setelah dilakukan pengukuran
nilai absorbansi dengan menggunakan Spektrofotometer UVVis dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data absorbansi dari berbagai jenis ekstrak daun
tanaman obat
Pada Tabel 2 terlihat nilai absorbansi dari masingmasing ekstrak daun obat pada 5 (lima) kali pengulangan
memiliki nilai absorbansi yang berbeda-beda. Dari tabel
terlihat bahwa daun sirih merah memiliki nilai absorbansi
tertinggi dibandingkan daun ekornaga, daun sirsak dan daun
katuk. Sedangkan, daun katuk memiliki nilai absorbansi
terendah.
Kadar rata-rata flavonoid setiap daun dirangkum pada
grafik yang terlihat pada Gambar 3.
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Ekornaga sirih merah
sirsak
katuk
Jenis Tanaman
Gambar 3. Grafik Kadar Flavonoid dari Keempat Jenis
Sampel Daun Penelitian
Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa dari keempat
jenis daun yang diteliti, yang memiliki kadar flavonoid
tertinggi adalah daun sirih merah yaitu dengan sebesar
39,3778 g/ml. Hal ini juga setara dengan nilai absorbansi
yang terukur, dimana daun sirih merah memiliki absorbansi
tertinggi dari daun lain dalam penelitian ini. Begitu juga
dengan daun katuk yang memiliki kadar flavonoid terendah
80
DAFTAR RUJUKAN
[1]Helliwel, B. dan Gutteridge, J.M.C. 1999. Free radical in
Biology and Medicine.3rded.Oxford: University
press. Hal. 23-31. 105-115.
[2]Peters, D. Whitehouse, J. 2000. The role of herbs in
modern medicine:some current and future issues. Di
dalam: Herbs. Proceedings of the International
Conference and Exhibition; Malaysia. 9-11 Nov
1999. Malaysia: Malaysian Agricultural Research
and Development Institute.
[3]Hornok, L. 1992. General aspects of medicinal plants. Di
dalam: Hornok L, editor. Cultivation and Processing
of medicinal Plants. New York: John Wiley
&Kuntjoro, dan I.B.I. Gotama (ed.). Lokakarya
tentang Penelitian Praktek Pengobatan Tradisonal.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ciawi.
14-17 Desember 1988.
[5]Markham KR. 1988. Techniques of Flavonoid
Identification. London: Academic Pr.
[4]Pratiwi. 2006. Nilai peroksida dan aktivitas anti radikal
bebas diphenyl picril hydrazil hydrate (DPPH)
ekstrak metanol Knema laurina. Bogor: Bidang
Botani. Puslit Biologi LIPI
[6]Miller AL. 1996. Antioxidant flavonoids: structure,
function, and clinical usage. Alt Med Rev 1:103-111.
[7]Amic D, Dusanka DA, Beslo D, Trinasjtia. 2003.
Structure-radical scavenging activity relationships of
flavonoids. Croatia Chem Acta 76:55-61.
[8]Harborne JB. 1987. Metode Fitok imia. Padmawinata K
dan Soediro I, penerjemah. Bandung: Penerbit ITB.
Terjemahan dari: Phytochemical Methods .
[9]Chang CC, Yang MH, Wen HM, Chern JC. 2002.
Estimation of total flavonoid content in propolis by
two complementary colorimetric methods. J Food
Drug Anal 10:178182.
[10]Carbonaro, M., et.al. 2005. Absorption of Quercetin and
Rutin in Rat Small Intestine. Annals Nutrition and
Metabolism
2005;49:178182(DOI:10.1159/000086882)
[11] [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. 2000.
Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta: Depkes RI.
[12]Harborne JB. 1987. Metode Fitok imia. Padmawinata K
dan Soediro I, penerjemah. Bandung: Penerbit ITB.
Terjemahan dari: Phytochemical Methods .
[13]Waji, Resi Agestia dan Sugrani, Andis. 2009. Flavonoid
(Quersetin). Makalah Kimia Organik Bahan Alam.
Universitas Hasanuddin : FMIPA
82
83