Referat Fraktur Femur
Referat Fraktur Femur
Referat Fraktur Femur
FRAKTUR FEMUR
Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Senior Bagian Ilmu Bedah Fakultas
KedokteranUniversitas Diponegoro
Disusun oleh :
Arya Ady Nugroho
2201011014210174
Pembimbing :
dr. Kamal Adib, Sp.OT, M.Kes
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi industri berdampak pada
peningkatan mobilitas masyarakat. Kondisi ini menyebabkan peningkatan
kejadian kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh
nomor tiga di Indonesia setelah penyakit jantung dan stroke. Setiap tahun sekitar
60 juta penduduk Amerika Serikat mengalami trauma dan 50% diantaranya
memerlukan tindakan medis, dimana 3,6 juta (12 %) diantaranya membutuhkan
perawatan di Rumah Sakit. Diantara pasien fraktur tersebut terdapat 300 ribu
orang menderita kecacatan yang bersifat menetap sebesar 1% sedangkan 30%
mengalami kecacatan sementara. 1
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi
akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan
biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Femur merupakan tulang
terkeras dan terpanjang pada tubuh, oleh karena itu butuh kekuatan benturan yang
besar untuk menyebabkan fraktur pada femur. Insiden fraktur femur sebesar 1-2
kejadian pada per 10.000 jiwa penduduk setiap tahunnya. Kebanyakan penderita
berusia produktif antara 25 65 tahun, laki-laki lebih banyak menderita terutama
pada usia 30 tahun. Penyebab fraktur sangat bervariasi, baik akibat kecelakaan
ketika mengendarai mobil, sepeda motor, dan kecelakaan ketika rekreasi.1,2
Fraktur femur dapat menyebabkan pasien jatuh ke dalam syok. Oleh karena
itu insidensi fraktrur femus harus segera ditangani sebagai suatu kegawat
daruratan. Berdasarkan latar belakang diatas dan melihat besarnya komplikasi
yang ditimbulkan fraktur femur, maka penulis tertarik untuk membuat suatu
literatur khusus yang membahas mengenai Fraktur Femur ini.
1.2 Batasan Masalah
Referat ini membahas tentang anatomi femur, definisi, etiologi, klasifikasi
dan manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan fraktur femur dan komplikasi.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Memahami anatomi femur, definisi, etiologi, klasifikasi dan manifestasi
klinis, diagnosis, penatalaksanaan fraktur femur dan komplikasi.
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan karya ilmiah dibidang ilmu
kedokteran.
3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
1.4
Metode Penulisan
Metode penulisan referat ini adalah menggunakan metode tinjauan pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
rudapaksa atau tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
oleh tulang4.
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang femur.
Penyebab tersering adalah akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh
dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Femur
merupakan tulang terkeras dan terpanjang pada tubuh, oleh karena itu butuh
kekuatan benturan yang besar untuk menyebabkan fraktur pada femur 2. Patah
pada daerah ini dapat disertai perdarahan hebat karena femur didarahi oleh arteri
besar (arteri femoralis). Pemeriksaan tanda-tanda perdarahan wajib dilakukan
pada fraktur tertutup (perabaan pulsasi arteri)9. Pada fraktur terbuka, bebat tekan
merupakan pilihan utama untuk membantu mengurangi perdarahan. Perdarahan
yang cukup banyak dapat mengakibatkan penderita jatuh ke dalam syok.
2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebab terjadinya fraktur femur, dapat dibedakan
menjadi tiga berdasarkan besar energi penyebab trauma6, yaitu:
a. High energy trauma atau trauma karena energi yang cukup besar,
jenis kecelakaan yang menyebabkan terjadinya fraktur jenis ini
antara lain adalah trauma kecelakaan bermotor (kecelakaan sepeda
motor, kecelakaan mobil, pesawat jatuh, dsb), olahraga yang
berkaitan dengan kecepatan seperti misalnya: ski, sepeda balap,
naik gunung; jatuh, jatuh dari tempat tinggi; serta luka tembak.
b. Low energy trauma atau trauma karena energi yang lemah, karena
struktur femur adalah sturktur yang cukup kuat, ada kecenderungan
trauma karena energi yang lemah lebih disebabkan karena tulang
kehilangan
kekuatannya
terutama
pada
orang-orang
yang
Kerusakan Jaringan
Fraktur
Luka akibat
Sedikit kerusakan
Fraktur simpel,
tusukan fragmen
transversal, oblik
II
III
IIIa
IIIb
tulang, bersih,
ukuran < 1 cm
Luka > 1 cm,
Kerusakan jaringan
kominutif
Dislokasi fragmen
sedikit
tulang jelas
terkontaminasi
Luka lebar, rusak
kulit
Kerusakan jaringan
Kominutif,
segmental,
hebat
neurovaskuler
Jaringan lunak cukup
yang hilang
Kominutif atau
segmental yang
patah
Kerusakan hebat dan
hebat
Kominutif yang
kehilangan jaringan,
hebat
terdapat pendorongan
periosteum, tulang
IIIc
terbuka
Kerusakan arteri yang
Kominutif yang
memerlukan perbaikan
hebat
tanpa memperhatikan
tingkat kerusakan
jaringan lunak
2. Menurut etiologis
- Fraktur traumatik
Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.
- Fraktur patologis
Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis
pada tulang maupun di luar tulang, misalnya tumor, infeksi atau
osteoporosis.
- Fraktur stress
Terjadi karena beban lama atau trauma ringan yang terus-menerus pada
suatu tempat tertentu, misalnya fraktur pada tulang tibia atau metatarsal
pada tentara atau olehragawan yang sering berlari atau baris-berbaris.
- Konfigurasi
a. Fraktur transversal
b. Fraktur oblik
10
c. Fraktur spiral
d. Fraktur Z
e. Fraktur segmental
f. Fraktur kominutif
j. Fraktur impaksi
k. Fraktur pecah (burst)
l. Fraktur epifisis
- Ekstensi
a. Fraktur komplit
Apabila garis patah yang melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang.
b. Fraktur inkomplit
Apabila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang, seperti
buckle fracture, hairline fracture, dan green stick fracture.
- Hubungan antar fragmen tulang
a. Tidak bergeser (undisplaced)
b. Bergeser (displaced), dapat terjadi dalam 6 cara yaitu; bersampingan,
angulasi, rotasi, distraksi, impaksi dan over riding.
11
d) Bengkak
Dampak dari fraktur femur menyebabkan adanya gangguan pada aktivitas
individu dimana rata-rata individu tidak bekerja atau tidak sekolah selama 30 hari,
dan mengalami keterbatasan aktivitas selama 107 hari.
Fraktur femur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai ke distal tulang.
Berdasarkan letak patahannya, fraktur femur dekategorikan sebagai2:
a. Fraktur collum femur
b. Fraktur trokanterik
c. Fraktur subtrokanterik
d. Fraktur diafisis
e. Fraktur suprakondiler
f. Fraktur kondiler
12
Fraktur collum femur merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan pada
orang tua terutama wanita umur 60 tahun ke atas disertai tulang yang
osteoporosis.
2.4.1.1 Mekanisme trauma
Jatuh pada daerah trokanter baik karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh
dari tempat tidak terlalu tinggi seperti terpeleset di kamar mandi dimana panggul
dalam keadaan fleksi dan rotasi.
2.4.1.2 Klasifikasi
1. Hubungan terhadap kapsul
- Ekstrakapsuler
- Intrakapsuler
2. Sesuai lokasi
- Sub-kapital
- Trans-servikal
- Basis collum
3. Radiologis
a. Berdasarkan keadaan fraktur
Tidak ada pergeseran fraktur
Fragmen distal, rotasi eksterna, abduksi dan dapat bergeser ke
proksimal
Fraktur impaksi
13
Tingkat I:
Tingkat II:
Fraktur total tetapi tidak bergeser
Tingkat III: Fraktur total disertai dengan sedikit pergeseran
Tingkat IV: Fraktur disertai dengan pergeseran yang hebat
c. Klasifikasi menurut Pauwel
Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut inklinasi collum femur.
14
horizontal
2.4.1.3 Patologi
Caput femur mendapat aliran darah dari tiga sumber, yaitu:
a. Pembuluh darah intrameduler di dalam collum femur
b. Pembuluh darah servikal asendens dalam retinakulum kapsul sendi
c. Pembuluh darah dari ligamen yang berputar
Pada saat terjadi fraktur, pembuluh darah intrameduler dan pembuluh
darah retinakulum selalu mengalami robekan, bila terjadi pergeseran
fragmen. Fraktur transervikal adalah fraktur yang bersifat intrakapsuler
yang mempunyai kapasitas yang sangat rendah dalam penyembuhan
karena adanya kerusakan pembuluh darah, periosteum yang rapuh serta
hambatan dari cairan sinovial.
2.4.2 Fraktur daerah trokanter
Fraktur
daerah
trokanter
biasa
juga
disebut
fraktur
trokanterik
(intertrokanterik) adalah semua fraktur yang terjadi antara trokanter mayor dan
minor. Fraktur ini bersifat ekstra-artikuler dan sering terjadi pada orang tua di atas
umur 60 tahun.
2.4.2.1 Mekanisme trauma
Fraktur trokanterik terjadi bila penderita jatuh dengan trauma langsung
pada trokanter mayor atau pada trauma yang bersifat memuntir. Keretakan tulang
terjadi antara trokanter mayor dan minor dimana fragmen proksimal cenderung
bergeser secara varus. Fraktur dapat bersifat komunitif terutama pada korteks
bagian posteromedial.
15
2.4.2.2 Klasifikasi
Tipe I
Fraktur melewati trokanter mayor dan minor tanpa pergeseran
Tipe II
Fraktur melewati trokanter mayor dan minor disertai pergeseran
trokanter minor
Tipe III
Fraktur yang disertai dengan fraktur komunitif
Tipe IV
Fraktur yang disertai dengan fraktur spiral femur
16
Penderita lanjut usia dengan riwayat trauma pada daerah femur proksimal.
Pada pemeriksaan didapatkan pemendekan anggota gerak bawah disertai rotasi
eksterna.
17
Fraktur spiral terjadi apabila jatuh dengan posisi kaki melekat erat pada
dasar sambil terjadi putaran yang diteruskan pada femur. Fraktur yang bersifat
transversal dan oblik terjadi karena trauma langsung dan trauma angulasi.
2.4.4.2 Klasifikasi
Fraktur femur dapat bersifat tertutup atau terbuka, simpel, komunitif,
fraktur Z atau segmental.
18
19
3. Bergeser
4. Komunitif
Pergeseran terjadi pada fraktur oleh karena tarikan otot sehingga pada
terapi konservatif lutut harus difleksi untuk menghilangkan tarikan otot.
anamnesis
ditemukan
riwayat
trauma
yang
disertai
20
Tipe I
Tipe IIA
metafisis (bentuk Y)
Tipe IIB : Sama seperti IIA tetapi bagian metafisis lebih kecil
Tipe III : Fraktur suprakondiler komunitif dengan fraktur kondiler
yang tidak total
2.4.7.1 Klasifikasi
-
Tip
e I;
femur bergeser
Tipe III; Kombinasi antara sagital dan koronal
22
a. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapatkan adanya riwayat trauma, baik yang
hebat maupun trauma ringan diikuti dengan rasa nyeri dan ketidakmampuan untuk
menggunakan ekstremitas bawah. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat,
karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin terjadi di
daerah lain. Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera
(posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut.
Riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obatobatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta
penyakit lain. Bila tidak ada riwayat trauma, teliti apakah ada kemungkinan
fraktur patologis. 2,5
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal perlu diperhatikan adanya tanda syok, anemia atau
perdarahan, kerusakan organ lainnya dan faktor predisposisi seperti pada fraktur
patologis.
Pada pemeriksaan lokal, dilakukan tiga hal penting yakni:2,6
Inspeksi (look)
Pada look dinilai adanya deformitas berupa angulasi, rotasi, pemendekan atau
pemanjangan, bengkak, luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan
fraktur tertutup atau terbuka.
Palpasi (feel)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada feel adalah adanya nyeri tekan, krepitasi dan
temperatur setempat yang meningkat. Pada feel juga perlu dinilai keadaan
neurovaskuler pada daerah distal trauma berupa pulsasi arteri, warna kulit, waktu
pengisian kapiler dan sensibilitas.
23
Pergerakan (Movement)
Pergerakan dinilai dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif
dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah trauma. Kemudian dinilai adanya
keterbatasan pada pergerakan sendi tersebut (Range of movement).
c. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis berupa foto polos dapat digunakan untuk
menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Pemeriksaan radiologis
dilakukan dengan prinsip rule of two: dua posisi, dua sendi, dua anggota gerak,
dua trauma, dua kali dilakukan foto.
2.6 Penatalaksanaan
Sebelum melakukan penanganan pada suatu fraktur, perlu dilakukan
pertolongan pertama pada penderita seperti pembebasan jalan nafas, penilaian
ventilasi, menutup luka dengan verban steril, penghentian perdarahan dengan
balut tekan dan imobilisasi fraktur sebelum diangkut dengan ambulans. Penderita
dengan fraktur multipel biasanya datang dengan syok sehingga diperlukan
resusitasi cairan dan transfusi darah serta pemberian obat anti nyeri.2,9
Penanganan fraktur mengikuti prinsip umum pengobatan kedokteran yaitu
jangan membuat keadaan lebih jelek, pengobatan didasarkan atas diagnosis dan
prognosis yang akurat, seleksi pengobatan dengan tujuan khusus seperti
menghilangkan nyeri, memperoleh posisi yang baik dari fragmen, mengusahakan
terjadinya penyambungan tulang dan mengembalikan fungsi secara optimal,
mengingat hukum penyembuhan secara alami, bersifat realistik dan praktis dalam
memilih jenis pengobatan, dan seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara
individual2.
24
25
Terdapat empat jenis traksi kontinu yaitu traksi kulit, traksi menetap, traksi
tulang serta traksi berimbang dan traksi sliding.
2. Reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang
Metode ini merupakan metode operatif dengan cara membuka daerah
fraktur dan fragmen direduksi secara akurat dengan penglihatan langsung
menggunakan metode AO.
Indikasi reduksi terbuka dengan fiksasi interna: diperlukan fiksasi rigid
misalnya pada fraktur collum femur, fraktur terbuka, fraktur dislokasi yang
tidak dapat direduksi dengan baik, eksisi fragmen yang kecil, fraktur
epifisis, dan fraktur multipel pada tungkai atas dan bawah.
Indikasi reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna: fraktur terbuka grade II
dan II, fraktur dengan infeksi, fraktur yang miskin jaringan ikat, fraktur
tungkai bawah pada penderita diabetes melitus.
3. Eksisi fragmen tulang dan penggantian dengan protesis
Protesis merupakan alat dengan komposisi metal
tertentu
untuk
Fraktur terbuka
Fraktur terbuka merupakan keadaan gawat darurat ortopedi yang
operasi
Segera lakukan debridemen dan irigasi
Ulangi debridement 24-72 jam berikutnya
Stabilisasi fraktur
Biarkan luka terbuka 5-7 hari
26
27
tapi tidak lebih dari 10 hari. Prinsipnya adalah penutupan kulit tidak
dipaksakan yang dapat mengakibatkan kulit menjadi tegang.
5. Pemberian antibiotik
Antibiotik diberikan dalam dosis yang adekuat sebelum, saat dan sesudah
tindakan operasi. Antibiotik yang dianjurkan pada fraktur terbuka derajat I
adalah golongan sefalosporin, derajat II golongan sefalosporin dan
aminoglikosida, dan derajat III golongan sefalosporin, penisilin dan
aminoglikosida.
6. Pencegahan tetanus
Semua pendertia dengan fraktur terbuka harus diberikan pencegahan
tetanus. Pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup diberikan
toksoid dan bagi yang belum dapat ditambahkan pemberian 250 unit tetanus
imunoglobulin (manusia).
2.6 Komplikasi fraktur
2.6.1 Komplikasi segera
Komplikasi yang dapat timbul segera setelah terjadinya fraktur dapat berupa
trauma kulit seperti kontusio, abrasi, laserasi, luka tembus akibat benda asing
maupun penetrasi kulit oleh fragmen tulang, avulsi dan skin loss, perdarahan
lokal, ruptur arteri atau vena, kontusio arteri atau vena dan spasme arteri,
komplikasi neurologis baik pada otak, sumsum tulang belakang atau saraf perifer
serta komplikasi pada organ dalam seperti jantung, paru-paru, hepar dan limpa2,5.
2.6.2 Komplikasi awal
Komplikasi awal yang dapat terjadi adalah nekrosis kulit-otot, sindrom
kompartemen, trombosis, infeksi sendi dan osteomielitis. Dapat juga terjadi
ARDS, emboli paru dan tetanus2,5.
2.6.3 Komplikasi lanjut
Komplikasi lanjut akibat fraktur dapat berupa penyembuhan abnormal dari
fraktur seperti malunion ununion delayed union, osteomielitis kronik, gangguan
28
29
BAB III
KESIMPULAN
1. Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa
terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa.
2. Penyebab fraktur femur adalah trauma yang mengenai tulang, dimana
trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, dan mayoritas
fraktur akibat kecelakaan lalu lintas.
3. Fraktur femur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai ke distal tulang.
Berdasarkan letak patahannya, fraktur femur dekategorikan sebagai fraktur
collum femur, fraktur trokanterik, fraktur subtrokanterik, fraktur fraktur
diafisis, fraktur suprakondiler, dan fraktur kondiler. Gejala klinis dapat
dilihat sesuai klasifikasi fraktur femur.
4. Anamnesi mengenai mekanisme trauma, pemeriksaan fisik di regio yang
dicurigai terdapat fraktur, serta pemeriksaan radiologis diperlukan untuk
menegakkan diagnosis fraktur femur.
5. Tatalaksana fraktur femur seperti tatalaksana fraktur pada umumnya
dengan prinsip rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi.
6. Pemasangan skin traction merupakan penanganan paling tepat pada fraktur
tertutup femur bagi dokter umum.
7. Komplikasi yang dapat timbul segera setelah terjadinya fraktur dapat
berupa trauma kulit seperti kontusio, abrasi, laserasi, luka tembus akibat
benda asing maupun penetrasi kulit oleh fragmen tulang, avulsi dan skin
loss, perdarahan lokal, ruptur arteri atau vena, kontusio arteri atau vena
dan spasme arteri. Compartement Syndrome merupakan komplikasi yang
harus diwaspadai dan dicegah, kejadian compartment syndrome dapat
memperburuk kualitas hidup pasien.
DAFTAR PUSTAKA
30
31