Makalah Filosofi
Makalah Filosofi
Makalah Filosofi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila adalah dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa
Indonesia. Oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara
konsisten merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan secara
filosofis dan objektif bahwa bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat dan
bernegara berdasarkan pada nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila pancasila
yang secara filosofis merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan
negara.
Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, telah lama menjadi
perdebatan yang panas terutama antara kelompok Islam dan Pancasilais. Negara
Islam Indonesia (NII) adalah pergerakan politik yang berdiri pada tanggal 7
agustus 1949. Gerakan ini bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara
teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Sekarang gerakan NII ini
makin merajalela dan mengancam saudara-saudara kita. Sasaran utama mereka
adalah remaja dan mahasiswa yang akan dijadika sebagai anggota dari organisasi
ini.
Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Indonesia harus diketahui dan
dipahami oleh seluruh bangsa Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga,
dan menjalankan nilai-nilai serta norma-norma positif yang terkandung dalam
sila-sila Pancasila hingga menjadi bangsa yang kuat dalam menghadapi kisruh
dalam berbagai permasalahan khusunya dalam menyelesaikan permasalahan yang
berbasis agama dengan alasan bahwa ideologi Pancasila bukan ideologi beragama.
a. Deskripsi Teori
Bagaimana kajian Pancasila dilihat dari perspektif filosofis ?
b. Pemecahan Kasus
Apa yang melatarbelakangi Negara Islam Indonesia (NII) bertujuan
menjadikan Indonesia sebagai negara teokrasi dengan agama Islam sebagai
dasar negara? Apakah karena sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha
Esa, sudah dianggap tidak eksis lagi?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Deskripsi Teori
Untuk mengetahui dan mengkaji Pancasila dari perspektif Filosofis.
b. Pemecahan Kasus
Untuk mengkaji dan membahas tujuan Negara Islam Indonesia (NII)
menjadikan Indonesia sebagai negara teokrasi dengan agama Islam sebagai
dasar negara serta kaitannya terhadap eksistensi sila pertama Pancasila,
Ketuhanan Yang Maha Esa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat
keempat sila lainnya. Contoh rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang mengisi
dan saling mengkualifikasi adalah sebagai berikut : sila Ketuhanan Yang Maha
Esa adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia,
berkerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan,
yaitu filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan, keduanya
sangat berguna untuk memahami
telah menjelma
(rasionalitas atau
penegak nilai, berarti manusia secara sadar mencari memilih dan melaksanakan
(menikmati) nilai. Jadi nilai merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan
demikian, aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki makna nilai, sumber
nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika,
ketuhanan dan agama.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikemukakan pula bahwa yang
mengandung nilai itu bukan hanya yang bersifat material saja tetapi juga sesuatu
yang bersifat nonmaterial/rokhaniah. Nilai-nilai material relatif mudah diukur
yaitu dengan menggunakan indra maupun alat pengukur lainnya, sedangkan nilai
rokhaniah alat ukurnya adalah hati nurani manusia yang dibantu indra manusia
yaitu cipta, rasa, karsa serta keyakinan manusia.
2.2.3
Republik Indonesia
2.2.3.1 Dasar Filosofis
Pancasila dikenal sebagai filosofi Negara Indonesia. Nilai-nilai yang
tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila adalah landasan filosofis yang
dianggap, dipercaya, dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma,
nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling
sesuai sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Terlahirnya Pancasila sebagaimana tercatat dalam sejarah kemerdekaan
bangsa Indonesia, merupakan sublimasi dan kristalisasi dari pandangan hidup dan
nilai-nilai budaya luhur bangsa yang mempersatukan keanekaragaman bangsa kita
menjadi bangsa yang satu, Indonesia. Berbeda dengan Jerman, Inggris, Perancis,
serta negara-negara Eropa Barat lainnya, yang menjadi suatu negara bangsa
(nation state) karena kesamaan bahasa. Atau negara-negara lainnya, yang menjadi
satu bangsa karena kesamaan wilayah daratan. Latar belakang historis dan kondisi
sosiologis, antropologis dan geografis Indonesia yang unik dan spesifik seperti,
bahasa, etnik, atau suku bangsa, ras dan kepulauan menjadi komponen pembentuk
bangsa yang paling fundamental dan sangat berpengaruh terhadap realitas
kebangsaan Indonesia saat ini.
Atas dasar pengertian filosofis tersebut maka Pancasila sebagai dasar
falsafah Negara Indonesia harus diketahui dan dipahami oleh seluruh bangsa
Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga, dan menjalankan nilai-nilai
serta norma-norma positif yang terkandung dalam sila-sila Pancasila hingga
menjadi bangsa yang kuat dalam menghadapi kisruh dalam berbagai aspek sosial,
ekonomi, politik baik nasional maupun internasional seperti yang sedang kita
alami belakangan ini.
2.2.3.2 Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu sumber dari segala sumber hukum dalam negara
indonesia.
2.2.4
Inti Isi Sila-sila Pancasila
2.2.4.1 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa nilai-nilainya meliputi dan menjiwai
keempat sila lainnya. Dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia
menyatakan bahwa Negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan
tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, segala
hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara bahkan
moral Negara, moral penyelenggara Negara,politik Negara, pemerintahan
Negara, hokum dan peraturan perundang-undangan Negara, kebebasan dan hak
asasi warga Negara harus dijiwai oleh nilai-nilai Ketuhanan Yang maha Esa.
2.2.4.2 Sila Kemanusian yang Adil dan Beradab
Dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab terkandung nilai bahwa
Negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
yang beradab. Oleh karena itu dalam kehidupan kenegaraan terutama dalam
peraturan perundang-undangan Negara harus mewujudkan tercapainya tujuan
ketinggian harkat dan martabat manusia dan harus dijamin dalam peraturan
perundang-undangan Negara.
2.2.4.3 Sila Persatuan Indonesia
Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nila bahwa negara adalah
sebagai penjelmaan sifa kodrat manusia monodualis yaitu sebagagi makhluk
individu dan makhluk social. Sila persatuan Indonesia mendasari semangat
persatuan demi kesatuan bangsa bagi keselamatan bangsa dan negara diatas
kepentingan pribadi maupun golongan. Dengan demikian manusia Indonesia rela
berkorban bagi tegaknya bangsa dan negara. Dari semangat ini maka akan tampil
wajah manusia Indonesia yang cinta terhadap tanah air.
2.2.4.4 Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan adalah dasar bagi manusia indonesia selaku warga
negara maupun selaku warga masyarakat untuk memperoleh kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama dimata hukum. Dengan demikian indonesia tetap berjalan
pada iklim Demokrasi yang penuh dengan semangat kekeluargaan. Dalam sila
kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus dlaksanakan
dalam hidup Negara.
10
STUDI KASUS
Negara Islam Indonesia (NII)
Sebuah Organisasi Politik Yang Bertujuan Menjadikan Indonesia Sebagai Negara Islam
Negara Islam Indonesia (NII) adalah pergerakan politik yang berdiri pada
tanggal 7 agustus 1949 di Desa Cisampah, Ciawiligar, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Pendirinya adalah Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Tujuan NII adalah
menjadikan Indonesia yang saat itu baru saja merdeka sebagai Negara Islam.
Dalam proklamasi NII hukum islam adalah hukum yang berlaku. Dalam undangundang NII dinyatakan dengan tegas Negara berdasarkan Islam. Perkembangan
NII menyebar ke berbagai wilayah terutama Jabar menuju ke arah perbatasan.
Termasuk juga menyebar ke Sulawesi dan Aceh. Setelah pendiri ditangkap oleh
TNI dan di eksekusi pada tahun 1962, gerakan ini terpecah. Tapi tetap bergerak
secara diam-diam dan oleh pemerintah dianggap sebagai organisasi ilegal.
Sekarang gerakan NII ini makin merajalela dan mengancam saudara-saudara kita.
Sasaran utama mereka adalah remaja dan mahasiswa. Negara Islam Indonesia
(NII) yang kemunculannya oleh berbagai pihak dituding sebagai akibat dari
11
merasa sakit hatinya kalangan Islam, dan bersifat spontanitas, lahir pada saat
terjadi vacuum of power di Republik Indonesia (RI).
Kami selaku pemakalah merasa sangat prihatin dengan adanya NII. Seperti
yang kita ketahui, Negara Indonesia mengakui adanya 5 aga. Kami tidak setuju
dengan ada terbentuknya Negara Islam Indonesia. Karena itu bertentangan dengan
Sila-sila Pancasila terutama sila pertama. Membentuk NII sama dengan
mengekang kebebasan dan hak dalam menentukan keyakinan umat beragama.
Pemerintah sebagai representasi negara harus segera memberantas gerakan
Negara Islam Indonesia (NII). Pemerintah sungguh tidak patut melakukan
pembiaran seperti yang terkesan selama ini. Sebab, NII bukan sekadar
menumbuhkan radikalisme, sektarianisme, ataupun penyimpangan agama,
melainkan terutama merongrong institusi negara.
Terkait kasus tersebut, anggota NII menginginkan adanya perubahan
(pergantian) ideologi Pancasila dengan ideologi Islam, mesti karena terjadi
ketidakcocokan antara prinsip islam mereka terhadap ideologi Pancasila. Apakah
ini artinya Pancasila bertentangan dengan agama?
Pancasila adalah ideologi sedangkan agama adalah kepercayaan. Pancasila
mengatur hubungan horizontal sedangkan agama menjalin hubungan vertikal.
Pemahaman terhadap Pancasila harus dimiliki oleh setiap warganegara
bahwasanya kebebasan beragama (secara hukum kenegaraan) dijamin oleh
Pancasila. Meskipun begitu, dengan adanya esensi pengaturan kebebasan
beagama dalam Pancasila, bukan berarti secara kualitas, Pancasila lebih tinggi
dari agama. Pancasila otoritatif terhadap "dirinya sendiri" bukan dari dirinya
sendiri, tetapi dirumuskan dan dikukuhkan oleh yang "diluar dirinya" (para
perumus Pancasila), sementara agama memiliki otoritas yang absolut yang dari
Tuhan, yang dipegang oleh setiap pemeluknya. Ketika Pancasila berbicara
mengenai ketuhanan yang maha esa, hal ini sebenarnya bisa mengandung
"pertentangan dengan kebebasan individu" (bukan dengan agama) untuk apakah
orang mau percaya (atau tidak), mau perduli, atau tidak percaya terhadap adanya
Tuhan, mengapa? Karena hubungan vertikal adalah hak setiap orang yang tidak
harus diatur oleh pemerintah (manapun). Pemerintah harusnya hanya mengatur
hak-hak setiap orang untuk beragama (atau tidak) dalam kaitannya dengan
12
masalah horisontal (bermasyarakat, bernegara, dsb.). Negara komunis atau nonreligion country belum tentu tidak ber-Tuhan. Belum tentu tidak bermoral. Belum
tentu kosong etika. Sebaliknya negara agama bisa sangat arogan, kolot, tidak mau
kalah, fanatik atau tertutup.
Menurut kami, Pancasila untuk negara kita sudah tepat, selama prinsip horisontal
dan vertikal dimengerti. Yang seringkali menjadi tidak tepat adalah adanya
departemen agama, yang kemudian manjadi departemennya majority dalam
hubungan mengatur hal yang horisontal tadi. Negara (dept. agama) tidak punya
otoritas mengatur hubungan vertikal, ia hanya menjaga, kalau perlu tidak usah
ada. Ketika ia kemudian mengatur hubungan vertikal, maka ia mengambil paksa
otoritas Tuhan sendiri dalam hal hubungan vertikal itu.
Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Indonesia harus diketahui dan
dipahami oleh seluruh bangsa Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga,
dan menjalankan nilai-nilai serta norma-norma positif yang terkandung dalam
sila-sila Pancasila hingga menjadi bangsa yang kuat dalam menghadapi kisruh
dalam berbagai aspek sosial, ekonomi, politik baik nasional maupun internasional
seperti yang sedang kita alami belakangan ini. Muncunya kasus seperti Negara
Islam Indonesia (NII) dikarenakan kurangnya penghayatan terhadap sila-sila
Pancasila. Terlahirnya Pancasila sebagaimana tercatat dalam sejarah kemerdekaan
bangsa Indonesia, merupakan sublimasi dan kristalisasi dari pandangan hidup dan
nilai-nilai budaya luhur bangsa yang mempersatukan keanekaragaman bangsa kita
menjadi bangsa yang satu, Indonesia. Jadi, jadikanlah setiap perbedaan yang
muncul itu sebagai suatu keanekaragaman budaya yang menjadikan kehidupan
berbangsa dan bernegara menjadi lebih indah, bahkan lebih indah dari kehidupan
berbangsa negara lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 IMPLIKASI
Pancasila dalam Perspektif Filosofis
13
3.3
SARAN KEBIJAKAN
3.3.1 Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang mengakui dan
mengagungkan keberadaan agama dalam pemerintahan. Hal ini dapat kita
lihat pada sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. Sehingga kita
sebagai warga negara Indonesia tidak perlu meragukan konsistensi atas
14
15