Laporan NH4 Soeman Hatana
Laporan NH4 Soeman Hatana
Laporan NH4 Soeman Hatana
PENDAHULUAN
1.1.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum penetapan NH4+ adalah :
1. Menganalisa / menentukan kadar NH4+ menggunakan pereaksi nessler dan
garam Rochelle dalam sampel.
2. Memahami metode analisis kadar NH4+.
air
menunjang
air
yang
memiliki
kualitas
fisik,
kimia,
dan
lambat
detachment
terjadi
karena
aksi
gaya-gaya
saringan
pasir
lambat
membutuhkan
pengolahan
Studi Lokasi,
Keadaan Aktual,
dan Alat yang
Akan Diteliti
Pemeriksaan
Contoh Air di
Laboratorium
Evaluasi
Pemeriksaan
Laboratorium
dan Evaluasi
Kinerja Alat
Pencarian Data
Sekunder
Pengambilan Data
Primer dengan
Pengukuran Debit
dan Pengambilan
Contoh Air
Gambar 1. Alur
kerja Penelitian
Studi Lokasi
Unit pengolahan skala kecil untuk menghasilkan air bersih ini
berlokasi di
lengkap
yang
pukul delapan pagi. Pukul dua belas siang dilakukan pengukuran debit
dan pengambilan contoh air yang langsung diperiksa di laboratorium
pada hari itu juga. Pengambilan data primer dilakukan dengan
pengambilan contoh air secara langsung (grab sampling) menggunakan
botol-botol plastik yang kualitasnya masih bagus. Botol-botol tersebut
dianggap layak digunakan karena selain kurangnya alat dan sarana untuk
melakukan pengambilan contoh air
parameter
fisis,
pemeriksaan
laboratorium
dilakukan
dengan
membandingkan kualitas air yang masuk ke dalam alat dengan air yang
telah melalui proses dan keluar dari alat yang diteliti. Evaluasi juga
dilakukan dengan membandingkan kualitas efluen dengan baku mutu
air minum yang berlaku di Indonesia. Evaluasi kinerja alat akan
dilakukan dengan mempelajari proses fisis yang terjadi dalam Single
Stage Dry Slow Sand Filter. Studi banyak dilakukan dalam ruang lingkup
slow sand filter konvensional.
Hasil Dan Pembahasan
Menurut Choo dan Tien (1995), dua cara filtrasi yang berbeda
telah diidentifikasi dalam media butiran berpori, yang pertama adalah
penyaringan (straining) dari partikel- partikel yang terbawa dan terjebak
dalam ruang pori; dan yang kedua adalah infiltrasi (infiltration),
yang
merupakan
pada
pengumpulan
dan
tumpukan
partikel-partikel
yang
transport
menyediakan
gaya-gaya
untuk
2005).
yang
Dari sudut
menentukan
apakah
konstan (Mintz,
1951,
1966
kualitas
efluen
yang
memburuk
proses
mengakumulasinya
zat-zat
dalam
larutan
pada
fluida.
Pada
cairan
dengan
konsentrasi
tinggi,
gerakan
meningkat
selama
dengan
waktu
fosfat,
konsentrasi
observasi walaupun
sehingga
konsentrasi
pencemar
tinggi.
Seiring
dengan
Penyisihan Kekeruhan
Kekeruhan dipengaruhi oleh jumlah dan sifat alamiah zat
organik yang tersuspensi dan materi anorganik dalam air. Semakin
tinggi konsentrasi materi tersuspensi, semakin besar kekeruhannya.
Sumber kekeruhan dapat berasal dari pasir-pasir halus, lumpur,
lempung, zat organik, partikel-partikel besi, mangan, atau logam
teroksidasi lainnya. Data kekeruhan sangat berguna, terutama untuk
kualitas air minum. Partikel-partikel yang tersuspensi tersebut dapat
berupa senyawa organik atau anorganik yang dapat menimbulkan efek
terhadap kesehatan, estetika, dan proses desinfeksi. Fluktuasi kekeruhan
selama alat dijalankan digambarkan pada Gambar 4.
backwashing
dilakukan, yaitu setiap hari ke-6, 11, 16, 21, dan seterusnya. Pada
Gambar 5. penurunan efisiensi filter digambarkan.
Secara
estetika
warna
dalam
air
minum
dapat
membahayakan
kesehatan
para
pemakainya.
Fluktuasi
Warna dalam air dapat berasal dari zat organik terlarut (coloured
dissolved organic matter). Warna yang muncul terutama adalah dari
tannin yang dilepaskan oleh detritus yang hancur. Zat organik ini
menyerap cahaya dengan panjang gelombang pendek dari warna biru
sampai ungu. Oleh karenanya, air dengan kekeruhan rendah tampak
berwarna biru. Warna air akan menjadi hijau, hijau-kuning, dan coklat
dengan semakin meningkatnya zat organik terlarut ini. Pada Gambar
7 digambarkan persentase penyisihan warna.
penguraian dedaunan atau dari kegiatan industri seperti zat organik dari
zat warna tekstil. Kandungan zat organik yang tinggi, terutama zat
organik sintesis, dalam air minum dapat menyebabkan kerusakan gen,
kanker, dan penyakit lainnya. Sungai Cikapundung merupakan badan air
penerima dari limbah domestik dan industri kecil dari penduduk yang
tinggal di sekitar daerah aliran sungai. Oleh karena itu di dalamnya
terkandung baik pencemar organik limbah domestik maupun organik
sintesis yang berasal dari industri. Zat organik berlebih dapat
menyebabkan eutrofikasi. Fluktuasi penyisihan zat organik selama alat
dijalankan digambarkan pada Gambar 8.
menurunnya
proses
attachment
dan
kemungkinan
biologis dan menyebabkan adanya rasa dan bau dalam air. Senyawasenyawa ini tidak bisa tuntas disisihkan dengan pengolahan biologis. Air
yang terkontaminasi harus diolah secara fisik dan kimia. Saringan pasir
lambat lebih cocok mengolah air baku yang mempunyai kekeruhan
sedang sampai rendah. Apabila air baku mempunyai kandungan
kekeruhan tinggi, sistem saringan
pasir
lambat
membutuhkan
yang
komunal
belum
akan digunakan
sebagai sumber
air
bersih
Filter
yang
tiap
Kesimpulan
Selama 2 bulan 1 minggu, penyisihan filter akan pencemar yang
diperiksa cukup baik. Penyisihan kekeruhan mencapai 76%,
sedangkan warna dan zat organik hanya 46% dan 32%.
Sistem-sistem filtrasi yang mekanisme penyaringannya dominan,
tidak beroperasi dalam kondisi optimal karena penyumbatan terjadi
sangat cepat sehingga dibutuhkan backwashing yang sering.
Pembersihan filter sangat mempengaruhi kinerja filter terutama
dalam meningkatkan proses-proses fisik yang terjadi.
(RAYFISH)
Pendahuluan
Ikan pari termasuk dalam ikan bertulang rawan seperti ikan hiu
dengan bentuk tubuh pipih melebar (depressed) dimana sepasang sirip
dadanya melebar dan menyatu dengan sisi kirikanan kepalanya, sehingga
tampak atas atau tampak bawahnya terlihat bundar atau oval. Distribusi
geografis ikan pari sangat luas, ikan ini banyak ditemukan di perairan
tropis, subtropis dan perairan antartika yang dingin (Allen, 1997). Ikan
pari di seluruh perairan dunia terdeteksi sebanyak 34 spesies (Allen, 1997)
namun di Indonesia belum diketahui secara pasti.
Sumber daya ikan elasmobranchii (pari dan hiu) sangat melimpah
di Indonesia. Tercatat bahwa hasil tangkapan ikan elasmobranchii pada
tahun 2002 sebesar 105.000 ton dan tahun 2003 sebesar 118.000 ton.
Besarnya sumber daya tersebut memungkinkan ikan pari untuk digunakan
sebagai sumber bahan makanan (Mardiah, 2008). Pemanfaatan ikan pari
sebagai bahan makanan masih belum optimal. Pengolahan ikan pari hanya
terbatas pada pengolahan daging yang dimasak secara langsung dan
pengawetan melalui pengasapan atau pengasinan karena ikan pari ini
mudah busuk (Berita Cirebon, 2009). Untuk meningkatkan nilai
ekonominya, daging ikan pari dapat diolah menjadi abon yang rasanya
lebih enak dan tahan lama. Daging ikan pari yang akan diolah menjadi
abon perlu dianalisis secara kimia. Menurut Michael (1992) analisis bahan
makanan ini dilakukan untuk menetapkan kandungan nutrisi dan
menetapkan apakah bahan makanan tersebut sesuai dengan aturan
pemenuhan gizi yang ada. Ikan pari yang digunakan dalam penelitian ini
adalah yang ditemui di pasaran yaitu ikan pari Burung Elang / Spotted
Eagle Ray (Aetobatus narinari), pari Mondol (Himantura gerardi), dan
pari Mutiara (Himantura jenkinsii). Ketiga jenis ikan pari tersebut diambil
dagingnya untuk diketahui kandungan gizinya yang meliputi kadar lemak
kasar, karbohidrat, dan protein Analisis suatu bahan makanan menurut
Winarno (1997) meliputi kadar abu, air, protein, lemak, dan karbohidrat.
Penelitian tentang kadar abu dan air pada daging ikan pari telah dilakukan
sebelumnya (Arinda, 2009). Glukosa termasuk dalam jenis karbohidrat
golongan monosakarida. Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan nama
kelompok zatzat organik yang mempunyai struktur molekul yang berbedabeda, meski terdapat persamaanpersamaan dari sudut kimia dan fungsinya.
Semua karbohidrat terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan
oksigen (O), yang pada umumnya mempunyai rumus kimia Cn(H2O)n.
Rumus umum ini memberi kesan zat karbon yang diikat dengan air
(hidrasi), sehingga diberi nama karbohidrat. Persamaan lain adalah bahwa
ikatanikatan organik yang membentuk karbohidrat ini adalah polialkohol.
Dari sudut fungsi, karbohidrat adalah penghasil utama energi dalam
makanan maupun di dalam tubuh (Sediaoetama, 1985). Lemak adalah
sekelompok ikatan organik yang terdiri dari unsur-unsur karbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O), yang mempunyai sifat dapat larut dalam
pelarut tertentu (zat pelarut lemak), seperti petroleum benzen dan
petroleum eter. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi bersifat padat
pada suhu kamar, sedangkan yang mempunyai titik lebur rendah, bersifat
cair. Lemak yang padat pada suhu kamar disebut lemak, sedangkan yang
cair pada suhu kamar disebut minyak. Kadar lemak kasar dalam ikan laut
secara umum adalah 0,2-20% (Zapsalis, 1986). Menurut Mardiah (2008)
kadar lemak dalam ikan pari adalah sebesar 0,42% berat basah. Molekul
protein mengandung unsurunsur C, H, O, dan unsur khusus yang terdapat
di dalam protein serta tidak terdapat di dalam molekul karbohidrat dan
lemak yaitu nitrogen (N). Anggapan dalam analisis bahan makanan semua
N berasal dari protein adalah hal yang tidak benar. Unsur nitrogen di
dalam makanan ini mungkin berasal dari ikatan organik lain yang bukan
protein seperti urea dan berbagai ikatan amino, yang terdapat dalam
jaringan tumbuhan. Nitrogen yang bukan berasal dari protein disebut nonprotein nitrogen (NPN), sebagai lawan dari protein nitrogen (PN). Yang
ditentukan di dalam analisis bahan makanan, ialah nitrogen total, yaitu
indikator
phenolphtalein,
bromtimol
biru,
metil
merah,
eter yang telah dimasukkan dalam labu bulat. Setelah petroleum eter naik
ke labu reservoir atas, ekstrak lemak pada labu bulat diambil dan
ditempatkan dalam gelas beker yang telah diketahui massanya. Ekstrak
lemak ini diuapkan selama 24 jam kemudian ditimbang dan ditentukan
massa endapan lemak yang diperoleh.
Penentuan Glukosa
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang gelombang maksimum untuk analisis glukosa ditentukan
dengan cara mengukur absorbansi larutan glukosa 8 ppm yang dibuat
dengan melarutkan 10 mg glukosa dalam aqua DM hingga volumenya
mencapai 100 mL kemudian diambil sebanyak 4 mL dan diencerkan
dengan aqua DM sampai volumenya 50 mL. Larutan glukosa ini diambil
sebanyak 1 mL dan ditambah dengan 3 mL pereaksi anthrone 2% yang
dibuat dengan melarutkan 1 g anthrone dalam H2SO4 pekat hingga
volumenya mencapai 50 mL. Larutan ini dipanaskan selama 12 menit
dalam penangas air pada suhu 100C. Setelah didinginkan dalam air
mengalir, larutan ini diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer
Genesis pada rentang panjang gelombang 610 sampai 700 nm dengan
interval 5 nm. Panjang gelombang maksimum diperoleh dari absorbansi
maksimum.
Pembuatan Kurva Kalibrasi Glukosa
Kurva kalibrasi glukosa dibuat dari plot antara nilai absorbansi
(sumbu y) dan konsentrasi glukosa (sumbu x). Variasi konsentrasi glukosa
yang digunakan adalah 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm. Variasi konsentrasi larutan
ini dibuat dengan cara mengambil larutan glukosa 100 ppm dengan
masing-masing volume 1, 2, 3, 4, dan 5 mL kemudian dimasukkan dalam
labu ukur 50 mL dan ditambah aqua DM hingga batas volume. Masingmasing larutan glukosa diambil 1 mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi
yang berbeda kemudian ditambah 3 mL pereaksi anthrone 2%. Larutan ini
dikocok lalu dipanaskan dalam penangas air pada suhu 100C selama 12
lemak pada ikan pari Burung Elang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
ikan pari Mondol dan ikan pari Mutiara. Hasil analisis kadar lemak kasar
terdapat lampiran C, dan hasil perhitungan lemak kasar ditunjukkan pada
tabel 1. Lemak yang diperoleh dalam analisis bahan makanan merupakan
lemak total atau lemak kasar (crude fat) yang mencakup trigliserida dan
lemak-lemak jenis lain, termasuk lipoida seperti kolesterol,
karotenoid, dan sebagainya (Sediaoetama, 1985).
Kadar
No
Lemak (%)
Burung Elang/Aetobatus
narinari
3,00
Mondol/Himantura
2
2,89
gerrardi
Mutiara/Himantura
3,09
jenkinsii
Ketiga jenis spesies ikan pari yang dianalisis memiliki kadar lemak
rata perbedaan yang tidak terlalu jauh. Ikan pari yang memiliki kadar
lemak tertinggi adalah ikan pari Mutiara dengan prosentase 3,090%,
kemudian ikan pari Burung Elang 3,000%, dan ikan pari Mondol 2,890%.
Kadar lemak dari daging ketiga jenis ikan pari ini sesuai dengan dalam
ikan laut pada umumnya. Menurut Zapsalis (1986) kadar lemak secara
umum untuk ikan dan sumber makanan laut lainnya adalah sekitar 0,220%.
Pengolahan
ikan
pari
menjadi
abon
diharapkan
mampu
Difference) untuk lebih meyakinkan bahwa setiap spesies ikan pari tidak
memiliki perbedaan lemak yang cukup signifikan. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa selisih antar rataan data kadar lemak lebih kecil dari
LSD maka tidak ada perbedaan diantara kelompok data yang ada pada
ANOVA. Sehingga data kadar lemak kasar tidak memiliki perbedaan
secara signifikan.
Hasil Penentuan Kadar Glukosa
Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Glukosa yang bereaksi dengan reagen anthrone menghasilkan
warna hijau. Produk reaksi ini dapat diukur pada panjang gelombang yang
berbeda. Spektra absorbansi diukur pada rentang panjang gelombang yang
cukup besar dari 500 sampai 800 nm (Leyva, 2007). Penentuan panjang
gelombang maksimum pada penelitian ini dilakukan dengan mengukur
absorbansi larutan standar glukosa dengan pereaksi anthrone. Rentang
panjang gelombang yang digunakan adalah antara 610-700 nm dengan
inter panjang gelombang 5 nm. Penentuan panjang gelombang maksimum
dalam penelitian ini dilakukan pada rentang 610 penelitian sebelumnya
oleh Komalawati (2004), dimana absorbansi larutan standar glukosa
dengan pereaksi anthrone yang berwarna pada rentang panjang gelombang
tersebut. Spektra panjang gelombang maksimum yang diperoleh
ditunjukkan pada gambar Gambar 1 Grafik Penentuan Panjang Gelombang
Maksimum n Fhitung signifikan Least ) an interval 610-700 berdasarkan
hijau terukur 1.
10
15
Karbohidrat
2,572
2NH3(g)
2H2O(l)
Na2SO4(aq)
Gas ammonia yang terbentuk dilepaskan dari larutan pada saat
proses destilasi dan terkondensasi sebagai destilat. Destilat yang
dihasilkan ditampung dalam erlenmeyer yang berisi HCl 0,02 N dan
indikator campuran metil merah dan metil biru. Larutan HCl digunakan
untuk mengubah gas ammonia menjadi ion ammonium dan secara cepat
HCl diubah menjadi ion Cl-. Reaksi yang terjadi:
NH3(g) + HCl(aq)
H2O(aq)
Kada
r
28,187
%
22,328
16,935
%
pada ikan adalah 15-20%. Kadar protein tertinggi terdapat pada ikan pari
Burung Elang dengan nilai sebesar 28,187%; kemudian pari Mondol
22,328%; dan pari Mutiara 16,935%. Berdasarkan ANOVA, nilai kadar
protein antar spesies memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel, sehingga H0 ditolak
dan disimpulkan bahwa memang terdapat perbedaan yang signifikan
antara nilai kadar protein dari ketiga spesies. Selain ANOVA maka
dilakukan uji LSD untuk lebih meyakinkan bahwa setiap spesies ikan pari
memiliki perbedaan protein yang cukup signifikan. Hasil perhitungan LSD
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan diantara kelompok data pada
ANOVA.
Kesimpulan
Berdasarkan karakterisasi kimia yang telah dilakukan terhadap
ketiga jenis ikan pari maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa daging
ketiga jenis ikan pari Burung, pari Mondol, dan pari Mutiara memiliki
kadar lemak kasar masingmasing sebesar 3,000%; 2,890%; dan 3,090%.
Kadar karbohidrat 2,757%; 2,574%; dan 2,572% sedangkan kadar protein
kasar masing-masing adalah 28,187%%;22,328%; dan 16,935%.
1.2.2. Ammonium (NH4+)
Ammonium adalah ion yang apabila dengan sodium hidroksida
akan menghasilkan ammonia. Kation monovalen (NH 4+) dapat
dipandang sebagai produk reaksi ammonia ( suatu basa lewis ) dengan
ion hidrogen. Ion ammonium mempunyai simetri tetrahedral. Sifat
kimia garam ammonium acap kali serupa dengan garam logam alkali
yang setara. Ammonium mempunyai bentuk dalam fase cair. Dalam
SNI kadar ammonium yang diperbolehkan hanya sebesar 0,1 mg/l.
1.2.2.1. Metode Analisa NH4+
Metode penetapan kadar NH4+ adalah dengan :
1. Metode Nessler
Kadar ammonium dapat diukur dengan menggunakan metode
Nessler kualitatif dan kuantitatif. Dimana metode nessler kualitatif
yaitu dengan cara menggunakan reagen Nessler dan larutan garam
BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tabung Nessler 50 ml
Pipet ukur 10 ml
Pipet ukur 1 ml
Pipet ukur 20 ml
Beaker glass 100 ml
Bola karet
: 8 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 2 buah
7. Botol semprot
: 2 buah
2.2. Bahan
Bahan yang dipakai adalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
: 25 ml
: 25 ml
: 25 ml
: secukupnya
: secukupnya
: secukupnya
: secukupnya
BAB III
PROSEDUR KERJA
BAB IV
GAMBAR RANGKAIAN
BAB V
DATA PENGAMATAN
V. Garam
No
1 ppm
Rochelle
( ml )
1
(ml)
1
V. Pereaksi
Warna
Nessler (ml)
1
Kuning pucat
Kuning muda
Kuning
Kuning tua
Kuning pekat
35
Orange
Pengamatan :
1.. lar. stok 1 ml + lar. garam rochelle
Lar. bening + gel + lar. nessler
2. lar. stok 2 ml + lar. garam rochelle
Lar. bening + gel + lar. nessler
3. lar. stok 4 ml + lar. garam rochelle
Lar. bening + gel + lar. nessler
4. lar. stok 6 ml + lar. garam rochelle
lar. orange
Sampel
V. Sampel
( ml )
V. Garam
V. Pereaksi
Rochelle (ml)
Nessler (ml)
Warna
Gundaling
25
Kuning pucat
Clean Q
25
Kuning pucat
Air lindi
25
Orange
Pengamatan :
1. Air minum kemasan + lar. rochelle
Keterangan :
Sampel Gundaling pada akhir reaksi memiliki warna yang sama dengan larutan
stok NH4+ 1 ml, yaitu warna kuning pucat demikian juga dengan sampel clean-q,
sedangkan air lindi memiliki warna yang sama dengan larutan stok NH4+ 35 ml
yaitu warna orange.
BAB VI
PENGOLAHAN DATA
6.1 Perhitungan Kadar NH4+
6.1.1 Air minum Gundaling
Diketahui : volume sampel = 25 ml
Ditanya
: kadar NH4+ (ppm) .??
Jawab
:
mL stoke x kons. Larutan stoke
+
Kadar NH4 ppm =
Volume sampel
1 ml x 1 mg/L
=
25 ml
= 0,04 mg/L
= 0,04 ppm
6.2. Reaksi
NH4++ C4H4KNaO6 4H2O
Ammonium
Na(NH4)C4H4O64H2O
Garam Rochelle
Pereaksi
Natrium
Nessler
Hidroksida
Rochelle
Garam Rochelle
K+
+ 3 K+ + Na+ + H +
Kalium
Natrium Hidrogen
Kalium
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1.
Kandungan NH4+ yang terdapat dalam air minum kemasan gundaling,
clean-q adalah 0,04 ppm karena memiliki warna yang sama dengan
larutan stok NH4+ 1 ml yaitu warna kuning pucat.
2.
masih
3.
7.2. Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti ketika melakukan praktikum
sehingga data yang dihasilkan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN