Teori Pembelajaran Teori Pembelajaran Ko
Teori Pembelajaran Teori Pembelajaran Ko
Teori Pembelajaran Teori Pembelajaran Ko
|1
|2
|3
|4
didik dan guru. Melalui proses interaksi yang intensif, lingkungan sosial
pembelajaran akan terbentuk dan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk membentuk pengetahuannya secara mandiri. Perspektif ini merupakan
pemikiran dari Vygotsky (1978) dalam teori belajar sosiokultural. Teori belajar
tersebut menitikberatkan pada adanya bimbingan dari seorang guru yang
dianggap mampu melatih peserta didik untuk memperoleh keterampilan dan
pemahaman yang kompleks serta kompetensi yang mandiri. Pandangan
konstruktivisme sosial murni berpendapat bahwa pembelajaran dapat
berlangsung melalui interaksi sosial dengan melibatkan unsur budaya dan
bahasa.
Ada empat karakteristik pembelajaran dalam teori konstruktivisme.
a. Adanya pembelajaran yang dibentuk oleh para peserta didik secara
mandiri.
b. Adanya hubungan antara pemahaman baru yang dimiliki para
peserta didik dengan pemahaman lama yang mereka miliki;
c. Adanya aturan yang jelas tentang interaksi sosial;
d. Adanya kebutuhan terhadap pembelajaran otentik untuk
mewujudkan pembelajaran yang bermakna (meaningful learning)
Konstruktivisme adalah satu pandangan bahwa peserta didik membina
sendiri pengetahuan
(individual perception) atau konsep secara aktif
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada (prior experience). Dalam
proses ini, peserta didik akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan
pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan baru. Pembelajaran secara
konstruktivisme berlaku di mana peserta didik membina pengetahuan dengan
menguji ide dan pendekatan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang
ada, kemudian mengimplikasikannya pada satu situasi baru dan
mengintegrasikan pengetahuan baru yang diperoleh dengan binaan intelektual
yang akan diwujudkan.
Dalam dunia pendidikan, konstruktivisme menunjukkan pada teori
perolehan pengetahuan dan belajar. Teori-teori tersebut menyatakan bahwa
pengetahuan itu dibentuk bukan diterima dari dari dunia luar an sich. Misalnya,
pengetahuan tidak berada di dalam buku akan tetapi lebih pada pengetahuan
yang diproses melalui kegiatan membaca.
Sehubungan dengan itu, ada beberapa ciri atau prinsip belajar yang
dijelaskan sebagai berikut.
a. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh peserta
didik dari apa yang mereka lihat, dengar, rasa, dan alami.
|5
|6
|7
|8
f.
|9
| 10
Kemampuan Potensial
Zona Perkembangan
Terdekat
Kemampuan Aktual
2) Scaffolding
Ide penting lain yang diturunkan Vygotsky adalah scaffolding,
yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal
pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan
kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka
mampu. Bantuan tersebut berupa petunjuk, peringatan, dorongan,
| 11
| 12
teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilanketerampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan
kelompok saat diperlukan.
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:
a. Hasil belajar akademik,
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu, dan
c. Pengembangan keterampilan sosial.
Pada setiap model pembelajaran dikenal adanya sintaks atau pola urutan
yang menggambarkan keseluruhan alur langkah yang pada umumnya diikuti
oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks pembelajaran menunjukkan
dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan guru atau peserta
didik, urutan kegiatan-kegiatan tersebut, dan tugas-tugas khusus yang perlu
dilakukan oleh peserta didik.
Adapun sintaks umum model pembelajaran kooperatif adalah:
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase
Tingkah Laku Guru
Fase 1
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta
didik belajar
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi peserta didik
Fase 2
Guru menyajikan informasi kepada peserta didik degan
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Menyajikan informasi
Fase 3
Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Mengorganisasi peserta didik ke
dalam kelompok-kelompok
belajar
Fase 4
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas mereka
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Fase 5
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Evaluasi
Fase 6
| 13
Memberikan penghargaan
| 14
C. Penutup
Menurut teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari si
subjek belajar untuk merekonstruksi makna sesuatu, apakah teks, kegiatan
dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar merupakan proses
mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari
dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi
berkembang.
Dalam pandangan konstruktivisme, mengajar adalah bentuk partisipasi
dengan subjek belajar dalam membentuk pengetahuan, dan membuat makna,
mencari kejelasan, dan menentukan justifikasi. Guru dalam hal ini berperan
sebagai mediator dan fasilitator untuk membantu optimalisasi belajar peserta
didik.
DAFTAR PUSTAKA
A.M., Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Press, 2009.
Departemen Agama RI. Pedoman Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah
Umum. Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2004.
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. 2008.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Honebein, P. Seven Goals For The Design of Constructivist Learning
Environment dalam B. Wilson, Constructivist Learning Environments.
New Jersey: Educational Technology Publication, 1996.
| 15