Metil Selulosa Pengikat

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

1

PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI METILSELULOSA SEBAGAI


BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET KUNYAH EKSTRAK
ETANOL 95% RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)
THE ENHANCEMENT EFFECT OF METHYLCELLULOSE ON THE ETHANOL 95%
EXTRACT OF GALANGAL CHEWABLE TABLETS PHYSICAL PROPERTIES
Putri Nurrahmawati, Naniek Setiadi Radjab, Pramulani M. Lestari
Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Prof. Dr. HAMKA, Jakarta
ABSTRACT
Galangal has many benefits such as cough, itchy throat, flatulence, nausea, and cold.
This research aimed at knowing the effect of methylcellulose as a binder on the physical
properties extract ethanol 95% galangal chewable tablets. The research began with the
manufacture galangal extract by maceration method ethanol 95% as solvent. Macerate
concentrated until to be a viscous galangal extract. Extract was made in to granules form by
wet granulation method. Five formulas of granules use methylcellulose as a binder
subsquently concentration 1%, 2%, 3%, 4%, and 5%. Tablets then evaluated physical
properties such us organoleptic, uniformity of weight, hardness, and friability. The results
show that methylcellulose 1%, and 2% produce a good physical properties of chewable
tablets, and methylcellulose 3%, 4%, 5% produce a bad hardness of chewable tablets. The
conclusion that the increasing concentrations of methylcellulose can decrease the quality of
the physical properties extract ethanol 95% galangal chewable tablets.
Keywords: methylcellulose, chewable tablets, galangal
ABSTRAK
Rimpang kencur memiliki banyak khasiat di antaranya sebagai obat batuk, gatal
pada tenggorokan, mual, dan masuk angin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh peningkatan konsentrasi metilselulosa sebagai pengikat terhadap sifat fisik tablet
kunyah ekstrak etanol 95% kencur. Penelitian diawali dengan pembuatan ekstrak kencur
dengan cara maserasi menggunakan etanol 95%, kemudian dipekatkan hingga menjadi
ekstrak kental kencur. Ekstrak kental yang diperoleh dibuat menjadi granul dengan metode
granulasi basah dengan peningkatan konsentrasi metilselulosa sebagai pengikat masingmasing 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%. Granul yang telah dicetak kemudian dievaluasi sifat
fisiknya meliputi pemeriksaan organoleptis, keseragaman bobot, kekerasan, dan kerapuhan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa metilselulosa 1%, dan 2% menghasilkan
tablet kunyah dengan sifat fisik yang baik, sedangkan metilselulosa 3%, 4%, dan 5%
menghasilkan tablet kunyah dengan kekerasan yang kurang baik. Dapat disimpulkan bahwa
dengan adanya peningkatan konsentrasi metilselulosa dapat menurunkan kualitas sifat fisik
tablet kunyah ekstrak etanol 95% rimpang kencur.
Kata kunci: metilselulosa, tablet kunyah, rimpang kencur

2
PENDAHULUAN
Kencur sudah sejak lama dikenal
dan ditanam di Indonesia, tanaman kencur
mempunyai kegunaan tradisional cukup
luas dalam masyarakat Indonesia. Produk
utama kencur adalah rimpangnya, secara
tradisional rimpang kencur berkhasiat
sebagai obat batuk, gatal-gatal pada
tenggorokan, perut kembung, rasa mual,
masuk angin, pegal-pegal, pengompresan
bengkak, penambah nafsu makan, dan juga
sebagai minuman segar (Rukmana, 1994).
Bentuk sediaan kencur yang
beredar dimasyarakat saat ini masih
berbentuk sediaan tradisional seperti hasil
perasan dan seduhan simplisia. Untuk
meningkatkan
kepraktisan
dan
stabilitasnya perlu dikembangkan bentuk
sediaan lain yang lebih baik, sebelumnya
telah
dilakukan
penelitian
tentang
formulasi tablet hisap sari kencur yang
menggunakan PVP sebagai pengikat,
dengan
konsentrasi
2%
dapat
menghasilkan kekerasan yang baik dan
penelitian mengenai pengaruh laktosa dan
PVP dalam formula tablet ekstrak kencur
namun masih belum memenuhi syarat
(Hasyim, et al., 2008; Kuswahyuning, et
al., 2005). Dalam penelitian ini tablet
kunyah ekstrak kencur merupakan salah
satu alternatif bentuk sediaan yang
dikembangkan mengingat bentuk sediaan
tablet kunyah mempunyai beberapa
keuntungan.
Keuntungan tablet kunyah jika
dibandingkan dengan bentuk tablet lainnya
meliputi ketersediaan hayati yang lebih
baik, melewati disintegrasi dan dapat
menghasilkan
peningkatan
disolusi,
kenyamanan pasien dengan meniadakan
kebutuhan air minum untuk menelan,

dapat digunakan sebagai pengganti bentuk


sediaan cair jika diperlukan permulaan
kerja
obat
(onset)
yang
cepat,
meningkatkan
penerimaan
pasien
(terutama anak-anak) karena cita rasa yang
menyenangkan dan memiliki keunikan
produk dari sudut pandang pemasaran
(Lieberman H. A et al, 1989).
Tablet kunyah adalah tablet yang
dimaksudkan
untuk
dikunyah,
memberikan residu dengan rasa enak
dalam rongga mulut, mudah ditelan dan
tidak meninggalkan rasa pahit atau rasa
tidak enak, karakteristik tablet kunyah
memiliki bentuk yang halus, mempunyai
rasa yang enak dan tidak meninggalkan
rasa pahit dan tidak enak. Diantara jenis
produk yang dibuat tablet kunyah adalah
antasida dan vitamin-vitamin, aspirin dan
sediaan antibiotik yang dimaksudkan
untuk anak-anak (Ansel, 1989; Siregar,
2010).
Pengikat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metilselulosa,
pengikat ini memiliki keuntungan karena
menghasilkan granul yang mudah dikempa
dan tablet yang dihasilkan pada umumnya
tidak
mengeras
seiring
dengan
bertambahnya
waktu,
hal
ini
menguntungkan untuk pembuatan tablet
kunyah. Metil selulosa merupakan
pengikat yang baik untuk pengisi yang
larut, seperti laktosa, manitol, dan gula
lainnya (Siregar,2010).
Berdasarkan ulasan diatas, maka
perlu dilakukan penelitian mengenai
pengaruh
peningkatan
konsentrasi
metilselulosa sebagai bahan pengikat
terhadap sifat fisik tablet kunyah ekstrak
rimpang kencur yang di hasilkan.

3
METODOLOGI
A. Bahan
Rimpang kencur, mannitol, Aspartam, Mg
stearat, Talk, Air Suling, Aerosil, Etanol
95%.
B. Alat
Timbangan analitik, Oven, Botol Timbang,
Lumpang dan Alu, AlatAlat gelas, Tanur,
Krusible, tang krusibel, Batang Pengaduk,
Pengayak No. 12 dan No. 16, Kertas
Milimeter Blok, Sarung Tangan, Kaca
Arloji, wadah plastik, rotary evaporator,
Eksikator, Mesin cetak tablet, Jangka
Sorong, Alat Uji Sifat Alir, Alat Uji
Distribusi Ukuran Partikel, Hardness
tester, Stopwatch, Friability tester, tapped
density tester.
C. Tahapan penelitian
1. Pengumpulan rimpang kencur yang
digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 20 kg
2. Determinasi tanaman asal dilakukan di
Laboratorium
Lembaga
Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat
Konservasi Kebun Raya Bogor.
3. Pembuatan ekstrak kental rimpang
kencur
4. Karakteristik ekstrak kental rimpang
kencur meliputi kadar air, kadar abu,
pH, bobot jenis, dan viscositas.
5. Rancangan formula dan pembuatan
granul dengan metode granulasi basah
6. Evaluasi granul yang meliputi susut
pengeringan, pengujian sifat alir,
kompresibilitas, dan distribusi ukuran
partikel.
7. Formulasi tablet bobot tablet yang
dicetak yaitu 750 mg.

8. Evaluasi tablet
yang dilakukan
meliputi
keseragaman
bobot,
kekerasan, dan kerapuhan.
Tabel I. Rancangan Formula Tablet
Bahan
Ekstrak
kental
Metil
selulosa
Mg stearat
Talkum
Aspartam
Aerosil
Manitol
ad

FI

Formula %
FII FIII FIV

FV

Zat aktif

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

Pengikat

Pelicin
Pelincir
Pemanis
Adsorben

1
1
0,5
0,3

1
1
0,5
0,3

1
1
0,5
0,3

1
1
0,5
0,3

1
1
0,5
0,3

Pengisi

100

100

100

100

100

Fungsi

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Karakterisasi Ekstrak
Tabel II. Karakterisasi Ekstrak
No
1.

2.
3.
4.
5.
6.

Pemeriksaan
Organoleptis :
a. Bentuk
b. Aroma
c. Rasa
d. Warna
Susut Pengeringan
Kadar abu
pH
Bobot Jenis
Viscositas

Hasil
a. Ekstrak kental
b. Khas kencur
c. Pedas dan kelat
d. Coklat tua
5,5523%
0,3936%
5
1,1285 g/ml
4550 cps

Tujuan dilakukan karakterisasi


ekstrak adalah sebagai data dan
identifikasi dari ekstrak etanol 95%
rimpang kencur yang digunakan dalam
penelitian ini. Ekstrak yang dihasilkan
dalam penelitian ini adalah ekstrak kental
dengan aroma yang khas, berwarna coklat
tua, memiliki rasa pedas dan kelat.
Mempunyai pH yang agak asam yaitu 5,
dengan bobot jenis 1,1285 g/ml, dan
viscositas 4550 cps.

4
Susut pengeringan yang didapat
dalam penelitian ini adalah 5,5523% hasil
ini masih memenuhi syarat yaitu tidak
lebih dari 10% (Depkes RI, 2008), tujuan
dari uji susut pengeringan adalah untuk
mengetahui kadar bagian zat yang
menguap termasuk di dalamnya adalah air,
kadar air yang tinggi dapat memicu
tumbuhnya mikroba sehingga ekstrak tidak
lagi stabil dan berbau tengik. Hasil kadar
abu yang didapat adalah 0,3936%. Nilai ini
juga masih memenuhi syarat yaitu tidak
lebih dari 0,5% (Depkes RI, 2008). Kadar
abu menunjukkan kadar dari sisa oksida
logam pada sampel. Jika kadar abunya
tinggi, maka kadar dari sisa oksida
logamnya pun tinggi. Hal ini menunjukkan
cemaran dalam sampel tinggi sehingga
kemurnian sampel pun rendah.
B. Hasil Evaluasi Granul
Tujuan dilakukan evaluasi granul
adalah untuk mengetahui kualitas granul
pada masing-masing formula dalam
kaitannya dengan persyaratan granul yang
baik dan memenuhi persyaratan. Hasil
evaluasi massa granul meliputi : sudut
diam, waktu alir, distribusi ukuran
partikel, kompresibilitas dan susut
pengeringan. Granul dapat dikatakan dapat
mengalir dengan baik apabila sudut diam
yang terbentuk berada diantara 25o 45o,
sedangkan waktu alir dapat dikatakan baik
jika granul dapat mengalir kurang dari 10
detik (Siregar, 2010), dari ke-5 formula
menghasilkan sudut diam yang masih
memenuhi persyaratan, sedangkan waktu
alir yang memenuhi syarat hanya FI dan
FII. Hal ini dikarenakan peningkatan
konsentrasi metilselulosa sebagai pengikat
menghasilkan
banyak
fines,
ketidakseragaman dan semakin kecil
ukuran granul akan menaikkan gaya

kohesi sehingga granul menggumpal dan


tidak mudah mengalir akibatnya waktu alir
yang dihasilkan pun lebih lama (Lachman,
et al., 1994). Hasil sudut diam dan waktu
alir masing-masing formula dapat dilihat
pada Tabel. III
Uji kompresibilitas bertujuan untuk
menentukan apakah sifat bahan dapat
membentuk masa yang stabil dan kompak
bila diberikan tekanan dan dari hasil
penelitian didapat nilai kompresibilitas
masuk dalam kategori istimewa karena
berada diantara 5-15% dari persyaratan
kompresibilitas (Lachman, et al., 1994).
Selanjutnya hasil kadar air granul, kadar
air pada granul dalam penelitian ini relatif
kecil yaitu kurang dari 2,5% (Siregar,
2010), jika granul mempunyai kadar air
diatas 2,5% maka dikhawatirkan akan
terjadi penempelan dan pengelupasan pada
proses pencetakan. Uji kadar air bertujuan
untuk mengetahui kandungan air dalam
granul, hal ini berguna untuk proses
pencetakan karena granul yang lembab
menyebabkan penempelan bagian tablet
oleh punch, sehingga menghasilkan tablet
dengan bentuk fisik yang tidak baik. Hasil
kompresibilitas dan kadar air masingmasing dapat dilihat pada Tabel. III
Uji distribusi ukuran granul
bertujuan untuk mengetahui penyebaran
ukuran granul yang diperoleh, pentingnya
dilakukan evaluasi ini disebabkan variasi
dari rasio granul kecil sampai granul besar,
serta besarnya perbedaan ukuran granul
mempengaruhi bagaimana ruang antar
partikel diisi, perbedaan proporsi partikel
besar dan kecil dapat mempengaruhi berat
dari isi masing-masing die (Lachman, et
al., 1994). Hal ini yang dapat
mengakibatkan variasi berat (dalam%),
dalam penelitian ini granul lebih banyak

80
60
40
20
0

FI
FII
FIII
16
18
20
24
30
Alas

Gram granul
tertinggal

menyebar pada nomor ayakan 18, hal ini


dikarenakan
ayakan
terakhir
yang
digunakan dalam proses pembuatan granul
adalah ayakan nomor 16, sehingga pada
nomor ayakan 16 hampir sebagian besar
granul dapat lolos dan dapat dilihat pada
Gambar berikut ini.

FIV

Nomor Pengayak

FV

Gambar 1. Grafik distribusi ukuran partikel

C. Hasil Evaluasi tablet


Tablet pada penelitian ini memiliki
bentuk kaplet, beraroma khas, berwarna
krem, dan berasa pedas dan agak manis.
Hasil uji keseragaman bobot tablet pada
setiap
formula
harus
memenuhi
persyaratan
pengujian
Farmakope
Indonesia edisi III, yaitu timbang 20 tablet,
kemudian dihitung bobot rata-rata tiap
tablet, jika ditimbang satu persatu, tidak
boleh lebih dari 2 tablet masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rataratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan di kolom A yaitu 5% dan tidak
satupun tablet yang bobotnya menyimpang
dari bobot rata-ratanya lebih dari harga
yang ditetapkan di kolom B yaitu 10%.
Berdasarkan syarat tersebut maka hasil uji
keseragaman bobot tablet kunyah tidak
terdapat satu tablet pun dari masingmasing bobotnya yang menyimpang dari
bobot rata-ratanya lebih besar dari harga
yang ditetapkan kolom A yaitu 5%.
Keseragaman bobot dipengaruhi oleh sifat
alir granul, apabila suatu granul memiliki
sifat alir yang baik maka akan diperoleh

tablet dengan keseragaman bobot yang


baik.
Uji kekerasan tablet merupakan
salah satu parameter untuk menguji
ketahanan fisik tablet yang dihasilkan.
Hasil uji kekerasan pada penelitian ini
menunjukkan peningkatan pada setiap
formula, kekerasan yang baik untuk tablet
kunyah adalah 4-7 kg/cm2 (Mendes,
1990), hasil yang memenuhi persyaratan
tersebut hanya FI dan FII dengan
konsentrasi metilselulosa 1% dan 2%,
sedangkan FIII, FIV, dan FV dengan
konsentrasi metilselulosa 3%, 4%, dan 5%
memiliki kekerasan yang sangat tinggi, hal
itu dikarenakan pengikat merupakan faktor
yang mempengaruhi kekerasan tablet,
semakin tinggi konsentrasi pengikat yang
digunakan, maka semakin tinggi pula
kekerasan
yang
dihasilkan.
Hasil
kekerasan dapat dilihat pada Tabel.IV
Uji
keregasan
tablet
juga
merupakan parameter untuk menyatakan
kekuatan tablet, khususnya ketahanan
tablet terhadap guncangan, gesekan, dan
pengepakan distribusi. Hasil pengujian
keregasan tablet pada lima formula
memenuhi syarat karena tidak lebih dari
4% (Mendes, 1990). Hasil keregasan dapat
dilihat pada Tabel. IV

6
Tabel III. Hasil Evaluasi Granul
Pengujian
o

Sudut diam( )
Waktu alir (detik)
Kompresibilitas (%)
Kadar Air (%)

FI
30,991,26
8,330,58
7,330,58
0,460,05

F II
31,731,28
9,330,58
9,320,58
0,430,07

X SD
F III
32,451,29
10,330,58
5,650,58
0,430,05
3

F IV
33,171,31
11,330,58
5,320,58
0,500,006

FV
342,03
11,670,58
6,660,57
0,480,06

IV

a. Kaplet
b. Khas
c. Krem
d. Pedas
750,18,56
8,781,34
0,100,01

a. Kaplet
b. Khas
c. Krem
d. Pedas
750,57,62
9,531,43
0,090,06

Tabel IV. Hasil Evaluasi Tablet


Pengujian

Organoleptis:
a. Bentuk
a. Kaplet
b. Aroma
b. Khas
c. Warna
c. Krem
d. Rasa
d. Pedas
Keseragaman bobot 758,410,07
Kekerasan (kg/cm2) 5,180,58
Kerapuhan(%)
0,410,01
n

II
a. Kaplet
b. Khas
c. Krem
d. Pedas
750,78,58
6,330,55
0,330,09

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian pengaruh
peningkatan konsentrasi metilselulosa
sebagai bahan pengikat, peningkatan
konsentrasi metilselulosa 1%, dan 2%
menghasilkan tablet kunyah dengan sifat
fisik yang baik, sedangkan pada
peningkatan konsentrasi metilselulosa 3%,
4%, dan 5% menghasilkan tablet kunyah
dengan sifat fisik yang kurang baik, jadi
peningkatan konsentrasi metilselulosa
dapat menurunkan kualitas sifat fisik tablet
kunyah ekstrak etanol 95% rimpang
kencur
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi. Edisi IV.
Terjemahan oleh F. Ibrahim.
Universitas
Indonesia
Press,

X SD
III
a. Kaplet
b. Khas
c. Krem
d. Pedas
762,47,23
8,031,46
0,180,04
3

Jakarta. Hal. 146, 269, 271, 281282


Departemen
Kesehatan
RI.
2008.
Farmakope Herbal Indonesia
Edisi 1. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta. Hal. 54-58
Hasyim, N., Tayeb, R., Rewa, AM., dan
Sapa, WYF. 2008. Studi Formulasi
Tablet
Hisap
Sari
Kencur
(Kaempferia
galanga)
dengan
Membandingkan
Gelatin
dan
Polivinilpirolidon Sebagai Bahan
Pengikat.
Dalam:
Majalah
Farmasi dan Farmakologi Vol.
12, No.3. (ISSN:1410 7031). Hal.
89
Kuswahyuning, R. dan Soebagyo, SS.
2005. Pengaruh Laktosa dan
Povidon dalam Formula Tablet
Ekstrak Kaempferia galanga L.
Secara Granulasi Basah. Dalam:
Majalah
Farmasi
Indonesia
Vol.16, No. 2. Hal. 111

7
Lachman L, Liberman HA, Kaning JL.
1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Jilid II. Edisi III.
Terjemahan oleh Siti Suyatmi.
Jakarta. Hlm. 675-677, 682-683,
690-691
Lachman, L, Liebrman, H.A dan Kaning
JL. 1994. Teori dan Praktek
Farmasi Industri. Jilid I. Edisi
ketiga, Terjemah Suyatmi. UI
Press. Jakarta. Hlm: 397-399
Lieberman H. A et al. 1989.
Pharmaceutical Dosage Form:
Tablet Volume 1, second edition,
Revised and Expanded, Marcell
Dekker, Inc. Hal. 367-416, 88-127,
131-199

Mendes RW, Anaeboman AO. 1990.


Chewable
tablets.
Dalam:
Swarbrick J, Boyland JC. 1990.
Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology. Volume 2. Marcell
Dekker, New York. Hal. 397-417,
406
Rukmana, R. 1994. Kencur. Kanisius,
Yogyakarta. Hal: 9-10
Siregar, J.P. 2010. Teknologi Farmasi
Sediaan Tablet, Dasar-dasar
Praktis. Jakarta. Hal. 1-2, 144-145,
159-160, 164, 178, 181-182, 193,
509-515.

Anda mungkin juga menyukai