Konsep Motivasi Dalam Belajar
Konsep Motivasi Dalam Belajar
Konsep Motivasi Dalam Belajar
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menajalankan tugas sehari-hari, seringkali guru harus
berhadapan dengan siswa-siswa yang prestasi akademisnya tidak sesuai
dengan harapan guru. Bila hal ini terjadi dan ternyata kemampuan kognitif
siswa cukup baik, guru cenderung mengatakan bahwa siswa tidak termotivasi.
Sebenarnya motivasi merupakan konsep yang rumit dan berkaitan
dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap, dan sebagainya.
Siswa yang tampaknya tidak termotivasi, mungkin pada kenyataannya cukup
termotivasi tapi tidak dalam hal-hal yang diharapkan oleh guru. Mungkin
siswa cukup bermotivasi untuk berprestasi di sekolah, akan tetapi pada saat
yang sama ada kekuatan-kekuatan lain, seperti misalnya teman-teman, yang
mendorongnya untuk tidak berprestasi di sekolah.
Oleh karena itu, penting bagi semua pemerhati pendidikan khususnya
para guru untuk mempalajari serta memahami konsep motivasi dalam belajar.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami membahas tentang:
1. Pengertian Motivasi dan Hubungannya dengan Istilah “Motif”,
“Drive” dan “Need”
2. Macam-Macam Motivasi dan Implikasinya dalam Belajar
3. Hubungan Motivasi dengan Kebutuhan Manusia
4. Proses Motivasi dalam Belajar
5. Faktor-Faktor yang Mempermudah Timbulnya Motivasi Belajar
C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan Pengertian Motivasi
2. Menyebutkan Macam-Macam Motivasi
3. Menjelaskan Hubungan Motivasi dengan Kebutuhan Mnausia
4. Menunjukkan Contoh Proses Motivasi dalam Belajar
5. Menganalisis Beberapa Faktor yang Mempermudah Timbulnya
Motivasi Belajar
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Drs. Wasty Soemanto, M. Pd., Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), hlm. 203.
2
Drs. M. Ngalim Purwanto, Mp., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006),
hlm. 60
3
Drs. Wasty Soemanto, M. Pd., Op. Cit., hlm. 205.
2
umum yaitu motif. Motif-motif yang mendorong perilaku individu dapat
dikategorikan atas motif dasar dan motif sosial.
Motif dasar berkenaan dengan segala macam bentuk dorongan untuk
memenuhi kebutuhan dasar. Motif ini bersifat instink, dimiliki individu sejak
kelahirannya atau diperoleh dalam proses perkembangannya tanpa harus
dipelajari. Sedangkan motif sosial merupakan perkembangan dari motif dasar,
berkembang karena belajar dari pengalaman, baik belajar dari pengalaman
yang disadari maupun yang dilakukan tanpa rencana dan sadar. Motif ini
berkembang melalui proses interaksi sosial, dan peranannya sangat besar
dalam kehidupan sosial.4
4
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2005), hlm. 61.
5
Ibid., hlm. 63-64.
3
d. Motif Harga Diri, yaitu motif untuk mendapatkan pengenalan, pengakuan,
penghargaan dan penghormatan dari orang lain.
e. Motif Aktualisasi diri. Manusia memiliki potensi yang dibawa dari
kelahirannya dan kodratnya sebagai manusia. Potensi dan kodrat ini perlu
diaktualisasikan dalam berbagai bentuk sifat, kemampuan dan kecakapan
nyata. Melalui berbagai bentuk belajar dan pengalaman, individu berusaha
mengaktualkan semua potensi yang dimilikinya.6
Motif Persaudaraan
Motif Pengamanan
Motif Fisiologis
4
Dalam setiap perbuatan manusia pasti mempunyai tujuan tertentu dan
berdasarkan motif tertentu pula. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan
diperlukan sebuah motivasi. Motivasi inilah yang mengaktifkan atau memberi
dorongan kepada manusia untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang dapat
memberikan kepuasan apabila berhasil dicapai. Memang, sulit untuk mengetahui
motivasi pada diri seseorang secara langsung. Namun motivasi pada diri seseorang
dapat diinterpretasikan dari tingkah lakunya.
Tingkah laku yang memenuhi kebutuhan, cenderung untuk diulangi
apabila kebutuhan itu ditumbuhkan. Tingkah laku yang mencapai ke arah
tercapainya tujuan menjadi semakin kuat, yakni bilamana seseorang dimotivasi
lagi dengan cara yang sama maka tingkah laku itu terjadi lagi.8
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, guru sering menghadapi tingkah laku-
tingkah laku kelas yang tak dapat diterangkan dan sulit diatasi karena tingkah laku
tersebut telah diperkuat untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Dalam situasi-situasi
yang agaknya memberikan “reward” bagi seorang anak, kecenderungan tingkah
laku dapat dipelajari. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan anak misalnya dengan memberi pujian atau penghargaan-penghargaan
lainnya.
Misalnya, anak yang selalu berbicara di kelas, sering mengganggu
ketenangan kelas barangkali berusaha memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan
perhatian. Bila tingkah lakunya menarik perhatian, maka kemarahan dan teguran
dari guru sangat berpengaruh.
Jadi, motives adalah wujud khusus dari proses motivasi, sedangkan needs
adalah keadaan yang menimbulkan motivasi. Needs merupakan potensialitas tetap
yang dimotivasi dengan cara tertentu. Timbulnya kebutuhan dalam diri seseorang
adalah menunjukkan bahwa orang itu termotivasi dengan cara tertentu.9
8
Ibid., 2006, hlm. 208.
9
Ibid., hlm. 211.
5
siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang
lebih maju daripada keadaan sebelumnya.
Mengenai tahap-tahap belajar terdapat beberapa pendapat.
a. Menurut Jerome S. Bruner, dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap:
1) tahap informasi (tahap penerimaan materi)
2) tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
3) tahap evaluasi (tahap penilaian materi)
b. Menurut Arno F. Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning , setiap
proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:
1) acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi)
2) storage (tahap penyimpanan informasi)
3) retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)
c. Menurut Albert Bandura (1977), seorang behavioris moderat penemu teori
social learning/ observational learning, setiap proses belajar terjadi dalam urutan
tahapan peristiwa yang meliputi:
1) tahap perhatian (attentional phase)
2) tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase)
3) tahap reproduksi (reproduction phase)
4) tahap motivasi (motivation phase)10
10
Muhibbin Syah, M. Ed., Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 109-112.
6
- pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap
kesiapan
- kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu
selama masa pembentukan dalam masa perkembangan.
Readiness mengandung beberapa aspek yaitu:
a. Kematangan, adalah proses yang menimbulkan perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan.
b. Kecerdasan, Menurut J. Piaget perkembangan kecerdasan meliputi:
1) Sensori motor period (0 – 2 tahun)
Anak banyak bereaksi reflek, reflek tersebut belum terkoordinasikan.
2) Preoperational period (2 – 7 tahun)
Anak mulai mempelajari nama-nama dari objek yang sama dengan apa
yang dipelajari orang dewasa.
3) Concrete operation (7 – 11 tahun)
Pikiran anak sudah mulai stabil dalam arti aktivitas batiniah dan skema
pengamatan mulai diorganisasikan menjadi sistem pengerjaan yang
logis.
4) Formal operation (lebih dari 11 tahun)
Kecakapan anak tidak lagi terbatas pada objek-objek yang konkret.
Anak mulai mempu memandang kemungkinan-kemungkinan yang ada
melalui pemikirannya, dapat mengorganisasikan situasi/masalah, serta
dapat berpikir logis.11
2. Transfer
Transfer adalah pengaruh hasil belajar yang telah diperoleh pada waktu
yang lalu terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian. Apabila
hasil belajar yang terdahulu itu memperlancar proses belajar berikutnya maka
transfer tersebut disebut transfer positif. Namun jika mengganggu proses belajar
berikutnya maka transfer tersebut disebut transfer negatif.
Ada beberapa teori mengenai transfer, yaitu:
1) Teori disiplin mental formal
11
Drs. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995),
hlm. 113-116.
7
2) Teori komponen-komponen identik
3) Teori generalisasi
4) Teori Gestalt
Untuk mempermudah transfer dibutuhkan kondisi yang kondusif, yaitu
dengan adanya kemampuan asli pelajar; murid mempelajari materi yang
menarik baginya; sikap positif dan usaha suka rela murid; cara mengajar yang
menarik, bervariasi, tepat guna dan sesuai dengan kemampuan murid.
Adapun prinsip-prinsip transfer adalah:
- menanamkan kesungguhan pada anggota yang belajar
- membuat materi belajar menjadi bermakna
- memungkinkan terjadinya konsekuensi yang memuaskan terhadap
respon- respon yang benar
- menyediakan latihan/praktek
- menghindari organisasi yang salah dan gangguan
- menekankan konsep-konsep dan kemampuan-kemampuan umum
- memungkinkan terjadinya aplikasi
- memungkinkan peningkatan belajar dan tindak lanjutnya.12
3. Incentive
Incentive adalah penghargaan yang diberikan atas keberhasilan siswa
sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai
tujuan-tujuan pengajaran. Sehubungan dengan hal ini umpan balik merupakan hal
yang sangat berguna untuk meningkatkan usaha siswa. Penghargaan ini misalnya
berupa pujian, angka yang baik, memberi hadiah, dan lain-lain. Incentive dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
- Insentif Intrinsik, yaitu situasi yang mempunyai hubungan fungsional dengan
tugas dan tujuan. Misalnya pengenalan tentang hasil/kemajuan belajar serta
mengenai persaingan sehat.
- Insentif Ekstrinsik, yaitu situasi yang tidak mempunyai hubungan fungsional
dengan tugas. Misalnya ganjaran, hukuman, perlakuan kasar, kekejaman, dan
ancaman yang membuat takut.
12
Ibid., hlm. 118-121.
8
Dari kedua macam insentif tersebut, yang lebih memajukan belajar individu
adalah insentif intrinsik.13
BAB III
PENUTUP
13
Drs. Wasty Soemanto, M. Pd., Op. Cit., hlm. 118.
9
10