Buku Pintar PDF
Buku Pintar PDF
Buku Pintar PDF
1. Alarm: 0,9 mm
2. Trip oleh operator: 1,0 mm
Kegagalan thrust bearing oleh protective device
1. Alarm: 2,1 0,1 kg
2. Trip otomatis: 5,6 0,3 kg
ALASAN
Untuk mencegah kegagalan thrust bearing sehingga dapat terjadi gesekan antara bagian yang diam dan bagian yang
bergerak.
Perbedaan metal temperature antara Top dan Bottom dari HP-IP turbine outer cylinder (Water
induction)
BATASAN OPERASI
1. Alarm: 42oC
2. Trip oleh operator 56oC
*) Selama proses Start Up, alarm sering terjadi karena Uneven heating di turbin. Pada kasus ini operator harus
memperhatikan agar temperatur tidak naik dengan tiba-tiba
ALASAN
a. Untuk mencegah operasi pada kondisi Water induction yang dapat menyebabkan distorsi pada silinder.
b. Distorsi pada silinder dapat diakibatkan oleh bersinggungannya bagian yang diam dan bergerak
Journal bearing metal Temperature
BATASAN OPERASI
1. Alarm: 107oC
2. Trip oleh operator 113oC
ALASAN
a. Untuk mencegah meleleh dan perubahan dari white metal karena panas berlebih
b. Bila white metal benar-benar meleleh, maka rotor akan berputar diatas permukaan bearing yang keras sehingga
kerusakan pada bearing dan rotor dapat terjadi
Thrust bearing metal Temperature
BATASAN OPERASI
1. Alarm: 99oC
2. Trip oleh operator 107oC
ALASAN
a. Untuk mencegah meleleh dan perubahan dari white metal karena panas berlebih
b. Kegagalan thrust bearing dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada bagian dan berputar dan diam akibat
gerakan aksial abnormal.
Drain Oil Temperatur dari jurnal dan thrust bearing
BATASAN OPERASI
1. Alarm: 77oC
2. Trip oleh operator 85oC
ALASAN
a. Untuk mencegah panas berlebih dari bearing
b. Tingginya temperatur oil drain dapat menyebabkan tipisnya lapisan oil film sehingga kontak metal dengan metal
dapat terjadi.
Bearing oil temperature
BATASAN OPERASI
1. Turning operation: 21oC Bearing oil Temp 33oC
2. Turbine rolling period: Bearing oil Temp 21oC
3. Oil Pump operation: Bearing oil Temp 10oC
ALASAN
a. Untuk mempertahankan kekentalan oil yang cukup pada batasan maksimal
b. Untuk mencegah over load dari oil pump pada batasan minimal
ALASAN
Untuk mencegah panas berlebih pada LP turbin dan mencegah bersentuhan antara sudu gerak dan bagian yang diam
Turbin beroperasi sebagai motor (tidak berbeban tapi online)
Turbin beroperasi sebagai motor dibatasi kurang dari 1 (satu) menit
ALASAN
Untuk mencegah panas berlebih pada LP turbin akibat windage dan kontak antara sudu gerak dengan bagian yang
diam.
Batasan frekwensi
BATASAN OPERASI
Batasan frekwesi adalah pada 48,5 51,5 Hz
ALASAN
Untuk mencegah getaran berlebih pada sudu tingkat akhir dari LP turbin sebagai akibat resonansi.
Operasi dari turbine drain valve
BATASAN OPERASI
1. Buka drain valves sebelum start unit dan sampai berbeban 20% beban
2. Pada shut down normal, buka drain valve pada beban kurang dari 15%
3. Buka drain valve selama shut down sampai turbinnya dingin
ALASAN
a. Untuk membuang semua air yang terbentuk di turbin dan pipa
b. Air yang terbentuk di dalam casing yang panas dapat menyebabkan kerusakan dan bersentuhan
c. Titik air yang mengenai sudu turbin akan mengakibatkan unbalance dan erosi sudu
Pengoperasian Exhaust spray
BATASAN OPERASI
1. Buka spray valve pada putaran lebih dari 600 rpm dan beban kurang dari 5%
2. Buka spray valve bila temperature exhaust steam lebih dari 70oC
ALASAN
Untuk mencegah panas berlebih di daerah LP turbine.
Operasi curtain spray
BATASAN OPERASI
1. Buka spray valve pada pembukaan sedang selama LP bypass dalam kondisi open.
2. Buka spray valve fully open bila load rejection terjadi.
3. Tutup spray valve bila kedua Condensate Pump stop
ALASAN
a. Untuk mencegah baliknya dump steam dari bypass system ke LP Turbine exhaust.
b. Untuk mencegah overheating dari LP turbine exhaust
c. Untuk mencegah efek water hammer selama Condensate pump start
Pengoperasian Ventilator valve
BATASAN OPERASI
Urutan normal Start Up
1. Close setelah turbine reset
2. Open selama rub check dan close setelah rub check selesai
3. Open setelah Valve transfer
4. Close setelah syncron
Kondisi Lain:
1. Open pada beban kurang dari 10% load dan HP exhaust metal temperature 370 oC (350 oC Close lagi)
2. Open GV close dan ICV open condition
3. Open bila Fast Cut Back terjadi
4. Open bila melakukan Over speed Protection system
5. Open setelah turbin trip atau all valve close
ALASAN
a. Pembukaan ventilator valve akan menurunkan reneat steam pressure dan mencegah naiknlya HP turbine exhaust
temperature akibat windage loss
b. Turbin trip otomatis bila HP exhaust steam temperature 500 oC
Operasi Turning gear
BATASAN OPERASI
1. Turning gear dioperasikan sebelum start up dan setelah turbine shut down
2. Operasi turning gear harus dilanjutkan setelah shut down selama minimal 48 jam dan initial metal temperature
kurang dari 180 oC
3. Turning gear harus dioperasikan setiap saat bila ada steam sealing system
4. Turning gear lebih baik dioperasikan bila generator terisi dengan Hidrogen
5. Dalam keadaan emergency, oil pump dan turning gear dapat distop pada initial stage metal temperature 250 oC
6. Dalam keadaan emergency, turning gear hanya dapat distop pada initial stage metal temperature 350 oC
ALASAN
a. Untuk mengurangi rotor bowing yang disebabkan pendinginan rotor yang tidak cukup
b. Untuk mempertahankan seal yang baik
c. Untuk mencegah overheating dari metal bearing akibat panas dari bagian-bagian yang bertemperatur tinggi
Vapor extractor
BATASAN OPERASI
Kedua vapor extractor di lubrication oil reservoir dan loop seal tank harus dioperasikan ketika lubrication oil system
beroperasi
ALASAN
Untuk mencegah bocornya oli dan uap hydrogen dari rumah bearing dan semua komponen drain system
Urutan penempatan feed water heater in service
Feed water heater harus selalu in service dimulai dari LP Heater tekanan paling rendah ke HP Heater tekanan paling
tinggi
ALASAN
a. Untuk mengurangi load reduction pada beban tinggi
b. Untuk mencegah flow yang abnormal dan pressure ratio di dalam turbine
Operasi dengan feed water heater out of service
BATASAN OPERASI
1. Heater yang tidak berdekatan dapat distop bila beban nominal turbin tidak terlampaui
2. Tiga heater tekanan paling tinggi dapat out service bila beban nominal turbin tidak terlampaui
3. Pengurangan beban sebesar 10% dibawah beban nominal bila heater yang berdekatan out service dengan HP
Heater in service. Tambahan pengurangan beban 10% tiap tambahan heater yang berdekatan out service
ALASAN
Untuk mencegah overstressing dari sudu turbin
MSV/ GV stem freedom test
BATASAN OPERASI
Valve stem freedom test dari MSV/GV harus dilakukan sekali seminggu pada beban kurang dari 70% dan IMP on
ALASAN
a. Untuk mengecek kondisi operasi dari MSV/ GV
b. Untuk mencegah lengketnya MSV/ GV dari deposit yang terbawa dari bocoran uap
c. Untuk mencegah overspeed yang disebabkan dari kegagalan valve
RSV/ ICV stem freedom test
BATASAN OPERASI
Valve stem freedom test dari RSV/ ICV harus dilakukan sekali seminggu pada beban kurang dari 90% dan IMP off
ALASAN
a. Untuk mengecek kondisi operasi dari RSV/ ICV
b. Untuk mencegah lengketnya RSV/ ICV dari deposit yang terbawa dari bocoran uap
Test auto start dari Oil Pump harus dilakukan sekali seminggu:
1. Auxiliary Oil Pump start: 7,5 0,2 kg/cm2
2. Turning Oil Pump start: 0,85 0,05 kg/cm2
3. Emergency Oil Pump start: 0,65 0,05 kg/cm2
4. EH Fluid Pump: 105 3,0 kg/cm2
ALASAN
Untuk menyiapkan oil pump pada keadaan emergency
Sistem instrumen dan kontrol turbine unit 5-7 PLTU Suralaya menggunakan sistem Digital Electro Hydraulic
Control (DEHC). Sistem ini dimaksudkan untuk megatur aliran uap yang masuk ke turbin.
Adapun peralatan kontrol yang ada pada sistem DEHC antara lain :
DEHC Cabinet
Servo Controller
High Pressure Hydraulic Supplier
Sistem DEHC terdiri dari 2 buah microprocessor yang berbasiskan digital controller yang bekerja secara redundant
dengan menggunakan software yang disebut IDOL.
Fungsi DEHC dalam pengontrolan turbin antara lain :
1. Fungsi control untuk :
Speed up control
Valve transfer
Close all valves
Load/frequency control
Load limited
IMP (Impulse Chamber
2. Fungsi Proteksi untuk :
Electrical Over Speed Trip (EOST)
Over Speed Protection Control (OPC)
Initial Pressure Regulator (IPR)
3. Fungsi Test untuk :
Valve Close Test (GOV, MSV, ICV, RSV)
OPC Test
Kelengkapan dan pemasangan peralatan instrumen diatas terdapat pada setiap bagian sistem, yaitu pada :
Setiap thermometer
Pressure gauges
Differential pressure gauges
Flow switches
Sight glass
Turbine flow meters dan totalizers
Pressure switches
SOP MENJALANKAN CHILLER CONDENSOR VACUM PUMP
( CONTROL MODUL YANG BARU / T. 755 )
1. Pindahkan selector Switch LOKAL / REMOTE pada posisi LOKAL pada panel Condensor Vacum Pump.
2. Tekan Push Bottom Start sekali,dan jangan ditekan terus
3. Pastikan selector Switch panel Chiler Condensor Vacum Pump pada posisi ON.
4. Perhatikan Control modul pada panel Chiller Condensor Vacum Pump akan tampak angka berhitung mundur
( Countdown Counter ) mulai dari angka 210 (dalam waktu 3,5 menit) menuju Start / Runing / Operasi.
5. Untuk mempercepat system Chiller Start / Runing / operasi , lakukan tombol Select pada Control Modul
Chiller.
6. Perhatikan Display Control modul akan terlihat angka menuju air pendinginan.
7. Angka Stage energize 1,2,3,dan 4 pada display mrnuju tingkat operasional dari dua compressor Chiller.
Keterangan:
1 = Compressor 1 Runing Unloading
2 = Compressor 1 Runing Loading
3 = Compressor 2 Runing Unloading
4 = Compressor 2 Runing Loading
8. Jika Temperatur air pendingin sudah mencapai +/- 20 0 C,silahkan jalankan Pompa / Condensor Vacum
Pump dengan menekan PUSH BOTTOM Start pada panel Condensor Vacum Pump sekali lagi.
9. Setelah system Condensor Vacum Pump beroperasi normal , pindahkan selector switch LOKAL / REMOTE
pada posisi REMOTE.
10. Selesai,dan selamat mencoba.
Catatan :
Jika angka Stage Enertgize 1 2 3 4 sudah terlihat , temperatur air pendingin Seal tetap tinggi dan timbul Alarm
maka System Chiller Abnormal,dianjurkan menghubungi Teknisi Relle Unit 5-7.
CARA MERUBAH DENSITY COAL FEEDER
1. PRESS EXIT
2. PRESS SET UP
3. PRESS < SET UP / SET DOWN ->SAMPAI SET UP 02 =>DENSITY
4. RUBAH DENSITY DARI ? KE ? KEMUDIAN ENTER
5. PRESS EXIT ->SELESAI
SILICA GELL H2 REGENERASI
I. PENGAMATAN
I.1.
Amati silica gell didalam glass contoh yang ada disamping tabung.
I.2.
Bandingkan dengan contoh,dan bila sama dengan yang paling bawah atau sudah berwarna putih, maka
waktunya kita meregenerasi.
II. PELAKSANAAN
II.1. Tutup inlet valve NO.TK-V-315
II.2.
Tutup outlet valve NO.TK-V-316
yang
bersumberkan tenaga air terjun sehingga kapasitasnya menjadi terbatas oleh sumber air tersebut.
Dalam hal ini PLTU ( Pembangkit listrik tenaga uap ) dengan bahan bakar batu bara menjadi alternatif sumber
tenaga Pembangkit Listrik karena Pembangkit listrik berbahan bakar minyak terasa mahal.
Untuk itu pada tahun 1982 dibangunlah PLTU Suralaya Unit 1-4 yang berkapasitas 4 x 400 Mw yang
menggunakan bahan bakar batu bara dan mulai beroperasi pada tahun 1985 yang berlokasi di daerah Merak JawaBarat.
Didalam Pembangkit Listrik tenaga uap (PLTU Suralaya) diperlukan suatu alat
Generator ) atau lebih dikenal dengan BOILER yang berbahan bakar Batu bara yang mampu menggerakan
Turbine Generator yang bercapsitas 400 mw.
FUNGSI BOILER
Fungsi Boiler diantaranya :
a. Memproduksi uap dengan jumlah yang dibutuhkan sesuai rencana.
b.Memanaskan lanjut uap yang dihasilkan untuk mendapatkan Temperatur yang diinginkan sebelum dipakai
memutar Turbine.
c. Memanaskan kembali uap yang telah digunakan oleh Turbine tekanan tinggi sebelum digunakan kembali untuk
memutar Turbine tekanan menengah atau sering disebut REHEATER.
ECONOMIZER
Fungsinya menyerap panas dari gas gas sisa pembakaran untuk memanaskan air penambah ( feed water )
sebelum air tersebut masuk ke Main drum sehingga effesiency Boiler menjadi besar .
Ada dua type economizer yang digunakan pada Boiler :
a. Plan tube :
Plain tube economizer terdiri dari kumpulan pipa-pipa yang susunanya sebaris ( in line ) maupun selang (
stagered ).
b.Finned tube :
Tipe terdiri dari pipa-pipa baja lunak ( mild steel ) yang bersirip besi,biasanya pipa-pipa disusun sebaris ( in line )
untuk memudahkan pembersihan atau inspecsi disamping merupakan susunan yang paling economis.
Cara- cara pembersihan pipa-pipa economizer biasanya dilakukan dengan dua cara ,Yaitu pada saat Boiler
beroperasi ( on load ) dan dalam keadaan tidak beroperasi ( off load ).
Dalam keadaan beroperasi economizer dibersihkan dengan alat yaitu Soot blower ( Long retractable soot blower )
dimana media pembersihnya menggunakan uap yang keluar dari primary super heater, alat ini efective digunakan
pada kedua type economizer tersebut.
Dalam keadaan tidak beroperasi pembersihan economizer dapat dilakukan secara mecanic atau dengan
menggunakan air disemprotka , di beberapa kasus digunakan larutan soda api untuk membersihkan deposit
sebelum menggunakan air
BOILER DRUM
Fungsi dari Drum :
a.Menampung air yang akan dipanaskan sebelum didistribusikan
ke pipa-pipa penguap ( riser tube ).
b.Mengatur permukaan air di Boiler sehingga tidak terjadi kekurangan saat Boiler beroperasi, yang akan
menyebabkan Boiler Over heating.
c. Memisahkan uap dari air yang telah dipanaskan di ruang bakar.
d Membuang kotoran kotoran yang terlarut didalam air melalui
DRUM PROTECTION :
Pada saat menaikan tekanan Boiler akan terjadi Stress diantara Drum bagian atas dan Drum bagian bawah karena
perbedaan temperatur, untuk itu harus harus hati hati supaya perbedaan temperature tersebut tidak melebihi
batasan yang ditentukan (lihat grafik ).
Batasan yang dibolehkan dari perubahan saturation temperature adalah merupakan fungsi dari jumlah perbedaan
saturation temperature yang harus dibuat.
Contoh :
Cold start dari temperature 38 oC ke 356,6 oC
Jumlah perbahanya ( Total change ) adalah 318,6 oC ,jadi dengan melihat grafik maka kenaikan temperatur air
pada Drum yang dibolehkan dibatasi Max 111 oC/jam.
Hot start dengan jumlah perubahan saturation temp ( Totoal Change) kurang dari 55 oC ,Kenaikan temperature (
Rate of saturation temp change) air di Drum yang dibolehkan adalah Max 222 oC/jam ( lihat grafik ).
Pada saat kenaikan temperature saturation , temperature Drum bagian atas dan bawah harus dimonitor sehingga
perbedaan temperaturenya tidak melebihi dari batasanya .
Perbedaan temperature Drum atas dan bawah yang dibolehkan adalah Pada saat start Boiler dari dingin
perbedaan temp Drum atas dan bawah adalah 100 oC.
Pada saat Shut down sampai dingin perbedaan temp Drum atas dan bawah adalah 112 oC.
Batasan perubahan saturation temperature dan perbedaan temp Drum bagian atas dan Drum bagian bawah
maksudnya :
Untuk mengamankan kerusakan diantara bagian yang bertekanan dan bagian yang tidak bertekanan pada saat
boiler start maupun shut down.
Untuk mengurangi Drum humping pada semua bagian bertekanan yang berhubungan dengan Drum.
Berfungsi untuk menyaring uap air yang masih terbawa oleh uap setelah melalui sparator sehingga air yang masih
terbawa akan jatuh kembali ke Drum disamping untuk membersihkan kadar uap yang dihasilkan.
h. Dry box :
Posisinya ada dibagian paling atas dari Drum yang berfungsi untuk menampung uap yang dihasilka dan
mendistribusikanya ke superheater.
Kapasitas
: 1168 ton/jam
: 174 kg/cm2
: 540 oC
40 kg/cm2
40 kg/cm2
35 set
: Batu bara
: solar
PENJELASAN :
Natural circulation artinya circulasi air didalam Boiler dai Drum turun ke Down comer riser tube ( pipa
penguap ) kembali ke Drum terjadi secara alamiah ( karena perbedaan density dari air yang masih dingin pada
pipa down comer dan air panas yang mualai menguap pada pipa penguap ).
Singgle Drum artinya Boiler ini mempunyai satu buah Drum yang terletak dibagian atas Boiler sedangkan
dibagian bawah menggunakan header.
Radiant Boiler artinya perpindahan panas yang terjadi sebagian besar secara Radiasi dari api diruang bakar ke
pipa-pipa penguap Boiler.
JAWABAN SOAL
1.BILA KITA AKAN START BOILER MAKA TEMPERATURE METAL STEAM DRUM HARUS SANGAT
DIPERHATIKAN SEBAB HAL INI DAPAT MENGAKIBATKAN TERJADINYA THEMAL STRESS PADA
SISI BOILER & TOP and BOTTOM STEAM DRUM.
2.WARMING OTOMIZING STEAM BERGUNA UNTUK MEMANASKAN LALUAN UAP PADA
OTOMIZING STEAM LINE DAN MENGHILANGKAN KONDENSASI DISEPANJANG LINE OTOMIZING
STEAM DAN JUGA MEMPERMUDAH PENGAPIAN IGNITOR.
3.SAAT BOILER PURGE , SEMUA VALVE MINYAK IGNITOR HARUS TERTUTUP KONDISI SEPERTI INI
UNTUK MENGHINDARI TERJADINYA PENGAPIAN DINI YANG TIDAK KITA HARAPKAN CONTOH
KEBOCORAN MINYAK YNG TIDAK TERBAKAR DIRUANG BAKAR.
4.SYARAT GAS PATH PROVEN IALAH; SEMUA DAMPER GAS BIASING/ AIR HEATER TERBUKA .
SEMUA DAMPER SECONDARY AIR FLOW CONTROL TERBUKA ,
a. MIN 1 PCP GAS PATH DMPS BUKA
b.MIN 1 PAH & SAH RUN UNTUK UDARA & GAS DMPS BUKA
ROW A SECA DMPR S A BUKA
ROW A SECA DMPR S B BUKA
ROW B SECA DMPR S A BUKA
ROW B SECA DMPR S B BUKA
ROW C SECA DMPR S A BUKA
ROW C SECA DMPR S B BUKA
ROW D SECA DMPR S A BUKA
ROW D SECA DMPR S B BUKA
ROW E SECA DMPR S A BUKA
ROW E SECA DMPR S B BUKA
ROW F SECA DMPR S A BUKA
ROW F SECA DMPR S B BUKA
c. SH & RH GAS BIASING DMP BUKA.
5. BEBERAPA INSTRUMEN / ALAT YANG MASUK SYARAT BOILER TRIP
5. BEGITU PULA SEBALIKNYA BILA TERJADI PADA CPUB ABNORMAL, RESET CPU YANG ADA
PADA LEMARI NO. 3
NB:
SEBELUM RESET CPU MAKA RESET DULU K2 ( CLR )
SUMBER MAINT. CONTROL INSTRUMENT
INSTRUKSI
KERJA
KERJA
PERSIAPAN
Pergunakan alat
pelindung diri
Fasilitas lampu
penerangan
cukup
Fasilitas F/F
tersedia
Tidak ada
ceceran minyak /
air
Pergunakan alat
komunikasi
Keselamatan
& kesehatan
kerja
Persiapan
lokal
Turbin
Rolling
( manual start
up / cold start
)
Control
Main steam
temp / press
terpenuhi
Check
permissive
turbin reset
room
Permissive
turbine reset
No. 10
DEH
SPEED
OPRN
CNTRL
A
Turbin reset
B
E
Select Turbin
F
control EH
G
Select Speed
C
target
Select Accel rate
Select Speed
program
Setelah speed
400 rpm lakukan
rub check
E
G
G
Select speed
target
Select speed
program
Turbin heat soak
( menunggu
mismatch
temperatur
terpenuhi yaitu
83 C dan 142
P: 70
kg/cm,T:
370 C
tekan tanda
I
No MFT trip
No trip class Y
A1G
No trip class Y
B1G
No turbine trip
On
No electric ove
speed trip
No vibrasi HI H
trip
No DEH failure
No LP A exhau
temp high
No LP B exhau
temp high
No HP exhaust
temper high
No condensor
vacum low
No thrust bearin
failure trip
tekan master
reset
Press auto
stop oil 7 k
tekan auto
400 rpm
(cold start)
pilih
75/150/300
rpm
pilih GO
tekan
.
GV/ICV
close
Lakukan
pemeriksaan
vibrasi,
gesekan
E C)
G
D
NO. 71
A
B
C
gesekan pada
bantalan
dengan
menggunakan
stick
Pilih 2000
rpm
Pilih GO
Speed hold 3
jam,selama
putaran
ditahan
periksa :
Bearing
metal temp
Oil drain
bearing temp
HP casing
expantion
Shaft position
Diffrential
expantion
Vibrasi
Kebocoran
minyak /uap
dll
Persiapan
Exciter syst
Masukkan Field
breaker
Select Exciter
syst
Auto/Manual
Select AVR
balance
manual/auto
Bila AVR
balance manual
Pilih 3000
rpm
Pilih GO
Select
transfer
Persiapan
syncron
Generator
Breaker 7A
/7AB siap (
GITET )
Select switch ke
breaker 7A/AB
Pilih closed
Pilih auto
Pilih auto
Atur 70E
sampai
balance
menunjuk
nol, pilih
balance
Select switch
synchron
Putaran kritis
:
LP A-B :
1200 / 2500
HP- IP :
1500 / 3700
Gen
: 700
/ 1900
auto/manual
Atur tegangan
Atur frequensi /
putaran
Bila
syncronscoop 5
derajat ke arah
titik O ( searah
jarum jam )
lakukan parallel
Setelah parallel
beban akan naik
30 MW dan
tanda breaker
akan nyala
merah
Lampu
control nyala
Pilih switch
7A atau 7AB
Pilih manual
(SW 25 G1)
Atur 70E
Atur
Governor
demand
Close switch
52 G
Naikkan Gov
demand
Select Exciter
syst auto/manual
Naikkan VAR
Pilih manual
Naikkan 90R
Turbin
Rolling
(manual
start
up/warm &
Sesuaikan
pressure dan
temperatur main
steam dengan
first stage metal
temperatur
hot) Control
room
Check
permissive reset
turbin
Agar heat
shock time
tidak terlalu
lama,
usahakan
enthalpi
sebelum
throtling
sama dengan
sesudah
throtling
tekan tanda
I
Permissive
Turbine reset No MFT trip
No trip class Y
A1G
No trip class Y
B1G
No turbine trip
On
No electric ove
speed trip
No vibrasi HI H
trip
No DEH failure
No LP A exhau
temp high
Reset turbin
No LP B exhau
temp high
Select Turbin
control EH
Select Speed
target
Select Accel rate
Select Speed
program
Setelah speed
200 rpm putaran
ditahan selama
10 menit
(sekurang
kurangnya)
Persiapan
Exciter system
Masukkan Field
breaker
Select Exciter
syst
Auto/Manual
Select AVR
balance
manual/auto
Bila AVR
balance manual
No HP exhaust
temper high
No condensor
vacum low
No thrust bearin
failure trip
tekan master
reset
Press auto
stop oil 7 k
Pilih auto
2000 rpm
(warm/hot)
pilih
75/150/300
rpm
pilih GO
Speed hold
10 menit
selama
putaran
ditahan
periksa :
Bearing
metal temp
Oil drain brg
temp
HP casing
expantion
Shaft position
Diffrential
expantion
Vibrasi
Kebocoran
munyak/uap
dll
Pilih 3000
rpm
Pilih GO
Select
transfer
Putaran kritis
LP A-B :
1200 / 2500
HP- IP :
1500 / 3700
Gen
: 700
/ 1900
Persiapan
synchron
Generator
Breaker 7A
/7AB siap (
GITET )
Select switch ke
breaker 7A/7AB
Select switch
syncron
auto/manual
Atur tegangan
Atur frequensi /
putaran
Bila
syncronscoop 5
derajat ke arah
titik O ( searah
jarum jam )
lakukan parallel
Setelah parallel
beban akan naik
60 MW dan
tanda breaker
akan nyala
merah
Pilih closed
Pilih auto
Pilih auto
Atur 70E
sampai
balance
menunjuk
nol, pilih
balance
Lampu power
control nyala
Pilih switch
7A atau &AB
Pilih manual
(SW 25 G1 )
Atur 70E
Atur
Governor
demand
Close switch
52 G
Naikkan Gov
demand
Select Exciter
syst uto/manual
Pilih manual
Naikkan VAR
Naikkan 90R
Rolling
Turbin
( ATS / cold
start )
Control room
Main steam
temp / press
terpenuhi
Check
permissive reset
turbin
A Reset turbin
P: 70
kg/cm,T:
370 C
tekan tanda
I
tekan master
reset
Press auto
stop oil 7 k
ATS on request
Check permissive pilih ON
pilih I
Permissive operasi
dengan ATS
Mn trb oil tank
level low
B
C
A
pass control
syst on auto
Bila dirasa rub che
cukup
pilih start
Select ATS rub ch pilih cold
complete
pilih start
Speed up 1
lihat dan
perhatikan
EH auto
speed target
400 rpm
Accel rate
300
Speed
complete
Heat soak
A
B
C
Speed up 2
Closed all
valve.
Selama rub
check
lakukan
pengechekan
bearing dari
gesek an dll
dengan
menggunakan
stick
Persiapan
Pilih
Exciter system
complete
Select Field
breaker
( selama tidak
Select Exciter
dicomplete
akan selalu
syst
rub check dan
Auto/Manual
Select AVR balanc putaran turun
naik antara
manual/auto
285 ~ 400
rpm
Persiapan
Speed target
synchron
2000 rpm
Generator
Breaker 7A/7AB Accel rate
300
siap ( GITET )
Select switch ke Speed prgram
breaker 7A/7AB GO
Select SW auto / o Complete
manual
Hold time
178 menit
Synchronscoop ak (3jam)
berputar dan bila Elapsed time
ketiga syarat synch (menghitung
terpenuhi maka
mundur
breaker
akan
masuk (close)
sampai nol
menit)
Complete
Speed target
3000 rpm
Accel rate
300
Speed prgram
GO
Gov control (
MSV ><GV)
Complete
Pilih closed
Pilih auto
Pilih auto.
lampu power
control nyala.
Pilih salah
satu 7A /
7AB
Pilih SW 25
G1 auto
lampu tanda
breaker close
dan nyala
merah
ATS akan
menaikan
beban hingga
5%
Lepas AVR
control ke
manual.
Naikan VAR
dg tombol
90R
Turbin
Rolling
( ATS / warm
& hot )
Control room
Sesuaikan
pressure dan
temperatur main
steam dengan
first stage metal
temperatur
Check
Agar heat
soak time
tidak terlalu
lama,
usahakan
enthalpi
sebelum
throtling
sama dengan
sesudah
throtling
permissive reset
turbin
tekan tanda
I
Turbine reset
tekan master
reset
ATS on request
Press auto
Check permissive stop oil 7 k
pilih ON
ATS start up mode pilih I
select
(lihat
Select cold / warm permissive
hot mode
pada cold
Select ATS start / hstart)
permissive
pilih start
pilih cold
ATS akan mengatu pilih start
putaran turbin
hingga 2000 rpm lihat dan
Speed up 1
perhatikan
Heat soak
Speed up 2
EH auto
Speed target
2000 rpm
Accel rate
300
Speed prgram
GO
Complete
Hold time 10
menit
Elapsed time
(menghitung
mundur
sampai nol
menit)
Complete
Speed target
Persiapan
3000 rpm
Exciter system
Accel rate
Select Field
300
breaker
Speed prgram
Select Exciter
GO
syst
Gov control (
Auto/Manual
Select AVR balanc MSV ><GV)
Complete
manual/auto
Persiapan
synchron
Generator
Breaker 7A/7AB
siap ( GITET )
Pilih closed
Pilih auto
Pilih auto.
Select switch ke
breaker 7A/7AB
lampu power
control nyala.
Select SW auto / o Pilih salah
manual
satu 7A
atau7AB
Synchronscoop
Pilih SW 25
akan berputar
G1 auto
dan bila
tiga syarat synchro lampu tanda
terpenuhi maka
breaker close
breaker akan masu dan nyala
(close)
merah
ATS akan
menaikan
beban hingga
10 %
Lepas AVR
control ke
manual
Naikan VAR
dg tombol
90R
1. 4. STOP SEQUENCE
Turunkan Beban Generator secara bertahap bersamaan dengan menurunkan Main Steam Press dengan
mengurangi Pembakaran Bahan bakar ( Coal Burner atau Ignitor )
Transfer UST ke SST 60 MW
Lepas Generator CB ( 52 G ) pada beban 20 MW
Open Exciter Field Breaker
Stop Ignitor terahir
Lakukan Boiler Purge
Stop FD Fan
Stop ID Fan
Biarkan Scondary AH dan Primary AH beroperasi sampai Temp < 204
1. 5. BOILER PROTECTION
Both BLR Trip PBS On Unit Trip PL Depressed
Boiler Trips PB On DCIS Depressed
No ID Fan Running
No FD Fan Running
Furnace Press high for 2 seconds ( 2 out of 3 )
Furnace Press low for 2 seconds ( 2 out of 3 )
SA Duct Press high for 5 second ( 2 out of 3 )
Total air flow below 25 % for 5 second
Total loss of flame after any flame detected
No Ignitor / coal burner On within 5 min after BLR Reset
Main Steam Temp high
Ignitor Oil Safety Trip V Trippeed & no Coal Burner On
Any Coal Burner Tripped but no Ignitor ignitor On / Coal Burner On
Last individual Ignitor or Coal Burner Valve Close
Scanner Cooling Air Press low-low ( Delayed )
Drum Level high for 20 second ( Median of 3 )
Drum level Low for 20 second ( Median off 3 )
Turbine Trip and Bypass System Malfunction
Critical MFT / Slave Failure
Boiler control System off line ( Delayed )
Reheat Steam Temp high
PELAKSA
NA
Unit 7 trip
siap operasi
2 Start
diesel
emergency
Start service air
kompresor
Operator
unit 6
3 Pemindahan Beban
SWGR 7B ke 7A.
Supervisor
Operasi dan
Tie breaker LVS
Operator
400 V Boiler 7A ke
Control
7B dimasukkan ( // ). Room
Breaker LVS 400 V Unit 7
Boiler 7B dilepas (#
).
Tie breaker LVS
400 V Turbin BOP
7A ke 7B
dimasukkan (// ).
Braker LVS 400 V
Turbin BOP 7B
dilepas (# ).
4 PEMBEBASAN
TEGANGAN SST 3
:
Operator
GITET
Operator 5
Breaker 150 KV
5A6 & 5AB6
dilepas (# )
Manualkan tap
changer trafo SST 3
5 START PLTG JBE
PLTG JBE Black
Start sampai full
Speed No Load (
FSNL)
Breaker 10,5 KV (
2A3A ) Incoming
PLTG JBE
dimasukkan (//)
Breaker 10.5 KV
SST3 (2A10 )
dimasukkan (//)
Breaker 10,5 KV
52G JBE
dimasukkan (//)
6 START UP UNIT 7
Start motor motor di
area boiler dan
Operator
unit 7
Operator
unit 7
turbine untuk
persiapan start up
unit 7
Start CCCWP A
Start CWP 7A
Start CEP 7 A
Start SUBFP unit 7
dengan breaker dari
sisi A
Start IDF 7A
Start FDF 7 A
Firing boiler
Start PAF 7 A
Start Seal Air Fan A
Start mill C Atau B
atau A
Rolling turbine
3.000 rpm
Kordinasi ke Unit
Bisnis Region
Jakarta Banten ( P
3B)
Sinkron generator
atur beban sampai
100 MW
7 Masukkan SST 1
,2 dan 4 untuk
persiapan start up
unit 1-6
Start CCCWP B atau
C
Start CWP 7B
Start CEP 7 B
Start IDF 7B
Start FDF 7 B
Start PAF 7 B
Start Bosster pump
BFP 7 B
Start BFP- T 7 B
Start Mill
Operator
GITET
Operator
unit 7
8 Beban generator
150 Mw
Transfer SST B ke
UST B
9 Normalkan beban
LVS
Breaker LVS 400 V
Boiler 7B
dimasukkan ( // ).
Tie breaker LVS
400 V Boiler 7A ke
7B dilepas (# ).
Operator
unit 7
Operator
unit 7
Turbin BOP 7B
dimasukkan ( // ).
Tie breaker LVS
400 V Turbin BOP
7A ke 7B dilepas (#
).
1 Stop SUBFP
0
Transfer SST A ke
UST A
Operator
unit7
1 Stop PLTG
1
Masukkan
tegangan
SST 3 dari
GITET
5
A6
dan
5AB
6
masuk (//)
Opetor
unit 7
Operator
GITET
1 Start
2 booster
pump BFP
7A
Start BFPT 7A
Unit
operasi
normal
Operator
unit 7
Perhatikan kembali Lampu Indikasi Led Pada Mimic Panel UPS / Inverter sisi B akan terjadi
pergantian nyala lampu Led yang menyatakan Supply Alternatif Mains telah Transfer ke Supply UPS
/ Inverter Sisi B.
Jika masih ada indikasi Alarm maka tekan Tombol Reset lagi.
Proses Pemindahan Beban UPS / Inverter sisi A ke UPS / Inverter sisi B sudah dianggap selesai.
Sekarang Langkah pemadaman UPS / Inverter sisi A dengan menekan Tombol OFF pada mimic Panel
UPS / Inverter sisi A.
Posisikan Saklar Aletrnatif Isolation pada posisi OFF untuk Safety.
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) Input DC Supply UPS / Inverter sisi A ( 1Q4 ) pada posisi OFF.
Tunggu sekitar 5 menit untuk memberi kesempatan Capacitor Bank CB1 Discharge ( pengosongan
muatan ).
Matikan / Lepas Fuse 1F7 123.
Lepas Fuse Kontrol untuk Back Up Power Supply Module Control.
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) UPS Static Inverter sisi A yang ada di panel 60 - E1 - DP 1A lokasi ruang Battery Charger pada posisi OFF.
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) input Supply Alternatif Mains Q9 pada posisi OFF untuk
Safety.
Proses Pemadaman UPS / Inverter sisi A telah Selesai dan sempurna dan diperbolehkan melakukan
pekerjaan Check dan Cleaning.
2. PROSEDUR PENORMALAN ( ENERGIZE ) UPS / INVERTER. SISI A.
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) UPS Static Inverter sisi A yang ada di panel 60 - E1 - DP 1A lokasi ruang Battery Charger pada posisi ON.
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) input Supply Alternatif Mains Q9 pada posisi ON.
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) Input DC Supply UPS / Inverter sisi A ( 1Q4 ) pada posisi ON.
pasang Fuse Kontrol untuk Back Up Power Supply Module Control.
Pasang Fuse 1F7 123.
Posisikan Saklar Aletrnatif Isolation pada posisi ON
Lakukan pemindahan / Transfer dari Supply UPS / Inverter ke Supply Alternatif Mains dengan
menekan tombol Manual Main Switch pada UPS / Inverter sisi B.
( Beban UPS A & B ditanggung oleh Supply Alternatif Mains ).
Setelah Beban beban UPS / Inverter sisi A & B ditanggung Supply Alternatif Mains maka lakukan
pemindahan By Pass Beban dari Posisi UPS #2 ON BY PASS ke posisi NORMAL pada saklar By Pass
S 10 dengan syarat lampu Indikasi Led Hijau H 59 posisi ON / menyala.
(Catatan : Jika Lampu Indikasi Led Hijau H 59 tidak ON / menyala juga , maka salah satu
UPS / Inverter
Sekarang Langkah penormalan UPS / Inverter sisi A dengan menekan Tombol ON pada mimic Panel
UPS / Inverter sisi A.
Lakukan pemindahan / Transfer dari Supply Alternatif Mains ke Supply UPS / Inverter sisi A & sisi B
dengan menekan tombol Reset.
Jika masih ada indikasi Alarm maka tekan Tombol Reset lagi.
Sekarang beban UPS / Inverter sudah ditanggung oleh masing masing UPS / Inverter sisi A & sisi B
Proses Penormalan UPS / Inverter sisi A telah Selesai dan sempurna dan diperbolehkan melakukan
pemadaman UPS / Inverter sisi B.
KONDISI GANGGUAN
Apabila terjadi gangguan baik karena satu atau beberapa pembangkit trip atau gangguan transmisi sehingga
terjadi penurunan frekuensi hingga mencapai 48,3 Hz maka UFR 48,3 Hz akan bekerja untuk membentuk Pulau
Suralaya dengan melepas PMT-PMT 500 kV sbb :
PMT Gandul 1 yang terletak di GITET Suralaya
PMT Gandul 2 yang terletak di GITET Suralaya
PMT Cilegon Cibinong yang terletak di GITET Cilegon Baru.
Dengan tripnya beberapa PMT tersebut diatas maka Pembangkit Suralaya mengalami kehilangan beban (loss of
export load) sekitar 2200 sampai 2400 MW sehingga terjadi generation shedding tahap I secara bersamaan pada
beberapa unit PLTU Suralaya, yaitu :
Unit 2 trip (PMT 7A2 dan 7AB2, lokasi GITET Suralaya)
Unit 3 trip (PMT 7A3 dan 7AB3, lokasi GITET Suralaya)
Unit 6 trip class W (House Load, PMT 7A6 dan 7AB6 trip namun Turbine-generator tetap beroperasi dengan
beban pemakaian sendiri sekitar 15 sampai 20 MW)
Selanjutnya ketika generation shedding tahap I telah bekerja namun frekuensi sistem terus naik hingga mencapai
51,5 Hz, maka over frequency relay (OFR, 51,5 Hz) akan bekerja untuk generation shedding tahap II yaitu
melepas PMT 7A7 dan 7AB7 sehingga terjadi house load pada unit 7 PLTU Suralaya.
PELAKSANA
01
Operator
GITET
Suralaya
02
PMT
Gandul 1,2
dan CilegonCibinong
Trip
Unit 2 Trip
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Operator Unit
2 UBP
Suralaya
03
Unit 3 Trip
04
Unit 1 tetap
operasi
namun
beban turun
dari 100 %
hingga 50%
05
Unit 4 tetap
operasi
namun
beban turun
dari 100 %
hingga 50%
06
Unit
6
House load,
karena UFR
48,3
Hz
bekerja
Pemulihan
gangguan
sesuai SOP
Start up unit
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Pemulihan
gangguan
sesuai SOP
Start up unit
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Pertahankan
drum level
pada posisi
normal level
Atur beban
dan
pertahankan
frek 50 Hz
Kurangi
jumlah Mill
yang
inservice
sesuai beban
yang ada
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Pertahankan
drum level
pada posisi
normal level
Atur beban
dan
pertahankan
frek 50 Hz
Kurangi
jumlah Mill
yang
inservice
sesuai beban
yang ada
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Operator Unit
3 UBP
Suralaya
Operator unit 1
UBP Suralaya
Operator unit 4
UBP Suralaya
Operator unit 6
UBP Suralaya
Pertahankan
drum level
pada posisi
normal level
Yakinkan
flow spray
water cukup
untuk
Superheater
spray (atur
pembukaan
back pressure
valve )
Kurangi
pembukaan
back pressure
valve secara
manual dari
lokal (bila
sistem
autonya tidak
bekerja)
Atur beban
dan
pertahankan
frek 50 Hz
Trip kan
2(dua) buah
top Mill 6B
dan 6F
Bila house
load lebih
dari 2 jam,
tripkan
middle Mill
(6A dan 6D)
sehingga
hanya tersisa
2(dua) buah
mill yang
inservice.
NO KEJADIAN TINDAKAN
07 Unit 5 tetap Catat relay
operasi
yang bekerja
namun
Reset relay
beban turun dan alarm
dari 100% yang muncul
hingga 50% Pertahankan
drum level
pada posisi
normal level
Yakinkan
flow spray
water cukup
PELAKSANA
Operator unit 5
UBP Suralaya.
08
Unit
7
House load
(karena over
frequency
51,5
Hz
bekerja)
untuk
Superheater
spray (atur
pembukaan
back pressure
valve )
Kurangi
pembukaan
back pressure
valve secara
manual dari
lokal (bila
sistem
autonya tidak
bekerja)
Atur beban
dan
pertahankan
frekuensi 50
Hz
Kurangi
jumlah Mill
yang
inservice
sesuai beban
yang ada
Yakinkan
LFO pump A
tetap
inservice dan
LFO header
pressure >7,5
kg/cm2
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Pertahankan
drum level
pada posisi
normal level
Yakinkan
flow spray
water cukup
untuk
Superheater
spray (atur
pembukaan
back pressure
valve )
Kurangi
pembukaan
back pressure
valve secara
manual dari
Operator Unit
7 UBP
Suralaya
lokal (bila
sistem
autonya tidak
bekerja)
Atur beban
dan
pertahankan
frekuensi 50
Hz
Trip kan
2(dua) buah
top Mill 7B
dan 7F Bila
house load
lebih dari 2
jam, tripkan
middle Mill
(7A dan 7D)
sehingga
hanya tersisa
2(dua) buah
mill yang
inservice
3.2. BILA ISLAND SURALAYA TERBENTUK TETAPI SATU ATAU BEBERAPA PEMBANGKIT
SURALAYA TRIP
NO KEJADIAN TINDAKAN
PELAKSANA
01
Operator
GITET
Suralaya
02
PMT
Gandul 1,2
dan CilegonCibinong
Trip
Unit 2 Trip
03
Unit 3 Trip
Operator Unit
2 UBP
Suralaya
Operator Unit
3 UBP
Suralaya
04
Unit 1 trip
Unit 4 tetap
operasi
namun
beban turun
dari 100 %
hingga 50%
Atau
sebaliknya
06
Unit 5 trip
Unit
6
berhasil
House load
Unit 7 tetap
sinkron
Operator unit 1
UBP Suralaya
Operator unit
5,6,7 UBP
Suralaya
Operator
GITET
Suralaya
mempertahankan
frekuensi tetap 50
Hz (atur jumlah
Mill yang operasi
sesuai beban yang
ada)
Lakukan
pemulihan unit 5
sesuai SOP Start
up unit
Yakinkan LFO
pump 5A tetap
inservice dan
gLFO Header
pressure
dipertahankan
pada 7,5 kg/cm2.
(61-*TD-PS-S303)
9.
10.
VI. PERSIAPAN
Test ini dapat dilaksanakan pada saat Unit beroperasi pada Beban diatas 20%
Test dilakukan dari Local oleh Operator Turbine
Kunci nomer 24401 untuk Test NRV Cold Reheat
Alat komunikasi (Radio HT ) untuk komunikasi antara Operator Turbine dan Operator
Control room
VII.
PROSEDURE PELAKSANAAN TEST
Test di mulai dari NRV HP.Htr.8 hingga ke NRV LP.Htr.2 dan terakhir NRV Cold Reheat
INSTRUKSI KERJA
INSERVICE OVER FREQUENCY RELAY
(SIMULASI ISLAND LOAD OPERATION TAHAP II)
Koordinasikan pekerjaan dengan operator unit 7
Pastikan wiring dan terminasi sudah benar
Pastikan link terminal X7/2 masih open
INPUT DC POWER SUPPLY
Pastikan tegangan DC pada terminal X5/61 (+) dan X5/62 (-)
Masukkan link teminal X5/61 (+) dan X5/62 (-), OFR dan UVR hidup
Masukkan link terminal X7/3,
UJI AUTO CHANGE SWITCH
Pasang Fuse 5A ke fuse holder dengan urutan FXPA, FXNA dan FXPB, FXNB
Cek tegangan di terminal X5/67 dan X5/68, dan pastikan tegangan antara kedua terminal ini adalah 56,6 V
Buka FXPA dan FXNA
Cek tegangan di terminal X5/67 dan X5/68, dan pastikan tegangan antara kedua terminal ini adalah 56,6 V
Pasang kembali FXPA dan FXNA dan Cek kembali tegangan di terminal X5/67 dan X5/68 56,6 V
CEK OFR
Masukkan link pada terminal X5/67 dan X5/68
Cek pembacaan tegangan dan frekuensi pada rele OFR MRF3
ALRM TEST
Jumper terminal X7/11 dan X7/12
Cek alarm DCIS Unit 5, 6 dan 7
Jumper terminal X7/11 dan X7/12
Cek alarm di Unit 1~4
FINAL CONNECTING
Cek tegangan pada terminal X7/2, pastikan tegangan pada terminal X7/2 adalah = 0
Masukkan link terminal X7/2
Perpormance : - Teknis
- Non Teknis
Teknis
: 1. Effesiemsi Thermal ( ET ).
2. Plent Heat Rate ( PHR ).
3. Specific Fuel Consumtion ( SFC ).
Non Teknis : - Juimlah pegawai/KW.
- Jumlah Produk/pegawai.
ET
: Jumlah Energi Listrik ( KWH ). Yang dihasilkan dibandingkan dengan jumlah energi dalam bentuk
panas ( kalori ) yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi ( KWH ) tersebut %
PHR
: Jumlah energi yang dibuat dalam bentuk panas/kalori untuk setiap kwh yang dihasilhan satuan K.cal
Kwh
SFC
Contoh Hitungan
- Beban : 600 mw
- Mill 1/5 : 5 bh mill
- Flow 88 : 54 T/H untuk mill
- Waktu : 1 jam
* Energi yang dihasilkan
- 600 Mwh
- 800 ( kwh )
* BB yang keluar
- 5 mill x 54 T/H
- 270.000 kg
* 1 Kwh : 870 k.cal ( 859 895 )
* Nilai kalori BB : 5200 kca/kg
jadi
:
Energi yang dihasilkan
: 600.000 x 860
: 516.000.000 K.cal
Energi yang dibutuhkan
: 270.000 x 5200
: 1.404.000.000 kg/cal
Artinya
:Untuk menghasilkan energi listrik sebasis 576.000.000 kal dibutuhkan energi BB sebesar 1.404.000.000
K.cal.
ET
: Energi yang dihasilkan
Kwh yang dihasilkan
: 516.000.000 K.cal
1.404.000.000 K.cal
: 0.3675 ( 36.75 % )
PHR
SFC
ET
: ET : 1
PHR
: Karena ET dan PHR mempunyai satuan yang berbeda
Yaitu ET : Kcal/K.cal
PHR: Kcal/Kwh
Maka harus dikalikan dengan 860 Kcal ( 1 Kwh )
ET
: 1 x 860 : 1 x 860
PHR
2340
: 0.3675
BFPT
1 kg
Steam Turbine
- Rat Cap : 600.000 Kw
Ex Press :
63 mm Hg
: 169 kg/cm2
: 538 0C
: 22,3 kv
: 0,85
: Panas ( Temperatur ) 0
: Panas Kalor ( energi) G
Eko
Kualitas air, Cp, PH, Ci
1. Start peralatan penunjang
- Bahan bakar, air, listrik
- Control IAC, AS. Aux stm
2. Start C3WP
- Pendingin
- Untuk seal motor-motor
3. Start Instrumen Air Compressor
- Untuk alat-alat control
4. Start CWP
5. Start make Water Pump
6. Start CEP
7. Persiapan Start Boiler
- Kualitas Air ( Cek labor )
- Katup-katup Veat, drum, sunety
- Air Heater
8. Start SUBFF
9. Start ID dan FD Fan
- Untuk Purging
10. Start Igniter oil pump
11. Boiler Purging
12. Boiler Firing
- Jalankan ignitor mulai dari level bawah E/c A/D B/F
13. Persiapan Turbine
- Main Oli Tank ( MOT )
- Lube Oil Turbine ( MOD )
- Turring Gear
- Jop
- EH System
14. Persiapan Generator
- Seal Oil System
- H2 Press
15. Start Vacum Cond. P
16. Persiapan HP dan LP By Press System
17. Rolling Turbine
- Sesuai dengan kondisi start untuk cold warm hot.
18. Start Mill I ( level bawah )
19. Syinkron Generator 15%
OK. Total
: 100/23,2 x OKTtl
: U. min Total
a) Oksigen Total = OKTtl = mol 02
BM o2
32
b) Volume O2 = mol O2 x 22,4 l = Vol O2
c) Volume O2 = b x 100. l. udara
21
2) Volume Udara pembakaran
Rolling Turbine
1.Turbine Reset
2.Turbine Reguest Auto
3.Speed 400 berhenti ( Rub chek )
400 Hold
2000 Hold
3000
4.TRB Accel 75 Rpm Slow
150 Rpm Normal
300 Rpm Fast
Turbin bypass :
Adalah sebuah alat yang menyediakan laluan uap dari boiler melalui line main stm, cold reheat menuju kondenser.
Fungsi Turbine bypass :
Mempercepat proses startup dan penaikan beban ( runup ) boiler dengan tetap, sesuai dengan batasannya.
Menghindari thermal shock pada reheater, thermal shock dapat terjadi bila Reheater tidak ada fuida pendingin (
uap ) ktk boiler start up
Mempertahankan continutas operasi boiler bila terjadi turbine trip ( load shedding )
Mempertahankan continuitas turbine ( dengan house load ) bila terjadi kehilangan beban tiba-tiba tanpa harus
membuka safety valve untuk drum/ main stm line.
Prinsif kerja Turbine bypass diset secara auto, kecuali pada saat start-up atau shutdown.
- Turbine trip
- Generator-kehilangan beban secara tiba-tiba
Rotor Excentricity
- Normal < 0,05 mm
Alarm > 0,125 mm
Vibrasi Tarbine
- Normal < 0,075 mm
Alarm > 0,125 mm
Trip > 0,25 mm
Diff Expantion
Alarm Short 0,05 mm
Long + 18,5 mm
Trip
Short 1,3 mm
Long + 19,3 mm
Retor Position
Alarm 0,9 mm
Trip 1,0 mm
Journal Bearing
Alarm : 107 0C
Trip : 113 0C
Thrust Bearing
Data Turbine/Generator
- 767.000 KVA
- 23.000 V ( 23 KV )
- 19.253 A
- 0,85 PF
3 Phase
50 H2
- 3.000 rpm
2 Phole ( sudut )
Turbine
: Coumpound terendah
HP
: 1 ( Aksi ) tek tinggi 9 ( Reaksi )
IP
: 7 ( Reaksi )
LPA : 7 ( Reaksi ) x2 14 28
LPB : 7 ( Reaksi ) x2 14
Jumlah suda Turbine adalah : 45 Tingkat
Brusless
- Rat Cont
: 3300 KW
: 590 V
: 5593 A
: 3000 Rpm
BFPT
: 5 suda tingkat
SPECIAL
- Click 10,11,60,61
- click 10, ON 10A TURBINE RESET A Ke Master
10B EH AUTO ke AUTO
- Click 60
60A MNTRB ATS STA ke ON
60B MN TRB ATS STARTUP ke START
60C Pilih : WARM, COLD, HOT
- Click 61A : MN TRB ATS START ke START tussn ikuti target.
- Click 10D :
nN TRB TRANS VALVE MSTO GV ( Pada putaran 2995 rpm )
Tussen Syncron
SYNCRON
Click 71A : Filed CB PB ke Closed
Gambar Belum
3. Hot Start
Beban : 600 MW
Mill ( 5 bh ) a : Speed : 50 t/h. BB
T
: 66oC
Flow : 90 t/h. PA
T
: 289oC
SEC. AIR DVCK : 148 mm wg/350oC
PRIMARI A DVCK : 897 mm wg/315oC
FUEL FLOW
: 69 %
AIR FLOW
: 77 %
FURNICE
: -12 mmwg
O2
: 2.3 %
MAIN STM P/T : 168 kg/cm2 / 538oC
Flow
: 1883 t/h
RH STM P/T
: 40 kg/cm2 / 538oC
GZ STM P/T
: 0,31 kg/cm2 / 140oC
EXH TEM TRB : 348oC +
BFFT
: 40oC
FW Flow/T
: 1717 t/h / 287oC
Cond Flow
: 1551 t/h
AIR HTR In/OUT : 380oC / 130oC
BFDT P/T Boster : 22 kg/cm2 / 188oC
Flow
: 1100 t/h
BFPT P/T
: 1911 kg/cm2 / 191oC
Flow
: 1060 t/h
: 5000 rpm
DEAE P/T
CER : P/T
Flow
HTR 1 T. in/out
HTR 2
HTR
DEA
HTR 6
HTR 7
HTR 8
ECO
DRUM/BOILER
HP TRB
Instrement Air
Aux stm
Ignikr oil
Untuk mengukur dan mengetahui temperatur gas yang masuk ke daerah SH temperatur yang masuk dibatasi 510oC
selama proses start up untuk menurunkan temperatur gas dapat pula menggunakan kelebihan udara ( Exsess air )
yang dialirkan melalui burner.
Freedom Test
Untuk pemeriksaan/pengetesan kebebasan pergerakan shafe-shafe MSV, GV, RSV dan ICV dalam keadaan unit
operasi.
Pengetesan dilakukan pada beban :
70% MCR ( 420 mw ) MSV, GV
90% MCR ( 540 mw ) RSV, ICV
Persiapan
- Menghubungi LOC ( Load Dispech C ) untuk kompirmasi pembebanan.
- Alat Komunikasi ( HT )
- Pemeliharaan ( HLM )
Untuk mengetes manvver valve
Prosedur
-
LOBIK
: LOGIKA/AKAL
: Sesuatu yang dapat diteriama akal.
Seqense
: Urutan-urutan menjalankan
Simbol-simbol
Ada 2 simbol :
: Simbol Rangkaian Logic
: Simbol Rangkaian Pengawetan
Simbol : Benda informasi yang dapat menggambarkan/mengilastrasikan keadaan yang sebenarnya.
GERBANG OR ( ATAU )
Pada kontrol ini/Cascade feed water forward system kontrol loopnya mempertahankan aliran air yang masuk =
keluar. Error antara sinyal level drum dan sinyal steam flow ad menjadi sinyal feed wts yang dikehendaki hal ini
adalah sinyal permintaan feed ater dibandingkan dengan aliran yang masuk dan perbedaannya akan menjadi output
kontroler. Terdapat kontrol prop. Integral untuk sinyal koreksi feed water pada regalator vlv untuk mengkontrol
prantara pompa BFPT.
Tekanan minimum
: 40 kg/cm2
o
Suhu super heat min : 56 C
Suhu uap maximum
: 430oC
Suhu netral HP. Turbine. : < 190oC
Kondisi uap ini agar Turbine mendapatkan pemanasan yang merata serta selisih pemuaian yang optimal.
1.4
X .HR
100
Safety
I.
Gunakan alat K3 ( helm, sepatu, sarung tangan karet ) dan alat keselamatan kerja yang
direkomendasikan oleh urusan keselamatan kerja.
Lakukan koordinasi dan komunikasi dengan semua yang terkait
10.5 kV Incoming Station dan Unit Breaker dalam operasional akan CLOSE salah-satu diantara kedua
BREAKER tsb. Jika kedua Breaker tsb pada posisi operasi paralel selama 0.5 sec maka 10.5 kV Incoming
Station Breaker akan Trip dari other trip Relay. Oleh karena itu untuk menghindari kehilangan tegangan dan
operasi paralel maka dilengkapi dengan sistem transfer Breaker secara manual maupun auto ( Fast / Slow
Transfer )
Proses transfer Dari UST ke SST melalui 10.5 kV Bus transfer PB
( Biasanya dilakukan pada saat akan Shut Down Unit dengan beban sudah mencapai kurang lebih
15% )
10.5 kV
BUS
Other permissive
Lock out reset
Remote position
Breker in CONN po
Other permissive
Lock out reset
Remote position
Breker in CONN p
Unit trip *)
*). Yang dimaksud unit trip disini adalah Unit trip Class Y, unit protection relay 86 A1 dan 86 B1. Karena jika
terjadi main breaker open tetapi turbine generator tidak trip (unit trip class W dari unit protection relay 86 B1 dan
86 B2) maka tidak terjadi transfer dari UST ke SST karena unit akan beroperasi house load dan beban generator
akan dimanfaatkan untuk mensuplai kebutuhan 10.5 kV unit service bus SWGR.
10.5 kV bus incomin
breaker permissive O
S
R
Auto
Auto
Fast transfer ON
Auto
f
Auto
Slow transfer ON
R
Slow transfer OFF
Slow transfer dari UST dan SST berlangsung jika pada 10.5 kV bus station mendetekasi Under voltage (relay 27R1
dan R2 kerja) yaitu unit breaker open/trip
Auto transfer Fast/Slow hanya terjadi pada transfer dari UST ke SST, tetapi tidak akan terjadi auto transfer dari SST
ke UST
3.3 kV Incoming breaker dan tie breaker
System Tegangan menengah 3.3 kV disupply oleh 10.5 kV Feeder Breaker 2A8B untuk 3.3 kV Bus A SWGR dan
Feeder Breaker 2B8B untuk 3.3 kV Bus B SWGR. Tegangan 10.5 kV dari Feeder Breaker diturunkan oleh Step
Down Tranformer 10.5/3.3 kV untuk mensupply tegangan 3.3 kV Bus SWGR A/B setelah melalui 3.3 kV
Incoming Breaker A/B.
Antara 3.3 kV Bus SWGR A dan B dapat saling mensuppy dengan me-manfaatkan 3.3 kV Bus Tie Breaker
(4B1B).
3.3 kV Tie Breaker akan ke posisi Close jika :
> 3.3 kV Incoming Breaker A atau B OPEN maka 3.3 kV Tie Breaker akan Auto CLOSE
> 3.3 kV Bus A atau B diposisikan stand-by dari CRT pada Normal/Stand By PB . Pada posisi ini, 3.3 kV
Incoming Breaker pada Bus yang diposisikan Stand By akan OPEN sesaat setelah 3.3 kV Tie Breaker pada posisi
CLOSE. Sistem tranfer antara Incoming Breaker dan Tie Breaker dilengkapi dengan Shyncronizing Relay.
Feeder-Feeder Breaker dan Motor Breaker yang ada di :
+ 10.5 kV Bus SWGR Unit adalah:
FDF A, IDF A, PAF A, CWP A, CEP A, 400 V Turbin LVS A, 400 V Boiler LVS A, 3.3 kV SWGR A, 400 V
PCP LVS A, 400 V CW LVS A, 400 V ASH LVS A .
+ 10.5 kV Bus SWGR Unit adalah:
FDF B, IDF B, PAF B, CWP B, CEP B, 400 V Turbin LVS B, 400 V Boiler LVS B, 3.3 kV SWGR B, 400 V PCP
LVS B, 400 V AUX LVS B & D, 400 V ASH LVS B .
+ 10.5 kV Bus SWGR Station A adalah
ASH SWGR A, 400 V Station LVS A, COAL SWGR A, 400 V AUX LVS A & C , SU BFP Breaker A .
+ 10.5 kV Bus SWGR Station B adalah
ASH SWGR B, 400 V Station LVS B, COAL SWGR B, 400 V CW LVS B, SU BFP Breaker B
+ 3.3 kV Bus SWGR A adalah :
C3WP A, Pulverizer A, Pulverizer B, Pulverizer C, BFP Booster A, ASH Blower A .
+ 3.3 kV Bus SWGR B adalah :
C3WP B, Pulverizer D, Pulverizer E, Pulverizer F, BFP Booster B, ASH Blower B, C3WP C .
4.2. SISTEM PROTEKSI
A. Proteksi tegangan menengah 3.3 kV Incoming Breaker Bus A
1. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Diff Relay ( 87 )
2. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Over Current ( 51 )
3. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Ground Over Current ( 51 N )
4. Breaker Failure Relay Current Monitor ( 50 )
B. Proteksi tegangan menengah 3.3 kV Tie Breaker
1. Breaker Failure Relay Current Monitor ( 50 )
2. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Over Current ( 51 )
3. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Ground Over Current ( 51 N )
C. Proteksi tegangan menengah 10.5 kV Incoming Unit Breaker Bus A/B
1. Boiler Trip
2. Turbin Trip
3. Generator Trip
Meredam getaran
Mengurangi keausan
Pendingin metal
Peralatan penting yang ada dalam sistem pelumasan turbin generator adalah:
Pompa pelumas
Saringan (strainer)
Regulator
Back-up supply untuk minyak perapat poros generator ( seal oil system)
keluar minyak, maka udara telah habis dan venting harus segera ditutup. Temperatur minyak ini diatur karena
berhubungan dengan voiscositas pelumas yang membentuk lapisan (film ) saat melumasi bantalan.
3
.
Lube
oil
temp
high
4
.
Motor
pump
trip
Adanya
valve air
pendingin
pada oil
cooler yang
belum
terbuka
Tidak
adanya
aliran air
pendingin
pada oil
cooler
Viskositas
minyak
turun
Warna
minyak
hitam dan
berbusa
Rendahnya
discharge
pressure
lube oil
pump
Adanya
gesekan
antar metal
pada motor
(kelainan
suara)
Overload
pada motor
(panas pada
motor)
Vibrasi
tinggi
Catu daya
tidak
conect
Temukan
dan buka
jika ada
valve air
pendingin
yang belum
terbuka
Periksa
pada sight
glass
apakah ada
aliran air
Ganti
minyak
atau
tambahkan
aditive dan
koordinasik
an dengan
labor
Naikkan
tekanan
discharge
lube oil
pump
Laporkan
kelainan
pada
bagian
pemelihara
an
2 Minya
. k
pelum
as
kotor
Viskositas
minyak
turun
Vibrasi
tinggi
Minyak
terkontami
nasi
serpihan
logam
karena
gesekan
antar
material
3 Tempe
. ratur
minya
k
cukup
tinggi
Vibrasi
tinggi
labyrinth
yang
rusak
Ganti
minyak
atau
tambahka
n zat
additive
Periksa
selalu
vibrasi
dan atur
balancing
turbin/ge
nerator
dengan
balancing
weight
2. CONDENSOR
Fungsi kondensor adalah mengkondensasikan uap bekas dari turbin menjadi air kondensate melalui pipa-pipa
pendingin agar dapat disirkulasikan kembali. Akibat kondensasi ini sisi uap kondensor termasuk hotwell berada pada
kondisi vacuum.
Prinsip kerja :
Air laut sebagai media pendingin masuk ke box condensor didistribusikan ke pipa-pipa kecil (tube condenser) untuk
menyerap panas yang diterima tube dari extraction steam LP-turbine. Untuk mengoptimalkan pendinginan di
condenser maka :
differensial temperature condenser yang tinggi antara inlet dan outlet , Jika tinggi maka dilakukan :
Condensor backwashing : yang dilkukan pada kondsi tertentu tergantung kondisi air laut dari water intake
Ball cleaning system : dilakukan pada kondisi tertentu tergantung kondisi air laut dari water intake
b)
Vacuum priming atau pompa venting untuk menghisap udara yang terjebak pada water box. Ini dilakukan
Bila pipa air pendingin dinyatakan kotor dan tidak teratasi oleh backwashing, maka system Taproge dapat
dioperasikan.
Untuk keperluan ini, pada saluran air pendingin keluar di pasang semacam saringan berengsel yang terdiri 2 bagian
seperti layaknya sepasang daun pintu teralis. Perangkat ini disebut catcher yang berfungsi untuk menangkap bola bola Taproge agar tidak ikut terbuang ke outfall .
Sebelum mengoperasikan system Taproge, catcher harus dalam posisi tertutup (catch position). Bila menggunakan
bola - bola Taproge baru, bola - bola Taproge sebaiknya terlebih dahulu direndam dalam air dan diremas - remas
guna menghilangkan udara dari dalam bola. Bola kemudian dimasukkan pada penampung (ball collector) yang
dilengkapi dengan tingkap berlubang - lubang
Bila tingkap tertutup, maka hanya air yang dapat mengalir melalui lubang lubang tersebut, sementara bola - bola
Taproge tertahan di dalam collector. Bila tingkap terbuka maka air dan bola - bola Taproge dapat mengalir. Setelah
bola Taproge di masukkan ke collector dengan tingkap posisi tertutup, jalankan pompa sirkulasi (Taproge Pump),
kemudian buka tingkap pada collector dan bola - bola Taproge akan mengalir bersama air ke sisi (inlet) kondensor.
Untuk selanjutnya masuk ke pipa - pipa penfingin dan akhirnya keluar sambil membawa kotoran - kotoran dari pipa
kondensor. Ketika sampai outlet bola - bola Taproge akan tertahan pada catcher dan diarahkan kembali ke collector.
Sirkulasi ini terus dilakukan sampai selang waktu tertentu, sesuai instruksi buku manual. Bila dirasa sudah cukup,
tutup tingkap pada collector, dan biarkan system tetap beroperasi beberapa saat guna memberi waktu bagi bola bola
Taproge untuk terkumpul seluruhnya di dalam collector. Bila dipandang cukup, matikan pompa dan catcher dapat
dibuka kembali.
Jika level kondensate tinggi maka akan menggenangi tube kondensor yang menyebabkan temperatur dan
tekanan naik. Jika terlalu rendah juga mengakibatkan kavitasi pada Condensate Extraction Pump.
2.5 Permasalahan pada condensor yang menyebabkan vacuum drop
Masalah :
Kebocoran
pada pipa
pendingin
Proteksi katodik
tidak bekerja
dengan bagus
Korosi karena
ganggang laut
Kotoran
pada pipa
pendingin
Belum
dilakukan
backwashing
dan ball
cleaning
Pressure
Pressure gauge
inlet water tidak bagus
condenser
Disc press.
low
CWP low
karena banyak
sampah.
Delta
Belum
temperature dilakukan ball
inlet dan
cleaning dan
outlet
back washing
condenser
terlalu
tinggi
Aliran CW Saringan air
tidak
masuk (water
mencukupi intake ) menuju
(vacuum
CWP kotor
drop)
sehingga
menghambat
aliran pendingin
Pengotoran
pada tube plate
condenser
Kemampuan
pompa CWP
berkurang
Pasokan
Saluran pipa
gland
gland steam
steam tidak tersumbat/bocor
mencukupi Tekanan gland
(vacuum
steam rendah
drop)
Gangguan
pada fungsi
Tekanana aux.
steam rendah
Perbaikan
proteksi
korosi baik
katodik
ataupun
chemical
pelumpuh
ganggang
laut
Lakukan
backwashing
ulang jika
kondisi air
kotor
Perbaiki
pressure
gauge
Operasikan
screen wash
pump
Lakukan
backwashing
dan ball
cleaning
Operasikan
screen wash
pump
Lakukan
backwashing
dan proteksi
korosi baik
katodok
ataupun
pelumpuh
ganggang
Periksa
CWP
Tutup
kebocoran
gland steam
Naikkan
tekanan
gland steam
sesuai set
point
Naikkan
tekanan
ejector
Adanya
kebocoran
udara
sehingga
masuk ke
kondensor
Pipa bocor
aux.steam
Tutup
kebocoran
baik sisi uap
ataupun sisi
air
Buka drain
ejector
Saran:
Hendaknya ejector dilengka[pi dengan perlatan penunjukan persentase udara yang terbuang dari kondensor.
3. GSW SYSTEM
NAMA
FUNGSI
PERALATAN
PERALATAN
a. Mill Lube
Mendinginkan minyak
Oil Cooler
pelumas
Boiler Food
Mendinginkan minyak
Pump
Cooler
motor
b. Gas
Recirculatio
n Fan
motor
Cooler
c. Primary Air
Fan Cooler
f. Main and
winding motor
Mill Air
Heather
g. Analitycal
Instrument
motor
Mendinginkan bearing
Cooler
h. Service Air
Compressor
i. Instrument
Mendinginkan udara
dan sebagai seal piston
Mendinginkan udara
Air
Compressor
Mendinginkan H2
j. H2
Generating
Mendinginkan minyak
House
k. Turbine
Mendingikan H2 seal
Lube Oil
oil
Cooler
Mendinginkan udara
l. H2 Seal Oil
untuk exiter
Unit
m. Exciter Air
Cooler
NAMA
FUNGSI
PERALATAN
PERALATAN
a. GSW
Sebagai tangki
Head
penampung GSW
Tank
b. GSW
Pump
c. GSW
Cooler
Mendinginkan air
dalam GSW system /
Reganerasi GSW dari
d. GSW
temperature
Auto
strainer
beroperasi secara
otomatis berdasarkan
AP ataupun interval
waktu sesuai
keperluan sistem
General Service Water (GSW) ini merupakan pensuplai air pendingin yang di gunakan beberapa peralatan pndingin
di PLTU Suralaya.
Pada beberapa peralatan di PLTU Suralaya dalam operasinya memerlukan suatu system pendinginan agar peralatan
tersebut dapat beroperasi dengan baik .
GSW mensuplai air pendingin ke semua system pendingin yang di sirkulasikan secara tertutup.
GSW Head Tank di hubungkan pada header pompa GSW yang berfungsi untuk menjaga tekanan atmosfir dan agar
selalu tersedia air untuk di pompakan. GSW head tank ini di suplai dari tangki air demin.
Keluar dari pompa , air di dinginkan pada GSW Cooler dimana sebagai air pendinginnya digunakan air laut. Air
pendingin kemudian di saring pada Self Cleaning Strainers yang selanjutnya di distribusikan ke system pendingin
yang ada.
DEMIN
G
S
GS
Operation
Isolation Valve
Check Valve
Dump Valve
Solenoid-operated Valve
:
10 bar.
76 kW
rpm
380 Volt.
Bagian utama
Motor listrik.
Compressor.
Receiver tank.
Air Dryer.
Control dan indikator panel.
Instrument panel.
Filosofi sistem kontrol dan proteksi.
saat
instrument
air
BAHAN BAKAR :Suatu material yang pada kondisi tertentu dapat membentuk reaksi pembakaran dengan
oksigen dan dari reaksi tersebut di hasilkan panas yang cukup besar.
Bahan bakar batu-bara : adalah bahan bakar yang di dalamnya mengandung unsur unsur antara lain:
Carbon
Hydrogen
Sulfur
Oksigen
Nitrogen
Abu
Moisture
Diantara unsur unsur yang terkandung dalam bahan bakar batu bara yang dapat terbakar dan menghasilkan panas
yang kita perlukan yaitu unsur karbon ( C ), Hydogen ( H ) dan Sulfur (S )
Dalam sistem pembakaran bahan bakar untuk menghasilkan panas di butuhkan udara ( O2 ) .
Presentase oksigen dan nitrogen dalam udara dapat dinyatakan dalam satuan berat dan satuan volume.
UDARA
Dalam satuan persen berat udara mengandung
Oksigen
Nitrogen
= 23,2%
= 75,8 %
= 21%
= 79%
Perbedaan prosentase dan satuan berat dan satuan volume ini ,disebabkan oleh perbedaan berat atom antara oksigen
dengan nitrogen.
Carbon
Hydogen
Sulfur
Oksigen
Nitrogen
12
H
1
32
O
N
16
14
JADI DALAM PEMBAKARAN BAHAN BAKAR BATU BARA MEMBUTUHKAN ( UDARA TEORITIS )
YAITU :
1. Oksigen yang di butuhkan untuk membakar Carbon ( C )
C + O2 --------- CO2 (gas asap )
12 + 2X16 ------ 44
12/12 (C ) + 32/12 ( O2 )----- CO2
Jadi 1 kg C + 8/3 kg (O2) ---- 11/3 ( CO2 ) ( gas asap )
Untuk membakar 1kg carbon Diperlukan 8/3 kg O2.
2. Oksigen yang di butuhkan untuk membakar Hydrogen adalah
2H2 + O2 ------- 2H2 O
4
+ 32 ------- 36
4/4 H + 32/4 O2 ------------ 36/4 H2O
Jadi untuk membakar 1Kg H + 8 O2 ------------ 9 H2O
2. Oksigen yang di butuhkan untuk membakar Sulfur (S)
S + O2 ------------- SO2
32 + 2x 16 ---------- 64
32/32 + 32/32 -------- 64/32
Jadi untuk membakar 1kg Sulfur di perlukan 1 kg O2.
Jadi kebutuhan oksigen total = Kebutuhan oksigenn untuk membakar (Carbon , Hydrogen , Sulfur ).
= 8/3 C + 8 H + S
Karena di dalam bahan bakar juga terdapat oksigen , maka oksigen dalam bahan bakar akan bereaksi dengan
hydrogen.
Oleh karena itu hydrogen yang akan bereaksi dengan oksigen yang berasal dari udara akan berkurang sebanyak
O/8.
Jadi kebutuhan oksigen total = 8/3 C + ( H O/8 ) + S
Kebutuhan udara teoritis dalam satuan berat = oksigen total x100/23.2
100/23.2 [8/3 C + 8 ( H- O/8 ) + S ] kg/kg bahan bakar.
CONTOH
1kg bahan bakar dengan komposisi : C = 56 % , H = 3,7 % , N2 = 1.3 %
S = 2.0 % , O2 = 7.0 %, abu = 16.7 % ;moisture = 12.2 %.
Kebutuhan udara minimum = 11/23.2{8/3C + 8 (H- O/8 ) + S }
= 100/23.2{8/3 x 0,56 + 8 (0 03 0,07/8 ) + 0,02 =
Butiran batu bara yang terlalu besar atau atomisasi yang kurang sempurna.
Waktu proses terlalu singkat.
Temperatur terlalu rendah
Turbulensi yang kurang baik.
Adanya interpose dari partikel padat ( abu dll )
Salah satunya untuk mengatasi ( mengurangi ) kendala di atas yaitu dengan excees air ( udara lebih ).
Adapun besarnya Excces air adlah:
Udara aktual Udara teoritis x100%
Udara aktual.
Excces air sangat di butuhkan dalam pembakaran, karena tanpa Excces air ternyata boiler tidak efisien, tetapi dengan
terlalu banyak excces air juga akan menimbulkan kerugiian yang cukup besar.
Maka dari itu excees air yang tepat, bisa di ketahui ( di hitung ) jika % O2 atau % CO2 gas asap di ketahui . yaitu.
Bila di ketahui % CO2 maka :
Udara lebih : % CO2 max - 1 x100 %
% CO2
Bila menggunakan % O2 maka :
Udara lebih : % O2 x 100 %
21 - % O2.
AIR HEATER
VIII. PENDAHULUAN
Dalam sistem PLTU, air heater dipergunakan untuk memanaskan udara, baik udara primer maupun
sekunder, sampai ke tingkat temperatur tertentu sehingga dapat terjadi pembakaran optimal dalam
boiler. Dalam prosesnya, air heater ini menggunakan gas buang hasil pembakaran di boiler sebagai
sumber panasnya.
Pada sisi bagian atas ,rotor ditahan oleh guide bearing radial. Sistem lubrikasi yang dipergunakan
untuk melumasi support dan guide bearing ini menggunakan bak penampung oli (oil bath) dengan filter
dan pendingin oli.
Sistem sirkulasi oli bearing berfungsi untuk memasok oli pelumas bearing dengan oli bersih dan
memiliki tingkat viskositas yang direkomendasikan. Komponen utama dari sistem sirkulasi oli bearing
ini adalah pompa oli, motor penggerak, termometer, indikator tekanan, filter dan heat exchanger. Pada
guide bearing dipergunakan sistem sirkulasi oli internal, sedangkan pada support bearing
dipergunakan sistem sirkulasi oli eksternal.
1. Sistem Sirkulasi oli Internal Guide bearing
Pada guide bearing digunakan Fenwall Temperature controller yang berkerja berdasarkan prinsip
perubahan volume cairan. Dengan naiknya temperatur oli, cairan yang berada dalam sensing bulb
akan memuai dan tekanan yang ditimbulkannya akan mengaktifkan mekanisme switch. Fenwall
temperature controller digunakan untuk membatasi viskositas oli pada tingkat yang diizinkan sehingga
dapat menjalankan fungsinya sebagai pelumas bearing tanpa harus menyebabkan motor pompa oli
overload.
Guide bearing memiliki kapasitas oli sebesar 15.1 liter (4 galon), sedangkan motor yang dipergunakan memiliki
kapasitas 0.37kW (0.5 HP), 900 rpm. Flow rate yang dihasilkan sebesar 6.5 liter/menit. Nilai tersebut sedikit
bervariasi sesuai dengan tingkat viskositas oli. Relief valve diset pada tekanan 5.27kg/cm2. Jika tekanan oli
melebihi nilai tersebut, aliran oli akan di-bypass tanpa melalui pompa sampai tekanan turun. Aliran oli berkisar
antara 6.4 ~ 15.1 liter/menit tergantung pada kondisi sistem sirkulasi yang dipergunakan, viskositas dan tekanan.
Heat exchanger yang dipergunakan adalah tipe Turbular, Ross Heat exchanger, dimana air pendingin
melewati bagian tube dan oli pada bagian shell (ruang). Heat exchanger ini dilengkapi dengan pensil
seng (zinc) untuk mencegah korosi elektrolitik. Maksimum tekanan air yang diizinkan adalah 10.5
kg/cm2 dengan flow optimum sebesar 11.4 liter/menit. Maksimum aliran air 87 liter/menit. Aliran air
yang melebihi nilai tersebut akan menyebabkan erosi dan kebocoran pada tube serta menurunkan
efisiensi pendinginan.
2. Sistem sirkulasi oli Eksternal Support Bearing
Sistem sirkulasi oli support bearing memiliki komponen yang sama dengan guide bearing namun
terdapat tambahan sebuah relief valve. Oli dihisap dari bearing housing melalui termometer, pompa oli,
indikator tekanan, filter dan cooler kemudian dipasok lagi kedalam bearing housing.
Sistem sirkulasi oli pada support bearing menggunakan sistem Burling Temperature controller yang
bekerja berdasarkan prinsip perbedaan ekspansi dari solid material. Sensing elemen terdiri dari
sebuah batang di dalam tube yang memiliki beda nilai koefisien pemuaian. Perubahan temperatur
pada oli dirasakan oleh sensing elemen menyebabkan terjadinya perbedaan ekspansi dari batang dan
tube. Perbedaan ekspansi tersebut ditransmisikan melalui lever mekanis untuk mengaktivasi switch.
Sistem Burling temperature controller ini digunakan untuk membatasi operasi sistem sirkulasi eksternal
oli sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pelumas tanpa menyebabkan pompa oli menjadi
overload.
D. Rotor Seal
Saat operasi air heater, terdapat perbedaan tingkat tekanan aliran fluida (udara dan gas buang) yang
melewati elemen pemanas saat rotor berputar. Pada kondisi normal, aliran udara memiliki level
tekanan yang lebih tinggi dari aliran gas sehingga akan terjadi kebocoran udara ke dalam saluran gas.
Hal ini terjadi baik pada sisi cold end maupun hot end dari air heater. Aliran udara dan gas pada air
heater dipisahkan oleh sector plate baik pada sisi hot end maupun cold end.
Untuk mengendalikan kebocoran udara pada gas tersebut, air heater dilengkapi dengan sealing
system yang terdiri dari seal radial, by pass, axial dan rotor post.
1. Seal Radial
Seal radial dipasang pada tiap-tiap diagfragma rotor baik pada sisi hot end maupun cold end. Seal ini
diset dengan jarak minimum tertentu terhadap sector plate, dan saat operasi jarak tersebut akan
dipertahankan dengan menggerakkan sector plate mendekati rotor air heater sesuai dengan ekspansi
rotor akibat perubahan temperatur.
2. Seal Axial
Seal axial dipasang pada sisi luar dari rotor segaris dengan diagfragma, memanjang dari sisi hot end
ke cold end. Plate seal axial yang dapat diubah posisinya dipasang di dalam pedestal yang menjadi
bagian dari rotor housing dan segaris dengan sisi luar dari sector plate memanjang dari sisi hot end ke
cold end.
3. Seal By-Pass
By pass seal dipasang stasioner pada sudut ujung hot end dan cold end dengan T bars pada sisi luar
dari rotor air heater. Fungsi seal ini untuk membatasi aliran udara atau gas yang langsung melewati
ruang kosong antara rotor dan housing tanpa melalui elemen pemanas.
4. Seal Rotor Post
Seal rotor post atau seal poros dipasang disekeliling ujung poros rotor air heater baik pada sisi cold
maupun hot end.
E. Leakage Control System
Untuk mengurangi kebocoran pada sisi hot end, air heater dilengkapi dengan kontrol otomatis
penggerak sektor plate. Pada saat operasi, sektor plate ini akan bergerak secara periodik menuju rotor
untuk mengurangi gap antara sektor plate dan radial seal sehingga mengurangi area kebocoran.
Kebocoran tersebut terjadi karena adanya kenaikan temperatur yang tidak seimbang antara sisi hot
end dan cold end. Bagian hot end dari rotor memiliki temperatur yang lebih tinggi dari sisi cold end
sehingga ekspansi rotor tidak merata. Hal ini menyebabkan rotor turun atau melebar ke arah sisi cold
end dan memperlebar gap antara seal radial dan sektor plate sehingga memperbesar area kebocoran.
LCS melalui rotor position sensor secara periodik akan mendeteksi gap yang terjadi antara sektor plate
dengan radial seal pada rotor. Jika gap yang ada lebih besar dari set point maka LCS akan
menggerakkan sektor plate mendekati, tetapi tidak menyentuh radial seal hingga jarak minimum
tercapai. Hal ini akan memberikan keuntungan untuk operasi unit dimana power untuk fan udara akan
lebih optimal, meningkatkan tekanan udara dan secara tidak langsung akan meningkatkan kapasitas
pembangkitan.
Gerakan sector plate turun maju mendekati posisi rotor disebut Extend, sedangkan naik mundur
menjauhi rotor disebut extract. Perjalanan sektor plate tersebut masing-masing dibatasi oleh limit
switch maximum extend dan maximum extract.
Sistem sektor plate ini terdiri dari motor penggerak listrik, gear reducer, linear actuator, kopling
pembatas torsi, kopling poros penggerak dan limit switch elektrik. Sensor posisi rotor membutuhkan
aliran udara bersih bertekanan untuk mengisolasi area antara tube penopang luar dengan batang
penggerak sektor plate.
F. TTMD (Thermocouple Temperature Monitoring Devices)
TTMD digunakan untuk mengukur temperatur udara keluar dari air heater dan mengirimkan sinyal ke
kontrol room jika terjadi temperatur lokal udara tinggi. Temperatur yang tinggi pada sisi keluar udara
dapat mengindikasikan terjadinya kebakaran pada elemen air heater.
TTMD terdiri dari 17 thermocouple, 1 untuk temperatur air inlet, 1 temperatur gas inlet, 15 untuk
temperatur air outlet. Thermocouple yang mengukur temperatur air outlet diletakkan sedekat mungkin
pada permukaan elemen pemanas di posisi sekeliling rotor dengan jarak antar thermocouple kurang
lebih 1 kaki.
G. Air Heater Cleaning
Elemen pemanas dari air heater harus dijaga agar tetap bersih dari tumpukan abu terutama saat
periode start up. Penumpukan abu pada elemen pemanas akan menyebabkan turunnya kemampuan
heat transfer, menghalangi aliran udara atau gas dan menimbulkan potensi bahaya kebakaran. Untuk
membersihkan elemen pemanas tersebut, air heater dilengkapi dengan peralatan sootblower dan
water washing. Sedangkan untuk memadamkan kebakaran, air heater dilengkapi dengan Spray
Pemadam Api.
Setiap air heater dilengkapi dengan sootblower uap tipe retrackable yang dipasang pada sisi cold end
gas outlet duct dan hot end pada gas inlet duct untuk mengendalikan pembentukan tumpukan abu
pada elemen air heater.
Retractable sootblower memiliki konstruksi pipa multinozzle yang bergerak dalam arah radial terhadap
permukaan elemen pemanas.
2. Water Washing (Pembilasan)
Ketika penumpukan abu sudah tidak dapat diatasi lagi oleh sootblower, diperlukan pembersihan abu
dengan menggunakan water washing. Water washing dipergunakan pada saat air heater stop operasi
dengan menggunakan 4 buah line pipa, 2 pada sisi hot end dan 2 pada cold end. Pipa water washing
dilengkapi dengan spray nozzle.
Tekanan air yang direkomendasikan sebesar 5.27kg/cm2 dengan besar aliran 1666 liter permenit.
3. Pemadam Api
Air heater dilengkapi dengan sistem pemadam api yang dioperasikan secara manual. Sistem tersebut
terdiri dari sebuah manifold dan spray nozzle yang diletakkan pada setiap duct gas inlet dan air outlet.
Air yang dibutuhkan oleh sistem ini memiliki tekanan 5.5 kg/cm2 dan rate flow 568 liter permenit.
Perintah
START
START
JOG
STOP
STOP
Lokasi
DCIS
(Control
Panel)
Lokal
Operasi
Motor
udara start
Motor
udara start
Lokal
Motor
udara
start/stop
secara
jogging
DCIS
Motor
(Control udara stop
Panel)
Lokal
Motor
udara
stop/reset
gangguan
peralatan
motor
udara
STANDBY DCIS
Motor
(Control udara
Panel)
otomatis
start jika
motor
listrik
utama
mengalami
gangguan
CLOSE
DCIS
Damper akan
tertutup
Tombol ditekan Inst. Air
disuplai Damper tertutup
6. Damper gas outlet pada sisi saluran gas air heater dapat dimodulasi untuk mengatur temperatur outlet
dari udara primer (primary air) maupun sekunder (secondary air) yang keluar dari air heater. Semakin
besar pembukaan damper gas outlet, semakin tinggi pula temperatur udara primer yang keluar dari air
heater. Besarnya pembukaan damper gas outlet ini dapat diatur secara manual dari kontrol room
melalui PAH Master Control Station dan SAH Regulating Damper Control Station atau dimodulasi
secara otomatis dengan memasukkan nilai set point temperatur Primary air dan Secondary air yang
diinginkan.
XII.
Setelah melakukan pemeriksaan tersebut, jalankan rotor kira-kira satu jam pada kecepatan normal
untuk melihat operasi air heater secara general.
7.
Temperatur Motor Penggerak listrik
Jika motor membangkitkan panas yang berlebihan (overheat), periksa arus motor, stop motor
kemudian periksa kelainan yang terjadi. Pada kondisi normal, kenaikan temperatur motor akan
menjadi konstan setelah 15~30 menit operasi. Kenaikan temperatur motor penggerak dapat
disebabkan karena gesekan seal rotor. Apabila arus motor tidak melebihi setting pada thermal relay
maka kondisi ini akan menjadi normal dengan sendirinya setelah seal rotor mengalami erosi alami.
Namun apabila kenaikan temperatur terlalu tinggi (overheating) dan menyebabkan motor overload,
maka perlu dilakukan pemeriksaan dan penyesuaian terhadap gap seal rotor. Penyebab lain
terjadinya overload motor adalah kopling yang terlalu kuat antara gear rack pada rotor dengan pinion
drive gear pada speed reducer pada saat rotor berekspansi akibat kenaikan temperatur. Hal ini dapat
diatasi dengan menggeser posisi dari unit penggerak.
B. Kondisi Start-Up Unit
Pemeriksaan dan pemantauan air heater harus dilakukan saat pembakaran awal furnace dingin atau
restart setelah hot stand-by. Pembakaran yang tidak sempurna dapat menyebabkan terjadinya
akumulasi atau penumpukan kondensasi uap fuel oil (minyak) dan karbon yang tidak terbakar pada
permukaan heat transfer air heater yang terbawa oleh gas buang saat start awal. Deposit ini dapat
menimbulkan bahaya kebakaran yang dapat merusak elemen pemanas dan struktur air heater.
Pembakaran yang tidak sempurna dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
1. Atomisasi minyak yang tidak sempurna akibat rendahnya temperatur atau tekanan minyak, dan
rendahnya tekanan atau temperatur atomizing steam.
2. Tersumbatnya komponen atomizing oleh benda padat.
3. Distribusi udara pembakaran yang tidak merata.
4. Perbedaan tekanan aliran minyak dari masing-masing burner.
5. Kebocoran pada oil ignitor.
Hal-hal yang perlu dilakukan saat pengoperasian air heater dengan pembakaran minyak (fuel oil) :
1. Periksa kondisi kestabilan nyala api (flame), furnace dan stack gas outlet pada saat start up.
Kelainan kondisi-kondisi tersebut akan mengindikasikan penumpukan abu pada elemen air heater.
2. Pengoperasian sootblower air heater, baik pada sisi cold maupun hot end harus dilakukan pada
saat start-up untuk mengendalikan penumpukan abu pada elemen pemanas air heater.
3. Perhatikan temperatur dari keempat terminal pada air heater. Kenaikan temperatur yang abnormal
harus diperiksa segera untuk mencegah kemungkinan terjadinya kebakaran pada air heater.
C. Kondisi Stand-By dan Hot Start Up
Pada saat boiler dalam kondisi stand-by atau hot-banking (bottled up), air heater harus tetap
dioperasikan agar tetap terjadi pertukaran panas. Seal rotor pada air heater didesain untuk mampu
menahan temperatur sampai 316oC
D. Kondisi Shut-down Boiler
Saat boiler shut down, operasikan air heater sootblower untuk membersihkan deposit abu pada
permukaan elemen pemanas. Fan harus tetap dijalankan pada saat air heater dibilas. Rotor harus
tetap diputar sampai temperatur di inlet air heater turun hingga 204oC.
E. Operasi Sootblower Air Heater
Sootblower harus segera dioperasikan setelah tekanan steam yang dihasilkan oleh boiler
memenuhi nilai yang dibutuhkan. Jika periode pembakaran yang dibutuhkan oleh boiler untuk
menghasilkan steam sootblower lebih dari 4 jam, direkomendasikan untuk menggunakan auxilliary
steam. Penumpukan deposit abu pada air heater diindikasikan dengan tingginya nilai perbedaan
tekanan (differential pressure DP) antara sisi inlet dan outlet, baik pada saluran udara maupun
saluran gas buang.
Saat mulai pembakaran awal dengan HSD (fuel oil) sebelum operasi komersial, sootblower sisi cold
end harus dioperasikan terutama saat pembakaran awal kemudian diulangi setiap 4 jam sekali.
Sedangkan pada sisi hot end, sootblower juga dioperasikan saat pembakaran awal dan diulangi
setiap 8 jam sekali.
2. Operasi Sootblower saat Cold Start Up
Saat cold start up, sootblower sisi cold end dapat dioperasikan terus menerus sampai beban mencapai
10% MCR. Periode ini biasanya tidak lebih dari 4~8 jam. Saat beban mencapai 10% sootblower sisi
cold end dapat dioperasikan setiap 8 jam. Sedangkan hot end sootblower dioperasikan saat
pembakaran awal an diulangi setiap 8 jam sekali.
3. Operasi Sootblower saat Hot Start Up
Saat hot start up, sootblower sisi cold maupun hot end dioperasikan saat pembakaran awal dan
diulang setiap 8 jam sekali.
F. Operasi Seal Air Heater
Beberapa kondisi operasi berikut ini akan menyebabkan seal rusak sehingga terjadi kebocoran :
1.
Temperatur gas inlet melebihi nilai desain yang telah ditentukan
2.
Berkurangnya udara yang masuk dalam air heater. Jika ada gas buang masuk air heater,
aliran udara harus tetap dijalankan.
3.
Kondisi hot-banking (bottled up) tanpa aliran udara dan gas, namun panas tetap tersimpan
dalam boiler dan air heater.
4.
Kecepatan putar rotor air heater lebih rendah dari desain (kurang dari 1/8 rpm). Hal ini
terutama terjadi saat pengoperasian motor penggerak udara. Pengecualian saat operasi
pembilasan air heater dengan washing water.
Hal-hal tersebut diatas tidak akan merusak seal air heater jika temperatur gas yang masuk kurang dari
204 oC.
3.
Low
High Keterangan
Alarm Alarm
outlet
370 oC
PAH
Air
temperature
PAH
Air
Inlet
temperature
PAH flue gas Inlet
temperature
PAH flue gas outlet
temperature
PAH flue gas side
diff. Pressure
PAH air side diff.
pressure
PAH support bearing
temperature
PAH guide bearing
temperature
PAH support bearing
oil pressure
PAH guide bearing
oil pressure
20
80
400
75
170
70
Mmwg
-10
45
mmwg
71
82
C
C
C
SAH
Air
temperature
SAH
Air
Lo
w
Al
ar
m
outlet 20
0
Inlet 10
Hi
gh
Al
ar
m
35
0
80
Keter
angan
temperature
SAH flue gas Inlet
temperature
SAH flue gas outlet
temperature
SAH flue gas side
diff. Pressure
SAH air side diff.
pressure
SAH support bearing
temperature
SAH guide bearing
temperature
SAH support bearing
oil pressure
SAH guide bearing
oil pressure
85
-
40
0
17
5
90
10
-
50
82
71
Mmw
g
mmw
g
o
C
o
STEAM COIL
PENDAHULUAN :
Udara dari FDF ( Force draft fan ) ataupun PAF ( Primary air fan ) sebelum dipanaskan di Air Heater
akan mengalami pemanasan terlebih dahulu dengan menggunakan uap dimana uap yang
dipergunakan adalah auxiliary steam.
Pada pemanasan awal ini uap dialirkan didalam pipa pipa ( element ) sedang udara dari FDF
ataupun PAF terdapat disekeliling element untuk menyerap panas.
Pipa pipa / element ditempatkan sedemikian rupa sehingga panas dari uap melalui pipa pipa /
element dapat diserap sebanyak sebanyaknya oleh udara dari FDF ataupun PAF sebelum masuk
ke Air Heater.
SASARAN
Setelah mengikuti kursus ini diharapkan operator dapat mengetahui
1. Fungsi Steam coil air heater
2. Cara pengoperasian steam coil air heater
3. Cara pengoperasian return pump
4. Mengetahui fungsi instrument para meter
5. Mengetahui dengan pasti letak / lokasi instrument para meter.
menurut recomendasi ( lihat gambar 1 ), kondisi seperti ini resiko kerusakan element element air
heater akibat pengembunan sulfur akan menjadi besar, seperti telah diterangkan diatas untuk
menghindari / memperkecil kurusakan tsb maka temperatur udara masuk air heater harus dinaikan
dengan mengoperasikan steam coil iar heater, di steam coil ini sejumlah steam flow akan merubah /
menaikan temperatur cold end pada set pointnya, dengan demikian temp rata rata cold end akan
berubah menjadi :
dengan naiknya temperatur rata rata pada sisi dingin air heater resiko kerusakan element pada air
heater akibat pengembunan sulfur telah dapat dihindari / diperkecil, tetapi perlu diingat bila
temperatur gas out meninggal air heater terlalu tinggi maka kerugian boiler juga akan menjadi besar
/ effisiensi boiler menurun.
2.1 PENGOPERASIAN :
Sebelum uap dimasukan / dialirkan ke steam coil air heater check dan
yakinkan semua
element element siap beroperasi termasuk inlet / outlet valve dan steam drain trap.
Buka semua by pass drain valve.
Buka venting valve.
Lakukan warming dengan membuka TCV ( minimum).
Operasikan steam coil air heater 10 menit sebelum FDF start dimaksudkan untuk membantu
membuang sisa sisa kondensasi dan pembilasan gas gas yang uncondensible.
Bila coil sudah hangat dan merata posisikan control station dari TCV ke auto mode dengan set
point yang diizinkan ( direcomendasikan )
Tutup venting valve dan by pass drain valve.
Steam coil harus diamati secara rutin dari kebocoran steam untuk menghindari uap masuk ke air
heater dan terjadinya pengembunan / kondensasi yang berarti terjadi penurunan temperatur.
Monitor differential pressure antara inlet dan autlet dari steam coil air heater ( ini menunjukan
tingkat kekotoran element element steam coil akibat debu dari FDF dll ).
Perhatikan selalu kondisi auxiliary steam temperatur ( lihat table )
Max
Steam
Temp
Max
duration (
min )
With
No
0
329
Air
315
Flo
302
29
288
60
274
indefinitel
260
With
343
Air
329
315
15
302
60
288
indefinitely
Flow
Mass
flow
Initial air
inlet
Final air
temp
SECONDA
RY
288 kg/s
28.9 c
PRIMA
RY
83.5
kg/s
40 c
47.8 c
71.1 c
D. START POMPA
1. Posisikan control station manual mode ( control room ).
2. level drain tank antara 0,5 sampai 0,9 meter ( local ).
3. Start pompa
4. Konfirmasikan discharge pressure pompa ( local )
5. Posisikan LCV control station pada auto mode ( control room )
Level drain tank akan dikontrol secara automatis oleh level indicator transmitter ( LIT ) untuk
memerintahkan LCV mempertahankan level,
meter, posisikan LCV ke manual mode dan segera stop pompa untuk menghindari kavitasi atau
apabila posisi auto mode maka baik pompa ataupun LCV akan stop dan menutup secara automatis.
B. return pump
Pompa cavitasi
Power failure
Suction / discharge valve menutup
Vibrasi
Kavitasi
Kebocoran dll.
Daya Mampu Maksimum, GMC Unit Pembangkit yang tergantung batasan terhadap keadaan sekeliling selama
suatu perioda tertentu ( satu bulan atau satu musim ).dengan perhitungan :
Depenable Capacity (MW) = Daya Terpasang (Derating Permanen + Derating Non
Permanen )
START ( STARTING )
1. Unit Start ( Actual Unit Starts )
Waktu Unit Pembngkit sinkron, masuk ke- sitim jaringan pada beban minimumnya.
2. Jumlah Start Unit ( Attemped Unit Starts )
Jumlah kali unit sinkron, masuk ke-sistim jaringan pada beban minimumnya setelah shutdown, gangguan atau
pemeliharaan
3. Kegagalan Start ( Starting Failure, SF )
Ketidakmampuan Unit Pembangkit parallel masuk ke sistim sampai beban minimumnya, dari
kondisi tidak operasi ( Standby, Shutdown cadangan dan setelah pemeliharaan atau inspeksi ).
4. Keberhasilan Start ( Starting Success, SS )
Kemampuan Unit Pembangkit parallel masuk ke sistim sampai beban minimumnya
dari kondisi tidak
operasi ( Standby,
Shutdown cadangan dan setelah
pemeliharaan atau inspeksi ).
DERATING ( DERATING )
1. Derating Unit ( Unit Derating, UD )
Penurunan daya mampu Unit Pembangkit karena gangguan peralatan dan bukan pengaturan sistem, baik yang
terencana maupun yang tidak terencana.
pemeliharaan atau
Jumlah jam Unit Pembangkit mengalami penurunan daya mampunya karena adanya Derating Terencana
dan Derating Derating Tak Terencana bukan karena pengaturan sistem .
10. JAM DERATING TERENCANA ( Planned Derated Hours, PDH )
Jumlah jam Unit Pembangkit mengalami penurunan daya yang telah direncanakan terlebih dahulu terencana
karena adanya gangguan atau kerusakan peralatan .
Jumlah jam derating terencana adalah jumlah jam selama Dearting Terencana ( PD ) dan Perpanjangan Jadwal
Derating ( DE ) dari beberapa derating terencana .
11. JAM DERATING TAK TERENCANA ( Unplanned Derated Hours, UDH )
Jumlah jam Unit Pembangkit mengalami penurunan daya mampunya karena adanya gangguan peralatan dan
belum direncanakan terlebih dahulu.
Jam Derating Tak Terencana ( UDH ) adalah jumlah jam selama Dearting Paksa ( FDH ), jumlah jam Dearting
untuk Pemeliharaan ( MDH ) dan jumlah jam beberapa Perpanjangan Jadwal Derating untuk Pemeliharaan ( DE
)
12. JAM DERATING PEMELIHARAAN ( Maintenance Derated Hours, MDH )
Jumlah jam Unit Pembangkit mengalami penurunan daya mampunya untuk pemeliharaan atau perbaikan
peralatan yang tidak direncanakan terlebih dahulu karena adanya gangguan pada jam ketersediaannya ( Unit
Pembangkit dalam kondisi operasi maupun shutdown cadangan standby ).
13. JAM DERATING PAKSA ( Forced Derated Hours, FDH )
Jumlah jam selama Unit Pembangkit mengalami penurunan beban atau daya mampunya karena adanya
gangguan atau kerusakan peralatan .
14. JAM DERATING TERJADWAL ( Sceduled Derated Hours, SDH )
Jumlah jam Unit Pembangkit selama Dearting ( PD ), Derating untuk Pemeliharaan (MD) dan Perpanjangan
Jadwal waktu Derating PD dan MD.
21. JAM EKUIVALEN DERATING TERENCANA ( Equivalent Planned Derated Hours, EPDH )
Adalah Jam Derating Terencana ( PDH ) dikali Besar Penurunan Beban dibagi Daya Maksimum Netto ( NMC )
EPDH = PDH ( Jam )
22. JAM EKUIVALEN DERATING TERJADWAL ( Equivalent Sceduled Derated Hours, ESDH )
Adalah hasil kali Jam Dearting Terjadwal ( SDH ) dikali Besar Penurunan Beban dibagi Daya Maksimum Netto (
NMC )
ESDH = SDH ( Jam ) X Besar Derating ( MW ) / Daya Maksimum Netto ( MW )
23. JAM EKUIVALEN DERATING MUSIM ( Equivalent Seasonal Derated Hours, ESEDH )
Adalah Daya Maksimum Netto ( NMC ) dikurang Daya Keandalan Netto ( Net Dependable Capacity, NDC )
dikali Jam Tersedia ( AH ), dibagi Daya Maksimum Netto
( NMC )
ESEDH = [Daya Maksimum Netto ( MW ) - Dependable Capacity Netto ( MW )] X
Jam ) / Daya Maksimum Netto ( MW )
Jam Tersedia (
24. JAM EKUIVALEN DERATING TAK TERENCANA ( Equivalent Unplanned Derated Hours, EUDH )
Adalah hasil kali Jam Derating TakTerencana ( UDH ) dengan Besar Penurunan Beban atau Derating / Daya
Maksimum Netto ( NMC )
EUDH = UDH ( Jam ) X Beban Dearting ( MW ) / Daya Maksimum Netto ( MW )
I. PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
Termodinamika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membahas hubungan antara energi
panas dengan bentuk-bentuk energi lainnya.
Dua hal yang sangat penting dalam aplikasi termodinamika adalah :
1. Sistem pembangkit daya, seperti :
- Motor bakar
- Turbin uap dan Turbin gas
- Kompresor
- Pembangkit tenaga nuklir
- Sistem propulsi untuk pesawat terbang dan roket
- Sistem pembakaran bahan bakar
- Solar energi
- Dan lain-lain
2. Sistem Refrigerasi, seperti :
- AC ( Air Conditioner )
- Pompa Panas
- Dan lain-lain
2. Sifat- sifat termodinamika
Ada dua sifat termodinamika dari suatu substansi yang sangat penting yaitu :
1. Sifat Ekstensif
Nilainya untuk seluruh sistem merupakan penjumlahan dari seluruh bagian yang ada yang merupakan bagian
dari sistem tersebut.
Contoh : Massa, Volume, dan Energi.
2. Sifat Intensif
Nilainya tidak tergantung dari besar dan ukuran sistem.
Contoh : Massa jenis, Tekanan, dan Temperatur.
m
V
E
1/2m
1/2V
1/2E
T
P
p
T
P
p
1/2m
1/2V Sifat Ekstensif
1/2E
T
P
p
Sifat Intensif
A,B
x
a) Massa inersial A dan B identik
F
Waktu
Waktu
2. Volume
Volume adalah ukuran geometris dari suatu benda.
Massa jenis suatu benda adalah massa benda tersebut dibagi dengan volumenya.
3. Energi
berasal
dari
tumbukan
antara
molekul-molekul
terhadap
dinding
pembatas.
A
F
(P ) =
F ( gaya )
A(luasan )
Tekanan
N/m2
Dalam termodinamika, tekanan umumnya dinyatakan dalam harga absolut ( tekanan absolut ).
Tekanan absolut tergantung pada tekanan pengukuran sistem, jadi :
a. Bila tekanan pengukuran ( gauge pressure ) sistem diatas tekanan atmosfir, maka :
Tekanan absolut = Tekanan atmosfir + Tekanan pengukuran
(1.1)
P =P +P
b. Bila tekanan pengukuran ( gauge pressure ) sistem dibawah tekanan atmosfir, maka :
Tekanan absolut = Tekanan atmosfir - Tekanan pengukuran
(1.2)
P =P P
abs
abs
atm
atm
gauge
gauge
Contoh :
Suatu alat ukur menunjukkan tekanan sebesar 100 Psig , berapakah besarnya tekanan absolut ?.
Jawab :
Pabs = Patm + Pgauge = 100 + 14,696 = 114,696 Psia = 7,908 x 106 N/m2
= 0,7908 MPa.
catatan : 1 atm = 1,013 x 105 N/m2 = 14,696 lbf/in2
5. Temperatur
Temperatur dapat dipandang sebagai potensial pendorong bagi berlangsungnya perpindahan energi
sebagai panas.
(2.2)
(2.3)
(2.4)
(2.5)
Energi total yang dimiliki oleh suatu benda yang sedang bergerak dan mempunyai ketinggian,
adalah merupakan penjumlahan dari energi mikroskopik dan energi makroskopis.
(2.6)
E
= U + E + E = U + 1 2.m.v + m.g .h [kJ]
Energi-total persatuan massa adalah :
(2.7)
e = u + e + e = u + 1 2.v + g .h [kJ/kg]
2
total
ketiga, maka ketiganya mempunyai temperatur yang sama, jadi sembarang dua atau ketiganya
berada dalam kesetimbangan termal. Gagasan ini kadang-kadang disebut hukum termodinamika
yang ke nol.
Hukum ini merupakan dasar dari pengukuran temperatur, dimana benda ketiga di atas digantikan
dengan termometer.
20 oC
25 oC
35 oC
35 oC
o
40 C
35 oC
35 oC
45 C
35 C
35 oC
a) Sebelum setimbang
b) Setelah setimbang
Gambar 2.1 Proses kesetimbangan termal
Panas adalah perpindahan energi yang tidak dapat diperhitungkan sewaktu secara makroskopik
menghitung perpindahan energi sebagai kerja. Panas adalah kerja mikroskopik yang tersembunyi
dari pandangan makroskopik langsung. Temperatur adalah sifat zat, apabila temperatur suatu benda
lebih tinggi dari benda yang kedua, perpindahan energi sebagai panas berlangsung dari benda yang
pertama ke benda yang kedua.
2.4. Sistem
Sistem yaitu segala sesuatu yang berada dalam pengamatan. Sistem digunakan untuk
mengidentifikasikan subjek yang akan dianalisa.
Ada dua jenis sistem
1. Massa atur ( sistem tertutup )
Digunakan pada sistem yang terdiri dari massa zat, yang digunakan untuk meneliti sifat yang
berada dalam sistem tersebut. Contoh : Fluida yang berada pada torak silinder.
masu
Fluida
kelu
karena :
U + P.V = H
maka :
m.g .Z 1 + 1 2.m.v12 + H 1 + Win + Qin = m.g .Z 2 + 1 2.m.v 22 + H 2 + Wout + Qout
1 2.(v 2 v1 ) = diabaikan
(3)
Kerja poros yang dihasilkan oleh turbin uap sama dengan penurunan entalpi uap yang melalui
turbin.
w = h1 h2
(4)
Kerja poros yang diperlukan oleh pompa sama dengan kenaikan tekanan fluida yang
dipompakan dikalikan dengan volume spesifik fluida tersebut.
w = v.(P1 P2 )
- Nosel
1. Pada nosel terjadi proses adiabatik, q = 0
2. Pada nosel tidak ada kerja poros maka, w = 0
3. Perbedaan energi potensial, g .Z g .Z = diabaikan
4. Energi kinetik fluida masuk nosel = 0 (diabaikan)
Jadi :
untuk uap
v = 2.(h h )
untuk gas ideal
=
2.c .(T T )
2
(5)
(6)
2.v.(P1 P2 )
(7)
- Pencekik (Throttling)
1. Pada throttling terjadi proses adiabatik, q = 0
2. Pada throttling tidak ada kerja poros maka, w = 0
3. Perbedaan energi potensial, g .Z g .Z = diabaikan
4. Perbedaan energi kinetik, 1 2.(v v ) = diabaikan
Jadi :
2
h1 = h2
(8)
(9)
(11)
Contoh : Sebuah piston silinder tanpa gesekan berisi uap air sebanyak 10 lbm pada 60 Psia dan
temperatur 320 F. Kemudian dipanaskan hingga temperaturnya naik menjadi 400 F. berapa kerja yang
dihasilkan selama proses.
Solusi :
Diketahui : Massa uap air,
Tekanan,
Temperatur awal,
Temperatur akhir,
m = 10 lbm
P = 60 Psia
T1 = 320 F
T2 = 400 F
Jawab :
- Gambar dari sistem yang ditinjau
Maka : W = (10 lbm ).( 60 Psia ).[( 8,353 7,485) ft3 / lbm ].[( 1 Btu ) / ( 5,404
= 96,4 Btu
Psia.ft3 )]
Gambar 2.9 Energi panas yang masuk ke sistem menyebabkan kenaikan temperatur
2.6.4
Bentuk-bentuk Energi
Energi Dalam
Kerja Aliran
Kerja
Energi Panas
Balans Energi :
Energi Potensial gravitasi
Energi Kinetik
Energi Dalam
Kerja Aliran
Kerja
Energi Panas
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
U
P.V
W
Q
Energi masuk
m.g.z1
.m. 12
U1
P.V1
W1
Q1
Energi keluar
m.g.z2
.m.22
U2
P.V2
W2
Q2
Perhatikan suatu piston silinder berisi air (fase cair) pada 20 oC dan tekanan 1 atm (gambar 1). Pada kondisi
ini air berada pada kondisi cair, dan disebut cairan
terkompresi atau cairan subcooled, yang berarti pada kondisi ini air tidak akan menguap.
Jika panas ditransfer ke air tersebut sehingga temperaturnya naik, misalnya 40
o
C. Karena kenaikan temperatur tersebut air akan berekspansi (mengembang) yang mengakibatkan volume
spasifik air tersebut bertambah.
Sebagai akibat naiknya volume spesifik air maka piston akan naik, sehingga tekanannya tetap 1 atm selama
proses berlangsung. Tetapi air masih berada pada kondisi cairan terkompresi yang berarti penguapan belum
dimulai.
Jika panas masih terus ditransfer temperatur masih naik hingga 100 oC (gambar 2). Pada titik ini air masih
berada pada kondisi cair. Tetapi setiap penambahan panas, seberapapun besarnya, akan menyebabkan cairan
tersebut menguap, yang berarti terjadi proses perubahan fase dari cair ke uap. Cairan yang siap menguap ini
disebut cairan jenuh (Saturated liquid).
T = 1 atm
P = 1 atm
o
T = 100 C
P = 1 atm
o o
T = 20 C C
o
T = 100 C
P = 1 atm
P = 1 atm
T = 300 C
o
T = 100 C
Ketika pendidihan dimulai, kenaikan temperatur akan berhenti sampai cairan berubah semua menjadi uap.
Pada kondisi ini temperatur akan konstan selama proses perubahan phase jika tekanan dijaga konstan. Ini
dapat dengan mudah dibuktikan dengan menempatkan thermometer ke dalam air yang sedang mendidih
yang diletakkan di bagian atas tungku. Pada posisi di permukaan laut (P = 1 atm), termometer akan selalu
membaca 100 oC. Selama proses penguapan (pendidihan), yang dapat kita amati hanyalah kenaikan volume
spesifik dan berkurangnya level cairan akibat perubahan cairan menjadi uap.
Pada pertengahan proses penguapan (gambar 3), silinder terdiri dari uap dan cairan dengan jumlah yang
sama. Jika panas terus ditambahkan proses penguapan akan terus berlanjut hingga seluruh cairan akan
menguap (gambar 4). Pada titik ini seluruh isi silinder penuh dengan uap. Bila terjadi kehilangan panas
seberapapun kecilnya akan menyebabkan sebagian uap mengembun (perubahan fase dari uap ke caira). Uap
yang hampir terkondensasi disebut uap jenuh. Oleh karena itu keadaan seperti pada gambar 4 dinamakan
kondisi uap jenuh. Keadaan antara seperti pada gambar 2 sampai keadaan sperti pada gambar 4 sering
dinamakan kondisi campuran uap dan cairan sehingga phase uap dan phase cair berada pada keseimbangan
termodinamik pada kondisi ini.
Jika dari kondisi uap jenuh (gambar 4) masih terus ditambahkan energi panas pada tekanan konstan maka
pada kondisi ini uap air akan mengalami kenaikkan temperatur dan kondisi uap akan berubah menjadi uap
panas lanjut (Super heated steam).
Jika perjalanan proses kita ikuti dari mulai gambar 1 sampai dengan gambar 5 dan kita plotkan pada
koordinat Temperatur-volume spesifik (T-v), maka akan kita dapatkan gambar sebagai berikut.
1000
Psat,kPa
800
600
400
200
50
100
Tsat, C
150
200
Variasi dari sifat-sifat selama proses perubahan phase sebaiknya dipelajari dan dimengerti dengan bantuan
diagram-diagram sifat. Di bawah ini kita akan mendiskusikan diagram-diagram T-v, P-v, dan P-T untuk
substansi murni.
1. Diagram T-v
Proses perubahan phase air pada tekanan 1 atm dideskripsikan secara detail pada bab terakhir dan diplotkan
pada diagram T-v dalam gambar 2-11. Sekarang kita ulangi proses ini dengan tekanan yang berbeda untuk
mengembangkan diagram T-v untuk air.
Kita tambahkan berat pada puncak piston sampai tekanan di dalam silinder mencapai 1 Mpa. Pada tekanan
ini air akan mempunyai volume spesifik yang lebih kecil daripada yang terjadi pada tekanan 1 atm. Pada
saat panas di berikan ke pada air dengan tekanan yang baru ini prosesnya akan mengikuti lintasan yang
mirip sekali seperti lintasan proses pada tekanan 1 atm seperti terlihat pada gambar 2-13, tetapi ada beberapa
perbedaan-perbedaan. Pertama, air akan mulai mendidih pada temperatur yang sangat tinggi ( 179,9 ) pada
tekanan ini. Kedua, volume spesifik pada cairan jenuh adalah lebih besar dan volume spesifik pada uap
jenuh adalah lebih kecil dari harga pada tekanan 1 atm. Yaitu garis horizontal yang menghubungkan cairan
jenuh dan uap jenuh dinyatakan lebih pendek.
Pada saat tekanan meningkat lebih jauh, garis saturasi ini akan berlanjut lebih pendek seperti pada gambar 213, dan akan menjadi titik ketika tekanan itu mencapai 22,09 MPa untuk kasus pada air. Titik ini disebut titik
kritis dan dapat didefinisikan sebagai titik dimana pernyataan cairan jenuh dan uap jenuh adalah
identik.Tekanan, Temperatur dan Volume spasifik dari substansi pada titik kritis di sebut Tekanan kritis Pcr,
Temperatur kritis Tcr, dan Volume spesifik kritis vcr. Sifat-sifat titik kritis air adalah Pcr = 22,09 MPa, Tcr =
374,14 oC, dan vcr = 0,003155 m3/kg. Untuk helium adalah Pcr = 0.23 MPa, Tcr = -267,85 oC dan vcr =
0,01444 m3/kg. Sifat-sifat kritis untuk macam-macam substansi dapat dilihat pada tabel A-1 dalam apendix.
Pada tekanan di atas tekanan kritis, tidak akan ada proses perubahan phase yang nyata ( gambar 2-14 ).
Malahan volume spesifik dari substansi akan terus meningkat dan disetiap saat hanya akan ada satu phase
yang muncul. Akhirnya itu akan menyerupai uap, tapi kita tidak akan pernah tahu kapan perubahan itu
terjadi. Di atas keadaan kritis, tidak ada garis yang memisahkan daerah cairan terkompresi dan daerah uap
super panas. Tapi hal itu biasanya mengacu pada substansi sebagai uap super panas pada temperatur di atas
temperatur kritis dan sebagai cairan terkompresi pada temperatur di bawah temperatur kritis.
Keadaan cairan jenuh pada gambar 2-13 bisa dihubungkan dengan garis yang di sebut garis cairan jenuh (
Saturated liquid line ) dan keadaan uap jenuh di gambar yang sama bisa dihubungkan dengan garis lain yang
disebut garis uap jenuh ( Saturated vapor line ). Kedua garis ini saling bertemu pada titik kritis,
membentuk lengkungan seperti pada gambar 2-15. Semua keadaan cairan terkompresi, di bagian kiri garis
cairan padat dan disebut daerah cairan terkompressi. Semua keadaan uap superpanas ditempatkan di sebelah
kanan garis uap saturasi yang disebut daerah uap superpanas (superheated vapor region). Dikedua daerah ini,
substansi berada pada fase tunggal, cairan atau uap. Semua bagian yang melibatkan kedua fase dalam
kesetimbangan di tempatkan di bawah kubah yang disebut daerah campuran uap cairan jenuh, atau daerah
basah (wet region).
2. Diagram P-v
Bentuk umum dari diagram P-v dari zat murni sangat mirip sekali dengan diagram T-v, tapi T = garis
konstan pada diagram ini mempunyai kecenderungan untuk menurun, seperti pada gambar 2-16.
Sebuah piston-silinder yang berisi air pada fase cair dengan tekanan 1 MPa dan temperatur 150 oC. Pada titik
ini air berada pada kondisi cairan terkompresi. Kemudia beban (pemberat) pada puncak piston diambil satu
persatu sehinnga tekanan di dalam silinder menurun secara berangsur-angsur (Gambar 2-17). Selama proses
terjadi perpindahan panas terhadap air tersebut, sehingga temperaturnya selalu konstan. Pada saat tekanan
menurun, volume air akan meningkat sedikit. Ketika tekanan mencapai harga tekanan saturasi pada
temperatur yang ditentukan (0,4758 MPa), air akan mulai mendidih. Selama proses penguapan ini,
temperatur dan tekanan selalu konstan, tapi volume spesifik meningkat. Perhatikan bahwa selama proses
perubahan fase, kita tidak mengambil pemberat. Memindahkan atau mengurangi pemberat akan
menyebabkan tekanan dan juga temperatur menurun [karena Tsat = f (Psat)], dan proses tidak akan menjadi
isotermal (proses pada temperatur konstan).
Jika proses ini diulangi untuk temperatur lainnya, lintasan yang sama akan didapatkan untuk proses
perubahan fase. Dengan cara menghubungkan lintasan cairan jenuh dan lintasan uap jenuh, kita akan
mendapatkan kurva diagram P-v untuk zat murni, seperti terlihat pada gambar 2-16.
3. Diagram P-T
Gambar 2-22 memperlihatkan diagram P-T untuk zat murni, diagram ini sering dosebut diagram fase
karena ketiga fase dipisahkan satu sama lain oleh tiga garis. Garis sublimasi memisahkan daerah padat dan
uap, garis penguapan memisahkan daerah cair dan uap, garis peleburan (melting line) memisahkan daerah
padat dan cair. Ketiga garis ini bertemu pada satu titik yang dinamakan titik tripel, dimana pada titik ini
ketiga fase berada bersama-sama pada kesetimbangan. Garis penguapan berakhir pada titik kritis sebab tidak
ada perbedaan yang bisa dibuat antara fase cair dan uap di atas titik kritis. Zat yang memuai dan mengkerut
pada saat pembekuan hanya bisa dibedakan di atas garis peleburan pada diagram P-T.
Tabel sifat
Sebagian besar substansi, hubungan diantara sifat-sifat thermodinamik adalah sangat kompleks untuk
diekpresikan dengan mengguanakan persamaan yang sederhana. Oleh karena itu, sifat-sifat sering diberikan
dalam bentuk tabel-tabel. Beberapa sifat thermodinamika dapat diukur dengan mudah, tetapi yang lain tidak
dapat diukur langsung dan dihitung dengan menggunakan persamaan yang menghubungkannya untuk sifatsifat yang terukur. Hasil ukuran-ukuran dan perhitungan ini diberikan dalam tabel dengan format yang tepat.
Dalam diskusi berikutnya, tabel uap akan digunakan untuk mempertunjukkan penggunaan dari tabel sifatsifat thermodinamik.
Tingkat keadaan Cair Jenuh dan Uap Jenuh
Sifat-sifat dari cair jenuh dan uap jenuh untuk air dapat diketahui melalui table uap berdasarkan tekanan atau
temperatur, seperti terlihat pada contoh table di bawah :
Sat.
Temp.
o
C
Press.
kPa
Specific volume
m3/kg
Sat.
Sat.
liquid
vapor
T
85
90
95
Psat
57.83
70.14
84.55
vf
0.001033
0.001036
0.001040
Specific volume of
saturated liquid
Temperature
vg
2.828
2.361
1.982
Specific volume of
saturated vapor
Corresponding
saturation
pressure
Tekanan, P
Subscript f menunjukkan sifat dari fase cair jenuh, dan subscript g menunjukkan sifat dari fase uap jenuh.
Subscript lain yang sering digunakan digunakan adalah fg, yang mana menunjukkan perbedaan nilai antara
uap jenuh dengan cair jenuh pada tingkat keadaan yang sama.
Volume specific
vfg = vg - vf
vf = volume spesifik pada kondisi cair jenuh
vg = volume spesifik pada kondisi uap jenuh
vfg = perbedaan antara vg dan vf
Nilai hfg disebut entalpi penguapan atau panas laten penguapan yaitu energi yang diperlukan untuk
menguapkan satu satuan massa cair jenuh pada temperatur atau tekanan yang diberikan.
Campuran cair jenuh uap jenuh
Selama proses penguapan, substansi berada pada bagian cair dan bagian uap. Keadaan ini disebut campuran
dari cair jenuh dan uap jenuh. Untuk menganalisa campuran secara tepat, kita perlu mengetahui proporsi dari
fase uap dan cair dalam campuran. Ini didefinisikan oleh sifat baru yang dinamakan dengan kualitas x yaitu
perbandingan dari massa uap terhadap massa total dari campuran
x =
dimana :
mvapor
mtotal
Kualitas uap x hanya berlaku untuk fase campuran. Ini tidak berlaku pada daerah cairan terkompresi atau
daerah uap superheated. Pada fase cair jenuh nilai x = 0 atau 0 persen, sedangkan pada fase uap jenuh nilai x
= 1 atau 100 persen.
Fase campuran dapat dapat diperlakukan seperti gabungan dari dua subsistem : cairan jenuh dan uap jenuh.
Walaupun massa dari masing-masing fase sering tidak diketahui.
Saturated vapor
Saturated liquid
Vav
Saturated
Liquid-vapor
mixtures
Pada gambar di atas diilustrasikan sebuah tanki yang berisi campuran dari fase cair dan fase uap. Volume
fase cair adalah Vf dan volume fase uap adalah Vg. Maka volume total adalah penjumlahan dari
keduanya:
V = Vf + Vg
V = m.v mt.v = mf.vf + mg.vg
mf = mt mg mt.v = mt.vf mg.vf + mg.vg
Jika kedua ruas dibagi dengan mt
v = vf x.vf + x.vg
atau : v = vf + x.vfg
dimana :
m
x =
mt
vfg = vg - vf
Begitu juga untuk sifat-sifat yang lain berlaku :
h = hf + x.hfg
u = uf + x.ufg
s = sf + x.sfg
Uap Superpanas
Pada daerah sebelah kiri dari garis uap jenuh terdapat uap super panas, dimana pada daerah ini substansi mempunyai
fase tunggal yaitu fase uap, tekanan dan temperatur pada daerah ini tidak saling bergantung sepaerti pada daerah uap
campuran, sehingga sifat dari uap super panas akan sangat tergantung dari kombinasi antara temperatur dan
tekanannya.
Format dari table uap superpanas diilustrasikan pada table berikut :
s
T
v
h
kJ/kg
3
C m /kg kJ/kg
.K
P = 0,01 MPa (45,81C)
14.67 2584. 8.150
Sat.
4
7
2
o
x = 0,8
P2 = 8 bar
x2 = ?
wp = ?
x1 = 0
P1 = 1 bar
cp = 4,2 kJ/kg
Dari HK I termodinamika :
- Untuk Pompa : w = vf.P2 P1
- Untuk Boiler : q = h3 h2
Dari table uap :
sf
P
vf vg hf hg
sg
MP T oC m3/k m3/ kJ/k kJ/k kJ/kg. kJ/kg.
K
a
g kg g
g
K
99.6 0.00 1.6 417. 267 1.302 7.359
0.1 3 1043 94 46 5.5
6
4
170. 0.00 0.2 721. 276 2.046 6.662
0.8 43 1115 404 11 9.1
2
8
a. w = 0.001043. 0.8 - 0.1.106 =
STEAM GENERATOR
(SYSTEM AE)
Safety
Gunakan alat K3 (helm, sepatu, ear plug, kaos tangan tahan panas) jika memasuki area boiler
Lakukan koordinasi dan komunikasi dengan operator lain yang terkait, me-ngenai rencana pekerjaan yang
memerlukan perhatian dan prioritas utama
Yakinkan peralatan pendukung safety dalam kondisi standar (penerangan cukup, alat komunikasi terjangkau, dan lift
dalam keadaan normal)
Jika akan menutup manhole boiler, yakinkan bahwa didalam furnace sudah tidak ada orang dengan cara : beri sinyal
sinar, pukulan dan beritahu bahwa manhole akan ditutup
Fungsi dan cara kerja
Fungsi dari steam generator adalah untuk memproduksi uap (steam) untuk menggerakkan turbin. Proses produksinya
adalah dengan penguapan pada boiler drum. Uap tersebut harus memenuhi standar kualitas tertentu (pressure,
temperature dan unsur kimia) dan juga dari kuantitas (flow dalam ton/jam), sesuai yang dibutuhkan turbine pada saat
tertentu (kondisi hot/warm/cold) untuk dapat menghasilkan energi listrik. Pada steam generator system ini dapat
dibagi dalam dua aliran, yaitu aliran uap dan aliran air.
Bagian utama
Feed water inlet
Economizer
Boiler drum
Superheater
Main steam pipe
Reheat steamFeed water inlet
Sebagai pengisi air boiler, disuplai dari BFP setelah melalui HP heater. Pada sistem air pengisi air boiler ini,
diperlengkapi feed water back pressure control valve sebelum masuk ke sistem aliran air pada boiler (economizer).
Feed water back pressure control dapat diposisikan auto, dengan fungsi sebagai pe-nyeimbang steam flow sebagai
output demannya. Sedang jika dalam posisi manual operator dapat mengontrol valve sesuai yang
dibutuhkan.Economizer
Dengan memanfaatkan gas buang boiler, economizer akan memanaskan air pengisi sebelum masuk ke boiler drum.
Pada economizer ini yang harus dijaga adalah terjadinya korosi, baik dari sisi dalam maupun dari sisi luar. Untuk
menjaga korosi dari sisi luar, dapat dilakukan dengan cara :
Membatasi kandungan sulfur pada fuel (coal)
Menjaga temperature metal economizer
Melakukan sistem firing dengan baik
Sedang untuk mencegah korosi dari sisi dalam, dengan jalan menjaga kualitas air yang diijinkan pada sistem air
pengisi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan yang mungkin terjadi pada economizer adalah :
Perubahan air pengisi dari fase air ke fase uap pada economizer yang di-sebabkan tidak adanya sirkulasi air pada
economizer saat firing atau furnace dalam keadaan panas. Hal ini akan mengakibatkan water hammer pada
economizer. Untuk mencegah hal tersebut, valve recirculation economizer (MOV AE-SHV-1A/1B) harus dibuka
untuk memperoleh aliran alami pada economizer dari down comer. Tapi pada saat ada aliran air pengisi, hendaknya
MOV tersebut harus ditutup kembali.
Terjadinya thermal shock pada inlet header economizer yang disebabkan oleh perbedaan temperature antara air
masuk dan air pada header economizer. Jika hal itu terpaksa dilakukan, maka sistem pengisian air penambah dilakukan dengan flow yang sedikit mungkin secara teratur.Boiler drum
Drum adalah tempat pemisahan antara partikel-partikel air dan uap. Air yang ada pada drum akan mengalami aliran
alami pada down comer. Gelembung-gelembung uap akan naik keatas dan di drum gelembung-gelembung uap itu
akan terkumpul dan menjadi uap.
Pada drum hal yang perlu diperhatikan pada saat firing adalah temperature metal antara top dan bottom. Perbedaan
temperature tersebut sesuai rekomendasi dari BVI adalah sesuai dengan grafik (Lampiran 1).
Peralatan utama pada drum adalah sebagai berikut :
Level indicator
Terdiri dari tiga macam, yaitu :
Tag
1 05-SBRV-13
Set
pres
s
(kg/
cm2)
195.
46
Set
pre
ss
(ps
ig)
27
80
Cap
acit
y
(kg/
h)
1197
95
Cap
acit
y
(lb/h
)
2640
99
1 05-SBRV-91
2 05-SBRV-77
3 05-SBRV-90
4 05-SBRV-76
5 05-SBRV-75
Set
pres
s
(kg/
cm2)
58.9
9
59.4
1
59.8
3
60.2
5
60.6
8
Set
pres
s
(psi
g)
839
845
851
857
863
Cap
acit
y
(kg/
h)
2649
32
2667
95
2686
58
2705
21
3281
93
Cap
acit
y
(lb/h
)
5840
70
5881
77
5922
84
5963
91
7239
76
Ket : Nomor tag adalah contoh untuk unit 5 (dua digit pertama)
Hot reheat safety valve
N
o
Tag
Set Set
Cap Cap
pre pres acit acit
ss
s
y
y
(kg (psi (kg/ (lb/h
/c
g)
h)
)
m2
)
1 05-SB- 57. 815 1325 2923
RV-92 30
93
14
2 05-SB- 57. 819 1332 2937
RV-102 58
32
24
Ket : Nomor tag adalah contoh untuk unit 5 (dua digit pertama)
Load programmer ramp rate tidak akan berfungsi, jika : feed water master dan main steam temperature master tidak
auto
4.2. Kontrol temperature
Temperature main steam
Temperature main steam dikontrol oleh proses attemperator/spray dan denagn pembukaan SH flow gas damper.
Spray pada PSH I dan SSH di-ambil dari feed water header. Sistem pengontrolan spray PSH II / TCV 1A dan 1B
mengambil sinyal dari platen SH II inlet header dengan set temperature dari sistem kontrol main steam temperature.
Sedang untuk pengontrolan SSH inlet header temperature dikontrol TCV 2A/2B. Air yang digunakan untuk spray
akan menjadi uap pada main steam. Sehingga MS flow = flow total spray PSH/SSH + flow water inlet.
Pengaturan temperature dengan SSH FG damper adalah dengan me-manfaatkan panas gas buang untuk PSH/SSH.
Semakin besar pembuka-an damper semakin besar pula panas yang bisa dimanfaatkan.
Temperature reheat steam
Pengaturan temperature reheat steam menggunakan TCV 3A/3B dengan mengambil air dari salah satu sudu pompa
SU BFP ataupun BFPT. TCV 3A/3B mengambil sinyal input dari RH inlet header dengan set temperature dari reheat
steam temperature control. Pengaturan dengan damper FG biasing sama seperti pada SSH FG biasing damper.
4.3. Kontrol drum level
Feed water control akan mengatur/mengontrol level drum hingga level drum pada posisi normal. Ada tiga elemen
yang menjadi input sinyal dalam pengaturan drum level, yaitu :
Drum level
Feed water flow
Steam flow
FW elemen sinyal dapat kita select secara manual maupun secara auto. Secara manual kita bisa men-select 1 elemen,
2 elemen atau 3 elemen dengan melihat kondisi pada saat itu. Sedang kalau secara auto maka secara otomatis akan
pindah sendiri.
Level indikator yang digunakan untuk indikasi dan sinyal level drum pada FW control dari tiga transmiter, yang
mana ketiga transmiter tersebut bisa kita pilih salah satu diantaranya atau diambil sinyal tengah (median). Tetapi
khusus untuk sinyal MFT trip hanya diambilkan dari sinyal median ( 250 mm).
Sistem kontrol feed water adalah :
Prosedur operasi
Persiapan lokal
Yakinkan bahwa semua manhole boiler sudah tertutup
Yakinkan tidak ada tagging di semua peralatan boiler
Yakinkan level air pada drum pada posisi normal (dari glass gauge)
Yakinkan CCTV dapat dioperasikan dengan baik
Yakinkan isolating valve untuk peralatan instrument pada posisi terbuka dan normal (PS, PT, TS, TT, LS, LT dll)
Yakinkan SDCC telah terisi air
Yakinkan isolating valve instrument air untuk peralatan pada posisi terbuka dan ada tekanannya (CV, SV, damper,
igniter dll)
Yakinkan isolating valve untuk MOV pada drain, venting dan TCV untuk spray SH dan RH serta VCV atomizing
dan fuel oil pada posisi terbuka
Yakinkan breaker 380 V untuk semua MOV sistem drain, vent dan attemperator pada posisi close/on dan siap
dioperasikan
Yakinkan level minyak pelumas untuk semua fan dan gear box diatas normal
Yakinkan igniter tiap level telah siap untuk dinyalakan/dioperasikan. Misal : fuel oil pressure, atomizing steam
pressure, instrument air, flame detector dan valve telah terbuka.
Yakinkan breaker untuk semua motor (fan, pompa dan damper) sudah dalam posisi close dan siap dioperasikan
Start sequence
Isi drum sampai normal level (untuk cold start, pada level -30 mm), dari discharge CEP (ISV 0025 & 0026)
Buka vent dan drain boiler
Start satu IDF (misal A) dan set furnace pressure 12 mmWg
Start satu FDF (misal A) dan buka perlahan-lahan FDF vane inlet damper (VIV) station dan perhatikan furnace
pressure sampai boiler total air flow mencapai diatas 30%
Start Flame Scanner Air Blower
Buka OIS boiler trip, tekan huruf "I" (permissive status listing), maka akan muncul Boiler purge permisssives.
Point-point boiler purge permisssives yang sudah terpenuhi akan muncul indikasi merah pada OIS. Sedangkan yang
belum terpenuhi akan berwarna hijau. Segera penuhi permissive yang kurang
Jika boiler purge permisssives telah terpenuhi, purge status sequence akan pindah (indikasi merah) dari seq. ke seq. :
Purge required purge permissives satisfied purge in progress dengan timer 300 sec.
Pada saat purge elapsed time 0 sec. maka purge status akan complete
Tekan next, maka akan dapat dilihat boiler reset permits
- Boiler purging complete
- No boiler trip command exists
Reset igniter oil safety valve trip dan siapkan level igniter yang akan di-start pata OIS
Pada layar lain, buka OIS boiler trip dan tekan boiler trip/reset, pada posisi reset
Sesaat setelah boiler reset segera buka oil safety valve trip dan start igniter yang telah disiapkan (sebaiknya dimulai
dari level terendah)
Setelah selesai purging, inlet damper PAH harus ditutup
Yakinkan level igniter akan menyala, sebab kalau tidak ada satupun igniter yang menyala selama 5 menit setelah
boiler reset, maka MFT akan trip kembali
Jika MFT trip (kembali), lakukan boiler purge sebagaimana prosedur diatas dan reset boiler/MFT kembali sampai
ada igniter yang menyala
Jika sudah ada igniter yang menyala, atur pembakaran igniter se-demikian rupa sehingga kenaikan temperature masih
dalam batas-batas design yang diijinkan oleh pabrik (grafik terlampir)
Pada saat drum pressure mencapai 2 kg/cm2 tutup venting boiler drum AE MOV 1A/1B, superheater venting AJ
MOV 1A/1B/2B
Perhatikan kenaikan temperature dan pressure pada drum
Perhatikan diff. temperature antara top dan botom pada boiler drum, dan yakinkan masih dalam batas yang diijinkan
oleh pabrik (grafik terlampir)
Persiapkan MS/RH temperature control, HP/LP by-pass temperature control dan posisikan AUTO. Untuk
temperature control MS/RH dapat diset pada temperature 538 oC
Saat pressure mencapai 23 kg/cm2 start SU BFPT dan ambil alih control drum level dengan SU BFPT
Pada pressure 35 kg/cm2, lakukan warming HP by-pass system
Jika pressure mencapai 60 kg/cm2 operasikan HP by-pass system untuk mempercepat kenaikan temperature main
steam hingga temperature MS telah memenuhi syarat untuk rolling turbine
Tutup main steam line drain valve (SB MOV 30, 33, 34, 29)
Persiapkan rolling turbine. Saat rolling turbine perhatikan :
Pressure main steam. Jika ada indikasi cenderung turun sampai dibawah setting HP by-pass pressure tambah
pembakaran dengan start igniter lagi.
Start mill dilaksanakan pada saat putaran turbine akan dinaikkan ke 3000 rpm
Pada periode heat shock, start booster feed pump
Jika harus pakai mill, perhatikan pembukaan HP by-pass. Jangan sampai terlalu besar untuk menghindari max flow
pada SU BFP
Sebelum generator on-line (synchrone) pastikan boiler sudah memakai paling tidak satu mill untuk menghindari
penurunan pressure akibat ke-butuhan steam yang besar pada turbine
Lakukan warming booster pump BFP dan inservice-kan BFPT. Untuk menghindari max flow pada SU BFP, maka
BFPT dan SU BFP bisa di-paralel. Dalam paralel BFPT dan SU BFP yang perlu diperhatikan adalah :
Pressure discharge BFPT harus sedikit lebih besar ( 1 kg/cm2) dari pressure FW header
Flow discharge BFPT lebih besar dari pada flow sirkulasinya
Jika BFPT sudah inservice dan auto, bias negatif control SU BFP untuk menghindari max flow pada SU BFP
Jika generator sudah on-line perhatikan pressure main steam dan per-tahankan pressure main steam tersebut dengan
cara menambah speed coal feeder atau kalau perlu start (tambah) pulverizer lagi (dilihat dari HP by-pass)
Jika sudah menggunakan 2 (dua) pulverizer, maka master station masing-masing pulverizer dapat diposisikan auto
dan selanjutnya kontrol pembakaran dapat dikontrol dari fuel/air master station
Perhatikan master speed coal feeder pulverizer yang beroperasi. Jika kondisi boiler sudah stabil, fuel/air master
station dapat diposisikan auto dan selanjutnya kontrol dipegang oleh boiler master station
Naikkan setting HP by-pass pressure secara perlahan-lahan sampai HP by-pass menutup penuh. Dan jika setting
pressure lebih besar 1 kg/cm2 dari actual pressure (PV), posisikan HP by-pass pada posisi cascade. Pada posisi auto
cascade, maka HP by-pass set point akan selalu 5 kg/cm2 diatas actual pressure main steam.
Jika kondisi boiler sudah stabil, boiler master station dapat diposisi-kan auto, yang selanjutnya pressure main
steam akan dipertahankan pada set pressure unit master sliding pressure set-point
Jika telah diposisikan boiler follow, kita tinggal menaikkan pressure main steam dengan cara
menaikkan/menurunkan pressure setting pada unit master sliding pressure dan nilainya disesuaikan dengan ratenya (kenaikan pressure per menit). Pressure main steam akan menuju ke nilai set tersebut setelah diposisikan ke ramp
Jika kondisi sudah stabil, "turbine master station" dapat diposisikan auto untuk mendapatkan BT coordinate mode
(BTC)
Stop sequence (dengan asumsi beban 600 MW BTC, 5 mill i/s)
Turunkan beban boiler secara perlahan-lahan. Jika memakai BTC mode, turunkan set "unit master load demand
station". Perhatikan hal-hal berikut :
Speed CF pulverizer yang beroperasi. Apabila speed masing-masing CF sudah mendekati minimum, maka stop dulu
salah satu pulverizer
Flow masing-masing BFPT. Jika recirculation BFPT pada posisi manual, buka recirculation valve pada posisi yang
aman
Bersamaan dengan menurunkan load, kita juga bisa menurunkan pressure set main steam dari "unit master sliding
pressure set point"
Lakukan hal tersebut diatas secara perlahan-lahan dan hati-hati. Jika beban generator sudah mencapai low load limit
pada "limit load demand", lepas "turbine master station" dan terus turunkan beban dari governor atau load limit
control
Jika beban sudah mencapai 60 MW dan pulverizer yang inservice tinggal satu buah, lepas "boiler master station",
lepas cascade control pada HP by-pass dan set HP by-pass pressure sama dengan actual pressure main steam saat itu.
Start SU BFP dan ambil alih kontrol dari BFPT ke SU BFP. Jika kondisi boiler sudah stabil, lepas CB generator
(pada load 15 - 20 MW)
Perhatikan HP by-pass control valve apakah bisa mengkontrol pressure main steam
Turunkan speed CF yang masih beroperasi dan shut down normal pulverizer
Tripkan turbine dan yakinkan MFT tidak trip
Kurangi terus pembakaran dari igniter sampai MFT trip dari no flame detected
Lakukan purge boiler dan reset boiler dengan tujuan untuk :
- Membilas furnace dari sisa-sisa bahan bakar
- Mengeluarkan gun ignitor yang masih tertinggal akibat dari MFT trip
Tanyakan ke SUOP mengenai status boiler stop. Jika :
a. Hot banking
- stop semua fan
- tutup semua gas part bias damper
- tutup CBD
b. Natural cooling
- stop semua fan
- buka semua gas part bias damper
c. Forced cooling
- start IDF dan FDF
- buka FDF master station sampai total air flow 15 %
- perhatikan temperature metal top/bottom drum.
(rekomendasi dari pabrik tidak boleh lebih dari 60 oC)
Catatan :
Jika akan melakukan filling drum, differential temperature antara FW inlet dan temperature air di drum tidak boleh
melebihi 100 oC
Lakukan dengan flow yang sedikit mungkin
Sistem monitoring dan batasan operasi
Beberapa batasan operasi yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
N Peralat
Alarm
Trip
an
a
t
Hi
gh
L
o
w
Hi Lo
gh w
50
5
0
2
5
25 0 25
0
25 0 25
0
45
5
5
0
2
0
39
1
2
5
50
7
2
0
44
0
2
5
u
a
n
1 Furnace
pressur
e
2 SA duct
pressur
e
3 Feedwa
ter to
econ.
out
tempera
ture
4 Drum
metal
temp.
top/bott
om
5 Rises to
drum
water
tempera
ture
6 Drum
pressur
e
7 Drum
level
8
1
0
1
1
1
2
kg/
cm
2
kg/
cm
20
0
2
o
33
5
58
0
36
8
kg/
cm
22
0
m
m
o
PSH 1
C
inlet
steam
temper
ature
o
PSH 2
C
inlet
steam
tempera
ture
o
PSH 2
C
steam
tempera
ture
o
SSH
C
inlet
tempera
ture
Main
kg/
steam
cm
50
18
8
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
pressur
e
Main
steam
tempera
ture
Reheat
pressur
e
Reheat
tempera
ture
Burner
metal
tempera
ture
Burner
nozel
coal
tempera
ture
PSH 1
metal
tempera
ture
PSH 2
metal
tempera
ture
SSH
inlet
metal
tempera
ture
SSH
outlet
metal
tempera
ture
Reheat
outlet
metal
tempera
ture
Burner
row
level
pressur
e
Thermo
probe
tempera
ture
55
0
kg/
cm
50
2
o
55
0
70
5
70
5
48
0
52
5
52
8
57
8
59
1
kg/
cm
14
0
5
0
59
0
1
0
Jika terjadi runback, maka boiler master akan trip ke manual tetapi turbine master masih auto untuk mengontrol
throttle pressure (turbine following). Boiler master juga akan menurunkan demand-nya sesuai dengan permintaan
kontrolnya dengan cara menurunkan konsumsi batubara/bahan bakar.
Pada saat terjadi boiler runback maka konsumsi bahan bakar/batubara akan mempertahankan 50% MCR dengan cara
mempertahankan 3 mill pada level mill yang terbawah yang beroperasi saat itu dan sekaligus menstart automatic
ignitor level E12 dan C12
Contoh : Jika terjadi FDF A trip pada beban 550 MW (mill i/s ABCEF)
Boiler master akan trip ke manual dan akan menurunkan demand sampai 50% MCR
Secondary duct pressure akan dikontrol oleh inlet vane damper FDF B dengan membuka penuh, karena pada saat
FDF A trip, secondary duct header pressure akan drop
Pulverizer F dan selanjutnya disusul pulverizer B akan trip dengan first annunciator boiler runback dan pulverizer
yang tidak trip akan menurunkan speed hingga flow batubara 30 t/h.
Dengan tripnya pulverizer F dan B serta turunnya speed CF yang masih beroperasi, maka kebutuhan secondary air
flow akan turun, yang selanjutnya akan menurunkan pembukaan secondary air row damper.
Dengan menurunnya pembukaan secondary row damper, maka secondary duct pressure akan naik lagi yang pada
akhirnya akan menurunkan juga pembukaan inlet vane damper FDF B
Control unit akan berubah ke turbine follow dengan mengontrol besarnya throttle pressure dengan cara menurunkan
governor valve (load) sesuai dengan turbine demand-nya
Turbine demand = T Pe
dimana T Pe = throttle pressure error
= throttle pressure set point throttle pressure
Runback akan normal kembali jika beban generator sudah turun dibawah 300 MW (50% MCR)
S O P - VIBRATION MONITORING ( I V )
I. F U N G S I :
1.1. Fungsi dari Vibration monitoring adalah untuk :
- Sebagai pusat dan pembagian perencanaan DCIS system yang dipergunakan
sebagai bagian dari perencanaan control system , vibration monitoring system
mengirimkan signal ke Superpisory system dengan perencanaan DCIS System
untuk Main Turbine, 2 BFPT sets, 2 Booster Pump dan Start Up B F P.
sebagai pengaman dan keandalan operasi.
1.2. Vibration monitoring system adalah terus menerus mengukur dan memonitor berbagai
macam-macam masalah pada Superpisory parameter-parameter memberikan
informasi penting untuk memberikan tanda-tanda / kelainan yang cepat pada kelainan
mesin seperti imbalance, bearing failure, misalignment dan shaft keadaan retak.
1.3. Vibrasi Monitoring sebagai monitoring, dignostic, dan meramalkan imformasi
maintenance untuk Turbin Generator dan Rotating Machinery.
1.4. Vibration monitoring sytem terus menerus memonitor dan mengukur lebih luas pada
pada supervisory parameter sampai menolong operator dalam mengetahui gangguan
mesin, mesin dapat distop sebelum kerusakan yang lebih tinggi lagi atau melebihi
setpoint sampai terjadi mesin tsb.gangguan berat.
II. BAGIAN UTAMA :
3.2 P r o t e k s i :
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan peralatan tersebut trip adalah :
- Salah satu kabel control conection lepas / longgar
- Salah satu power control supply off / failure
- CPU off atau trip dan Fuse CPU Failure
- Banyak timbul alarm / abnormal
IV. SYSTEM MONITORING DAN BATASAN OPERASI :
4.1. System monitoring dari Vibration :
- Setpoint high / low vibration alarm
- Setpoint danger / trip
- Gave semua bearing antara X dan Y pada poros turbin
- Semua sytem alarm dan berikut setpointnya
4.2. Batasan operasi dari vibration :
- Vibration high - high timer tercapai 3 detik
- Gave bearing dari sisi X dan Y 10 volt atau 1,3 + 0,1 mm
- Gave semua bearing antara sisi X dan Y mempunyai sudut 45 derajat
- Alarm low / high bearing vibration X dan Y No.1 s/d 10 : - 0,100 / 0,125 mm
- Bearing vibration high alarm : > 0,125 mm . dan high-high alarm : > 0,25 mm
Safety
Memakai pealatan K3 yang telah direkomendasikan
Disediakan peralatan test electric (misal hi-pot test)
Fungsi dan cara kerja
2.1. Fungsi
Sebagai peralatan bantu (pembagi) catu daya
Bagian utama
LVS yang dilengkapi dengan Air Circuit Breaker
Transformer, 200 kVA, 10.5/0.4 kV
Peralatan proteksi dan kontrol
Peralatan pengawatan kabel dan busbar
Spesifikasi panel LVS
Tegangan
: 1000 V
Tegangan nominal
: 400 V
Tegangan saturated max.
: 660 V
Frekuensi
: 50 Hz
Short circuit rating
- Dengan instantaneus/delay trip
: 65
- Rated duration pada short circuit
: 1
Arus rated making
: 105 kA
Rating circuit breaker
Tegangan
Tegangan nominal
Tegangan saturated max.
Frekuensi
Batas arus
- Breaker utama
- Tie breaker
- Breaker pembagi
Short circuit rating
Breaker utama
Breaker pembagi
: 1000 V
: 400 V
: 660 V
: 50 Hz
: 4000 A
: 4000 A
: 800 A
: 75/165
: 65/105
Trafo LVS
Rated power
: 2000 kVA
HV voltage winding max.
: 12
Vector group
: DyN 1
HV winding impulse voltage
: 75
LV winding impulse voltage
: 10
HV short duration power freq. : 31
LV short duration power freq.
: 4
Dilengkapi dengan temperature sensor
- Fans running
: 80 oC
- Alarm
: 130 oC
- Trip
: 150 oC
kA
kA
kV
kV
kV
kV
kV
Indicating instrument
Setiap panel tegangan dilengkapi dengan :
kA
sec
Volt meter
Ampere meter
Volt tranducer
Current tranducer
Tegangan kontrol
Tripping and control
Closing voltage
: 125
Rated sec. voltage of volt XFMR
Rated sec. current of volt XFMR
Space heater
: 230
: 125
V dc
: 230
: 5
V ac,
V dc
V ac, 50 Hz
A
50 Hz
Batasan operasi
Beberapa batasan operasi LVS adalah sebagai berikut :
Busbar
- Continous rating
: 4000 A
- Rating of insulation
: 1000 V
Intertripping dan pengaruhnya terhadap unit dan peralatan lainnya
Bla bla bla
1. PENDAHULUAN
Sistem ekstraksi uap turbin (SE : Steam Extraction) adalah salah satu sistem dalam Pusat pembangkit tenaga uap
(PLTU) Suralaya unit 5,6 & 7 yang ditujukan untuk mengoptimalkan unjuk-kerja unit dengan cara memanfaatkan
energi uap buangan atau ekstraksi dari turbin sebagai media pemanas awal dan energi penggerak pompa BFPT.
Secara operasional sistem ini sangat tergantung dari operasional sistem turbin, sehingga pola kontrol desainnya akan
selalu mengacu pada pengamanan operasional turbin. Dengan demikian sistem ini merupakan salah satu sistem pasif
yang ada di Unit 5,6 & 7 disamping sistem lain seperti Auxiliary steam (SA), LP & HP heater drain system (SM &
SN) dan lain-lain.
Oleh karena hal diatas, maka pengetahuan operator mengenai sistem ini adalah sangat penting bagi tercapainya
efisiensi & keamanan operasi yang optimal.
2. MAKSUD & TUJUAN
Penulisan modul ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan bahan-bahan bacaan acuan bagi operator khususnya
operator turbin (M4) & kontrol panel (M5) di PLTU Suralaya unit 5,6 & 7. Adapun tujuan penulisan adalah untuk
meningkatkan pemahaman & pengetahuan operator turbin (M4) & kontrol panel (M5) tentang sistem ekstraksi uap
turbin (SE system) sehingga layak untuk mengoperasikannya.
3. SASARAN
Operator turbin & kontrol panel memahami prosedur & pelaksanaan Keselamatan & Kesehatan kerja (K3) pada saat
pelaksanaan tugas
Operator turbin & kontrol panel dapat menuliskkan sistem distribusi utama ekstraksi turbin
Operator kontrol panel mampu untuk menuliskan langkah-langkah persiapan start-up sistem ekstraksi
Operator kontrol panel mampu untuk menerangkan kontrol desain MOV ekstraksi ke heater-heater.
Operator kontrol panel mampu untuk menerangkan Kontrol desain MOV ekstraksi ke BFPT
Operator turbin mampu menuliskan serta mengidentidikasi di lapangan MCC untuk MOV ekstraksi turbin
Operator turbin mampu menuliskan & mengidentifikasikan pada P&ID serta mengetahui lokasi drain valve sistem
ekstraksi BFPT
Operator kontrol panel mampu untuk menerangkan kontrol desain MOV ekstraksi heater & BFPT
Operator turbin mampu menyebutkan, mengidentifikasikan pada P&ID & mengetahui lokasi drain valve sistem
ekstraksi sisi turbin
Operator kontrol panel mampu untuk menerangkan kontrol desain MOV heater-heater.
Operator turbin mampu menyebutkan, mengidentifikasikan pada P&ID & mengetahui lokasi valve utama sistem
ekstraksi sisi heater-heater.
Operator kontrol panel mampu mengindentifikasi kondisi khusus & hal yang menjadi perhatian utama sistem
ekstraksi
4. FUNGSI ALAT
Secara garis besar fungsi utama dari sistem ekstraksi uap turbin (Extraction Steam : SE system) adalah untuk
meningkatkan efisiensi dengan cara memanfaatkan energi kinetik tak tergunakan menjadi suatu bentuk kinetik &
termal energi yang lebih berguna dalam siklus.
5. CARA KERJA
Cara kerja sistem ekstraksi uap turbin adalah mengambil uap buangan turbin untuk dimanfaatkan sebagai media
pemanasan awal pada heater-heater serta untuk menggerakkan BFPT (Boiler Feed Pump Turbin), sehingga secara
keseluruhan efisiensi sistem menjadi lebih optimal
6. NAMA & BAGIAN UTAMA
Sistem ekstraksi mempunyai sistem distribusi utama sebagai berikut :
Ekstraksi pada HP turbin ke Feedwater Heater 8
Ekstraksi pada IP turbin ke feedwater Heater 6
PLN-1015-63-5-M-52SE-50006 REV 05
PLN-1015-63-5-M-52SE-50007 REV 05
7.1.
Langkah persiapan harus dilakukan terutama setelah unit overhaul atau shutdown dalam waktu lama. Langkah ini
diperlukan untuk menyakinkan sistem telah siap beroperasi dengan baik. Langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Yakinkan sistem udara instrument (LD) telah beroperasi dengan baik (secara detail baca referensi sistem LDinstrument air system).
Yakinkan kondenser telah beroperasi atau siap untuk beroperasi (secara detail baca referensi SG-condenser system).
Yakinkan sistem kondensat (Condensate system : SD ) telah beroperasi atau siap untuk beroperasi
Yakinkan sistem feedwater telah beroperasi atau siap untuk beroperasi (secara detail baca referensi SJ-Feedwater
System).
Yakin MainTurbin telah siap beroperasi (secara detail baca referensi TA-Main Turbine Operating Manual).
Yakinkan sistem drain & venting pada High Pressure Heater telah siap beroperasi (secara detail baca referensi SN
Operating Manual).
Yakinkan sistem drain & venting pada Low Pressure Heater telah siap beroperasi (secara detail baca referensi SM
Operating Manual).
Lakukan walkdown (pengecekan lapangan) dan yakinkan sistem ekstraksi telah siap untuk beroperasi.
Lakukan pengecekan power supply untuk MOV ekstraksi telah siap sebagai berikut :
MOV
MCC
63-5SE-MOV0001 5B
63-5SE-MOV0007 5D
63-5SE-MOV0013 5D
63-5SE-MOV0019 5B
63-5SE-MOV0026 5D
63-5SE-MOV0031 5B
63-5SE-MOV0032 5D
63-5SE-MOV0055 5D
63-5SE-MOV0061 5B
Cubicle
3A
9B
9C
3B
11C
3C
9D
10A
6A
Keterangan
LP Eks ke FW heater 2
LP Eks ke FW heater 2
LP Eks ke FW heater 3
LP Eks ke FW heater 4
IP Eks ke deaerator
IP Eks steam ke BFPT A
IP EKs steam ke BFPT B
IP Ekst ke FW heater 6
HP Ekst ke FW heater 8
Yakinkan peralatan untuk Non Returned Valve (NRV)/check valve berikut telah siap:
63-5SE-ISV-0002
63-5SE-ISV-0003
63-5SE-ISV-0014
63-5SE-ISV-0020
LP Extraction steam
LP Extraction steam
LP Extraction steam
LP Extraction steam
ke FW
ke FW
ke FW
ke FW
heater
heater
heater
heater
2
2
3
4
63-5SE-ISV-0025
63-5SE-ISV-0027
63-5SE-ISV-0028
63-5SE-ISV-0030
63-5SE-ISV-0056
63-5SE-ISV-0062
7.2.
START UP SISTEM
Sistem ekstraksi pada dasarnya adalah sistem pasif dan tidak ada hal khusus pengoperasian untuk start up sistem.
Operasional sistem ini akan mengikuti uap turbin.
Dengan demikian start up sistem ekstraksi harus memperhatikan sistem berikut telah beroperasi dengan baik:
Steam Generator Venting & drain system (AJ)
Auxiliary steam system (SA)
Main/Reheat steam (SB)
Condensate system (SD)
Feedwater System (SJ)
Kondenser (SG)
LP heater drain & venting (SM)
HP heater drain & venting (SN)
Main Turbin System (TA)
Turbine steam seal system (TC)
Yakinkan langkah persiapan seperti pada langkah 7.1 diatas telah terpenuhi
Yakinkan bahwa HP & LP heater drain system telah dapat beroperasi dengan baik seperti yang telah
direkomendasikan pada buku manual operasi
7.3.
NORMAL OPERASI
Normal operasi yang dimaksud disini adalah keadaan dimana sistem ekstraksi beroperasi dengan baik dengan
dukungan sistem lainnya seprti yang disebutkan pada 7.2 start up sistem no 1 diatas.
Sedangkan keadaan tidak normal adalah keadaan dimana sistem tidak dapat dioperasikan sebagian atau seluruhnya
baik disebabkan oleh MOV, NRV atau drain valve serta oleh sebab-sebab dari sistem pendukung lain (7.1 start up
sistem no 1) mengalami gangguan. Pelacakan gangguan (trouble shooting) akan diberikan pada bagian 8 dibawah.
Seperti halnya saat start up maka pada normal operasi juga yakinkan bahwa sistem-sistem seperti pada langkah 7.2
no 1 telah beroperasi dengan baik pada kapasitas normal
Kontrol desain MOV isolation valve (daftar MOV seperti terdapat pada langkah 7.1 Persiapan start up no 9 diatas)
secara umum akan beroperasi dengan cara sebagai berikut :
Ekstraksi MOV
Open hanya dapat dioperasikan oleh operator kontrol panel
Close oleh operator atau otomatis tertutup bila salah satu dari ini terjadi
Turbin trip
High-high water level pada suatu heater
MOV BFPT
Open hanya oleh operator kontrol panel
Close oleh operator atau otomatis menutup bila Turbin Trip
Pada keadaan normal operasi sistem ekstraksi juga dilengkapi dengan Non Returned Valve (NRV)/checked valve
untuk melindungi turbin dari segala bentuk water induction (pukulan air balik ke turbin).
Pada keadaan turbin trip atau high-high level pada heater maka terdapat sebuah solenoid valve yang akan deenergized untuk menutup NRV tersebut. Daftar NRV dapat dilihat pada langkah 7.1 Persiapan Start Up sistem no 10
diatas.
Lakukan freedom testing NRV secara periodik pada panel lokal testing (lokal manual test valve station) untuk
memastikan NRV akan dapat menutup dengan baik dan tidak tertahan pada posisi buka guna mengantisipasi turbin
trip dan heater high-high level. Yakinkan kembali setelah testing bahwa posisi valve telah berada pada posisinya
semula sebelum testing (open).
Kontrol desain untuk turbin side drain valve dalam sistem ekstraksi adalah sebagai berikut :
Open oleh operator kontrol panel setiap saat
Open otomatis ;
ketika MOV (extraction shutoff valve) tidak membuka 100 %
ketika high-high level heater
ketika turbin trip atau
ketika unit berbeban dibawah 20%
Close hanya oleh operator jika semua kondisi dibawah ini terpenuhi:
Tidak ada high water alarm
Unit berbeban diatas 20%
Turbin tidak trip
MOV (extraction shutoff valve) membuka 100%
Daftar valve drain turbin side adalah sebagai berikut :
V-0005
Ekstraksi line A ke heater 2
V-0011
Ekstraksi line B ke heater 2
V-0017
Ekstraksi line ke heater 3
V-0023
Ekstraksi line ke heater 4
V-0035
Ekstraksi line ke deaerator & BFPT
V-0042
Ekstraksi line ke BFPT A/B, intermediate drain
V-0059
Ekstraksi line ke heater 6
V-0065
Ekstraksi line ke heater 8
Kontrol desain untuk heater side drain valve dalam sistem ekstraksi adalah sebagai berikut :
Open oleh operator kontrol panel setiap saat
Open otomatis high-high level terdeteksi pada suatu heater
Close hanya oleh operator jika semua salah satu dari kedua keadaan dibawah ini terpenuhi:
Unit berbeban diatas 20%
Turbin trip
Daftar valve drain heater side adalah sebagai berikut :
V-0006
Ekstraksi line A ke heater 2
V-0012
Ekstraksi line B ke heater 2
V-0018
Ekstraksi line ke heater 3
V-0024
Ekstraksi line ke heater 4
V-0036
V-0060
V-0066
Kontrol desain untuk BFPT drain valve dalam sistem ekstraksi adalah sebagai berikut :
Open oleh operator kontrol panel setiap saat
Open otomatis olah DCIS saat unit trip
Close hanya oleh operator jika semua kondisi dibawah ini terpenuhi:
Unit berbeban diatas 20%
Turbin tidak trip
Daftar valve drain heater side adalah sebagai berikut :
V-0045
V-0048
V-0051
V-0054
valve
valve
valve
valve
sekitar
sekitar
sekitar
sekitar
47.
NORMAL SHUTDOWN
Normal shutdown yang dimaksud disini adalah suatu proses penutupan & pengisolasian sistem ekstraksi uap tanpa
mengalami gangguan baik dari MOV, NRV, drain valve ataupun sistem-sistem pendukung lainnya.
Secara umum DCIS akan me-shutdown sistem ekstraksi selama unit normal shutdown atau trip. Pada saat unit
shutdown normal atau trip maka sistem MOV & NRV ekstraksi akan secara otomatis menutup sesperti yang
dijelaskan pada bagian sebelum ini. Pada keadaan trip inilah maka sistem ekstraksi akan di shutdown secara darurat
(emergency) oleh DCIS.
Yakinkan semua shutdown alarm pada DCIS telah dinormalkan dan reset.
8. IDENTIFIKASI GANGGUAN & CARA PEMECAHANNYA
Secara garis besar gangguan pada sistem ekstraksi ini adalah berupa kemacetan (stuck) pembukaan atau penutupan
valve drain, MOV atau NRV. Tetapi keadaan ini dapat diantisipasi dengan dilakukannya freedom NRV secara
periodik. Gangguan pada drain valve perbaikan dapat dilakukan oleh pemeliharaan terkait.
Identifikasi saat normal operasi pada saat normal operasi dapat dilakukan dengan cara memantau indikasi
pembukaan & penutupan MOV, NRV & drain valve (7.1 dan 7.2 ) dan membandingkannya dengan keadaan lokal.
Sedangkan pada keadaan unit trip maka semua keadaan MOV, NRV dan drain valve harus segera dilakukan
pengecekan sesaat setelah trip.
9. SISTEM PENGUKURAN & PENGATURAN
Sistem pengukuran & pengaturan sistem ekstraksi adalah dengan cara:
Drain valve pengukuran dari Limit Switch (LS) untuk menggerakkan solvenoid valve dan membuka drain.
MOV shutoff valve dilengkapi dengan positioner. Positioner ini memberikan signal ke turbin side drain
NRV dilengkapi dengan digerakkan oleh solenoid valve yang digerakkan oleh instrument air untuk membuka &
menutup. Input sinyal kontrol NRV dari level heater & unit trip/tidak
10. EVALUASI (DAFTAR PERTANYAAN)
PENDAHULUAN
Modul ini sebagian besar merupakan terjemahan dari Operation Manual Volume C61-OM-08 Tab.2
System TD. Modul ini berkaitan erat dengan modul operator
Unit 5,6,7 PLTU Suralaya sistem TG yaitu : Main Turbine control fluid system. Sistem ini merupakan salah
satu dari banyak sistem yang tergabung dalam Power Convertion System Group menurut IEES.
MAKSUD & TUJUAN
Penulisan modul ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan teori dan bimbingan praktek bagi
operator PLTU turbin lokal dan control room. Operator diwajibkan tahu dan mengerti akan tugas dan
tanggung jawabnya dalam mengoperasikan sistem TD secara aman dan benar.
Modul ini bertujuan agar operator dapat berhasil dalam evaluasi guna memperoleh sertifikat sebagai
operator turbin lokal atau operator control room.
SASARAN
Sasaran modul ini adalah agar operator mampu menjawab seluruh pertanyaan dalam evaluasi pada
bagian akhir modul ini termasuk melaksanakan praktek pengoperasian sistem TD.
FUNGSI DAN CARA KERJA
Sistem minyak pelumas ini dilengkapi beberapa pompa minyak pelumas, sistem auto-stop dan trip untuk
memenuhi kebutuhan turbine utama pada kondisi yang berbeda-beda. Jenis pompa minyak pelumas
tersebut adalah sebagai berikut :
Pompa minyak utama (Main Oil Pump)
Pompa ini dikopel langsung dengan rotor HP turbine. Desain pompa minyak utama ini adalah 100% MCR.
Pompa ini pada kondisi operasi normal mengeluarkan minyak bertekanan yang berfungsi :
- mensuplai pelumasan pada bearing-bearing turbine ketika turbine telah mencapai atau mendekati
putaran normalnya.
- memfungsikan oil ejector yang mensuplai sisi hisap dari MOP. Pompa ini bertipe sentrifugal yang
memerlukan tekanan positif pada sisi suction.
- menyediakan suplai minyak untuk peralatan thrust bearing trip, yaitu :
- pelumasan bantalan
- peralatan over speed trip device
- peralatan protective trip device
- emergency trip piston valve EH fluid interface
- mendukung sistem turbine generator seal oil back up.
Type
:
Capacity : 4100
Total pressure :
Oil temperature :
Discharge size :
Suction size
:
Motor out-put :
Putaran : 1465
CSS-200
l/min
3.2 kg/cm2
o
15-60
C
200 mm
245 mm
45 kW
rpm
BAGIAN UTAMA
1. Turning Gear Motor
2. Turbine Oil Reservoir Vapor Extractor
3. Auxiliary Oil Pump
4. Turning Oil Pump
5. Emergency Oil Pump
6. Jacking Oil Pump A
7. Jacking Oil Pump B
8. Oil Conditioner Circulating Pump
9. Oil Conditioner Vapor Extractor
10. Oil Reservoir
11. Oil Cooler
Pada saat start-up dan shut-down, listrik AC memutar gigi pompa minyak dan pompa seal oil back-up dan
mensuplai semua kebutuhan minyak untuk bagian sisi masuk pompa minyak utama (MOP), dengan
menghasilkan tekanan yang cukup untuk mengaktifkan sistem overspeed trip, pelumas bearing, turning
gear dan seal oil back up untuk generator.
Pompa secara otomatis dikendalikan oleh pressure switch dan keduanya akan bekerja pada saat tekanan
minyak pada bearing turun menjadi 0.8-0.9 kg/cm2. Jika tekanan minyak bearing turun menjadi 0.6-0.7
kg/cm2 motor DC penggerak pompa diaktifkan oleh pressure switch jalur sistem pelumas turbine.
Dan pressure switch yang lain, yang juga dihubungkan dengan jalur minyak bearing berfungsi untuk
mencegah turning gear bergerak hingga tekanan minyak bearing mencapai 0.3 kg/cm2, yaitu kondisi
dimana titik kontak menutup.
PROTEKSI
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan peralatan trip adalah sbb :
- Bearing oil pressure low
- Thrust bearing oil pressure high
MOP
Sisi tekan
AOP
Sisi tekan
TOP
Sisi tekan
EOP
Sisi tekan
- ke pelumasan bantalan no. 1 ~
JOP
Sisi tekan
- ke pelumasan bantalan no.
3, 4, 5, dan 6 saja (LP turbine A
dan B)
PROSEDUR OPERASI
4.1 Persiapan di lokal
1. Yakinkan bahwa semua pompa pelumas dalam keadaan stand by dan siap dioperasikan
2. Yakinkan isolating valve inlet dan outlet sudah dibuka
3. Check apakah minyak pelumas sudah tersedia pada level normal
4. Yakinkan tidak ada kebocoran minyak
5. Pastikan bahwa lube oil cooler telah dioperasikan
6. Pastikan bahwa instrument air telah dioperasikan
4.2 Persiapan di Control Room
1. Tampilkan layar monitor pompa pelumas yang akan di start/stop
2. Check permissive apakah sudah terpenuhi, dengan cara melihat di OIS
3. Apakah pompa pelumas yang akan dijalankan sudah tidak ada indikasi fault.
4. Bila indikasi fault masih ada, maka breaker harus di-on-kan
5. Bila permissive telah siap, informasikan ke lokal, pompa akan di-start
6. Start pompa pelumas dengan cara menekan push button start
7. Stop pompa pelumas dengan cara menekan push button stop
8. Informasikan kembali ke operator lokal bahwa pompa telah dioperasikan dan yakinkan tidak ada
kebocoran minyak
9. Permissive pompa minyak pelumas adalah : Breaker posisi ON
4.3 Start sequence
1. Start turbine oil reservoir vapour extractor dari CR, untuk menjaga tekanan dalam reservoir
minyak dan box bearing tetap negatip (-50 - +100 mm H2O)
2. Start turbine oil reservoir vapour extractor dari CR, buka isolating valve dari turbine oil reservoir
ke oil conditioner
3. Start oil conditioner circulating pump dari CR
4. Start turning oil pump dari CR dan periksa tekanan bearing oil
5. On-kan breaker emergency oil pump sebagai back-up
6. Pastikan bahwa katup-katup solenoid untuk suplai minyak ke turning gear sudah terbuka dan
tekanan minyak lebih besar dari 0.4 kg/cm2
7. Pastikan bahwa tekanan hisap pompa minyak utama (MOP) pada kondisi normal (0.7 kg/cm2)
8. Start aux. oil pump dan pastikan bahwa tekanan HP oil normal
9. Setelah pompa minyak start, pastikan level pada turbine oil reservoir sedikit dibawah level
normal operasi
10. Terdapat 2 oil cooler pada pelumas turbin, dioperasikan bergantian satu dengan yang lainnya.
11. Pastikan bahwa close cooling water terpasang pada oil cooler yang sedang beroperasi.
12. Inlet/outlet valve pada oil cooler yang sedang stand-by, close cooling water harus terbuka untuk
mencegah over pressure
13. Posisikan temperature control untuk lubrication oil dalam keadaan auto pada CR dan pastikan
temperature di pelumasan dikontrol dengan benar (setting temperature adalah 33 oC selama
operasi)
14. Pastikan valve suction dan discharge dari jacking oil pump terbuka
15. Start satu jacking oil pump dari CR dan posisikan jacking oil pump yang stand-by dalam posisi
auto. Pastikan discharge pressure jacking oil pump normal (140 kg/cm2)
4.3 Stop sequence
Stop aux. oil pump, turning oil pump, jacking oil pump, emergency oil pump secara berturutturut dan posisikan AUTO
:
:
:
:
0.6
0.4
2.4
5.6
kg/cm2
kg/cm2
kg/cm2
kg/cm2
Tekanan kerja turbine lube oil system dan kaitannya dengan Protective Device dan EH Fluid System
adalah sebagai berikut :
Uraian
Lubricatio
n Oil
System
Main Oil
Pump
discharge
Main Oil
Pump
suction
Main Oil
Pump
suction
AC Aux.
Oil Pump
discharge
AC
Turning
Oil Pump
discharge
DC
Emergenc
Tekan Keterangan
an
kerja
Turbin
e
Lube
Oil
Syste
m
(kg/c
m2)
17
22
~ At
speed
rated
0.7 ~
1.8
At turbine
TOP
0.7 ~
3.2
At rated
speed
10 or At turbine
higher center line
1.0 ~
1.8
At turbine
center line
1.0 ~
1.8
At turbine
center line
y Oil
Pump
disch.
Relief
Valve
Setting
(Bearing
Jacking
Oil Pump)
Bearing
Oil
Bearing
Oil
Protective
Device
Low
Bearing
Oil
Pressure
Trip
Thrust
Bearing
Trip
Low
Vacuum
Trip
Overspee
d Trip
EH Fluid
System
High
Press
Unload
valve
Unload
valve
Relief
valve
Accumulat
or Charge
Press.
EH Fluid
System Return
Accumulat
140
Atur
pengangkata
n rotor antara
0.1 0.15
mm dengan
flow control
valve
1.0 ~ On Turning
1.8
Oil Pump
(Relief Valve
Closed)
1.2 ~ At rated
+0.6 speed
0.2
(Relief Valve
set)
0.5
+0.10
0.05
5.6 +0
0.3
550
+0
100
mmH
g
3330
rpm
atau dibawah
147
Unload press.
+- 3
118 ~ Onload
123
press.
165
+- 1
80 ~
88
or Charge
Press.
INTERTRIPPING DAN PENGARUHNYA TERHADAP UNIT / PERALATAN LAINNYA
Pelumas untuk bearing-bearing turbine saat normal operasi disuplai oleh pompa minyak utama (MOP).
Jika terjadi bearing oil pressure low atau thrust bearing pressure high, maka turbine akan trip, karena
MOP seporos dengan turbine. Dengan demikian, untuk menghindari kerusakan pada bearing-bearing
turbine, maka pompa-pompa AOP, TOP, EOP akan start secara automatis.
Adapun start auto pompa-pompa tersebut adalah :
AOP : 7.5
kg/cm2
TOP : 0.75
kg/cm2
EOP : 0.55
kg/cm2
EVALUASI OJT
Operator
: Control Room
Sistem
: Turbine Lube Oil
Kode sistem : TD
1. Tuliskan harga normal operasi dari sistem minyak pelumas turbin :
a. tekanan pelumas / temperatur metal bantalan
b. temperatur pelumas setiap bantalan
c. tekanan jacking oil
d. temperatur minyak pelumas masuk / keluar cooler
2. Tuliskan penyebab dan tindakan yang benar untuk mengatasi setiap gangguan yang muncul pada
sistem pelumas turbin :
a. masing-masing bantalan temperatur tinggi
b. tekanan pelumas bantalan rendah
c. main oil tank level rendah
3. Lakukan persiapan yang diperlukan untuk menjamin sistem pelumas turbin beroperasi dengan aman :
a. pompa pelumas AC / DC siap
b. semua isolasi dan peralatan yang tidak beroperasi pada posisi yang benar
c. oil conditioner siap
d. fire fighting system siap
4. Tampilkan layar semua peralatan, indikator yang berhubungan dengan sistem minyak pelumas turbin.
Operator
: Turbin Lokal
Sistem
: Turbine Lube Oil
Kode sistem : TD
1. Gambarkan blok diagram sistem minyak pelumas turbin dan peralatannya.
2. Tunjukkan lokasi dan teliti ciri-ciri setiap bagian peralatan yang ada pada siste tersebut :
a. Main Oil Pump
b. Auxiliary Oil Pump
c. Turning Oil Pump
d. Emergency Oil Pump
e. Jacking Oil Pump
f. Oil Cooler
g. Oil Reservoir
h. Ejector, Oil Vapour Extractor, Filter