Makalah Komunikasi Bisnis Lintas Budaya

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

KOMUNIKASI BISNIS

Komunikasi Lintas Budaya

Dibuat Oleh :
Kelompok 4
1. Farid Ahmad
2. Azhari Juniarto

022140051
022140069

UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN
Jakarta
2015/2016

PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi satu sama lain,
baik itu dengan sesama, adat istiadat, norma, pengetahuan ataupun budaya di
sekitarnya. Pada kenyataanya seringkali kita tidak bisa menerima atau merasa
kesulitan menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang terjadi akibat
interaksi tersebut, seperti masalah perkembangan teknologi, kebiasan yang
berbeda dari seorang teman yang berbeda asal daerah atau cara-cara yang menjadi
kebiasaan (bahasa, tradisi atau norma) dari suatu daerah sementara kita berasal
dari daerah lain. Dari sebuah hubungan interaksi sosial itu menimbulkan suatu
budaya baru yang berawal dari sebuah proses akulturasi budaya.
Beraneka ragam dan corak pada setiap kebudayaan daerah menjadikan
sebuah ciri khas tersendiri bagi setiap manusia di muka bumi ini, berbagai macam
perbedaan budaya tersebut antara lain dapat dilihat dari bentuk pakaian, bahasa,
postur tubuh, aneka macam makanan, adat istiadat yang mengatur pada suatu
daerah tertentu dan masih banyak lagi. Terkadang kita dihadapkan pada sebuah
realitas yang sedikit berbeda dengan budaya kita, sehingga kita merasa asing
ketika berada pada suatu wilayah tertentu. Pada mulanya ketika seseorang
dihadapkan pada posisi demikian, ia akan beranggapan bahwa ia merasa
dikucilkan oleh orang-orang yang tinggal di lingkungannya. Namun seiring
berjalannya waktu, dan seringnya intensitas seseorang berinteraksi dengan orangorang baru dilingkungannya, maka ia akan menemukan sebuah kenyamanan dan
bahkan bisa mengadopsi budaya baru yang ada di lingkungan baru tersebut.
Komunikasi lintas budaya merupakan salah satu bidang kajian Ilmu
Komunikasi yang lebih menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi
antar pribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan. Pada
awalnya, studi lintas budaya berasal dari perspektif antropologi sosial dan budaya
sehingga kajiannya lebih bersifat depth description, yakni penggambaran yang
mendalam tentang perilaku komunikasi berdasarkan budaya tertentu.

Banyak pembahasan komunikasi lintas budaya yang berkisar pada


perbandingan perilaku komunikasi antar budaya dengan menunjukkan perbedaan
dan persamaan sebagai berikut:
1. Persepsi, yaitu sifat dasar persepsi dan pengalaman persepsi, peranan
lingkungan sosial dan fisik terhadap pembentukan persepsi
2. Kognisi, yang terdiri dari unsur-unsur khusus kebudayaan, proses berpikir,
bahasa dan cara berpikir.
3. Sosialisasi, berhubungan dengan masalah sosialisasi universal dan relativitas,
tujuan-tujuan institusionalisasi; dan
4. Kepribadian, misalnya tipe-tipe budaya pribadi yang mempengaruhi etos, dan
tipologi karakter atau watak bangsa.
Jika komunikasi lintas budaya lebih menekankan pada perbandingan polapola komunikasi antar pribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda
kebudayaan, maka studi komunikasi antarbudaya lebih mendekati objek melalui
pendekatan kritik budaya. Aspek utama dari komunikasi antar budaya adalah
komunikasi

antar

pribadi

diantara

komunikator

dan

komunikan

yang

kebudayaannya berbeda.
Bagi para pelaku bisnis, pemahaman yang baik terhadap budaya di suatu
daerah, wilayah atau negara menjadi sangat penting artinya bagi pencapaian
tujuan organisasi bisnis. Secara sederhana, komunikasi lintas budaya adalah
komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun
nonverbal dengan memperhatikan faktor-faktor budaya di suatu daerah, wilayah
atau negara. Pengertian lintas budaya dalam hal ini bukanlah semata-mata budaya
asing (internasional), tetapi juga budaya yang tumbuh dan berkembang di
berbagai daerah dalam wilayah suatu negara.
Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat kaya dengan aneka
macam budaya merupakan salah satu contoh yang sangat berharga bagi para
pelaku bisnis dalam menerapkan komunikasi bisnis lintas budaya. Sebagaimana
diketahui, setiapa daerah yang ada di Indonesia memiliki kekhasan budaya yang
tidak dimiliki oleh daerah lainnya, seperti bagaimana seseorang berkomunikasi
dengan orang lain, bagaimana menghargai orang lain, bagaimana mereka

meyakini atau mempercayai sesuatu yang sudah turun-temurun dari nenek


moyang mereka, bagaimana mereka berpakaian, dan bagaimana mereka
memperlakukan suatu produk.
Apabila pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain
atau ke negara lain, pemahaman budaya di suatu daerah atau negara tersebut
menjadi sangat penting artinya, termasuk bagaimana memahami produk-produk
musiman di suatu negara. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai terjadi
kesalahan fatal yang dapat mengakibatkan kegagalan bisnis. Pentingnya
komunikasi bisnis lintas budaya bagi para pengambil keputusan terutama
manajemen puncak dalam mengantisipasi era perdagangan bebas dan globalisasi
sejak dini. Dengan semakin luasnya berbagai produk dan jasa termasuk teknologi
komunikasi menyebabkan pertukaran informasi dari suatu negara ke negara lain
semakin leluasa, sehingga seolah dunia ini tidak lagi terikat dengan sekat-sekat
yang membatasi wilayah suatu negara. Bagaimanapun diperlukan suatu
pemahaman bersama antara dua orang atau lebih dalam melakukan komunikasi
bisnis lintas budaya, baik melalui tulisan (termasuk komunikasi lewat internet)
maupun lisan.

Munculnya Kesalahpahaman Komunikasi Bisnis Lintas Budaya


Pemilik perusahaan kayu Kalimantan yang memiliki latar belakang orang
Jawa Tengah akan bekerjasama dengan orang medan. Saat rapat di ruangan
negosiasi, direktur, manajer, dan calon investor orang Batak ini saling
berkomunikasi, namun dilihat dari logat bicara orang Batak yang temperamen dan
cenderung keras maka direktur pemilik perusahaan kayu Kalimantan tersebut
merasa tidak nyaman, dan akhirnya kerjasama ini tidak dapat dilanjutkan lagi.
Dari contoh kasus tersebut dapat dilihat bahwa dalam sebuah komunikasi
antar budaya terjadi sebuah gangguan (noice) yang dapat berakibat fatal.
Sebenarnya tata bahasa yang dilakukan oleh orang Batak tersebut biasa saja
menurut mereka, namun untuk pemilik perusahaan kayu Kalimantan yaitu orang
Jawa Tengah yang kebanyakan halus tutur katanya, bahasa orang Batak tersebut
dianggap kasar dan terlalu emosional. Hal tersebut sangat dipengaruhi adanya
perbedaan antara kultur budaya pada suatu daerah tertentu. Apabila pelaku bisnis
akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain atau negara lain, pemahaman
budaya di suatu daerah atau negara tersebut menjadi sangat penting agar tidak
terjadi kesalahan fatal yang dapat mengakibatkan kegagalan bisnis khususnya
bidang pertanian.
Memahami Budaya dan Perbedaannya
1. Definisi Budaya
Budaya dapat didefinisikan bermacam-macam tergantung pada sudut
pandang setiap ahli. Berikut ini adalah beberapa definisi tentang budaya.
a. Menurut Lehman, Himstreet dan Baty. Budaya diartikan sebagai
sekumpulan pengalaman hidup yang ada dalam masyarakat mereka sendiri.
Pengalaman hidup masyarakat tentu saja sangatlah banyak dan variatif,
termasuk di dalamnya bagaimana perilaku dan keyakinan atau kepercayaan
masyarakat itu sendiri.
b. Menurut Hofstede, budaya diartikan sebagai pemrograman kolektif atas
pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari
kategori lainnya. Dalam hal ini yang menjadi kata kunci budaya adalah

pemrograman kolektif yang menggambarkan suatu proses yang mengikat


setiap orang segera setelah kita lahir di dunia ini. Sebagai contoh, di Jepang
karika seorang bayi baru lahir, untuk beberapa tahun awal si bayi tidur di
kamar orang tuanya. Sedangkan di Inggris dan Amerika, bayi yang baru
lahir ditempatkan di kamar yang berbeda beberapa minggu atau bulan
kemudian.
c. Menurut Bovee dan Thill, budaya adalah system sharing atas simbol-simbol,
kepercayaan,

sikap,

nilai-nilai,

harapan,

dan

norma-norma

untuk

berperilaku.
Dalam hal ini, semua anggota dalam budaya memiliki asumsi-asumsi
tersebut. Beberapa budaya ada yang dibentuk dari berbagai kelompok yang
berbeda-beda dan terpisah, tetapi ada juga yang memiliki kecenderungan
homohgen. Kelompok berbeda (distinct group) yang ada dalam wilayah
budaya mayoritas lebih tepat dikatakan sebagai subbudaya (subcultures).
Indonesia adalah sebuah contoh negara yang memiliki subbudaya yang
sangat beragam baik etnis maupun agama. Hal ini berbeda dengan Jepang
yang hanya memiliki beberapa subbudaya dan cenderung bersifat homogen.
d. Menurut Murphy dan Hildebrandt, budaya diartikan sebagai tipikal
karakteristik perilaku dalam suatu kelompok. Pengertian tersebut juga
mengindikasikan bahwa komunikasi verbal dan nonverbal dalam suatu
kelompok juga merupakan tipikal dari kelompok tersebut dan cenderung
unik atau berbeda dengan yang lainnya.
e. Menurut

Mitchel,

budaya

merupakan

seperangkat

nilai-nilai

inti,

kepercayaan, standar, pengetahuan, moral, hukum, dan perilaku yang


disampaikan oleh individu-individu dan masyarakat, yang menentukan
bagaimana seseorang bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya serta
orang lain. Budaya suatu masyarakat disampaikan dari generasi ke generasi
dan aspek-aspek seperti bahasa, kepercayaan/keyakinan, adat, dan hukum,
akan saling berkaitan dan membentuk pandangan masyarakat akan otoritas,
moral, dan etika. Pada akhirnya budaya akan bermanifestasi ke dalam

bagaimana seseorang menjalankan bisnis, menegosiasikan kontrak atau


menangani hubungan bisnis potensial.
2. Komponen Budaya
Menurut Lehman, Himstreet dan Baty, setiap elemen terbangun oleh
beberapa komponen utamanya, yaitu: nilai-nilai (baik atau buruk, diterima atau
ditolak), norma-norma (tertulis dan tidak tertulis), simbol-simbol (warna logo
suatu perusahaan), bahasa, dan pengetahuan. Menurut Mitchell, komponen
budaya mencakup anatara lain: bahasa, kepercayaan/keyakinan, sopan santun,
adat istiadat, seni, pendidikan, humor, dan organisasi sosial. Menurut Cateora,
budaya memiliki beberapa elemen, yaitu budaya material, lembaga sosial,
sistem kepercayaan, estetika, dan bahasa.
Budaya material (material culture) dibedakan ke dalam dua bagian,
yaitu teknologi dan ekonomi. Teknologi mencakup teknik atau cara yang
digunakan untuk mengubah atau membentuk material menjadi suatu produk
yang dapat berguna bagi masyarakat pada umumnya. Pendududk di negara
maju dan mempunyai tingkat teknologi tinggi akan lebih mudah mengadopsi
teknologi baru dibandingkan penduduk di negara dengan tingkat teknologi
rendah. Ekonomi dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu cara orang
menggunakan segala kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Termasuk di dalamnya adalah
segala bentuk kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, distribusi,
konsumsi, cara pertukaran, dan penghasilan yang diperoleh dari kegiatan
kreasi.
Organisasi sosial (social institution) dan pendidikan adalah suatu
lembaga yang berkaitan dengan cara bagaimana seseorang berhubungan
dengan orang lain, mengorganisasikan kegiatan mereka untuk dapat hidup
secara harmonis dengan yang lain, dan mengajar perilaku yang dapat diterima
oleh generasi berikutnya. Kedudukan pria dan wanita dalam suatu masyarakat,
keluarga, kelas sosial, dan kelompok umur dapat ditafsirkan secara
berbeda/berlainan dalam setiap budaya. Pada masa lalu dalam masyarakat

tertentu, kaum wanita cenderung memiliki posisi yang relatif lemah daripada
pria. Namun, kini tanggapan seperti itu sudah tidak berlaku lagi. Pria dan
wanita memiliki kedudukan yang seimbang dalam meniti karier masingmasing.
Sistem kepercayaan atau keyakinan (belief system) yang dianut oleh
suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap sistem nilai yang ada di
masyarakat tersebut. Keyakinan yang dianut oleh suatu masyarakat juga akan
mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan mereka, bagaimana mereka memandang
hidup dan kehidupan ini, jenis produk yang mereka konsumsi dan cara
bagaimana mereka membelisuatu produk. Bahkan jenis pakaian yang
dikenakan, jenis makanan yang dikonsumsi, dan bacaan yang dibaca setiap
harinya, sebenarnya juga tidak lepas dari pengaruh yang kuat atas keyakinan
atau kepercayaan yang dianut seseorang.
Estetika (aesthetics) berkaitan dengan seni, dongeng, hikayat, musik, drama
dan tari-tarian. Nilai-nilai estetika yang ditunjukkan masyarakat dalam
berbagai peran tentunya perlu dipahami secara benar, agar pesan yang
disampaikan mencapai sasaran secara efektif. Contoh sederhana, di kalangan
masyarakat Barat ada yang beranggapan angka 13 adalah angka yang akan
membawa kesialan sehingga angka 13 sering dilewati dan dijadikan 14A.
Bahasa (language) adalah suatu cara yang digunakan seseorang dalam
mengungkapkan sesuatu melalui simbol-simbol tertentu kepada orang lain.
Bahasa adalah suatu komponen budaya yang paling sulit dipahami. Meskipun
demikian, bahasa sangatlah penting untuk dipelajari dan dipahami dengan
benar sehingga melalui bahasa orang dapat memperoleh empati dan simpati
dari orang lain. Untuk dapat memahami bahasa asing secara baik dan benar
diperukan ketekunan, kesabaran, dan latihan yang cukup.

3. Tingkatan Budaya
Menurut Murphy dan Hildebrandt, dalam dunia praktis terdapat tiga
tingkatan budaya, yaitu:
a. Formal
Budaya pada tingkatan formal merupakan sebuah tradisi satu
kebiasaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat yang turun temurun dari
satu generasi ke generasi berikutnya dan hal itu bersifat formal/resmi.
Dalam dunia pendidikan, tata bahasa Indonesia adalah termasuk salah satu
budaya tingkat formal yang mempunyai suatu aturan yang bersifat formal
dan terstruktur dari dulu hingga sekarang. Contohnya, sebuah kalimat
sebaiknya terdiri dari subjek, predikat, objek. Dimensi waktu yang diukur
dengan satuan tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit, dan detik juga
termasuk bagian dari budaya tingkat formal.
b. Informal
Pada tingkatan ini, budaya lebih banyak diteruskan oleh suatu
masyarakat dari generasi ke generasi berikutnya melalui apa yang didengar,
dilihat, dipakai (digunakan) dan dilakukan, tanpa diketahui alasannya
mengapa hal itu dilakukan. Contoh, mengapa seseorang bersedia dipanggil
dengan nama julukan bukan nama aslinya, hal tersebut dilakukan karena dia
tahu teman-temannya biasa memanggil dengan nama julukan.
c. Teknis
Pada tingkatan ini, bukti-bukti dan aturan-aturanmerupakan hal yang
terpenting. Terdapat suatu penjelasan yang logis mengapa sesuatu harus
dilakukan dan yang lain tidak boleh dilakukan. Pada tingkat formal,
pembelajaran dalam budaya mencakup pembelajaran pola perilakunya,
sedangkan pada tingkatan teknis,aturan-aturan disampaikan secara logis dan
tepat, seperti kapan suatu kegiatan tertentu dapat diprediksi waktunya secara
tepat, seperti kapan suatu kegiatan peluncuran roket bisa dimulai.
Pembelajaran secara teknis memiliki ketergantungan sangat tinggi pada
orang yang mampu memberikan alasan-alasan yang logis bagi suatu
tindakan tertentu.

4. Mengenal Perbedaan Budaya


a. Nilai-Nilai Sosial
Secara umum orang-orang Amerika berpandangan bahwa uang akan
dapat mengatasi berbagai masalah, kekayaan yang diperoleh dari usahanya
sendiri merupakan sinyal superioritas, dan orang yang bekerja keras lebih
baik daripada yang tidak bekerja keras. Mereka juga benci terhadap
kemiskinan dan menghargai kerja keras. Di Indonesia, khususnya orangorang yang tinggal di daerah pedesaan masih memiliki nilai-nilai
kebersamaan yang tinggi, sementara ada kecenderungan bahwa nilai gotong
royong mulai memudar di daerah perkotaan, seiring dengan semakin
tingginya sikap individualistis.
b. Peran dan Status
Budaya menuntun peran yang akan dimainkan seseorang, termasuk
siapa berkomunikasi dengan siapa, apa yang mereka komunikasikan, dan
dengan cara bagaimana mereka berkomunikasi. Sebagai contoh, di negaranegara yang sedang berkembang peran wanita dalam dunia bisnis marih
relatif rendah. Sementara, di negara-negara maju seperti Amerika Serikat
dan Eropa, peran wanita di dunia bisnis sudah cukup kuat.
Begitu pula dalam hal konsep status, yang cara pandangnya berbeda
antara negara yang satu dengan negara yang lain. Kebanyakan status para
eksekutif di Amerika Serikat dilihat dari simbol-simbol yang bernuansa
materialistik. Status sebagai seorang eksekutif ditandai dengan ruang sudut
kantor yang luas, karpet mahal, meja kerja eksekutif, dan sejumlah aksesoris
yang menarik. Di Indonesia, status seorang eksekutif dapat dilihat dari
penataan ruang kerja yang terkesan luks dan seberapa mewah jenis
kendaraan yang digunakan.
c. Pengambilan Keputusan
Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, para
eksekutif selalu berupaya secepat dan seefisien mungkin dalam mengambil
suatu keputusan penting. Umumnya, para manajer puncak berkaitan dengan
suatu keputusan pokok atau utama, sedangkan hal-hal yang lebih rinci

diserahkan kepada manajer yang lebih bawa. Lain halnya di Amerika Latin
dan Jepang, proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajer
puncak umumnya berjalan lambat dan bertele-tele.
d. Konsep Waktu
Sebagian besar penduduk negara maju sudah menyadari bahwa
waktu sangatlah berharga. Untuk menghemat waktu, para eksekutif Amerika
Serikat dan Jerman membuat rencana bisnis secara efisien dengan
memusatkan perhatian pada tugas tertentu pada periode tertentu. Oleh
karena waktu sangatlah terbatas, dalam berkomunikasi mereka cenderung
langsung menuju pada pokok persoalan (to the point) dan cepat. Hal ini
berbeda dengan para eksekutif dari Amerika Latin dan Asia, yang umumnya
memandang waktu relatif luwes/fleksibel. Menurut mereka, menciptakan
dasar-dasar hubungan bisnis lebih penting daripada sekedar dapat
menyelesaikan suatu pekerjaan.
e. Konsep Jarak Komunikasi
Sebagaimana masalah waktu, menjaga jarak komunikasi juga
berbeda untuk budaya yang berbeda. Ketika melakukan pembicaraan bisnis,
para eksekutif Amerika Serikat dan Kanada menjaga jarak sekitar 5 feet dari
lawan bicara. Namun, bagi para eksekutif Jerman atau Jepang, jarak
komunikasi tersebut dirasakan kurang dekat. Sementara itu, para eksekutif
dari negara Timur Tengah mempunyai kecenderungan untuk melakukan
pembicaraan bisnis dengan jarak komunikasi yang relatif dekat
f. Konteks Budaya
Salah satu dari berbagai macam cara orang menyampaikan pesannya
kepada orang lain sangat ditentukan konteks budaya. Di dalam konteks
budaya tinggi seperti Korea Utara atau Taiwan, orang kurang tergantung
pada komunikasi verbal, tetapi lebih banyak tergantung pada komunikasi
nonverbal. Dalam melakukan percakapan mereka cenderung menyampaikan
pesan-pesan secara tidak langsung (indirect) yang disertai dengan ekspresi
ataupun geraka-gerakan tubuh; dalam konteks budaya rendah, seperti

Amerika Serikat dan Jerman, orang sangat tergantung pada komunikasi


verbal dan bukan komunikasi nonverbal. Jadi, dalam melakukan
pembicaraan mereka cenderung langsung pada persoalan atau disampaikan
secara eksplisit tanpa basa basi.
g. Bahasa Tubuh
Perbedaan bahasa tubuh sering kali menjadi sumber kesalahpahaman
berkomunikasi lintas budaya. Sering kali orang perlu mewaspadai antara
kata yang diucapkan dengan gerakan-gerakan tubuhnya agar dapat diketahui
apa maksud yang sebenarnya. Contohnya, sinyal Tidak orang Amerika
Serikat dan Kanada dengan mengerakkan kepala ke kiri dan ke kanan
namun orang Bulgaria dengan menganggukkan kepala ke atas dan ke bawah
atau membungkukkan badan yang dilakukan di Jepang dapat dipandang
oleh orang Amerika Serikat sebagai sikap menjilat.
Bantuk bahasa tubuh lainnya adalah kontak mata. Mata adalah salah
satu bagian tubuh yang sangat ekspresif. Orang-orang Mediterania
menggunakan mata untuk berbagai tujuan antara lain: membelalakkan mata
(menyatakan kemarahan), mata berkedip (menyatakan persengkongkolan),
bulu mata bergetar (untuk memperkuat rayuan).
h. Perilaku Sosial
Apa yang dianggap sopan di suatu negara bisa jadi dianggap kurang
sopan di negara lain. Contohnya, di negara-negara Arab memberikan suatu
hadiah kepada istri orang lain dianggap tidak sopan, namun tidak demikian
jika diberikan kepada anak-anaknya.
i. Perilaku Etis
Perilaku yang etis dan tidak etis antarnegara pun bisa berbeda. Di
beberapa negara, perusahaan diharapkan membayar sejumlah uang secara
resmi untuk persetujuan kontrak pemerintah. Pembayaran tersebut dianggap
sebagai hal yang rutin, namun di negara Amerika Serikat dan Swedia hal
tersebut dikategorikan sebagai bentuk suap sehingga tidak etis dan ilegal.

j. Perbedaan Budaya Perusahaan


Budaya organisasi adalah cara perusahaan dalam melaksanakan
sesuatu. Dengan kata lain, budaya organisasi mempengaruhi cara orang
bereaksi dengan orang lain. Ia juga dapat melihat bagaimana pekerja
melakukan tugasnya, bagaimana mereka menafsirkan dan bereaksi satu
sama lainnya, dan bagaimana mereka memandang perubahan. Saat ini,
banyak perusahaan di Amerika Serikat mencoba membuat aliansi strategis
dengan perusahaan asing dan sebagian mengalami kegagalan. Salah satu
alasan kegagalannya adalah pertentangan budaya antara satu perusahaan
dengan perusahaan lainnya.
Negosiasi Lintas Budaya
Moran, Stahl & Boyer Internasional, sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang pelatihan lintas budaya (cross-cultural training), membedakan budaya
dalam dua kelompok yaitu budaya permukaan (surface culture) seperti makanan,
liburan, gaya hidup, dan budaya tinggi (deep culture), yang terdiri atas sikap dan
nilai-nilai yang menjadi dasar budaya tersebut.
Orang yang berasal dari budaya yang berbeda sering kali mempunyai
pendekatan negosiasi yang juga berbeda. Tingkat toleransi untuk suatu
ketidaksetujuan pun bervariasi. Contohnya, negosiator dari Amerika Serikat
cenderung relatif impersonal dalam melakukan negosiasi. Mereka melihat tujuan
mereka dalam sudut pandang ekonomi dan biasanya mereka menganggap unsur
kepercayaan penting di antara mereka. Sebaliknya, para negosiator dari Cina dan
Jepang lebih suka pada suasana hubungan sosial. Jika ingin berhasil bernegosiasi,
Anda sebaiknya bersikap bersabar dan menguasai bagaimana hubungan personal
(pribadi) di Cina. Anda harus dapat menumbuhkan hubungan personal sebagai
dasar membangun kepercayaan dalam proses negosiasi.
Di Perancis, hubungannya relatif kurang personal dan menyukai suasana
yang formal dan dimulai dengan unsur ketidakpercayaan kepada pihak lain.
Negosiator dari budaya yang berbeda mungkin menggunakan teknik
pemecahan masalah dan metode pengambilan keputusan yang berbeda. Jika
mempelajari budaya partner Anda sebelum bernegosiasi, Anda akan lebih mudah

dalam memahami pandangan mereka. Lebih lanjut, menunjukkan sikap luwes,


hormat, sabar dan sikap bersahabat akan membawa pengaruh yang baik bagi
proses negosiasi yang sedang berjalan, yang pada akhirnya dapat menemukan
solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.
Berikut ini adalah contoh komunikasi lintas budaya ketika melakukan
perjalanan ke suatu negara :
Di Spanyol, orang berjabat tangan paling lama antara lima sampai dengan
tujuh ayunan; melepas jabat tangan segera dapat diartikan sebagai suatu
bentuk penolakan. Di Perancis, orang berjabat tangan cukup denagn hanya
sekali ayunan atau gerakan.
Jangan memberi hadiah minuman-minuman beralkohol di negara-negara
Arab.
Di Pakistan atau negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim,
jangan heran kalau di tengah-tengah suatu pertemuan bisnis mereka minta
izin keluar untuk menunaikan ibadah sholat karena setiap Muslim wajib
sholat lama kali sehari.
Anda dianggap manghina tuan rumah jika Anda menolak tawaran
makanan, minuman atau setiap bentuk kebaikan di negara-negara Arab.
Namun, Anda juga jangan cepat-cepat menerima segala bentuk tawaran
tersebut. Kalau mau menolak suatu tawaran, tolaklah dengan cara yang
sopan.
Tekankan usia perusahaan Anda ketika berhubungan bisnis dengan
pengusaha di Jerman, Belanda, dan Swiss.

Kesimpulan

Semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi


telah memberikan peluang untuk berkomunikasi dengan seseorang yang berbicara
dengan bahasa dan budaya yang berbeda. Pengembangan keterampilan
komunikasi bisnis lintas budaya menjadi semakin penting artinya, mengingat
kecenderungan dunia bisnis yang semakin global.
Terdapat tiga tingkatan budaya, yaitu: formal, informal, dan teknis.
Kendala utama dalam komunikasi lintas budaya adalah perbedaan budaya dan
masalah bahasa. Perbedaan budaya sering kali menjadikan komunikasi tikak
efektif.
Perbedaan budaya dapat ditunjukkan dalam nilai-nilai social, ide status,
kebiasaan pengambilan keputusan, sikap terhadap waktu, pengaturan jarak bicara,
konteks budaya, bahasa tubuh, adat-istiadat, perilaku hukum dan etika.
Seseorang dapat mempelajari budaya tertentu dengan cara membaca bukubuku dan artikel, berbicara dengan orang ynag menjadi bagian dari suatu budaya,
belajar bahasanya, sejarah suatu budaya suatu Negara, agama, politik, nilai-nilai,
dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat suatu Negara.

Anda mungkin juga menyukai