SPM Bab7
SPM Bab7
SPM Bab7
Perbandingan antara laba dan investasi inilah yang terjadi pada pusat investasi. Pusat
investasi diukur dengan membandingkan laba dan jumlah investasi yang digunakan. Dengan
demikian pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang diukur prestasinya atas dasar
laba yang diperoleh dibandingkan dengan investasi yang digunakan .
Sedangkan informasi atas dasar pusat Investasi dapat memotivasi manajer divisi untuk :
unit usaha lain yang mempunyai modal RP5 juta namun dapat menghasilkan laba RP500
ribu. Pada umumnya seorang manejer unit usaha mempunyai tujuan menghasilkan laba.
Pertama, menghasilkan laba dari sumberdaya yang ada. Kedua, menginvestasikan sumber
daya tambahan hanya apabila investasi tersebut menambah laba. Pengukuran prestasi suatu
pusat investasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pusat investasi tersebut dapat
menghasilkan kembalian yang memuaskan bagi unit usaha dan bagi perusahaan keseluruhan.
Tolak ukur yang digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu pusat investasi
adalah Return On Investment atau Residual Income. Return On Investment adalah
perbandingan antara laba dan Investasi yang digunakan. Dengan demikian Return On
Investment merupakan angka rasio, dimana pembilangnya laba yang tercantum pada laporan
laba-rugi, sedangkan penyebutnya adalah aktiva yang digunakan sebagai dasar investasi.
Gambar 7.1 Neraca Dan Laporan Laba-Rugi Divisi XYZ
Divisi XYZ
NERACA
PER 31 DESEMBER 2008
Utang lancar :
Aktiva lancar :
Kas
50.000
Utang Dagang
100.000
Piutang
150.000
Utang lain-lain
100.000
Persediaan
200.000
400.000
Aktiva Tetap
Bangunan
600.000
Akum. Deprasiasi
(300.000)
200.000
Modal
500.000
300.000
Total Aktiva
700.000
Total Ekuitas
Divisi XYZ
LAPORAN RUGI-LABA
PERIODE YANG BERAKHR 31 DESEMBER 2008
700.000
Pendapatan
1.000.000
Biaya
850.000
dpresiasi
50.000
900.000
100.000
50.000
Residual Income
50.000
100.000
Return Of Investment =
= 20%
500.000
Dari gambar 7.1 dapat diketahui bahwa rasio ROI Divisi XYZ adalah 20%, dimana
pembilangnya sebesar RP100.000 diambil dari laba operasi sebelum pajak dan penyebutnya
diambil dari modal yang digunakan. Sedangkan Residual Income merupakan jumlah uang,
yang diperoleh dengan mengurangkan laba sebelum pajak dengan beban Investasi yang
dilakukan. Beban investasi merupakan perkalian antara investasi yang digunakan dengan
presentase biaya modal. Biaya modal dalam hal ini adalah biaya kesempatan atas investasi
yang ditanamkan dalam suatu organisasi. Dengan asumsi besarnya biaya modal Divisi xyz
seperti yang tampak pada Gambar7.1 sebesar 10%, maka besarnya Residual Income adalah
Rp50.000.
A. Masalah Pengukuran Aktiva Sebagai Dasar Investasi
Dalam memutuskann yang digunakan untuk mengevaluasi manajer pusat investasi, beberapa
hal yang terjadi pertanyaan adalah tindakan apa yang bisa mendorong manajer unit usaha
mengunakan aktivitasnya secara efisien dan menentukan tambahan aktiva baru yang benarbenar bermanfaat bagi unit usaha. Jika suatu laba dihubungkan dengan aktiva yang
digunakan, manajer unit usaha akan mencoba memperbaiki kinerjanya karena mereka akan
diukur dengan cara tersebut. Dan dalam memutuskan dasar investasi yang digunakan untuk
mengevaluasi pusat investasi, biasanya timbul pertanyaan berikut ini:
Praktik-praktik apa yang akan menyebabkan manajer unit usaha untuk menggunakan
aktiva perusahaan secara efisien dan memperoleh jumlah dan jenis aktiva baru yang
tepat?
Ukuran kinerja yang manakah yang bisa dijadikan ukuran penilaian suatu unit usaha
dalam perusahaan?
Dalam menentukan aktiva mana yang dimasukkan dalam dasar investasi unit usaha, kita
harusnya memutuskan apakah tujuan utama untuk mengukur kinerja unit usaha sebagai
kesatuan ekonomik atau kinerja manajernya. Jika tujuannya untuk mengevaluasi manajer unit
usaha, maka hanya aktiva yang langsung dapat dikendalikan oleh manajer unit usaha sajalah
yang dimaksukkan dalam unit investasinya. Aktiva perusahaan yang digunakan oleh kantor
pusat atau aktiva yang dikendalikan oleh tingkat pusat, seperti kas, adalah contoh aktiva
yang tidak dapat dilacak pada tingkat unit usaha dan harus dikeluarkan dari dasar investasi.
Dengan pendekatan ini, manajer unit usaha akan bertanggungjawab pada kekayaan unitnya.
Jika manajer juga mengendalikan penjualan dan kebijakan kredit, maka piutang unit usaha
juga dimasukkan dalam dasar investasinya. Cara ini mengasumsikan bahwa piutang dicatat
secara memadai sehingga piutang dapat dilacak pada aktivitas penjualan unit usaha yang bisa
diidentifikasi. Pada dasarnya, kas dapat dikendalikan pada tingkat perusahaan, namun setiap
saldo kas yang dipegang dan dikelola pada tingkat unit usaha dapat dimasukkan dalam dasar
investasi. Manajemen puncak mungkin tertarik pada evaluasi kinerja ekonomik suatu unit
usaha untuk diperbandingkan dengan perusahaan sejenis dalam industri yang sama. Untuk
kondisi tersebut, kantor pusat akan mengalokasikan aktiva atau biaya yang dikeluarkan
kepada unit usaha dimilikinya.
Pengalokasian tersebut dilakukan dengan alasan tidak unit usaha yang bisa beroperasi
tanpa jasa yang diberikan oleh aktiva perusahaan (seperti gedung, perlatan kantor untuk
eksekutif puncak dan departemen staf, dan uang tunai ataupun sekuritas yang hanya dapat
dikelola oleh tingkat pusat). Karenanya banyak perusahaan yang disentralisasi yang
memasukkan investasinya dalam bentuk kas, surat berharga, maupun akitva lainnya ketika
menilai kinerja suatu pusat investasi. Masalah lain dalam penentuan dasar investasi unit
usaha adalah adanya aktiva menganggur. Beberapa perusahaan mengeluarkan aktiva yang
menganggur dari dasar investasi unit usahanya. Yang menjadi pertanyaan tentu tingkat
pengawasan yang yang diperlukan. Jika manajer puncak tidak mengizinkan manajer unit
usaha menjual aktiva yang menganggur, kemudian aktiva tersebut tidak dapat dikendalikan
pada level unit usaha maka tidak seharsunya dimasukkan dalam dasar investasi unit usaha.
Jika aktiva tersebut dikeluarkan, manajemen puncak hendaknya mengambil kepemilikan atas
aktiva tersebut dan mempunyai hak untuk mengambil alih ke unit usaha lain yang
memerlukan. Secara singkat dalam menentukan besarnya investasi yang digunakan sebagai
dasar investasi meliputi: (1) masalah definisi investasi yang digunakan sebagai dasar
investasi, (2) masalah dalam aktiva lancar yang harus dimasukkan sebagai dasar investasi dan
(3) masalah aktiva tetap sebagai dasar investasi.
1. Masalah Definisi Investasi Yang Digunakan.
Berbagai perusahaan memakai definisi yang berbeda-beda. Perbedaan dalam pengunaan difisi
investasi akan berpengaruh terhadap besarnya ROI dan RI. Definisi investasi yang sering
digunakan, yaitu:
Total Aktiva Yang Tersedia. Menurut pengertian ini, investasi diukur sebagai total aktiva
seperti
yang
tercantum
pada
laporan
keuangan
divisi.
Konsep
ini
tidak
mempertimbangkan adanya aktiva yang dibeli untuk tujuan tertentu misalnya tanah
KAS. Kebanyakan perusahaan mengawasi kas secara terpusat karena pengawasan kantor
pusat memungkinkan pengguna kas yang lebih kecil dari pada kas tersebut dipegang
lansung oleh unit usaha. Manajer unit usaha biasanya memegang kas kecil saja untuk
dilakukan oleh bagian pemasaran, dan menunjuk petugas khusus menagih piutang.
Persediaan. Persediaan umumnya dicatat sebesar jumlah akhir periode walaupun ratarata dalam periode tersebut lebih bagus secara konseptual. Jika perusahaan menggunakan
metode LIFO untuk tujuan akuntansi keuangan, metode penilaian yang berbeda biasanya
digunakan untuk pelaporan laba unit usaha karena pada periode terjadi inflasi, persediaan
dengan metode LIFO menunjukan nilai yang rendah dan tidak realistis.
Modal Kerja Secara Umum. Penilaian tentang bagaimana modal kerja tersebut
diperlakukan. Disatu sisi perusahaan memasukkan semua aktiva lancar dalam dasar
investasi tanpa menguranginya terlebih dahulu dengan hutang lancar.
3. Masalah Dalam Aktiva Tetap
Pada dasarnya aktiva tetap dicatatat sebesar harga perolehannya, dan harga harga
perolehan ini dihapus dari aktiva yang masih mempunyai manfaat dengan mekanisme
depresiasi. Kebanyakan perusahaan menggunakan pendekatan yang sama dalam mengukur
tingkat keuntungan darai dasar aktiva tetap yang meliputi: (1) Pengaruh penggunaan metode
nilai buku bersih atau nilai prolehannya aktas aktiva tetap baru, (2) Pilihan penggunaan
metode alternatif dalam pengukuran investasi.
Pengaruh Penggunaan Metode Nilai Buku Atau Harga Perolehan Dalam Perolehan
Aktiva Baru. Pembelian aktiva baru secara langsung akan berpengaruh terhadap
besarnya ROI atau RI selama umur aktiva dibeli. Hal ini dapat menimbulkan perbedaan
dari tujuan semula dibentuknya pusat investasi. Suatu contoh, misalnya sebuah aktiva
dengan harga perolehan sebesar Rp100 ribu akan dapat menghasilkan laba Rp12 ribu
selama 5 tahun, tanpa nilai residu pada akhir umur aktiva. Penyusutan dilakukan denga
metode garis urus (stright line). ROI dihitung dengan menggunakan nilai buku awal
tahun. Investasi ini diharapkan dapat mengasilkan tingkat kembalian sebesar 15%. Jika
dihitung dengan menggunakan
menguntungkan
karena
dapat
nilai
bersih
sekarang
sebesar
Rp7.264,00(Tingkat bunga 15%, dalam jangka waktu 5 tahun = 3.352). Besarnya ROI
selama 5 tahun dapat dilihat pada Gambar 7.2
Awal Tahun
Laba
RI
ROI
(Dalam Rp)
(Dalam Rp)
(Dalam Rp)
(Dalam %)
100.000,00
12.000,00
-300,00
12,00
80.000,00
12.000,00
0.00
15,00
60.000,00
12.000,00
3.000,00
20,00
40.000,00
12.000,00
6.000,00
30,00
20.000,00
12.000,00
9.000,00
60,00
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa besarnya ROI pada tahun pertama hanya 12%
kemudin berlangsur-angsur naik samai dengan 60% pada tahun kelima. Demikaian juga
dengan RI yang kecil bahkan negatif, karena laba yang diperoleh tidak dapat menutup biaya
RI pada tahun 1 negatif sebesar Rp3.000 dan kemudian bertambah setiap tahunnya menjadi
Rp9.000 pada tahun kelima. Penggunaan Harga Perolehan, Fluktuasi residual income dan
ROI dari tahun ke tahun pada Gambar 7.2 di atas dapat dieliminir dengan mengakui aktiva
sebagai dasar investasi diakui sebesar harga perolehan mula-mula. Jika harga perolehan
digunakan, maka besarnya investasi tiap tahun akan tetap sebesar Rp100ribu. Jika besarnya
laba setiap tahun Rp12.000,00, maka besarnya ROI selama umur investasi akan menunjukkan
angka yang sama sebesar 12% (Rp12.000,00 / Rp100.000,00), sedangkan RI akan
menghasilkan angka negatif sebesar Rp3.000,00 (liat Gambar 7.3).
GAMBAR 7.3 BESARNYA ROI DAN RI DIGUNAKAN METODE HARGA PEROLEHAN
Nilai Buku
Tahun
Awal Tahun
Laba
RI
ROI
(Dalam Rp)
100.000,00
(Dalam Rp)
12.000,00
(Dalam Rp)
-300,00
(Dalam %)
12,00
100.000,00
12.000,00
-300,00
12,00
100.000,00
12.000,00
-300,00
12,00
100.000,00
12.000,00
-300,00
12,00
100.000,00
12.000,00
-300,00
12,00
Da
Dari Gambar 7.3 tersebut dapat diketahuai bahwa angka-angka tersebut mencerminkan
bahwa kemampuan untuk memperoleh laba divisi berkurang, padahal kenyataannya tidak
demikian.
Aktiva Leasing
Seorang manajer yang cerdas, mungkin memilih aktiva leasing dari pada membelinya.
Dengan mendasarkan pada laporan keuangan Divisi XYZ, misalnya manajer unit usaha
bersangkutan menjual aktiva tetap dengan nilai buku Rp300.000,00, dan mengembalikan
hasil penjualan tersebut ke kantor pusat, lalu menyewa aktiva tersebut dengan tarif
Rp60.000,00 per tahun. Hasilnya seperti Gambar 7.4.
Pendapatan
Dengan Sewa
1.000.000
Biaya
850.000
Depresiasi
1.000.000
850.000
50.000
Biaya Sewa
60.000
900.000
910.000
100.000
90.000
50.000
(200.000 x 10%)
Residual income
20.000
50.000
70.000
Dari gambar tersebut dapat dilihat laba sebelum pajak akan berkurang karena biaya sewa
untuk aktiva baru lebih besar dari pada beban dpresiasi aktiva yang telah dijual. Sehingga
Residual Income akan meningkat karena biaya sewa yang lebih tinggi dibandingkan biaya
depresiasi akan diimbangi dengan beban modal yang lebih kecil.
Fasilitas Menganggur
Jika suatu unit usaha mempunyai aktiva yang menganggur padahal aktiva tersebut bisa
digunakan oleh unit lain, maka dibolehkan bagi unit usaha tersebut untuk tidak memasukkan
aktiva tersebut dari dasar investasinya. Yang bertujuan untuk manajer unit usaha untuk
menghilangkan aktiva yang tidak bermanfaat. Namun, jika aktiva tersebut tetap tidak bisa
digunakan oleh unit lain, manajer unit usaha dapat memindahkan aktiva tersebut yang akan
mengakibatkan tindakan yang tidak bermanfaat.
perhitungan perbandingan laba bersih terhadap penjualan. Turnover adalah pengukuran yang
berbeda, yang dicari dengan membagi penjualan aktiva operasi.
ROI = (Laba / Penjualan) x (Penjualan / Investasi)
= Profit margin x Tingkat Perputaran Aktiva
Gambar 7.5 memberikan gambaran yang jelas contoh perhitungan elektronik ROI dari
perusahaan elektronik yang mempunyai dua unit usaha yaitu divisi TV dan divisi Radio
selama tahun 2007 dan 2008. Dari gambar tersebut diketahui bahwa besarnya ROI yang
dihitung dengan rumus pertama dan kedua menunujukkan hasil yang sama. Divisi TV dapat
meningkatkan ROI dari 18% menjadi 20% pada tahun 2008. Sedangkan divisi Radio
mengalami penurunan dari 18% menjadi 15% pada tahun 2008. Gambaran yang lebih baik
penyebab penurunan ROI ini dapat dilihat pada besarnya rasio profit margin dan tingkat
perputaran aktiva masing-masing divisi. Perhatikan bahwa margin untuk masing-masing
divisi. Perhatikan bahwa margin untuk divisi mengalami penurunan sebesar 16,67% pada
tahun 2008.
Sebagai alat untuk mengukur keberhasilan suatu pusat investasi ROI mempunyai beberapa
kebaikan atau keunggulan, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman oleh manajer unit
usaha untuk melakukan tindakan sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab.
DIVISI TV
60.000.000
3.600.000
20.000.000
18%
DIVISI RADIO
117.000.000
3.510.000
19.500.000
18%
2008:
Penjualan
Laba Operasi.
Rata-rata aktiva operasi
ROI
40.000.000
2.000.000
10.000.000
20%
117.000.000
2.925.000
19.500.000
15%
DIVISI RADIO
2007:
Profit margin
Tingkat perputaran aktiva
6%
x3
3%
x6
ROI
18%
18%
2008:
Profit margin
Tingkat perputaran aktiva
5%
x4
2.5%
x6
ROI
20%
15%
Investasi
laba operasi Rp10.000.000.000
sebesar
Laba Operasi
Rp 1.300.000.000
miliar, Roi sebesar
ROI
13%
M
menganggarkan
terebut
dana
ROI
Rp4.000.000.000
Rp 640.000.000
16%
64 M 50 M
14,675
aktiva
Proyek II
Divisi
15,07%
Laba operasi
8,1M
9,4 M
8,8 M
7,5 M
Aktiva operasi
60 M
14,75% 15%
miliar dan
Rp7,5
54
15%.
Rp15
milar untuk investasi baru dan kator pusat mensyaratkan investasi baru harus menghasilkan
laba sebesar 10%. Setelah dilakukan perhitungan maka akan mempunyai 4 alternatif yang ada
pada Gamabar 7.7. (A) Investasi pada proyek I sebesar Rp10 miliar, (B) Investasi pada
proyek II sebesar Rp4 miliar, (C) Investasi pada kedua proyek dengan total Rp14 miliar, dan
(D) Tidak menginvestasikan dana tersebut.
2. ROI Mendorong Manajer Divisi Untuk Memfokuskan Diri Hanya Pada Jangka
Pendek Tanpa Memperhatikan Kepentingan Jangka Panjang.
Contohnya adalah jika perusahaan mengalami penurunan penjualan dan ROI dari yang
ditargetkan, maka maka manajer akan mengambil kebijakan yakni: (1) memotong gaji (2)
Memotong anggaran iklan (3) Menunda semua promosi dalam jangka pendek (4)
Mengurangi anggaran pembelian (5) Menggunakan bahan baku yang lebih murah. Dalam
jangka pendek tidakan tersebut akan menaikan ROI namun dalam jangka panjang akan
merugikan perusahaan secara keseluruhan.
RESIDUAL INCOME
Residual Income adalah selisih antara laba operasi dan jumlah kembalian yang diharapkan
atas aktiva operasi perusahaan. Penggunaan metode ini akan mendorong manajer divisi untuk
memaksimalkan Residual Income bukan besarnya ROI. Residual Income dipakai untuk
mengukur kinerja manajer divisi, maka manjer akan mendorong untuk selalu melaksanakan
usulan proyek yang menghasilkan laba di atas biaya modalnya.
Secara skematis Residual Income dapat dicari dengan cara sebagai berikut:
Laba operasi.................................................................................xxx
Biaya modal
Tingkat kembalian x Aktiva operasi.........................................xxx
Residual Income...........................................................................xxx
Dengan demikian besarnya biaya modal dalam Residual Income merupakan perkalian antara
persentase kembalian minimum dangan investasi yang digunakan.
Kebaikan Residual Income
1. Mendorong Manajer Divisi Untuk Menerima Usulan Investasi Yang Menurut ROI
Tidak
Menguntungkan
Sehingga
Tidak
Diterima
Tetapi
Menguntungkan
Elemen untuk mendapatkan besarnya angka Residual Income adalah laba. Laba adalah
selisih dari pendapatan dan biaya. Jika manajer divisi diukur dengan Residual Income,
maka manajer akan berlomba-lomba mendapatkan laba sebesar mungkin.
Beberapa Alternatif Untuk Evaluasi Manajer
Penggunaan metode Residual Income tidaklah mengatasi seluruh masalah dalam
mengukur tingkat keuntungan pada suatu pusat investasi. Terutama ia tidak dapat mengatasi
tentang masalah akuntansi untuk aktiva tetap jika tidak menggunakan depresiasi anuitas. Jika
nilai buku kotor digunakan suatu unit usaha untuk meningkatkan nilai Residual Income yang
bisa berbenturan dengan kepentingan perusahaan secara keseluruhan. Jika nilai buku bersih
digunakan maka Residual Income akan meningkat, Residual Income untuk sementara waktu
akan menurun karena penggunaan investasi baru yang disebabkan tingginya nilai buku bersih
pada tahun-tahun awal. Beberapa aktiva juga akan dinilai lebih rendah pabila dikapitalisasi.
Walaupun harga beli dari aktiva tetap pada dasarnya dikapitalisasi, jumlah investasi
sebenarnya untuk pengembangan produk baru tidak muncul pada dasar investasi. Situasi ini
sering terjadi pada bagian pemasaran, dimana jumlah investasi terbatas pada persediaan
piutang, perlengkapan dan peralatan kantor.
Dapat disimpulkan, apabila suatu group unit usaha dengan pusat pertanggungjawaban
pemasaran yang bervariasi diukur, maka unit yang mempunyai operasi pemasaran yang lebih
luas akan meghasilkan tingka Residual Income yang tinggi. Untuk aktiva tetap diawasi
dengan cara lain, aktiva yang dapat dikendalikan biasanya adalah piutang dan persediaan.
Manajer unit usaha bisa membuat keputusan yang mempengaruhi tingkat aktiva ini. Jika
keputusan yang diambil salah maka akan terjadi masalsh yang serius. Misalnya jika
persediaan terlalu tinggi maka modal yang menganggur yang tidak digunakan semakin tinggi
begitu pula sebaliknnya. Alasan untuk mengevaluasi investasi laba dan modal secara terpisah
karena cara ini yang diinginkan oleh manajer puncak yakni memenuhi lairan kas jangka
panjang secara maksimum dari investasi yang dapat dikendalikan manajer unit usaha dan
akan menambah investasi jika mendatangkan laba bersih melebihi dana investasi tersebut.
Keputusan investasi dikendalikan pada saat keputusan tersebut dibuat. Akibatnya, prosedur
analisa investasi atas modal merupakan hal yang terpenting dalam pengendalian investsi.
EVALUASI PRESTASI EKONOMI