Kriminologi Edit
Kriminologi Edit
Kriminologi Edit
PENDAHULUAN
Kriminologi
Tren Sesaat dan Mode dalam kejahatan kemunculan Kriminologi
Kejahatan dan Penyimpangan
Berkas Kejahatan 1.1. Sepuluh Buronan Paling dicari FBI
Perubahan Sosial dan Kemunculan Hukum
Model Hukum Konsensus Vs. Konplik Vs. Interaksionis
Berkas Kejahatan 1.2 Kejahatan Abad Kedua Puluh
Kejahatan dan Hukum Pidana
Siapa yang mendefinisikan Kejahatan ?
Definisi Kriminologis.
Berkas Kejahatan 1.3. Apakah Kejahatan itu?
Problem Kejahatan
Kerugian karena Kejahatan
Ikhtisar
Konsep Kunci
Pertanyaan Ulangan
Sumber Web
Bacaan Terpilih
Pendahuluan
Bayangkan sebuah masyarakat orang suci, biara sempurna orang-orang teladan.
Kejahatan, sebut saja demikian, tidak akan dikenal; tetapi kesalahan yang tampak tak
berarti bagi orang awam akan menimbulkan skandal di sana sama seperti yang ditimbulkan
pelanggaran lazim dalam kesadaran
awarn.
Emile Durkheim (1895/1950, him. 68-69)
Kejahatan adalah sebuah artefak sosiopolitik, bukan fenomena alami... Kita bisa
mendapati kejahatan sebanyak atau sesedikit mungkin, bergantung pada apa yang kita
anggap sebagai kejahatan.
-Herbert Packer (1968, him. 364)
Kriminologi
Teroris bunuh diri tak kenal belas kasihan membajak empat pesawat terbang dan
berikut seluruh penumpang, berhasil menabrakkan dua pesawat ke World Trade Center dan
satu pesawat ke Pentagon, menewaskan hampir 3.000 orang dalam serangan teroris
terburuk dalam sejarah. Seorang mahasiswa stres di Virginia Tech University membunuh 32
orang dalam pembunuhan massal terburuk dalam sejarah Amerika Serikat. Korporasikorporasi raksasa dan kantor-kantor akuntan mereka bersekongkol dan menyebabkan
guncangan hebat bursa saham, merugikan para pemegang saham miliaran dollar.
Kesamaan dalam peristiwa-peristiwa tersebut adalah semuanya menunjuk pada
berbagai bentuk perilaku kriminal, karena baru saja mengawali abad kedua puluh satu, kita
hanya bisa menebak horor baru tak terbayang-kan macam apa yang menunggu kita. Bidang
yang mempelajari masalah-masalah kejahatan dan perilaku kriminal serta upaya-upaya
mendefinisikan, menjelaskan dan memprediksinya adalah kriminologi.
Secara umum kriminologi didefinisikan sebagai ilmu atau disiplin yang
mempelajari kejahatan dan perilaku criminal. Secara khusus, bidang berkonsentrasi pada
bentuk-bentuk perilaku kriminal, sebab-sebab kejahatan, definisi kriminalitas : dan reaksi
masyarakat terhadap aktivitas kriminal; bidang-bidang pengkajian terkait bisa meliputi
kenakalan (delinkuensi) remaja dan viktimologi (ilmu tentang korban). Walaupun ada
tumpang-tindih mencolok antara kriminologi dan peradilan pidana, krimi-nologi
menunjukkan minat lebih besar pada penjelasan sebab akibat kejahat-an, sedangkan
peradilan pidana lebih mengurusi masalah-masalah praktis dan terapan seperti aspekraspek
teknis perpolisian dan pemasyarakatan. Dalam kenyataannya, kedua bidang ini saling
melengkapi dan kait-mengait sangat erat sebagaimana diperlihatkan oleh tumpang-tindih
keanggotaan dalam dua organisasi profesional yang mewakili kedua bidang tersebut:
American Society of Criminology dan Academy of Criminal Justice Science.
Diharapkan pengetahuan kriminologis dan penelitian ilmiah semacam itu bisa
mewarnai dan mengarahkan kebijakan publik dalam menyelesaikan beberapa problem
kejahatan. Konsentrasi utama teks ini akan ditujukan pada bidang-bidang sentral perilaku
kriminal, metodologi penelitian, dan teori kriminologis. Sedangkan minat khususnya adalah
eksplorasi berbagai tipologi kejahatan, upaya mengklasi-fikasi bermacam-macam aktivitas
kriminal dan penjahat menurut tipenya.
Kemunculan Kriminologi
Sosiolog Perancis Auguste Comte (1798-1857) memandang gerak maju
pengetahuan terdiri atas tiga tahap, dari penjelasan serba teologis menuju pendekatanpendekatan metafisik (filosofis) hingga penjelasan-penjelasan ilmiah (Comte, 1851/1877).
Sebelum kemunculan hukum pidana modern pada abad kedelapan belas agama merupakan
basis primer kontrol sosial di luar organisasi kekerabatan. Penjelasan-penjelasan teologis
menggunakan basis-basis supranatural atau dunia lain untuk memahami realitas. Ingat,
misalnya, kecaman kepausan terhadap Galileo karena melakukan kebidatan dengan
mempertanyakan deskripsi Injil tentang bumi dan astronomi. Dalam tahapan metafisik,
filsafat
mengandalkan
peristiwa-peristiwa
sekuler
(dun-iawi)
untuk
memberikan
pemahaman melalui semangat baru penyelidikan rasionalitas dan argumen logis. Kedua
ciri tahapan ilmiah tersebut memadu-kan semangat rasional penyelidikan ini dengan
metode ilmiah, menekankan empirisisme dan eksperimentasi. Orientasi ilmiah menekankan
pengukuran, pengamatan, pembuktian, replikasi (pengulangan pengamatan), dan veri-fikasi
(menganalisis kesahihan pengamatan).
Penerapan secara sistematis metode ilmiah memungkinkan manusia membuka
banyak misteri berbagai abad. Mula-mula, terobosan dalam pengetahuan terjadi dalam
ilmu-iimu fisik; kemudian perubahan juga mulai berlangsung dalam ilmu-ilmu sosial
seperti sosiologi dan kriminologi. Karena metode ilmiah member! pemahaman utama dan
kemampuan untuk memprediksi dan mengontrol realitas fisik, diharapkan metode-metode
yang sama itu bisa diterapkan pada dan akan terbukti berguna dalam ilrnu-i!mu sosial.
Walaupun banyak yang memandang kriminologi sebagai sebuah ilmu, ada juga, seperti
Sutherland dan Cressey (1974), memandangnya sebagai seni sama seperti kedokteran,
sebuah bidang yang didasarkan pada ba-nyak ilmu pengetahuan dan disiplin.
ganjil, asing, kasar, menjijikkan, dan lain sebagainya. Istilah ini menunjuk pada perilaku
yang berada di luar toleransi kemasyarakatan normal.
Definisi penyimpangan tergantung pada waktu, tempat, dan orang (-orang) yang
melakukan evaluasi, dan sebagian perbuatan didefinisikan le-bih universal daripada
perbuatan lainnya. Misalnya, pada pertengahan abad kesembilan belas di Amerika Serikat,
mandi di bathup dianggap tidak bermo-ral dan tidak sehat.
BAB II
Metode-metode Penelitian Dalam Kriminologi
Teori dan Metodologi Kerja Penelitian dalam Kriminologi
Objektivitas
Etika dalam Penelitian Kriminologi
Siapakah Penjahat Itu?
Statistik Resmi KepolisianUniform
Crime Reports (UCR)
Sumber-sumber Statistik Kejahatan
Indeks Kejahatan: Kejahatan Kekerasan dan Kejahatan Properti
Isu-isu dan Kewaspadaan dalam Mempelajari Data UCR
Berkas Kejahatan 2.1 Penumnan Kejahatan
Strategi Pengumpulan Data Alternatif Eksprerimen-eksperimen dalam Kriminologi
Beberapa Eksperimen dalam Kriminologi
Penelitian Berbasus Bukti
Survei
Survei Korban
Survei Viktimisasi Kejahatan Nasional (NCVS)
Berkas Kejahatan 2.2 Apakah Anda Pernah Menjadi Korban Kejahatan ?
Isu dan Kewaspadaan dalam Mempelajari Data Korban
Ukuran Pelaporan Diri Kejahatan Berkas Kejahatan 2.3 Item-item delinkuensi yang
dilaporkan sendiri
Observasi Partisipan
Observasi Partisipan terhadap Penjahat
Evaluasi Metode Observasi Partisipan
Riwayat Hidup dan Studi Kasus
Berkas Kejahatan 2.4 Pengakuan Seorang Pencuri yang Sekarat
Unobtrusive Measures
Berkas Kejahatan 2.5 Sumber-sumber Bermanfaat bagi Penelitian Kriminologi
akan terlalu menyederhanakan sebuah kepu-tusan yang sangat kompleks. Hingga baru-baru
ini bidang kriminotogi dan peradtlan pidana bersandar pada kode etik bidang-bidang induk
seperti so-siologi dan psikologi sebagai panduan. Peneliti harus mengupayakan standar
teknis tertinggi dalam penelitian.
informasi intelijen.
Orang yang menjadi subjek penelitian berhak mendapat penjelas-an penuh tujuan
penelitian.
Subjek berhak atas kerahasiaan, Ini mewajibkan peneliti untuk melindungi identitas
subjek penelitiannya.
Penelitian tidak boleh menghadapkan subjek melebihi risiko minimal. Jika risiko
lebih besar dari risiko dalam kehidupan sehari-hari diperlukan persetujuan untuk itu.
Menghindari pelanggaran privasi dan melindungi populasi yang rentan.
Penelitian harus memenuhi persyaratan perlindungan subjek manusia yang
definisi
konsep
penjahat.
Variabel
adalah
sebuah
konsep
yang
dioperasionalkan atau diukur dalam suatu cara tertentu dan yang bias bervariasi atau
merniliki nilai-nilai berbeda, biasanya bersifat kuantitatif.
Indeks Kejahatan: Kejahatan Kekerasan dan Kejahatan Properti
Secara historis UCR dibagi menjadi dua bagian: Kejahatan-kejahatan Ba-ffian I meliputi
kejahatan indeks, kejahatan besar yang dianggap serius, sermg terjadi, dan kemungkinan
besar dilaporkan polisi. Delik indeks ini
adalah:
1. Pembunuhan (Murderand non-negligent manslaughter). Penghilangan nyawa seseorang
oleh orang lain tanpa rencana secara sengaja.
2. Pemerkosaan (Forcible rape). Menyenggamai seseorang secara pak-sa dan/atau
bertentangan dengan kehendak seseorang itu; atau ti-dak secara paksa atau bertentangan
dengan kehendak seseorang itu ketika korban tidak mampu memberi persetujuan karena
usia
mudanya
atau
karena
ketidakmampuan
sifatnyasementaramaupunpermanen,
3.
4.
5.
6.
7.
8.
atau
karena
mental
atau
fisiknya
ketidakmampu-annya
yang
memberi
Pembunuhan
Pemerkosaan
Perampokan
Penyerangan berat
Indeks kejahatan properti terdiri atas:
1. Pembobolan
2. Pencurian
3. Pencurian kendaraan bermotor
Pembakaran disertakan, te-tapi tidak diperhitungkan
Kejahatan-kejahatan Bagian II adalah delik-delik non-indeks dan tidak digunakan
dalam memperhitungkan angka kejahatan, antara lain:
Penyerangan biasa
Pemalsuan
Penipuan Penggelapan
Menadah barang curian Vandalisme
10
dengan penggunaan senjata atau alat serupa untuk menirnbulkan kematian atau kerugian
fisik berat. Penyerangan biasa dikecualikan.
Pembobolan/masuk paksa : Masuk secara tidak sah ke dalam suatu bangunan untuk
melakukan kejahatan besar atau pencunan. Termasuk percobaan masuk paksa.
Pencurian (Tidak termasuk pencurian Kendaraan bermotor) : Mengambil, membawa,
menuntun, atau melarikan harta benda dari kepemilikan kontruksi orang lain. Contohnya
antara lain pencurian sepeda atau aksesoris mobil, pengutilan, pencopetan atau pencurian
setiap properti atau barang yang diambil tidak dengan paksa dan kekerasan atau dengan
penipuan. Percobaan pencurian tidak termasuk. Penggetapan, "con" game, pemalsuan, cek kosong, dan lain sebagamya, tidak termasuk.
Pencurian kendaraan bermotor; Pencurian atau percobaan pencurian kendaraan
bermotor. Yang dimaksud dengan kendaraan bermotor adalah yang bergerak dengan tenaga
sendiri di permukaan tanah dan bukan di rel. Tidak termasuk dalam kategori ini adalah
perahu motor, peralatan konstruksi, pesawat terbang dan peralatan pertaman.
Pembakaran: Setiap pembakaran secara sengaja atau dengan niat mencelakai atau
percobaan pembakaran, dengan atau tanpa niat curang, rumah tinggal, bangunan publik,
kendaraan bermotor atau pesawat terbang, properti pribadi orang lain, dan lain sebagainya.
Delik-delik Bagian II adalah:
Penyerangan lain (biasa): Penyerangan dan percofaaan penyerangan di mana senjata tidak
digunakan dan yang tidak menimbulkan luka serius atau parah pada korban.
Pemalsuan: Membuat, mengganti, mengedarkan, atau memiliki, dengan niat berbuat
curang, segala sesuatu yang palsu menyenjpai yang asli. Termasuk percobaan pemalsuan.
Penipuan: Pembicaraan curang dan mendapatkan uang atau properti dengan dalih palsu.
Termasuk dalam perbuatan ini adalah confidence games dan cek kosong, pemalsuan tidak
termasuk.
Penggelapan: Pengambilan secara tidak sah atau penggunaan secara tidak sah uang atau
properti yang dipercayakan pada pemeliharaan, perwalian atau Renguasaan seseorang.
Properti curian; pembelian, penerimaan, pemilikan: Membeli, menerima, dan memitiki
barang curian, termasuk percobaan-percobaan untuk itu.
Vandalisme: Menghancurkan, merusak, memperburuk keadaan, atau membikir buruk
setiap properti pribadi atau umum, benda tetap maupun bergerak, secara sengaja atau
dengan niat merusaknya tanpa seizing pemilik atau orang yang memiliki perwalian atau
penguasaan.
Membawa senjata, memiliki senjata, dan lain-lain: Sernua pelanggaran terhadap
ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang mengatur perihal membawa,
menggunakan, memiliki, memasok dan mambuat senjata mematikan atau senjata api
berperedam. Percobaan meiakukan perbuatan -perbuatan tersebut juga termasuk.
11
Pelacuran dan perbuatan asusila komersial: Delik seks yang bersifat komersial seperti
pelacuran, mengoperasikan bordil, menyediakan atau mengangkut wanita untuk tujuantujuan tidak bermoral. Termasuk percobaan untuk meiakukan perbuatan-perbuatan tersebut.
Delik seks (selain pemerkosaan, pelacuran, dan perbuatan asusila komersial);
Hubungan seks dengan anak-anak di bawah umur dan delik terhadap kesuctan, kepatutan
umum, moral, dan semacamnya. Termasuk percobaan untuk meiakukan perbuatanperbuatan tersebut.
Penyalahgunaan obat-obatan: Delik-delik negara bagian dan/atau ioka! terkait dengan
pemilikan, penjualan, penggunaan. penanaman dan pengolahan narkotika secara tidak sah.
Kategori obat-obatan berikut termasuk yang dilarang: candu atau kokain dan produkproduk turunannya (morfin, heroin, kodein), mariyuana; narkotika sintetik narkotika
buatan yang bisa menyebabkan kecanduan (Demerol, metadon); dan
obat-obatan non-narkotika berbahaya (barbiturat, benzedrin).
Perjudian: Mempromosikan, mengizinkan, atau terhbat dalam perjudian ilegal. Delik
terhadap keluarga dan anak-anak: Tidak mendukung, mengabaikan. meninggalkan, atau
menganiaya keluarga dan anak anak.
Mengemudi di bawah pengaruh: Mengemudi atau menjalankan segala kendaraan atau
angkutan umum dibawah pengaruh minuman keras atau narkotika.
Pelanggaran undang-undang minuman keras: Pelanggaran undang-undang negara bagian
dan/atau setempat. selam mabuk dan mengemudi di bawah pengaruh. Pelanggaran federal
tidak termasuk.
Mabuk: Delik terkait keadaan mabuk atau teler. Tidak termasuk mengemudi di bawah
pengaruh.
Perbuatan mengganggu: Merusak ketenteraman.
Menggelandang:
Menggelandang,
meminta-minta,
kluntang-klantung.
dan
lam
sebagainya.
Delik-delik lain: Semua pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan negara
bagian dan/atau setempat, selain yang sudah disebut di atas dan pelanggaran iatu lintas.
Kecurigaan: Tidak ada delik khusus. tersangka yang dilepas tanpa dakwaan formal
kembali ke masyarakat
Undang-undang jam malam dan keluyuran (orang di bawah 18 tahun): Delik
berkenaan dengan pelanggaran jam malam setempat atau aturan tentang keiuyuran yang
berlaku.
Kabur (orang di bawah 18 tahun): Terbatas pada remaja yang berada dalam tahanan
periindungan menurut ketentuan undang-undang lokal.
Strategi Pengumpulan Data Alternatif
12
Statistik kejahatan resmi yang diterbitkan pemerintah tentu ada manfaat-nya; meski
begitu, para kriminologbisa dikatakan mengabaikan tugas mereka sebagai sarjana dan
ilmuwan jika membatasi penyelidikan dan sum-ber-sumber statistik mereka pada data yang
dihimpun untuk keperluan administratif oleh badan-badan pemerintah. Di beberapa rezim
totaliter, misalnya, tidak ada yang bisa dipelajari, karena ideologi resmi pemerintah
menyatakan tidak ada kejahatan dalam surga rakyat. Dalam masyarakat ter-buka sekalipun
statistik resmi jarang menjangkau kejahatan elite. Untunglah para kriminolog benar-benar
mempunyai sumber-sumber teknikyang pene-rapannya hanya dibatasi oleh imajinasi dan
kecakapan peneliti.
Eksperimen-eksperimen dalam Kriminologi
Eksperimen adalah titik pusat atau standar bagi perbandingan dengai semua metode
penelitian lain. Eksperimen adalah cara paling efektif me ngontrol kesalahan atau faktorfaktor tandingan terhadap fakta di selurul rancangan studi {Campbell & Stanley, 1963).
WalaupurTada banyak sekal yarijsi eksperimen, titik toiak atau prototipenya adalah desain
eksperimen -am eksperiniL-ntal klasik mengandung tiga unsur pokok :
Ekuivalen
Pra-uji dan pasca-uji
Kelompok eksperimental dan kontrol
Pada dasarnya, ekuivaien berarti penetapan subjek-subjek pada kelom-pokkelompok eksperimental dan kontrol dengan cara sedemikian rupa hingga mereka
dipandang sama dalam semua aspek utama. Hal ini bisa di-lakukan dengan penetapan acak
(di mana setiap subjek memiliki probabili-tas setara untuk muncul dalam masing-masing
kelompok) atau dengan pencocokan (sebuah pro-sedur di mana subjek dengan usia, jenis
kelamin, dan karakteristik lain yang sama dalam kelompok eksperimental direkrut untuk
kelompok kontrol). Kelompok eksperimental akan memperoleh perlakuan (X), sedangkan
kelompok kontrol tidak menerima perlakuan tetapi akan diamati untuk dibandingkan
dengan kelompok eksperimental.
Beberapa Eksperimen dalam Krimonologi
Kamera Tersembunyi
Sebelurn era kamera video lumrah dijumpai dalam hampir semua bisnis, sebuah
eksperimen dengan kamera menyodorkan janji menggiurkan. Dalam upaya meningkatkan
^ngka penahanan dan penghukuman perampok kompleks komersial, Kepolisian Seattle
menciptakan sebuah eksperimen lapangan menggunakan perangkat berisiko tinggi,
sebagian dirancang seba-gai kelompok eksperimental, yang lain-lainnya sebagai kelompok
kontrol. Perlakuan bagi kelompok eksperimental melibatkan pemasangan kamera
13
tersembunyi khusus yang bisa diaktifkan selama perampokan ketika uang "aktivasi" ditarik
dari laci oleh kasir; cetakan foto perampok pun segera tersedia. Suatu perlakuan pasca-uji
terhadap dua jenis situs tersebut mendapati 55 persen perampokan dalam kelompok
eksperimental ditindaklanjuti dengan penangkapan, sedangkan angka untuk lokasi-lokasi
kontrol ada-lah 25 persen. (Clearance atau sudah ditindaklanjuti menunjukkan bahwa
tersangka sudah ditangkap, disidik, dan diserahkan kepada pengadilan untuk diproses atau
bahwa polisi memandang penyelidikan lebih lanjut tidak diperlukan.) Sementara 48 persen
perampok di lokasi berkamera dijatuhi hukuman, hanya 19 persen bandit kelompok kontrol
yang terbukti bersalah ("Hidden Cameras Project", 1978).
Scared Stright
Banyak kehebohan di Amerika Serikat pada akhir 1970-an karena sebuah program
baru yang dimaksudkan untuk mencegah kenakalan remaja berkembang menjadi aktivitas
kejahatan lebih serius dengan perbincangan "dari hati ke hati" lugas di penjara di antara
para penghuni yang dipilih secara khusus (lihat Foto 2.4). Digambarkan dalam sebuah film,
Scared Stright, proyek penjara awal Rahway, New Jersey, dimaksudkan untuk mengikis
kesan glamoi yang melekat pada kehidupan kriminal. Walaupun banyak otoritas hukum
yang segera meniru apa yang tampaknya merupakan obat mufarab mutakhii
pemasyarakatan, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa optimisms itu prematur.
Penelitian Berbasis Bukti
Mereka yang tidak sabar dengan atau rnempertanyakan pentingnya peneli tian
dalam kriminologi atau peradilan pidana sering mengajukan pertanyaai "Lalu apa?" atau
"Apa manfaat praktis semua proyek penelitian ini?" Mungkin untuk menjawab pertanyaanpertanyaan semacam itu, pada 1996 Kongres AS
Departemen Kehakiman
Usaha paling ambisius dalam hal ini adalah Campbell Collaboration (C2;
http,./:www.campbellcollaboration.org). Diberi nama untuk menghormati
mendiang
Donald Campbell, seorang pelopor dalam desain penelitian, tujuan organisasi ini adalah
memfasilitasi persiapan, pemeliharaan, dan aksesibilkas tinjauan-tinjauan program
sistematis. Mendukung agar kelompok ini terus memelihara register studi-studi sistematis,
C2 didasarkan pada Co chrane Collaboration yang sangat sukses di bidang kesehatan
dengan upaya menangani kurangnya bukti panduan bagi praktik-praktik layanan kesehatan
oleh David Farrington di Universitas Cambridge, selama satu tahun C2 meminta tinjauan
program di 25 kawasan termasuk kamp pelatihan, penerangan jalan, keadilan restoratif
(restorative justice), pelatihan keterampilan anak, dan perpolisian daerah rawan.
14
Survei
Sebagian besar pembaca sudah terbiasa dengan penggunaan survei dalam jajak
pendapat publik. kajian-kajian prediksi pemungutan suara, dan riset pemasaran. Berbagai
survei juga digunakan dalam kriminologi, terutama dalam menganalisis viktimisasi,
kejahatan yang dilaporkan oleh pelaku-nya sendiri (self-reported crime), pemeringkatan
publik tentang keseriusan kejahatan, pengukuran kekhawatiran terhadap kejahatan, dan
sikap-sikap terhadap kepolisian dan sistem peradilan pidana. Metode-metode pokok yang
digunakan dalam mengumpulkan data untuk survei adalah variasi ku-esioner, wawancara,
atau survei telepon. Persis seperti kontrol eksperimen untuk kesaiahan dan faktor-faktor
penyebab tandingah sebelum survei yang dilakukan dengan desain studi, para peneliti
survei berupaya mengontrol faktor-faktor tersebut sesudah survei dengan menggunakan
prosedur-pro-sedur statistik.
Survei Korban
Salah satu kekurangan utama statistik resmi kepolisian seperti UCR adalah tidak
mampu menjelaskan kejahatan yang tidak terungkap atau tidak dilaporkan; "angka gelap
kejahatan" (dark figure of crime) adalah frasa yang dipakai para kriminolog Eropa generasi
awal untuk menyebut delikyang lu-put dari perhatian pihak berwajib. Asumsinya, untuk
setiap kejahatan yang mendapat perhatian pihak berwenang terdapat jumlah tidak tertentu
kejahatan yang tidak terungkap angka gelap".
Isu dan Kewaspadaan dalam Mempelajari Data Korban
Beberapa problem yang mungkin muncul dalam survei korban antara lain, ^tas
pada: biaya menyusun banyak sampel, laporan palsu atau salah, kegagalan atau kerusakan
ingatan, telescoping of events (mendekatkan peristiwa), bisa sampel, pelaporan berlebihan
atau kurang, efek wawancara, serta kesalahan koding dan kesalahan mekanis.
1. Jika jajak pendapat publik berskala besar seperti yang digarap Gallup atau Roper bisa
dilakukan dengan sampel kurang dari 1.000, tidak banyaknya beberapa jenis
viktimisasi, seperti pemerkosaan, menghendaki sampel dalam jumlah besar untuk
menemukan be-berapa korban baru. Ratusan orang mungkin harus disurvei untuk
mendapatkan satu korban (Glaser, 1978, him. 63).
2. Sebuah garis paralel bisa ditarik dengan mencoba menyurvei para pemenang lotere
berdasarkan sebuah sampel populasi umum. Ba-nyak orang yang harus ditemui sebelum
menemukan beberapa pemenang. Jika peluang menang lotre adalah satu banding satu
juta, untuk menemukan satu pemenang secara kebetulan peneliti harus mewawancarai 1
juta pembeli lotre.
3. Laporan palsu atau salah bisa menghasilkan kesalahan. Levine, mi-salnya, mendapati
ketidakakuratan dalam laporan-laporan respon-den menyangkut perilaku pemungutan
15
suara, praktik bisnis, bahkan aktivitas seksual mereka (Levine, 1976, him. 307). Apakah
kita harus mengasumsikan presisi lebih tinggi dalam laporan-laporan korban?
4. Kegagalan atau kerusakan ingatan cenderung meningkat dengan bertambahnya jarak
antara waktu aktual peristiwa dan wawancara mengenai peiistiwa itu (Gottfredson &
Hindelang, 1977; Panel for the Evaluation of Crime Surveys, 1976, him. 21).
5. Telescoping of events, sejenis kerusakan ingatan, melibatkan per-pindahan peristiwa
yang terjadi dalam periode waktu berbeda (mi-salnya, sebelum periode yang
disebutkan) ke tempo yang sedang diteliti. Viktimisasi dua tahun lalu keliru disebutkan
terjadi pada tahun lalu. Tanpa sadar subjek mungkin bahkan mendekatkan peristiwa
untuk menyenangkan hati pewawancara (Bidermari et al, 1967). Karakteristik yang
diminta atau kecenderungan terlalu me-nurut para responden jelas dapat membiaskan
kajian korban.
6. Sampel yang bias menyebabkan penghitungan yang lebih kecil dari jumlah sebenarnya
anak muda, kaum pria, dan golongan minoritas. Kelompok-kelompok yang cenderung
kurang dihitung oleh Sensus AS ini juga lebih rentan terhadap viktimisasi.
7. Pelaporan berlebihan dalam survei korban umumnya melibatkan pelaporan insiden
subjek kepada pewawancara yang biasanya di-anggap terlalu sepele atau tidak penting
untuk melibatkan polisi. Banyak angka gelap kejahatan yang meliputi kejahatan
properti, sebagian besarnya dianggap tidak cukup bukti oleh polisi.
16
17
18
sukarela. Jenis-jenis metode tidak mencolok utama meliputi analisis jejak fisik; penggunaan
catatan yang ada seperti arsip, data yang tersedia dan autobiografi; serta pengamatan
sederhana dan tersamar, juga simulasi
Observasi menghendaki peneliti mempertahankan partisipasi dengan subjek
sesedikit mungkin seraya mencatat ativitas mereka; dalam observasi tersamar peneliti diamdiam
mengkaji
kelompok-kelompok
dengan
sesekali
mengecoh
mereka
untuk
Black Panther" (Heussenstamm, 1971), seorang "tuns intemasional yang naif" (Feldman,
1968) dan "pengurus" (Sherif & Sherif, 1966), sekadar menyebut beberapa.
Selain manfaat jelas unobtrusive measures karena sifatnya yang non-reaktif yaitu
mencegah subjek menyadari sedang diamati dan sangat ideal dalam menghindari reaktivitas
teknik-teknik tersebut juga memiliki keung-gulan yaitu lebih alami dan mampu
menghindari tumpuan berlebihan pada data personal. Dengan memanfaatkan data yang
sudah dihimpun sebeium-nya, para peneliti bisa sangat menghemat waktu dan biaya.
Terlalu banyak peneliti yang berasumsi bahwa melakukan studi harus melibatkan biaya dan
waktu untuk menghimpun data baru padahal ada segudang informasi po-tensial di depan
mata, sama tak jauhnya dengan perpustakaan terdekat dan bertebaran dalam catatan
berbagai organisasi publik dan privat. Kelemahannya, metode-metode tidak mencolok
tersebut menimbulkan problem potensial mengganggu privasi.
Validitas, Reliabilitas, dan Triangulasi
Dahulu sejumlah peneliti bersikap kritis terhadap akurasi kebanyakan penelitian
kriminologi. Bailey (1971), dalam sebuah resensi atas 100 studi riset tentang
pemasyarakatan pelaku kejahatan, menunjukkan bahwa banyak penelitian yang tidak valid,
tidak bisa diandalkan, dan didasarkan pada rancangan riset yang buruk. Dalam sebuah
analisis tentang kualitas penerbitan dalam kriminologi, Wolfgang, Figlio, dan Thornberry
(1978) menilai bahwa kecanggihan metodologis sangat buruk dan dibutuhkan lebih banyak
perhatian bagi rancangan dan eksekusi penelitian yang memadai. Walaupun kemudian
memodifikasi pandangannya dan mengakui narsisisme metodologis, Martinson (1974 :
Martison 1978) Mengkritik penelitian penjara. Menyatakan bahwa dalam tinjauannya
tentang bukti program-program di penjara dan dampaknya terhadap residivisme, dia
mendapati "tidak ada yang berfungsi". Narsisisme metodologis menunjuk pada keyakinan
bahwa metode favorit seseorang adalah satu-satunya cara untuk melakukan penelitian dan
memandang rendah semua metode lainnya. Apa yang harus dikatakan tentang keadaan yang
menyedihkan ini? Jika data mengenai "apa? terkait dengan kejahatan ternyata tidak valid,
apa yang bisa kita harapkan dari teori-teori yang didasarkan pada data tersebut. Untunglah
19
para krimi nolog punya banyak pergaulan metodologis dengan para ekonom, psikiater dan
ahli meteorologi, sekadar menyebut beberapa. Problem pengukuran yang tidak tepat bukan
hanya terjadi di bidang kriminologj dan, lebih dari itu. bukan problem yang tak
terselesaikan.
IKHTISAR
Teori dan metodologi adalah dua ciri penting yang harus dipunyai setiap disi-plm,
termasuk kriminologi. Teori adalah suatu upaya untuk memberi jawaban masuk akal
terhadap realitas dan membahas pertanyaan "Mengapa?" Metode (metodologi) melibatkan
prosedur-prosedur bagi pengumpulan dan analisis data atau fakta akurat dan
berkepentingan dengan pertanyaan "Apa itu?"
Kerja penelitian kriminologi melibatkan beberapa prosedur dasar. Ob-jektivitas,
komitmen terhadap pendekatan tanpa bias "bebas nilai" terhadap subjek yang diteliti adalah
kaidah pokok penelitian. Waiaupun terdapat per-soa.an peran-peran yang berbenturan.
peran utama kriminolog adalah sebagai ilmuwan. Beberapa prinsip umum perilaku etis
dalam kriminologi meli-puti keharusan peneliti untuk menghindari prosedur-prosedur
berbahaya, menghormati komitmen dan hubungan timbal balik, rnenerapkan objektivi-tas
dan integritas, melindungi privasi subjek, juga menjaga kerahasiaan.
Proses pemikiran metodologis dilukiskan dengan pertanyaan riset "Siapakah
penjahat itu?" Hingga saat ini sumber utama informasi mengenai statistik kejahatan adalah
statistik resmi kepolisian, yang merepresentasikan kejahatan-kejahatan yang dicatat polisi.
Uniform Crime Reports (UCR) me-nyediakan statistik semacam itu bagi Amerika Serikat.
Statistik tersebut tidak bisa menjelaskan kejahatan yang tidak tercatat, "angka gelap
kejahatan."
"Indeks kejahatan" UCR yangmenjadi dasar perhitungan angka kejahat-an terdiri
atas kejahatan-kejahatan Bagian 1: pembunuhan dan penghilang-an nyawa dengan sengaja,
pemerkosaan, penyerangan berat, pembobolan, pencurian, pencurian kendaraan bermotor,
dan pembakaran. Para peneliti harus menyadari kelemahan data resmi seperti UCR. UCR
yang didesain ulang (NIBRS, National Incident-Based Reporting System) adalah upaya
untuk menyempumakan sistem tersebut.
Alternatif lain bagi pengukuran kejahatan dan aktivitas kriminal termasuk
pengukuran tingkat keseriusan kejahatan, yang berupaya menyedia-kan indeks bobot
kejahatan. Strategi penghimpunan data alternatif men-cakupi eksperimen, survei sosial,
observasi partisipan, metode-metode studi kasus/riwayat hidup, metode tidak mencolok.
Masing-masing mempunyai keunggulan dan kekurangan berkenaan dengan kontrol
kuantitatif/kualitatif, validitas intemal/ekstemal, dan tingkat artifisialitas/kealamian.
Poin intinya adalah, bertolak belakang dengan narsisisme metodologis (berpegang
secara fanatik pada metode favorit seseorang), tidak satu pun metode yang punya
20
keunggulan inheren dibanding yang lain. Metodologi adalah alat dan bukun tujuan itu
sendiri. Untuk tiap rnetode buku ini menya-jikan deskripsi maupun contoh-contoh
penerapan metode terkait dalam pe-nelitian kriminologi. Misalnya, survei korban
merupakan ukuran alternatif sangat penting kriminalitas. Adapun survei pelaporan diri
adalah alat yang berguna untuk menguak kriminalitas tersembunyi. Strategi dasar observasi partisipan (studi lapangan), riwayat hidup, dan studi-studi kasus dalam kriminologi juga
dipaparkan. Seruan sangat meyakinkan bagi perlunya studi-studi semacam itu muncul dari
penelitian Ned Polsky. Metode-metode tidak mencolok (nonreaktif) adalah cara-cara hemat
biaya dan terabaikan dalam memperoleh data. Metode-rnetode ini meljputi anaiisis jejak
fisik, penggu-m data/arsip yang ada (termasuk anaiisis isi dan anaiisis sekunder), dan
tersamar serta simulasi.
Sebagian besar kritik terhadap penelitian kriminologi terpusat pada va-liditas
(akurasi) dan reliabilitas (konsistensi/stabilitas) metodologi yang di-gunakan. Triangulasi
(penggunaan beragam metode) diajukan sebagai lang-kah logis untuk menyelesaikan
persoalan ini.
21