Laporan Praktikum Roti
Laporan Praktikum Roti
Laporan Praktikum Roti
Oleh :
Nama
NRP
No. Meja
Kelompok
Tanggal Praktikum
Asisten
: Siti Armilah
: 133020265
: 5 (Lima)
:J
: 11 Maret 2016
: Pika Apriyance
Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan pengolahan roti adalah untuk mengetahui proses
pembuatan roti baik menggunakan sponge dought maupun straight dought, untuk
menambah nilai ekonomis dan untuk diversifikasi pada tepung dan terigu yang
digunakan serta produk olahan gandum.
Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan pengolahan roti adalah berdasarkan terbentuknya gluten
dari gliadin dan glutein serta penambahan air dan ragi, sehingga terjadinya proses
fermentasi dimana CO2 terperangkap dalam gluten maka adonan mengembang.
Terigu
Foaming, ragi,gula
Pencampuran I
Pencampura II
Garam, margarine
Pencampuran III
Knock down
Penimbangan
T= 700C dan t=6 jam
Pembentukan adonan
Fermentasi
T= 36C
Baking T=180C, t=25-30
Roti Manis
CO2
Terigu
Susu, ragi,gula
Pencampuran I
Air, telur
Pencampura II
Garam, mentega/butter
Pencampuran III
Knock down
CO2
Penimbangan
T= 700C dan t=6 jam
Pembentukan adonan
Fermentasi
T= 36C
,t=30
Baking T=180C, t=25-30
Roti Tawar
HASIL PENGAMATAN
Hasil percobaan teknologi pengolahan roti dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Roti Manis
Keterangan
Hasil
Basis
200 gram
Bahan Utama
Bahan Tambahan
Foaming 2,5%
Telur 8%
Air Susu 16,5%
Margarine 9%
Garam 0,05%
Berat Produk
178,5 gram
% Produk
76,75%
Organoleptik:
1. Warna
Merah Muda
2. Rasa
Manis
3.
Aroma
4. Tekstur
5. Kenampakan
Menarik
Hasil
Basis
200 gram
Bahan Utama
Tepung cakra 53 %
Ragi 1%
B.I 0,1%
Sukrosa 8%
Bahan Tambahan
Susu bubuk 1%
Telur 8%
Air dingin 19,9%
Butter 4%
Garam 1%
Berat Produk
171,5 gram
% Produk
85,75%
Organoleptik:
1. Warna
Coklat keemasan
2. Rasa
3.
Aroma
4. Tekstur
5. Kenampakan
Menarik
PEMBAHASAN
75% merupakan kondisi yang ideal dalam proses fermentasi adonan roti. Semakin
panas suhu ruangan, semakin cepat proses fermentasi dalam adonan roti.
Sebaliknya, semakin dingin suhu ruangan semakin lama proses fermentasi.
Selama peragian, adonan menjadi lebih besar dan ringan (Wibowo, 2009).
Pengempisan adonan bertujuan agar CO2 yang ada dalam adonan keluar.
Selain itu adalah membentuk lapisan film untuk menahan gas selama proses
fermentasi dua. Manfaatnya adonan lebih mudah dibentuk dan lebih elastis
Setelah dibentuk sesuai yang dikehendaki dan dikembangkan secara
optimal, adonan siap dipanggang di dalam oven. Ada dua cara memanggang roti,
yaitu dengan uap dan tanpa uap, tergantung jenis roti yang dibuat. Untuk beberapa
jenis roti, memanggang dengan uap itu lebih baik, atau memang perlu untuk
memberikan uap di dalam oven. Ini akan menghasilkan kelembapan yang tinggi
dalam oven yang akan menjaga kulit roti tetap basah, sehingga oven proof lebih
baik dan pengembangan volume roti dicapai. Proses pemasakan roti memerlukan
suhu mulai dari suhu 26oC-100oC. Proses fisik adalah penguapan alkohol dan air.
Proses pemanggangan terjadi di kulit, dimana berbagai jenis gula menjadi karamel
dan memberi warna pada kulit (Wibowo, 2009).
Penimbangan produk untuk mengetahui berat akhir dari produk roti tersebut
dan dapat mengetahui berapa kehilangan berat ketika dilakukan pengolahan serta
telah ditambahkan bahan tambahan lain seperti halnya pada roti isi manis dengan
penambahan isian pada roti.
Pengadukan adonan saat pembuatan roti harus sampai kalis. Kalis adalah
pencapaian pengadukan maksimum sehingga terbentuk permukaan film pada
adonan. Mengaduk roti harus sampai kalis karena pada kondisi tersebut gluten
baru terbentuk secara maksimal, dimana jika gluten telah terbentuk secara
maksimal berarti kapasitas gluten untuk menahan gas juga maksimal sehingga roti
akan maksimal pula hasilnya. Tanda-tanda adonan roti telah kalis adalah bila
adonan tidak lagi menempel di wadah atau di tangan, atau ketika adonan
dilebarkan akan terbentuk lapisan tipis yang elastis.
yang
digunakan
dalam
pembuatan
roti
berfungsi
untuk
membangkitkan rasa gurih dan lezat pada adonan, dimana sebagai flavor dan
pengontrol kekuatan gluten. Dengan adanya penambahan garam, maka akan
dihasilkan adonan yang kurang lengket dan juga memperlambat jalannya
fermentasi, sehingga baik digunakan untuk proses fermentasi dengan waktu yang
lama apabila pada pembuatan roti tidak ditambahkan garam, maka akan
mempersulit proses pencetakan dan pematangan. Hal ini disebabkan karena
adonan bersifat lengket. Garam membantu mengatur kegiatan ragi dalam adonan
yang sedang di ragi dan dengan demikian mengatur kadar peragian. Garam pun
mengatur pencegahan pembentukan dan pertumbuhan bakteri yang tidak
diinginkan dalam adonan yang di ragi (Apriyantono, 2004).
Ragi (yeast) yang ditambahkan berfungsi untuk menghasilkan CO 2 yang
dapat membuat adonan mengembang. CO2 adalah gas yang tidak berwarna, tidak
ada rasa pahit dan dapat dimakan. Pembentukan dan pengembangan CO2
adonan serta kepadatan adonan dapat diatur dengan menggunakan air. Air
memungkinkan terjadinya kegiatan enzim. Kelezatan rasa roti akan dapat
dipertahankan lebih lama jika kandungan airnya cukup (Apriyantono, 2004).
Perubahan perubahan fisik, kimia dan biologi yang terjadi selama proses
pembuatan roti :
1) Perubahan fisik : perubahan fisik terjadi pada saat proses pencampuran, tepung
terigu akan berubah dari partikel padat butiran halus menjadi adonan semi padat.
Kemudian terjadi perubahan fisik pada saat adonan menjadi roti.
2) Perubahan kimia : perubahan kimia terjadi pada saat penambahan air pada tepung.
Penambahan air pada tepung ini menghasilkan gluten
3) Perubahan biologi : perubahan biologi terjadi pada saat pemangangan, kadar air
dalam bahan akan berkurang. Sehingga AW (Activity water) menurun
dan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan didapat bahwa pada proses pembuatan roti
tawar adalah berat bahan utama tepung cakra kembar dengan basis 200 gram
diperoleh berat produk yaitu 171,5 gram, dan % produk adalah 85,75 %. Sifat
organoleptik terhadap roti tawar berwarna cokelat keemasan, rasa khas roti tawar,
aroma khas roti tawar, tekstur permukaan luar keras dan permukaan dalam empuk,
serta kenampakan menarik.
Berdasarkan hasil pengamatan didapat bahwa pada proses pembuatan roti
manis adalah berat bahan utama tepung cakra kembar dengan basis 200 gram
diperoleh berat produk yaitu 178,5 gram, dan % produk adalah 76,75 %. Sifat
organoleptik terhadap roti manis berwarna merah muda, rasa manis, aroma khas
roti coklat, tekstur permukaan luar keras dan permukaan dalam lembut, serta
kenampakan menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, Anton. 2004. Bahan Pembuat Bakery dan Kue. http://www.halal
guide.info/. Diakses : 18 Maret 2016.
Astawan, Made. 2008. Mentega dan Margarin. http://www.depkes.go.id/index.
php.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Tepung cakra
Ragi
Susu Bubuk
B.I
Sukrosa
Telur
Air dingin
53 %
1%
1%
0,1%
8%
8%
19,9%
W tepung cakra
Butter
Garam
Basis
4%
1%
= 0,2 gram
53
x 200
= 100
= 106 gram
W ragi
W sukrosa
Basis
W susu bubuk
= 16 gram
W telur
Basis
W B.I
Basis
= 16 gram
W air dingin
Basis
0,1
x 200
= 100
8
x 200
= 100
1
x 200
= 100
= 2 gram
Basis
8
x 200
= 100
1
x 200
= 100
= 2 gram
Basis
=
19,9
x 200
100
= 39,8 gram
W butter
Basis
4
x 200
= 100
= 8 gram
W garam
Basis
1
x 200
= 100
= 2 gram
% Product
W produk
x 100
W basis
171,5
x 100
200
= 85,75%
Tepung cakra
Tepung segitiga
Ragi
B.I
Sukrosa
Telur
Air susu
Margarine
38,85 %
15%
1%
0,1%
9%
8%
16,5%
9%
W tepung cakra
Garam
Foaming
Basis
0,05%
2,5%
2,5
x 200
= 100
=
= 5 gram
38,85
x 200
100
= 77,7 gram
W tepung segitiga =
Basis
W B.I
0,1
x 200
= 100
= 30 gram
= 0,2 gram
= 2 gram
=
Basis
Basis
9
x 200
= 100
Basis
1
x 200
= 100
W foaming
Basis
15
x 200
= 100
W sukrosa
W ragi
= 18 gram
W telur
Basis
8
x 200
= 100
= 16 gram
9
x 200
= 100
W air susu
W garam
=
16,5
x 200
100
Basis
= 33 gram
W margarine
= 18 gram
Basis
Basis
0,05
x 200
100
=0,1 gram
% Product
W produkW isian
x 100
=
W basis
178,525
x 100
200
= 78,75%
a. Mentega/Margarin, hadirnya lemak di dalam resep pembuatan roti, hasilhasilnya akan lebih mudah untuk ditelan sewaktu dikuyah dan tidak terasa
seret. Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat lemak yang sanggup untuk
memperpendek (to short) bentuk jaringan zat gluten tepung. Oleh
karenanya, sering lemak itu disebut juga shortening. Selain itu
penambahan lemak berupa margarin atau mentega dapat memperkuat
jaringan zat gluten tepung.
b. Air, dalam pembuatan roti berfungsi sebagai pelarut semua bahan menjadi
adonan yang kompak. Protein bereaksi dengan air membentuk gluten.
Karbohidrat tepung bereaksi dengan air dibantu oleh panas sekitar 64oC atau
lebih. Air berubah menjadi uap di dalam oven, menyebabkan pengembangan
roti menjadi pori-pori dari remah. Persyaratan air untuk roti adalah pH
netral, kandungan mineral normal (hardness 150-300 ppm) dan layak untuk
air minum.
c. Gula, dalam pembuatan roti berfungsi sebagai sumber energi bagi ragi.
Residu gula yang tidak habis dalam proses fermentasi akan memberikan
rasa manis dan warna kecoklatan (golden brown) pada roti. Jumlah gula
untuk fermentasi 2%. Gula juga berperan pada proses pewarnaan kulit
(karamelisasi gula) pada pembakaran di oven pada temperatur 150C. Gula
juga bersifat pengawet (preservative) atau meningkatkan daya simpan roti.
d. Telur, Fungsi telur pada proses pembuatan roti yaitu telur berfungsi di dalam
proses pembentukan krim, meningkatkan jumlah gas yang ditangkap oleh
gluten, memberikan warna serta flavor yang khas, menangkap air, sebagai
pelunak dan memberikan kontribusi terhadap nilai gizi. Sifat telur yang
unggul dalam hal ini tidak dapat diganti dengan bahan lain. Albumin pada
telur menyebabkan pengikatan air yang lebih baik pada crumb roti. Protein
putih telur mempunyai sifat yang mirip dengan gluten karena dapat
membentuk lapisan tipis yang cukup kuat untuk menahan gas yang
dihasilkan selama proses fermentasi
e. Ragi, fungsi utama ragi dalam
pembuatan
roti,
adalah
untuk
pembuatan roti. Zaman dahulu proses pembuatan roti identik dengan proses
fermentasi yang panjang, kini dengan adanya penambahan bread improver
dalam adonan memungkinkan para baker memproduksi roti dengan kualitas
yang baik dalam waktu yang singkat. bread improver mampu mengembangkan
adonan dengan cepat mengurangi waktu fermentasi yang lama, bahan ini akan
menghasilkan roti dengan kulit dan struktur crum (daging roti ) yang bagus,
volume yang bagus serta memperpanjang umur simpan (shelf life).
Fungsi bread improver :
- Produksi gas, dapat menjamin bahwa gas ( karbondioksida ) dalam jumlah
yang cukup akan terbentuk dengan laju maksimum sepanjang periode
fermentasi.