BAB II Perencanaan Gording
BAB II Perencanaan Gording
BAB II Perencanaan Gording
PERENCANAAN GORDING
2.1
Dasar Teori
2.
Tabel 0-1. Nilai Kuat Acuan (MPa), Berdasarkan Atas Peralihan Secara Visual
Kode
Modulus
Kuat
Kuat Tarik
Kuat Tekan
Kuat
Kuat Tekan
Kayu
Elastisitas
Lentur
Sejajar Serat
Sejajar Serat
Geser
Tegak Lurus
Lentur
Fb
F1
F2
Fv
Serat
Ew
Fc
E26
25000
66
60
46
6,6
24
E25
24000
62
58
45
6,5
23
E24
23000
59
56
45
6,4
22
E23
22000
56
53
43
6,2
21
E22
21000
54
50
41
6,1
20
E21
20000
50
47
40
5,9
19
E20
19000
47
44
39
5,8
18
E19
18000
44
42
37
5,6
17
E18
17000
42
39
35
5,4
16
E17
16000
38
36
34
5,4
15
E16
15000
35
33
33
5,2
14
E15
14000
32
31
31
5,1
13
E14
13000
30
28
30
4,9
12
E13
12000
27
25
28
4,8
11
E12
11000
23
22
27
4,6
11
E11
10000
20
19
25
4,5
10
E10
9000
18
17
24
4,3
100%
dimana;
Wd
Wg
Vg
100(1 +
(1 + 0,265 .
Dimana;
5
a=
5. Hitung Berat Jenis Pada Kadar Air 15 % (G15),
=
(1 0,133 .
6. Hitung estimasi kuat acuan dengan rumus-rumus pada tabel :2.2, dengan G = G15
Tabel 0-2. Estimasi Kuat Acuan Berdasarkan Atas Berat Jenis Pada Kadar Air
15% Untuk Kayu Berserat Lurus Tanpa Cacat Kayu
Kuat Acuan
Rumus Estimasi
16.000 G0.7
0,80
0,63
0,50
2.1.2 Pembebanan
2.1.2.1 Beban Nominal
Beban nominal adalah beban yang ditentukan di dalam pedoman perencanaan
pembebanan untuk rumah dan gedung, SKBI-1.3.53.1987.SNI03-1727-1989, Tata Cara
Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah Dan Gedung Atau Penggantinya. Beban nominal
yang harus ditinjau antar lain :
1. D = Beban Mati
Beban yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk dinding, lantai,
atap, plapon, partisi tetap, tangga dan peralantan layan tetap.
2. L = Beban Hidup
Kombinasi Pembebanan
1,4D
Pengecualian :
1. Faktor beban untuk L di dalam persamaan No. 3, 4 dan 5 harus sama dengan 1,0
untuk garasi parkir, daerah yang digunakan untuk pertemuan umum, dan semua
dimana beban hidup lebih besar dari 5 Kpa.
2. Setiap keadaan batas yang relevan harus ditinjau, termasuk kasus-kasus dimana
sebagian beban di dalam kombinasi pembebanan bernilai sama dengan nol.
3. Pengaruh kondisi pembebanan yang tak seimbang harus ditinjau sesuai dengan
ketentuan di dalam tata cara gedung yang berlaku.
2.1.2.3 Kekangan Ujung
Perencanaan sambungan harus konsisten dengan asusmsi yang diambil dalam
analisa sturktur dan dengan jensi konstruksi yang dipilih dalam gambar rencana.Dalam
rangka sederhana sambungan harus diasumsikan bersifat sendi kecuali bila dapat ditujukan
melalui eksperimen atau analosos bahwa sambungan harus mempunyai kapasistas rotsi yang
memadai untuk menghindari elemen penyambung terbebani secara berlebihan.
2.1.2.4 Kondisi Batas Tahanan
Perencanaan sistem struktur, komponen struktur dan sambungannya harus menjamin
bahwa tahanan rencana di semua bagian pada setiap sistem , komponen, dan sambungan
struktur sama dengan atau melebihi gaya terfaktor Ru.
2.1.2.5 Gaya Terfaktor
Gaya gaya pada komponen struktur dan sambungannya, gaya terfaktor Ru harus
ditentukan dari kombinasi pembebanan sebagaimana diatur pada butir 2.4 Beban dan
Kombinasi Pembebanan.
2.1.2.6 Tahanan Rencana
Tahanan rencana dihitung untuk setiap keadaan batas yang berlaku, dan tahanan
rencana harus memenuhi persamaan berikut:
Dimana :
= Tahanan Rencana
= Tahanan Terkoreksi
= Faktor Waktu
=FAktor Tahanan
sebagai berikut :
Jenis
Simbol
Nilai
Tekan
0,90
Lentur
0,85
Stabilitas
0,85
Tarik
0,80
Geser/Puntir
0,75
Sambungan
0,65
kombinasi pembebanan pada tabel II-5. Kombinasi bebanan harus sesuai dengan yang
tercantum di dalam abel II-6. Faktor waktu
seperti berikut:
Kombinasi Pembebanan
1,4D
Faktor Waktu
0,60
0,70 Jika L dari gudang
0,80 Jika L dari ruangan umum
1,25 Jika L dari kejut
0,80
1,00
1,00
1,00
1/300
b. Untuk balok balok pada struktur bangunan yang tak terlindung, lendutan
maksimum adalah
1/400
c. Untuk balok balok pada kontruksi kuda kuda, goring dan kasau, lendutan
maksimum adalah
1/200
1/700
10
Dimana :
= Momen Faktor
Dimana :
= Tahanan acuan.
s/d n
Kompenen struktur lentur yang memikul gaya gaya setempat harus diberi
pendetailan tahanan dan kesetabilan yang cukup pada daereh bekerjanya gaya- gaya
tersebut.
2.1.4 Faktor Faktor Koreksi
Nilai faktor koreksi yang berbeda dari yang ditetapkan di dalam tatacara perencanaan
kontruksi kayu ini, boleh digunakan bila dapat dibuktikan kebenarannya secara rasional
brdasarkan prisip prinsip mekanika. Keber lakuan Faktor Faktor koreksi untuk setiap jenis
struktur harus sesuai dengan faktor koreksi yang disyaratkan dalam tata cara ini.
2.1.4.1 Faktor koreksi untuk masa layan
Untuk kondisi masa layan pada perencanaan kompenen struktur lentur pada
konstruksi kayu, maka berlaku faktor koreksi sebagai berikut:
11
1.
air masa layan yang lebih tinggi daripada 19% untuk kayu massif dan 16%
untuk produk kayu yang dilem. Nilai faktor koreksi layan basah untuk
berbagai kuat acuan, dapat dilihat pada table berikut:
Kuat
Kuata
Kuat
Kuat
Kuat Tekan
Elastisitas
Lentur
Tarik
Tekan
Geser
Tegak Lurus
Sejajar
Sejajar
Serat
Serat
Lentur
(
(
Balok kayu
Serat
(
0,90
0,85*
1,00
0,80**
0,97
0,67
1,00
1,00
1,00
0,91
1,00
0,67
0,90
0,85
0,67
Glulam (kayu
0,83
0,80
0,80
0,87
0,53
0,73
laminasi struktural)
Catatan: * untuk,
** untuk, ,
2.
8
/
= 1,0
,
= 1,0
12
Kondisi Acuan
Ft.Ew
Fb,Fv, Fe ,
T 38 C
38 C<T 52 C
52 C<T 65 C
1,00
0,90
0,90
Kering
1,00
0,80
0,70
Basah
1,00
0,70
0,50
Kondisi layan basah dan kering untuk kayu gergajian dan glulam (kayu laminasi struktural)
ditetapkan ketentuan lain.
3.
perlakuan tahan api terhadap produk produk kayu dan sambungan. Nilai
faktor koreksi ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok, ketentuan, atau tata
cara yang berlaku.
2.1.4.2 Faktor koreksi untuk konfigurasi kompenen struktur
Sebagai tambahan dari faktor faktor koreksi untuk masa layan, berlaku pada materi
kondisi acuan di atas, berlaku faktor koreksi sebagai berikut:
1. Faktor koreksi ukuran, CF.
Faktor koreksi ukuran, CF untuk memperhitungkan pengaruh dimensi kompenen
struktur sesuai dangan tata cara yang berlaku, untuk kayu yang mutunya
ditetapkan secara masinal, maka CF = 1,0.
2. Faktor koreksi stabilitas balok, CL.
Faktor koreksi stabilitas balok, CL untuk memperhitungkan pengaruh pengekang
lateral parsial, dimana faktor koreksi stabilitas balok, CL dibahas pada materi
balok berpenampang primatis (tahan lentur terkoreksi dari balok primatis tanpa
pengekang).
3. Faktor koreksi bentuk, Cf.
Tahan lentur dari kompenen struktur primatis berpenampang persegi panjang dan
bundar, adalah tahan lentur balok yang terkekang dalam arah lateral tahanan lentur
13
b. 2
d. 6
2.400 mm kecuali bila kedua sisi tekan balok di kekang pada seluruh panjang oleh
lantai dan pada tumpuan-tumpuannya diberikan pengekang lateral untuk mencegah
rotasi
e.
7 : Kedua sisi tekan dan tarik di kekang secara bersamaan pada seluruh
panjangnya.
persaman berikut :
14
50
Dimana :
= panjang evektif ekivalen (menggunakan tabel : 3.3.)
d = Tinggi balok.
B = Lebar balok.
Tabel 0-9 Faktor faktor untuk menetapkan panjang efektif ekivalen, le, untuk
penampang persegi panjang masif
Jenis tumpuan
Jenis beban
Jenis bresing
Kantilever
2,06lu
Beban terpusat
ditengah bentang
ujung
Beban terdistribusi
merata
ujung
Beban terpusat
71/d14,3
1,84lu
1/d14,3
1,63lu+3d
1,37lu+3d
1,63lu+3d
1,87lu
1,44lu+3d
1,33lu
0,90lu+3d
ditengah bentang
Beban
terdistribusi
merata
Panjang bentang,
Beban-beban
Bresing
terpusat dg jarak
seragam
beban terpusat
Beban tunggal
lu=L/2
1,11lu
Beban ganda
lu=L/3
1,68lu
Tiga beban
lu=L/4
1,64lu
Empat beban
lu=L/5
1,68lu
Lima beban
lu=L/6
1,73lu
Enam beban
lu=L/7
1,84lu
pada
lu
1,84lu
1,84lu
lebih
Bentang dengan
momen-momen
ujung yang sama
15
Catatan : lu adalah panjang segmen di antara dua pengaku lateral yang berurutan
Tahanan Lentur Balok Berpenampang Prismatis tanpa Pengekang Lateral Penuh
Dimana :
M
Sx
F*bx
CL
=>
= 2,40 .
Dimana :
Mx*
= Tahanan lentur untuk lentur terhadap sumbu kuat (x-x) dikalikan dengan
semua faktor, kecuali faktor koreksi penggunaan datar, Cfu, dan faktor koreksi
stabilitas, C
Cb = 0,95
Ie
a. Untuk komponen struktur berpenampang bundar selain daripada untuk tiang dan
pancang, maka Cf = 1,15
b. Untuk komponen struktur berpenampang persegi panjang yang terlentur terhadap
sumbu diagonal, maka Cf = 1,40
2.1.6 Perencanaan Struktur Geser
2.1.6.1 Tahanan Geser Lentur
Dalam perencanaan komponen struktur lentur pada konstruksi kayu, maka tahanan
geser lentur harus direncanakan untuk tahanan geser terkoreksi dari suatu balok, V dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berkut :
V
Dimana,
V
Fv
. . .
Sebagai alternatif, untuk balok kayu menerus atau kantilver, tahanan geser
terkoreksi pada lokasi-lokasi berjarak paling sedikit tiga kali tinggi balok dari ujung
balok, ditentukan menggunakan persamaan berikut :
V
Dimana, x
atau V=
. .
. 1+
17
Sebagai alternatif, apabila pada ujung takikan terdapat irisan miring dengan
sudut terhadap arah kayu untuk mengurangi konsentrasi tegangan, maka tahanan
geser terkoreksi pada penampang bertakik dihitung menggunakan persamaan berikut ;
V
. 1+
).
Dimana,
V
Fv
dn
Dimana,
V
Fv
de
18
2. Lendutan untuk balok dengan beban terpusat di tengah batang, maka lendutan
maksimum dapat dihitung berdasarkan persmanaan berikut;
=
.
.
Dimana,
q = beban merata
P = Beban terpusat
E = Modulus elastisitas lentur terkoreksi
I = Momen Inersia, adalah perbandingan antara momen unjung yang terkecil,
M1 terhadap momen ujung lebih besar, M2 . bernilai negatif bila momenmomen ujung menghasilkan kelengkungan tunggal
Cb = 1,0 untuk kantilever tak terkekang dan untuk balok atau segmen balok yang
tak terkekang dengan momen terbesar tidak terletak di ujung segmen tak
terkekang.
Apabila faktor pengaruh volume, Cv = 1,0 maka tahanan lentur terkoreksi dari
suatu balok tak terkekang diambil dari nilai terkecil diantara nilai-nilai persamaan
berikut;
M= Mx = CL .Sx . Fbx dan,
19
M= CL .Sx . Fbx
Dimana,
M= Mx = tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat (x-x)
Sx = Modulus penampang untuk lentur terhadap sumbu kuat (x-x)
Fbx= kuat lentur terkoreksi untuk lentur terhadap sumbu kuat (x-x)
CL = Faktor stabilitas balok, dapat dihitung dengan rumus;
=
.
.
2.2
20
Perhitungan :
Tinggi Atap (TA) :
Diketahui : Bentang Kuda Kuda (L) = 12,5 m
Sudut () = 30
1
2
1
= tan 30 12,5
2
= tan
= 3,61
Sisi Miring (SM) :
Diketahui : Tinggi atap (TA) = 3,61 m
Bentang (L)
SM =
=
TA +
= 12,5 m
1
L
2
(3,61) + (6,25)
SM = 7,22 m
21
22
30 2,22
= 1,92
Batang BL dan FH adalah :
) (
(2,22) (1,92)
= 1,11
Batang BC, CD, DE, EF adalah :
=
=
=
30 2,50
= 2,16
23
) +(
(2,16) + (1,11)
= 2,43
Batang CK dan EI adalah :
+
(
30 (2,22 + 2,50)
= 0,5 4,72
= 2,36
Batang DK dan DI adalah :
=
) +(
) =
Panjang Batang
(meter)
AL dan GH
2,22
2,50
DJ
3,61
AB dan GF
1,92
BL dan FH
1,11
2,16
CL dan EH
2,43
CK dan EI
2,36
DK dan DI
3,20
24
2.4
b = 100 mm
d = 160 mm
25
= 11
2,5
= 27,5
Berdasarkan tabel 2.1 Untuk kode mutu kayu E15 maka Ew= 14000 MPa = 14000
N/mm2.
Berdasarkan tabel 2.2 Ew = 16000 G0,7
14000
16000
= 0,826
(1 0,133
= (1 0,133
= (1 0,133
)0,83
= 0,83 0,110
1,11
=
= 0,83
0,83
= 0,75
1,11
(1 + 0,265
30
30
= 15
30 15
15
=
= 0,5
30
30
0,744 =
(1 + 0,265(0,5)
= 0,744(1 + 0,132
= 0,744 + 0,099
0,099
0,901
=
)
)
) = 0,744
= 0,744
0,744
= 0,826
0,901
26
1000 1 +
0,826 =
1000 1 +
= 0,826[1000(1 + 0,15)]
= 0,826[1000(1,15)]
= 0,826 1150 = 949,9
=
Beban mati (
, +
/
=
qdx
qdy
Sumbu y:
=
cos
sin
Sumbu x:
=
27
qLax
qLay
Sumbu y:
=
cos
sin
= 100 sin 30 = 50
Sumbu x:
=
= 40 0,8 = 40 0,8(30) =
= 16 2,5 = 40
qHx
qHy
28
Sumbu y:
=
cos
= 40 cos 30 = 34,641
sin
= 40 sin 30 = 20
Sumbu x:
=
+0,02 0,4
-0,4
+0,9
Bid//angin
-0,4
65
(
=
= 0,2 30 = 6
/ 2
= 6 2,5 = 15
/
(
=
=
) = 0,4
= 0,4 30 = 12
= 12 2,5 = 30
29
= 15
Sumbu x:
=0
Angin Hisap
Sumbu y:
=
= 30
Sumbu x:
=0
30
qD
qDx
Sumbu
Sumbu
Kuat (x-x)
Lemah (y-y)
qDy
Momen
1
8
1
=
8
1
36,977 3 = 41,599
8
1
= 21,349 3 = 24,018
8
Geser
1
2
1
=
2
1
36,977 3 = 55,465
2
1
= 21,349 3 = 32,023
2
=
31
Sumbu
Sumbu
Kuat (x-x)
Lemah (y-y)
PLax
Jadi Mx timbul akibat beban Py
Dan My timnul akibat beban Px
PLay
Momen
1
4
1
=
4
1
86,603 3 = 64,925
4
1
= 50 3 = 37,5
4
=
Geser
1
2
1
=
2
1
86,603 = 43,301
2
1
= 50 = 25
2
=
32
qH
PHx
Sumbu
Sumbu
Kuat (x-x)
Lemah (y-y)
PHy
Momen
1
8
1
=
8
1
34,641 3 = 38,971
8
1
= 20 3 = 22,5
8
Geser
1
2
1
=
2
1
34,641 3 = 51,961
2
1
= 20 3 = 30
2
=
33
qWy
Sumbu
Sumbu
Kuat (x-x)
Lemah (y-y)
1
(15) 3 = 16,875
8
Geser
=0
=
= (15 3) =22,5 kg
34
= 1,4
Geser
= 1,4
= 1,4
2. Kombinasi 3 dengan persamaan 1,2D + 1,6 (La atau H) + (0,5L atau 0,8W)
Momen
Karena momen yang timbul akbiat La lebih besar dari H, maka yang
digunakan dalam kombinasi pembebanan adalah momen akibat La. Dan
karena L sama dengan nol (L=0) maka digunakan momen akbiat W.
= 1,2
+ 1,6
+ 0,8
+ 1,6
+ 0,8
+ 1,6
+ 0,8
+ 1,6
+ 0,8
Momen
= 0,9
+ 1,3
+ 1,3
Geser
= 0,9
+ 1,3
+ 1,3
Momen
= 167,299
= 88,821
Geser
= 153,839
= 78,427
36
b = 100 mm
d = 160 mm
. .
1
100 160 = 34133333,333 mm
12
. .
1
160 100 = 13333333,333 mm
12
. .
1
100 160 = 426666,667 mm
6
. .
1
160 100 = 266666,667 mm
6
= .
= 0,016
37
1,0
d/b = 16/10 = 1,6 ,karena d/b 2 maka tidak diperlukan pengekang lateral
1+
2
1+
2
= 2,40
= 0,69.
Untuk menentukan modulus elastisitas lentur (Ew) dicari pada tabel II-1 untuk
kode kayu E15, maka Ew = 14000 N/mm2 .
Untuk menentukan nilai rasio tahanan dicari pada tabel II-3 untuk kelas mutu
kayu B, maka rasio tahanan = 0,63.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih
besar dari 125 mm x 125 mm dan T38o , maka Cm=1 dan Ct=1
Untuk menentukan nilai faktor koreksi tempratur (Ct) dicari pada tabel II-8 untuk
T38C, maka Ct = 1.
Sedangkan untuk faktor koreksi pengawetan (Cpt)dan faktor koreksi tahana api
(Crt) ditentukan berdasarkan spesifikasi pemasok adalah 1.
E = (E . rasio tahanan). C . C . C . C
E = (14000 0,63) 1 1 1 1
E = 8820 N/mm
= 0,69.
= 0,69 8820
= 6085,8 /
38
= 13333333,333 mm
= 18,75
+ 3.
= 2,40 6085,8
= 36265474,860
= 426666,667
Untuk menentukan kuat lentur (Fb) dicari pada tabel II-1 untuk kode kayu E15,
maka Fb = 32 N/mm2 .
Untuk menentukan nilai rasio tahanan dicari pada tabel II-3 untuk kelas mutu kayu
B, maka rasio tahanan = 0,63.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih
besar dari 125 mm x 125 mm, T38o dan Fb/CF =32/1, maka Cm=1 dan Ct=1
Untuk menentukan nilai faktor koreksi tempratur (Ct) dicari pada tabel II-8 untuk
T38C, maka Ct = 1.
Sedangkan untuk faktor koreksi pengawetan (Cpt)dan faktor koreksi tahana api (Crt)
ditentukan berdasarkan spesifikasi pemasok adalah 1.
F
F
= (F . rasio tahanan). C . C . C . C
39
C =
1+
2c
0,85 36265474,860
= 5,270
0,80 0,85 8601600
1+
2c
1 + 5,270
2 0,95
1 + 5,270
2 0,95
5,270
0,95
= 0,989
M
= C . S . F
Mx = 850,698 kg m
1+
2c
1+
2c
= 2,40
= 0,69.
Untuk menentukan modulus elastisitas lentur (Ew) dicari pada tabel II-1
untuk kode kayu E15, maka Ew = 14000 N/mm2 .
Untuk menentukan nilai rasio tahanan dicari pada tabel II-3 untuk kelas
mutu kayu B, maka rasio tahanan = 0,63.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang
lebih kecil dari 125 mm x 125 mm dan T38o , maka Cm=1 dan Ct=1
Untuk menentukan nilai faktor koreksi tempratur (Ct) dicari pada tabel II-8
untuk T38C, maka Ct = 1.
Sedangkan untuk faktor koreksi pengawetan (Cpt)dan faktor koreksi tahana api (Crt)
ditentukan berdasarkan spesifikasi pemasok adalah 1.
E = (E . rasio tahanan). C . C . C . C
E = (14000 0,63) 1 1 1 1
E = 8820 /
= 0,69.
= 0,69 8820
= 6085,8 /
40
= 34133333,333
= 30
+ 3.
= 2,40 6085,8
= 96059486,705
= 266666,667
Untuk menentukan kuat lentur (Fb) dicari pada tabel II-1 untuk kode kayu
E15, maka Fb = 32 N/mm2 .
Untuk menentukan nilai rasio tahanan dicari pada tabel II-3 untuk kelas
mutu kayu B, maka rasio tahanan = 0,63.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang
lebih kecil dari 125 mm x 125 mm, T38o dan Fb/CF =32/1, maka Cm=1
dan Ct=1
Untuk menentukan nilai faktor koreksi tempratur (Ct) dicari pada tabel II8 untuk T38C, maka Ct = 1.
Sedangkan untuk faktor koreksi pengawetan (Cpt)dan faktor koreksi tahana api (Crt)
ditentukan berdasarkan spesifikasi pemasok adalah 1.
F
F
= (F . rasio tahanan). C . C . C . C
41
C =
1+
2c
0.85 96059486,705
= 22,335
0.80 0.85 5376000,007
1+
2c
1 + 22,335
2 0,95
1 + 22,335
2 0,95
22,335
0.95
= 0,998
M = C . S . F
1,0
167,299
88,821
+
0.80 0.85 850,698 0.80 0.85 536,346
0,289 + 0,243 = 0,523
,
2
= . . .
3
Untuk menentukan kuat geser (Fv) dicari pada tabel II-1 untuk kode kayu E15,
maka Fv = 5,1 N/mm2
Untuk menentukan nilai rasio tahanan dicari pada tabel II-3 untuk kelas mutu
kayu B, maka rasio tahanan = 0,63.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 untuk balok kayu dengan luas penampang lebih
kecil dari 125 mm x 125 mm, T38o dan Fb/CF =32/1, maka Cm=1 dan Ct=1
Untuk menentukan nilai faktor koreksi tempratur (Ct) dicari pada tabel II-8
untuk T38C, maka Ct = 1.
Sedangkan untuk faktor koreksi pengawetan (Cpt)dan faktor koreksi tahana api
(Crt) ditentukan berdasarkan spesifikasi pemasok adalah 1.
42
F = F . rasio tahanan. C . C . C . C
F = (5,1 0,63) 1 1 1 1 = 3,213 N/m
2
2
V = . F . b. d = . 3,213 100 160 = 34272 N = 3427,2 kg
3
3
Untuk menentukan faktor tahanan geser ( ) ditentukan berdasarkan tabel II-5 dan
faktor waktu ( ) ditentukan berdasarkan tabel II-6 untuk kombinasi pembebanan 3,
maka di dapat:
= 0,80
= 0,85
untuk gording,
=
= 21,349
E w = 8820 /
= 889082568,807
/ 2
= 34133333,333 mm = 0,000034133 m
= 13333333,333 mm = 0,000013333 m
=3
43
qDy
qDx
Sumbu
Sumbu
Kuat (x-x)
Lemah (y-y)
.
.
384
5
36,977 3
5
21,349 3
=0,00128 m
384
.
.
= 0,00189
(0,00128) + (0,00189)
= 0,002
1
1
. =
3 = 0,015
200
200
1/200.
,
44