Teori Belajar Konstruktivisme
Teori Belajar Konstruktivisme
Teori Belajar Konstruktivisme
RANGKUMAN
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teori dan Model
Pembelajaran Ekonomi
disusun oleh:
Aditiya Nugraha
1605104
Hayatin Nisa
1602982
Mia Aulia
1604821
1603292
1603169
A. PENDAHULUAN
Selama ini proses belajar hanya bertumpu kepada pendidik sebagai sumber
utama, sehingga peserta didik kurang terlibat dalam pembelajaran, karena peserta
didik dikatakan belajar apabila mereka mampu mengingat dan menghafal
informasi atau pelajaran yang telah disampaikan. Pembelajaran seperti ini tidak
akan membuat peserta didik menjadi aktif, mandiri dan mengembangkan
pengetahuannya berdasarkan pengalaman belajar yang telah mereka lakukan.
Sedangkan seiring kemajuan zaman dan teknologi, dibutuhkan SDM (Sumber
Daya Manusia) dengan karakteristik yang baik.
Karakteristik manusia masa depan yang dikehendaki adalah manusiamanusia yang memiliki kepekaan, kemandirian, tanggung jawab terhadap resiko
dalam mengambil keputusan, dan mengembangkan segenap aspek potensi melalui
proses belajar untuk menemukan diri sendiri dan menjadi diri sendiri.
Teori belajar konstruktivisme merupakan pembelajaran yang menekankan
pada proses dan lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide
peserta didik. Teori ini juga memandang kebebasan sebagai penentu keberhasilan
belajar. Pengetahuan menurut teori konstruktivisme bukanlah kumpulan fakta dari
suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif
seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Sehingga dalam
upaya membangun sumber daya manusia di masa depan yang peka, mandiri, dan
tanggung jawab serta memiliki potensi yang tinggi bisa tercapai. Dengan kata
lain, pendidikan ditantang untuk memusatkan perhatian pada terbentuknya
manusia masa depan yang memiliki karakteristik sesuai harapan.
B. SEJARAH TEORI KONSTRUKTIVISME
Pengasas konsep konstruktivisme adalah Giambatissta Vico seorang pakar
epistemologi dari Itali. Konstruktif kognitif muncul dalam penulisan Mark
Baldwin & disebarkan oleh Jean Piaget. Konstruktivisme juga mempunyai ramai
pengikut antaranya Forman & Pufall (1988), Newman, Griffin dan Cole (1989),
Piaget (1973), Resnick (1989) dan Vygotsky (1978). Tuhan adalah pencipta alam
semesta & manusia adalah tuan dari ciptaan, mengetahui adalah konsep
bagaimana membuat sesuatu perkara. (Vico, 1710)
1
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata. Menurut Slavin (2006) teori
konstruktivisme adalah teori yang menyatakan bahwa peserta didik secara
individual harus menemukan dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek
informasi yang baru terhadap aturan-aturan informasi yang lama, dan merevisi
aturan-aturan yang lama bila sudah tidak sesuai lagi.
Menurut Santrock (2008) konstruktivisme adalah pendekatan untuk
pembelajaran yang menekankan bahwa individu akan belajar dengan baik apabila
mereka secara aktif mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman. Hakikat
pembelajaran konstruktivisme menurut Brooks & Brooks (1993) adalah
pengetahuan bersifat non-objektif, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak
menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman
konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti
menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna. Atas dasar ini,
maka siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan
tergantung
pada
pengalaman
dan
perspektif
yang
digunakan
dalam
menginterpretasikannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa teori konstruktivisme sebagai
pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari
apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang
baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan
pembinaan
pengalaman
demi
pengalaman.
Ini
menyebabkan
seseorang
belajar yang lebih menaruh perhatian pada apa yang terjadi pada kepala anak.
Pengertian belajar menurut konstruktivisme kognitif adalah proses perubahan
dalam struktur kognitif seorang individu sebagai hasil konstruksi pengetahuan
yang bersifat individual dan internal.
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan
teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini
biasa juga disebut teori perkembangan intelektual. Teori belajar tersebut
berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap
perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan
intelektual
yang
dimaksud
dilengkapi
dengan
ciri-ciri
tertentu
dalam
ide mereka sendiri tentang hampir semua perkara, di mana ada yang betul dan ada
yang salah. Jika kepahaman dan miskonsepsi ini diabaikan atau tidak ditangani
dengan baik, kepahaman atau kepercayaan asal mereka itu akan tetap kekal
walaupun dalam pemeriksaan mereka mungkin memberi jawaban seperti yang
dikehendaki oleh guru. John Dewey menguatkan lagi teori konstruktivisme ini
mengatakan bahawa pendidik yang cekap harus melaksanakan pengajaran dan
pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara
berterusan. Beliau juga menekankan kepentingan penyertaan murid di dalam
setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran.
Berbeda dengan konstruktivisme kognitif dimana anak cenderung lebih
bebas mengkonstruk sendiri pengetahuannya dan peran guru yang akhirnya kabur
dan tidak jelas sebagai pengajar. Sebaliknya, konstruktivisme sosial yang
dipelopori Vygotsky mengedepankan pengkonstruksian pengetahuan dalam
konteks sosial sehingga peran guru menjadi jelas dalam membantu anak mencapai
kemandirian. Dari Piaget ke Vygotsky ada pergeseran konseptual dari individual
ke kolaborasi, interaksi sosial, dan aktivitas sosiakultural. Pengertian belajar
menurut konstruktivisme sosial adalah proses perubahan perilaku yang terjadi
sebagai akibat munculnya pemahaman baru yang dibangun dalam konteks sosial
sebelum menjadi bagian pribadi individu.
Menurut Santrock (2008) salah satu asumsi penting dari konstruktivisme
sosial adalah situated cognition yaitu ide bahwa pemikiran selalu ditempatkan
(disituasikan) dalam konteks sosial dan fisik, bukan dalam pikiran seseorang.
Konsep situated cognition menyatakan bahwa pengetahuan dilekatkan dan
dihubungkan pada konteks di mana pengetahuan tersebut dikembangkan. Jadi
idealnya, situasi pembelajaran diciptakan semirip mungkin dengan situasi dunia
nyata. Dari uraian di atas maka secara garis besar perbedaan antara
konstruktivisme kognitif dan konstruktivisme sosial sebagai berikut:
Konstruktivisme Kognitif
Dibangun secara individual dan
internal. Sistem pengetahuan
secara aktif dibangun oleh
pebelajar berdasarkan struktur
yang sudah ada
Pandangan
Menimbulkan disequilibration
terhadap
yang mendorong individu
interaksi
mengadaptasi skema-skema
yang ada
Belajar
Proses asimilasi dan akomodasi
aktif pengetahuan-pengetahuan
baru ke dalam struktur kognitif
yang sudah ada
Strategi belajar Experience based & discovery
oriented
Peran guru
Minimal & lebih membiarkan
siswa menemukan sendiri ide
sehingga posisi guru sebagai
pengajar menjadi kabur
Konstruktivisme Sosial
Dibangun dalam konteks sosial
sebelum menjadi bagian pribadi
individu
siswa,
melainkan
sebagai
pemberian
makna
oleh
siswa
kepada
pengkonstruksian
pengetahuan
oleh
siswa
untuk
membentuk
pengetahuaanya sendiri. Guru dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau
cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satusatunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemampuannya.
Peranan guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendali, yang meliputi;
a) Menumbuhkan kamandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil
keputusan dan bertindak.
10
F. KESIMPULAN
11
Pembelajaran
konstruktivisme
adalah
pembelajaran
yang
lebih
menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya
dalam mengkonstruksi pengalaman. Proses belajar jika dipandang dari pendekatan
kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar
ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada
pengalamannya melalui prosesnya asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada
pemutahkiran struktur kognitifnya.
Kegiatan pembelajaran yang selama ini berlangsung, yang berpijak pada
teori behahioristik banyak di dominasi oleh guru. Guru menyampaikan materi
pelajaran melalui ceramah, dengan harapan siswa dapat memahaminya dan
memberikan
respon
sesuai
materi
yang
diceramahkan.
Pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Corey, G.( 1993). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy.
Belmont,CA:Brooks/Cole.
Santrock, J. W. (2008). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua (terjemahan). Jakarta:
Kencana.
Slavin, R. E.( 2006). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktek Edisi Kedelapan
(Jilid 2). Jakarta: PT Indeks.
Dibyo, Bambang. (2013). Teori dan Pembelajaran Konstruktivistik dan
Implikasinya dalam setting bimbingan konseling. [online]. Diakses dari
12
https://bambangdibyo.wordpress.com/2013/03/16/teori-belajar-dan-pembelajarankonstruktivistik-dan-implikasinya-dalam-setting-bimbingan-konseling/
Fira, Hana. (2010). Sejarah Perkembangan Teori. [online]. Diakses dari
http://hanafira.blogspot.co.id/2010/08/sejarah-perkembangan-teori.html
Prima, Ade. (2012). Teori Konstruktivisme. [online]. Diakses dari http://adeprima.blogspot.co.id/2012/09/teori-konstruktivisme.html
Rahmadani, Ervi. (2013). Teori-Teori Belajar Kontruktivisme. [online]. Diakses
dari
http://ervirahmadani22a.blogspot.co.id/2013/12/teori-teori-belajar
kontruktivisme.html
13