Kebijakan Filantropi Dalam Media Massa Di Indonesia
Kebijakan Filantropi Dalam Media Massa Di Indonesia
Kebijakan Filantropi Dalam Media Massa Di Indonesia
n
Filantropi
dalam
Media
Massa di
Indonesi
a
Kata Pengantar
Penulis
Daftar Isi
2
KATA PENGANTAR 2
PENDAHULUAN
1. Pengertian Filantropi 4
2. Sejarah Filantropi di Indonesia 5
ISI
1. Filantropi Media Massa 8
2. Sejarah Filantropi Media Massa 8
3. Komponen Kegiatan Filantropi Media Massa 10
4. Masalah Pelaksanaan Praktik Filantropi Media Massa 12
5. Pelanggaran Praktik
Jurnalisme 15
Filantropi
Media
Massa
terkait
dengan
Pendahuluan
1. Pengertian Filantropi
Secara etimologi, filantropi (philanthropy) berasal dari kata Yunani
yaitu philein yang berarti cinta, dan anhropos yang berarti manusia.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
filantropi memiliki makna sebagai cinta kasih (kedermawanan dsb)
kepada sesama.
Maka menurut Olivier Zunz dalam bukunya yang berjudul
Philantrophy in America: A History, dapat disimpulkan bahwa
filantropi adalah mencintai sesama manusia dalam arti perhatian,
mengembangkan, dan menaikkan makna dari apa artinya menjadi
seorang manusia dengan memberi apa yang mereka miliki secara
sukarela. Dalam arti yang lebih modern, filantropi adalah kegiatan
atas inisiatif pribadi, untuk kepentingan publik, memfokuskan pada
kualitas kehidupan. Orang yang melakukan praktik filantropi disebut
filantropis (philanthropist).
Keduanya menggabungkan aspek ilmu sosial yang dikembangkan
pada abad ke-20 dengan tradisi asli manusia, dan menghasilkan
praktik filantropi yang berlawanan antara bisnis (inisiasi pribadi
untuk keuntungan pribadi, berfokus pada kemakmuran harta) dan
pemerintah (inisiasi publik untuk kebaikan masyarakat, berfokus
pada hukum dan perintah).
Menurut sifatnya, filantropi dibedakan dalam dua bentuk, yaitu
filantropi tradisional dan filantropi keadilan sosial (Social Justice
Philantrophy/ SJP). 1
Filantropi tradisional adalah filantropi yang berbasis karitas (charity).
Praktik filantropi tradisional umumnya berbentuk pemberian para
dermawan kepada kaum miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok
seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Filantropi tradisional
berbasis karitas ini lebih pada individualistis dengan melibatkan
individu dengan harta berlebih (kaya). Contoh filantropi tradisional
adalah filantropi yang berakar pada tradisi dan agama di Indonesia
seperti tradisi maleman, megengan, dan kupatan dalam masyarakat
Jawa.
Sedangkan filantropi keadilan sosial merupakan sebuah praktik
pemberian sumbangan kepada lembaga-lembaga nirlaba yang
berupaya dalam proses perubahan struktural dalam upaya
mengentaskan kemiskinan dan kesetaraan baik secara ekonomi,
1 http://www.referensimakalah.com/2013/05/pengertian-perilaku-filantropi.html. diakses 13
September 2014
masyarakat,
misalnya
b.
c.
d.
2 Diambil dari kutipan Jurnal Galang, Vol. 1 No.1 Oktober 2005, PIRAC, 2005, Opini, Hal 77-78
5
kepemimpinan Presiden Soeharto, maka diprakarsai oleh keluargakeluarga kaya, perusahaan, dan aktivis LSM, mulai bermunculanlah
organisasi-organisasi filantropi seperti seperti yayasan keluarga,
yayasan perusahaan, media massa, dan Organisasi Masyarakat Sipil
(OMS), Organisasi Sumber Daya Masyarakat (OSMS), dan Organisasi
Pengelola Zakat (OPZ) yang mengkhususkan pada peran sebagai
organisasi penyalur dana atau perantara. Program yang
dicanangkan oleh mereka juga tak sebatas memberikan sumbangan
berupa material dan kebutuhan pokok, tapi juga bisa masalahmasalah sosial lainnya seperti penegakan HAM, problem buruh dan
lain-lain.
Animo masyarakat untuk melakukan kegiatan derma di Indonesia
terbilang tinggi. Public Interest Research and Advocacy Center
(PIRAC) melakukan survei mengenai potensi dan perilaku
menyumbang masyarakat di sepuluh kota di Indonesia pada tahun
2000, 2004, dan 2007.3 Hasil survei menunjukkan program-program
derma yang bersifat umum mengalami kenaikan dari Rp 301,515
per orang per tahun pada tahun 2004 menjadi Rp 325,775 per
orang per tahun pada tahun 2007. Pada tahun 2002 dan 2004,
terdapat 16% responden yang menyisihkan dana untuk sumbangan.
Namun pada tahun 2007, jumlahnya meningkat drastis menjadi
43.7% responden. Sementara dana yang disisihkan juga meningkat
dari yang Rp 663,661 pada tahun 2004 menjadi Rp 767,272 pada
tahun 2007 (PIRAC, 2008).
Melihat lampu hijau ini, para organisasi dan lembaga
penggalang/penyalur dana mulai gencar mencari dukungan dari
masyarakat. Mereka tidak hanya melakukan metode konvensional,
tapi juga melakukan teknik-teknik penggalangan dana modern
seperti SMS, e-mail, membership, hingga menyisihkan uang
kembalian di swalayan.
Tak ayal, media massa juga menjadi pemain penting dalam kegiatan
filantropi di Indonesia. Menurut Effendy (1993), fungsi komunikasi
massa yang dilakukan oleh media massa secara umum adalah
fungsi informasi (to inform), fungsi pendidikan (to educate), dan
fungsi memengaruhi (to persuade). Namun, dengan adanya
kehadiran praktik filantropi dalam media massa, maka fungsi media
massa tidak hanya menjalankan fungsi informasi, fungsi pendidikan,
dan fungsi memengaruhi, tapi ditambah satu fungsi lagi yaitu fungsi
penggalang dana sosial. Melalui program mereka, media massa
3 Hamid Abidin dan Kurniawati, Berbagi untuk Negeri: Pola Perilaku Masyarakat Indonesia dalam
Berderma, Piramedia, Jakarta, 2005
Isi
1. Filantropi Media Massa
Pada bagian pendahuluan, sudah kita singgung bersama pengertian
dari filantropi. Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah apa itu
filantropi media massa?
Dalam praktiknya, filantropi dikaitkan dengan kegiatan berderma
secara terorganisir dan berorientasi jangka panjang. Hal ini
dilakukan untuk membedakan kegiatan karitas (charity) yang
bersifat lebih personal dan berjangka pendek. Dengan kata lain,
filantropi merupakan kegiatan kolektif yang dilaksanakan oleh suatu
lembaga atau organisasi. Kegiatan kolektif ini meliputi menggalang,
mengelola, dan mendistribusi dana kolektif dari masyarakat sipil
tanpa mengandalkan mekanisme birokratik pemerintah.5
Dengan adanya keterlibatan media massa dalam kegiatan filantropi
di Indonesia kurun 15 tahun terakhir ini, maka muncullah istilah
filantropi media massa. Maksudnya, kegiatan filantropi yang
dilakukan
oleh
media
massa.
Namun,
banyak
yang
mempertanyakan apakah pengertian ini tepat. Alasannya, dalam
kegiatannya, media massa melakukan kegiatan filantropi dengan
dana dari masyarakat, bukan dari perusahaan atau karyawan
mereka.
4 Makalah karya Prof. Dr Zulkifli Husin berjudul Refleksi Dua Tahun Musibah Tsunami di Nangroe
Aceh Darussalam. Makalah ini disampaikan untuk diskusi oleh TARI/Bank Dunia pada 23 Desember
2006 di Banda Aceh dalam melakukan Refleksi Dua Tahun terjadinya musibah Tsunami.
5 http://wikiwhat.com/encyclopedia/p/ph/philanthropy.html
8
Radio
Cetak Online
6 Berdasarkan hasil identifikasi dan pemetaan yang dilakukan oleh tim peneliti PIRAC dan PFI
10
3.2.
11
0%
20%
40%
60%
dan
media
massa
untuk
membantu
korban
Grafik 2.
Pemilihan Penggunaan Judul Program Filantropi Media
bencana atau musibah.
Massa
Istilah Dompet juga
merefleksikan imej media massa sebagaii wadah yang tepat
untuk menyalurkan dana kepedulian masyarakat terhadap
saudaranya yang tertimpa musibah.
mandiri
bermitra
3.3.
Grafik 3.
Pengelola Program Filantropi di Media Massa
4. Masalah
Massa
Pelaksanaan
Praktik
Filantropi
Media
13
Gambar
dan
Tayangan
Bencana
dan
Identitas
Masyarakat
sebagai
etika
atau
menawarkan
sistem
nilai
mereka
hanya
mengumumkan
nama
program
tanpa
memberikan
informasi
lengkap
mengenai
kepanitiaan/organisasi/yayasan yang bertanggung jawab atas
program filantropi tersebut. Media massa juga kerap tidak
mendokumentasikan secara jelas bagaimana sumbangan
dikumpulkan, dikelola, dan disalurkan kepada sasaran. Hal ini
membuat masyarakat tidak bisa memonitori dana yang mereka
sumbangkan.
Akhirnya fungsi komunikasi massa menjadi disalahgunakan.
5.2. Fungsi Anjing Penjaga (Watchdog) Tidak Lagi Dilakukan
Media massa memiliki kewajiban sebagai anjing penjaga, yaitu
pemantau
jalannya
pemerintahan
dari
penyelewengan
kekuasaan dan juga pada semua lembaga yang kuat di
masyarakat.
Dalam praktik filantropi media massa, seharusnya media massa
yang bersangkutan ikut memantau jalannya proses kegiatan
filantropi, mulai dari penggalangan, pengelolaan, dan penyaluran
dana sumbangan. Media massa juga harus kritis memberitakan
proesnya jika ada sesuatu yang tidak berjalan dengan
semestinya, misalnya terjadi penggelapan dana, penyaluran
dana yang ternyata tidak tepat sasaran, dan lain-lain. Hal ini
bertujuan agar masyarakat bisa memonitori dana yang mereka
gelontorkan secara teratur dan jelas.
Namun masih saja ada media massa yang tidak menjalankan
peran ini. Mereka bahkan meyembunyikan fakta-fakta tersebut
untuk keuntungan pribadi. Intinya, media massa menjadi tidak
independen dalam pemberitaannya.
5.3. Mengeksploitasi
Filantropi
Korban
untuk
Kepentingan
Program
8 Program Selebrita Siang, 25 Januari, pk. 12.00 WIB dan Opera van Java, 22 Januari 2013, Pk.
21.22 WIB. Merupakan hasil penelitian Remotivi dan didanai oleh Yayasan TIFA pada tahun 2013.
Judul laporan penelitian adalah Ketika Televisi Peduli: Potret Dilematis Filantropi Media
20
21
7. Contoh
Pelanggaran
Praktik
Filantropi
Dilakukan Media Massa di Indonesia
yang
22
Bantuan dari Global TV Peduli dan HT Foundation ini dananya berasal dari
masyarakat.
Tak pelak, penelitian berjudul Ketika Televisi Peduli: Potret Dilematis
Filantropi Media yang ditulis oleh Muhamad Heychael dan Roy Thaniago
ini mencecar hal tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan, Benarkah
dana HT Foundation hanya berasal dari kocek pribadi Hary Tanoe, seperti
yang
dikatakan
olehnya?
Tapi
mengapa
informasi
tersebut
bertolakbelakang, seperti yang tersiar melalui Global TV dan MNC TV? Dan
kalau benar itu merupakan dana pribadi Hary Tanoe, mengapa dana
tersebut tidak ia sumbangkan saja melalui serangkaian kegiatan filantropi
milik MNC Group, seperti halnya pemirsa lain yang menyumbang?
Keanehan lain yang dicatat dalam penelitian ini adalah ucapan terima
kasih
penerima
sumbangan.
Lewat
tayangan Dahsyat, Menuju
Dahsyatnya Awards, dan Dahsyatnya Awards, RCTI Peduli mengabarkan
kegiatan penyaluran sumbangannya yang diserahkan melalui anggota
TNI. Yang menimbulkan pertanyaan adalah, adanya kesamaan ucapan
terima kasih dari beberapa personil TNI di beberapa wilayah berbeda yang
menjadi perwakilan penerima sumbangan: Terima kasih sebesarbesarnya kepada Bapak Harry Tanoesoedibjo selaku CEO MNC Group dan
Direktur Utama RCTI Peduli yang telah menggagas dan menyerahkan
bantuan kepada para korban banjir. Dan kami ketahui, bahwasanya
bantuan ini tidak hanya diserahkan di lokasi ini saja, tetapi juga di
beberapa lokasi lainnya dan sangat membantu para korban banjir. Selain
terkesan diskenariokan, Remotivi menilai ucapan tersebut lebih
menekankan peran kedermawanan Harry Tanoe ketimbang pemirsa yang
menyumbang.
Sumber: Remotivi.or.id10
PENUTUP
1. Simpulan
Media massa Indonesia memegang peranan besar dalam
melaksanakan kegiatan filantropi.
Kegiatan filantropi media massa dapat mengancam peran
media massa sebagai anjing penjaga.
10 Remotivi merupakan organisasi independen yang melakukan pengawasan
terhadap berbagai tayang televisi Indonesia. Hasil penelitian di atas dirilis pada
tahun 2013 dengan didanai oleh Yayasan TIFA dan keperluan analisis yang
diperoleh dari Komisi Penyiaran Indonesia.
24
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Kovach, Bill & Tom Rosenstiel. 2001. Sembilan Elemen Jurnalisme.
Jakarta: Yayasan Pantau
Sumadiria, AS Haris. 2011. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media
Ardianto Elvinaro, Lukiati Komala, Siti Karlinah. 2007. Komunikasi
Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Azra, Azyumardi. Berderma untuk Semua. Jakarta: Mizan
25
Abidin, Hamid, Nor Hikmah, Ninik Annisah & Mafil Eka Putra. 2013.
Membangun Akuntabilitas Filantropi Media Massa. PIRAMEDIA
B. Jurnal
Heychael, Muhamad dan Roy Thaniago. 2013. Ketika Televisi Peduli:
Potret Dilemati Filantropi Media. Diakses pada 14 September
2014 melalui
https://www.academia.edu/4464992/Ketika_Televisi_Peduli_Potre
t_Dilematis_Filantropi_Media
Abidin, Hamid dan Yuni Kusumastuti. 2005. Rustam Ibrahim:
Filantropi Keadilan Sosial Tidak Identik dengan Advokasi.
Jurnal Galang Vol. 1 No. 1 Oktober 2005, PIRAC, 2005, Opini, Hal
77-83
___________, Filantropi Indonesia: Perkembangan Potensi dan
Tantangannya. Diakses pada 10 September 2014 melalui
http://ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/Kajian
%20Ditpolkom/2)%20Peran%20Filantropi%20Untuk
%20Keberlanjutan%20OMS/Bab%20III_Bappenas_Final1.pdf
Kode Etik Filantropi Mediamassa. Diakses pada 13 September 2014
melalui www.dewanpers.or.id%2Fdlfile.php%3Fnmfile
%3D452099.rancangan%2520kode%2520etik%2520filantropi
%2520media
%2520massa.pdf&ei=pxAXVP2pONejugTJ0IDADg&usg=AFQjCN
Fy_vkEEIMHeQnW1Y0eHbOMo4Eq4g&sig2=_GBana4_9wL1ekTkZb5kg
C. Website
_____, Philanthropy.
http://en.wikipedia.org/wiki/Philanthropy#cite_note-1 (diakses
pada 13 September 2014).
_______, Pengertian Perilaku Filantropi.
http://www.referensimakalah.com/2013/05/pengertian-perilakufilantropi.html (diakses pada 13 September 2014).
26
27