Tugas Geodesi Satelit Rian Stad 018

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

GEODESI SATELIT

BUMI : GEOMETRI, KINETIKA DAN DINAMIKA

Tugas Geodesi Satelit


Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor
Dibuat oleh
Rian Stadyanto

051112018

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Perkuliahan
Bidang Teknik Geodesi

JURUSAN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR
2015

ABSTRACK

Dalam geodesi satelit dikenal pengamatan dengan metode geometrik dan metode
dinamik. Dalam metode geometrik, satelit-satelit dianggap sebagai target pengamatan dengan
posisi fixed atau sebagai titik-titik kontrol, sementara titik-titik pengamatan di bumi secara
bersamaan mengamat dan mengukur jarak (ranging) ke satelit-satelit tersebut. Posisi satelitsatelit (fixed) dan titik-titik pengamatan serta jarak terukur membentuk jaringan segitiga
dalam ruang dalam sistem koordinat global tiga dimensi.Dalam metode dinamik dan kinetik,
satelit-satelit dipandang atau difungsikan sebagai sensor di dalam medan gayaberat bumi.
Pengamatan dilakukan di titik-titik kontrol di bumi terhadap lintasan orbit satelit yang
hasilnya kemudian dianalisis untuk menentukan parameter-parameter orbit satelit dan
variasinya. Jenis dan besar gaya-gaya atau percepatan yang bekerja pada satelit diinterpretasi
dari parameter-parameter orbit satelit dan variasinya tersebut. Salah satu fokus analisis ialah
hubungan antara realitas medan gayaberat bumi dengan penyimpangan orbit satelit yang
sesungguhnya terhadap orbit normal menurut teori Kepler. Dengan metode dinamik ini dikaji
perilaku orbit satelit dalam sistem acuan (koordinat) geosentrik. Dalam analisis perilaku orbit
satelit untuk menyimpulkan gaya-gaya yang bekerja mempengaruhi gerak satelit, selain
dihitung parameter medan gayaberat bumi, dapat pula dihitung parameter rotasi bumi
(gerakan kutub, variasi kecepatan rotasi) dan parameter-parameter yang lain, seperti
parameter-parameter geofisik/geodinamik dan atmosfer.

DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL....................................................................................................i
Abstrack.......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Dasar Geometri Bumi.................................................................................
1.2 Perhitungan ketidak bulatan bentuk bumi..................................................
1.3 Menentukan Slant Range...........................................................................
1.4 Menentukan Azimuth.................................................................................
1.5 Menentukan Elevation................................................................................
1.6 Menentukan Tilt Angle...............................................................................
1.7 Perhitungan Lingkaran Besar Stasiun Bumi..............................................
1.8 Koordinat Satelit........................................................................................

BAB II Dinamika Kinematika


2.1 Dinamika....................................................................................................
2.2 Dinamika Kinematika................................................................................
2.3 Hukum Gravitasi Newton Pengaruh Kinetika Dinamik.............................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................20

BAB I
DASAR GEOMETRI

1.1 Dasar Geometri Bumi


Dalam metode geometrik, satelit-satelit dianggap sebagai target pengamatan dengan
posisi fixed atau sebagai titik-titik kontrol, sementara titik-titik pengamatan di bumi secara
bersamaan mengamat dan mengukur jarak (ranging) ke satelit-satelit tersebut. Posisi satelitsatelit (fixed) dan titik-titik pengamatan serta jarak terukur membentuk jaringan segitiga
dalam ruang dalam sistem koordinat global tiga dimensi. Geometri Bumi adalah
penggambaran bentuk dan ukuran Bumi. Bentuk Bumi yang sebenarnya adalah tidak
beraturan, namun dapat digambarkan berdasarkan perhitungan secara prediktif. Pada zaman
dahulu, manusia belum mengetahui bentuk Bumi yang sebenarnya. Mereka hanya meyakini
bentuk Bumi berdasarkan mitos dan metode penggambaran Bumi berdasarkan penglihatan
pandangnya dan ilmu pengetahuan yang ada. Geometri secara harfiah dapat diartikan sebagai
ilmu pengukuran bumi. Kata Geometri berasal dari bahasa Yunani, geo yang berarti
bumi, dan metria yang berarti pengukuran. Ini adalah cabang ilmu dari matematika
untuk mempelajari hubungan di dalam suatu ruang, dimana orang dapat mengetahui ruang
dari ciri dasarnya.
Geometri adalah salah satu ilmu tertua, ilmu yang menyangkut geometri telah ada sejak
zaman Mesir Kuno, Lembah Sungai Indus dan Babilonia, sekitar 3.000 SM. Peradaban
zaman dulu telah memiliki pengetahuan tentang irigasi, drainase dan dapat mendirikan
bangunan-bangunan raksasa yang tertinggal di masa kini. Diketahui, ilmu geometri telah
berkembang lebih dari dua ribu tahun, karenanya persepsi tentang geometri telah mengalami
evolusi sepanjang zaman. Prasasti kuno yang menyangkut geometri ditemukan di Mesir,
India, hingga Cina. Pada awal abad ke-17, geometri memasuki tahap baru, yaitu geometri
dengan koordinat dan persamaan oleh Descartes (1596-1650) dan Pierre de Fermat (16011665). Hal ini juga turut memberikan peranan dalam pengembangan kalkulus pada abad ke17. Pengembangan geometri juga dilakukan oleh Girard Desargues (1591-1661).Salah satu
buku yang paling berpengaruh dalam geometri, adalah buku Elements oleh Euclid. Euclid
menulis sekitar delapan buku mengenai geometri. Pada abad ke-20, David Hilbert berusaha
memperbaharui dengan memberikan dasar-dasar geometri yang lebih modern. Tahun 1979,
buku setebal 1000 halaman tentang Geometri Modern juga dipopulerkan Dubrovin,
Novikov dan Fomenko. Subjek geometri semakin diperkaya oleh studi struktur intrinsik
benda geometris yang berasal dengan Euler dan Gauss, menyebabkan penciptaan topologi
dan geometri diferensial, dimana topologi berkembang dari geometri. Geometri modern
memiliki kaitan yang erat dengan fisika, ditunjukkan oleh hubungan antara geometri
Riemann dan relativitas umum. Riemann telah memberikan visi yang luas dari subjek
geometri, dan pemikiran Riemann mengenai ruang memiliki hubungan penting dengan teori
relativitas umum-nya Einstein. Salah satu teori fisika terbaru, teori string , juga memiliki
kaitan dengan geometris. Menurut bentuknya, bumi biasanya digambarkan dalam peta bumi
skala kecil (atlas), atau globe yang dapat digunakan untuk perhitungan penentuan posisi pada
cakupan wilayah yang relatif tidak besar, tapi dengan memperhitungkan efek kelengkungan
bumi. Penggambaran bentuk bumi yang ditunjukkan dalam bidang datar, dapat kita lihat
dalam ilmu ukur tanah, penggambaran bumi yang lebih nyata dapat ditemukan dalam
bentuk topografi bumi, bentuk bumi sangatlah tidak beraturan, tapi kita dapat
4

menggambarkan berdasarkan perhitungan secara prediktif, geometri bumi merupakan


penggambaran dari bentuk bumi dan ukuran dari bumi.
1.2 Perhitungan ketidak bulatan bentuk bumi.
Dengan dilakukannya perhitungan jarak ke satelit dan azimut serta sudut elevasi dari
antena stasiun bumi dibutuhkan untuk mengarahkan pada arah satelit, diberikan besarnya
latitude daristasiun bumi g f dan selisih longitude sebesar Dl yang diambil relatif menuju arah
titik subsatelit. Jika kita menganggap bahwa bumi berbentuk bulat dengan radius yang sama
dengan radius ekuator, maka kita dapat menghitung kuantitasnya dengan memakai geometri
gambar. Formula Trigonometri dasar yang dibutuhkan adalah hukum cosinus dan sinus untuk
segitiga bidang datar dan bidang bulat, seperti tercantum pada tabel, sebagai referensi. Dari
segitiga spherical EMS dan segitiga datar EOP, dengan menggunakan hubungan trigonometri
dari tabel, kita dapat memperoleh hasil-hasil elementer. Dari segitiga bidang bulat EMS,
digambar ulang pada gambar, sudut pusat g dari lingkaran besar ES menghubungkan stasiun
bumi E pada latitude g f menuju titik subsatelit S diberikan oleh hukum cosinus berikut:
cosg = cosf g
dimana Dl merupakan selisih pada longitude antara E dan S. Ketika E dan S berada
pada meridian yang sama,
IKTAT cos Dl + sinf sin Dl cos90 = cosf cosDl g g
Dl = 0 dan g g =f .

Referensi formula trigonometri untuk bidang datar dan bulat

Spherical triangle EMS

Bidang segitiga EOP

1.3 Menentukan Slant Range


Slant range d ditentukan oleh hukum cosinus yang diterapkan pada segitiga EOP,
6

yang digambar ulang pada gambar

1.4 Menentukan Azimuth


Azimuth Az merupakan sudut NES antara meridian NEM dan lingkarang besar ES
(diukur dari timur ke utara). Berdasarkan pada sudut spherical EMS, azimuth dari sudut dapat
diperoleh dari hukum sinus dan diberikan oleh:

Kuadran dari Az seharusnya diperoleh dari diagram.


1.5 Menentukan Elevation
Sudut elevasi q diperoleh dari hukum sinus, berikut:

1.6 Menentukan Tilt Angle


Tilt angle merupakan sudut target atau sudut nadir T, diukur pada satelit dari titik subsatelit
ke arah stasiun bumi, diberikan oleh persamaan berikut:

sebagai catatan gambar 3-3 bahwa T +g +q = 900 .


Dan sangat berguna untk dapat menhitung slant range, yang diberikan hanya sudut elevasinya
saja. Dari kontruksi gambar 3 kita memperoleh:

dari gambar 3 juga sudut pusat g memberikan persamaan:

sehingga , diberikan sudut elevasi q

Batas pandangan diberikan ketika q = 00 , dengan persamaan 3-8a kita memperoleh:

Batas pandangan diberikan ketika q = 00 , cosg = 0.1513 . Seterusnya dengan persamaan pada
gambar 1

Sudut Dl dapat bernilai positif atau negatif dan jarak pada longitude menuju timur atau barat
dimana sebuah satelit pada geostasioner dapat dilihat dari sebuah stasiun bumi pada latitude g
f.
1.7 Perhitungan Lingkaran Besar Stasiun Bumi
Pada perhitungan interferens antar 2 satelit geostasioner atau 2 stasiun bumi, sangat
dibutuhkan untuk menghitung sudut subtended pada stasiun bumi atau satelit dalam
persamaan. Berdasar gambar dibawah menunjukkan kasus dari sebuah satelit dan 2 stasiun
bumi. Untuk stasiun bumi A dan B pada latitude A f dan B f fsn dipisahkan oleh longitude Dl ,
kita dapat menghitung lingkaran besar sebagaix diantaranya dan chord p.

Kemudian dengan menggunakan PAB, kita menghitung sudut b dari hukum cosinus oleh:

dimana A d dan B d dihtung masing-masing memakai persamaan 3-2.Sudut y subtended oleh


satelit pada P1 dan P2 (slihat gambar 3-5) dipisahkan oleh longitude D l pada stasiun bumi
pada E dihitung dengan cara analogi. Kemudian

dan dari sudut EP1P2,

Sudut-sudut juga dapat dihitung dari hukum tangent pada kasus dimana cosinus sangat kecil
untuk memperoleh ketepatan sangat sulit dengan memakai kalkulator yang umum.

1.8 Koordinat Satelit


Sangat sering keinginan untuk menempatkan stasiun bumi pada pusat koordinat
spherical satelit a danb seperti ilustrasi gambar dibawah . Jika g f danDlmerupakan latitude
stasiun bumi dan longitude relatif, d merupakan slant range dan E R merupakan jari-jari bumi,
maka dengan mudah ditunjukkan bahwa:

Dan Juga dari formula segitiga sperical kanan


cosa cosb = cosT
dimana T merupakan tilt angle antara stasiun bumi dan titik subsatelit. Dari segitiga
OEP pada gambar 1 atau 3 tilt angle T diberikan oleh:

Hubungan diatas berguna untuk menentuikan sudut pointing antena dan dalam
menhitung gain antena. Dalam menghitung berbagai hal dalam sebuah antena, transformasi
balik sering berguna. Jika koordianat spherical (a ,b ) dari sebuah gain contour antena yang
diberikan, maka contour dapat diplot pada buni sebagai sebuah fungsi latitude f dan relatif
longitude Dl memakai transformasi
dimana g sama dengan lingkaran besar antara titik subsatelit
dan titik yang ditanyakan pada contour.
GEOMETRI DARI ORBIT NONGEOSTATIONER
Ground trace merupakan bagian dari titik subsatelit pada
permukaan bumi. Ground trace merupakan hal yang paling
menarik pada perencanaan orbit nongeostasioner untuk tujuan
seperti remote sensing, navigasi dan komunikasi lewat orbit rendah bumi. Mereka penting
untuk misi analisis karena mereka menentukan pandangan satelit dan area geografis yang
terjangkau oleh satelit. Prosedurnya adalah untuk menghitung sebagai fungsi waktu posisi
satelit pada orbitnya, yang diperbaiki pada ruang inersia, dan kemudian untuk
mentransformasikan koordinat ini untuk koordinat nonrotating geocentric. Kemudian
kita mempertimbangkan rotasi bumi dan menghitung longitude dan latitude dari titik
subsatelit pada permukaan

BAB II
DINAMIKA KINEMATIKA
2.1 Geodinamika
Geodinamika mempelajari proses-proses fisika yang mengatur gerakan kerak bumi
(atau kerak dari suatu planet lain) yang membentuk pegunungan tinggi dan fenomena di
10

permukaan bumi. Ilmu ini termasuk bidang multidisiplin yang memberikan hubungan antara
bidang-bidang tektonika, paleomagnetisme, seismologi, fisika mineral, geokimia dan gedesi.
Banyak hal yang berkaitan erat antara bidang-bidang ilmu ini. Hubungan ini disebabkan oleh
adana fenomena konveksi di dalam mantel bumi dan inti bumi yang menjadi sumber aktifitas
geologi di planet kita ini. Konveksi yang terjadi di dalam bumi merefleksikan fenomena
kehilangan panas secara gradual, seiring dengan bertambah dinginnya material bumi sebagai
fungsi waktu. Metode yang digunakan dalam Geodinamika secara prinsip didasari pada
konsep dalam fisika, utamanya mekanika medium kontinyu. Seiring dengan kemajuan dalam
bidang komputasi dan komputasi parallel berunjuk kerja tinggi, pemodelan di bidang
geodinamik menjadi semarak dan menghasilkan banyak termuan baru yang berhubungan
dengan struktur bagian dalam bumi.
Dalam geodesi satelit dikenal pengamatan dengan metode geometrik dan metode dinamik.
Dalam metode geometrik, satelit-satelit dianggap sebagai target pengamatan dengan posisi
fixed atau sebagai titik-titik kontrol, sementara titik-titik pengamatan di bumi secara
bersamaan mengamat dan mengukur jarak (ranging) ke satelit-satelit tersebut. Posisi satelitsatelit (fixed) dan titik-titik pengamatan serta jarak terukur membentuk jaringan segitiga
dalam ruang dalam sistem koordinat global tiga dimensi.
Dalam metode dinamik, satelit-satelit dipandang atau difungsikan sebagai sensor di dalam
medan gayaberat bumi. Pengamatan dilakukan di titik-titik kontrol di bumi terhadap lintasan
orbit satelit yang hasilnya kemudian dianalisis untuk menentukan parameter-parameter orbit
satelit dan variasinya. Jenis dan besar gaya-gaya atau percepatan yang bekerja pada satelit
diinterpretasi dari parameter-parameter orbit satelit dan variasinya tersebut. Salah satu fokus
analisis ialah hubungan antara realitas medan gayaberat bumi dengan penyimpangan orbit
satelit yang sesungguhnya terhadap orbit normal menurut teori Kepler. Dengan metode
dinamik ini dikaji perilaku orbit satelit dalam sistem acuan (koordinat) geosentrik. Dalam
analisis perilaku orbit satelit untuk menyimpulkan gaya-gaya yang bekerja mempengaruhi
gerak satelit, selain dihitung parameter medan gayaberat bumi, dapat pula dihitung parameter
rotasi bumi (gerakan kutub, variasi kecepatan rotasi) dan parameter-parameter yang lain,
seperti parameter-parameter geofisik/geodinamik dan atmosfer.
2.2 Geodinamika Kinematika
Pada pokok bahasan Dinamika, kita menggunakan besaran kinematika seperti jarak/
perpindahan, kecepatan dan percepatan yang dihubungkan dengan dua konsep baru, yaitu
gaya dan massa. Prinsip ini dikemas dalam tiga hukum Newton yang akan kita pelajari nanti.
Hukum pertama menyatakan bahwa jika gaya total pada sebuah benda sama dengan nol,
maka gerak benda tidak berubah. Hukum kedua meyatakan hubungan antara gaya dan
percepatan ketika gaya gaya total tidak sama dengan nol. Hukum ketiga menyatakan
hubungan antara gaya-gaya yang bekerja antara dua benda yang berinteraksi. Hukum Newton
tidak berlaku secara umum, namun masih membutuhkan modifikasi untuk benda yang
bergerak dengan kecepatan sangat tinggi (mendekati kecepatan cahaya) dan untuk benda
dengan ukuran sangat kecil (seperti atom). Hukum tentang gerak pertama kali dinyatakan
oleh Sir Isaac Newton, yang dipublish pada tahun 1687 dalam bukunya Philosophiae
Naturalis Principia Mathematica (mathematical Principles of Natural Philosophy). Hukum
11

tersebut dikembangkan Newton berkat sumbangan ilmuwan lain dalam menetapkan dasar
ilmu mekanika, di antaranya adalah Copernicus, Ticho Brahe, Kepler dan khususnya Galileo
Galilei, yang meninggal pada tahun yang sama dengan kelahiran Newton. Sebelum
melangkah lebih jauh mari terlebih dahulu kita pahami konsep gaya secara kualitatif. Pada
abad ketiga Sebelum Masehi, Aristoteles, seorang filsuf Yunani pernah menyatakan bahwa
diperlukan sebuah gaya agar benda tetap bergerak pada bidang datar. Menurut eyang
Aristoteles, keadaan alami dari sebuah benda adalah diam. Oleh karena itu perlu ada gaya
untuk menjaga agar benda tetap bergerak. Ia juga mengatakan bahwa laju benda sebanding
dengan besar gaya, di mana makin besar gaya, makin besar laju gerak benda tersebut. Setelah
2000 tahun kemudian, Galileo Galilei mempersoalkan pandangan Aristoteles. Galileo
mengatakan bahwa sama alaminya bagi sebuah benda untuk bergerak mendatar dengan
kecepatan tetap, seperti ketika benda tersebut berada dalam keadaan diam.
Hukum I Newton menyatakan bahwa :
Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang
garis lurus, jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut atau tidak ada gaya total
pada benda tersebut.
Hukum II Newton
Newton mengatakan bahwa jika pada sebuah benda diberikan gaya total atau dengan kata
lain, terdapat gaya total yang bekerja pada sebuah benda, maka benda yang diam akan
bergerak, demikian juga benda yang sedang bergerak bertambah kelajuannya. Apabila arah
gaya total berlawanan dengan arah gerak benda, maka gaya tersebut akan mengurangi laju
gerak benda. Apabila arah gaya total berbeda dengan arah gerak benda maka arah kecepatan
benda tersebut berubah dan mungkin besarnya juga berubah. Karena perubahan kecepatan
merupakan percepatan maka kita dapat menyimpulkan bahwa gaya total yang bekerja pada
benda menyebabkan benda tersebut mengalami percepatan. Arah percepatan tersebut sama
dengan arah gaya total. Jika besar gaya total tetap atau tidak berubah, maka besar percepatan
yang dialami benda juga tetap alias tidak berubah.
Hukum II Newton tentang Gerak :
Jika suatu gaya total bekerja pada benda, maka benda akan mengalami percepatan, di mana
arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. Vektor gaya total sama
dengan massa benda dikalikan dengan percepatan benda.

2.3 Hukum Gravitasi Newton Pengaruh Kinetik Dinamik


Sebelum mencetuskan Hukum Gravitasi Universal, Newton telah melakukan
perhitungan untuk menentukan besar gaya gravitasi yang diberikan bumi pada bulan
sebagaimana besar gaya gravitasi bumi yang bekerja pada benda-benda di permukaan bumi.
12

Sebagaimana yang kita ketahui, besar percepatan gravitasi di bumi adalah 9,8 m/s2. Jika gaya
gravitasi bumi mempercepat benda di bumi dengan percepatan 9,8 m/s2, berapakah
percepatan di bulan ? karena bulan bergerak melingkar beraturan (gerakan melingkar bulan
hampir beraturan), maka percepatan sentripetal bulan dihitung menggunakan rumus

percepatan sentripetal Gerak melingkar beraturan. Diketahui orbit bulan yang hampir bulat
mempunyai jari-jari sekitar 384.000 km dan periode (waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan satu putaran) adalah 27,3 hari. Dengan demikian, percepatan bulan terhadap bumi
adalah

Jadi percepatan gravitasi bulan terhadap bumi 3600 kali lebih kecil dibandingkan dengan
percepatan gravitasi bumi terhadap benda-benda di permukaan bumi. Bulan berjarak 384.000
km dari bumi. Jarak bulan dengan bumi ini sama dengan 60 kali jari-jari bumi(jari-jari bumi
= 6380 km). Jika jarak bulan dari bumi (60 kali jari-jari bumi) dikuadratkan, maka hasilnya
sama dengan 3600 (60 x 60 = 602 = 3600). Angka 3600 yang diperoleh dengan
mengkuadratkan 60 hasilnya sama dengan Percepatan bulan terhadap bumi, sebagaimana
hasil yang diperoleh melalui perhitungan.
Berdasarkan perhitungan ini, newton menyimpulkan bahwa besar gaya gravitasi yang
diberikan oleh bumi pada setiap benda semakin berkurang terhadap kuadrat jaraknya (r) dari
pusat bumi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Selain faktor jarak, Newton juga menyadari bahwa gaya gravitasi juga bergantung pada
massa benda. Pada Hukum III Newton kita belajar bahwa jika ada gaya aksi maka ada gaya
reaksi. Ketika bumi memberikan gaya aksi berupa gaya gravitasi kepada benda lain, maka
benda tersebut memberikan gaya reaksi yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap
bumi. karena besarnya gaya aksi dan reaksi sama, maka besar gaya gravitasi juga harus
sebanding dengan massa dua benda yang berinteraksi. Berdasarkan penalaran ini, Newton
menyatakan hubungan antara massa dan gaya gravitasi, di mana massa benda sebanding
dengan gaya gravitasi. Secara matematis ditulis sebagai berikut:

MB adalah massa bumi, Mb adalah massa benda lain dan r adalah jarak antara pusat bumi
dan pusat benda lain.
Setelah membuat penalaran mengenai hubungan antara besar gaya gravitasi dengan massa
dan jarak, Newton membuat penalaran baru berkaitan dengan gerakan planet yang selalu
berada pada orbitnya ketika mengitari matahari. Newton menyatakan bahwa jika planetplanet selalu berada pada orbitnya, maka pasti ada gaya gravitasi yang bekerja antara
13

matahari dan planet serta gaya gravitasi antara planet, sehingga benda langit tersebut tetap
berada pada orbitnya masing-masing. Luar biasa pemikiran Newton ini. tidak puas dengan
penalarannya di atas, ia menyatakan bahwa jika gaya gravitasi bekerja antara bumi dan
benda-benda di permukaan bumi, serta antara matahari dan planet-planet maka mengapa gaya
gravitasi tidak bekerja pada semua benda
Newton pun mencetuskan Hukum Gravitasi Universal dan memngumumkannya pada tahun
1687, hukum yang sangat terkenal dan berlaku baik di indonesia, amerika atau afrika bahkan
di seluruh penjuru alam semesta. Hukum gravitasi Universal itu berbunyi demikian :
Semua partikel di alam semesta menarik semua partikel lain dengan gaya yang berbanding
lurus dengan hasil kali massa partikel-partikel tersebut dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara partikel-partikel tersebut.
Secara matematis, besar gaya gravitasi antara partikel dapat ditulis sbb :

Fg adalah besar gaya gravitasi pada salah satu partikel, m1 dan m2 adalah massa kedua
partikel, r adalah jarak antara kedua partikel. G adalah konstanta universal yang diperoleh
dari hasil pengukuran secara eksperimen. 100 tahun setelah Newton mencetuskan hukum
Gravitasi Universal, pada tahun 1978, Henry Cavendish berhasil mengukur gaya yang sangat
kecil antara dua benda, mirip seperti dua bola. Melalui pengukuran tersebut, Henry
membuktikan dengan sangat akurat alias tepat persamaan Hukum Gravitasi Universal di atas.
perbaikan penting dibuat oleh Poyting dan Boys pada abad kesembilan belas. Nilai G yang
diakui sekarang adalah

DAFTAR PUSAKA

14

Sumber:
http://geodesy.gd.itb.ac.id/hzabidin/wp-content/uploads/2007/02/geosat-3-upd.pdf
http://profesorpermana.blogspot.com/2008/09/hukum-newton-tentang-gravitasi.html
http://elisa.ugm.ac.id/community/show/geodinamika/
http://www.slideshare.net/fikriflux/presentasi-survei-satelit-geodinamika
http://www.academia.edu/6463824/Geodinamika_Bumi_2014_22_Copyright_at_2014_By_D
jauhari_Noor_2_GEODINAMIKA_BUMI

15

Anda mungkin juga menyukai