Iva Test Karya Ilmiah
Iva Test Karya Ilmiah
Iva Test Karya Ilmiah
TINJAUAN PUSTAKA
7
Universitas Sumatera Utara
DNA-
Kolposkopi
Pemeriksaan melihat porsio (juga vagina dan vulva) dengan pembesaran 10-15x;
untuk menampilkan porsio, dipulas terlebih dahulu dengan asam asetat 3-5%. Pada porsio
dengan kelainan (infeksi Human Papilloma Virus atau Neoplasia Intraepitel Serviks)
terlebih bercak putih atau perubahan corakan pembuluh darah.
Kolposkopi dapat berperan sebagai alat skrining awal, namun ketersediaan alat
ini terbatas karena mahal. Oleh karena itu alat ini lebih sering digunakan dalam prosedur
pemeriksaan lanjut dari hasil tes pap abnormal.
Servikografi
Pemeriksaan kelainan di porsio dengan membuat foto pembesaran porsio setelah
dipulas dengan asam asetat 3-5% yang dapat dilakukan oleh bidan. Hasil foto serviks
dikirim ke ahli genokologi (yang bersertifikat untuk menilai)
Tes DNA-HPV
Telah dibuktikan bahwa lebih 90% kondiloma serviks, NIS (Neoplasia Intraepitel
Serviks) dan kanker leher rahim mengandung DNA-HPV. Hubungannya dinilai kuat dan
tipe HPV mempunyai hubungan patologi yang berbeda Tipe 6 dan 11 termasuk tipe HPV
resiko rendah jarang ditemukan pada karsinoma infasif kecuali karsinoma verukosa.
Sementara itu tipe 16, 18, 31, dan 45 tergolong tipe risiko tinggi. ( Nuranna, 2001)
10
2.1.3 IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) Sebagai Metode Pemeriksaan
Alternatif Yang Sesuai Untuk Indonesia
Pemikiran perlunya metode pemeriksaan alternatif dilandasi oleh fakta, bahwa
temuan sensitifitas dan spesitifitas tes Pap bervariasi dari 50-98%. Selain itu juga
kenyataannya skrining massal dengan tes Pap belum mampu dilaksanakanantara lain
karena keterbatasan ahli patologi/sitologi dan teknisi sitologi.
Manfaat dari IVA antara lain : memenuhi kriteria tes penapisan yang baik,
penilaian ganda untuk sensitivitas dan spesifitas menunjukkan bahwa tes ini sebanding
dengan Pap smear dan HPV atau kolposkopi. (FK.UI.,dll., 2007)
Mengkaji masalah penanggulangan kanker leher rahim yang ada di Indonesia dan
adanya pilihan metode yang mudah diujikan diberbagai negara , agaknya metode IVA
(Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) layak dipilih sebagai metode pemeriksaan
alternatif untuk kanker leher rahim. Pertimbangan tersebut didasarkan oleh pemikiran,
bahwa metode pemeriksaan iva itu .
-
11
Merokok
Selain itu, ibu yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh (mis.,
HIV/AIDS) atau mengunakan costicosteroid secara kronis (mis.,pengobatan asma
atau lupus) berisiko lebih tinggi terjadinya kanker leher rahim jika mereka memiliki
HPV. (FK.UI.,dll., 2007)
12
C. Penilaian Klien
Tanyakan riwayat singkat kesehatan reproduksinya, antara lain:
-
Riwayat menstruasi
Paritas
13
Meja periksa
Sumber cahaya/lampu
Bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan tes IVA harus tersedia di tempat:
-
Kapas swab digunakan untuk menghilangkan mukosa dan cairan keputihan dari
serviks (leher rahim) dan untuk mengoleskan asam asetat ke leher rahim.
Spatula kayu; digunakan untuk mendorong dinding lateral dari vagina jika
menonjol melalui bilah spekulum.
Asam asetat; adalah bahan utama cuka. Larutan asam asetat (3-5%)
Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada leher
rahim.
Larutan tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel yang menutupi leher rahim
14
bersama ibu, dan pengobatan harus diberikan setelah konseling, jika diperlukan dan
tersedia.
Tabel 1. Klasifikasi IVA Sesuai Temuan Klinis
KLASIFIKASI IVA
Hasil Tes-postif
TEMUAN KLINIS
Plak putih yang tebal atau epitel acetowhite, biasanya dekat SSK
(sambungan skuamokolumner)
Hasil Tes-Negatif
Kanker
15
Leher rahim merupakan bagian yang terpisah dari rahim dan biasanya berbentuk
silinder dan panjangnya 2,53cm dan mengarah ke belakang dan bawah (Harahap, 1984).
2.2.2 Epidemiologi
Kanker leher rahim masih merupakan kanker yang menduduki urutan pertama dari
kejadian kanker secara keseluruhan ataupun dari kejadian kanker pada wanita. Karena
HPV merupakan faktor etiologi, maka kanker leher rahim mempunyai beberapa faktor
resiko yang umumnya terkait dengan suatu pola penyakit akibat hubungan seksual.
Faktor lain yang dianggap merupakan faktor resiko antara lain faktor hubungan seksual
pertama kali pada usia muda, faktor kebiasaan merokok dan pemakaian kontrasepsi
secara hormonal. (FK.UI.,dll., 2007)
16
B. Resiko minor
Resiko minor kanker serviks adalah :
-
penelitian sitologi tes pap sekelompok wanita tuna susila dan wanita biasa
ternyata jumlah kasus prakarsinoma lebih banyak (bermakna) pada wanitawanita tuna susila (Tambunan, 1995)
-
Merokok
Wanita perokok mempunyai resiko 2 kali lebih besar terkena kanker leher rahim
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan,
lender serviks pada wanita perokok mengaandung nikotin dan zat-zat lainnya
yang terdapat di dalam rokok. Zatzat tersebut akan menurunkan daya tahan
serviks disamping merupakan kokarsinogen infeksi virus. (Dalimartha, 1997)
- Sosial Ekonomi
Kanker serviks banyak dijumpai pada golongan ekonomi rendah mungkin faktor
sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
17
18
Sel tersebut kemudian berkembang dan membelah diri. Beberapa tahun kemudian, sel
tersebut mengalami mutasi lagi yang menyebabkan pertumbuhan dan ukuran sel menjadi
abnormal, keadaan ini disebut fase dysplasia. Fase dysplasia terus berkembang, dimulai
dari dysplasia ringan, dysplasia sedang, dysplasia berat, dan akhirnya akan menjadi
kanker in situ berkisar antara 1-7 tahun.
Kanker in situ yaitu kanker yang belum menembus batas jaringan tempat kanker tersebut
tumbuh. Beberapa tahun kemudian, sel kanker dapat menembus jaringan basal dan
menyusup ke jaringan sekitarnya. Keadaan ini dinamakan kanker invasif. Sel kanker juga
dapat melepaskan diri dari tempat asalnya dan menembus pembuluh darah atau pembuluh
getah bening (pembuluh limfe). Kemudian, bersama dengan aliran darah atau getah
bening, sel kanker terbawa ke bagian lain dari tubuh. Di tempat yang baru, sel-sel kanker
akan tumbuh dengan sifat-sifat yang sama dengan induknya. Penyebaran kanker ke
jaringan tubuh yang lainnya ini dinamakan anak sebar (metastasis). Biasanya kematian
sukar dihindari bila telah terjadi metastasis. (Dalimartha, 1997)
Keputihan.
Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium pre klinik belum dijumpai gejalagejala yang spesifik bahkan dijumpai tanpa gejala. Keluar cairan encer, keputihan
yang berubah warna menjadi merah muda, lalu kecoklatan dan sangat berbau
karena adanya jaringan nekrose karena infeksi.
19
Awal keluhan yang timbul pada penderita kanker leher rahim adalah perdarahan
dari kemaluan diluar siklus haid yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama
makin banyak dan berbau busuk. (Yakub, 1993)
Pada fase permulaan kanker leher rahim kemungkinan penderita belum
mempunyai keluhan dan diagnosis biasanya dibuat secara kebetulan (skrining
kesehatan penduduk). Pada fase lebih lanjut sebagai akibat nekrosis dan
perubahan-perubahan proliferatif jaringan leher rahim timbul keluhan-keluhan
sebagai berikut :
-
Gangguan defekasi
Limfedema
Pada stadium lanjut ketika tumor telah menyebar keluar dari leher rahim dan
melibatkan jaringan dirongga panggul dapat dijumpai tanda lain seperti nyeri yang
menjalar ke pinggul atau kaki.
Beberapa penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuria, perdarahan rectum
sampai sulit berkemih dan buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening tungkai
bawah menimbulkan edema tungkai bawah, atau terjadi uremia bila telah terjadi
penyumbatan kedua ureter.
20
21
2.3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi, fakta, hokum prinsip, proses, kebiasaan yang
terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi dan pengalaman. Pengetahuan
diperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala
realita dalam lingkungan hidupnya, ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui
catatan-catatan (buku-buku, kepustakaan). Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu.
Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman kita
dalam praktek, maka makin besar persiapan kita dimodifikasi dengan realita baru di
dalam lingkungan (Jalaluddin dan Abdullah, 2002).
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang tersebut
diperoleh dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara yang menanyakan
sesuatu yang ingin diukur tentang pengetahuan dari subjek penelitian (Notoatmodjo,
2003).
22
23
24
bentuk kebudayaan, yang sampai kepada individu melalui surat kabar, radio, televisi,
majalah, dan lain sebagainya.
Secara logis, sikap akan dicerminkan dalam bentuk tindakan namun tidak dapat
dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Suatu sikap
belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu
tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain
faktor dukungan dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 1993).
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menanyakan bagaimana pendapat
atau pertanyaan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003)
Pengetahuan
Sikap