Buku Pintar PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 159

Steam chest temperature differential accross steam chest wall yang dihitung

menggunakan thermocouples dalam dan dangkal.


BATASAN OPERASI
1. Perbedaan temperatur yang direkomendasi 83 oC
2. Bila steam chest temperature kurang dari 204 oC pada Cold Start Up. Perbedaan temperatur yang diperbolehkan
adalah 110 oC
ALASAN
a. Untuk mencegah overstress akibat tekanan yang dapat menimbulkan retak dan kerusakan akibat steam chest.
b. Untuk mencegah distorsi yang dapat menyebabkan seret dan tidak beroperasinya valve dengan baik
Steam chest temperature sebelum valve transfer
BATASAN OPERASI
Bagian dalam dari steam chest harus dipanaskan sampai temperatur jenuh sesuai dengan steam inlet pressure
sebelum valve transfer
ALASAN
Untuk mencegah terjadinya kondensasi air yang dapat mengakibatkan thermal fatique di steam chest dan bagian inlet
dari HP turbin oleh thermal shock atau kerusakan pada sudu HP turbin.
Laju perubahan beban
BATASAN OPERASI
1.Laju perubahan dari steam temperatur tingkat pertama HP turbin harus sekitar 165 oC/H
2.Laju perubahan 56 oC/10 menit dapat dibenarkan pada keadaan tertentu
ALASAN
Untuk mencegah low cycle fatique rupture karena thermal stress
Rotor eccentricity selama turning operation
BATASAN OPERASI
1. Normal: kurang dari 0,05 mm (TSI)
2. Alarm: lebih dari 0,075 mm (TSI)
3. Normal: kurang dari 0,025 mm (Pada tiap bearing oil ring)
ALASAN
Untuk mencegah vibrasi berlebih selama rolling turbin
Vibrasi turbin di poros
BATASAN OPERASI
1. Baik: kurang dari 0,075 mm
2. Alarm: lebih dari 0,125 mm
3. Trip: lebih dari 0,25 mm (double amplitude pada putaran normal)
4. Turbin trip otomatis pada bila batasan trip telah dilampaui pada satu bearing dan alarm pada bearing yang lain.
ALASAN
a. Untuk mencegah kerusakan fatique pada banyak komponen dari turbin-generator
b. Untuk mencegah noise berlebih di turbin area
c. Untuk mencegah kerusakan bearing
d. Untuk mencegah peralatan longgar dan menjaga sensor-sensor instrumen
Differential expansion
BATASAN OPERASI
1. Alarm: Short -0,5 mm Long +18,5 mm (TSI)
2. Trip otomatis: Short -1,3 mm Long +19,3 mm (TSI)
3. Clearance minimum adalah D-dimension pada sudu 5-S dari Generator end pada LP turbin
ALASAN
Untuk mencegah gesekan antara bagian yang diam dan bagian yang bergerak
Posisi Rotor
BATASAN OPERASI
TSI (Berdasarkan pada posisi dari thrust clearance center)

1. Alarm: 0,9 mm
2. Trip oleh operator: 1,0 mm
Kegagalan thrust bearing oleh protective device
1. Alarm: 2,1 0,1 kg
2. Trip otomatis: 5,6 0,3 kg
ALASAN
Untuk mencegah kegagalan thrust bearing sehingga dapat terjadi gesekan antara bagian yang diam dan bagian yang
bergerak.
Perbedaan metal temperature antara Top dan Bottom dari HP-IP turbine outer cylinder (Water
induction)
BATASAN OPERASI
1. Alarm: 42oC
2. Trip oleh operator 56oC
*) Selama proses Start Up, alarm sering terjadi karena Uneven heating di turbin. Pada kasus ini operator harus
memperhatikan agar temperatur tidak naik dengan tiba-tiba
ALASAN
a. Untuk mencegah operasi pada kondisi Water induction yang dapat menyebabkan distorsi pada silinder.
b. Distorsi pada silinder dapat diakibatkan oleh bersinggungannya bagian yang diam dan bergerak
Journal bearing metal Temperature
BATASAN OPERASI
1. Alarm: 107oC
2. Trip oleh operator 113oC
ALASAN
a. Untuk mencegah meleleh dan perubahan dari white metal karena panas berlebih
b. Bila white metal benar-benar meleleh, maka rotor akan berputar diatas permukaan bearing yang keras sehingga
kerusakan pada bearing dan rotor dapat terjadi
Thrust bearing metal Temperature
BATASAN OPERASI
1. Alarm: 99oC
2. Trip oleh operator 107oC
ALASAN
a. Untuk mencegah meleleh dan perubahan dari white metal karena panas berlebih
b. Kegagalan thrust bearing dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada bagian dan berputar dan diam akibat
gerakan aksial abnormal.
Drain Oil Temperatur dari jurnal dan thrust bearing
BATASAN OPERASI
1. Alarm: 77oC
2. Trip oleh operator 85oC
ALASAN
a. Untuk mencegah panas berlebih dari bearing
b. Tingginya temperatur oil drain dapat menyebabkan tipisnya lapisan oil film sehingga kontak metal dengan metal
dapat terjadi.
Bearing oil temperature
BATASAN OPERASI
1. Turning operation: 21oC Bearing oil Temp 33oC
2. Turbine rolling period: Bearing oil Temp 21oC
3. Oil Pump operation: Bearing oil Temp 10oC
ALASAN
a. Untuk mempertahankan kekentalan oil yang cukup pada batasan maksimal
b. Untuk mencegah over load dari oil pump pada batasan minimal

Bearing oil Pressure


BATASAN OPERASI
1. Normal: 1,0 1,8 kg/cm2
2. Alarm: 0,75 kg/cm2
3. Trip: 0,5 kg/cm2
ALASAN
a. Untuk mempertahankan flow oil yang cukup ke journal dan thrust bearing
b. Untuk mempertahankan temperatur dan kekentalan oil yang cukup ke lapisan film di dalam bearing

Gland Condenser Vacuum


BATASAN OPERASI
400 500 mmH2O Vac
ALASAN
Untuk mencegah kebocoran dari turbine gland dan main steam valves gland
HP-IP Gland temperature
BATASAN OPERASI
1. Perbedaan temperatur antara sealing steam dan turbine rotor di HP-IP gland harus dipertahankan dibawah 110oC
2. Pada keadaan tertentu (Cold Start) perbedaan sampai 165oC dapat diperbolehkan
3. Sealing steam harus 14oC Superheated
ALASAN
a. High limit: Untuk mencegah kerusakan casing gland dan rotor
b. Low limit: Untuk mencegah terjadinya terbentuknya uap air dalam casing gland seal
LP Gland temperature
BATASAN OPERASI
1. Temperatur sealing steam harus dipertahankan antara 120oC - 180oC
2. Sealing steam harus 14oC Superheated
3. Sealing steam dipertahankan sekitar 150oC
ALASAN
a. High limit: Untuk mencegah kerusakan casing gland dan rotor
b. Low limit: Untuk mencegah terjadinya terbentuknya uap air dalam casing gland seal
EH Oil temperature
BATASAN OPERASI
EH Oil temperature disarankan dipertahankan sekitar 40oC - 60oC
ALASAN
a. Untuk mempertahankan kekentalan oil yang cukup
b. Low t: Untuk mencegah overload EH fluid pump dan bergerak lambannya valva actuator
c. High limit: Untuk mencegah sealing yang tidak baik sehingga bisa menyebabkan kerusakan saat turbin trip
Putaran resonansi (kritis)
BATASAN OPERASI
Jangan menahan turbin-generator pada putaran resonansi (kritis)
ALASAN
a. Untuk mencegah kerusakan sudu dari resonansi
b. Untuk mencegah naiknya amplitudo vibrasi akibat resonansi
Operasi pada beban rendah
BATASAN OPERASI
1. Operasi pada beban kurang dari 5% nominal harus dihindari
2. Jika perlu hal-hal berikut harus diperhatikan:
2.1. Batasan pada reheat temperatur dan back pressure pada Gambar 6 harus dipertahankan
2.2. LP turbin exhaust temp jangan melebihi 80oC
2.3. Semua penunjukan instrumen harus dalam batasan yang diperbolehkan khususnya differential expantion

ALASAN
Untuk mencegah panas berlebih pada LP turbin dan mencegah bersentuhan antara sudu gerak dan bagian yang diam
Turbin beroperasi sebagai motor (tidak berbeban tapi online)
Turbin beroperasi sebagai motor dibatasi kurang dari 1 (satu) menit
ALASAN
Untuk mencegah panas berlebih pada LP turbin akibat windage dan kontak antara sudu gerak dengan bagian yang
diam.
Batasan frekwensi
BATASAN OPERASI
Batasan frekwesi adalah pada 48,5 51,5 Hz
ALASAN
Untuk mencegah getaran berlebih pada sudu tingkat akhir dari LP turbin sebagai akibat resonansi.
Operasi dari turbine drain valve
BATASAN OPERASI
1. Buka drain valves sebelum start unit dan sampai berbeban 20% beban
2. Pada shut down normal, buka drain valve pada beban kurang dari 15%
3. Buka drain valve selama shut down sampai turbinnya dingin
ALASAN
a. Untuk membuang semua air yang terbentuk di turbin dan pipa
b. Air yang terbentuk di dalam casing yang panas dapat menyebabkan kerusakan dan bersentuhan
c. Titik air yang mengenai sudu turbin akan mengakibatkan unbalance dan erosi sudu
Pengoperasian Exhaust spray
BATASAN OPERASI
1. Buka spray valve pada putaran lebih dari 600 rpm dan beban kurang dari 5%
2. Buka spray valve bila temperature exhaust steam lebih dari 70oC
ALASAN
Untuk mencegah panas berlebih di daerah LP turbine.
Operasi curtain spray
BATASAN OPERASI
1. Buka spray valve pada pembukaan sedang selama LP bypass dalam kondisi open.
2. Buka spray valve fully open bila load rejection terjadi.
3. Tutup spray valve bila kedua Condensate Pump stop
ALASAN
a. Untuk mencegah baliknya dump steam dari bypass system ke LP Turbine exhaust.
b. Untuk mencegah overheating dari LP turbine exhaust
c. Untuk mencegah efek water hammer selama Condensate pump start
Pengoperasian Ventilator valve
BATASAN OPERASI
Urutan normal Start Up
1. Close setelah turbine reset
2. Open selama rub check dan close setelah rub check selesai
3. Open setelah Valve transfer
4. Close setelah syncron
Kondisi Lain:
1. Open pada beban kurang dari 10% load dan HP exhaust metal temperature 370 oC (350 oC Close lagi)
2. Open GV close dan ICV open condition
3. Open bila Fast Cut Back terjadi
4. Open bila melakukan Over speed Protection system
5. Open setelah turbin trip atau all valve close
ALASAN

a. Pembukaan ventilator valve akan menurunkan reneat steam pressure dan mencegah naiknlya HP turbine exhaust
temperature akibat windage loss
b. Turbin trip otomatis bila HP exhaust steam temperature 500 oC
Operasi Turning gear
BATASAN OPERASI
1. Turning gear dioperasikan sebelum start up dan setelah turbine shut down
2. Operasi turning gear harus dilanjutkan setelah shut down selama minimal 48 jam dan initial metal temperature
kurang dari 180 oC
3. Turning gear harus dioperasikan setiap saat bila ada steam sealing system
4. Turning gear lebih baik dioperasikan bila generator terisi dengan Hidrogen
5. Dalam keadaan emergency, oil pump dan turning gear dapat distop pada initial stage metal temperature 250 oC
6. Dalam keadaan emergency, turning gear hanya dapat distop pada initial stage metal temperature 350 oC
ALASAN
a. Untuk mengurangi rotor bowing yang disebabkan pendinginan rotor yang tidak cukup
b. Untuk mempertahankan seal yang baik
c. Untuk mencegah overheating dari metal bearing akibat panas dari bagian-bagian yang bertemperatur tinggi
Vapor extractor
BATASAN OPERASI
Kedua vapor extractor di lubrication oil reservoir dan loop seal tank harus dioperasikan ketika lubrication oil system
beroperasi
ALASAN
Untuk mencegah bocornya oli dan uap hydrogen dari rumah bearing dan semua komponen drain system
Urutan penempatan feed water heater in service
Feed water heater harus selalu in service dimulai dari LP Heater tekanan paling rendah ke HP Heater tekanan paling
tinggi
ALASAN
a. Untuk mengurangi load reduction pada beban tinggi
b. Untuk mencegah flow yang abnormal dan pressure ratio di dalam turbine
Operasi dengan feed water heater out of service
BATASAN OPERASI
1. Heater yang tidak berdekatan dapat distop bila beban nominal turbin tidak terlampaui
2. Tiga heater tekanan paling tinggi dapat out service bila beban nominal turbin tidak terlampaui
3. Pengurangan beban sebesar 10% dibawah beban nominal bila heater yang berdekatan out service dengan HP
Heater in service. Tambahan pengurangan beban 10% tiap tambahan heater yang berdekatan out service
ALASAN
Untuk mencegah overstressing dari sudu turbin
MSV/ GV stem freedom test
BATASAN OPERASI
Valve stem freedom test dari MSV/GV harus dilakukan sekali seminggu pada beban kurang dari 70% dan IMP on
ALASAN
a. Untuk mengecek kondisi operasi dari MSV/ GV
b. Untuk mencegah lengketnya MSV/ GV dari deposit yang terbawa dari bocoran uap
c. Untuk mencegah overspeed yang disebabkan dari kegagalan valve
RSV/ ICV stem freedom test
BATASAN OPERASI
Valve stem freedom test dari RSV/ ICV harus dilakukan sekali seminggu pada beban kurang dari 90% dan IMP off
ALASAN
a. Untuk mengecek kondisi operasi dari RSV/ ICV
b. Untuk mencegah lengketnya RSV/ ICV dari deposit yang terbawa dari bocoran uap

c. Untuk mencegah overspeed yang disebabkan dari kegagalan valve


Over Speed Protection control system test
BATASAN OPERASI
1. Test direkomendasikan dilakukan setiap 6 (enam) bulan bersamaan dengan test mechanical over speed test.
2. Test direkomendasikan dilakukan setiap turbin start up
ALASAN
Untuk mengecek Over speed protection control system bekerja dengan benar. GV/ ICV menutup dalam waktu yang
singkat
Protective Device Test di HP turbine pedestal
BATASAN OPERASI
Protective Device Test harus dilakukan sekurang-kurangnya sekali tiap bualan:
1. Bearing pressure low trip test
Alarm: 0,75 0,5 kg/cm2
Trip: 0,5 0,05 kg/cm2
2. Thrust Bearing oil trip
Alarm: 2,1 0,1 kg/cm2
Trip: 5,6 0,3 kg/cm2
3. Condenser vacuum low test
Alarm: 650 25 mmHg
Trip: 550 100 mmHg
4. Over speed oil trip test
Catat oil pressure dan bandingkan dengan normal standar data
ALASAN
Untuk mengecek protective device pada kondisi normal
Mechanical over speed test
BATASAN OPERASI
Test fugsi dari Mechanical over speed test direkomendasikan pada kondisi interval berikut:
1. Setiap 6 (enam) bulan
2. Setiap start up, jika turbin telah out service pada periode yang cukup lama
3. Jika perbaikan telah dilakukan di governor pedestal
* Jika test dilakukan pada saat start up, turbin ditahan selama 4 (empat) jam pada 10% beban dibutuhkan untuk
memanaskan rotor turbin
ALASAN
Untuk mengecek hal-hal berikut:
1. Semua mechanical trip test
2. Set point dari mekanisme overspeed trip (kurang dari 111% putaran nominal)
3. Fungsi reset
Trip solenoid test
BATASAN OPERASI
Trip solenoid harus dites saat turbin out service untuk over speed test
ALASAN
Untuk mengecek Trip solenoid test dapat beroperasi dengan baik
Test fungsi dari extraction non return valve
BATASAN OPERASI
Fungsi dari extraction non return valve direkomendasikan dites dengan udara seminggu sekali
ALASAN
a. Untuk mengecek extraction non return valve dapat bekerja dengan baik
b. Untuk mencegah masuknya air dari feed water heater ke turbin
Oil pump auto start test
BATASAN OPERASI

Test auto start dari Oil Pump harus dilakukan sekali seminggu:
1. Auxiliary Oil Pump start: 7,5 0,2 kg/cm2
2. Turning Oil Pump start: 0,85 0,05 kg/cm2
3. Emergency Oil Pump start: 0,65 0,05 kg/cm2
4. EH Fluid Pump: 105 3,0 kg/cm2
ALASAN
Untuk menyiapkan oil pump pada keadaan emergency

SISTEM INSTRUMEN DAN KONTROL TURBINE

Sistem instrumen dan kontrol turbine unit 5-7 PLTU Suralaya menggunakan sistem Digital Electro Hydraulic
Control (DEHC). Sistem ini dimaksudkan untuk megatur aliran uap yang masuk ke turbin.
Adapun peralatan kontrol yang ada pada sistem DEHC antara lain :
DEHC Cabinet
Servo Controller
High Pressure Hydraulic Supplier
Sistem DEHC terdiri dari 2 buah microprocessor yang berbasiskan digital controller yang bekerja secara redundant
dengan menggunakan software yang disebut IDOL.
Fungsi DEHC dalam pengontrolan turbin antara lain :
1. Fungsi control untuk :
Speed up control
Valve transfer
Close all valves
Load/frequency control
Load limited
IMP (Impulse Chamber
2. Fungsi Proteksi untuk :
Electrical Over Speed Trip (EOST)
Over Speed Protection Control (OPC)
Initial Pressure Regulator (IPR)
3. Fungsi Test untuk :
Valve Close Test (GOV, MSV, ICV, RSV)
OPC Test

Over Speed Trip Test

Kelengkapan dan pemasangan peralatan instrumen diatas terdapat pada setiap bagian sistem, yaitu pada :
Setiap thermometer
Pressure gauges
Differential pressure gauges
Flow switches
Sight glass
Turbine flow meters dan totalizers
Pressure switches
SOP MENJALANKAN CHILLER CONDENSOR VACUM PUMP
( CONTROL MODUL YANG BARU / T. 755 )
1. Pindahkan selector Switch LOKAL / REMOTE pada posisi LOKAL pada panel Condensor Vacum Pump.
2. Tekan Push Bottom Start sekali,dan jangan ditekan terus
3. Pastikan selector Switch panel Chiler Condensor Vacum Pump pada posisi ON.
4. Perhatikan Control modul pada panel Chiller Condensor Vacum Pump akan tampak angka berhitung mundur
( Countdown Counter ) mulai dari angka 210 (dalam waktu 3,5 menit) menuju Start / Runing / Operasi.
5. Untuk mempercepat system Chiller Start / Runing / operasi , lakukan tombol Select pada Control Modul
Chiller.
6. Perhatikan Display Control modul akan terlihat angka menuju air pendinginan.
7. Angka Stage energize 1,2,3,dan 4 pada display mrnuju tingkat operasional dari dua compressor Chiller.
Keterangan:
1 = Compressor 1 Runing Unloading
2 = Compressor 1 Runing Loading
3 = Compressor 2 Runing Unloading
4 = Compressor 2 Runing Loading
8. Jika Temperatur air pendingin sudah mencapai +/- 20 0 C,silahkan jalankan Pompa / Condensor Vacum
Pump dengan menekan PUSH BOTTOM Start pada panel Condensor Vacum Pump sekali lagi.
9. Setelah system Condensor Vacum Pump beroperasi normal , pindahkan selector switch LOKAL / REMOTE
pada posisi REMOTE.
10. Selesai,dan selamat mencoba.
Catatan :
Jika angka Stage Enertgize 1 2 3 4 sudah terlihat , temperatur air pendingin Seal tetap tinggi dan timbul Alarm
maka System Chiller Abnormal,dianjurkan menghubungi Teknisi Relle Unit 5-7.
CARA MERUBAH DENSITY COAL FEEDER
1. PRESS EXIT
2. PRESS SET UP
3. PRESS < SET UP / SET DOWN ->SAMPAI SET UP 02 =>DENSITY
4. RUBAH DENSITY DARI ? KE ? KEMUDIAN ENTER
5. PRESS EXIT ->SELESAI
SILICA GELL H2 REGENERASI
I. PENGAMATAN
I.1.
Amati silica gell didalam glass contoh yang ada disamping tabung.
I.2.
Bandingkan dengan contoh,dan bila sama dengan yang paling bawah atau sudah berwarna putih, maka
waktunya kita meregenerasi.
II. PELAKSANAAN
II.1. Tutup inlet valve NO.TK-V-315
II.2.
Tutup outlet valve NO.TK-V-316

II.3. Handle dinaikan hingga LS tersentuh


II.4.
Tekan tombol Start Blower
Regenerasi akan runing dengan ditandai lampu merah indikasi menyala,dan temperatur akan mulai naik ,dalam
keadaan normal menunjuk kurang-lebih 200 Deg C.
Regenerasi Runing kurangh lebih 4 Jam dan sambil bandingkan dengan silica gell yang ada di Galss contoh,dan
bila sudah sama atau mendekati sama dengan yang paling atas maka dianggap regenerasi sudah cukup dan dapat
distop.
III. PENORMALAN / STOP REGENERASI
III.1.
Stop Heater dengan menekan tombol Push Bottom
III.2.
Stop Blower dengan menekan tombol Push Bottom
Regenearsi akan Cooling Down kurang lebih satu jam ,dan bila temperatur telah menunjuk kurang lebih 40 Deg
C, maka Regenerasi sudah selesai.
III.3.
Handle diturunkan kembali dan dilock pada posisi USE
III.4.
Buka Outlet Valve NO.TK-V-316
III.5.
Buka Inlet Valve NO.TK-V-315
Selesai,kemudian amati Presure / Purity Hidrogen didalam Generator ->Nrmal kerja tekanan 5 Kg/Cm2 dan
Puryti >96 %

STEAM GENERATOR atau BOILER


Pendahuluan :
Kebutuhan masyarakat Indonesia khususnya akan tenaga listrik terus meningkat ,hal ini membuat PLN sebagai
perusahaan penyedia tenaga listrik mencari alternatif sumber tenaga pembangkit listrik yang murah dan
berkapasitas besar selain PLTA ( Pembangkit listrik tenaga air )

yang

telah ada namun karena PLTA

bersumberkan tenaga air terjun sehingga kapasitasnya menjadi terbatas oleh sumber air tersebut.
Dalam hal ini PLTU ( Pembangkit listrik tenaga uap ) dengan bahan bakar batu bara menjadi alternatif sumber
tenaga Pembangkit Listrik karena Pembangkit listrik berbahan bakar minyak terasa mahal.
Untuk itu pada tahun 1982 dibangunlah PLTU Suralaya Unit 1-4 yang berkapasitas 4 x 400 Mw yang
menggunakan bahan bakar batu bara dan mulai beroperasi pada tahun 1985 yang berlokasi di daerah Merak JawaBarat.
Didalam Pembangkit Listrik tenaga uap (PLTU Suralaya) diperlukan suatu alat

Pembangkit Uap ( Steam

Generator ) atau lebih dikenal dengan BOILER yang berbahan bakar Batu bara yang mampu menggerakan
Turbine Generator yang bercapsitas 400 mw.

FUNGSI BOILER
Fungsi Boiler diantaranya :
a. Memproduksi uap dengan jumlah yang dibutuhkan sesuai rencana.
b.Memanaskan lanjut uap yang dihasilkan untuk mendapatkan Temperatur yang diinginkan sebelum dipakai
memutar Turbine.
c. Memanaskan kembali uap yang telah digunakan oleh Turbine tekanan tinggi sebelum digunakan kembali untuk
memutar Turbine tekanan menengah atau sering disebut REHEATER.

CIRCULASI AIR DI BOILER


Pada BOILER Pembangkit tenaga listrik yang memproduksi uap secara continuous maka air harus bercirculasi
secara continuous juga melalui tube tube Boiler.
Circulasi air pada Boiler ada dua system :
1.Natural circulation atau Thermal circulation
2.Force circulation atau Pumped circulation
Pada Boiler suralaya yang dipakai adalah Natural circulation
Yang dimaksud dengan Natural circulation adalah :
Dari gambar 14a kita perhatikan pada sisi A-B ( Down comer ) adalah 100 % air ,setelah dipanaskan pada dinding
Boiler seperti terlihat di sisi B-C ( Riser tube ) maka air dan uap mulai bercampur sehingga berat jenis air pada
sisi B C ( Riser tube )
akan lebih rendah dari sisi A B ( Down comer ) sehingga gaya gravitasi akan mengalirkan air ke bagian bawah
sisi A B (Down comer) dan akan mendorong keatas air dan uap yang berada di sisi B C ( Riser tube ) ke
Boiler Drum kejadian ini disebut Natural circulation.
Air yang bercirculasi pada Boiler PLTU Suralaya Unit 1-4 diperlukan empat kali circulasi sehingga menjadi uap
semuanya atau dalam Natural circulasi PLTU Suralaya Unit 1-4 Boiling Rationya = 4 : 1 artinya dalam satu
putaran circulasi dari Drum turun ke Down comer naik keriser sambil dipnaskan ynag menjadi uap hanya 25 %,
selebihnya turun kembali ke Down comer dan bercirculasi seterusnya.
Besar kecilnya Circulasi air di Boiler tergantung pada :
1.Ketinggian Boiler : karena akan menyebabkan perbedaan tekanan yang besar antara sis A B ( Down comer)
dan sisi B C (Riser tube ) sehingga bisa memproduksi uap lebih banyak.
2.Tekanan Operasi Boiler : Tingginya tekan operasi dari Boiler akan menyebabkan perbedaan tekanan di sisi
dingin ( Down comer ) dan sisi panas ( Riser tube lebih kecil sehingga produksi uap akan lerbih kecil.
3.Jumlah panas dari api pembakaran : Semakin besar jumlah panas pada Boiler akan menyebabkan semakin
besar perbedaan tekanan di sisi dingin dan sisi panas sehingga produksi uap akan semakin besar demikian pula
sebaliknya.
4.Besar kecilnya pipa yang dialiri air tersebut : Semakin besar pipa yang dilalui air maka akan mengurangi
hambatan sehingga produksi uap akan semakin besar demikian pula sebaliknya.

BAGIAN BAGIAN UTAMA BOILER

ECONOMIZER
Fungsinya menyerap panas dari gas gas sisa pembakaran untuk memanaskan air penambah ( feed water )
sebelum air tersebut masuk ke Main drum sehingga effesiency Boiler menjadi besar .
Ada dua type economizer yang digunakan pada Boiler :
a. Plan tube :
Plain tube economizer terdiri dari kumpulan pipa-pipa yang susunanya sebaris ( in line ) maupun selang (
stagered ).
b.Finned tube :
Tipe terdiri dari pipa-pipa baja lunak ( mild steel ) yang bersirip besi,biasanya pipa-pipa disusun sebaris ( in line )
untuk memudahkan pembersihan atau inspecsi disamping merupakan susunan yang paling economis.
Cara- cara pembersihan pipa-pipa economizer biasanya dilakukan dengan dua cara ,Yaitu pada saat Boiler
beroperasi ( on load ) dan dalam keadaan tidak beroperasi ( off load ).
Dalam keadaan beroperasi economizer dibersihkan dengan alat yaitu Soot blower ( Long retractable soot blower )
dimana media pembersihnya menggunakan uap yang keluar dari primary super heater, alat ini efective digunakan
pada kedua type economizer tersebut.
Dalam keadaan tidak beroperasi pembersihan economizer dapat dilakukan secara mecanic atau dengan
menggunakan air disemprotka , di beberapa kasus digunakan larutan soda api untuk membersihkan deposit
sebelum menggunakan air

BOILER DRUM
Fungsi dari Drum :
a.Menampung air yang akan dipanaskan sebelum didistribusikan
ke pipa-pipa penguap ( riser tube ).
b.Mengatur permukaan air di Boiler sehingga tidak terjadi kekurangan saat Boiler beroperasi, yang akan
menyebabkan Boiler Over heating.
c. Memisahkan uap dari air yang telah dipanaskan di ruang bakar.
d Membuang kotoran kotoran yang terlarut didalam air melalui

continuous blowdown pipe.

DRUM PROTECTION :
Pada saat menaikan tekanan Boiler akan terjadi Stress diantara Drum bagian atas dan Drum bagian bawah karena
perbedaan temperatur, untuk itu harus harus hati hati supaya perbedaan temperature tersebut tidak melebihi
batasan yang ditentukan (lihat grafik ).
Batasan yang dibolehkan dari perubahan saturation temperature adalah merupakan fungsi dari jumlah perbedaan
saturation temperature yang harus dibuat.
Contoh :
Cold start dari temperature 38 oC ke 356,6 oC
Jumlah perbahanya ( Total change ) adalah 318,6 oC ,jadi dengan melihat grafik maka kenaikan temperatur air
pada Drum yang dibolehkan dibatasi Max 111 oC/jam.

Hot start dengan jumlah perubahan saturation temp ( Totoal Change) kurang dari 55 oC ,Kenaikan temperature (
Rate of saturation temp change) air di Drum yang dibolehkan adalah Max 222 oC/jam ( lihat grafik ).
Pada saat kenaikan temperature saturation , temperature Drum bagian atas dan bawah harus dimonitor sehingga
perbedaan temperaturenya tidak melebihi dari batasanya .
Perbedaan temperature Drum atas dan bawah yang dibolehkan adalah Pada saat start Boiler dari dingin
perbedaan temp Drum atas dan bawah adalah 100 oC.
Pada saat Shut down sampai dingin perbedaan temp Drum atas dan bawah adalah 112 oC.
Batasan perubahan saturation temperature dan perbedaan temp Drum bagian atas dan Drum bagian bawah
maksudnya :
Untuk mengamankan kerusakan diantara bagian yang bertekanan dan bagian yang tidak bertekanan pada saat
boiler start maupun shut down.
Untuk mengurangi Drum humping pada semua bagian bertekanan yang berhubungan dengan Drum.

BAGIAN BAGIAN dari DRUM


a.Feed water pipe :
Berfungsi untuk mendistribusikan air masuk ke Drum dari economizer sehingga tidak bergejolak dan merata
diseluruh bagian Drum karena pipa ini memancarkan airnya disepanjang Drum.
b.Chemical injection pipe :
Diameter pipa ini kecil hanya satu inchi yang berfungsi untuk mendistribusikan zat kimia kedalam untuk
mengontrol PH air didalanm Drum bahan kimia tersebut biasanya adalah Na2PO4 ( Natrium phospate ) atau NH3
(amoniak ).
c.Sampling pipe :
Besar pipa ini sama dengan pipa injection pipe yang gunanya untuk mengambil sample air dari Drum ,untuk
diperiksa dilaboratorium apakah air di Drum tersebut baik atau tidak dan untuk menentukan jumlah bahan kimia
yang diinjecsikan kedalam Drum.
d.Baffle plate :
Bagian ini fungsinya untuk memisahkan air yang telah dipanaskan supaya tidak bercampur dengan air dingin
yang datang dari pipa air pengisi dan diarahkan ke sparator disamping untuk mencegah terjadinya riak pada
permukaan air yang akan mempengaruhi tingginya level air yang terlihat pada indikator.
e.Separator :
Alat ini berfungsi untuk memisahkan uap dari air yang telah dipanaskan pada riser tube sehingga uapnya naik ke
superheater dan airnya turun kembali ke Drum untuk circulasi ulang lagi pada riser tube frinsif kerjanya air panas
berpusar sehingga airnya akan jatuh lagi ke Drum atau sering disebut ciklon sparator.
f. Dryer :
Berfungsi sebagai pemisah tingkat kedua sehingga semua air dalm uap dihilangkan sebelum uap tersebut menuju
superheater.
g.Steam scrubber :

Berfungsi untuk menyaring uap air yang masih terbawa oleh uap setelah melalui sparator sehingga air yang masih
terbawa akan jatuh kembali ke Drum disamping untuk membersihkan kadar uap yang dihasilkan.
h. Dry box :
Posisinya ada dibagian paling atas dari Drum yang berfungsi untuk menampung uap yang dihasilka dan
mendistribusikanya ke superheater.

II. SPESIFIKASI TEKNIK ( BOILER SURALAYA 1-4 )


Pabrik pembuat
Type

: Babcock & Wilcox Canada

: Natural Circulation,Singgel Drum, Radiant Boiler.

Kapasitas

: 1168 ton/jam

Tekanan uap keluar Superheater

: 174 kg/cm2

Temp uap keluar Superheater

: 540 oC

Tekanan uap masuk Reheater

40 kg/cm2

Temp uap masuk Reheater : 336 oC


Temp uap keluar Reheater : 540 oC
Tekanan uap keluar Reheater

40 kg/cm2

Jumlah aliran uap Reheater : 1023 ton/jam


Jumlah Burner

35 set

Bahan bakar utama

: Batu bara

Bahan bakar untuk penyala awal

: solar

PENJELASAN :
Natural circulation artinya circulasi air didalam Boiler dai Drum turun ke Down comer riser tube ( pipa
penguap ) kembali ke Drum terjadi secara alamiah ( karena perbedaan density dari air yang masih dingin pada
pipa down comer dan air panas yang mualai menguap pada pipa penguap ).
Singgle Drum artinya Boiler ini mempunyai satu buah Drum yang terletak dibagian atas Boiler sedangkan
dibagian bawah menggunakan header.
Radiant Boiler artinya perpindahan panas yang terjadi sebagian besar secara Radiasi dari api diruang bakar ke
pipa-pipa penguap Boiler.
JAWABAN SOAL

O S T PENGOPERASIAN BOILER UNIT 7

1.BILA KITA AKAN START BOILER MAKA TEMPERATURE METAL STEAM DRUM HARUS SANGAT
DIPERHATIKAN SEBAB HAL INI DAPAT MENGAKIBATKAN TERJADINYA THEMAL STRESS PADA
SISI BOILER & TOP and BOTTOM STEAM DRUM.
2.WARMING OTOMIZING STEAM BERGUNA UNTUK MEMANASKAN LALUAN UAP PADA
OTOMIZING STEAM LINE DAN MENGHILANGKAN KONDENSASI DISEPANJANG LINE OTOMIZING
STEAM DAN JUGA MEMPERMUDAH PENGAPIAN IGNITOR.

3.SAAT BOILER PURGE , SEMUA VALVE MINYAK IGNITOR HARUS TERTUTUP KONDISI SEPERTI INI
UNTUK MENGHINDARI TERJADINYA PENGAPIAN DINI YANG TIDAK KITA HARAPKAN CONTOH
KEBOCORAN MINYAK YNG TIDAK TERBAKAR DIRUANG BAKAR.
4.SYARAT GAS PATH PROVEN IALAH; SEMUA DAMPER GAS BIASING/ AIR HEATER TERBUKA .
SEMUA DAMPER SECONDARY AIR FLOW CONTROL TERBUKA ,
a. MIN 1 PCP GAS PATH DMPS BUKA
b.MIN 1 PAH & SAH RUN UNTUK UDARA & GAS DMPS BUKA
ROW A SECA DMPR S A BUKA
ROW A SECA DMPR S B BUKA
ROW B SECA DMPR S A BUKA
ROW B SECA DMPR S B BUKA
ROW C SECA DMPR S A BUKA
ROW C SECA DMPR S B BUKA
ROW D SECA DMPR S A BUKA
ROW D SECA DMPR S B BUKA
ROW E SECA DMPR S A BUKA
ROW E SECA DMPR S B BUKA
ROW F SECA DMPR S A BUKA
ROW F SECA DMPR S B BUKA
c. SH & RH GAS BIASING DMP BUKA.
5. BEBERAPA INSTRUMEN / ALAT YANG MASUK SYARAT BOILER TRIP

PUSH BUTTON ON DCIS DEPRESED


TIDAK ADA IDF ATAU FDF SATUPUN YANG JALAN
FURNACE PRESS HIGH UNTUK 2 SECOND DIATAS 250 mmHg.
FURNACE PRESS LOW UNTUK 2 SECOND MINUS 250 mmHg.
DRUM LEVEL HIGH UNTUK 20 SECOND > 250 mm.
DRUM LEVEL LOW UNTUK 20 SECOND MINUS 250 mm.
MAIN STEAM TEMP HIGH 570 DEG .CELCIUS.
BOIKLER CONTROL SYS . OFF LINE .
RH STEAM TEMP HIGH 570 DEG C.
TOTAL AIR FLOW DIBAWAH 25 % SELAMA 5 SECOND.

CARA MERESET DECH ALARM ABNORMAL


MAIN TURBIN
1. PERIKSA PADA IDOL PENYEBAB MUNCULNYA ABNORMAL, BILA PADA IDOL TIDAK ADA
MASALAH MAKA KITA BUKA LEMARI DEHC NOMOR 3.
2. PERIKSA APA PENYEBAB ABNORMAL DENGAN MELIHAT LAMPU TANDA INDIKASI PADA CPU.
3. PERIKSA APAKAH CPU BEKERJA DENGAN BAIK YAITU BILA CPU A CONTROL, MAKA CPU B
STAND BY, BEGITU PULA SEBALIKNYA.
4. BILA TERJADI CPU A TIDAK NORMAL ATAU MATI, DAN CPU :B CONTROL MAKA YANG
PERLU DILAKUKAN ADALAH :

RESET CPUA PADA LEMARI NO. 2


TUNGGU BEBERAPA SAAT SAMPAI CPUA NORMAL
(LAMPU STAND BY MENYALA)
LAKUAKAN RESET PADA PANEL PENYEBAB ALARM
(LEMARI NO. 3)
PASTIAKAN BAHWA LAMPU INDIKASI ALARM SUDAH MATI (NORMAL)

5. BEGITU PULA SEBALIKNYA BILA TERJADI PADA CPUB ABNORMAL, RESET CPU YANG ADA
PADA LEMARI NO. 3

NB:
SEBELUM RESET CPU MAKA RESET DULU K2 ( CLR )
SUMBER MAINT. CONTROL INSTRUMENT

DRAFT SOP START UP MAIN TURBINE UNIT 57


PROSEDUR

INSTRUKSI

KERJA

KERJA

PERSIAPAN

Pergunakan alat
pelindung diri
Fasilitas lampu
penerangan
cukup
Fasilitas F/F
tersedia
Tidak ada
ceceran minyak /
air
Pergunakan alat
komunikasi

Keselamatan
& kesehatan
kerja

Persiapan
lokal

Manhole casing tu Tertutup


Penutup bearing da rapat
T/G couple
Tertutup
Connention kabel Tersambung
kabel control
baik
Kebocoran minyak Tidak ada
pelumas / control Tidak ada
Kebocoran uap
Normal
Level main turbin Normal
reservoir tank
Press 120 ~
Level EH fluid
150 kg/cm,
reservoir oil tank Menutup
EH fluid pump ope penuh
Turbin valve ( MS Tersedia
GV, RSV, ICV ) Tersedia
Power supply pera Press 10
instrument
kg/cm,
Udara instrument Lube oil
AOP operasi
press 1,2
TOP operasi
kg/cm,
Press 150
JOP operasi
Turning gear
kg/cm,
Cond vacuum pum Operasi
operasi
Vacum cond >
680 mmhg

Turbin
Rolling
( manual start
up / cold start
)
Control

Main steam
temp / press
terpenuhi
Check
permissive
turbin reset

room
Permissive
turbine reset
No. 10
DEH
SPEED
OPRN
CNTRL

A
Turbin reset
B
E
Select Turbin
F
control EH
G
Select Speed
C
target
Select Accel rate
Select Speed
program
Setelah speed
400 rpm lakukan
rub check
E
G
G

Select speed
target
Select speed
program
Turbin heat soak
( menunggu
mismatch
temperatur
terpenuhi yaitu
83 C dan 142

P: 70
kg/cm,T:
370 C
tekan tanda
I
No MFT trip
No trip class Y
A1G
No trip class Y
B1G
No turbine trip
On
No electric ove
speed trip
No vibrasi HI H
trip
No DEH failure
No LP A exhau
temp high
No LP B exhau
temp high
No HP exhaust
temper high
No condensor
vacum low
No thrust bearin
failure trip

tekan master
reset
Press auto
stop oil 7 k
tekan auto
400 rpm
(cold start)
pilih
75/150/300
rpm
pilih GO
tekan
.
GV/ICV
close
Lakukan
pemeriksaan
vibrasi,
gesekan

E C)
G
D

NO. 71
A
B
C

Bila heat soak


time terpenuhi
Select speed
target
Select speed
program
Sekitar putaran
2850 lakukan
transfer valve
KONTROL dari MSV ke
PANEL GV
Selama kenaikan
putaran dari 0
rpm ~ 3000 rpm
amati vibrasi
pada saat
putaran kritis

gesekan pada
bantalan
dengan
menggunakan
stick
Pilih 2000
rpm
Pilih GO
Speed hold 3
jam,selama
putaran
ditahan
periksa :
Bearing
metal temp
Oil drain
bearing temp
HP casing
expantion
Shaft position
Diffrential
expantion
Vibrasi
Kebocoran
minyak /uap
dll

Persiapan
Exciter syst
Masukkan Field
breaker
Select Exciter
syst
Auto/Manual
Select AVR
balance
manual/auto
Bila AVR
balance manual

Pilih 3000
rpm
Pilih GO
Select
transfer

Persiapan
syncron
Generator
Breaker 7A
/7AB siap (
GITET )
Select switch ke
breaker 7A/AB

Pilih closed
Pilih auto
Pilih auto
Atur 70E
sampai
balance
menunjuk
nol, pilih
balance

Select switch
synchron

Putaran kritis
:
LP A-B :
1200 / 2500
HP- IP :
1500 / 3700
Gen
: 700
/ 1900

auto/manual
Atur tegangan
Atur frequensi /
putaran
Bila
syncronscoop 5
derajat ke arah
titik O ( searah
jarum jam )
lakukan parallel
Setelah parallel
beban akan naik
30 MW dan
tanda breaker
akan nyala
merah

Lampu
control nyala
Pilih switch
7A atau 7AB
Pilih manual
(SW 25 G1)
Atur 70E
Atur
Governor
demand
Close switch
52 G

Naikkan Gov
demand

Select Exciter
syst auto/manual
Naikkan VAR
Pilih manual
Naikkan 90R
Turbin
Rolling
(manual
start
up/warm &

Sesuaikan
pressure dan
temperatur main
steam dengan
first stage metal
temperatur

hot) Control
room
Check
permissive reset
turbin

Agar heat
shock time
tidak terlalu
lama,
usahakan
enthalpi
sebelum
throtling
sama dengan
sesudah
throtling
tekan tanda
I

Permissive
Turbine reset No MFT trip
No trip class Y
A1G
No trip class Y
B1G
No turbine trip
On
No electric ove
speed trip
No vibrasi HI H
trip
No DEH failure
No LP A exhau
temp high
Reset turbin
No LP B exhau
temp high

Select Turbin
control EH
Select Speed
target
Select Accel rate
Select Speed
program
Setelah speed
200 rpm putaran
ditahan selama
10 menit
(sekurang
kurangnya)

Bila heat soak


time terpenuhi
Select speed
target
Select speed
program
Sekitar putaran
2850 lakukan
transfer
valve dari MSV
ke GV
Selama kenaikan
putaran dari 0
rpm ~ 3000 rpm
amati vibrasi
pada saat
putaran kritis

Persiapan
Exciter system
Masukkan Field
breaker
Select Exciter
syst
Auto/Manual
Select AVR
balance
manual/auto
Bila AVR
balance manual

No HP exhaust
temper high
No condensor
vacum low
No thrust bearin
failure trip

tekan master
reset
Press auto
stop oil 7 k
Pilih auto
2000 rpm
(warm/hot)
pilih
75/150/300
rpm
pilih GO
Speed hold
10 menit
selama
putaran
ditahan
periksa :
Bearing
metal temp
Oil drain brg
temp
HP casing
expantion
Shaft position
Diffrential
expantion
Vibrasi
Kebocoran
munyak/uap
dll
Pilih 3000
rpm
Pilih GO
Select
transfer

Putaran kritis
LP A-B :
1200 / 2500
HP- IP :
1500 / 3700
Gen
: 700
/ 1900

Persiapan
synchron
Generator
Breaker 7A
/7AB siap (
GITET )
Select switch ke
breaker 7A/7AB
Select switch
syncron
auto/manual
Atur tegangan
Atur frequensi /
putaran

Bila
syncronscoop 5
derajat ke arah
titik O ( searah
jarum jam )
lakukan parallel
Setelah parallel
beban akan naik
60 MW dan
tanda breaker
akan nyala
merah

Pilih closed
Pilih auto
Pilih auto
Atur 70E
sampai
balance
menunjuk
nol, pilih
balance

Lampu power
control nyala
Pilih switch
7A atau &AB
Pilih manual
(SW 25 G1 )
Atur 70E
Atur
Governor
demand

Close switch
52 G

Naikkan Gov
demand

Select Exciter
syst uto/manual
Pilih manual
Naikkan VAR
Naikkan 90R
Rolling
Turbin
( ATS / cold
start )
Control room

Main steam
temp / press
terpenuhi
Check
permissive reset
turbin

A Reset turbin

P: 70
kg/cm,T:
370 C
tekan tanda
I
tekan master
reset
Press auto
stop oil 7 k

ATS on request
Check permissive pilih ON
pilih I
Permissive operasi
dengan ATS
Mn trb oil tank
level low

B
C
A

Mn trb oil tank


vapour ext On
Mn trb TOP po
auto
Mn trb EOP
posisi auto
Mn trb AOP po
auto
Mn trb EH fluid
RVR level
normal
Main turbin EH
fluid RVR temp
C
Mn trb EH pum
satu ON
Mn trb fluid pu
A/B auto
Satu atau dua C
operasi
Satu atau dua C
operasi
Satu atau dua g
stm cond
fan On
Mn trb gland st
press
normal
Mn trb condens
vacum
> 650 mmh
All extraction
drain
valve buka
All main drain
valve open
ATS start up mode Mn trb bearing
select
press
Select cold /warm
> 0,75 kg/cm
hot mode
Main turbin rot
Select ATS start / heccentricity nor
permissive
Main turbin rot
position
ATS akan mengatu
normal
putaran turbin
Main turbin dif
hingga 400 rpm expantion
normal
Main turbin gen
gland seal
syst normal
Bila putaran menc Main turbin not
400 rpm
Main turbin RS
Rub check
full open
Main turbin RS
full open
HP-LP by

pass control
syst on auto
Bila dirasa rub che
cukup
pilih start
Select ATS rub ch pilih cold
complete
pilih start

Speed up 1

lihat dan
perhatikan
EH auto
speed target
400 rpm
Accel rate
300
Speed
complete

Heat soak

A
B
C

Speed up 2

Closed all
valve.
Selama rub
check
lakukan
pengechekan
bearing dari
gesek an dll
dengan
menggunakan
stick

Persiapan
Pilih
Exciter system
complete
Select Field
breaker
( selama tidak
Select Exciter
dicomplete
akan selalu
syst
rub check dan
Auto/Manual
Select AVR balanc putaran turun
naik antara
manual/auto
285 ~ 400
rpm
Persiapan
Speed target
synchron
2000 rpm
Generator
Breaker 7A/7AB Accel rate
300
siap ( GITET )
Select switch ke Speed prgram
breaker 7A/7AB GO
Select SW auto / o Complete
manual
Hold time
178 menit
Synchronscoop ak (3jam)
berputar dan bila Elapsed time
ketiga syarat synch (menghitung
terpenuhi maka
mundur

breaker

akan

masuk (close)

sampai nol
menit)
Complete
Speed target
3000 rpm
Accel rate
300
Speed prgram
GO
Gov control (
MSV ><GV)
Complete

Pilih closed
Pilih auto
Pilih auto.

lampu power
control nyala.
Pilih salah
satu 7A /
7AB
Pilih SW 25
G1 auto

lampu tanda
breaker close
dan nyala
merah
ATS akan
menaikan
beban hingga
5%
Lepas AVR
control ke
manual.
Naikan VAR
dg tombol
90R

Turbin
Rolling
( ATS / warm
& hot )
Control room

Sesuaikan
pressure dan
temperatur main
steam dengan
first stage metal
temperatur

Check

Agar heat
soak time
tidak terlalu
lama,
usahakan
enthalpi
sebelum
throtling
sama dengan
sesudah
throtling

permissive reset
turbin

tekan tanda
I

Turbine reset
tekan master
reset
ATS on request
Press auto
Check permissive stop oil 7 k
pilih ON
ATS start up mode pilih I
select
(lihat
Select cold / warm permissive
hot mode
pada cold
Select ATS start / hstart)
permissive
pilih start
pilih cold
ATS akan mengatu pilih start
putaran turbin
hingga 2000 rpm lihat dan
Speed up 1
perhatikan

Heat soak

Speed up 2

EH auto
Speed target
2000 rpm
Accel rate
300
Speed prgram
GO
Complete
Hold time 10
menit
Elapsed time
(menghitung
mundur
sampai nol
menit)
Complete

Speed target
Persiapan
3000 rpm
Exciter system
Accel rate
Select Field
300
breaker
Speed prgram
Select Exciter
GO
syst
Gov control (
Auto/Manual
Select AVR balanc MSV ><GV)
Complete
manual/auto
Persiapan
synchron
Generator
Breaker 7A/7AB
siap ( GITET )

Pilih closed
Pilih auto
Pilih auto.

Select switch ke
breaker 7A/7AB

lampu power
control nyala.
Select SW auto / o Pilih salah
manual
satu 7A
atau7AB
Synchronscoop
Pilih SW 25
akan berputar
G1 auto
dan bila
tiga syarat synchro lampu tanda
terpenuhi maka
breaker close
breaker akan masu dan nyala
(close)
merah
ATS akan
menaikan
beban hingga
10 %
Lepas AVR
control ke
manual
Naikan VAR
dg tombol
90R

SOP PENGOPERASIAN BOILER


1. 1 PERSIAPAN / PENGECEKAN LOKAL
Check Temperature pada Metal Drum
Check semua manhole Boiler tertutup
Check Semua manhole Air Heater tertutup
Check Semua manhole IDF, FDF dan PAF tertutup
Check Fire Fighting system untuk Boiler stand by operasi
Check Udara Instrument untuk Ignitor dan alat bantu Boiler siap
Check semua katup isolasi untuk parameter & Transmitter Boiler terbuka
Check katup isolasi untuk Glass gauge Boiler Drum Level sudah buka
Check katup Drain dan CBD dalam keadaan tertutup
Check katup Venting Drum, Venting SH dan Drain Super heater / Reheater kondisi buka
Chek katup-katup pengaman ( safety valve ) Boiler kondisi siap / stand by operasi

Check Aux. Steam Header siap operasi


Check katup atomizing steam dan oil ignitor siap operasi
Check pompa ignitor supply siap operasi
Check level minyak pelumas dan air pendingin pada semua bantalan alat bantu Boiler siap
Check semua damper-damper pada laluan udara dan gas siap operasi
Check damper damper pada IDF, FDF dan PAF siap operasi
Check Furnace Probe siap operasi
Check Furnace TV Camera siap operasi
Ceck alat bantu Boiler / SAH, PAH, ID Fan, FD Fan, PAF, Seal Air Fan, Seal Air Blower, Flame Scanner Air
Blower dan Soot Blower System Siap Operasi

1. 2. BOILER PURGE PERMISSIVE


MFT Cha A Relays in Tripped Position
MFT Cha B Relays in Tripped Position
No Flame Detected
Ignition Oil Safety Trip Valve Closed
All Ignitor Group Oil Valves Closed
Both PA Fans Stopped and Outlet Isolating Dampers Closed
All Pulverizers Stopped
All Feeders Stopped
All Coal Burner Swing Valves Closed
Gas Path Proven Permissive
Min ID Fan Rung with In & Out Isol. Dmp open
Min FD Fan Rung with In & Out Iso.l Dmp open
Furnace Press < Max ( 2 out of 3 )
Furnace Draft < Max ( 2 out of 3 )
Air Flow > 30%
All DCIS BMS and BMC MFP / Slave Status Good
1. 3. START SEQUENCE
Isi Boiler Drum sampai normal level ( dilihat pada glass gauge )
Start Secondary Air Heater
Start Primary Air Heater
Start Ignitor oil supply
Start salah satu ID Fan dan Atur pembukaan damper IDF hingga tekanan pada Furnace mencapai 12 mmwg
dan posisikan auto
Start FDF Atur damper FDF hingga udara pembakaran (combustion air) lebih besar 30 %
Start Secondary Air Steam Coil Air Heater
Start (1) Flame Scanner Blower
Insert Furnace Gas Temperature Probe untuk mendeteksi temperatur gas masuk laluan reheater,
dipertahankan < 510 C
Lakukan Boiler purge dengan menombol PB reset pada DCIS (Semua damper laluan udara dan gas buka untuk
membuang gas-gas yang tersisa keluar cerobong dengan tenggang waktu 300 second)
Buka katup Ignitor safety Shut off valve
Start Ignitor level C atau E
Buka katup economizer Recirculation valve
Lakukan start Ignitor berikutnya dengan melihat kondisi temperature gas yang masuk Reheater tidak lebih dari
510 C dan laju kenaikan temp dibatasi sesuai diagram pada buku Operating Manual dan Diff. Temp Top /
Bottom pada Drum tidak lebih dari 100 C
Bila tekanan di Drum sudah mencapai > 2 Kg/cm2 Tutup semua katup ventig Drum dan SH serta katup-katup
Drain Pada SH

1. 4. STOP SEQUENCE
Turunkan Beban Generator secara bertahap bersamaan dengan menurunkan Main Steam Press dengan
mengurangi Pembakaran Bahan bakar ( Coal Burner atau Ignitor )
Transfer UST ke SST 60 MW
Lepas Generator CB ( 52 G ) pada beban 20 MW
Open Exciter Field Breaker
Stop Ignitor terahir
Lakukan Boiler Purge
Stop FD Fan
Stop ID Fan
Biarkan Scondary AH dan Primary AH beroperasi sampai Temp < 204
1. 5. BOILER PROTECTION
Both BLR Trip PBS On Unit Trip PL Depressed
Boiler Trips PB On DCIS Depressed
No ID Fan Running
No FD Fan Running
Furnace Press high for 2 seconds ( 2 out of 3 )
Furnace Press low for 2 seconds ( 2 out of 3 )
SA Duct Press high for 5 second ( 2 out of 3 )
Total air flow below 25 % for 5 second
Total loss of flame after any flame detected
No Ignitor / coal burner On within 5 min after BLR Reset
Main Steam Temp high
Ignitor Oil Safety Trip V Trippeed & no Coal Burner On
Any Coal Burner Tripped but no Ignitor ignitor On / Coal Burner On
Last individual Ignitor or Coal Burner Valve Close
Scanner Cooling Air Press low-low ( Delayed )
Drum Level high for 20 second ( Median of 3 )
Drum level Low for 20 second ( Median off 3 )
Turbine Trip and Bypass System Malfunction
Critical MFT / Slave Failure
Boiler control System off line ( Delayed )
Reheat Steam Temp high

PROSEDURE BLACK OUT DENGAN PLTG JBE


URUT URUTAN
N
KERJA
O
1 Kondisi
black out
Unit 1;2;3
dan 4 trip
Unit 5 trip
Uunit 6 trip

PELAKSA
NA

Unit 7 trip
siap operasi
2 Start
diesel
emergency
Start service air
kompresor

Operator
unit 6

3 Pemindahan Beban
SWGR 7B ke 7A.

Supervisor
Operasi dan
Tie breaker LVS
Operator
400 V Boiler 7A ke
Control
7B dimasukkan ( // ). Room
Breaker LVS 400 V Unit 7
Boiler 7B dilepas (#
).
Tie breaker LVS
400 V Turbin BOP
7A ke 7B
dimasukkan (// ).
Braker LVS 400 V
Turbin BOP 7B
dilepas (# ).

4 PEMBEBASAN
TEGANGAN SST 3
:

Operator
GITET
Operator 5

Breaker 150 KV
5A6 & 5AB6
dilepas (# )
Manualkan tap
changer trafo SST 3
5 START PLTG JBE
PLTG JBE Black
Start sampai full
Speed No Load (
FSNL)
Breaker 10,5 KV (
2A3A ) Incoming
PLTG JBE
dimasukkan (//)
Breaker 10.5 KV
SST3 (2A10 )
dimasukkan (//)
Breaker 10,5 KV
52G JBE
dimasukkan (//)
6 START UP UNIT 7
Start motor motor di
area boiler dan

Operator
unit 7

Operator
unit 7

turbine untuk
persiapan start up
unit 7
Start CCCWP A
Start CWP 7A
Start CEP 7 A
Start SUBFP unit 7
dengan breaker dari
sisi A
Start IDF 7A
Start FDF 7 A
Firing boiler
Start PAF 7 A
Start Seal Air Fan A
Start mill C Atau B
atau A
Rolling turbine
3.000 rpm
Kordinasi ke Unit
Bisnis Region
Jakarta Banten ( P
3B)
Sinkron generator
atur beban sampai
100 MW
7 Masukkan SST 1
,2 dan 4 untuk
persiapan start up
unit 1-6
Start CCCWP B atau
C
Start CWP 7B
Start CEP 7 B
Start IDF 7B
Start FDF 7 B
Start PAF 7 B
Start Bosster pump
BFP 7 B
Start BFP- T 7 B
Start Mill

Operator
GITET
Operator
unit 7

8 Beban generator
150 Mw
Transfer SST B ke
UST B
9 Normalkan beban
LVS
Breaker LVS 400 V
Boiler 7B
dimasukkan ( // ).
Tie breaker LVS
400 V Boiler 7A ke
7B dilepas (# ).

Operator
unit 7

Braker LVS 400 V

Operator
unit 7

Turbin BOP 7B
dimasukkan ( // ).
Tie breaker LVS
400 V Turbin BOP
7A ke 7B dilepas (#
).
1 Stop SUBFP
0
Transfer SST A ke
UST A

Operator
unit7

1 Stop PLTG
1
Masukkan
tegangan
SST 3 dari
GITET
5
A6
dan
5AB
6
masuk (//)

Opetor
unit 7
Operator
GITET

1 Start
2 booster
pump BFP
7A
Start BFPT 7A
Unit
operasi
normal

Operator
unit 7

SOP MENJALANKAN CHILLER CONDENSOR VACUM PUMP


( CONTROL MODUL YANG BARU / T. 755 )
Pindahkan selector Switch LOKAL / REMOTE pada posisi LOKAL pada panel Condensor Vacum Pump.
Tekan Push Bottom Start sekali,dan jangan ditekan terus
Pastikan selector Switch panel Chiler Condensor Vacum Pump pada posisi ON.
Perhatikan Control modul pada panel Chiller Condensor Vacum Pump akan tampak angka berhitung mundur (
Countdown Counter ) mulai dari angka 210 (dalam waktu 3,5 menit) menuju Start / Runing / Operasi.
Untuk mempercepat system Chiller Start / Runing / operasi , lakukan tombol Select pada Control Modul
Chiller.
Perhatikan Display Control modul akan terlihat angka menuju air pendinginan.
Angka Stage energize 1,2,3,dan 4 pada display mrnuju tingkat operasional dari dua compressor Chiller.
Keterangan:
1 = Compressor 1 Runing Unloading
2 = Compressor 1 Runing Loading
3 = Compressor 2 Runing Unloading
4 = Compressor 2 Runing Loading
Jika Temperatur air pendingin sudah mencapai +/- 20 0 C,silahkan jalankan Pompa / Condensor Vacum Pump
dengan menekan PUSH BOTTOM Start pada panel Condensor Vacum Pump sekali lagi.
Setelah system Condensor Vacum Pump beroperasi normal , pindahkan selector switch LOKAL / REMOTE
pada posisi REMOTE.
10. Selesai,dan selamat mencoba.
Catatan :
Jika angka Stage Enertgize 1 2 3 4 sudah terlihat , temperatur air pendingin Seal tetap tinggi dan timbul Alarm maka
System Chiller Abnormal,dianjurkan menghubungi Teknisi Relle Unit 5-7.

S.O.P PEMADAMAN DAN PENORMALAN UPS / INVERTER


1. PROSEDUR PEMADAMAN ( DE ENERGIZE ) UPS / INVERTER. SISI A.
Lakukan pemindahan / Transfer dari Supply UPS / Inverter ke Supply Alternatif Mains dengan
menekan tombol Manual Main Switch pada UPS / Inverter sisi A.
Perhatikan lampu indikasi Led pada Mimic Panel UPS / Inverter sisi A akan terjadi pergantian nyala
lampu Led yang menyatakan Supply UPS / Inverter sisi A telah Transfer ke Supply Alternatif Mains.
Lakukan pemindahan / Transfer dari Supply UPS / Inverter ke Supply Alternatif Mains dengan
menekan tombol Manual Main Switch pada UPS / Inverter sisi B.
Perhatikan lampu indikasi Led pada Mimic Panel UPS / Inverter sisi B akan terjadi pergantian nyala
lampu Led yang menyatakan Supply UPS / Inverter sisi B telah Transfer ke Supply Alternatif Mains.
Setelah Beban beban UPS / Inverter sisi A & B ditanggung Supply Alternatif Mains maka lakukan
pemindahan By Pass Beban dari Posisi NORMAL ke posisi UPS #2 ON BY PASS pada saklar By
Pass S 10 dengan syarat lampu Indikasi Led Hijau H 59 posisi ON / menyala.
( Catatan : Jika Lampu Indikasi Led Hijau H 59 tidak ON / menyala juga , maka salah satu UPS /
Inverter harus ditombol OFF ).
Lakukan pemindahan / Transfer dari Supply Alternatif Mains ke Supply UPS / Inverter sisi B dengan
menekan tombol Reset pada UPS / Inverter sisi B.

Perhatikan kembali Lampu Indikasi Led Pada Mimic Panel UPS / Inverter sisi B akan terjadi
pergantian nyala lampu Led yang menyatakan Supply Alternatif Mains telah Transfer ke Supply UPS
/ Inverter Sisi B.
Jika masih ada indikasi Alarm maka tekan Tombol Reset lagi.
Proses Pemindahan Beban UPS / Inverter sisi A ke UPS / Inverter sisi B sudah dianggap selesai.
Sekarang Langkah pemadaman UPS / Inverter sisi A dengan menekan Tombol OFF pada mimic Panel
UPS / Inverter sisi A.
Posisikan Saklar Aletrnatif Isolation pada posisi OFF untuk Safety.
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) Input DC Supply UPS / Inverter sisi A ( 1Q4 ) pada posisi OFF.
Tunggu sekitar 5 menit untuk memberi kesempatan Capacitor Bank CB1 Discharge ( pengosongan
muatan ).
Matikan / Lepas Fuse 1F7 123.
Lepas Fuse Kontrol untuk Back Up Power Supply Module Control.
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) UPS Static Inverter sisi A yang ada di panel 60 - E1 - DP 1A lokasi ruang Battery Charger pada posisi OFF.
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) input Supply Alternatif Mains Q9 pada posisi OFF untuk
Safety.
Proses Pemadaman UPS / Inverter sisi A telah Selesai dan sempurna dan diperbolehkan melakukan
pekerjaan Check dan Cleaning.
2. PROSEDUR PENORMALAN ( ENERGIZE ) UPS / INVERTER. SISI A.

Posisikan Disconnection Switch ( DS ) UPS Static Inverter sisi A yang ada di panel 60 - E1 - DP 1A lokasi ruang Battery Charger pada posisi ON.
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) input Supply Alternatif Mains Q9 pada posisi ON.
Posisikan Disconnection Switch ( DS ) Input DC Supply UPS / Inverter sisi A ( 1Q4 ) pada posisi ON.
pasang Fuse Kontrol untuk Back Up Power Supply Module Control.
Pasang Fuse 1F7 123.
Posisikan Saklar Aletrnatif Isolation pada posisi ON
Lakukan pemindahan / Transfer dari Supply UPS / Inverter ke Supply Alternatif Mains dengan
menekan tombol Manual Main Switch pada UPS / Inverter sisi B.
( Beban UPS A & B ditanggung oleh Supply Alternatif Mains ).
Setelah Beban beban UPS / Inverter sisi A & B ditanggung Supply Alternatif Mains maka lakukan
pemindahan By Pass Beban dari Posisi UPS #2 ON BY PASS ke posisi NORMAL pada saklar By Pass
S 10 dengan syarat lampu Indikasi Led Hijau H 59 posisi ON / menyala.

(Catatan : Jika Lampu Indikasi Led Hijau H 59 tidak ON / menyala juga , maka salah satu

UPS / Inverter

harus ditombol OFF ).

Sekarang Langkah penormalan UPS / Inverter sisi A dengan menekan Tombol ON pada mimic Panel
UPS / Inverter sisi A.
Lakukan pemindahan / Transfer dari Supply Alternatif Mains ke Supply UPS / Inverter sisi A & sisi B
dengan menekan tombol Reset.
Jika masih ada indikasi Alarm maka tekan Tombol Reset lagi.
Sekarang beban UPS / Inverter sudah ditanggung oleh masing masing UPS / Inverter sisi A & sisi B
Proses Penormalan UPS / Inverter sisi A telah Selesai dan sempurna dan diperbolehkan melakukan
pemadaman UPS / Inverter sisi B.

DRAFT SOP ISLAND SURALAYA


KONDISI NORMAL
PLTU Suralaya beroperasi normal 6(enam) atau 7(tujuh) unit beroperasi dengan beban total 2800 MW sampai
3200 MW dengan frekuensi antara 49,95 Hz sampai 50,05 Hz. Daya yang dihasilkan PLTU Suralaya sebagian
besar disalurkan sistem 500 kV Jawa-Bali melalui pengahantar :
Gandul 1
Gandul 2
Cilegon 1
Cilegon 2
Sedangkan sisanya sekitar 800 sampai 900 MW disalurkan ke sistem 150 kV Suralaya-Cilegon dan sekitarnya
melalui Interbus Trafo 500/150 kV sebagaimana terlihat pada one line diagram terlampir (Lampiran .1)
I.

KONDISI GANGGUAN
Apabila terjadi gangguan baik karena satu atau beberapa pembangkit trip atau gangguan transmisi sehingga
terjadi penurunan frekuensi hingga mencapai 48,3 Hz maka UFR 48,3 Hz akan bekerja untuk membentuk Pulau
Suralaya dengan melepas PMT-PMT 500 kV sbb :
PMT Gandul 1 yang terletak di GITET Suralaya
PMT Gandul 2 yang terletak di GITET Suralaya
PMT Cilegon Cibinong yang terletak di GITET Cilegon Baru.
Dengan tripnya beberapa PMT tersebut diatas maka Pembangkit Suralaya mengalami kehilangan beban (loss of
export load) sekitar 2200 sampai 2400 MW sehingga terjadi generation shedding tahap I secara bersamaan pada
beberapa unit PLTU Suralaya, yaitu :
Unit 2 trip (PMT 7A2 dan 7AB2, lokasi GITET Suralaya)
Unit 3 trip (PMT 7A3 dan 7AB3, lokasi GITET Suralaya)
Unit 6 trip class W (House Load, PMT 7A6 dan 7AB6 trip namun Turbine-generator tetap beroperasi dengan
beban pemakaian sendiri sekitar 15 sampai 20 MW)
Selanjutnya ketika generation shedding tahap I telah bekerja namun frekuensi sistem terus naik hingga mencapai
51,5 Hz, maka over frequency relay (OFR, 51,5 Hz) akan bekerja untuk generation shedding tahap II yaitu
melepas PMT 7A7 dan 7AB7 sehingga terjadi house load pada unit 7 PLTU Suralaya.

II. MENGATASI GANGGUAN


3.1. BILA ISLAND SURALAYA TERBENTUK SESUAI SKENARIO
NO KEJADIAN TINDAKAN

PELAKSANA

01

Operator
GITET
Suralaya

02

PMT
Gandul 1,2
dan CilegonCibinong
Trip
Unit 2 Trip

Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul

Operator Unit
2 UBP
Suralaya

03

Unit 3 Trip

04

Unit 1 tetap
operasi
namun
beban turun
dari 100 %
hingga 50%

05

Unit 4 tetap
operasi
namun
beban turun
dari 100 %
hingga 50%

06

Unit
6
House load,
karena UFR
48,3
Hz
bekerja

Pemulihan
gangguan
sesuai SOP
Start up unit
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Pemulihan
gangguan
sesuai SOP
Start up unit
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Pertahankan
drum level
pada posisi
normal level
Atur beban
dan
pertahankan
frek 50 Hz
Kurangi
jumlah Mill
yang
inservice
sesuai beban
yang ada
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Pertahankan
drum level
pada posisi
normal level
Atur beban
dan
pertahankan
frek 50 Hz
Kurangi
jumlah Mill
yang
inservice
sesuai beban
yang ada
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul

Operator Unit
3 UBP
Suralaya

Operator unit 1
UBP Suralaya

Operator unit 4
UBP Suralaya

Operator unit 6
UBP Suralaya

Pertahankan
drum level
pada posisi
normal level
Yakinkan
flow spray
water cukup
untuk
Superheater
spray (atur
pembukaan
back pressure
valve )
Kurangi
pembukaan
back pressure
valve secara
manual dari
lokal (bila
sistem
autonya tidak
bekerja)
Atur beban
dan
pertahankan
frek 50 Hz
Trip kan
2(dua) buah
top Mill 6B
dan 6F
Bila house
load lebih
dari 2 jam,
tripkan
middle Mill
(6A dan 6D)
sehingga
hanya tersisa
2(dua) buah
mill yang
inservice.

NO KEJADIAN TINDAKAN
07 Unit 5 tetap Catat relay
operasi
yang bekerja
namun
Reset relay
beban turun dan alarm
dari 100% yang muncul
hingga 50% Pertahankan
drum level
pada posisi
normal level
Yakinkan
flow spray
water cukup

PELAKSANA
Operator unit 5
UBP Suralaya.

08

Unit
7
House load
(karena over
frequency
51,5
Hz
bekerja)

untuk
Superheater
spray (atur
pembukaan
back pressure
valve )
Kurangi
pembukaan
back pressure
valve secara
manual dari
lokal (bila
sistem
autonya tidak
bekerja)
Atur beban
dan
pertahankan
frekuensi 50
Hz
Kurangi
jumlah Mill
yang
inservice
sesuai beban
yang ada
Yakinkan
LFO pump A
tetap
inservice dan
LFO header
pressure >7,5
kg/cm2
Catat relay
yang bekerja
Reset relay
dan alarm
yang muncul
Pertahankan
drum level
pada posisi
normal level
Yakinkan
flow spray
water cukup
untuk
Superheater
spray (atur
pembukaan
back pressure
valve )
Kurangi
pembukaan
back pressure
valve secara
manual dari

Operator Unit
7 UBP
Suralaya

lokal (bila
sistem
autonya tidak
bekerja)
Atur beban
dan
pertahankan
frekuensi 50
Hz
Trip kan
2(dua) buah
top Mill 7B
dan 7F Bila
house load
lebih dari 2
jam, tripkan
middle Mill
(7A dan 7D)
sehingga
hanya tersisa
2(dua) buah
mill yang
inservice

3.2. BILA ISLAND SURALAYA TERBENTUK TETAPI SATU ATAU BEBERAPA PEMBANGKIT
SURALAYA TRIP
NO KEJADIAN TINDAKAN

PELAKSANA

01

Operator
GITET
Suralaya

02

PMT
Gandul 1,2
dan CilegonCibinong
Trip
Unit 2 Trip

03

Unit 3 Trip

Catat relay yang


bekerja
Reset relay dan
alarm yang
muncul
Catat relay yang
bekerja
Reset relay dan
alarm yang
muncul
Pemulihan
gangguan sesuai
SOP Start up unit
Catat relay yang
bekerja
Reset relay dan
alarm yang
muncul
Pemulihan
gangguan sesuai

Operator Unit
2 UBP
Suralaya

Operator Unit
3 UBP
Suralaya

04

Unit 1 trip
Unit 4 tetap
operasi
namun
beban turun
dari 100 %
hingga 50%
Atau
sebaliknya

06

Unit 5 trip
Unit
6
berhasil
House load
Unit 7 tetap
sinkron

SOP Start up unit


Catat relay yang
bekerja
Reset relay dan
alarm yang
muncul
Pertahankan drum
level pada posisi
normal level
Atur beban dan
pertahankan frek
50 Hz
Kurangi jumlah
Mill yang
inservice sesuai
beban yang ada
Pemulihan
gangguan sesuai
SOP Start up unit
Catat relay yang
bekerja
Reset relay dan
alarm yang
muncul
Pertahankan drum
level pada posisi
normal level
Yakinkan flow
spray water cukup
untuk Superheater
spray (atur
pembukaan back
pressure valve )
Kurangi
pembukaan back
pressure valve
secara manual
dari lokal (bila
sistem autonya
tidak bekerja)
Bila frekuency >
50,5 Hz,
pertahankan unit
6 pada posisi
house load
Bila frekuency <
50 Hz,
koordinasikan
dengan operator
GITET Suralaya
untuk
mensinkronkan
kembali unit 6 ke
sistem 500 kV
Atur beban unit 7
untuk

Operator unit 1
UBP Suralaya

Operator unit
5,6,7 UBP
Suralaya

Operator
GITET
Suralaya

mempertahankan
frekuensi tetap 50
Hz (atur jumlah
Mill yang operasi
sesuai beban yang
ada)
Lakukan
pemulihan unit 5
sesuai SOP Start
up unit
Yakinkan LFO
pump 5A tetap
inservice dan
gLFO Header
pressure
dipertahankan
pada 7,5 kg/cm2.

III. LANGKAH PEMULIHAN GANGGUAN


IV. LAPORAN GANGGUAN

MAIN TURBINE LUBE OIL PUMP AUTO START TEST


1.TUJUAN
Tujuan test ini adalah untuk meyakinkan bahwa motor penggerak oil pumps bisa start secara automatis, jika
tekanan HP Oil rendah untuk Auxiliary Oil Pump dan tekanan minyak pelumas rendah untuk Turning Oil Pump
& Emergency Oil Pump.
Untuk Oil Pump start secara Automatis pada tekanan :
Aux Oil Po ( AOP) : <7,5 + 0.2 Kg/cm2g

(61-*TD-PS-S303)

Turning Oil Po (TOP) : <0.85+0.05 Kg/cm2g (61-*TD-PS-S301)

Emergency Oil Po (EOP) : <0.65+0.05 Kg/cm2g (61-*TD-PS-S302)


2.PERSIAPAN.
Siapkan alat komunikasi (HT) antara Operator Control Room dan Operator Turbine Local, Operator turbine
local siap di lokasi Turbine and Turning Gear Oil Po Auto Start Guage Board ( letak dekat Mn. Turbine
Turning Gear)
3.PROSEDUR OPERASI AUTO START AOP
3.1.Yakinkan tekanan minyak yang akan dites normal pada pressure gauge (61-*TD-PI-G311).
3.2.Pelanpelan buka test valve (61-*TD-TV0070) dengan memperhatikan tekanan HP Oil).
3.3.Dengan catatan tekanan Automatis start untuk AOP (7.5+ 0.2 Kg/cm2).
3.4.AOP dalam keadaan operasi ditahan 2 menit, amati sampai tekanan stabil.
3.5.Tutup valve test (61-*TD-TV0070)
3.6.Perintahkan ke Operator control room untuk mematikan AOP dan diposisikan auto kembali.

4.PROSEDUR OPERASI AUTO START TOP & EOP


4.1.Yakinkan tekanan minyak yang akan dites normal pada pressure gauge (61-*TD-PI-G310).
4.2.Pelan pelan buka test valve (61-*TD-TV0038) dengan memperhatikan tekanan minyak pelumas.
4.3.Dengan catatan tekanan Auto start untuk TOP (0.85 + 0.05Kg/cm2 g).
4.4.Lanjutkan turunkan tekanan dengan membuka valve test sampai tekanan EOP auto start (0.65 + 0.05
Kg/cm2), TOP & EOP pada kondisi operasi tahan 2 menit sampai tekanannya stabil.
4.5.Tutup valve test (61-*TD-TV0038).
4.6.Perintahkan kepada Operator Control Room untuk mematikan pompa EOP & TOP (Matikan EOP
dahulu baru TOP) dan diposisikan auto kembali.

SOP NRV ( NON RETURN VALVE ) FREEDOM TEST


TUJUAN
Tujuan Test ini adalah untuk meyakinkan bahwa NRV Extraction Steam, akan dapat menutup atau tidak macet /seret,
bila terjadi Turbine Trip,ataupun Water Heater Trip,sehingga tidak terjadi Aliran balik ke arah Turbin yang bisa
mengakibatkan Rusaknya Sudu-sudu Turbin
V. PERALATAN YANG DI TEST
Adapun NRV yang di Test adalah sebagaiberikut :
1. SE. ISV- 0062 NRV Extraction Steam to HP.Htr. 8
2. SE. ISV- 0056 - NRV Extraction Steam to HP. Htr. 6
3. SE. ISV- 0027 - NRV Extraction Staem to Dearator
4. SE. ISV- 0030 - NRV Extraction Staem to BFPT
5. SE. ISV- 0020 - NRV Extraction Staem to LP. Htr. 4
6. SE. ISV- 0014 - NRV Extraction Steam to LP. Htr. 3
7. SE. ISV- 0008 - NRV Extraction Staem to LP. Htr. 2
8. SE. ISV- 0002 - NRV Extraction Steam to LP. Htr. 2

9.
10.

NRV Cold Reheat line A


NRV Cold Reheat line B

VI. PERSIAPAN
Test ini dapat dilaksanakan pada saat Unit beroperasi pada Beban diatas 20%
Test dilakukan dari Local oleh Operator Turbine
Kunci nomer 24401 untuk Test NRV Cold Reheat
Alat komunikasi (Radio HT ) untuk komunikasi antara Operator Turbine dan Operator
Control room
VII.
PROSEDURE PELAKSANAAN TEST
Test di mulai dari NRV HP.Htr.8 hingga ke NRV LP.Htr.2 dan terakhir NRV Cold Reheat

1.Test NRV Extraction Steam HP.Htr.8 ISV-0062


Informasi ke Operator Copntrol room bahwa Test akan di mulai
Putar Handle Test Valve (Three way Valve) pada Cylinder SE.ISV-0062 ke arah 180
Perhatikan NRV SE.ISV-0062 akan bergerak menutup
Catat penutupan NRV, normalnya NRV akan menutup sekitar 50%
Segera kembalikan Handle Test Valve (Three Way Valve ) ke posisi semula
Perhatikan NRV akan membuka kembali
2. Test NRV Extraction Steam HP.Htr.6, Dearator , BFPT, LP.Htr.4, LP.Htr.3, dan LP.Htr.2
Sama caranya dengan yang di lakukan pada Test NRV Extraction Steam HP.Htr.8
3. Test NRV Cold Reheat Line
Informasi ke Operator Control room bahwa Test akan di mulai
Masukan kunci NO 24401 ke PB Test
Putar kunci ke arah posisi Test
Perhatikan NRV akan bergerak menutup
Catat penutupan NRV , normalnya NRV akan menutup sekitar 50%
Putar kembali kumci ke posisi normal
Perhatikan NRV akan bergerak membuka kembali
Test NRV sisi A selesai
Lakukan Test NRV Cold Reheat sisi B sama seperti melakukan Test pada sisi A

ISLAND LOAD OPERATION PLTU SURALAYA


Bila terjadi gangguan pada sistem atau pembangkit yang menyebabkan frekuensi turun sampai mencapai 48,3 HZ,
maka generator shedding dilakukan sebagai berikut:
Tahap pertama jika f = 48,3 dan status gandul 1 & 2 trip, maka unit 2 dan 3 trip serta unit 6 house load seketika.
(dilakukan oleh UFR GITET)
Tahap kedua, jika f = 51,5 Hz, maka unit 7 house load seketika dengan melihat:
1. PMT gandul 1 dan 2 telah trip, dan
2. Unit 1 dan 4 masih sinkron, dan
3. Unit 5 masih sinkron.

INSTRUKSI KERJA
INSERVICE OVER FREQUENCY RELAY
(SIMULASI ISLAND LOAD OPERATION TAHAP II)
Koordinasikan pekerjaan dengan operator unit 7
Pastikan wiring dan terminasi sudah benar
Pastikan link terminal X7/2 masih open
INPUT DC POWER SUPPLY
Pastikan tegangan DC pada terminal X5/61 (+) dan X5/62 (-)
Masukkan link teminal X5/61 (+) dan X5/62 (-), OFR dan UVR hidup
Masukkan link terminal X7/3,
UJI AUTO CHANGE SWITCH
Pasang Fuse 5A ke fuse holder dengan urutan FXPA, FXNA dan FXPB, FXNB
Cek tegangan di terminal X5/67 dan X5/68, dan pastikan tegangan antara kedua terminal ini adalah 56,6 V
Buka FXPA dan FXNA
Cek tegangan di terminal X5/67 dan X5/68, dan pastikan tegangan antara kedua terminal ini adalah 56,6 V
Pasang kembali FXPA dan FXNA dan Cek kembali tegangan di terminal X5/67 dan X5/68 56,6 V
CEK OFR
Masukkan link pada terminal X5/67 dan X5/68
Cek pembacaan tegangan dan frekuensi pada rele OFR MRF3
ALRM TEST
Jumper terminal X7/11 dan X7/12
Cek alarm DCIS Unit 5, 6 dan 7
Jumper terminal X7/11 dan X7/12
Cek alarm di Unit 1~4
FINAL CONNECTING
Cek tegangan pada terminal X7/2, pastikan tegangan pada terminal X7/2 adalah = 0
Masukkan link terminal X7/2
Perpormance : - Teknis
- Non Teknis
Teknis

: 1. Effesiemsi Thermal ( ET ).
2. Plent Heat Rate ( PHR ).
3. Specific Fuel Consumtion ( SFC ).
Non Teknis : - Juimlah pegawai/KW.

- Jumlah Produk/pegawai.
ET
: Jumlah Energi Listrik ( KWH ). Yang dihasilkan dibandingkan dengan jumlah energi dalam bentuk
panas ( kalori ) yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi ( KWH ) tersebut %
PHR

: Jumlah energi yang dibuat dalam bentuk panas/kalori untuk setiap kwh yang dihasilhan satuan K.cal
Kwh

SFC

: Jumlah BB yang diperlukan ( kg ) untuk setiap


Kwh

KWH yang dihasilkan kg

Contoh Hitungan
- Beban : 600 mw
- Mill 1/5 : 5 bh mill
- Flow 88 : 54 T/H untuk mill
- Waktu : 1 jam
* Energi yang dihasilkan
- 600 Mwh
- 800 ( kwh )
* BB yang keluar
- 5 mill x 54 T/H
- 270.000 kg
* 1 Kwh : 870 k.cal ( 859 895 )
* Nilai kalori BB : 5200 kca/kg
jadi
:
Energi yang dihasilkan
: 600.000 x 860
: 516.000.000 K.cal
Energi yang dibutuhkan
: 270.000 x 5200
: 1.404.000.000 kg/cal
Artinya
:Untuk menghasilkan energi listrik sebasis 576.000.000 kal dibutuhkan energi BB sebesar 1.404.000.000
K.cal.
ET
: Energi yang dihasilkan
Kwh yang dihasilkan
: 516.000.000 K.cal
1.404.000.000 K.cal
: 0.3675 ( 36.75 % )
PHR

: Energi yang dibutuhkan


Kwh yang dihasilkan
: 1.404.000.000 K.cal
600.000 Kwh
: 2340 Kcal/Kwh

SFC

: Bahan bakar yang diperlukan


Kwh yang dihasilkan
: 270.000 kg
0.450 kg/Kwh

ET

: Energi yang dihasilkan


Energi yang dibutuhkan

PHR : Energi yang dibutuhkan


Energi yang dihasilkan
Jadi

: ET : 1
PHR
: Karena ET dan PHR mempunyai satuan yang berbeda
Yaitu ET : Kcal/K.cal
PHR: Kcal/Kwh
Maka harus dikalikan dengan 860 Kcal ( 1 Kwh )
ET

: 1 x 860 : 1 x 860
PHR
2340
: 0.3675

EAF : Faktor kesedian pembangkit


EAF : Mampu x jam operasi
Dy terpasang x jam periode
X 100 %
Thermal (ET)= 1
HR
Thermal Effisiens # 5-7 = 37 %
Heat Rate (HR) = Kcal/Kwh
= Banyak BB
Gross Product
HR : SFC x Nilai kalor
SFC x Rp/kg = Biaya Produksi
Tiga Element pengaturan Dram Level
- Feer water flow
- Main stim floe
- Drim level high/low]
Back Press Vlv untuk mempertahankan perbedaan tekanan FW dan Drum level.
Perbedaan gaya Aksial pada turbine
- Jkerrash Bearing
- Bantalan Aksial
Pada saat start up pengaturan Drum level-pengaturan 1 element
- Boller Master dan Turbine Master Auto pada. BT Coordinal (BTC) mode inservice.
- Laju kenaikan saturation tarif saat boila cold start = 930c/jam.
- Eko Recircalatisa VIV dibula jika feed water ada aliran.
Boiler Follow : Boiler Auto
- Prb beban di Boiler akan mengikuti prb beban yang terjadi di Turbine dengan mempertahankan Main stm Press.

Turbine Follow : Turbine Auto


- Prb beban Turbine akan mengikuti prb beban yang terjadi di Boller dengan mempertahankan Main stm Press.

MCR : Max Continius Rate ( Beban Rata-rata )


VIV

: Variable Inlet Valve

BTC ( Boiler Coordinate Control )


- Sys Control antara Boiler dan Turbine dari perubahan beban.
VT ( Valve Tranfer ) untuk mentranfer fungsi control dari Main Stop Vlv ke Governoor Vlv pada saat Roling
Turbine ( 2955 Rom )
Syarat-syarat BTC
- Boiler Master Auto.
- Turbine Master Auto.
- Beban > dari 30 % MCR.
- Governoor Valve ( GV ) untuk mengatur Main Stop yang masuk ke Hp Turbine.
- Inter Cepter Valve ( ICV ) untuk mengatur Ratstop yang masuk ke IP Turbine.
- Reheat stm Valve ( RSV ) untuk mengatur Rh stm masuk ke IP.
- MSV, GV dan ICV RSV buka tutupnya diatur oleh oil control Turbine.
- RSV dicontrol oil EH oleh Control Turbine.
- Over Speed Protection Controler (OPC) sys protecsi Turbine untuk menurunkan putaran, bila Turbine mencapai
107,5 % (3022,5 rpm).
Unit Trip Class Y (Elektrik)
- 86 A1
- 86 B1
Class W (Mekanik)
- 86 B1
- 86 B2
Under Voltage
- 27 R1
- 27 R2
Over Current
- 51
Green Over Current
- 51 N
Defferent Rollay
- 87
Rellay Current
- 50
Gas Trip
- 60
MS/RS Temp
= 550 Alarm
= 560 6000 Sec (100)
= 565 6000 Sec (10)
= 570 - # Trip ( ) (600)
Boiler Drum Level
- 250
+ 225
Furnice Press
- 225
+ 225
FSCB Press Low

= 300 mm H2(20 Sec)


Press Limit
= High = 170 Kg/cm2
Low = 70 kg/cm2
Vaccum Alarm
= 650 mm/Hg
Vaccum Trip = 550 mm/Hg
Normal
= 679 mm/Hg
Bearing oil Low
=
- Alarm
= 0,75 kg/cm2
- Trip = 0,5 kg/cm2
- Kerja = 1,0 1,8 kg/cm2
Freg : 48,5 51,5 H2
Air Condensite ( Besi < 0,002 )
Atotwe II Ammale
Air Drum
Conductivity : < 20 mm/cm
PH Basa : 9,0 9,5
Netral
:7
Asem
:<7
Silika
: < 0,185 ppm
Phospat : 0,3 3,0 ppm
Chlor ( U- ) : < 0,5 ppm
Jika Conductiviti tinggi CBD open
Feed water C : < 10 we/cm
S : < 0,02 ppm
Ph : 9.0.95
(Kearetor) Hyd
: 0,02-0,05
o : < 0,007
Besi: < 0,01
CEP

: Untuk pengisi Deaerator


: Untuk pengisi Drum Via 026
: Untuk Spray LP By Pass
: Untuk Seal BFF Sut BSTR
: Untuk Seal BFPT

BFPT

: Pengisi Drum Melalui HP HTR Eko Drum


: Spray HP By Pass
: Spray RH Steam
: Spray Aux Steam
: Spray PSH dan SSH
: 14,75 PSI

1 kg

Steam Turbine
- Rat Cap : 600.000 Kw
Ex Press :
63 mm Hg
: 169 kg/cm2
: 538 0C
: 22,3 kv
: 0,85

EH Untuk mengontrol/mengatur MSV-GV-RSV-ICV


FSCB

: Untuk pengaman Boiler supaya tidak meledak


( Boiler Xplosif )

Boiler Type : Radian Caroline


Turbine Type : Compressor Tundear
Heat Tranfer
- Konduksi : Dinding Boiler
- Konveksi : Gas-Pipa Aliran
- Radiasi: Nyala api ( ruang bakar )
Hot
Heat

: Panas ( Temperatur ) 0
: Panas Kalor ( energi) G

Eko
Kualitas air, Cp, PH, Ci
1. Start peralatan penunjang
- Bahan bakar, air, listrik
- Control IAC, AS. Aux stm
2. Start C3WP
- Pendingin
- Untuk seal motor-motor
3. Start Instrumen Air Compressor
- Untuk alat-alat control
4. Start CWP
5. Start make Water Pump
6. Start CEP
7. Persiapan Start Boiler
- Kualitas Air ( Cek labor )
- Katup-katup Veat, drum, sunety
- Air Heater
8. Start SUBFF
9. Start ID dan FD Fan
- Untuk Purging
10. Start Igniter oil pump
11. Boiler Purging
12. Boiler Firing
- Jalankan ignitor mulai dari level bawah E/c A/D B/F
13. Persiapan Turbine
- Main Oli Tank ( MOT )
- Lube Oil Turbine ( MOD )
- Turring Gear
- Jop
- EH System
14. Persiapan Generator
- Seal Oil System
- H2 Press
15. Start Vacum Cond. P
16. Persiapan HP dan LP By Press System
17. Rolling Turbine
- Sesuai dengan kondisi start untuk cold warm hot.
18. Start Mill I ( level bawah )
19. Syinkron Generator 15%

20. Persiapan BFPT


21. Pembebanan Generator
22. Start Mill II
- Naikan beban 25%
23. Start BFPT I
24. Tranfer SST ke UST
25. Tranfer SII. BFP. Ke BFPT
- Naikan beban 40%
27. Start Mill III
28. Start BFPT II
- Naikan beban 50%
29. Star Mill IV
- Naikan beban 75%
30. start Mill V
- Naikan beban 100%
AUX Stm
- Untuk Start Igniter
- Untuk perapat turbine ( Gland Stm )
- Untuk pemanas stm coil air herter
- Untuk pemanas Deaerator
- Untuk Inerting Mill
- Untuk Shoot blower untuk desalinetion
AUX Steam Suply
- Dari Unit lain ( start up )
- Dari Unit sendiri
A/ Dari Primari Super Heater
B/ Dari Releat Stm Cross Over
Stm Coil
- Pemanas awal start up
- Mempertahankan panas di air heater
- Menaikan temperatur di air heater
- Supaya Sulfur tidak menempel di element air heater
Co2 Carbon dioksida
Co Carbon mmoksida
Set kg/kg BB
1) Rumus Kebutuhan Udara Total
8/3.C + 8 ( H 0 ) + 5
8

OK. Total
: 100/23,2 x OKTtl
: U. min Total
a) Oksigen Total = OKTtl = mol 02
BM o2
32
b) Volume O2 = mol O2 x 22,4 l = Vol O2
c) Volume O2 = b x 100. l. udara
21
2) Volume Udara pembakaran

3) Gas Uap Hasil pembakaran sempurna


11.C + 9 ( H 0 ) + 25
3
8
4) Udara minimum Total, bila Ex. Air 15%
U.Min Total = ( % Ex Air x U.Min )+ U.Min
5). Nitrogen yang keluar stalk 76,8 = U.Min + N2 dalam BB
100
Nilai kalor bawah
NCv : 8/C = 340 ( H 0 )+ 25.5 + Moistmene
8
Nilai kalor atas
GCv : 8/C = 340 ( H 0 )+ 25.5
8
Untuk NCV dan GCV tidak pernah satuan analis
Jika : kcal/kg mau ke kj/kl dikali 4.18
Dalam setiap BB, unsur yang mudah terbakar aa :
- Carbon
- Hydrogen
- Sulfur
Komposisi udara berdasarkan berat
- Oksigen, 23.2%
- Nitrogen, 76.8%
Komposisi udara berdasarkan volume
- Oksigen, 21%
- Nitrogen, 79%

* HYERID SLIDING PRESS *


OPERATION
Generator Alternator AC ( Alterakting )
- Dinamo DC ( Dirrect )
Komponen Utama Casing
- Stator
- Rotor
Stator Kumparan tpt terbentuknya GGL Induksi
Rotor Kumparan untuk membuat kemagnetan
Unsur-unsur untuk membentuk GGL ( Yang mempengaruhi besar kecilnya GGL )
- Fluq magnet
Rumus
- Penghantar
C = -n dq
- Gerakan relatif
dt
- Alternator :
N = Banyak lilitan
- Kutub dalam
- Kutub luar
Rumus f = n.p
60
f = freg
n = putaran
p = lj pasang kutub
f=50 H2( Rpm) : Putaran/listrik yang dibangkitkan tiap detik menghasilkan 50 periode
( Rps ) : Freqcuency/detik/putaran

Perbedaan tiap phase acd : 1200

Rolling Turbine
1.Turbine Reset
2.Turbine Reguest Auto
3.Speed 400 berhenti ( Rub chek )
400 Hold
2000 Hold
3000
4.TRB Accel 75 Rpm Slow
150 Rpm Normal
300 Rpm Fast
Turbin bypass :
Adalah sebuah alat yang menyediakan laluan uap dari boiler melalui line main stm, cold reheat menuju kondenser.
Fungsi Turbine bypass :
Mempercepat proses startup dan penaikan beban ( runup ) boiler dengan tetap, sesuai dengan batasannya.
Menghindari thermal shock pada reheater, thermal shock dapat terjadi bila Reheater tidak ada fuida pendingin (
uap ) ktk boiler start up
Mempertahankan continutas operasi boiler bila terjadi turbine trip ( load shedding )
Mempertahankan continuitas turbine ( dengan house load ) bila terjadi kehilangan beban tiba-tiba tanpa harus
membuka safety valve untuk drum/ main stm line.
Prinsif kerja Turbine bypass diset secara auto, kecuali pada saat start-up atau shutdown.
- Turbine trip
- Generator-kehilangan beban secara tiba-tiba
Rotor Excentricity
- Normal < 0,05 mm
Alarm > 0,125 mm
Vibrasi Tarbine
- Normal < 0,075 mm
Alarm > 0,125 mm
Trip > 0,25 mm
Diff Expantion
Alarm Short 0,05 mm
Long + 18,5 mm
Trip
Short 1,3 mm
Long + 19,3 mm
Retor Position
Alarm 0,9 mm
Trip 1,0 mm
Journal Bearing
Alarm : 107 0C
Trip : 113 0C
Thrust Bearing

Alarm : 99 0C, 2,10 kg/cm2


Trip : 107 0C, 5,6 kg/cm2
Drum Oil Temp :
Alarm : 77 0C
Trip : 85 0C
Bearing Oil Temp
21 0C 33 0C
Oli Press
Normal
: 1,0 1,8 kg/cm2
Alarm : 0,75 kg/cm2
Trip : 0,5 kg/cm2
Gland Cond. Vac 400 500 mm H2o Vac
Gland Stm
: Terendah 1200C
: Tertinggi 1800C
: Normal 1500C
Misi Mate
: - 83
+ 140
* TOP Automatis < 7,5 0,2 kg/cm2
Test
7,5
* TOP Automatis < 0,85 0,05
Test
0,75
* TOP Automatis < 0,65 0,05
Test
0,58
TOP

: Sebagai baskup. MSD

Data Turbine/Generator
- 767.000 KVA
- 23.000 V ( 23 KV )
- 19.253 A
- 0,85 PF
3 Phase
50 H2
- 3.000 rpm
2 Phole ( sudut )
Turbine
: Coumpound terendah
HP
: 1 ( Aksi ) tek tinggi 9 ( Reaksi )
IP
: 7 ( Reaksi )
LPA : 7 ( Reaksi ) x2 14 28
LPB : 7 ( Reaksi ) x2 14
Jumlah suda Turbine adalah : 45 Tingkat
Brusless
- Rat Cont
: 3300 KW
: 590 V
: 5593 A
: 3000 Rpm
BFPT

: 5 suda tingkat

- Rat cap : 9800 KW


: 5720 Rpm
Ex Press : 69,7 mm Hg
Inlet HP T
: 169 kg/cm2
P : 5380C
LP T : 10,2 kg.cm2
P : 3420C
Komponen utama HP-IP
- Stahmary part
- Rotating element
Stationary terdiri dari :
- Pedstal
- Nozzel Cloks
- Outer Casing
- Dummy Rings
- Inner Casing
- Glend
- Blade Ring
- Bearing
Rotating element terdiri dari :
- Rotor
- Blade
Casing, inner dan outer casing adalah
- Untuk mempercepat start turbin karena pemakaian yang cepat, dan memperkecil AT antara upper dan lower.
NozzleBlock dan Blading
- Merupakan first control stage.
- Blaning merupakan sudu balik.
Dummy Ring
- Untuk mereduksi axial sream force pada saat uap masuk turbine.
Eland Inner gland Ouler gland
Dipasang pada sisi governar dan generator side untuk mengisolasi steam dari dalam terbilu ke atmosfir ( Type
Labirinth )
Bearing
Meredaksi pribrasi pada setiap pembahan beban
- Peredam oil whip
Jenis Bearing no. 1 dan 2 adalah : Tilting pada journal bearing.

SPECIAL
- Click 10,11,60,61
- click 10, ON 10A TURBINE RESET A Ke Master
10B EH AUTO ke AUTO
- Click 60
60A MNTRB ATS STA ke ON
60B MN TRB ATS STARTUP ke START
60C Pilih : WARM, COLD, HOT
- Click 61A : MN TRB ATS START ke START tussn ikuti target.
- Click 10D :
nN TRB TRANS VALVE MSTO GV ( Pada putaran 2995 rpm )
Tussen Syncron
SYNCRON
Click 71A : Filed CB PB ke Closed

71B Auto AVR Ballance O


71C : BNR Auto ke Balance
Close seloefor swiech syncron ke auto.
71B manual
Click 60A ke OFF
Atur 11A INCR Naik

Setelah lead 90 mw Tranfer SST ke UST.


- Click UST ZAZAB ZBZB Prev
- Click 10,5 kv BENTER STN ke posisi UNIT

Gambar Belum

Jenis start Turbin :


1. Cold Start < 190oC FS Exit Temp
3,5 jam Full Speed
3,5 jam Syncron
3,5 jam Ke. MCR
2. WARM

3. Hot Start

< 371 > 190oC


10 menit
10 menit
100 menit
< 450oC
10 menit
10 menit
50 menit

4. Verry Hot Start

Kom MCR 45 menit

Beban : 600 MW
Mill ( 5 bh ) a : Speed : 50 t/h. BB
T
: 66oC
Flow : 90 t/h. PA
T
: 289oC
SEC. AIR DVCK : 148 mm wg/350oC
PRIMARI A DVCK : 897 mm wg/315oC
FUEL FLOW
: 69 %
AIR FLOW
: 77 %
FURNICE
: -12 mmwg
O2
: 2.3 %
MAIN STM P/T : 168 kg/cm2 / 538oC
Flow
: 1883 t/h
RH STM P/T
: 40 kg/cm2 / 538oC
GZ STM P/T
: 0,31 kg/cm2 / 140oC
EXH TEM TRB : 348oC +
BFFT
: 40oC
FW Flow/T
: 1717 t/h / 287oC
Cond Flow
: 1551 t/h
AIR HTR In/OUT : 380oC / 130oC
BFDT P/T Boster : 22 kg/cm2 / 188oC
Flow
: 1100 t/h
BFPT P/T
: 1911 kg/cm2 / 191oC
Flow
: 1060 t/h
: 5000 rpm
DEAE P/T
CER : P/T
Flow
HTR 1 T. in/out
HTR 2
HTR
DEA
HTR 6
HTR 7
HTR 8
ECO
DRUM/BOILER
HP TRB
Instrement Air
Aux stm
Ignikr oil

: 11.5 kg/cm2 / 185oC


: 29,6 kg/cm2 / 42oC
: 1471 t/h
: 42oC / 61oC
: 61oC / 83oC
: 83oC / 140oC
: 185oC
: 191oC / 218oC
: 218oC / 257oC
: 257oC / 287oC
: 287oC / 300oC
: 355oC / 538oC
: 538oC / 348oC
: 7 kg/cm2
: 10. kg/cm2
: 7,0 kg/cm2

Fungsi Super Heater


- Untuk memanaskan uap dari Boiler drum yang masih mempunyai kadar uap basah, sehingga menjadi uap yang
kadar kekeringan tinggi
Fungsi Reheater
- Untuk sebagai pemanas ulang setelah uap dari super heater di expansikan ke HP turbine, uap bekas pemutarab HP
turbine keluar dengan tekanan yang rendah juga temperaturnya dibuat Rehleater untuk efisiensi.
Thermoprobe :

Untuk mengukur dan mengetahui temperatur gas yang masuk ke daerah SH temperatur yang masuk dibatasi 510oC
selama proses start up untuk menurunkan temperatur gas dapat pula menggunakan kelebihan udara ( Exsess air )
yang dialirkan melalui burner.

Freedom Test
Untuk pemeriksaan/pengetesan kebebasan pergerakan shafe-shafe MSV, GV, RSV dan ICV dalam keadaan unit
operasi.
Pengetesan dilakukan pada beban :
70% MCR ( 420 mw ) MSV, GV
90% MCR ( 540 mw ) RSV, ICV
Persiapan
- Menghubungi LOC ( Load Dispech C ) untuk kompirmasi pembebanan.
- Alat Komunikasi ( HT )
- Pemeliharaan ( HLM )
Untuk mengetes manvver valve
Prosedur
-

Beban stabil pada < 70%


Pindahkan Coordinate Control/LFC ke Boiler Follow.
Pindahkan Turbine Master STA ke Manual.
Load Limiter Auto Follow ke ON.
IMP Posisi ON ( Impulse Pressor )
Catat beban, Tek, Temp, posisi Valve.

LOBIK
: LOGIKA/AKAL
: Sesuatu yang dapat diteriama akal.
Seqense
: Urutan-urutan menjalankan
Simbol-simbol
Ada 2 simbol :
: Simbol Rangkaian Logic
: Simbol Rangkaian Pengawetan
Simbol : Benda informasi yang dapat menggambarkan/mengilastrasikan keadaan yang sebenarnya.

GERBANG OR ( ATAU )

GERBANG AND ( DAN )

GERBANG NOT ( TIDAK )

Kontrol Tiga Element

Pada kontrol ini/Cascade feed water forward system kontrol loopnya mempertahankan aliran air yang masuk =
keluar. Error antara sinyal level drum dan sinyal steam flow ad menjadi sinyal feed wts yang dikehendaki hal ini
adalah sinyal permintaan feed ater dibandingkan dengan aliran yang masuk dan perbedaannya akan menjadi output
kontroler. Terdapat kontrol prop. Integral untuk sinyal koreksi feed water pada regalator vlv untuk mengkontrol
prantara pompa BFPT.

Efek kelebihan udara pembakaran


- Kehilangan panas
- Panas diradiasi berkurang
- Panas diconveksi bertambah
Boiler bertekanan negatif
- Mempercepat laju bahan bakar
- Menghindari penumpukan beban.
- Menghindari plash back di mill.

KONDISI MAIN STM


START DINGIN COLD

Tekanan minimum
: 40 kg/cm2
o
Suhu super heat min : 56 C
Suhu uap maximum
: 430oC
Suhu netral HP. Turbine. : < 190oC

Kondisi uap ini agar Turbine mendapatkan pemanasan yang merata serta selisih pemuaian yang optimal.

HUBUNGAN HEAT RATE DENGAN VACUM CONDENSOR


Contoh :
Pada beban 600 MW , steam flow1850 ton/jam , vacum condensor 63 mmhg (abs)
heat rate 1881 kcal/kwh dan heat rate coorection 0 %
bila vacum turun 75,7 mmhg (abs ), heat rate coorection menjadi 1,4 % (lihat grafik)
maka heat rate akan naik menjadi :
HR +

1.4
X .HR
100

1881 kcal/kwh + 0,014 X 1881 kcal/kah = 1907,21 kcal/kwh


berarti kehilangan panas sebesar :
1907,21 kcal kwh 1881 kcal kwh = 26,334 kcal/kwh
bila produksi 1jam 600.000 kwh, panas yang hilang adalah
26,334 kcal/kwh X 600.000 kwh = 15.800.400 kcal
bila nilai kalor batu bara 5200 kcal/kg , panas yang hilang setara
15.800.000 kcal : 5200 kcal/kg = 3038 kg batu bara
bila harga batu bara Rp 150,- / kg, panas yang hilang setara
3038 kg X Rp 150 ,- = Rp 455.700 ,- / jam
demikian juga bila kita dapat memperbaiki vacuum condensor diatas designnya, maka panas yang dapat kita hemat
sungguh besar dan sangatlah berarti untuk meningkatkan effisiensi unit

Kiat kiat mempertahankan vacuum :

Back wash condensor ( kontinyu setiap hari )


Ball cleaning
Jaga kebersihan air laut dari sampah
Pertahankan residual chlorine ( min 0,1 ppm )
Pertahankan level condensor water box ( operasikan vacuum priming pump )
Jaga dan pertahankan seal water temperatur pada condensor vacuum pump

MEDIUM VOLTAGE SYSTEM


(SYSTEM EA)

Safety

I.

Gunakan alat K3 ( helm, sepatu, sarung tangan karet ) dan alat keselamatan kerja yang
direkomendasikan oleh urusan keselamatan kerja.
Lakukan koordinasi dan komunikasi dengan semua yang terkait

Fungsi dan cara kerja


2.1. Fungsi
Pada kondisi normal operasi pada system tegangan menengah, UST ( Unit Service Tranformer ) mensuply
tegangan 10.5 kV ke Bus Switch Gear Unit. Sementara SST (Station Service Tranformer) akan mensuply
tegangan 10.5 kV ke Bus Switch Gear Station .
Bus switch Gear Unit 10.5 kV selanjutnya akan mensuply tegangan untuk :
> Motor-motor utama unit 10.5 kV lewat Motor Breaker.
> Step Down Tranformer 10.5/3.3 kV dan 10.5 kV/400 Volt LVS lewat Feeder Breaker
Bus Switch Gear Station 10.5 kV akan mensuply tegangan untuk :
> Motor Alat Bantu Utama Unit 10.5 kV (SU BFP Unit 5, 6 dan 7)
> Step Down Tranformer 10.5 kV / 400 Volt LVS.
Pada System tegangan menengah 3.3 kV selama operasi normal, Incoming Breaker A/B pada posisi
CLOSE, sementara Tie Breaker pada posisi OPEN. Tegangan menengah 3.3 kV pada 3.3 kV BUS akan
mensuply tegangan untuk motor-motor 3.3 kV peralatan bantu unit.

II. Bagian utama

Unit Service Tranformer (UST ) 23/10.5 kV


Station Service Tranformer ( SST ) 150/10.5 kV
Step Down Tranformer 10.5/3.3 kV

10.5 kV Bus Switch Gear Unit A/B


10.5 kV Bus Switch Gear Station A/B
Incoming Breaker 10.5 kV Bus Switch Gear Unit/Station
10.5 kV Feeder Breaker
10.5 kV Motor Breaker dan 3,3 KV Motor Breaker .
Protection Relay ;
> Over Current Relay ( Relay 51 )
> Ground Over Relay ( Relay 51N )
> Lock Out Relay ( Relay 86 )
> Trip Coil Monitor Relai ( Relay 74 )
> Shyncron Relay
III. Filosofi sistem kontrol dan proteksi
4.1.
Sistem kontrol
Tegangan menengah 10.5 kV merupakan Power Suply utama unit pembangkit Suralaya Unit 5, 6 dan 7.
Oleh karena itu tegangan 10.5 kV harus ada pada saat unit operasi maupun unit tidak operasi.
Untuk 10.5 kV Bus Switch Gear Unit disuply oleh dua power suply yaitu :
a. 10.5 kV Incoming Station Breaker yang mendapat supply tegangan dari Station Service Tranformer
150/10.5 kV. Tegangan 150 kV diambilkan dari sistem transmisi/jaringan 150 kV Bus A dan B Gitet
Suralaya. Kapasitas max SST adalah 67 MVA dengan system cooling NOFA.
b. 10.5 kV Incoming Unit Breaker yang mendapat supply tegangan dari Unit Service Tranformer (
UST ) 23/10.5 kV. Tegangan 23 kV diambilkan dari Output Main Generator sebelum Main
Tranformer. Oleh karena itu Incoming Unit Breaker dapat diposisikan CLOSE jika Main
Generator sudah berbeban kurang lebih 15% Load Gross. Kapasitas satu UST adalah 56 MVA
dengan system cooling ONAN dan ONAF.

10.5 kV Incoming Station dan Unit Breaker dalam operasional akan CLOSE salah-satu diantara kedua
BREAKER tsb. Jika kedua Breaker tsb pada posisi operasi paralel selama 0.5 sec maka 10.5 kV Incoming
Station Breaker akan Trip dari other trip Relay. Oleh karena itu untuk menghindari kehilangan tegangan dan
operasi paralel maka dilengkapi dengan sistem transfer Breaker secara manual maupun auto ( Fast / Slow
Transfer )
Proses transfer Dari UST ke SST melalui 10.5 kV Bus transfer PB
( Biasanya dilakukan pada saat akan Shut Down Unit dengan beban sudah mencapai kurang lebih
15% )
10.5 kV
BUS

10.5 kV bus station


breaker DCIS close
5
10.5 kV bus station
shync

Other permissive
Lock out reset
Remote position
Breker in CONN po

10.5 kV bus station


breaker CLOSE

Circuit breaker open


Circuit breaker not

other 10 5 kV bus unit incoming breake

10 5 kV bus unit incoming breaker

Proses transfer Dari SST ke UST melalui 10.5 kV Bus transfer PB


( Biasanya dilaksanakan pada saat unit Start-Up dengan beban sudah mencapai kurang lebih 15% )
10.5 kV
BUS

10.5 kV bus unit in


breaker DCIS close
5
10.5 kV bus unit in
shync.

Other permissive
Lock out reset
Remote position
Breker in CONN p

10.5 kV bus unit in


breaker CLOSE

Circuit breaker ope


Circuit breaker not

other 10.5 kV bus station incoming br

10.5 kV bus station incoming bre

Transfer dari UST ke SST (Fast transfer)


Diagram logic dari Fast transfer adalah sebagai berikut :

Fast transfer signal ON

Main breaker CLOSE

10.5 kV Bus station Incoming DCIS C


command

Unit trip *)

10.5 kV Bus station Incom


Shyncron

*). Yang dimaksud unit trip disini adalah Unit trip Class Y, unit protection relay 86 A1 dan 86 B1. Karena jika
terjadi main breaker open tetapi turbine generator tidak trip (unit trip class W dari unit protection relay 86 B1 dan
86 B2) maka tidak terjadi transfer dari UST ke SST karena unit akan beroperasi house load dan beban generator
akan dimanfaatkan untuk mensuplai kebutuhan 10.5 kV unit service bus SWGR.
10.5 kV bus incomin
breaker permissive O

S
R

Auto

Fast transfer OFF

10.5 kV bus station


shyncron
5

Auto

Fast transfer ON

Transfer dari UST ke SST (Slow transfer)


Diagram logic dari Slow transfer adalah sebagai berikut :

10.5 kV bus A unit under v


(27R1)
10.5 kV bus B unit under v
(27R1)

10.5 kV Bus Incoming station br


Close command

10.5 kV bus incoming unit


OPEN
Signal slow transfer ON

Logic inisial Slow Transfer ON.

10.5 kV bus incomi


breaker permissive
S

Auto
f
Auto

Slow transfer ON

R
Slow transfer OFF

Slow transfer dari UST dan SST berlangsung jika pada 10.5 kV bus station mendetekasi Under voltage (relay 27R1
dan R2 kerja) yaitu unit breaker open/trip
Auto transfer Fast/Slow hanya terjadi pada transfer dari UST ke SST, tetapi tidak akan terjadi auto transfer dari SST
ke UST
3.3 kV Incoming breaker dan tie breaker
System Tegangan menengah 3.3 kV disupply oleh 10.5 kV Feeder Breaker 2A8B untuk 3.3 kV Bus A SWGR dan
Feeder Breaker 2B8B untuk 3.3 kV Bus B SWGR. Tegangan 10.5 kV dari Feeder Breaker diturunkan oleh Step
Down Tranformer 10.5/3.3 kV untuk mensupply tegangan 3.3 kV Bus SWGR A/B setelah melalui 3.3 kV
Incoming Breaker A/B.
Antara 3.3 kV Bus SWGR A dan B dapat saling mensuppy dengan me-manfaatkan 3.3 kV Bus Tie Breaker
(4B1B).
3.3 kV Tie Breaker akan ke posisi Close jika :
> 3.3 kV Incoming Breaker A atau B OPEN maka 3.3 kV Tie Breaker akan Auto CLOSE
> 3.3 kV Bus A atau B diposisikan stand-by dari CRT pada Normal/Stand By PB . Pada posisi ini, 3.3 kV
Incoming Breaker pada Bus yang diposisikan Stand By akan OPEN sesaat setelah 3.3 kV Tie Breaker pada posisi
CLOSE. Sistem tranfer antara Incoming Breaker dan Tie Breaker dilengkapi dengan Shyncronizing Relay.
Feeder-Feeder Breaker dan Motor Breaker yang ada di :
+ 10.5 kV Bus SWGR Unit adalah:
FDF A, IDF A, PAF A, CWP A, CEP A, 400 V Turbin LVS A, 400 V Boiler LVS A, 3.3 kV SWGR A, 400 V
PCP LVS A, 400 V CW LVS A, 400 V ASH LVS A .
+ 10.5 kV Bus SWGR Unit adalah:
FDF B, IDF B, PAF B, CWP B, CEP B, 400 V Turbin LVS B, 400 V Boiler LVS B, 3.3 kV SWGR B, 400 V PCP
LVS B, 400 V AUX LVS B & D, 400 V ASH LVS B .
+ 10.5 kV Bus SWGR Station A adalah
ASH SWGR A, 400 V Station LVS A, COAL SWGR A, 400 V AUX LVS A & C , SU BFP Breaker A .
+ 10.5 kV Bus SWGR Station B adalah
ASH SWGR B, 400 V Station LVS B, COAL SWGR B, 400 V CW LVS B, SU BFP Breaker B
+ 3.3 kV Bus SWGR A adalah :
C3WP A, Pulverizer A, Pulverizer B, Pulverizer C, BFP Booster A, ASH Blower A .
+ 3.3 kV Bus SWGR B adalah :
C3WP B, Pulverizer D, Pulverizer E, Pulverizer F, BFP Booster B, ASH Blower B, C3WP C .
4.2. SISTEM PROTEKSI
A. Proteksi tegangan menengah 3.3 kV Incoming Breaker Bus A
1. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Diff Relay ( 87 )
2. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Over Current ( 51 )
3. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Ground Over Current ( 51 N )
4. Breaker Failure Relay Current Monitor ( 50 )
B. Proteksi tegangan menengah 3.3 kV Tie Breaker
1. Breaker Failure Relay Current Monitor ( 50 )
2. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Over Current ( 51 )
3. 10.5 kV / 3.3 kV Tranformer A/B Ground Over Current ( 51 N )
C. Proteksi tegangan menengah 10.5 kV Incoming Unit Breaker Bus A/B
1. Boiler Trip
2. Turbin Trip
3. Generator Trip

4. Generator Transformer Trip


5. UST Trip
6. 10.5 kV Bus A/B Unit Incoming Over current (51 )
7. 10.5 kV Bus A/B Unit Incoming Ground Fault ( 51N )
D. Proteksi tegangan 10.5 kV Bus A / B Incoming Station Breaker A / B
1 . 10.5 kV Bus A/B Incoming Breaker Running Paralel selama 0,5 sec
2. 10.5 kV Bus A/B Station Incoming Over Current ( Relay 51 )
3. 10.5 kV Bus A/B Station Incoming Ground fault ( Relay 51 N )
4. SST Trip Lock Out 8601/8602 Relay
> Station Tranformer A/B Winding Temp HI ( 49 )
> Station Tranformer A/B Press Relief Device ( 63 P )
> Station Tranformer A/B Defferential Relay ( 87 , 8702 , 8703 )
> Station Tranformer A/B Ground Fault ( 51N2 , 51N2 )
> Station Tranformer A/B Over Current (50 ,51 )
> Station Gas Trip ( 63 )
Prosedur operasi
Persiapan lokal untuk 10.5 kV Incoming Station/Unit Breaker Bus SWGR Unit A/B , 10.5 kV Incoming
Breaker Station Start-Up Service Bus SWGR A/B, 10.5 kV Feeder Breaker Bus SWGR Unit Service dan Station
Start-Up A/B serta 10.5kV dan 3.3 kV Motor Breaker :
Yakinkan Breaker Breaker tersebut sudah available dengan kondisi sbb :
Breaker dalam keadaaan Connection (Rack in) dengan indikasi CONN
Breaker sudah dalam keadaan Charging dengan indikasi CHARGING
Semua relay sudah dalam keadaan riset ( relay 86 , Trip coil relay dll )
Rem/Loc Select Switch pada posisi REMOTE
Kunci mekanik sudah dilepas dan coba mekanik lock dengan menarik dan mendorongnya.

5.2. Persiapan Control Room :


> Yakinkan semua Permisive 10.5 kV Incoming Station Breaker Unit Service Bus SWGR CLOSE sudah
terpenuhi.
> Yakinkan semua Feeder Breaker dan motor Breaker yang ada pada 10.5 kV Unit Service Bus SWGR masih
pada posisi OPEN .
Prosedur Closing/pengisian tegangan/penormalan pada 10.5 kV Unit Service dan Station Start-Up Service
Bus SWGR A/B :
1. Jika SST dan 10.5 kV Unit / Station Start-Up Service Bus SWGR A atau B telah siap hubungi GITET untuk
memasukan CB 150 kV yang mensupply tegangan ke SST 3 atau 4
2. Jika sisi Low Voltage (sisi secondary ) SST telah ada tegangan 10.5 kV maka 10.5 kV Incoming Station
Breaker Unit Service Bus SWGR akan CLOSING secara Auto .
3. Yakinkan 10.5 kV Unit Service Bus SWGR A atau B sudah ada tegangan 10.5 kV.
4. 10.5 kV Incoming Breaker Station Start-Up Bus SWGR A atau B dapat di Closing dan yakin-kan pada Bus
SWGR Station sudah ada tegangan 10,5 kV.
5. Feeder Breaker 10.5 kV pada Unit Service dan Station Start-Up Bus SWGR A atau B dapat dimasuk-kan
dengan memperhatikan :
Step Dwon Transformer 10.5 kV / 400 V dan 10.5 kV / 3.3 kV telah siap untuk dioperasikan . ( Lihat
TAGGING dan hubungi sie Listrik )
Incoming Breaker Bus 400 V atau 3.3 kV masih pada kondisi OPEN .
Lakukan koordinasi dengan operator lokal .
6. Jika diperlukan motor- motor Breaker 10.5 kV dan 3.3 kV dapat diposisi-kan StandBy ( Breaker posisi
Available ).
7. Jika Feeder Breaker 3.3 kV SWGR telah dimasukkan dan tegangan Low Voltage (LV) sudah ada maka
Incoming Breaker 3.3 kV Bus SWGR dapat dimasukan dengan transfer dari Tie Breaker Bus SWGR 3.3 kV
dari normal / stand-by PB pada posisi Normal.
Pada saat beban generator sudah mencapai 15% Load Groos maka dapat dilaksanakan Tranfer Incoming
Breaker 10.5 kV Unit Service Bus SWGR dari Incoming Station Breaker (SST) ke Incoming Unit Breaker
(UST) . Yakinkan dulu bahwa 10.5 kV Incoming Unit Breaker sudah terpenuhi permissive closingnya dapat
dilihat pada permisive di CCR.
Tekan switch Unit pada Station-Unit Transfer dan yakinkan 10.5 kV Incoming Unit Breaker sudah CLOSE
dan 10.5 kV Incoming Station Breaker OPEN (lihat logic manual transfer dari SST ke UST). Pada saat 10.5 kV
Incoming Unit Breaker sudah Close yakinkan Auto Transfer (Fast/Slow Transfer) sudah ON untuk menjaga
keandalan supply tegangan 10.5 kV pada 10.5 kV Bus SWGR Unit pada saat Unit trip dari Unit Proteksi 86A1
dan 86B1. Pada kondisi seperti ini SST hanya mensupply tegangan 10.5 kV pada Station Service Start Up Bus
SWGR A atau B.
Prosedur OPENING 10.5 kV Unit Service Bus SWGR A atau B dan Station Service Start Up Bus SWGR A atau B
serta 3.3 kV Bus SWGR :
1. Masukan semua Tie Breaker pada 3.3 kV Bus SWGR dan 400 V LVS serta lepas Incoming Breaker 3.3 kV
Bus / 400 V Incoming Breaker yang mengambil supply tegangan dari 10.5 kV Unit Service Bus SWGR dan
10.5 kV Station Service Start Up Bus SWGR Yang akan dibebaskan .
2. Lepas 10.5 kV Feeder Breaker pada Unit Service Bus SWGR dan 10.5 kV Station Service Start Up Bus
SWGR yang Incoming Breaker 3.3 kV dan 400 V sudah dilepas .
3. Stop semua Motor-motor 10.5 kV yang mengambil supply tegangan dari 10.5 kV Unit Service Bus SWGR dan
10.5 kV Station Service Start Up Bus SWGR Yang akan dibebaskan .
4. Setelah yakin semua Feeder Breaker/Motor Breaker sudah stop sehingga 10.5 kV Unit Service Bus SWGR dan
10.5 kV Station Service Start Up Bus SWGR sudah NO LOAD, Infomasikan ke GITET bahwa SST dapat
dibebaskan.
5. Setelah SST bebas tegangan, 10.5 kV Incoming Station Breaker Bus SWGR Unit A atau B dan 10.5 kV
Incoming Breaker Station Start-Up Service Bus SWGR A atau B dapat dilepas
Catatan : Prosedur pembebasan tegangan diatas hanya pada kondisi unit stop atau unit beroperasi dengan
beban 50% MCR dan supply tegangan untuk 10,5 kV Unit Service Bus SWGR A atau B masih dari SST.

Sistem monitoring dan batasan operasi


Station service transformer (SST
Unit 5,6 dan 7 mempunyai 2 SST ( SST 3 dan 4 ) yang mampu mensuplai kebutuhan beban pemakaian sendiri di
PLTU unit 5, 6 dan 7 secara bersamaan. Baik pada saat start-up maupun pada beban penuh. Pada saat beban 15%
(gross) sebaiknya power suplai ke 10.5 kV incoming breaker unit service bus SWGR ditransfer dari SST ke UST
untuk keandalan suplai tegangan ke bus tersebut. Satu SST mempunyai maksimum load 67 MVA, sementara pada
beban penuh masing-masing unit memerlukan 10 MVA pada unit service bus SWGR dan 5 MVA pada station
service start-up bus SWGR
Unit service transformer (UST)
Masing-masing unit PLTU Suralaya 5, 6 dan 7 mempunyai 2 UST yang akan mensuplai 10.5 kV unit service bus
SWGR A dan B di masing-masing unit tersebut. Satu UST mempunyai daya maksimum 56 MVA.
10.5 kV unit service bus SWGR A dan B masing-masing mempunyai kapasitas 50% MCR. Sehingga jika terjadi
salah satu 10.5 kV unit service bus SWGR trip
maka unit akan derated 50%

Intertripping dan pengaruhnya terhadap unit dan peralatan lainnya


Pada saat unit trip Class Y dengan unit protection relay yang kerja adalah 86 A1 dan 86 B1 akan memberi
sinyal fast transfer dari incoming unit breaker ke incoming station breaker. Jika proses fast transfer ini
terjadi dengan sempurna maka pada 10.5 kV unit service bus SWGR tidak sempat kehilangan tegangan
karena pada proses transfer ini terlebih dahulu terjadi shyncronizing.
Jika terjadi kegagalan Fast transfer maka akan terjadi slow transfer setelah mendeteksi terjadinya undervoltage pada
10.5 kV unit service bus SWGR. Dalam kejadian tersebut maka motor-motor 10.5 kV dan 3.3 kV akan trip terlebih
dahulu dari undervoltage relay-nya, karena setting under voltage motor breaker lebih tinggi dari pada setting under
voltage inisial Slow Transfer. Jika sampai terjadi kegagalan fast transfer pada kedua Unit Service Bus SWGR maka
yang terjadi adalah semua power supply yang ke unit akan hilang yang akan menyebabkan semua peralatan di unit
akan trip, kecuali peralatan yang mempergunakan arus DC dan dari station start-up service bus.
Tindakan operator adalah :
1. Yakinkan 10.5 kV incoming station breaker unit service bus SWGR A dan B sudah masuk dan pada Bus
SWGR sudah ada tegangan.
2. Masukkan feeder breaker 400 V Boiler LVS A dan B dan normalkan tegangan pada 400 V bus Boiler LVS
serta masuk-an incoming breaker ke semua MCC Boiler dan segera start electric motor drive untuk SAH
A/B dan PAH A/B
3. Normalkan 400 V TRB LVS dan masuk-an incoming breaker ke semua MCC Turbin serta start system lube
oil dan turning gear BFPT A/B dan Main turbine
4. Masukkan feeder breaker 3.3 kV A/B dan normalkan 3.3. kV bus SWGR A/B serta start C3WP
5. Persiapkan dan start CWP A/B
6. Khusus untuk unit 5 yakinkan 400 V AUX LVS A/B dan C/D serta 400 V Circulating Water LVS sudah
normal
7. Yakinkan demin transfer pump dan fuel oil pump sudah beroperasi
Untuk memperkecil kemungkinan gagal transfer dari UST ke SST maka dapat selalu diyakinkan fast transfer dan
slow transfer pada posisi ON.
7091073 JA

1.TURBINE LUBE OIL SYSTEM


Sistem pelumasan pada turbin diperlukan untuk memasok minyak pelumas yang bersih dengan tekanan dan temperatur
guna :
Melumasi bantalan turbin, generator dan exciter

Sistem proteksi turbin

Sitem kontrol dan hidrolik

Sistem jacking turbin generator

Fungsi minyak pelumas sebagai media pelumas dalam turbin adalah :

Meredam getaran

Mengurangi gesekan antar material

Mengurangi keausan

Mencegah timbulnya korosi

Pendingin metal

Menaikkan kekuatan transmisi (power transmission)

Peralatan penting yang ada dalam sistem pelumasan turbin generator adalah:

Tangki minyak pelumas

Pompa pelumas

Saringan (strainer)

Pendingin minyak pelumas (lube oil cooler)

Regulator

Pemurni minyak (purifier)

1.1 Tangki pelumas (Main Oil Tank)


Tangki pelumas berfungsi sebagai reservoir guna memasok kebutuhan minyak bagi sistem pelumasan dan
lainnya serta menampung minyak yang kembali dari system pelumasan. Didalam tangki dilengkapi dengan filter
untuk menyaring kotoran. Dalam tangki juga dilengkapi dengan vapour extractor untuk menghisap uap minyak yang
terbentuk serta saluran drain untuk membuang kotoran/lumpur yang terbentuk dalam minyak. Untuk melihat level
minyak dalam tangki secara visual disediakan gelas duga dan tongkat pengukur (deep stick)

1.2 Pompa pelumas (Lube Oil Pump)


Pompa-pompa pelumas berfungsi untuk menjamin kontinuitas aliran dan tekanan minyak dalam sistem
pelumasan.Dalam sistem pelumasan turbin generator terdapat 5 buah pompa pelumas yaitu :
a) Main oil pump
Main oil pump merupakan pompa sentrifugal yang yang terpasang di pedestal turbin dan digerakkan oleh poros
turbin, artinya pompa ini dioperasikan dalam keadaan turbin sudah beroperasi normal (putaran 90%).
Main oil pump ini memasok kebutuhan minyak untuk :
Sistem pelumasan turbin

Minyak pengatur (control oil) untuk governor


Minyak penggerak servomotor/actuator hidrolik
Back-up supply untuk minyak perapat poros generator ( seal oil system)
Pompa dipasok dari ejector minyak pada tekanan 1-12,5 bar dengan tekanan sisi tekan proporsiaonal terhadap
putaran. Teknaan discharge berkisar anrta 20-30 bar tergantung desain.

b) Auxiliary lube oil pump


Pompa ini digerakkan oleh motor AC. Berfungsi sebagai pemasok minyak manakala Main oil pump belum bisa
menjalankan tugasnyamisal saat putaran turbin rendah atau saat start turbin. Ini dipergunakan saat Start unit,
shutdown ataupun masalah lain pada MOP.Berfungsi sebagai.,

Sistem pelumasan turbin

Minyak pengatur (control oil) untuk governor

Minyak penggerak servomotor/actuator hidrolik

Back-up supply untuk minyak perapat poros generator ( seal oil system)

Pemasok sissi hisap MOP

c) Turning gear oil pump


Pompa ini digerkkan oleh motor AC, dan hanya berfungsi sebagai pelumas saja ketika turbin diputar dengan Turning
Gear.

d) Emergency oil pump


Pompa ini digerakkan dengan arus DC yang dipasok dari baterai. Ini bekerja saat pasokan listrik AC tidak ada, misal
saat kondisi blackout ataupu pasokan minyak dari pompa lain tidak ada.
e) Jacking Oil pump
Minyak dapat disuplai kedalam bantalan hanya akan memberikan lapisan minyak (oil film) apabila poros berputar.
Bila poros coba diputar dari keadaan diam maka akan sulit karena beratnya rotor. Untuk itulah didesain jacking oil
pump yang berfungsi untuk mengangkat poros turbin (jack) dengan tujuan menghindari terjadinya gesekan static
antara poros dengan bantalan ketika poros turbin akan mulai berputar dari keadaan diam (stand still). Pompa ini
menghasilkan tekanan pompa yang sangat tinggi.

1.3 Pendingin minyak (Oil Cooler)


Oil cooler berfungsi untuk menyerap panas minyak pelumas yang keluar dari bantalan turbin. Terdapat 2 cooler
dimana yang satu standby. Jika cooler yang satu kotor maka cooler yang lain akan berjalan. Arti standby disini
saluran cooler dalam minyak benar-benar bebas dari udara dan saluran minyak telah terisi penuh dengan udara.
Untuk membuang udara yang ada dalam sauran minyak maka dilakukan venting pada saluran tersebut, dan dalam
waktu yangh bersamaan minyak pelumas menalir dan mendorong udara keluar dari cooler. Bila saluran venting telah

keluar minyak, maka udara telah habis dan venting harus segera ditutup. Temperatur minyak ini diatur karena
berhubungan dengan voiscositas pelumas yang membentuk lapisan (film ) saat melumasi bantalan.

1.4 Pemurni minyak (Oil Purifier)


Pemurni minyak ini berfungsi untuk membersihkan kotoran-kotoran minyak pelumas dari air dan benda-benda asing.
Minyak yang diambil dari pemanas pada main oil tank dengan temperatur sekitar 77oC dilewatkan ke purifier ini.

1.5 Filter (Strainer)


Fungsi dari strainer yang adalah untuk untuk menyaring kotoran yang ada dalam minyak pelumas.

1.6 Gangguan yang timbul pada sistem pelumasan


N Gangg Identifikasi
Penanggulan
o uan
masalah
gan
1 Lube
Ada valve
Temukan
. oil
yang belum
dan buka
pressu
buka
jika ada
re low
(masuk dan
valve yang
keluar)
belum
Saringan
terbuka
kotor
Ganti dan
Adanya
bersihkan
kebocoran
strainer
Tambahkan
minyak
Rendahnya
oil sampai
level oil
level yang
tank
diijinkan
2 Lube
Level pada
Temukan
. oil low
oil tank
kebocoran
level
rendah
dan
Adanya
tambahkan
kebocoran
minyak
minyak

3
.

Lube
oil
temp
high

4
.

Motor
pump
trip

Adanya
valve air
pendingin
pada oil
cooler yang
belum
terbuka
Tidak
adanya
aliran air
pendingin
pada oil
cooler
Viskositas
minyak
turun
Warna
minyak
hitam dan
berbusa
Rendahnya
discharge
pressure
lube oil
pump
Adanya
gesekan
antar metal
pada motor
(kelainan
suara)
Overload
pada motor
(panas pada
motor)
Vibrasi
tinggi
Catu daya
tidak
conect

Temukan
dan buka
jika ada
valve air
pendingin
yang belum
terbuka
Periksa
pada sight
glass
apakah ada
aliran air
Ganti
minyak
atau
tambahkan
aditive dan
koordinasik
an dengan
labor
Naikkan
tekanan
discharge
lube oil
pump
Laporkan
kelainan
pada
bagian
pemelihara
an

1.7 Gangguan sistem pelumasan pada unit


N Gangg Identifikasi
Penanggula
o uan
masalah
ngan
1 Minya Tekanan
Periksa
. k
gland
selalu
terkont
steam
kondisi
aminas
tinggi
tekanan
Terdapat
i air
gland
dan
kebocoran
steam,
berbus
steam pada
atur jika
labyrinth
a
terlalu
tinggi
Perlu
pengelasa
n

2 Minya
. k
pelum
as
kotor

Viskositas
minyak
turun
Vibrasi
tinggi
Minyak
terkontami
nasi
serpihan
logam
karena
gesekan
antar
material

3 Tempe
. ratur
minya
k
cukup
tinggi

Vibrasi
tinggi

labyrinth
yang
rusak
Ganti
minyak
atau
tambahka
n zat
additive

Periksa
selalu
vibrasi
dan atur
balancing
turbin/ge
nerator
dengan
balancing
weight

2. CONDENSOR
Fungsi kondensor adalah mengkondensasikan uap bekas dari turbin menjadi air kondensate melalui pipa-pipa
pendingin agar dapat disirkulasikan kembali. Akibat kondensasi ini sisi uap kondensor termasuk hotwell berada pada
kondisi vacuum.
Prinsip kerja :
Air laut sebagai media pendingin masuk ke box condensor didistribusikan ke pipa-pipa kecil (tube condenser) untuk
menyerap panas yang diterima tube dari extraction steam LP-turbine. Untuk mengoptimalkan pendinginan di
condenser maka :

Level air laut harus penuh dilakukan dengan :


- Vacuum priming
- back wash dan ball cleaning (untuk mencegah pengurangan flow air)
- Venting
Pasokan uap perapat harus terpenuhi
Ejector ataupun Pompa vacuum bagus
Tidak adanya kebocoran udara keluar kondensor
Tidak adanya drain yang terbuka saat beroperasi
Temperatur air pendingin rendah
Tube condensor bersih dari kotoran/ganggang laut

2.1 Bagian condensor


Hotwell
Water box

2.2 Sistem pengukuran dan pengaturan condensor


Sistem pengukuran dan pengaturan dalam condenser antara lain :
a)

differensial temperature condenser yang tinggi antara inlet dan outlet , Jika tinggi maka dilakukan :
Condensor backwashing : yang dilkukan pada kondsi tertentu tergantung kondisi air laut dari water intake
Ball cleaning system : dilakukan pada kondisi tertentu tergantung kondisi air laut dari water intake

b)

Vacuum priming atau pompa venting untuk menghisap udara yang terjebak pada water box. Ini dilakukan

untuk menghindari vacuum drop.

2.3 Sistem pembuangan udara ke sisi kondensor (priming System)


Fungsi utama system priming adalah untuk membuang udara dari air pendingin utama agar air pendingin dapat
mengisi seluruh permukaan kondensor sehingga proses pendinginan efektif. Saluran pembuangan udara sisi air
pendingin terletak pada bagian atas water box sisi inlet dan sisi out let kondensor .
Ada 2 macam system priming yang banyak di pakai, yaitu :
1. Sistem Priming Tertutup
Pada system ini pembuangan udara dilakukan melalui saluran dan katup venting dibagian atas water box
hanya dengan mengandalkan tekanan air pendingin.
2. Sistem Priming Terbuka .
Pada system ini udara dikeluarkan dari water box melalui saluran yang sama tetapi dengan bantuan perangkat
vacuum pump.

2.4 Taproge system


Taproge adalah system pembersih pipa kondensor sisi air pendingin dengan menggunakan sarana pembersih berupa
bola - bola karet yang disebut bola Taproge dengan cara mensirkulasikan bola bola tersebut bersama air penfingin.

Bila pipa air pendingin dinyatakan kotor dan tidak teratasi oleh backwashing, maka system Taproge dapat
dioperasikan.
Untuk keperluan ini, pada saluran air pendingin keluar di pasang semacam saringan berengsel yang terdiri 2 bagian
seperti layaknya sepasang daun pintu teralis. Perangkat ini disebut catcher yang berfungsi untuk menangkap bola bola Taproge agar tidak ikut terbuang ke outfall .
Sebelum mengoperasikan system Taproge, catcher harus dalam posisi tertutup (catch position). Bila menggunakan
bola - bola Taproge baru, bola - bola Taproge sebaiknya terlebih dahulu direndam dalam air dan diremas - remas
guna menghilangkan udara dari dalam bola. Bola kemudian dimasukkan pada penampung (ball collector) yang
dilengkapi dengan tingkap berlubang - lubang
Bila tingkap tertutup, maka hanya air yang dapat mengalir melalui lubang lubang tersebut, sementara bola - bola
Taproge tertahan di dalam collector. Bila tingkap terbuka maka air dan bola - bola Taproge dapat mengalir. Setelah
bola Taproge di masukkan ke collector dengan tingkap posisi tertutup, jalankan pompa sirkulasi (Taproge Pump),
kemudian buka tingkap pada collector dan bola - bola Taproge akan mengalir bersama air ke sisi (inlet) kondensor.
Untuk selanjutnya masuk ke pipa - pipa penfingin dan akhirnya keluar sambil membawa kotoran - kotoran dari pipa
kondensor. Ketika sampai outlet bola - bola Taproge akan tertahan pada catcher dan diarahkan kembali ke collector.
Sirkulasi ini terus dilakukan sampai selang waktu tertentu, sesuai instruksi buku manual. Bila dirasa sudah cukup,
tutup tingkap pada collector, dan biarkan system tetap beroperasi beberapa saat guna memberi waktu bagi bola bola
Taproge untuk terkumpul seluruhnya di dalam collector. Bila dipandang cukup, matikan pompa dan catcher dapat
dibuka kembali.

2.4 Performance operasional condensor


Unjuk kerja dari kondensor dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut :
a) Kebersihan permukaan tube sisi air pendingin
Kotoran yang menempel permukaan tube dapat menghambat transfer panas dari uap ke air pendingin serta
memperkecil flow air.
b) Kebersihan permukaaan tube sisi uap
Apabila tube diselubungi gas yang tak bisa terkondensasi maka transfer panas dari uap ke air akan terhambat.
c) Flow air pendingin
Flow air yang kurang akan mengurangi kemampuan pendinginan sehingga temperatur dan tekanan kondensate
akan naik.
d) Temperatur air pendingin
Temperatur air pendingin dimana dalam hal ini menggunakan air laut dipengaruhi oleh musim .
e) Adanya udara/gas dalm air pendingin
Adanya air dalam air akan menghambat proses heat transfer antara uap dengan air laut .
f) Adanya udara/gas dalam uap
Jika gas yang terbawa oleh uap tidak dapat terkondensasi maka akan menyebabkan naiknya tekanan condensor
g) Kemampuan peralatan pembuat vacuum
Jika ejector bermasalah maka tekanan kondensor akan naik (vacuum drop)
h) Level air kondensate

Jika level kondensate tinggi maka akan menggenangi tube kondensor yang menyebabkan temperatur dan
tekanan naik. Jika terlalu rendah juga mengakibatkan kavitasi pada Condensate Extraction Pump.
2.5 Permasalahan pada condensor yang menyebabkan vacuum drop
Masalah :
Kebocoran
pada pipa
pendingin

Proteksi katodik
tidak bekerja
dengan bagus
Korosi karena
ganggang laut

Kotoran
pada pipa
pendingin

Belum
dilakukan
backwashing
dan ball
cleaning
Pressure
Pressure gauge
inlet water tidak bagus
condenser
Disc press.
low
CWP low
karena banyak
sampah.
Delta
Belum
temperature dilakukan ball
inlet dan
cleaning dan
outlet
back washing
condenser
terlalu
tinggi
Aliran CW Saringan air
tidak
masuk (water
mencukupi intake ) menuju
(vacuum
CWP kotor
drop)
sehingga
menghambat
aliran pendingin
Pengotoran
pada tube plate
condenser
Kemampuan
pompa CWP
berkurang
Pasokan
Saluran pipa
gland
gland steam
steam tidak tersumbat/bocor
mencukupi Tekanan gland
(vacuum
steam rendah
drop)

Gangguan
pada fungsi

Tekanana aux.
steam rendah

Perbaikan
proteksi
korosi baik
katodik
ataupun
chemical
pelumpuh
ganggang
laut
Lakukan
backwashing
ulang jika
kondisi air
kotor
Perbaiki
pressure
gauge
Operasikan
screen wash
pump
Lakukan
backwashing
dan ball
cleaning

Operasikan
screen wash
pump
Lakukan
backwashing
dan proteksi
korosi baik
katodok
ataupun
pelumpuh
ganggang
Periksa
CWP
Tutup
kebocoran
gland steam
Naikkan
tekanan
gland steam
sesuai set
point
Naikkan
tekanan

ejector

Saluran air pada


ejector bocor
Saluran uap
Aux. steam
bocor
Level drain
tinggi

Adanya
kebocoran
udara
sehingga
masuk ke
kondensor

Pipa bocor

aux.steam
Tutup
kebocoran
baik sisi uap
ataupun sisi
air
Buka drain
ejector

Saran:
Hendaknya ejector dilengka[pi dengan perlatan penunjukan persentase udara yang terbuang dari kondensor.

3. GSW SYSTEM
NAMA

FUNGSI

PERALATAN

PERALATAN

a. Mill Lube

Mendinginkan minyak

Oil Cooler

pelumas

Boiler Food

Mendinginkan minyak

Pump

pelumas dan winding

Cooler

motor

b. Gas

Mendinginkan lube oil

Recirculatio

bearing dan winding

n Fan

motor

Cooler

Mendinginkan lube oil

c. Primary Air
Fan Cooler

bearng dan winding


motor

d. Induce Draft Mendinginkan lube oil


Fan Cooler
e. Forced

bearing dan winding


motor

Draught Fan Mendingionkan lube


Cooler

oil bearing dan

f. Main and

winding motor

Mill Air

Mendinginkan lube oil

Heather

bearing dan winding

g. Analitycal
Instrument

motor
Mendinginkan bearing

Cooler
h. Service Air
Compressor
i. Instrument

Mendinginkan udara
dan sebagai seal piston
Mendinginkan udara

Air

dan sebagai seal piston

Compressor

Mendinginkan H2

j. H2
Generating

Mendinginkan minyak

House
k. Turbine

Mendingikan H2 seal

Lube Oil

oil

Cooler

Mendinginkan udara

l. H2 Seal Oil

untuk exiter

Unit
m. Exciter Air
Cooler

NAMA

FUNGSI

PERALATAN

PERALATAN

a. GSW

Sebagai tangki

Head

penampung GSW

Tank

dalam system tertutup


(close loop)

b. GSW

Memompa air dari

Pump

GSW head tank ke


GSW cooler

c. GSW
Cooler

Mendinginkan air
dalam GSW system /
Reganerasi GSW dari

d. GSW

temperature

Auto

Menyaring air yang

strainer

beroperasi secara

otomatis berdasarkan
AP ataupun interval
waktu sesuai
keperluan sistem

General Service Water (GSW) ini merupakan pensuplai air pendingin yang di gunakan beberapa peralatan pndingin
di PLTU Suralaya.
Pada beberapa peralatan di PLTU Suralaya dalam operasinya memerlukan suatu system pendinginan agar peralatan
tersebut dapat beroperasi dengan baik .
GSW mensuplai air pendingin ke semua system pendingin yang di sirkulasikan secara tertutup.
GSW Head Tank di hubungkan pada header pompa GSW yang berfungsi untuk menjaga tekanan atmosfir dan agar
selalu tersedia air untuk di pompakan. GSW head tank ini di suplai dari tangki air demin.
Keluar dari pompa , air di dinginkan pada GSW Cooler dimana sebagai air pendinginnya digunakan air laut. Air
pendingin kemudian di saring pada Self Cleaning Strainers yang selanjutnya di distribusikan ke system pendingin
yang ada.

DEMIN
G
S

GS

SISTEM KONTROL ELEKTRO HIDROLIS (EH)

DESKRIPSI SISTEM ELEKTRO HIDROLIS (DEHC)


Fungsi dan Konstruksi Umum
Fungsi dari Sistem High Pressure Elektro-Hidrolis fluid adalah memberikan suatu gaya tekanan (motive force)
hidrolis dengan menggunakan suatu media fluida yang akan mengatur pembukaan valve steam turbin terhadap
respon perintah elektris dari controller elektronik, yang diaktifkan melalui servo-actuator.
Terdapat 2 buah sistem yang dipergunakan untuk mengendalikan operasi unit turbin generator. Masing-masing
saling terpisah dan berdiri sendiri, namun saling terhubung (interlock) melalui emergency trip valve yang
memberikan sistem trip terpadu yang efektif.
Sistem lubrikasi oli selain berfungsi sebagai pelumasan untuk bearing, juga berfungsi untuk memasok oli hidrolis
bertekanan untuk menjalankan peralatan auto stop, trip thrust bearing dan low bearing oil pressure.
Sistem High Pressure EH Fluid
Sistem Fluid
Desain sistem fluida untuk sistem elektro hidrolis memiliki perbedaan karakteristik dengan fluida lain. Untuk
memenuhi kriteria keandalan dan keamanan, dipergunakan material oli sintetis yang berbeda dengan oli mineral
biasa. Material yang dipergunakan adalah Diluted tri-aryl phosphate ester yang akan memiliki karakteristik
pelumasan yang baik, tahan api dan kestabilan viskositas.
Fluida ini tidak boleh dipergunakan pada sistem dengan temperatur di bawah 20oC. Jika temperatur lebih rendah,
fluida harus dipanaskan dengan menggunakan pompa polishing, sebelum pompa utama oli dijalankan.
Peralatan Sistem Fluida
Peralatan utama sistem EH yaitu reservoir, akumulator, servo actuator valve steam saling terhubung dengan pipa
yang menggunakan material baja stainless. Peralatan sistem EH tersebut adalah :
1. Tanki Minyak (Fluid Reservoir) 1 unit
Memiliki kapasitas 760 liter dan terbuat dari stainless steel. Manhole terletak dibagian atas tanki yang ditutup
oleh plat cover yang dibaut. Tanki minyak ini memiliki valve drain yang dioperasikan secara manual dan fasilitas
saluran untuk pengisian.
2. Pompa Minyak (Fluid Pump) 2 unit
Masing-masing memiliki kapasitas yang sama dan dihubungkan dengan motor penggerak listrik melalui kopling
fleksibel. Pompa didesain untuk mampu beroperasi terus-menerus (continous duty) dan diletakkan dibawah level
fluida untuk mendapatkan daya hisap positif.
3. Saringan hisap pompa (Pump Suction Strainer) 1 unit
Saringan hisap pompa dipasang secara vertikal terhadap tangki minyak. Saringan terbuat dari anyaman baja
dengan ukuran 150 mesh dapat diganti setiap saat melalui lubang atas tangki tanpa mengganggu peralatan lain.
4. Blok kontrol
Terletak di bagian atas dari tangki minyak dan memiliki komponen sebagai berikut :

a. Switch Pressure Differential 2 set


Digunakan untuk mengindikasikan perbedaan tekanan (differential pressure) antara sisi masuk dan keluar
saringan oli yang dipasang pada sisi discharge (outlet) dari rangkaian pompa.
b. Filter 10 mikron tipe Catridge 6 set
Filter tipe catridge ini masing-masing dipasang secara terpisah, dapat dibersihkan dan dipergunakan lagi
dengan suatu teknik pembersihan khusus. Filter catridge ini dipasang dengan sebuah mounting ring dan O
seal ring.
c. Pressure control atau Unloading Valve 2 set
Digunakan untuk mengatur tekanan hidrolis rangkaian fluida dengan operasi buka-tutup valve discharge
pompa oli. Saat pembebanan rendah, tekanan oli tersimpan dalam rangkaian akumulator. Sedangkan saat
tekanan oli melebihi tekanan set point yang telah ditentukan, secara otomatis output pompa akan
diarahkan langsung ke tangki oli dengan tekanan discharge yang rendah.
d. Check Valve 2 set
Check valve dipasang pada rangkaian oli tekanan tinggi pada sisi discharge (keluaran) pada pompa.
e. Relief Valve 1 set
Berfungsi sebagai back up dari unloading valve sekaligus pengaman dari rangkaian EH. Dipasang diantara
kedua Unloading Valve. Apabila tekanan oli melebihi tekanan set point dari relief valve, maka oli akan
langsung dialirkan kembali ke tanki minyak.
f. Shut Off Valve 2 set
Dipasang pada saluran oli tekanan tinggi menuju Unloading valve. Penutupan secara manual pada valve ini
akan mengisolasi blok kontrol dari oli tekanan tinggi, sehingga dapat dilaksanakan proses pemeliharaan
dan perbaikan pada komponen Unloading valve, filter, check valve dan pompa oli.
5. Plat magnetik 2 set
Plat magnetik yang terbuat dari baja stainless dipasang terendam dalam tanki oli. Berfungsi untuk menangkap
partikel-partikel metal yang dikandung dalam oli. Masing-masing plat tersebut dapat dilepas dan dibersihkan
kembali.
6. Fluid Level Control Switch 2 set
Switch level kontrol oli tipe displacement berfungsi untuk mengaktifkan mekanisme kontak saat terjadi
perubahan level oli pada tanki. Digunakan 4 buah kontak yang masing-masing berfungsi sebagai berikut :
a. Alarm oli high level 1 buah
b.Alarm oli low level 1 buah
c. Trip Pompa oli (akibat low level) 2 buah.
7. Test Valve 1 set
Test valve dipasang pada rangkaian oli dekat switch pressure pompa oli. Susunan ini akan mengizinkan switch
start-up pompa oli yang sedang standby untuk dites secara remote. Jika dioperasikan, test valve akan
membuka drain dari saluran oli tekanan tinggi. Akibatnya akan terjadi penurunan tekanan oli, sehingga akan
mengaktifkan switch tekanan pompa auxiliary untuk menstart pompa. Pada sisi sebelah atas dari pressure
switch dipasang orifice yang akan menghindari terjadinya penurunan tekanan pada rangkaian oli utama
sehingga tidak mengganggu operasi dari komponen actuator.
8. Temperatur control valve 2 set
Dipasang pada saluran masuk (inlet line) dari cooling water menuju heat exchanger. Valve ini dihubungkan
dengan thermostat yang dipasang pada tanki oli. Hal ini akan memberikan kontrol modulasi pada air
pendingin yang masuk ke heat exchanger untuk mengatur suhu oli. Pada sisi masuk air pendingin dipasang
sebuah strainer.
9. Fluid drain return line Valve 1 set
Dipasang pada drain return line ke tanki oli.
10. Check Valve drain return line 1 set

BLOK KONTROL EMERGENCY TRIP DAN SOLENOID OPERATED VALVE


EMERGENCY TRIP VALVE
VALVE KONTROL

Main Stop Valve (MSV)


Main Stop Valve (MSV) Actuator
Isolation Valve
Check Valve
Filter
Servo Valve
Dump Valve
Linear Variable Differential Transformer (LVDT)
Governing Valve (GV)
Governing Valve (GV) Actuator
Operasi
Isolation Valve
Check Valve
Filter
Servo Valve
Dump Valve
Linear Variable Differential Transformer (LVDT)
Interceptor Valve (ICV)
Interceptor Valve (ICV) Actuator
Operasi
Isolation Valve
Check Valve
Filter
Servo Valve
Dump Valve
Linear Variable Differential Transformer (LVDT)
Reheat Stop (RSV) dan Trip Pilot Valve
Reheat Stop Valve (RSV) Actuator

Operation
Isolation Valve
Check Valve
Dump Valve
Solenoid-operated Valve

INSTRUMENT AIR COMPRESSOR


(SYSTEM LD1)
Safety.
Pakai pelindung telinga terutama saat men-drain.
Fungsi, cara kerja & kapasitas
2.1 Fungsi Instrument Air Compressor
Untuk suplai udara pada peralatan-peralatan atau instrument kontrol dan
peralatan yang digerakan atau di atur dengan pneumatic. Seperti : damper,
control valve dan selenoid valve.
2.2 Cara kerja atau prinsip kerja IAC.
Dengan menggunakan penggerak yang diberikan oleh motor, LP compressor
element akan mengkompresikan udara luar setelah melewati filter ke HP
compressor element. Udara jika dikompresikan akan menjadi panas, maka udara
setelah
keluar
dari
LP
compressor
element
akan
didinginkan
oleh
intercooler, yang media pendinginnya menggunakan air dari C3W. Udara keluar
dari LP compressor element akan menjadi udara suction untuk HP compressor

element. Dengan HP compressor element udara tersebut akan di kompresikan


lagi dan diharapkan udara hasil kompresinya akan lebih besar lagi
tekanannya.
Sama halnya dengan udara keluar LP compressor element, udara keluar dari HP
compressor element juga akan menjadi panas, maka sebelum ditampung di
receiver tank udara tersebut di didinginkan oleh aftercooler. Selanjutnya
udara yang berada direceiver tank sebelum ke pemakaian di keringkan dulu
oleh air dryer. Karena compresor menghasilkan udara yang tertekanan dan
tekanan kerja udara kontrol tersebut dibatsi dari 6 - 10 kg/cm2, maka
compressor dilengkapi dengan sistem loading-unloading. Dalam hal ini
pressure switch yang merintahkan selenoid valve untuk mem-buka dan menutup
sesuai dengan pressure (out pressure)
IAC dilengkapi dengan 3 unit compressor yang pengoperasiannya dapat
dilakukan dengan cara menselect. Proses pemindahan select tersebut adalah
sebagai berikut :
Select 1 (Compressor A) compressor B Compressor C
Loading
:
7,6 kg/cm2
Unloading
:
7,2 kg/cm2
Select 2 (Compressor B) compressor C Compressor A
Loading
:
7,4 kg/cm2
Unloading
:
7,1 kg/cm2
Select 3 (Compressor C) compressor A Compressor B
Loading
:
7,4 kg/cm2
Unloading
:
7,2 kg/cm2
Compressor pertama yang loading atau diselect adalah compressor utama,
tetapi jika pressure masih turun, maka compressor backup 1 akan loading dan
selanjutnya compressor back-up 2 juga akan loading jika pressure terus
turun. Pada proses pemindahan select hendaknya dilihat lamanya jam operasi
dan masalah-masalah yang terjadi pada setiap unit compressor.
2.3 Kapasitas operasi & data motor.
Dalam keadaan dan kondisi normal hanya satu unit compressor atau compressor utama yang operasi/loading terus menerus. Sedangkan compres-sor
backup 1 dan backup 2 dalam keadaan standby, hanya compressor backup 1 yang
kadang beroperasi loading/unloading.
Data Motor
:
Type
:
2R75
Max. working pressure
Input power
:
Rpm
:
2970
Tegangan
:

:
10 bar.
76 kW
rpm
380 Volt.
Bagian utama

Motor listrik.
Compressor.
Receiver tank.
Air Dryer.
Control dan indikator panel.
Instrument panel.
Filosofi sistem kontrol dan proteksi.

Instrument air compressor dilengkapi dengan sistem kontrol dan proteksi


yang nantinya bekerja untuk mentripkan IAC itu sendiri.
1.LP Compressor outlet air temperatur high.
Jika outlet air LP compressor mencapai 220 oC maka IAC akan trip. Ini
bisa disebabkan oleh :
Terlalu lama loading.
Masalah mekanis (gesekan)
Kotornya filter inlet.
Pendingin kurang.
2.
HP Compressor outlet air temperature high.
Sama halnya dengan LP compressor, IAC akan trip bila temperatur outlet
air HP compressor mencapai 220 oC, penyebabnya :
Terlalu lama loading.
Masalah mekanis (gesekan)
Tingginya temperatur inlet HP compressor.
Pendingin kurang.
3.Lube oil pressure low.
Jika tekanan minyak (oil pressure) mencapai atau kurang dari 1,4 bar,
maka intrument air compressor akan trip. Rendahnya tekan minyak itu
sendiri dapat mengakibatkan gesekan pada bantalan/bearing LP compressor
dan HP compressor sehingga bearing tersebut akan menjadi aus.
Prosedur operasi.
5.1. Persiapan
Check minyak pelumas.
Tutup manual valve condensate drain pada water cooler dan after cooler.
Posisikan switch loading-unloading pada posisi unloading (kebawah).
Check vlave drain pada cooling water inlet dan outlet pada posisi
closed.
Buka cooling water inlet valve.
Buka penuh atau atur flow air pendingin pada sisi outlet.
Masukkan breaker utama, yakinkan ada power supply untuk compressor.
a. Start sequence
Yakinkan power suplai telah ada dengan indikasi lampu menyala.
Tekan tolbol start dan check
Automatic operasi (indikasi lampu) nyala.
Counter jam akan berputar/operasi.
Baca parameter-parameternya.
Buka udara keluar valve/outlet .
Posisikan switch pada posisi normal/auto/loading.
Atur flow air pendingin dan perhatikan temperatur air keluar.
5.3. Stop sequence
Tutup udara keluar valve/outlet.
Pindahkan switch pada posisi manual/unloading.
Setelah 3 detik tekan tombol stop.
Buka drain valve intercooler dan aftercooler.

Tutup cooling water inlet valve.


Sistem monitoring dan batasan operasi.
Hal-hal yang perlu dimonitor atau diperhatikan
compressor beroperasi adalah :
LP air outlet temperatur < 220 oC
HP air outlet temperatur < 220 oC
Cooling water outlet LP temperatur < 50 oC
Cooling water outlet HP temperaur < 50 oC
pressures strainer < 45 mbar.
Oil pressure > 1,4 bar
Air outlet temperatur < 30 oC
Cooling water inlet temperatur maximum 35 oC

saat

instrument

air

Inter tripping dan pengaruh terhadap unit.


Dalam operasional, sistim tripping instrument air compressor tidak menyebabkan secara langsung mentripkan unit. Dalam arti apabila terjadi pressure lowlow pada sistem IAC maka tidak akan secara langsung memberikan signal trip
unit, baik ke MFT maupun turbine generator protection trip.
Jika IAC tidak dapat beroperasi atau pressurenya drop terus, akan mengakibatkan terganggunya sistem control, terutama control yang menggunakan
pneumatic dan jika tidak segera bisa diatasi bisa mengakibatkan tripnya unit.
Sebagai contoh : pada inlet valve control IDF, jika terganggung akan
menyebab-kan furnace pressure hunting dan jika mencapai pressure -250/+250
mmWg maka muncul signal MFT yang akan mentripkan unit.

TEORI BEMBAKARAN BAHAN BAKAR BATU BARA.

BAHAN BAKAR :Suatu material yang pada kondisi tertentu dapat membentuk reaksi pembakaran dengan
oksigen dan dari reaksi tersebut di hasilkan panas yang cukup besar.
Bahan bakar batu-bara : adalah bahan bakar yang di dalamnya mengandung unsur unsur antara lain:

Carbon
Hydrogen
Sulfur
Oksigen
Nitrogen
Abu
Moisture

Diantara unsur unsur yang terkandung dalam bahan bakar batu bara yang dapat terbakar dan menghasilkan panas
yang kita perlukan yaitu unsur karbon ( C ), Hydogen ( H ) dan Sulfur (S )
Dalam sistem pembakaran bahan bakar untuk menghasilkan panas di butuhkan udara ( O2 ) .
Presentase oksigen dan nitrogen dalam udara dapat dinyatakan dalam satuan berat dan satuan volume.

UDARA
Dalam satuan persen berat udara mengandung
Oksigen
Nitrogen

= 23,2%
= 75,8 %

Dalam satuan persen volume udara mengandung


Oksigen
Nitrogen

= 21%
= 79%

Perbedaan prosentase dan satuan berat dan satuan volume ini ,disebabkan oleh perbedaan berat atom antara oksigen
dengan nitrogen.

REAKSI PEMBAKARAN BAHAN BAKAR


Reaksi pembakaran 3 unsur ( C, H , S ) adalah :
C = carbon
C + O2 ------------ CO2 ( pembakaran carbon sempurna )
H = Hidogen
2H2 + O2 -------- 2H2O
S = Sulfur
S + O2 ----------- SO2
SEDANGKAN DARTAR BERAT ATOM:
Nama unsur
simbul
berat atom

Carbon
Hydogen
Sulfur
Oksigen
Nitrogen

12
H

1
32

O
N

16
14

JADI DALAM PEMBAKARAN BAHAN BAKAR BATU BARA MEMBUTUHKAN ( UDARA TEORITIS )
YAITU :
1. Oksigen yang di butuhkan untuk membakar Carbon ( C )
C + O2 --------- CO2 (gas asap )
12 + 2X16 ------ 44
12/12 (C ) + 32/12 ( O2 )----- CO2
Jadi 1 kg C + 8/3 kg (O2) ---- 11/3 ( CO2 ) ( gas asap )
Untuk membakar 1kg carbon Diperlukan 8/3 kg O2.
2. Oksigen yang di butuhkan untuk membakar Hydrogen adalah
2H2 + O2 ------- 2H2 O
4
+ 32 ------- 36
4/4 H + 32/4 O2 ------------ 36/4 H2O
Jadi untuk membakar 1Kg H + 8 O2 ------------ 9 H2O
2. Oksigen yang di butuhkan untuk membakar Sulfur (S)
S + O2 ------------- SO2
32 + 2x 16 ---------- 64
32/32 + 32/32 -------- 64/32
Jadi untuk membakar 1kg Sulfur di perlukan 1 kg O2.
Jadi kebutuhan oksigen total = Kebutuhan oksigenn untuk membakar (Carbon , Hydrogen , Sulfur ).
= 8/3 C + 8 H + S
Karena di dalam bahan bakar juga terdapat oksigen , maka oksigen dalam bahan bakar akan bereaksi dengan
hydrogen.
Oleh karena itu hydrogen yang akan bereaksi dengan oksigen yang berasal dari udara akan berkurang sebanyak
O/8.
Jadi kebutuhan oksigen total = 8/3 C + ( H O/8 ) + S
Kebutuhan udara teoritis dalam satuan berat = oksigen total x100/23.2
100/23.2 [8/3 C + 8 ( H- O/8 ) + S ] kg/kg bahan bakar.
CONTOH
1kg bahan bakar dengan komposisi : C = 56 % , H = 3,7 % , N2 = 1.3 %
S = 2.0 % , O2 = 7.0 %, abu = 16.7 % ;moisture = 12.2 %.
Kebutuhan udara minimum = 11/23.2{8/3C + 8 (H- O/8 ) + S }
= 100/23.2{8/3 x 0,56 + 8 (0 03 0,07/8 ) + 0,02 =

= 4,31 (1 54 + 0,226 + 0,62 )


= 4 31x 1,76 =7,59 kg/kg bahan -bakar.

KENDALA DALAM PRAKTEK PROSESS PEMBAKARAN.


Meskipun secara teoritis telah dihitung dengan cermat tetapi dalam praktek ternyata masih terjadi pembakaran
tidak sempurna ini di sebabkan antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.

Butiran batu bara yang terlalu besar atau atomisasi yang kurang sempurna.
Waktu proses terlalu singkat.
Temperatur terlalu rendah
Turbulensi yang kurang baik.
Adanya interpose dari partikel padat ( abu dll )
Salah satunya untuk mengatasi ( mengurangi ) kendala di atas yaitu dengan excees air ( udara lebih ).
Adapun besarnya Excces air adlah:
Udara aktual Udara teoritis x100%
Udara aktual.

Excces air sangat di butuhkan dalam pembakaran, karena tanpa Excces air ternyata boiler tidak efisien, tetapi dengan
terlalu banyak excces air juga akan menimbulkan kerugiian yang cukup besar.
Maka dari itu excees air yang tepat, bisa di ketahui ( di hitung ) jika % O2 atau % CO2 gas asap di ketahui . yaitu.
Bila di ketahui % CO2 maka :
Udara lebih : % CO2 max - 1 x100 %
% CO2
Bila menggunakan % O2 maka :
Udara lebih : % O2 x 100 %
21 - % O2.

AIR HEATER

VIII. PENDAHULUAN
Dalam sistem PLTU, air heater dipergunakan untuk memanaskan udara, baik udara primer maupun
sekunder, sampai ke tingkat temperatur tertentu sehingga dapat terjadi pembakaran optimal dalam
boiler. Dalam prosesnya, air heater ini menggunakan gas buang hasil pembakaran di boiler sebagai
sumber panasnya.

IX. FUNGSI PERALATAN


Sistem air heater (AH) berfungsi untuk memanaskan udara primer dengan menyerap panas yang
berasal dari gas buang hasil pembakaran di boiler kemudian mentransfer panas tersebut ke aliran
udara melalui elemen pemanas berputar (rotating heat exchanger). Terdapat 4 buah air heater untuk
setiap unit, yaitu 2 unit primary air heater (PAH) dan 2 buah secondary air heater (SAH) yang masingmasing memiliki kapasitas 50% MCR. Tipe air heater yang dipergunakan untuk PLTU Suralaya unit 57 adalah tipe regeneratif, bi-sector, poros vertikal.
X. SPESIFIKASI PERALATAN
Masing-masing unit primary air heater terdiri dari peralatan sebagai berikut :
1 unit elemen pemanas (heat exchanger).
1 unit motor penggerak listrik (electric motor) & 2 unit untuk Secondary air heater
1 unit motor penggerak udara (air motor)
1 unit pompa oli bearing support
1 unit pompa oil bearing guide
1 unit damper isolasi inlet primary air
1 unit damper isolasi outlet primary air
1 unit damper isolasi inlet gas
1 unit damper control outlet gas
A. Elemen pemanas
Elemen pemanas merupakan susunan dari plat-plat metal yang terdiri dari 2 bagian terbagi secara
vertikal, yaitu Hot end layer (sisi panas bagian atas) dengan lebar plat vertikal 1016 mm (40) dan cold
end layer (sisi dingin bagian bawah) dengan lebar 305 mm (12). Pada sisi cold end dipergunakan
material low alloy steel sebagai elemen permukaan heat transfer.
Plat-plat metal tersebut dipasang pada suatu poros yang disusun dalam bentuk kompartemen silindris,
yang terbagi-bagi secara radial, selanjutnya disebut rotor. Rotor elemen pemanas ini diputar dalam
suatu ruang yang memiliki sambungan duct pada kedua sisinya, dimana satu sisi dialiri gas buang dari
boiler dan udara disisi lainnya.
Saat rotor diputar, setengah bagiannya memasuki saluran gas buang dan menyerap energi panas
yang terkandung di dalamnya sedangkan setengah bagian yang lain mentransfer panas dari elemen
ke udara pada sisi saluran udara sehingga menghasilkan udara panas yang selanjutnya akan dipasok
ke furnace.
B. Penggerak Rotor Air Heater
Untuk menggerakkan rotor air heater dipergunakan dua jenis penggerak yaitu :
1. Motor Listrik
Pada kondisi operasi normal, rotor air heater diputar oleh motor listrik yang dihubungkan melalui speed
reducer. Penggerak rotor air heater diletakkan pada bagian sisi luar dari elemen pemanas. Motor listrik
menggerakkan rotor air heater melalui pinion gear pada poros putaran rendah vertikal dari speed
reducer yang dihubungkan dengan pin rack pada sisi rotor air heater. Motor listrik yang dipergunakan
memiliki kapasitas 11.18kW (15HP).
2. Motor Udara
Motor udara digunakan sebagai penggerak cadangan untuk rotor air heater. Penggerak ini akan
beroperasi jika secara otomatis jika penggerak utama motor listrik mengalami gangguan. Selain itu,
motor udara juga dapat dipergunakan untuk memutar rotor air heater secara manual saat proses
pembilasan elemen pemanas air heater maupun saat pemeliharaan.
Motor udara ini memiliki tipe Chicago-Pneumatic motor yang dihubungkan ke speed reducer pada
poros tambahan putaran tinggi melalui sebuah kopling dan overrunning clutch. Motor udara ini
dilengkapi dengan lubricator dan filter pada saluran udaranya.
C. Bearing Rotor Air Heater
Rotor air heater ditopang di bagian bawah oleh Support bearing yang terdiri dari thrust bearing
Kingsbury yang diletakkan pada sebuah trunnion pada sisi bawah air heater dan radial bearing yang
berfungsi untuk menahan beban radial akibat adanya perbedaan tekanan dari kedua sisi gas maupun
udara.

Pada sisi bagian atas ,rotor ditahan oleh guide bearing radial. Sistem lubrikasi yang dipergunakan
untuk melumasi support dan guide bearing ini menggunakan bak penampung oli (oil bath) dengan filter
dan pendingin oli.
Sistem sirkulasi oli bearing berfungsi untuk memasok oli pelumas bearing dengan oli bersih dan
memiliki tingkat viskositas yang direkomendasikan. Komponen utama dari sistem sirkulasi oli bearing
ini adalah pompa oli, motor penggerak, termometer, indikator tekanan, filter dan heat exchanger. Pada
guide bearing dipergunakan sistem sirkulasi oli internal, sedangkan pada support bearing
dipergunakan sistem sirkulasi oli eksternal.
1. Sistem Sirkulasi oli Internal Guide bearing
Pada guide bearing digunakan Fenwall Temperature controller yang berkerja berdasarkan prinsip
perubahan volume cairan. Dengan naiknya temperatur oli, cairan yang berada dalam sensing bulb
akan memuai dan tekanan yang ditimbulkannya akan mengaktifkan mekanisme switch. Fenwall
temperature controller digunakan untuk membatasi viskositas oli pada tingkat yang diizinkan sehingga
dapat menjalankan fungsinya sebagai pelumas bearing tanpa harus menyebabkan motor pompa oli
overload.
Guide bearing memiliki kapasitas oli sebesar 15.1 liter (4 galon), sedangkan motor yang dipergunakan memiliki
kapasitas 0.37kW (0.5 HP), 900 rpm. Flow rate yang dihasilkan sebesar 6.5 liter/menit. Nilai tersebut sedikit
bervariasi sesuai dengan tingkat viskositas oli. Relief valve diset pada tekanan 5.27kg/cm2. Jika tekanan oli
melebihi nilai tersebut, aliran oli akan di-bypass tanpa melalui pompa sampai tekanan turun. Aliran oli berkisar
antara 6.4 ~ 15.1 liter/menit tergantung pada kondisi sistem sirkulasi yang dipergunakan, viskositas dan tekanan.
Heat exchanger yang dipergunakan adalah tipe Turbular, Ross Heat exchanger, dimana air pendingin
melewati bagian tube dan oli pada bagian shell (ruang). Heat exchanger ini dilengkapi dengan pensil
seng (zinc) untuk mencegah korosi elektrolitik. Maksimum tekanan air yang diizinkan adalah 10.5
kg/cm2 dengan flow optimum sebesar 11.4 liter/menit. Maksimum aliran air 87 liter/menit. Aliran air
yang melebihi nilai tersebut akan menyebabkan erosi dan kebocoran pada tube serta menurunkan
efisiensi pendinginan.
2. Sistem sirkulasi oli Eksternal Support Bearing
Sistem sirkulasi oli support bearing memiliki komponen yang sama dengan guide bearing namun
terdapat tambahan sebuah relief valve. Oli dihisap dari bearing housing melalui termometer, pompa oli,
indikator tekanan, filter dan cooler kemudian dipasok lagi kedalam bearing housing.
Sistem sirkulasi oli pada support bearing menggunakan sistem Burling Temperature controller yang
bekerja berdasarkan prinsip perbedaan ekspansi dari solid material. Sensing elemen terdiri dari
sebuah batang di dalam tube yang memiliki beda nilai koefisien pemuaian. Perubahan temperatur
pada oli dirasakan oleh sensing elemen menyebabkan terjadinya perbedaan ekspansi dari batang dan
tube. Perbedaan ekspansi tersebut ditransmisikan melalui lever mekanis untuk mengaktivasi switch.
Sistem Burling temperature controller ini digunakan untuk membatasi operasi sistem sirkulasi eksternal
oli sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pelumas tanpa menyebabkan pompa oli menjadi
overload.
D. Rotor Seal
Saat operasi air heater, terdapat perbedaan tingkat tekanan aliran fluida (udara dan gas buang) yang
melewati elemen pemanas saat rotor berputar. Pada kondisi normal, aliran udara memiliki level
tekanan yang lebih tinggi dari aliran gas sehingga akan terjadi kebocoran udara ke dalam saluran gas.
Hal ini terjadi baik pada sisi cold end maupun hot end dari air heater. Aliran udara dan gas pada air
heater dipisahkan oleh sector plate baik pada sisi hot end maupun cold end.
Untuk mengendalikan kebocoran udara pada gas tersebut, air heater dilengkapi dengan sealing
system yang terdiri dari seal radial, by pass, axial dan rotor post.
1. Seal Radial
Seal radial dipasang pada tiap-tiap diagfragma rotor baik pada sisi hot end maupun cold end. Seal ini
diset dengan jarak minimum tertentu terhadap sector plate, dan saat operasi jarak tersebut akan
dipertahankan dengan menggerakkan sector plate mendekati rotor air heater sesuai dengan ekspansi
rotor akibat perubahan temperatur.
2. Seal Axial

Seal axial dipasang pada sisi luar dari rotor segaris dengan diagfragma, memanjang dari sisi hot end
ke cold end. Plate seal axial yang dapat diubah posisinya dipasang di dalam pedestal yang menjadi
bagian dari rotor housing dan segaris dengan sisi luar dari sector plate memanjang dari sisi hot end ke
cold end.
3. Seal By-Pass
By pass seal dipasang stasioner pada sudut ujung hot end dan cold end dengan T bars pada sisi luar
dari rotor air heater. Fungsi seal ini untuk membatasi aliran udara atau gas yang langsung melewati
ruang kosong antara rotor dan housing tanpa melalui elemen pemanas.
4. Seal Rotor Post
Seal rotor post atau seal poros dipasang disekeliling ujung poros rotor air heater baik pada sisi cold
maupun hot end.
E. Leakage Control System
Untuk mengurangi kebocoran pada sisi hot end, air heater dilengkapi dengan kontrol otomatis
penggerak sektor plate. Pada saat operasi, sektor plate ini akan bergerak secara periodik menuju rotor
untuk mengurangi gap antara sektor plate dan radial seal sehingga mengurangi area kebocoran.
Kebocoran tersebut terjadi karena adanya kenaikan temperatur yang tidak seimbang antara sisi hot
end dan cold end. Bagian hot end dari rotor memiliki temperatur yang lebih tinggi dari sisi cold end
sehingga ekspansi rotor tidak merata. Hal ini menyebabkan rotor turun atau melebar ke arah sisi cold
end dan memperlebar gap antara seal radial dan sektor plate sehingga memperbesar area kebocoran.
LCS melalui rotor position sensor secara periodik akan mendeteksi gap yang terjadi antara sektor plate
dengan radial seal pada rotor. Jika gap yang ada lebih besar dari set point maka LCS akan
menggerakkan sektor plate mendekati, tetapi tidak menyentuh radial seal hingga jarak minimum
tercapai. Hal ini akan memberikan keuntungan untuk operasi unit dimana power untuk fan udara akan
lebih optimal, meningkatkan tekanan udara dan secara tidak langsung akan meningkatkan kapasitas
pembangkitan.
Gerakan sector plate turun maju mendekati posisi rotor disebut Extend, sedangkan naik mundur
menjauhi rotor disebut extract. Perjalanan sektor plate tersebut masing-masing dibatasi oleh limit
switch maximum extend dan maximum extract.
Sistem sektor plate ini terdiri dari motor penggerak listrik, gear reducer, linear actuator, kopling
pembatas torsi, kopling poros penggerak dan limit switch elektrik. Sensor posisi rotor membutuhkan
aliran udara bersih bertekanan untuk mengisolasi area antara tube penopang luar dengan batang
penggerak sektor plate.
F. TTMD (Thermocouple Temperature Monitoring Devices)
TTMD digunakan untuk mengukur temperatur udara keluar dari air heater dan mengirimkan sinyal ke
kontrol room jika terjadi temperatur lokal udara tinggi. Temperatur yang tinggi pada sisi keluar udara
dapat mengindikasikan terjadinya kebakaran pada elemen air heater.
TTMD terdiri dari 17 thermocouple, 1 untuk temperatur air inlet, 1 temperatur gas inlet, 15 untuk
temperatur air outlet. Thermocouple yang mengukur temperatur air outlet diletakkan sedekat mungkin
pada permukaan elemen pemanas di posisi sekeliling rotor dengan jarak antar thermocouple kurang
lebih 1 kaki.
G. Air Heater Cleaning
Elemen pemanas dari air heater harus dijaga agar tetap bersih dari tumpukan abu terutama saat
periode start up. Penumpukan abu pada elemen pemanas akan menyebabkan turunnya kemampuan
heat transfer, menghalangi aliran udara atau gas dan menimbulkan potensi bahaya kebakaran. Untuk
membersihkan elemen pemanas tersebut, air heater dilengkapi dengan peralatan sootblower dan
water washing. Sedangkan untuk memadamkan kebakaran, air heater dilengkapi dengan Spray
Pemadam Api.

1. Air Heater Sootblower

Setiap air heater dilengkapi dengan sootblower uap tipe retrackable yang dipasang pada sisi cold end
gas outlet duct dan hot end pada gas inlet duct untuk mengendalikan pembentukan tumpukan abu
pada elemen air heater.
Retractable sootblower memiliki konstruksi pipa multinozzle yang bergerak dalam arah radial terhadap
permukaan elemen pemanas.
2. Water Washing (Pembilasan)
Ketika penumpukan abu sudah tidak dapat diatasi lagi oleh sootblower, diperlukan pembersihan abu
dengan menggunakan water washing. Water washing dipergunakan pada saat air heater stop operasi
dengan menggunakan 4 buah line pipa, 2 pada sisi hot end dan 2 pada cold end. Pipa water washing
dilengkapi dengan spray nozzle.
Tekanan air yang direkomendasikan sebesar 5.27kg/cm2 dengan besar aliran 1666 liter permenit.
3. Pemadam Api
Air heater dilengkapi dengan sistem pemadam api yang dioperasikan secara manual. Sistem tersebut
terdiri dari sebuah manifold dan spray nozzle yang diletakkan pada setiap duct gas inlet dan air outlet.
Air yang dibutuhkan oleh sistem ini memiliki tekanan 5.5 kg/cm2 dan rate flow 568 liter permenit.

XI. FILOSOFI PENGOPERASIAN AIR HEATER


Air heater distart pada sebelum dengan start Forced Draft Fan (FDF) dan Induced draft Fan (IDF).
Semua unit air heater pada masing-masing jalur yang sama (jalur A: PAH A dan SAH A atau jalur B:
PAH B dan SAH B) harus distart pada saat yang bersamaan, walaupun hanya satu unit air heater yang
dialiri oleh udara dan gas buang. Damper udara harus dibuka terlebih dahulu sebelum damper gas
buang untuk mencegah overheating dan terkuncinya posisi rotor karena ekspansi termal yang
berlebihan.
Tampilan kontrol operasi untuk air heater dan peralatan pendukungnya pada DCIS terdapat di bagian
Primary Air, Forced Draft dan Air Heater/Gas Biasing. Fitur kontrol air heater yang tersedia di DCIS
akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Kontrol Motor Utama Penggerak Listrik
Penggerak motor listrik air heater dioperasikan dari kontrol room melalui kotak tampilan perintah
start/stop. Tombol reset dipergunakan untuk mereset gangguan pada peralatan motor listrik yang
telah kembali dinormalkan.
2.
Kontrol Motor Aux. Penggerak Udara
Penggerak motor udara dioperasikan baik secara remote dari kontrol room unit melalui kotak
tampilan perintah start/stop/standby maupun secara lokal pada peralatan langsung.

Perintah
START

START
JOG

STOP

STOP

Lokasi
DCIS
(Control
Panel)
Lokal

Operasi
Motor
udara start

Motor
udara start
Lokal
Motor
udara
start/stop
secara
jogging
DCIS
Motor
(Control udara stop
Panel)
Lokal
Motor
udara
stop/reset
gangguan

peralatan
motor
udara
STANDBY DCIS
Motor
(Control udara
Panel)
otomatis
start jika
motor
listrik
utama
mengalami
gangguan

3. Kontrol Support dan Guide Bearing Lube Oil Pump


Kontrol untuk pompa oli, baik untuk bearing support maupun bearing guide bersifat otomatis pada
kondisi normal. Dan pompa akan otomatis stop jika penggerak air heater stop atau temperatur oli
bearing rendah. Pompa ini juga dapat dioperasikan secara manual dari kontrol room melalui perintah
soft key start/stop.
Lokasi
Operasi
Peri
ntah
STA DCIS
Pompa oli operasi
RT
STO DCIS
Pompa
oli
P
stop/reset
gangguan pada
peralatan pompa
Aux Pompa akan start otomatis
Logi jika :
c
1. Motor
listrik/udara
start; dan
2. Temperatur
oli
pelumas tinggi (sesuai
set
point
pada
temperatur kontroler).
Pompa akan stop otomatis
jika :
1. Temperatur
oli
pelumas dibawah set
point.

4. Kontrol Damper Isolasi Air Inlet dan Outlet


Damper isolasi Air Inlet dan outlet pada sisi saluran udara bersifat non-modulating dan dikontrol secara
manual dari kontrol room melalui perintah soft key open/close. Mode kontrol besar pembukaan damper
hanya dipergunakan pada saat maintenance. Pada kondisi normal, baik damper air inlet maupun outlet
berada dalam kondisi open (terbuka).
Perintah Lokasi Operasi
OPEN
DCIS Damper akan
terbuka/reset
gangguan
pada
peralatan
damper.

CLOSE

DCIS

Damper akan
tertutup
Tombol ditekan Inst. Air
disuplai Damper tertutup

5. Kontrol Damper Isolasi Gas Inlet


Damper Gas inlet pada sisi saluran gas juga bersifat non-modulating dan dikontrol secara manual dari
kontrol room melalui perintah soft key open/close. Kontrol besar pembukaan damper hanya dilakukan
saat maintenance. Pada kondisi normal, damper gas inlet berada dalam kondisi terbuka (normally
open).
Perintah Lokasi Operasi
OPEN
DCIS Damper akan
terbuka/reset
gangguan
pada peralatan
damper.
CLOSE DCIS Damper akan
tertutup
Tombol ditekan Inst. Air
disuplai Damper tertutup

6. Damper gas outlet pada sisi saluran gas air heater dapat dimodulasi untuk mengatur temperatur outlet
dari udara primer (primary air) maupun sekunder (secondary air) yang keluar dari air heater. Semakin
besar pembukaan damper gas outlet, semakin tinggi pula temperatur udara primer yang keluar dari air
heater. Besarnya pembukaan damper gas outlet ini dapat diatur secara manual dari kontrol room
melalui PAH Master Control Station dan SAH Regulating Damper Control Station atau dimodulasi
secara otomatis dengan memasukkan nilai set point temperatur Primary air dan Secondary air yang
diinginkan.

XII.

PEMANTAUAN DAN BATASAN OPERASI

A. Pemeriksaan Air Heater Sebelum Operasi (Cold Start Up)


1. Pemeriksaan Rotor
Periksa kedua sisi permukaan rotor (cold dan hot end) sebelum start dari keberadaan benda-benda
yang dapat mengganggu operasi air heater dengan memutar rotor menggunakan motor udara atau
putaran tangan. Periksa juga terhadap kelainan suara yang terjadi saat rotor berputar. Pastikan juga
bahwa rotor berputar dengan arah yang benar.
2. Level Oli Pelumas
Periksa semua indikator level oli pelumas untuk speed reducer, motor penggerak dan bearing.
Tambahkan oli pelumas dengan jenis/tipe dan volume yang tepat.
3.
Seal Rotor
Periksa seal rotor terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan serta pastikan bahwa gap yang ada
telah memenuhi toleransi yang diizinkan.
4. Sistem Sirkulasi Oli
Periksa semua komponen yang menyangkut sistem sirkulasi dan filter oli pelumas baik pada guide
maupun support bearing terhadap kelainan.
5.
Sistem air pendingin
Periksa aliran dan temperatur air pendingin yang memasok jaket bearing, cooler dan sistem
pendinginan lain.
6.
Cold Run

Setelah melakukan pemeriksaan tersebut, jalankan rotor kira-kira satu jam pada kecepatan normal
untuk melihat operasi air heater secara general.
7.
Temperatur Motor Penggerak listrik
Jika motor membangkitkan panas yang berlebihan (overheat), periksa arus motor, stop motor
kemudian periksa kelainan yang terjadi. Pada kondisi normal, kenaikan temperatur motor akan
menjadi konstan setelah 15~30 menit operasi. Kenaikan temperatur motor penggerak dapat
disebabkan karena gesekan seal rotor. Apabila arus motor tidak melebihi setting pada thermal relay
maka kondisi ini akan menjadi normal dengan sendirinya setelah seal rotor mengalami erosi alami.
Namun apabila kenaikan temperatur terlalu tinggi (overheating) dan menyebabkan motor overload,
maka perlu dilakukan pemeriksaan dan penyesuaian terhadap gap seal rotor. Penyebab lain
terjadinya overload motor adalah kopling yang terlalu kuat antara gear rack pada rotor dengan pinion
drive gear pada speed reducer pada saat rotor berekspansi akibat kenaikan temperatur. Hal ini dapat
diatasi dengan menggeser posisi dari unit penggerak.
B. Kondisi Start-Up Unit
Pemeriksaan dan pemantauan air heater harus dilakukan saat pembakaran awal furnace dingin atau
restart setelah hot stand-by. Pembakaran yang tidak sempurna dapat menyebabkan terjadinya
akumulasi atau penumpukan kondensasi uap fuel oil (minyak) dan karbon yang tidak terbakar pada
permukaan heat transfer air heater yang terbawa oleh gas buang saat start awal. Deposit ini dapat
menimbulkan bahaya kebakaran yang dapat merusak elemen pemanas dan struktur air heater.
Pembakaran yang tidak sempurna dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
1. Atomisasi minyak yang tidak sempurna akibat rendahnya temperatur atau tekanan minyak, dan
rendahnya tekanan atau temperatur atomizing steam.
2. Tersumbatnya komponen atomizing oleh benda padat.
3. Distribusi udara pembakaran yang tidak merata.
4. Perbedaan tekanan aliran minyak dari masing-masing burner.
5. Kebocoran pada oil ignitor.
Hal-hal yang perlu dilakukan saat pengoperasian air heater dengan pembakaran minyak (fuel oil) :
1. Periksa kondisi kestabilan nyala api (flame), furnace dan stack gas outlet pada saat start up.
Kelainan kondisi-kondisi tersebut akan mengindikasikan penumpukan abu pada elemen air heater.
2. Pengoperasian sootblower air heater, baik pada sisi cold maupun hot end harus dilakukan pada
saat start-up untuk mengendalikan penumpukan abu pada elemen pemanas air heater.
3. Perhatikan temperatur dari keempat terminal pada air heater. Kenaikan temperatur yang abnormal
harus diperiksa segera untuk mencegah kemungkinan terjadinya kebakaran pada air heater.
C. Kondisi Stand-By dan Hot Start Up
Pada saat boiler dalam kondisi stand-by atau hot-banking (bottled up), air heater harus tetap
dioperasikan agar tetap terjadi pertukaran panas. Seal rotor pada air heater didesain untuk mampu
menahan temperatur sampai 316oC
D. Kondisi Shut-down Boiler
Saat boiler shut down, operasikan air heater sootblower untuk membersihkan deposit abu pada
permukaan elemen pemanas. Fan harus tetap dijalankan pada saat air heater dibilas. Rotor harus
tetap diputar sampai temperatur di inlet air heater turun hingga 204oC.
E. Operasi Sootblower Air Heater
Sootblower harus segera dioperasikan setelah tekanan steam yang dihasilkan oleh boiler
memenuhi nilai yang dibutuhkan. Jika periode pembakaran yang dibutuhkan oleh boiler untuk
menghasilkan steam sootblower lebih dari 4 jam, direkomendasikan untuk menggunakan auxilliary
steam. Penumpukan deposit abu pada air heater diindikasikan dengan tingginya nilai perbedaan
tekanan (differential pressure DP) antara sisi inlet dan outlet, baik pada saluran udara maupun
saluran gas buang.

1. Operasi Sootblower sebelum operasi komersial

Saat mulai pembakaran awal dengan HSD (fuel oil) sebelum operasi komersial, sootblower sisi cold
end harus dioperasikan terutama saat pembakaran awal kemudian diulangi setiap 4 jam sekali.
Sedangkan pada sisi hot end, sootblower juga dioperasikan saat pembakaran awal dan diulangi
setiap 8 jam sekali.
2. Operasi Sootblower saat Cold Start Up
Saat cold start up, sootblower sisi cold end dapat dioperasikan terus menerus sampai beban mencapai
10% MCR. Periode ini biasanya tidak lebih dari 4~8 jam. Saat beban mencapai 10% sootblower sisi
cold end dapat dioperasikan setiap 8 jam. Sedangkan hot end sootblower dioperasikan saat
pembakaran awal an diulangi setiap 8 jam sekali.
3. Operasi Sootblower saat Hot Start Up
Saat hot start up, sootblower sisi cold maupun hot end dioperasikan saat pembakaran awal dan
diulang setiap 8 jam sekali.
F. Operasi Seal Air Heater
Beberapa kondisi operasi berikut ini akan menyebabkan seal rusak sehingga terjadi kebocoran :
1.
Temperatur gas inlet melebihi nilai desain yang telah ditentukan
2.
Berkurangnya udara yang masuk dalam air heater. Jika ada gas buang masuk air heater,
aliran udara harus tetap dijalankan.
3.
Kondisi hot-banking (bottled up) tanpa aliran udara dan gas, namun panas tetap tersimpan
dalam boiler dan air heater.
4.
Kecepatan putar rotor air heater lebih rendah dari desain (kurang dari 1/8 rpm). Hal ini
terutama terjadi saat pengoperasian motor penggerak udara. Pengecualian saat operasi
pembilasan air heater dengan washing water.
Hal-hal tersebut diatas tidak akan merusak seal air heater jika temperatur gas yang masuk kurang dari
204 oC.

Pengendalian Operasi saat Rotor Air Heater Stop


Jika rotor air heater stop saat boiler operasi, tidak akan terjadi kerusakan pada air heater selama
temperatur gas masuk tidak lebih dari 482oC.
Jika air heater mengalami gangguan, akan terjadi penurunan temperatur udara primer dan sekunder,
yang akan berpengaruh pada kesempurnaan pembakaran dalam boiler. Hal ini dapat menyebabkan
penyumbatan abu pada sisi saluran gas buang, memperbesar kemungkinan terjadinya kebakaran pada
air heater.
Jika rotor stop terlalu lama, sisi rotor yang berhubungan langsung dengan saluran gas buang akan
terekspansi secara berlebihan dan menyebabkan seal bengkok. Hal ini akan menyebabkan posisi rotor
terkunci dan motor penggerak tidak dapat memutar rotor. Diperlukan waktu selama 5~10 menit sampai
seal rotor bengkok. Untuk mengatasinya beberapa usaha berikut dapat dilakukan :
1.
Jalankan motor penggerak selama 5 detik, stop lalu tunggu sampai 15 detik. Ulangi lagi dalam
beberapa menit agar terjadi keseimbangan ekspansi rotor.
2.
Jika usaha tersebut tidak berhasil, matikan power motor dan gunakan handcrack untuk memutar
rotor. Setelah 2 kali putaran ekspansi motor akan seimbang dan memungkinkan motor penggerak untuk
dioperasikan kembali.

3.

Setelah motor dapat berputar, segera operasikan sootblower.

Batasan-Batasan Operasi Air Heater


Berikut ini beberapa batasan-batasan operasi air heater berdasarkan setting di DCIS (Kontrol Room).
1. Primary Air Heater
Parameter Operasi

Low
High Keterangan
Alarm Alarm
outlet
370 oC

PAH
Air
temperature
PAH
Air
Inlet
temperature
PAH flue gas Inlet
temperature
PAH flue gas outlet
temperature
PAH flue gas side
diff. Pressure
PAH air side diff.
pressure
PAH support bearing
temperature
PAH guide bearing
temperature
PAH support bearing
oil pressure
PAH guide bearing
oil pressure

20

80

400

75

170

70

Mmwg

-10

45

mmwg

71

82

C
C
C

2. Secondary Air Heater


Parameter Operasi

SAH
Air
temperature
SAH
Air

Lo
w
Al
ar
m
outlet 20
0
Inlet 10

Hi
gh
Al
ar
m
35
0
80

Keter
angan

temperature
SAH flue gas Inlet
temperature
SAH flue gas outlet
temperature
SAH flue gas side
diff. Pressure
SAH air side diff.
pressure
SAH support bearing
temperature
SAH guide bearing
temperature
SAH support bearing
oil pressure
SAH guide bearing
oil pressure

85
-

40
0
17
5
90

10
-

50

82

71

Mmw
g
mmw
g
o
C
o

STEAM COIL

PENDAHULUAN :
Udara dari FDF ( Force draft fan ) ataupun PAF ( Primary air fan ) sebelum dipanaskan di Air Heater
akan mengalami pemanasan terlebih dahulu dengan menggunakan uap dimana uap yang
dipergunakan adalah auxiliary steam.
Pada pemanasan awal ini uap dialirkan didalam pipa pipa ( element ) sedang udara dari FDF
ataupun PAF terdapat disekeliling element untuk menyerap panas.
Pipa pipa / element ditempatkan sedemikian rupa sehingga panas dari uap melalui pipa pipa /
element dapat diserap sebanyak sebanyaknya oleh udara dari FDF ataupun PAF sebelum masuk
ke Air Heater.

SASARAN
Setelah mengikuti kursus ini diharapkan operator dapat mengetahui
1. Fungsi Steam coil air heater
2. Cara pengoperasian steam coil air heater
3. Cara pengoperasian return pump
4. Mengetahui fungsi instrument para meter
5. Mengetahui dengan pasti letak / lokasi instrument para meter.

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN ( AG.1 )


Steam coil air heater umumnya dioperasikan pada saat start up ataupun beban rendah, hal ini
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kondensasi ( pengembunan ) sulfur yang terdapat
didalam gas pada sisi dingin dari air heater ( cold end ).
Dampak pengembunan sulfur ini dapat merusak element element air heater, untuk menurunkan /
menghindari resiko kerusakan pada element element air heater maka temperatur rata rata disisi
dingin pada air heater harus dikontrol lebih tinggi dari titik embun sulfur ( dew point ). Salah satu cara
untuk mengontrol temperatur rata rata pada sisi dingin air heater dengan mengoperasikan steam coil
air heater
Pada bahan bakar bakar batu bara yang dipergunakan di PLTU Suralaya dimana kandungan sulfur
cukup rendah, maka temperatur rata rata yang diizinkan adalah 68 0c ( minimum ), lihat gambar 1.
Jadi pada saat start up boiler ataupun pada beban rendah steam coil air heater mutlak harus
dioperasikan yaitu dengan cara menghindari penyarapan panas yang berlebihan di air heater oleh
udara dari FDF ataupun PAF, sehingga temperatur gas out air heater tidak menjadi semakin
rendah, jadi steam coil air heater berfungsi untuk menaikan temperatur udara dari FDF ataupun PAF
sebelum masuk air heater, dengan naiknya temperatur udara sebelum masuk air heater penyerapan
panas yang berlebihan pada air heater dapat diperkecil, dengan demikian proses pengembunan
sulfur dapat dihindari / ditekan sekecil mungkin, sebagai contoh kondisi cold end temperatur rata rata
pada beban rendah ( sebelum menggunakan steam coil )

menurut recomendasi ( lihat gambar 1 ), kondisi seperti ini resiko kerusakan element element air
heater akibat pengembunan sulfur akan menjadi besar, seperti telah diterangkan diatas untuk
menghindari / memperkecil kurusakan tsb maka temperatur udara masuk air heater harus dinaikan
dengan mengoperasikan steam coil iar heater, di steam coil ini sejumlah steam flow akan merubah /
menaikan temperatur cold end pada set pointnya, dengan demikian temp rata rata cold end akan
berubah menjadi :

dengan naiknya temperatur rata rata pada sisi dingin air heater resiko kerusakan element pada air
heater akibat pengembunan sulfur telah dapat dihindari / diperkecil, tetapi perlu diingat bila
temperatur gas out meninggal air heater terlalu tinggi maka kerugian boiler juga akan menjadi besar
/ effisiensi boiler menurun.

2.1 PENGOPERASIAN :
Sebelum uap dimasukan / dialirkan ke steam coil air heater check dan

yakinkan semua

element element siap beroperasi termasuk inlet / outlet valve dan steam drain trap.
Buka semua by pass drain valve.
Buka venting valve.
Lakukan warming dengan membuka TCV ( minimum).
Operasikan steam coil air heater 10 menit sebelum FDF start dimaksudkan untuk membantu
membuang sisa sisa kondensasi dan pembilasan gas gas yang uncondensible.
Bila coil sudah hangat dan merata posisikan control station dari TCV ke auto mode dengan set
point yang diizinkan ( direcomendasikan )
Tutup venting valve dan by pass drain valve.

4.1 PEMANTAUAN DAN BATASAN PENGOPERASIAN.

Steam coil harus diamati secara rutin dari kebocoran steam untuk menghindari uap masuk ke air
heater dan terjadinya pengembunan / kondensasi yang berarti terjadi penurunan temperatur.
Monitor differential pressure antara inlet dan autlet dari steam coil air heater ( ini menunjukan
tingkat kekotoran element element steam coil akibat debu dari FDF dll ).
Perhatikan selalu kondisi auxiliary steam temperatur ( lihat table )
Max
Steam
Temp

Max
duration (
min )

With
No

0
329

Air

315

Flo

302

29

288

60

274

indefinitel

260

With

343

Air

329

315

15

302

60

288

indefinitely

Flow

Secondary / primary air heater steam coil specifications

Mass
flow
Initial air
inlet
Final air
temp

SECONDA
RY
288 kg/s
28.9 c

PRIMA
RY
83.5
kg/s
40 c

47.8 c

71.1 c

5.1 URUTAN STOP.


Posisikan ACET control station ke manual mode.
Tutup TCV.

Tutup by pass TCV.


Buka valve drain condensate setelah Fan distop (membuang sisa sisa kondensasi dan gas gas
uncondensible untuk mencegah korosi di coil ).
Tutup isolation valve TCV.
Buka Steam coil drain trap by pass drain trap valve.

6.1 EMERGENCY OPERATION


Bilamana terjadi bocor / pecah pada element steam coil air heater
Segera tutup TCV.
Isolasi kebocoran dari dari semua uap masuk ( tutup isolation TCV ).
Buka condensate drain trap dan by passnya.
2.1 INLET AIR PREHEATER DRAIN TANK DAN RETURN PUMP ( AG.2 )
Hasil kondensasi dari steam coil air heater ditampung di drain tank kemudian yang berbentuk
kondensate water ditransfer ke deaerator dengan bantuan dua buah pumpa ( return pump ), sedang
yang masih berbentuk uap ( flash steam ) di transfer ke kondensor dengan memanfaatkan perbedaan
tekanan antara drain tank dengan kondensor.
Untuk mempertahankan level drain tank pada setting rangenya diperlengkapi level transmitter yang
mengatur pembukaan dan penutupan LCV ataupun start pompa, pengoperasian pompa maupun
LCV dapat dipilih secara auto ataupun manual namun operator harus tetap memonitor level drain
tank dan pompa secara actual.
2.2 START UP
A. Persiapan yang harus dipenuhi antara lain meliputi :
Kondisi steam coil air heater, deaerator, kondensor.
Elecrtic power untuk pumpa ( energized ).
Instrument air system
Close colling water system.
Instrument system ( LT, LI , TI, PI dll ).
Lube oil dan grace( pompa )
Line pipa pipa yang menuju deaerator dan kondensor.

B PENGECEKAN TERHADAP DRAIN TANK


1. Yakinkan vent dan drain valve dari drain tank tertutup
2. Yakinkan root valve untuk level gauge terbuka
3. Yakinkan root valve untuk preesure indicator terbuka
4. Yakinkan level transmitter energized.
5. Yakinkan temperatur element energized.
6. Yakinkan return pump siap dioperasiakan.

7. Yakinkan isolation valve untuk flash steam ke kondenser terbuka


C. PERSIAPAN START POMPA
1. Yakinkan line ke deaerator dan condensor siap menerima flow.
2. Yakinkan level di drain tank normal.
3. Buka venting udara discharge pompa.
4. Yakinkan suction dan discharge pompa terbuka.
5. Yakinkan isolation minimum flow pompa terbuka
6. Yakinkan root valve ke PI discharge pompa terbuka.
7. Yakinkan LCV energized dan isolation valve LCV terbuka
8. By pass LCV tertutup.

D. START POMPA
1. Posisikan control station manual mode ( control room ).
2. level drain tank antara 0,5 sampai 0,9 meter ( local ).
3. Start pompa
4. Konfirmasikan discharge pressure pompa ( local )
5. Posisikan LCV control station pada auto mode ( control room )
Level drain tank akan dikontrol secara automatis oleh level indicator transmitter ( LIT ) untuk
memerintahkan LCV mempertahankan level,

bila suatu sebab level turun hingga mendekati 0,5

meter, posisikan LCV ke manual mode dan segera stop pompa untuk menghindari kavitasi atau
apabila posisi auto mode maka baik pompa ataupun LCV akan stop dan menutup secara automatis.

2.3 NORMAL SHUT DOWN


1. Stop steam coil air heater bila boiler firing rate diatas 25 %
2. Stop pompa bila drain level mendekati 0,5 meter
3. Pertahankan posisi semua valve dan instrument system pada posisi operasi, karena sewaktu
waktu steam coil akan dioperasikan kembali bila beban dibawah 25 %.

2.4 TRUOBLE SHOOTING


A. Drain tank level high / low
Check actual level
LT power failure
Root valve LT tertutup

B. return pump
Pompa cavitasi
Power failure
Suction / discharge valve menutup

Suction / discharge valve body stick

C. Level control valve


Control power failure
Valve body stick

2.5 PENGAMATAN SELAMA OPERASI


Noise

Vibrasi

Kavitasi

Kebocoran dll.

DIFINISI DAN FORMULASI KARAKTERISTIK


UNIT PEMBANGKIT

DAYA ATAU KAPASITAS ( CAPACITY )


i.

Daya Maksimum ( Maximum Capacity, MC )


Daya mampu maksimum ( MW ) yang dapat dibangkitkan oleh Generator Unit
unjuk kerja (Performance Test ) terakhir.

Pembangkit sesuai hasil uji

2. Daya Maksimum Gross ( Gross Maximum Capacity, GMC )


Daya maksimum yang dapat dicapai Generator Unit Pembangkit ( MW ) dalam periode tertentu dengan tidak
dipengaruhi adanya pengaruh musim atau derating lainnya.
3. Daya Maksimum Netto ( Net Maximum Capacity, NMC )
Adalah Daya Maksimum Gross (GMC) dikurangi daya yang diperlukan unit sendiri (MW).
4. Daya Terpasang ( Installed Capacity, IC )
Daya mampu maksimum ( MW ) Unit Pembangkit sesuai Name Plate Generator pada faktor dayanya ( Rate
Power Factor )
5. Daya Maksimum Rate ( Maximum Capacity Rate, MCR )
Daya mampu maksimum ( MW ) yang dapat dibangkitkan Generator Unit Pembangkit bila dioperasikan terus
menerus.
6. Daya Tersedia Gross ( Gross Available Capacity, GAC )
Daya mampu tertinggi ( MW ) Unit Pembangkit dapat ber-operasi dengan
adanya Derating ( penurunan
kemampuan Unit Pembangkit karena gangguan peralatan, adanya pemeliharaan dan adanya gangguan lainnya
misalnya : pasokan bahanbakar dan gangguan luar ).
7. Daya Tersedia Netto ( Net Availability Capacity, NAC )
Daya tersedia Gross, GAC ( MW ) Unit Pembangkit dikurangi dengan daya yang diperlukan Unit
Pembangkit itu sendiri.
8. Depenable Capacity atau Daya Keandalan Gross ( Gross Dependable Capacity, GDC )

Daya Mampu Maksimum, GMC Unit Pembangkit yang tergantung batasan terhadap keadaan sekeliling selama
suatu perioda tertentu ( satu bulan atau satu musim ).dengan perhitungan :
Depenable Capacity (MW) = Daya Terpasang (Derating Permanen + Derating Non

Permanen )

9. Daya Keandalan Netto ( Net Dependable Capacity, NDC )


Daya Keandalan Gross, GDC dikurangi daya yang diperlukan Unit Pembangkit sendiri.

START ( STARTING )
1. Unit Start ( Actual Unit Starts )
Waktu Unit Pembngkit sinkron, masuk ke- sitim jaringan pada beban minimumnya.
2. Jumlah Start Unit ( Attemped Unit Starts )
Jumlah kali unit sinkron, masuk ke-sistim jaringan pada beban minimumnya setelah shutdown, gangguan atau
pemeliharaan
3. Kegagalan Start ( Starting Failure, SF )
Ketidakmampuan Unit Pembangkit parallel masuk ke sistim sampai beban minimumnya, dari
kondisi tidak operasi ( Standby, Shutdown cadangan dan setelah pemeliharaan atau inspeksi ).
4. Keberhasilan Start ( Starting Success, SS )
Kemampuan Unit Pembangkit parallel masuk ke sistim sampai beban minimumnya
dari kondisi tidak
operasi ( Standby,
Shutdown cadangan dan setelah
pemeliharaan atau inspeksi ).

SHUTDOWN & TRIP ( SHUDDOWN & TRIPPED )


1. Shutdown Cadangan ( Reverse Shutdown, RS ) atau Standby
Unit Pembangkit dalam kondisi operasi, di stop secara normal untuk cadangan atau
pengaturan sistim , tetapi Unit Pembangkit siap dioperasikan kembali suatu saat.

Standby karena adanya

2. Shutdown Tidak Aktip ( Deactivated Shutdown, DS )


Unit Pembangkit tidak siap operasi, parallel dengan sistim pada perioda relatip lama karena pertimbangan
ekonomi, waktu atau alasan lain yang tidak berkaitan dengan gangguan atau kerusakan peralatan Unit
Pembangkit. Unit Pembangkit biasanya membutuhkan waktu minimal seminggu untuk persiapan agar dapat siap
operasi kembali.
3. Trip ( Tripped, T )
Unit Pembangkit dalam kondisi operasi, di-stop dengan peralatan Emergency Trip karena alasan keamanan. Atau
secara tiba-tiba Unit Pembangkit keluar dari sistim karena adanya gangguan peralatan Unit Pembangkit itu sendiri
atau gangguan sistim jaringan luar. Jika Unit Pembangkit Trip disebabkan gangguan dari Unit itu sendiri,
dinyatakan Unit Pembangkit Trip karena gangguan dalam dan Unit Pembangkit Trip karena gangguan luar
jika disebabkan gangguan jaringan luar dan Unit Pembangkit siap di-operasikan kembali. Jika tidak siap dioperasi kembali dinyatakan keluar paksa, FO.

DERATING ( DERATING )
1. Derating Unit ( Unit Derating, UD )
Penurunan daya mampu Unit Pembangkit karena gangguan peralatan dan bukan pengaturan sistem, baik yang
terencana maupun yang tidak terencana.

2. Derating Terencana ( Planned Derating, PD )


Penurunan daya mampu Unit Pembangkit yang telah direncanakan atau dijadwalkan terlebih dahulu pada
Rencana Operasi Harian atau Rencana Mingguan yaitu : dari hari Jumat jam : 00.00 atau hari Sabtu jam
: 24.00 sampai dengan hari Jumat 24.00 atau hari Sabtu
jam : 00.00 minggu berikutnya.
3. Derating Tidak Terencana ( Unplanned Derating, UD )
Penurunan daya mampu Unit Pembangkit ( MW ) karena adanya gangguan peralatan yang tidak direncanakan
atau dijadwalkan terlebih dahulu pada Rencana Operasi Harian atau Rencana Minnguan yaitu meliputi :
a. Penurunan daya mampu Unit Pembangkit secara tiba-tiba.
b. Penurunan daya mampu Unit Pembangkit sebelum Rencana Operasi Harian berakhir, atau adanya
perpanjangan atau keterlambatan realisasi dari rencana Derating .
4. Derating Paksa ( Forced Derating, FD )
Derating Paksa adalah bagian dari Derating Tak Terencana karena adanya gangguan peralatan Unit Pembangkit
sehingga perlu penurunan beban sebelum Rencana Operasi Harian ber-akhir.
5. Derating Pemeliharaan ( Maintenance Derating, MD )
Penurunan daya mampu Unit Pembangkit untuk pemeliharaan atau perbaikan karena adanya gangguan atau
keluarnya salah satu peralatan sebelum Rencana Operasi Harian berikutnya ber-akhir dan sebelum Unit
Pembangkit keluar terencana ( PO ) berikutnya.
6. Derating Terjadwal ( Sceduled Derating, Sc D )
Gabungan dari Derating untuk Pemeliharaan, M D dan Derating Terencana, PD .
7. Perpanjangan Derating Terjadwal ( Sceduled Derating Extension, DE )
Perpanjangan Derating untuk Pemeliharaan, MD atau Derating Terencana, PD .
8. Derating Musim ( Seasonal Derating, SD )
Unit Pembangkit mengalami penurunan daya mampu karena adanya pengaruh musim.

KELUAR DARI PENGOPERASIAN ( OUTAGE STATES )


1. Keluar Paksa ( Forced Outage, FO )
Unit Pembangkit keluar dari sistim jaringan sebelum Rencana Operasi Mingguan ber-akhir.
karena gangguan, kerusakan peralatan atau gangguan luar yang menyebabkan Unit Pembangkit keluar dari
sistim jaringan sebelum Rencana Operasi Harian atau Rencana Mingguan ber-akhir.
Jika gangguan tersebut belum dapat diatasi sampai akhir Rencana Operasi Harian berikutnya, maka dianggap
keluar untuk pemeliharaan ( MO ) .
2. Keluar Terencana ( Planned Outage, PO )
Unit Pembangkit keluar dari sistim jaringan untuk melakukan Annual,Overhaol, Inspection, pemeliharaan rutin
atau periodik dan Testing yang telah direncanakan atau dijadwalkan dalam Rencana Operasi Harian atau Rencana
Mingguan.
3. Keluar Pemeliharaan ( Maintenance Outage, MO )
Unit Pembangkit keluar dari sistim jaringan untuk keperluan pemeliharaan atau perbaikan peralatan karena
adanya kerusakan peralatan.
Dapat dilaksanakan sebelum Rencana Operasi Harian atau Rencana Minguan berakhir dan sebelum keluar untuk
pemeliharaan terencana ( PO ) berikutnya.
4. Keluar Ter- Jadwal ( Sceduled Outage , MO,PO )
Gabungan dari keluar untuk pemeliharaan terencana ( PO ) dan keluar untuk pemeliharaan atau perbaikan karena
gangguan ( MO ).

5. Perpanjangan Waktu Keluar Ter-Jadwal ( Sceduled Outage Extension, SE )


Perpanjangan waktu dari Keluar terencana untuk Perbaikan ( MO ) dan Keluar untuk Pemeliharaan Terencana (
PO ).
6. Perpanjangan Waktu Keluar Terencana ( Palnned Outage Extension, SE dari PO )
Perpanjangan waktu Keluar Terencana ( PO )
7. Perpanjangan Waktu Keluar untuk Perbaikan ( Maintenance Outage Extension, SE dari MO )
Perpanjangan waktu Keluar untuk Pemeliharaan Trencana ( MO )

WAKTU DAN HARI ( TIMES & DATES )


1. JAM PERIODE ( Periode Hours, PH )
Jumlah jam dalam satu perioda waktu tertentu , misalnya

satu bulan atau satu tahun .

2. JAM OPERASI ATAU JAM PELAYANAN ( Service Hours, SH )


Jumlah jam Unit Pembangkit beroperasi dan parallel dengan sistim jaringan.
3. JAM TERSEDIA ATAU JAM KESIAPAN ( Available Hours, AH )
Jumlah jam ketersediaan Unit Pembangkit berkesempatan memproduksi energi listrik, baik dalam
kondisi operasi maupun Shutdown Cadangan atau Standby.
Jumlah jam ketersediaan adalah jumlah Jam Pelayanan, SH dan jumlah jam Shutdown Cadangan ,
RSH atau Standby. Atau jumlah jam dalam satu perioda (PH) dikurangi jumlah jam keluar untuk
pemeliharaan terencana (POH), jumlah jam keluar paksa (FOH) dan jumlah jam keluar untuk
pemeliharaan atau perbaikan ( MOH ) karena adanya gangguan peralatan.
4. JAM TAK TERSEDIA ATAU JAM TIDAK SIAP ( Unavailable Hours, UH )
Jumlah jam Unit Pembangkit tidak dapat ber-operasi karena adanya gangguan yang menyebabkan
Unit Pembangkit keluar paksa (FO) , keluar untuk pemeliharaan ( MO ), dan keluar untuk
pemeliharaan terencana (PO).
5. JAM KELUAR TERENCANA ( Planned Outage Hours, POH )
Jumlah jam Unit Pembangkit tidak siap beroperasi untuk keperluan pemeliharaan terencana atau pemeliharaan
pereodik yang telah direncanakan atau dijadwalkan terlebih dahulu.

6. JAM KELUAR PEMELIHARAAN ( Maintenance Outage Hours, MOH )


Jumlah jam Unit Pembangkit keluar dari operasi atau tidak siap beroperasi untuk keperluan
perbaikan peralatan karena adanya gangguan.

pemeliharaan atau

7. JAM KELUAR PAKSA ( Forced Outage Hours, FOH )


Jumlah jam Unit Pembangkit keluar dari sistim dan tidak siap dioperasikan karena adanya gangguan atau
kerusakan peralatan yang tidak diprediksi terlebih dahulu.
Periode Force Outage dihitung dari saat Unit Pembangkit keluar dari jaringan sampai Unit Pembangkit siap
operasi atau masuk jaringan kembali. Jika Unit Pembangkit tidak siap operasi kembali sampai akhir Rencana
Mingguan dan telah dijadwalkan kembali untuk periode Rencana Mingguan minggu berikutnya, maka
selebihnya diperhitungkan sebagai jam keluar untuk pemeliharaan atau perbaikan, ( MOH ).
8. JAM SHUTDOWN CADANGAN ( Reserve Shutdown Hours, RSH )
Jumlah jam Unit Pembangkit tidak beroperasi, dalam kondisi Shutdown cadangan atau Standby karena adanya
pengaturan sistim.
9. JAM DERATING ( Unit Derated Hours, UNDH )

Jumlah jam Unit Pembangkit mengalami penurunan daya mampunya karena adanya Derating Terencana
dan Derating Derating Tak Terencana bukan karena pengaturan sistem .
10. JAM DERATING TERENCANA ( Planned Derated Hours, PDH )
Jumlah jam Unit Pembangkit mengalami penurunan daya yang telah direncanakan terlebih dahulu terencana
karena adanya gangguan atau kerusakan peralatan .
Jumlah jam derating terencana adalah jumlah jam selama Dearting Terencana ( PD ) dan Perpanjangan Jadwal
Derating ( DE ) dari beberapa derating terencana .
11. JAM DERATING TAK TERENCANA ( Unplanned Derated Hours, UDH )
Jumlah jam Unit Pembangkit mengalami penurunan daya mampunya karena adanya gangguan peralatan dan
belum direncanakan terlebih dahulu.
Jam Derating Tak Terencana ( UDH ) adalah jumlah jam selama Dearting Paksa ( FDH ), jumlah jam Dearting
untuk Pemeliharaan ( MDH ) dan jumlah jam beberapa Perpanjangan Jadwal Derating untuk Pemeliharaan ( DE
)
12. JAM DERATING PEMELIHARAAN ( Maintenance Derated Hours, MDH )
Jumlah jam Unit Pembangkit mengalami penurunan daya mampunya untuk pemeliharaan atau perbaikan
peralatan yang tidak direncanakan terlebih dahulu karena adanya gangguan pada jam ketersediaannya ( Unit
Pembangkit dalam kondisi operasi maupun shutdown cadangan standby ).
13. JAM DERATING PAKSA ( Forced Derated Hours, FDH )
Jumlah jam selama Unit Pembangkit mengalami penurunan beban atau daya mampunya karena adanya
gangguan atau kerusakan peralatan .
14. JAM DERATING TERJADWAL ( Sceduled Derated Hours, SDH )
Jumlah jam Unit Pembangkit selama Dearting ( PD ), Derating untuk Pemeliharaan (MD) dan Perpanjangan
Jadwal waktu Derating PD dan MD.

15. JAM KELUAR TAK TERENCANA ( Unplanned Outage Hours, UOH )


Jumlah jam keluar selama Unit Pembangkit mengalami Keluar Paksa, Keluar untuk Perbaikan ( MO ) dan
Perpanjangan waktu Keluar untuk Perbaikan (SE dari MO )
16. JAM PERPANJANGAN KELUAR TERJADWAL ( Scheduled Outage Extension Hours, SOEH )
Jumlah jam jadwal perpanjangan selama Unit Pembangkit keluar karena Perbaikan ( MO ) dan Keluar Terencana
( PO ).
17. JAM KELUAR TERJADWAL ( Scheduled Outage Hours, SOH )
Jumlah jam selama Keluar terencana ( PO ), Keluar untuk perbaikan ( MO ) dan perpanjangan jadwal waktu
MO dan PO.
18. JAM EKUIVALEN ATAU JAM KESETARAAN ( Equivalent Hours,E H )
Jam kesetaraan Unit Pembangkit mengalami penurunan kapasitas atau daya mampunya karena Derating Unit
dan Derating Musim terhadap Kapasitas Maksimumnya.
19. JAM EKUIVALEN DERATING PAKSA ( Equivalent Forced Derated Hours, EFDH )
Jam Derating Paksa Ekuivalen adalah hasil perkalian dari Jumlah jam Derating Paksa
( FDH ) dengan besar penurunan daya atau Derating dibagi Daya Maksimum
Netto ( NMC ).
EFDH = FDH ( Jam ) X Besar Derating ( MW ) / Daya Maksimum Netto ( MW )

20. JAM EKUIVALEN DERATING PAKSA SELAMA SHUTDOWN CADANGAN


( Equivalent Forced Derated Hours During Reserve Shutdown, EFDHRS )
Adalah Jam Derating Paksa ( FDH ) selama Shutdown Cadangan ( RS ) dikali besar penurunan daya atau

Derating dibagi Daya Maksimum Netto ( NMC ).


EFDHRS = FDH ( Jam ) X Besar Derating ( MW ) / Daya Maksimum Netto ( MW )

21. JAM EKUIVALEN DERATING TERENCANA ( Equivalent Planned Derated Hours, EPDH )
Adalah Jam Derating Terencana ( PDH ) dikali Besar Penurunan Beban dibagi Daya Maksimum Netto ( NMC )
EPDH = PDH ( Jam )

X Besar Derating ( MW ) / Daya Maksimun Netto ( MW )

22. JAM EKUIVALEN DERATING TERJADWAL ( Equivalent Sceduled Derated Hours, ESDH )
Adalah hasil kali Jam Dearting Terjadwal ( SDH ) dikali Besar Penurunan Beban dibagi Daya Maksimum Netto (
NMC )
ESDH = SDH ( Jam ) X Besar Derating ( MW ) / Daya Maksimum Netto ( MW )

23. JAM EKUIVALEN DERATING MUSIM ( Equivalent Seasonal Derated Hours, ESEDH )
Adalah Daya Maksimum Netto ( NMC ) dikurang Daya Keandalan Netto ( Net Dependable Capacity, NDC )
dikali Jam Tersedia ( AH ), dibagi Daya Maksimum Netto
( NMC )
ESEDH = [Daya Maksimum Netto ( MW ) - Dependable Capacity Netto ( MW )] X
Jam ) / Daya Maksimum Netto ( MW )

Jam Tersedia (

24. JAM EKUIVALEN DERATING TAK TERENCANA ( Equivalent Unplanned Derated Hours, EUDH )
Adalah hasil kali Jam Derating TakTerencana ( UDH ) dengan Besar Penurunan Beban atau Derating / Daya
Maksimum Netto ( NMC )
EUDH = UDH ( Jam ) X Beban Dearting ( MW ) / Daya Maksimum Netto ( MW )

TENAGA LISTRIK ( ENERGY )


1. RODUKSI GROSS (Gross Actual Generation, GAG )
Enersi listrik gross ( MWh ) yang dibangkitkan Generator Unit Pembangkit dalam satu perioda.
2. KAPASITAS GROSS TERSEDIA ( Gross Available Capacity, GAC )
Kapasitas tertinggi ( MW ) yang dapat dibangkitkan Unit Pembangkit dengan adanya Derating.
3. PRODUKSI NETTO ( Net Actual Generation, NAG )
Energi listrik gross ( MWh ) yang dibangkitkan Generator Unit Pembangkit, dikurangi Pemakaian Unit
Pembangkit ( MWh ) itu sendiri dalam satu perioda.
4. KAPASITAS MAKSIMUM GROSS ( Gross Maximum Capacity, GMC )
Energi listrik maksimum yang dapat dibangkitkan Unit Pembangkit dalam satu perioda pada kapasitas
maksimumnya ( tidak dipengaruhi adanya Derating ).

I. PENDAHULUAN

1. Pendahuluan
Termodinamika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membahas hubungan antara energi
panas dengan bentuk-bentuk energi lainnya.
Dua hal yang sangat penting dalam aplikasi termodinamika adalah :
1. Sistem pembangkit daya, seperti :
- Motor bakar
- Turbin uap dan Turbin gas
- Kompresor
- Pembangkit tenaga nuklir
- Sistem propulsi untuk pesawat terbang dan roket
- Sistem pembakaran bahan bakar
- Solar energi
- Dan lain-lain
2. Sistem Refrigerasi, seperti :
- AC ( Air Conditioner )
- Pompa Panas
- Dan lain-lain
2. Sifat- sifat termodinamika
Ada dua sifat termodinamika dari suatu substansi yang sangat penting yaitu :
1. Sifat Ekstensif
Nilainya untuk seluruh sistem merupakan penjumlahan dari seluruh bagian yang ada yang merupakan bagian
dari sistem tersebut.
Contoh : Massa, Volume, dan Energi.
2. Sifat Intensif
Nilainya tidak tergantung dari besar dan ukuran sistem.
Contoh : Massa jenis, Tekanan, dan Temperatur.

m
V
E

1/2m
1/2V
1/2E

T
P
p

T
P
p

1/2m
1/2V Sifat Ekstensif
1/2E
T
P
p

Sifat Intensif

Gambar 1.1 beda antara sifat ekstensif dan sifat intensif

Sifat sifat suatu Substansi


1. Massa
Massa sebuah benda dipahami sebagai sifat karakteristik dari tahanan benda itu terhadap perubahan kecepatan.

A,B

x
a) Massa inersial A dan B identik
F

Waktu

Waktu

b). Massa Inersial A dan C berlainan


Gambar 1.2 sifat karakteristik benda terhadap perubahan kecepatan

2. Volume
Volume adalah ukuran geometris dari suatu benda.
Massa jenis suatu benda adalah massa benda tersebut dibagi dengan volumenya.
3. Energi

Energi merupakan kemampuan untuk melakukan usaha, sifatnya lestari (


kekal ) dalam kuantitas
4. Tekanan
Terjadinya tekanan

berasal

dari

tumbukan

antara

molekul-molekul

terhadap

dinding

pembatas.

A
F

Gambar 1.3 konsep terjadinya tekanan

(P ) =

F ( gaya )
A(luasan )

Tekanan

N/m2

Dalam termodinamika, tekanan umumnya dinyatakan dalam harga absolut ( tekanan absolut ).
Tekanan absolut tergantung pada tekanan pengukuran sistem, jadi :
a. Bila tekanan pengukuran ( gauge pressure ) sistem diatas tekanan atmosfir, maka :
Tekanan absolut = Tekanan atmosfir + Tekanan pengukuran
(1.1)
P =P +P
b. Bila tekanan pengukuran ( gauge pressure ) sistem dibawah tekanan atmosfir, maka :
Tekanan absolut = Tekanan atmosfir - Tekanan pengukuran
(1.2)
P =P P
abs

abs

atm

atm

gauge

gauge

Gambar. 1.4 Pengukuran tekanan

Contoh :
Suatu alat ukur menunjukkan tekanan sebesar 100 Psig , berapakah besarnya tekanan absolut ?.
Jawab :
Pabs = Patm + Pgauge = 100 + 14,696 = 114,696 Psia = 7,908 x 106 N/m2
= 0,7908 MPa.
catatan : 1 atm = 1,013 x 105 N/m2 = 14,696 lbf/in2
5. Temperatur
Temperatur dapat dipandang sebagai potensial pendorong bagi berlangsungnya perpindahan energi
sebagai panas.

Skala R dan K merupakan skala temperatur mutlak


Gambar 1.5 Skala temperatur
Contoh :
Suatu termometer menunjukkan 240 C. Hitung besarnya temperatur dalam F, K, dan R.
Jawab :
Untuk mendapatkan F : 240 C x (9 F ) / ( 5 C ) + 32 F = 464 F
Untuk mendapatkan R : 464 F + 459,67 R = 923,67 R
Untuk mendapatkan K : 240 oC + 273,15 K = 513,15 K
Contoh :
Suatu benda lebih panas 30oC dari benda lainnya. Berapakah besarnya beda temperatur dalam oF, R dan
K ?.
Jawab :
T1 T2 = 30oC = 30oK = 30oC x 9oF/5oC = 54oF = 54 R.

II. KONSEP-KONSEP DASAR TERMODINAMIKA

2.1. Termodinamika dan Energi


Termodinamika memusatkan perhatian kepada faham tentang energi,
gagasan bahwa energi
itu tetap letari adalah hukum termodinamika yang pertama.
Konsep kedua dalam termodinamika adalah entropi, dengan entropi kemungkinan atau
kemustahilan berlangsungnya suatu proses dapat ditentukan. Gagasan inilah yang mendasari
hukum termodinamika yang kedua.
Hukum ini menjadi dasar dari analisa rekayasa untuk menentukan jumlah daya guna maksimum
yang dapat diperoleh dari sumber energi tertentu, atau jumlah masukan ( input ) daya guna
maksimum yang diperlukan untuk melaksanakan tugas tertentu.
2.2. Bentuk-bentuk Energi.
1. Bentuk Energi Mikroskopis
Energi ini biasanya dinamakan Energi dalam, dan diberi simbol U. Energi dalam adalah energi
yang dimiliki oleh berbagai molekul yang tersembunyi dari pandangan makroskopik langsung,
disebabkan oleh watak tingkat keadaan mikroskopik yang tidak terorganisasi.
Energi dalam persatuan massa diberi simbol u,
[kJ/kg]
(2.1)
U
u =
m

2. Bentuk Energi Makroskopik


Enrgi Kinetik
[kJ]
E
= 1 2.m.v
Energi Kinetik per satuan massa
e = 1 2.v [kJ/kg]
Energi Potensial Gravitasi
[kJ]
E = m.g .h
2

(2.2)
(2.3)
(2.4)

Energi Potensial Gravitasi persatuan massa


e = g .h [kJ/kg]
p

(2.5)

Energi total yang dimiliki oleh suatu benda yang sedang bergerak dan mempunyai ketinggian,
adalah merupakan penjumlahan dari energi mikroskopik dan energi makroskopis.
(2.6)
E
= U + E + E = U + 1 2.m.v + m.g .h [kJ]
Energi-total persatuan massa adalah :
(2.7)
e = u + e + e = u + 1 2.v + g .h [kJ/kg]
2

total

2.3 Temperatur dan Hukum ke Nol Termodinamika


Gagasan penting lainnya mengenai temperatur adalah bahwa sifat ini perupakan petunjuk bagi
perpindahan energi sebagai panas.
Berbagai gerakan molekul cenderung untuk lebih gairah pada temperatur tinggi, dan energi panas
cenderung untuk bergerak dari berbagai molekul yang membentuk suatu daerah yang bertemperatur
lebih tinggi ke berbagi molekul yang lebih lamban yang membentuk suatu daerah yang
bertemperatur lebih rendah.
jika dua buah sistem berada dalam kesetimbangan termal, keduanya haruslah mempunyai
temperatur yang sama, jika setiap sistem tersebut berada dalam kesetimbangan dengan sistem

ketiga, maka ketiganya mempunyai temperatur yang sama, jadi sembarang dua atau ketiganya
berada dalam kesetimbangan termal. Gagasan ini kadang-kadang disebut hukum termodinamika
yang ke nol.
Hukum ini merupakan dasar dari pengukuran temperatur, dimana benda ketiga di atas digantikan
dengan termometer.

20 oC

25 oC

35 oC

35 oC
o

40 C

35 oC
35 oC

45 C

35 C

35 oC

a) Sebelum setimbang

b) Setelah setimbang
Gambar 2.1 Proses kesetimbangan termal

Panas adalah perpindahan energi yang tidak dapat diperhitungkan sewaktu secara makroskopik
menghitung perpindahan energi sebagai kerja. Panas adalah kerja mikroskopik yang tersembunyi
dari pandangan makroskopik langsung. Temperatur adalah sifat zat, apabila temperatur suatu benda
lebih tinggi dari benda yang kedua, perpindahan energi sebagai panas berlangsung dari benda yang
pertama ke benda yang kedua.
2.4. Sistem
Sistem yaitu segala sesuatu yang berada dalam pengamatan. Sistem digunakan untuk
mengidentifikasikan subjek yang akan dianalisa.
Ada dua jenis sistem
1. Massa atur ( sistem tertutup )
Digunakan pada sistem yang terdiri dari massa zat, yang digunakan untuk meneliti sifat yang
berada dalam sistem tersebut. Contoh : Fluida yang berada pada torak silinder.

Gambar 2.2 Sistem massa atur ( sistem tertutup )


2. Volume atur ( sistem terbuka )
Digunakan untuk analisa rekayasa pada sistem yang menyangkut aliran massa.
Contoh : Aliran fluida pada nozel.

masu

Fluida

kelu

Gambar 2.3 Sistem Volume atur ( sistem terbuka )


2.5 Proses dan Siklus
Jika suatu sistem mengalami perubahan dari suatu kondisi kesetimbangan ke kondisi kesetimbangan
yang baru, maka sistem tersebut dikatakan mengalami proses. Kondisi yang secara kontinu (terus
menerus) akan memberikan jalan/jejak dari proses tersebut.
Untuk membahas suatu proses, harus diketahui kondisi awal dan kondisi akhir dari proses tersebut.
Demikian juga lintasan proses yang diikuti, serta interaksi dengan sekeliling yang dialami sistem
selama proses itu berlangsung.

Gambar 2.4 Lintasan proses


Suatu sistem dikatakan mempunyai siklus bila prosesnya berlanjut dan kembali ke ke kondisi awal
dan berulang.

Proses (a) dan (b) mengalami sklus Thermodinamika


Gambar 2.5 Siklus termodinamika
2.6 Energi dan hukum pertama Termodinamika
Aspek fundamental dari konsep Energi, yaitu bahwa energi suatu sistem yang diisolasi adalah konstan.
Persamaan-persamaan yang menyatakan hukum ini, merupakan landasan bagi analisa kuantitatif
terhadap berbagai perubahan yang terjadi diantara berbagai sistem yang berinteraksi.

2.6.1 Definisi hukum pertama Termodinamika


Hukum pertama termodinamika adalah hukum konservasi (kekekalan) energi. Hukum ini
menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan. Energi dari suatu sistem
yang mengalami perubahan dapat bertambah atau berkurang oleh pertukaran dengan lingkungan
dan dapat dirubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain di dalam sistem itu.
2.6.1.1 Hukum Pertama Termodinamika dan Sistem Terbuka (Volume-atur)
Sekarang akan kita bahas sistem terbuka keadaan tunak (steady), yang disebut juga sistem alirantunak keadaan tunak [Steady-State Steady-Flow system,( SSSF system)]. Dalam sistem ini aliran
massa dan energi melalui dinding batas tidak berubah menurut waktu, dan jumlah massa di dalam
sistem juga tetap.

Gambar 2.6 Sistem terbuka (volume atur)


Persamaan hukum pertama (balans energi) untuk sistem ini adalah :
Energi yang masuk sistem = Energi yang keluar sistem
Atau :
m.g.Z1 + 1 2.m.v12 + U 1 + P1 .V1 + Win + Qin = m.g.Z 2 + 1 2.m.v22 + U 2 + P2 .V2 + Wout + Qout

karena :

U + P.V = H

maka :
m.g .Z 1 + 1 2.m.v12 + H 1 + Win + Qin = m.g .Z 2 + 1 2.m.v 22 + H 2 + Wout + Qout

Untuk masing-masing energi persatuan massa :


(1)

g .Z 1 + 1 2.v12 + h1 + win + qin = g .Z 2 + 1 2.v 22 + h2 + wout + q out

2.6.1.2 Aplikasi Hukum Pertama Termodinamika


- Untuk Pembangkit uap (Boiler) :
Dari persamaan (1) dengam asumsi bahwa :
1. Pada boiler tidak ada kerja poros maka,
2. Perbedaan energi potensial, g.Z g.Z = diabaikan
3. Perbedaan energi kinetik, 1 2.(v v ) = diabaikan
Jadi :
(2)
q = h h
Kalor yang diperlukan untuk menguapkan air sampai tingkat keadaan tertentu sama dengan
kenaikan entalpi air yang diuapkan tersebut.
w = 0

- Untuk Turbin uap :


Dari persamaan (1) dengam asumsi bahwa :
1. Pada turbin terjadi proses adiabatik, q = 0
2. Perbedaan energi potensial, g.Z g.Z = diabaikan
2

3. Perbedaan energi kinetik,


Jadi :

1 2.(v 2 v1 ) = diabaikan

(3)
Kerja poros yang dihasilkan oleh turbin uap sama dengan penurunan entalpi uap yang melalui
turbin.
w = h1 h2

- Pompa air (atau fluida incompressible)


Dari persamaan (1) dengam asumsi bahwa :
1. Pada pompa terjadi proses adiabatik, q = 0
2. Perbedaan energi potensial, g .Z g .Z = diabaikan
3. Perbedaan energi kinetik, 1 2.(v v ) = diabaikan
4. u = u , karena v = v = v
jadi :
2

(4)
Kerja poros yang diperlukan oleh pompa sama dengan kenaikan tekanan fluida yang
dipompakan dikalikan dengan volume spesifik fluida tersebut.
w = v.(P1 P2 )

- Nosel
1. Pada nosel terjadi proses adiabatik, q = 0
2. Pada nosel tidak ada kerja poros maka, w = 0
3. Perbedaan energi potensial, g .Z g .Z = diabaikan
4. Energi kinetik fluida masuk nosel = 0 (diabaikan)
Jadi :
untuk uap
v = 2.(h h )
untuk gas ideal
=
2.c .(T T )
2

(5)
(6)

2.v.(P1 P2 )

untuk fluida incompressible

(7)

- Pencekik (Throttling)
1. Pada throttling terjadi proses adiabatik, q = 0
2. Pada throttling tidak ada kerja poros maka, w = 0
3. Perbedaan energi potensial, g .Z g .Z = diabaikan
4. Perbedaan energi kinetik, 1 2.(v v ) = diabaikan
Jadi :
2

h1 = h2

(8)

2.6.1.3 Hukum Pertama Termodinamika dan Sistem Tertutup (Massa-atur)


Pada sistem terbuka massa dapat melintasi bidang batas. Pada sistem tertutup, sebaliknya
hanya energi yang dapat melintasi bidang batas, tetapi massa tidak. Sistem ketiga yang
kadang-kadang juga mendapat perhatian adalah sitem terisolasi, yang merupakan bentuk
khusus dari sistem tertutup. Dalam sisitem ini baik massa maupun energi tidak dapat melintas
bidang batas, tetapi dalam lingkungan bidang batas itu perubahan energi dapat terjadi.
Sumber energi yang utama di dunia ini merupakan energi panas yang didapat dari hasil
pembakaran bahan bakar ( baik padat, cair, maupun gas ).
Bila pada suatu sistem yang merupakan suatu proses diberikan sejumlah panas sebesar dQ,
maka sistem tersebut akan berekspansi dan melakukan kerja sebesar dW, dan energi dalam
sistem tersebut akan meningkat. Proses yang terjadi di dalam sistem tersebut dapat dituliskan
dalam persamaan sebagai berikut :
dQ = dW + dU
dimana : dQ = Panas yang diberikan ke sistem

(9)

dW = Kerja yng dilakukan oleh sistem


dU = Perubahan energi dalam sistem
Persamaan 2.1 di atas dikenal dengan prinsip konversi energi dari suatu sistem atau dikenal
dengan perumusan matematis hukum pertama termodinamika.
2.6.2 Perpindahan Energi sebagai Kerja
Kerja merupakan salah satu dari berbagai mekanisme bagi perpindahan energi.
Pada termodinamika, kerja selalu merepresentasikan sebagai pertukaran energi antara sistem dan
lingkungan.
Kerja W yang dikenakan terhadap sistem, atau dihasilkan sistem merupakan hasil kali dari gaya F
dengan perubahan jarak dx, dan dapat ditulisakn dalam persamaan :
(10)
W = F.dx
Dimana : F = Gaya yang bekerja pada sistem [ N ]
dx = Perpindahan dari sistem
[m]

Kerja akibat perubahan volume dari fluida


Apabila P konstan : W = P.A.( x2 x1 )

Gambar 2.7 Kerja akibat perubahan volume


Apabila P tidak konstan : W = P.dV

(11)

Gambar 2.8 Lintasan proses untuk kerja

Contoh : Sebuah piston silinder tanpa gesekan berisi uap air sebanyak 10 lbm pada 60 Psia dan
temperatur 320 F. Kemudian dipanaskan hingga temperaturnya naik menjadi 400 F. berapa kerja yang
dihasilkan selama proses.
Solusi :
Diketahui : Massa uap air,
Tekanan,
Temperatur awal,
Temperatur akhir,

m = 10 lbm
P = 60 Psia
T1 = 320 F
T2 = 400 F

Ditanya : Kerja yang dihasilkan selama proses, W = ?

Jawab :
- Gambar dari sistem yang ditinjau

Assumsi : Proses berlangsung pada tekanan konstan

Rumus yang dipakai : W = P.dV


Karena proses berlangsung pada tekanan konstan maka :
W = P.( V2 V1 ) = m.P.( v2 v1 )
Dari tabel uap didapat harga volume spesifik
Pada :

P = 60 Psia ; T1 = 320 F v1 = 7,485 ft3 / lbm


P = 60 Psia ; T2 = 400 F v2 = 8,353 ft3 / lbm

Maka : W = (10 lbm ).( 60 Psia ).[( 8,353 7,485) ft3 / lbm ].[( 1 Btu ) / ( 5,404
= 96,4 Btu

Psia.ft3 )]

2.6.3 Perpindahan energi sebagai panas


Energi dapat pula dipindahkan ke dalam suatu sistem dengan cara yang lain yaitu sebagai panas.
Panas adalah perpindahan energi sebagai kerja yang berlangsung pada skala mikroskopis yang
tidak dapat diperhitungkan sewaktu menghitung besarnya energi secara makroskopik
Perpindahan energi sebagai panas atau bentuk kerja dapat meningkatkan temperatur sistem.

Gambar 2.9 Energi panas yang masuk ke sistem menyebabkan kenaikan temperatur
2.6.4

Balans Energi untuk Massa Atur


Massa atur dan lingkungannya membentuk sistem yang diisolasi, energi totalnya harus konstan. Apabila
energi salah satu bertambah, energi yang lainnya harus berkurang dengan jumlah yang sama.
Masukan energi total ke dalam massa atur harus tepat menjadi kenaikan energi di dalam massa atur tersebut.

Gambar 2.10 Massa atur


2.6.5

Bentuk-bentuk Energi

Energi Potensial gravitasi : m.g.z


Energi Kinetik
: .m. 2

Energi Dalam
Kerja Aliran
Kerja
Energi Panas

Balans Energi :
Energi Potensial gravitasi
Energi Kinetik
Energi Dalam
Kerja Aliran
Kerja
Energi Panas

:
:
:
:

:
:
:
:
:
:

U
P.V
W
Q
Energi masuk
m.g.z1
.m. 12
U1
P.V1
W1
Q1

Energi keluar
m.g.z2
.m.22
U2
P.V2
W2
Q2

III. AZAS-AZAS PENGUAPAN


3.1. Zat Murni
Substansi (zat) yang mempunyai komposisi kimia yang tetap selama proses disebut substansi murni. Air,
nitrogen, helium, dan carbondioksida adalah merupakan contoh beberapa substansi murni.
3.2. Phase dari suatu subtansi
Seperti kita ketahui dari berbagai eksperimen bahwa substansi (zat) berada pada berbagai phase yang
berbeda-beda.
Pada tekanan dan temperatur kamar, tembaga berada pada phase padat, air raksa berada pada phase cair dan
nitrogen berada pada phase gas.
Dalam kondisi yang berbeda phase dari substansi tersebut akan berada pada phase yang lain pula (padat,cair
atau gas ).
3.3. Proses perubahan phase air dari kondisi cair ke kondisi uap (gas).
Ada banyak situasi praktis di mana dua phase zat murni berada dalam kesetimbangan, seperti air misalnya
berada pada kondisi campuran dari phase cair dan uap di dalam boiler dan kondenser dari Steam Power
Plant.

Cairan terkompresi dan cairan jenuh

Perhatikan suatu piston silinder berisi air (fase cair) pada 20 oC dan tekanan 1 atm (gambar 1). Pada kondisi
ini air berada pada kondisi cair, dan disebut cairan
terkompresi atau cairan subcooled, yang berarti pada kondisi ini air tidak akan menguap.
Jika panas ditransfer ke air tersebut sehingga temperaturnya naik, misalnya 40
o
C. Karena kenaikan temperatur tersebut air akan berekspansi (mengembang) yang mengakibatkan volume
spasifik air tersebut bertambah.
Sebagai akibat naiknya volume spesifik air maka piston akan naik, sehingga tekanannya tetap 1 atm selama
proses berlangsung. Tetapi air masih berada pada kondisi cairan terkompresi yang berarti penguapan belum
dimulai.
Jika panas masih terus ditransfer temperatur masih naik hingga 100 oC (gambar 2). Pada titik ini air masih
berada pada kondisi cair. Tetapi setiap penambahan panas, seberapapun besarnya, akan menyebabkan cairan

tersebut menguap, yang berarti terjadi proses perubahan fase dari cair ke uap. Cairan yang siap menguap ini
disebut cairan jenuh (Saturated liquid).

T = 1 atm

P = 1 atm
o
T = 100 C
P = 1 atm
o o
T = 20 C C
o

T = 100 C

P = 1 atm
P = 1 atm

T = 300 C
o

T = 100 C

Uap jenuh dan uap superpanas

Ketika pendidihan dimulai, kenaikan temperatur akan berhenti sampai cairan berubah semua menjadi uap.
Pada kondisi ini temperatur akan konstan selama proses perubahan phase jika tekanan dijaga konstan. Ini
dapat dengan mudah dibuktikan dengan menempatkan thermometer ke dalam air yang sedang mendidih
yang diletakkan di bagian atas tungku. Pada posisi di permukaan laut (P = 1 atm), termometer akan selalu
membaca 100 oC. Selama proses penguapan (pendidihan), yang dapat kita amati hanyalah kenaikan volume
spesifik dan berkurangnya level cairan akibat perubahan cairan menjadi uap.
Pada pertengahan proses penguapan (gambar 3), silinder terdiri dari uap dan cairan dengan jumlah yang
sama. Jika panas terus ditambahkan proses penguapan akan terus berlanjut hingga seluruh cairan akan
menguap (gambar 4). Pada titik ini seluruh isi silinder penuh dengan uap. Bila terjadi kehilangan panas
seberapapun kecilnya akan menyebabkan sebagian uap mengembun (perubahan fase dari uap ke caira). Uap
yang hampir terkondensasi disebut uap jenuh. Oleh karena itu keadaan seperti pada gambar 4 dinamakan
kondisi uap jenuh. Keadaan antara seperti pada gambar 2 sampai keadaan sperti pada gambar 4 sering
dinamakan kondisi campuran uap dan cairan sehingga phase uap dan phase cair berada pada keseimbangan
termodinamik pada kondisi ini.

Jika dari kondisi uap jenuh (gambar 4) masih terus ditambahkan energi panas pada tekanan konstan maka
pada kondisi ini uap air akan mengalami kenaikkan temperatur dan kondisi uap akan berubah menjadi uap
panas lanjut (Super heated steam).
Jika perjalanan proses kita ikuti dari mulai gambar 1 sampai dengan gambar 5 dan kita plotkan pada
koordinat Temperatur-volume spesifik (T-v), maka akan kita dapatkan gambar sebagai berikut.

Temperatur dan Tekanan Jenuh


Mungkin tidak mengherankan kalau air mendidih pada temperatur 100 oC. Sebenarnya pernyataan air
mendidih pada suhu 100 oC tidak benar. Yang benar adalah air mendidih pada suhu 100 oC pada
tekanan 1 atm. Satu-satunya alasan air mulai mendidih pada suhu 100 oC adalah karena kita membiarkan
tekanan konstan pada 1 atm ( 101,325 kPa ). Jika tekanan di dalam silinder meningkat sampai 500 kPa
dengan menambahkan berat pada puncak piston, air akan mulai mendidih pada suhu 151,9 oC. Sehingga
temperatur dimana air mulai mendidih tergantung kepada tekanan.
Pada tekanan yang diberikan, temperatur dimana substansi murni ( zat murni ) mulai mendidih disebut
temperatur saturasi Tsat. Sedangkan dalam temperatur yang diberikan, tekanan dimana substansi murni mulai
mendidih disebut tekanan saturasi Psat. Pada tekanan 101,325 kPa, Tsat adalah 100 oC. Sebaliknya Pada
temperatur 100 oC, Psat adalah 101,325 kPa.
Selama proses perubahan phase, tekanan dan temperatur sepenuhnya sifatnya saling bergantung dan ada
hubungan yang pasti diantara mereka yaitu Tsat = f ( Psat ). Grafik Tsat vs Psat seperti pada gambar 2-12 disebut
kurva saturasi uap-cair. Kurva seperti ini adalah karakteristik dari substansi murni.
Sangat jelas sekali dari gambar 2-12 bahwa Tsat naik dengan naiknya Psat. Jadi substansi pada tekanan
tertinggi akan mendidih pada temperatur tertinggi juga.
1200

1000

Psat,kPa

800

600

400

200

50

100
Tsat, C

150

200

Diagram Sifat Untuk Proses Perubahan Phase

Variasi dari sifat-sifat selama proses perubahan phase sebaiknya dipelajari dan dimengerti dengan bantuan
diagram-diagram sifat. Di bawah ini kita akan mendiskusikan diagram-diagram T-v, P-v, dan P-T untuk
substansi murni.
1. Diagram T-v
Proses perubahan phase air pada tekanan 1 atm dideskripsikan secara detail pada bab terakhir dan diplotkan
pada diagram T-v dalam gambar 2-11. Sekarang kita ulangi proses ini dengan tekanan yang berbeda untuk
mengembangkan diagram T-v untuk air.
Kita tambahkan berat pada puncak piston sampai tekanan di dalam silinder mencapai 1 Mpa. Pada tekanan
ini air akan mempunyai volume spesifik yang lebih kecil daripada yang terjadi pada tekanan 1 atm. Pada
saat panas di berikan ke pada air dengan tekanan yang baru ini prosesnya akan mengikuti lintasan yang
mirip sekali seperti lintasan proses pada tekanan 1 atm seperti terlihat pada gambar 2-13, tetapi ada beberapa
perbedaan-perbedaan. Pertama, air akan mulai mendidih pada temperatur yang sangat tinggi ( 179,9 ) pada
tekanan ini. Kedua, volume spesifik pada cairan jenuh adalah lebih besar dan volume spesifik pada uap
jenuh adalah lebih kecil dari harga pada tekanan 1 atm. Yaitu garis horizontal yang menghubungkan cairan
jenuh dan uap jenuh dinyatakan lebih pendek.
Pada saat tekanan meningkat lebih jauh, garis saturasi ini akan berlanjut lebih pendek seperti pada gambar 213, dan akan menjadi titik ketika tekanan itu mencapai 22,09 MPa untuk kasus pada air. Titik ini disebut titik
kritis dan dapat didefinisikan sebagai titik dimana pernyataan cairan jenuh dan uap jenuh adalah
identik.Tekanan, Temperatur dan Volume spasifik dari substansi pada titik kritis di sebut Tekanan kritis Pcr,
Temperatur kritis Tcr, dan Volume spesifik kritis vcr. Sifat-sifat titik kritis air adalah Pcr = 22,09 MPa, Tcr =
374,14 oC, dan vcr = 0,003155 m3/kg. Untuk helium adalah Pcr = 0.23 MPa, Tcr = -267,85 oC dan vcr =
0,01444 m3/kg. Sifat-sifat kritis untuk macam-macam substansi dapat dilihat pada tabel A-1 dalam apendix.
Pada tekanan di atas tekanan kritis, tidak akan ada proses perubahan phase yang nyata ( gambar 2-14 ).
Malahan volume spesifik dari substansi akan terus meningkat dan disetiap saat hanya akan ada satu phase
yang muncul. Akhirnya itu akan menyerupai uap, tapi kita tidak akan pernah tahu kapan perubahan itu
terjadi. Di atas keadaan kritis, tidak ada garis yang memisahkan daerah cairan terkompresi dan daerah uap
super panas. Tapi hal itu biasanya mengacu pada substansi sebagai uap super panas pada temperatur di atas
temperatur kritis dan sebagai cairan terkompresi pada temperatur di bawah temperatur kritis.
Keadaan cairan jenuh pada gambar 2-13 bisa dihubungkan dengan garis yang di sebut garis cairan jenuh (
Saturated liquid line ) dan keadaan uap jenuh di gambar yang sama bisa dihubungkan dengan garis lain yang
disebut garis uap jenuh ( Saturated vapor line ). Kedua garis ini saling bertemu pada titik kritis,
membentuk lengkungan seperti pada gambar 2-15. Semua keadaan cairan terkompresi, di bagian kiri garis
cairan padat dan disebut daerah cairan terkompressi. Semua keadaan uap superpanas ditempatkan di sebelah
kanan garis uap saturasi yang disebut daerah uap superpanas (superheated vapor region). Dikedua daerah ini,
substansi berada pada fase tunggal, cairan atau uap. Semua bagian yang melibatkan kedua fase dalam
kesetimbangan di tempatkan di bawah kubah yang disebut daerah campuran uap cairan jenuh, atau daerah
basah (wet region).
2. Diagram P-v
Bentuk umum dari diagram P-v dari zat murni sangat mirip sekali dengan diagram T-v, tapi T = garis
konstan pada diagram ini mempunyai kecenderungan untuk menurun, seperti pada gambar 2-16.

Sebuah piston-silinder yang berisi air pada fase cair dengan tekanan 1 MPa dan temperatur 150 oC. Pada titik
ini air berada pada kondisi cairan terkompresi. Kemudia beban (pemberat) pada puncak piston diambil satu
persatu sehinnga tekanan di dalam silinder menurun secara berangsur-angsur (Gambar 2-17). Selama proses
terjadi perpindahan panas terhadap air tersebut, sehingga temperaturnya selalu konstan. Pada saat tekanan
menurun, volume air akan meningkat sedikit. Ketika tekanan mencapai harga tekanan saturasi pada
temperatur yang ditentukan (0,4758 MPa), air akan mulai mendidih. Selama proses penguapan ini,
temperatur dan tekanan selalu konstan, tapi volume spesifik meningkat. Perhatikan bahwa selama proses
perubahan fase, kita tidak mengambil pemberat. Memindahkan atau mengurangi pemberat akan
menyebabkan tekanan dan juga temperatur menurun [karena Tsat = f (Psat)], dan proses tidak akan menjadi
isotermal (proses pada temperatur konstan).
Jika proses ini diulangi untuk temperatur lainnya, lintasan yang sama akan didapatkan untuk proses
perubahan fase. Dengan cara menghubungkan lintasan cairan jenuh dan lintasan uap jenuh, kita akan
mendapatkan kurva diagram P-v untuk zat murni, seperti terlihat pada gambar 2-16.
3. Diagram P-T
Gambar 2-22 memperlihatkan diagram P-T untuk zat murni, diagram ini sering dosebut diagram fase
karena ketiga fase dipisahkan satu sama lain oleh tiga garis. Garis sublimasi memisahkan daerah padat dan
uap, garis penguapan memisahkan daerah cair dan uap, garis peleburan (melting line) memisahkan daerah
padat dan cair. Ketiga garis ini bertemu pada satu titik yang dinamakan titik tripel, dimana pada titik ini
ketiga fase berada bersama-sama pada kesetimbangan. Garis penguapan berakhir pada titik kritis sebab tidak
ada perbedaan yang bisa dibuat antara fase cair dan uap di atas titik kritis. Zat yang memuai dan mengkerut
pada saat pembekuan hanya bisa dibedakan di atas garis peleburan pada diagram P-T.
Tabel sifat
Sebagian besar substansi, hubungan diantara sifat-sifat thermodinamik adalah sangat kompleks untuk
diekpresikan dengan mengguanakan persamaan yang sederhana. Oleh karena itu, sifat-sifat sering diberikan
dalam bentuk tabel-tabel. Beberapa sifat thermodinamika dapat diukur dengan mudah, tetapi yang lain tidak
dapat diukur langsung dan dihitung dengan menggunakan persamaan yang menghubungkannya untuk sifatsifat yang terukur. Hasil ukuran-ukuran dan perhitungan ini diberikan dalam tabel dengan format yang tepat.
Dalam diskusi berikutnya, tabel uap akan digunakan untuk mempertunjukkan penggunaan dari tabel sifatsifat thermodinamik.
Tingkat keadaan Cair Jenuh dan Uap Jenuh
Sifat-sifat dari cair jenuh dan uap jenuh untuk air dapat diketahui melalui table uap berdasarkan tekanan atau
temperatur, seperti terlihat pada contoh table di bawah :

Sat.
Temp.
o
C

Press.
kPa

Specific volume
m3/kg
Sat.
Sat.
liquid
vapor

T
85
90
95

Psat
57.83
70.14
84.55

vf
0.001033
0.001036
0.001040

Specific volume of
saturated liquid

Temperature

vg
2.828
2.361
1.982

Specific volume of
saturated vapor

Corresponding
saturation
pressure

Tekanan, P

Subscript f menunjukkan sifat dari fase cair jenuh, dan subscript g menunjukkan sifat dari fase uap jenuh.
Subscript lain yang sering digunakan digunakan adalah fg, yang mana menunjukkan perbedaan nilai antara
uap jenuh dengan cair jenuh pada tingkat keadaan yang sama.

Volume specific

vfg = vg - vf
vf = volume spesifik pada kondisi cair jenuh
vg = volume spesifik pada kondisi uap jenuh
vfg = perbedaan antara vg dan vf
Nilai hfg disebut entalpi penguapan atau panas laten penguapan yaitu energi yang diperlukan untuk
menguapkan satu satuan massa cair jenuh pada temperatur atau tekanan yang diberikan.
Campuran cair jenuh uap jenuh
Selama proses penguapan, substansi berada pada bagian cair dan bagian uap. Keadaan ini disebut campuran
dari cair jenuh dan uap jenuh. Untuk menganalisa campuran secara tepat, kita perlu mengetahui proporsi dari

fase uap dan cair dalam campuran. Ini didefinisikan oleh sifat baru yang dinamakan dengan kualitas x yaitu
perbandingan dari massa uap terhadap massa total dari campuran
x =

dimana :

mvapor
mtotal

mtotal = mliquid + mvapor = m f + m g

Kualitas uap x hanya berlaku untuk fase campuran. Ini tidak berlaku pada daerah cairan terkompresi atau
daerah uap superheated. Pada fase cair jenuh nilai x = 0 atau 0 persen, sedangkan pada fase uap jenuh nilai x
= 1 atau 100 persen.
Fase campuran dapat dapat diperlakukan seperti gabungan dari dua subsistem : cairan jenuh dan uap jenuh.
Walaupun massa dari masing-masing fase sering tidak diketahui.

Saturated vapor

Saturated liquid

Vav
Saturated
Liquid-vapor
mixtures

Pada gambar di atas diilustrasikan sebuah tanki yang berisi campuran dari fase cair dan fase uap. Volume
fase cair adalah Vf dan volume fase uap adalah Vg. Maka volume total adalah penjumlahan dari
keduanya:
V = Vf + Vg
V = m.v mt.v = mf.vf + mg.vg
mf = mt mg mt.v = mt.vf mg.vf + mg.vg
Jika kedua ruas dibagi dengan mt
v = vf x.vf + x.vg
atau : v = vf + x.vfg
dimana :
m
x =

mt

vfg = vg - vf
Begitu juga untuk sifat-sifat yang lain berlaku :
h = hf + x.hfg
u = uf + x.ufg
s = sf + x.sfg
Uap Superpanas
Pada daerah sebelah kiri dari garis uap jenuh terdapat uap super panas, dimana pada daerah ini substansi mempunyai
fase tunggal yaitu fase uap, tekanan dan temperatur pada daerah ini tidak saling bergantung sepaerti pada daerah uap
campuran, sehingga sifat dari uap super panas akan sangat tergantung dari kombinasi antara temperatur dan
tekanannya.
Format dari table uap superpanas diilustrasikan pada table berikut :

s
T
v
h
kJ/kg
3
C m /kg kJ/kg
.K
P = 0,01 MPa (45,81C)
14.67 2584. 8.150
Sat.
4
7
2
o

14.86 2592. 8.174


9
6
9
17.19 2687. 8.447
100
6
5
9
19.51
8.688
150
2783
2
2
P = 0,2 MPa (120,23 C)
0.885 2706. 7.127
Sat.
7
7
2
0.959 2768. 7.279
150
6
8
5
1.080 2870. 7.506
200
3
5
6
1.198
7.708
250
2971
8
6
50

Uap superpanas mempunyai karakteristik sebagai berikut :


Tekanan rendah : P < Psat pada T yang diberikan
Temperatur tinggi : T > Tsat pada P yang diberikan
Volume spesifik tinggi : v > vg pada P atau T yang diberikan
Energi dalam tinggi : u > ug pada P atau T yang diberikan
Entalpi tinggi : h > hg pada P atau T yang diberikan
Cairan terkompresi
Pada daerah sebelah kanan dari garis cair jenuh terdapat cairan terkompresi, dimana pada daerah ini substansi
mempunyai fase tunggal yaitu fase cair, tekanan dan temperatur pada daerah ini juga tidak saling bergantung sepaerti
pada daerah uap campuran.
Sifat dari cairan terkompresi ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
h = hf,T + vf.(P - Psat)
dimana Psat adalah tekanan saturasi pada temperatur yang diberikan.
Secara umum cairan terkompresi dikarakteristikan sebagai berikut :
Tekanan tinggi : P > Psat pada T yang diberikan
Temperatur rendah : T < Tsat pada P yang diberikan
Volume spesifik rendah : v < vf pada P atau T yang diberikan
Energi dalam rendah : u < uf pada P atau T yang diberikan
Entalpi rendah : h < hf pada P atau T yang diberikan.
APLIKASI DARI TABEL UAP DAN DIAGRAM UAP
1. Air pada kondisi cair jenuh dan tekanan 1 bar absolut dipompa ke dalam boiler hingga tekanannya mencapai 8
bar absolut, kemudian di dalam boiler air tersebut diuapkan pada tekanan konstan sampai mencapai fraksi uap 80
%, jika selama pemompaan terjadi proses volume konstan dan cp air adalah 4,2 kJ/kg.K.
a. Berapa energi per kg air yang diperlukan untuk memompa air tersebut.
b. Apa kondisi air pada saat keluar dari pompa
c. Berapa energi panas yang diperlukan untuk menguapkan air dalam boiler tersebut.
Penylesaian :
Diketahui :
Air pada kondisi cair jenuh : x1 = 0
Tekanan sebelum pompa : P1 = 1 bar abs. = 0,1 MPa abs.
Tekanan setelah pompa : P2 = 8 bar abs. = 0,8 Mpa abs.
Fraksi uap : x2 = 80 % = 0,8

Panas jenis air : cp = 4,2 kJ/kg.


Ditanya :
a. Energi per kilogram air yang diperlukan untuk memompa air
b. Kondisi air saat keluar pompa
c. Energi panas yang diperlukan untuk menguapkan air dalam boiler.
Jawab :

x = 0,8

P2 = 8 bar
x2 = ?

wp = ?

x1 = 0
P1 = 1 bar
cp = 4,2 kJ/kg

Dari HK I termodinamika :
- Untuk Pompa : w = vf.P2 P1
- Untuk Boiler : q = h3 h2
Dari table uap :
sf
P
vf vg hf hg
sg
MP T oC m3/k m3/ kJ/k kJ/k kJ/kg. kJ/kg.
K
a
g kg g
g
K
99.6 0.00 1.6 417. 267 1.302 7.359
0.1 3 1043 94 46 5.5
6
4
170. 0.00 0.2 721. 276 2.046 6.662
0.8 43 1115 404 11 9.1
2
8
a. w = 0.001043. 0.8 - 0.1.106 =

STEAM GENERATOR
(SYSTEM AE)

Safety
Gunakan alat K3 (helm, sepatu, ear plug, kaos tangan tahan panas) jika memasuki area boiler
Lakukan koordinasi dan komunikasi dengan operator lain yang terkait, me-ngenai rencana pekerjaan yang
memerlukan perhatian dan prioritas utama
Yakinkan peralatan pendukung safety dalam kondisi standar (penerangan cukup, alat komunikasi terjangkau, dan lift
dalam keadaan normal)
Jika akan menutup manhole boiler, yakinkan bahwa didalam furnace sudah tidak ada orang dengan cara : beri sinyal
sinar, pukulan dan beritahu bahwa manhole akan ditutup
Fungsi dan cara kerja
Fungsi dari steam generator adalah untuk memproduksi uap (steam) untuk menggerakkan turbin. Proses produksinya
adalah dengan penguapan pada boiler drum. Uap tersebut harus memenuhi standar kualitas tertentu (pressure,
temperature dan unsur kimia) dan juga dari kuantitas (flow dalam ton/jam), sesuai yang dibutuhkan turbine pada saat
tertentu (kondisi hot/warm/cold) untuk dapat menghasilkan energi listrik. Pada steam generator system ini dapat
dibagi dalam dua aliran, yaitu aliran uap dan aliran air.
Bagian utama
Feed water inlet
Economizer
Boiler drum
Superheater
Main steam pipe
Reheat steamFeed water inlet
Sebagai pengisi air boiler, disuplai dari BFP setelah melalui HP heater. Pada sistem air pengisi air boiler ini,
diperlengkapi feed water back pressure control valve sebelum masuk ke sistem aliran air pada boiler (economizer).
Feed water back pressure control dapat diposisikan auto, dengan fungsi sebagai pe-nyeimbang steam flow sebagai
output demannya. Sedang jika dalam posisi manual operator dapat mengontrol valve sesuai yang
dibutuhkan.Economizer
Dengan memanfaatkan gas buang boiler, economizer akan memanaskan air pengisi sebelum masuk ke boiler drum.
Pada economizer ini yang harus dijaga adalah terjadinya korosi, baik dari sisi dalam maupun dari sisi luar. Untuk
menjaga korosi dari sisi luar, dapat dilakukan dengan cara :
Membatasi kandungan sulfur pada fuel (coal)
Menjaga temperature metal economizer
Melakukan sistem firing dengan baik
Sedang untuk mencegah korosi dari sisi dalam, dengan jalan menjaga kualitas air yang diijinkan pada sistem air
pengisi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan yang mungkin terjadi pada economizer adalah :
Perubahan air pengisi dari fase air ke fase uap pada economizer yang di-sebabkan tidak adanya sirkulasi air pada
economizer saat firing atau furnace dalam keadaan panas. Hal ini akan mengakibatkan water hammer pada
economizer. Untuk mencegah hal tersebut, valve recirculation economizer (MOV AE-SHV-1A/1B) harus dibuka
untuk memperoleh aliran alami pada economizer dari down comer. Tapi pada saat ada aliran air pengisi, hendaknya
MOV tersebut harus ditutup kembali.
Terjadinya thermal shock pada inlet header economizer yang disebabkan oleh perbedaan temperature antara air
masuk dan air pada header economizer. Jika hal itu terpaksa dilakukan, maka sistem pengisian air penambah dilakukan dengan flow yang sedikit mungkin secara teratur.Boiler drum
Drum adalah tempat pemisahan antara partikel-partikel air dan uap. Air yang ada pada drum akan mengalami aliran
alami pada down comer. Gelembung-gelembung uap akan naik keatas dan di drum gelembung-gelembung uap itu
akan terkumpul dan menjadi uap.
Pada drum hal yang perlu diperhatikan pada saat firing adalah temperature metal antara top dan bottom. Perbedaan
temperature tersebut sesuai rekomendasi dari BVI adalah sesuai dengan grafik (Lampiran 1).
Peralatan utama pada drum adalah sebagai berikut :
Level indicator
Terdiri dari tiga macam, yaitu :

Glass gauge level di lokal


Level indicator analog di CR (Fibre Optic)
Level indicator digital (berupa angka) di OIS, yang juga sebagai sinyal control feed water
Pressure indicator
Pressure indicator ini dapat dibaca di lokal lewat PT, sedangkan di CR melalui data digital di OIS
Relief valve/safety valve
Berfungsi untuk membuang steam jika terjadi tekanan tinggi pada drum.
Safety valve yang terdapat pada boiler drum adalah sebagai berikut :
o

Tag

Set Set Cap Capa


pre pre acit city
ss
ss( y
(lb/h)
(kg psi (kg/
/m) g)
h)
1 05-AE- 21 30 2496 55035
RV-39 1.7 11 40
3
2 05-AE- 20 29 2496 55035
RV-40 9.2 75 40
3
3 05-AE- 21 30 3028 66757
RV-41 4.2 47 10
2
4 05-AE- 21 30 3055 67365
RV-42 5.4 64 70
7
5 05-AE- 21 29 2472 54517
RV-43 0.4 93 90
3
6 05-AE- 21 30 2520 55566
RV-44 3.0 29 30
2
Ket : Nomor tag adalah contoh untuk unit 5 (dua digit pertama)
Vent drum
Berfungsi untuk membuang udara (02) yang mungkin masih tertinggal pada steam drum. Vent drum dibuka pada saat
stop s/d boiler firing pada tekanan 2 kg/cm2.
*Drain dan CBD
Berfungsi untuk membuang silica yang ada pada boiler water. CBD dapat menggunakan MOV 001 jika air boiler
masih tergolong baik dengan meng-alirkan steam ke deaerator lewat SHV 011. Atau juga bisa langsung dibuang jika
memang kualitas airnya sangat jelek sekali.Superheater
Uap dari steam drum selanjutnya dipanaskan kembali untuk mendapatkan uap yang super heat pada superheater
(PSH maupun SSH) dengan memanfaatkan gas bekas dari furnace.
Untuk menjaga temperature pada main steam sebesar 538 oC, maka pada PSH dan SSH dilengkapi dengan spray
yang diambilkan dari feedwater. Selain dengan spray, temperature dikontrol juga dengan pembukaan damper SH flue
gas biasing damper.
PSH dan SSH juga dilengkapi drain dan vent. Sebelum firing hendaknya drain dan vent valve harus dibuka untuk
menghindari water hammer pada PSH maupun SSH.Main steam pipe
Uap dari SSH selanjutnya masuk ke main stem pipe, untuk selanjutnya masuk ke turbine. Main steam pipe
dilengkapi dengan beberapa peralatan bantu, antara lain :
Relief valve/safety valve
Berfungsi untuk membuang steam jika tekanan pada main steam telah men-capai batasan operasi safety valve tsb.
Safety valve/relief valve yang terdapat pada main steam line adalah sbb :
N Tag
o

1 05-SBRV-13

Set
pres
s
(kg/
cm2)
195.
46

Set
pre
ss
(ps
ig)
27
80

Cap
acit
y
(kg/
h)
1197
95

Cap
acit
y
(lb/h
)
2640
99

2 05-SB- 196. 27 1584 3493


RV-14 51
95 00
72
3 05-SB- 197. 28 1596 3518
RV-15 50
09 14
85
4 05-SB- 188. 26 2037 4491
RV-17 78
85 45
76
5 05-SB- 176. 25 2037 4491
RV-20 26
07 45
76
Ket : Nomor tag adalah contoh untuk unit 5 (dua digit pertama)
Untuk valve 05-SB-RV-17 dan 20 adalah electric relief valve yang dapat di-posisikan manual atau auto dari CR. Jika
posisi manual maka relief valve (RF 17 dan 20) bisa dibuka dari CR walaupun belum mencapai tekanan kerjanya.
Drain main steam pipe (MOV 033, 034, 046 dan 047)
Drain pada pipa main steam harus dibuka pada saat boiler akan firing dengan tujuan agar air kondensasi sepanjang
pipa dapat dibuang, dan sekaligus untuk pemanasan awal (warming) agar tidak terjadi water hammer pada line
tersebut.
Pada saat start unit, drain-drain main steam line bisa ditutup sampai HP by-pass system beroperasi. Dalam
hal ini drain main steam line juga ber-fungsi untuk menaikkan temperature main steam.Reheat steam
Setelah main steam memutar HP turbine, selanjutnya steam akan keluar dari HP yang disebut sebagai HP exhaust
atau cold reheat. Pada kondisi tersebut steam akan mengalami penurunan temperature. Agar steam bisa dimanfaatkan kembali untuk memutar turbine, maka perlu dinaikkan kembali temperature dan pressurenya dengan cara
memanaskan steam tersebut di reheater dengan memanfaatkan gas buang pada furnace. Steam yang sudah
dipanaskan ter-sebut selanjutnya disebut hot reheat.
Sistem kontrol temperature hot reheat adalah dengan :
Spray (attemperator), dengan menggunakan TCV 003A dan 003B
RH flue gas biassing damper (flow gas buang)
Venting dan drain reheat steam
Venting dan drain digunakan pada saat start atau stop unit pada pressure dibawah 2 kg/cm2. Adapun lokasi venting
dan drain adalah sebagai berikut :
Venting RH header
: AJ MOV 003A dan MOV 003B
Drain RH header
: AJ MOV 007 dan MOV 008
Drain pada cold reheat line : MOV 10, 09, 01, 04
Drain pada hot reheat line
: MOV 07, 08
Safety valve/reheat valve
Pada line reheat juga dilengkapi dengan alat pengaman tekanan lebih yang disebut safety valve. Safety valve yang
terdapat pada reheat steam adalah sebagai berikut :
Cold reheat safety valve
N Tag
o

1 05-SBRV-91
2 05-SBRV-77
3 05-SBRV-90
4 05-SBRV-76
5 05-SBRV-75

Set
pres
s
(kg/
cm2)
58.9
9
59.4
1
59.8
3
60.2
5
60.6
8

Set
pres
s
(psi
g)
839
845
851
857
863

Cap
acit
y
(kg/
h)
2649
32
2667
95
2686
58
2705
21
3281
93

Cap
acit
y
(lb/h
)
5840
70
5881
77
5922
84
5963
91
7239
76

Ket : Nomor tag adalah contoh untuk unit 5 (dua digit pertama)
Hot reheat safety valve
N
o

Tag

Set Set
Cap Cap
pre pres acit acit
ss
s
y
y
(kg (psi (kg/ (lb/h
/c
g)
h)
)
m2
)
1 05-SB- 57. 815 1325 2923
RV-92 30
93
14
2 05-SB- 57. 819 1332 2937
RV-102 58
32
24
Ket : Nomor tag adalah contoh untuk unit 5 (dua digit pertama)

Filosofi sistem kontrol dan proteksi


Dalam sistem kontrol steam generator, dapat kita bagi menjadi 3 sistem kontrol, yaitu : Tekanan, temperature dan
level drum.

4.1. Kontrol tekanan


Tekanan steam generator dapat dihasilkan oleh proses penguapan air sebagai hasil dari sistem pembakaran. Jika
produksi uap boiler sama dengan konsumsi turbine, maka pressure pada main steam akan relatif stabil. Untuk
mendapatkan keseimbangan tersebut maka diperlukan kontrol bahan bakar sebagai energi untuk memproduksi uap
pada boiler. Sistem kontrol tekanan pada main steam dapat kita ringkas seperti pada ke-terangan dibawah ini.
Proteksi kontrol pada kontrol tekanan adalah sebagai berikut :
Fuel/air sistem ke manual, jika :
- FDF master tidak siap untuk mengontrol
- semua sinyal flow batubara tidak bagus
- boiler master demand sinyal fail
- tidak ada pulverizer master station yang auto
BTU corection station menuju manual, jika :
- fuel/air master tidak auto
- flow batubara sinyalnya jelek
- sinyal steam flow jelek
Flue gas oxigen station akan :
- correction factor ke 1.0 jika FDF air flow cont damper stn ke manual
- trip ke manual jika flue gas oxigen signal irrational
Boiler master menuju ke manual, jika :
- fuel/air master ke manual
- fuel runback
- feed water economizer inlet temperature signal irrational
- main steam pressure signal irrational
Turbine master akan trip ke manual, jika :
- generator breaker not close
- main steam pressure dibawah 80 kg/cm2
- main steam pressure signal irrational
- main steam temperature signal irrational
- HP turbine 1st pressure signal irrational
- equipment failure dan boiler follow ON
- turbine runback

Load programmer ramp rate tidak akan berfungsi, jika : feed water master dan main steam temperature master tidak
auto
4.2. Kontrol temperature
Temperature main steam
Temperature main steam dikontrol oleh proses attemperator/spray dan denagn pembukaan SH flow gas damper.
Spray pada PSH I dan SSH di-ambil dari feed water header. Sistem pengontrolan spray PSH II / TCV 1A dan 1B
mengambil sinyal dari platen SH II inlet header dengan set temperature dari sistem kontrol main steam temperature.
Sedang untuk pengontrolan SSH inlet header temperature dikontrol TCV 2A/2B. Air yang digunakan untuk spray
akan menjadi uap pada main steam. Sehingga MS flow = flow total spray PSH/SSH + flow water inlet.
Pengaturan temperature dengan SSH FG damper adalah dengan me-manfaatkan panas gas buang untuk PSH/SSH.
Semakin besar pembuka-an damper semakin besar pula panas yang bisa dimanfaatkan.
Temperature reheat steam
Pengaturan temperature reheat steam menggunakan TCV 3A/3B dengan mengambil air dari salah satu sudu pompa
SU BFP ataupun BFPT. TCV 3A/3B mengambil sinyal input dari RH inlet header dengan set temperature dari reheat
steam temperature control. Pengaturan dengan damper FG biasing sama seperti pada SSH FG biasing damper.
4.3. Kontrol drum level
Feed water control akan mengatur/mengontrol level drum hingga level drum pada posisi normal. Ada tiga elemen
yang menjadi input sinyal dalam pengaturan drum level, yaitu :
Drum level
Feed water flow
Steam flow
FW elemen sinyal dapat kita select secara manual maupun secara auto. Secara manual kita bisa men-select 1 elemen,
2 elemen atau 3 elemen dengan melihat kondisi pada saat itu. Sedang kalau secara auto maka secara otomatis akan
pindah sendiri.
Level indikator yang digunakan untuk indikasi dan sinyal level drum pada FW control dari tiga transmiter, yang
mana ketiga transmiter tersebut bisa kita pilih salah satu diantaranya atau diambil sinyal tengah (median). Tetapi
khusus untuk sinyal MFT trip hanya diambilkan dari sinyal median ( 250 mm).
Sistem kontrol feed water adalah :
Prosedur operasi
Persiapan lokal
Yakinkan bahwa semua manhole boiler sudah tertutup
Yakinkan tidak ada tagging di semua peralatan boiler
Yakinkan level air pada drum pada posisi normal (dari glass gauge)
Yakinkan CCTV dapat dioperasikan dengan baik
Yakinkan isolating valve untuk peralatan instrument pada posisi terbuka dan normal (PS, PT, TS, TT, LS, LT dll)
Yakinkan SDCC telah terisi air
Yakinkan isolating valve instrument air untuk peralatan pada posisi terbuka dan ada tekanannya (CV, SV, damper,
igniter dll)
Yakinkan isolating valve untuk MOV pada drain, venting dan TCV untuk spray SH dan RH serta VCV atomizing
dan fuel oil pada posisi terbuka
Yakinkan breaker 380 V untuk semua MOV sistem drain, vent dan attemperator pada posisi close/on dan siap
dioperasikan
Yakinkan level minyak pelumas untuk semua fan dan gear box diatas normal
Yakinkan igniter tiap level telah siap untuk dinyalakan/dioperasikan. Misal : fuel oil pressure, atomizing steam
pressure, instrument air, flame detector dan valve telah terbuka.
Yakinkan breaker untuk semua motor (fan, pompa dan damper) sudah dalam posisi close dan siap dioperasikan
Start sequence
Isi drum sampai normal level (untuk cold start, pada level -30 mm), dari discharge CEP (ISV 0025 & 0026)
Buka vent dan drain boiler
Start satu IDF (misal A) dan set furnace pressure 12 mmWg

Start satu FDF (misal A) dan buka perlahan-lahan FDF vane inlet damper (VIV) station dan perhatikan furnace
pressure sampai boiler total air flow mencapai diatas 30%
Start Flame Scanner Air Blower
Buka OIS boiler trip, tekan huruf "I" (permissive status listing), maka akan muncul Boiler purge permisssives.
Point-point boiler purge permisssives yang sudah terpenuhi akan muncul indikasi merah pada OIS. Sedangkan yang
belum terpenuhi akan berwarna hijau. Segera penuhi permissive yang kurang
Jika boiler purge permisssives telah terpenuhi, purge status sequence akan pindah (indikasi merah) dari seq. ke seq. :
Purge required purge permissives satisfied purge in progress dengan timer 300 sec.
Pada saat purge elapsed time 0 sec. maka purge status akan complete
Tekan next, maka akan dapat dilihat boiler reset permits
- Boiler purging complete
- No boiler trip command exists
Reset igniter oil safety valve trip dan siapkan level igniter yang akan di-start pata OIS
Pada layar lain, buka OIS boiler trip dan tekan boiler trip/reset, pada posisi reset
Sesaat setelah boiler reset segera buka oil safety valve trip dan start igniter yang telah disiapkan (sebaiknya dimulai
dari level terendah)
Setelah selesai purging, inlet damper PAH harus ditutup
Yakinkan level igniter akan menyala, sebab kalau tidak ada satupun igniter yang menyala selama 5 menit setelah
boiler reset, maka MFT akan trip kembali
Jika MFT trip (kembali), lakukan boiler purge sebagaimana prosedur diatas dan reset boiler/MFT kembali sampai
ada igniter yang menyala
Jika sudah ada igniter yang menyala, atur pembakaran igniter se-demikian rupa sehingga kenaikan temperature masih
dalam batas-batas design yang diijinkan oleh pabrik (grafik terlampir)
Pada saat drum pressure mencapai 2 kg/cm2 tutup venting boiler drum AE MOV 1A/1B, superheater venting AJ
MOV 1A/1B/2B
Perhatikan kenaikan temperature dan pressure pada drum
Perhatikan diff. temperature antara top dan botom pada boiler drum, dan yakinkan masih dalam batas yang diijinkan
oleh pabrik (grafik terlampir)
Persiapkan MS/RH temperature control, HP/LP by-pass temperature control dan posisikan AUTO. Untuk
temperature control MS/RH dapat diset pada temperature 538 oC
Saat pressure mencapai 23 kg/cm2 start SU BFPT dan ambil alih control drum level dengan SU BFPT
Pada pressure 35 kg/cm2, lakukan warming HP by-pass system
Jika pressure mencapai 60 kg/cm2 operasikan HP by-pass system untuk mempercepat kenaikan temperature main
steam hingga temperature MS telah memenuhi syarat untuk rolling turbine
Tutup main steam line drain valve (SB MOV 30, 33, 34, 29)
Persiapkan rolling turbine. Saat rolling turbine perhatikan :
Pressure main steam. Jika ada indikasi cenderung turun sampai dibawah setting HP by-pass pressure tambah
pembakaran dengan start igniter lagi.
Start mill dilaksanakan pada saat putaran turbine akan dinaikkan ke 3000 rpm
Pada periode heat shock, start booster feed pump
Jika harus pakai mill, perhatikan pembukaan HP by-pass. Jangan sampai terlalu besar untuk menghindari max flow
pada SU BFP
Sebelum generator on-line (synchrone) pastikan boiler sudah memakai paling tidak satu mill untuk menghindari
penurunan pressure akibat ke-butuhan steam yang besar pada turbine
Lakukan warming booster pump BFP dan inservice-kan BFPT. Untuk menghindari max flow pada SU BFP, maka
BFPT dan SU BFP bisa di-paralel. Dalam paralel BFPT dan SU BFP yang perlu diperhatikan adalah :
Pressure discharge BFPT harus sedikit lebih besar ( 1 kg/cm2) dari pressure FW header
Flow discharge BFPT lebih besar dari pada flow sirkulasinya
Jika BFPT sudah inservice dan auto, bias negatif control SU BFP untuk menghindari max flow pada SU BFP
Jika generator sudah on-line perhatikan pressure main steam dan per-tahankan pressure main steam tersebut dengan
cara menambah speed coal feeder atau kalau perlu start (tambah) pulverizer lagi (dilihat dari HP by-pass)
Jika sudah menggunakan 2 (dua) pulverizer, maka master station masing-masing pulverizer dapat diposisikan auto
dan selanjutnya kontrol pembakaran dapat dikontrol dari fuel/air master station
Perhatikan master speed coal feeder pulverizer yang beroperasi. Jika kondisi boiler sudah stabil, fuel/air master
station dapat diposisikan auto dan selanjutnya kontrol dipegang oleh boiler master station

Naikkan setting HP by-pass pressure secara perlahan-lahan sampai HP by-pass menutup penuh. Dan jika setting
pressure lebih besar 1 kg/cm2 dari actual pressure (PV), posisikan HP by-pass pada posisi cascade. Pada posisi auto
cascade, maka HP by-pass set point akan selalu 5 kg/cm2 diatas actual pressure main steam.
Jika kondisi boiler sudah stabil, boiler master station dapat diposisi-kan auto, yang selanjutnya pressure main
steam akan dipertahankan pada set pressure unit master sliding pressure set-point
Jika telah diposisikan boiler follow, kita tinggal menaikkan pressure main steam dengan cara
menaikkan/menurunkan pressure setting pada unit master sliding pressure dan nilainya disesuaikan dengan ratenya (kenaikan pressure per menit). Pressure main steam akan menuju ke nilai set tersebut setelah diposisikan ke ramp
Jika kondisi sudah stabil, "turbine master station" dapat diposisikan auto untuk mendapatkan BT coordinate mode
(BTC)
Stop sequence (dengan asumsi beban 600 MW BTC, 5 mill i/s)
Turunkan beban boiler secara perlahan-lahan. Jika memakai BTC mode, turunkan set "unit master load demand
station". Perhatikan hal-hal berikut :
Speed CF pulverizer yang beroperasi. Apabila speed masing-masing CF sudah mendekati minimum, maka stop dulu
salah satu pulverizer
Flow masing-masing BFPT. Jika recirculation BFPT pada posisi manual, buka recirculation valve pada posisi yang
aman
Bersamaan dengan menurunkan load, kita juga bisa menurunkan pressure set main steam dari "unit master sliding
pressure set point"
Lakukan hal tersebut diatas secara perlahan-lahan dan hati-hati. Jika beban generator sudah mencapai low load limit
pada "limit load demand", lepas "turbine master station" dan terus turunkan beban dari governor atau load limit
control
Jika beban sudah mencapai 60 MW dan pulverizer yang inservice tinggal satu buah, lepas "boiler master station",
lepas cascade control pada HP by-pass dan set HP by-pass pressure sama dengan actual pressure main steam saat itu.
Start SU BFP dan ambil alih kontrol dari BFPT ke SU BFP. Jika kondisi boiler sudah stabil, lepas CB generator
(pada load 15 - 20 MW)
Perhatikan HP by-pass control valve apakah bisa mengkontrol pressure main steam
Turunkan speed CF yang masih beroperasi dan shut down normal pulverizer
Tripkan turbine dan yakinkan MFT tidak trip
Kurangi terus pembakaran dari igniter sampai MFT trip dari no flame detected
Lakukan purge boiler dan reset boiler dengan tujuan untuk :
- Membilas furnace dari sisa-sisa bahan bakar
- Mengeluarkan gun ignitor yang masih tertinggal akibat dari MFT trip
Tanyakan ke SUOP mengenai status boiler stop. Jika :
a. Hot banking
- stop semua fan
- tutup semua gas part bias damper
- tutup CBD
b. Natural cooling
- stop semua fan
- buka semua gas part bias damper
c. Forced cooling
- start IDF dan FDF
- buka FDF master station sampai total air flow 15 %
- perhatikan temperature metal top/bottom drum.
(rekomendasi dari pabrik tidak boleh lebih dari 60 oC)
Catatan :
Jika akan melakukan filling drum, differential temperature antara FW inlet dan temperature air di drum tidak boleh
melebihi 100 oC
Lakukan dengan flow yang sedikit mungkin
Sistem monitoring dan batasan operasi
Beberapa batasan operasi yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
N Peralat

Alarm

Trip

an

a
t

Hi
gh

L
o
w

Hi Lo
gh w

50

5
0
2
5

25 0 25
0

25 0 25
0

45
5

5
0
2
0

39
1

2
5

50
7

2
0

44
0

2
5

u
a
n
1 Furnace
pressur
e
2 SA duct
pressur
e
3 Feedwa
ter to
econ.
out
tempera
ture
4 Drum
metal
temp.
top/bott
om
5 Rises to
drum
water
tempera
ture
6 Drum
pressur
e
7 Drum
level
8

1
0

1
1

1
2

kg/
cm
2

kg/
cm

20
0

2
o

33
5

58
0

36
8

kg/
cm

22
0

m
m

o
PSH 1
C
inlet
steam
temper
ature
o
PSH 2
C
inlet
steam
tempera
ture
o
PSH 2
C
steam
tempera
ture
o
SSH
C
inlet
tempera
ture
Main
kg/
steam
cm

50

18
8

1
3

1
4
1
5
1
6

1
7

1
8

1
9

2
0

2
1

2
2

2
3

2
4

pressur
e
Main
steam
tempera
ture
Reheat
pressur
e
Reheat
tempera
ture
Burner
metal
tempera
ture
Burner
nozel
coal
tempera
ture
PSH 1
metal
tempera
ture
PSH 2
metal
tempera
ture
SSH
inlet
metal
tempera
ture
SSH
outlet
metal
tempera
ture
Reheat
outlet
metal
tempera
ture
Burner
row
level
pressur
e
Thermo
probe
tempera
ture

55
0

kg/
cm

50

2
o

55
0

70
5

70
5

48
0

52
5

52
8

57
8

59
1

kg/
cm

14
0

5
0

59
0

1
0

Intertripping dan boiler runback


Boiler adalah alat utama pada PLTU yang sangat vital dan perlu mendapatkan perhatian yang lebih bagi operator,
karena kondisi boiler sangat menentukan operasional PLTU. Karena jika boiler/MFT trip, maka turbine generator
akan trip. Tetapi jika turbine/generator trip, boiler belum tentu trip.
Boiler trip
Dari keinginan operator.
Menekan 2 tombol MFT trip emergency dari panel
Menekan boiler trip dari DCIS
Dari sistem udara dan gas
Tidak ada IDF yang beroperasi
Tidak ada FDF yang beroperasi
Furnace pressure high dari 2 sinyal (2 out of 3) setelah 2 detik (05 AE..PS000100~300)
Furnace pressure low dari 2 sinyal (2 out of 3) setelah 2 detik
(05 AE..PS000400~600)
Secondary air duct pressure high dari 2 sinyal (2 out of 3) setelah 5 detik (05 AF..PS000100~300)
Total air flow dibawah 25% selama 5 detik
Dari sistem pembakaran
Kehilangan semua nyala api setelah ada deteksi nyala api (flame)
Tidak ada ignitor atau coal burner yang beroperasi setelah 5 menit boiler reset
Ignitor oil safety trip valve trip dan tidak ada coal burner yang beroperasi
Semual coal burnerm, trip tetapi tidak ada ignitor atau coal burner yang beroperasi
Tidak ada nyala atau semua burner swing valve tutup
Scanner cooling air pressure low-low selama 25 detik (05AN-0101C102-B)
Dari feed water supply
Drum level high selama 20 detik dari indikasi level drum median diantara 3 level transmitter boiler drum (+ 250 mm)
Drum level low selama 20 detik dari indikasi level drum median diantara 3 level transmitter boiler drum (- 250 mm)
Akibat gangguan dari luar
Turbine trip, tetapi HP by-pass tidak berfungsi
Critical MFT/slave failure (PCU 26~29)
Boiler control system off line
Dari steam temperature
Main steam temperature high
temperature 560 oC selama 100 menit
temperature 565 oC selama 10 menit
temperature 570 oC selama 1 menit
Reheat steam temperature high
temperature 560 oC selama 100 menit
temperature 565 oC selama 10 menit
temperature 570 oC selama 1 menit
Boiler runback
Sistem runback difungsikan untuk mengamankan peralatan-peralatan pada boiler dan turbine dari operasional yang
melebihi kapasitas peralatan. Jika ter-deteksi terjadinya kelebihan kapasitas operasi peralatan, boiler master akan
menurunkan demand pada posisi yang ideal. Runback terjadi pada hal-hal sebagai berikut :
Kehilangan kontrol 1 FDF dari 2 FDF yang beroperasi
Kehilangan kontrol 1 IDF dari 2 IDF yang beroperasi
Kehilangan kontrol 1 PAF dari 2 PAF yang beroperasi
Kehilangan kontrol 1 FDF dari 2 FDF yang beroperasi
Kehilangan kontrol salah satu pulverizer yang beroperasi (fuel limit)
Kehilangan kapasitas feed water (1 BFPT dan SU BFP)

Jika terjadi runback, maka boiler master akan trip ke manual tetapi turbine master masih auto untuk mengontrol
throttle pressure (turbine following). Boiler master juga akan menurunkan demand-nya sesuai dengan permintaan
kontrolnya dengan cara menurunkan konsumsi batubara/bahan bakar.
Pada saat terjadi boiler runback maka konsumsi bahan bakar/batubara akan mempertahankan 50% MCR dengan cara
mempertahankan 3 mill pada level mill yang terbawah yang beroperasi saat itu dan sekaligus menstart automatic
ignitor level E12 dan C12
Contoh : Jika terjadi FDF A trip pada beban 550 MW (mill i/s ABCEF)
Boiler master akan trip ke manual dan akan menurunkan demand sampai 50% MCR
Secondary duct pressure akan dikontrol oleh inlet vane damper FDF B dengan membuka penuh, karena pada saat
FDF A trip, secondary duct header pressure akan drop
Pulverizer F dan selanjutnya disusul pulverizer B akan trip dengan first annunciator boiler runback dan pulverizer
yang tidak trip akan menurunkan speed hingga flow batubara 30 t/h.
Dengan tripnya pulverizer F dan B serta turunnya speed CF yang masih beroperasi, maka kebutuhan secondary air
flow akan turun, yang selanjutnya akan menurunkan pembukaan secondary air row damper.
Dengan menurunnya pembukaan secondary row damper, maka secondary duct pressure akan naik lagi yang pada
akhirnya akan menurunkan juga pembukaan inlet vane damper FDF B
Control unit akan berubah ke turbine follow dengan mengontrol besarnya throttle pressure dengan cara menurunkan
governor valve (load) sesuai dengan turbine demand-nya
Turbine demand = T Pe
dimana T Pe = throttle pressure error
= throttle pressure set point throttle pressure
Runback akan normal kembali jika beban generator sudah turun dibawah 300 MW (50% MCR)

S O P - VIBRATION MONITORING ( I V )

I. F U N G S I :
1.1. Fungsi dari Vibration monitoring adalah untuk :
- Sebagai pusat dan pembagian perencanaan DCIS system yang dipergunakan
sebagai bagian dari perencanaan control system , vibration monitoring system
mengirimkan signal ke Superpisory system dengan perencanaan DCIS System
untuk Main Turbine, 2 BFPT sets, 2 Booster Pump dan Start Up B F P.
sebagai pengaman dan keandalan operasi.
1.2. Vibration monitoring system adalah terus menerus mengukur dan memonitor berbagai
macam-macam masalah pada Superpisory parameter-parameter memberikan
informasi penting untuk memberikan tanda-tanda / kelainan yang cepat pada kelainan
mesin seperti imbalance, bearing failure, misalignment dan shaft keadaan retak.
1.3. Vibrasi Monitoring sebagai monitoring, dignostic, dan meramalkan imformasi
maintenance untuk Turbin Generator dan Rotating Machinery.
1.4. Vibration monitoring sytem terus menerus memonitor dan mengukur lebih luas pada
pada supervisory parameter sampai menolong operator dalam mengetahui gangguan
mesin, mesin dapat distop sebelum kerusakan yang lebih tinggi lagi atau melebihi
setpoint sampai terjadi mesin tsb.gangguan berat.
II. BAGIAN UTAMA :

2.1 Bagian utama dari Vibration Monitoring System adalah :


- Probe, Proximiter, Recorder, dan alat bantu lainnya : kertas, printer / pita.

III. FILOSOFI SYSTEM CONTROL DAN PROTEKSI :


3.1. System control vibration monitoring sytem adalah :
Vibration monitoring sytem memberikan alarm dan signal interlock untuk main turbin,
2 BFPT, 2 Booster pump dan Start Up BFP. Jika pada main turbin vibration terjadi high-high level main
turbin akan trip, untuk menghindari kesalahan trip, trip signal diberikan waktu dalam perdetik setelah satu bearing
vibration high-high dan bearing vibration yang lain keadaan high-high maka setelah waktu tercapai dalam
beberapa detik memberikan signal trip pada main turbin.

3.2 P r o t e k s i :
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan peralatan tersebut trip adalah :
- Salah satu kabel control conection lepas / longgar
- Salah satu power control supply off / failure
- CPU off atau trip dan Fuse CPU Failure
- Banyak timbul alarm / abnormal
IV. SYSTEM MONITORING DAN BATASAN OPERASI :
4.1. System monitoring dari Vibration :
- Setpoint high / low vibration alarm
- Setpoint danger / trip
- Gave semua bearing antara X dan Y pada poros turbin
- Semua sytem alarm dan berikut setpointnya
4.2. Batasan operasi dari vibration :
- Vibration high - high timer tercapai 3 detik
- Gave bearing dari sisi X dan Y 10 volt atau 1,3 + 0,1 mm
- Gave semua bearing antara sisi X dan Y mempunyai sudut 45 derajat
- Alarm low / high bearing vibration X dan Y No.1 s/d 10 : - 0,100 / 0,125 mm
- Bearing vibration high alarm : > 0,125 mm . dan high-high alarm : > 0,25 mm

V. INTERTRIPPING DAN PENGARUHNYA TERHADAP UNIT & PERALATAN


LAINNYA :
5.1.- Bila salah satu pada bearing alarm high-high dan dari bearing yang lainnya lagi ada
alarm high-high maka turbin akan trip.
- Reaksi dari turbin terjadi vibration high-high maka turbin akan memberikan signal
trip. dan efek ke yang lainnya maka PMT akan lepas dari jaringan / Generator
out service.
- Turbin trip reaksi terhadap boiler tidak akan trip bila bypass system available dan
Boiler akan trip bila bypass not available.

LOW VOLTAGE SWITCHGEAR


(SYSTEM EC)

Safety
Memakai pealatan K3 yang telah direkomendasikan
Disediakan peralatan test electric (misal hi-pot test)
Fungsi dan cara kerja
2.1. Fungsi
Sebagai peralatan bantu (pembagi) catu daya
Bagian utama
LVS yang dilengkapi dengan Air Circuit Breaker
Transformer, 200 kVA, 10.5/0.4 kV
Peralatan proteksi dan kontrol
Peralatan pengawatan kabel dan busbar
Spesifikasi panel LVS
Tegangan
: 1000 V
Tegangan nominal
: 400 V
Tegangan saturated max.
: 660 V
Frekuensi
: 50 Hz
Short circuit rating
- Dengan instantaneus/delay trip
: 65
- Rated duration pada short circuit
: 1
Arus rated making
: 105 kA
Rating circuit breaker
Tegangan
Tegangan nominal
Tegangan saturated max.
Frekuensi
Batas arus
- Breaker utama
- Tie breaker
- Breaker pembagi
Short circuit rating
Breaker utama
Breaker pembagi

: 1000 V
: 400 V
: 660 V
: 50 Hz
: 4000 A
: 4000 A
: 800 A
: 75/165
: 65/105

Trafo LVS
Rated power
: 2000 kVA
HV voltage winding max.
: 12
Vector group
: DyN 1
HV winding impulse voltage
: 75
LV winding impulse voltage
: 10
HV short duration power freq. : 31
LV short duration power freq.
: 4
Dilengkapi dengan temperature sensor
- Fans running
: 80 oC
- Alarm
: 130 oC
- Trip
: 150 oC

kA
kA

kV
kV
kV
kV
kV

Indicating instrument
Setiap panel tegangan dilengkapi dengan :

kA
sec

Volt meter
Ampere meter
Volt tranducer
Current tranducer

Tegangan kontrol
Tripping and control
Closing voltage
: 125
Rated sec. voltage of volt XFMR
Rated sec. current of volt XFMR
Space heater
: 230

: 125
V dc
: 230
: 5
V ac,

V dc
V ac, 50 Hz
A
50 Hz

Filosofi sistem kontrol dan proteksi


Sistem kontrol
Dalam
Proteksi
Dalam
Prosedur operasi
Persiapan
Yakinkan LVS dalam kondisi awal tidak beroperasi
Yakinkan sambungan kabel (konektor) tidak kendor
Yakinkan relay proteksi tidak trip
Permissive
Bla
Start sequence untuk breaker 10.5 kV
Sebelum memasukkan breaker SST (2A10), yakinkan breaker bus 10.5 kV di bawahnya dalam keadaan
terbuka (2A3B, 2A4A, 2A4B, 2A5A, 2A5B, dan 2A8B)
Setelah unit berbeban, SST bisa ditransfer ke breaker 10.5 kV (2A2B dari UST
Yakinan bahwa :
- DCIS sudah komplit beroperasi
- 125 V DC sistem energized
- Semua relay proteksi in service
- Semua proteksi, tagging, lock sudah siap (release) untuk incoming
breaker dan tie breaker
Breaker 10.5 kV in service
Setelah breaker 10.5 kV in service :
10.5 kV switchgear in service
Breaker 2A2B posisikan pintu panel tertutup
Masukkan power control fuse breaker 2A2B
Informasikan dengan operator CR bahwa breaker 2A2B siap dioperasikan dari DCIS
Setelah beroperasi, baca semua tegangan dan atur selector switch di lokal pada LVS
Stop sequence
Bla

Batasan operasi
Beberapa batasan operasi LVS adalah sebagai berikut :
Busbar
- Continous rating
: 4000 A
- Rating of insulation
: 1000 V
Intertripping dan pengaruhnya terhadap unit dan peralatan lainnya
Bla bla bla

STEAM EXTRACTION (SE SYSTEM)


Draf Modul
Rev 02
KURSUS PENGOPERASIAN UNIT UTAMA PLTU SURALAYA
Unit 5,6 & 7
Tanggal revisi 05 Juli 1999
Oleh :
XIII.
Moch. Hanafi Nur Rifai
Ph. SUOP B 5-7

1. PENDAHULUAN

Sistem ekstraksi uap turbin (SE : Steam Extraction) adalah salah satu sistem dalam Pusat pembangkit tenaga uap
(PLTU) Suralaya unit 5,6 & 7 yang ditujukan untuk mengoptimalkan unjuk-kerja unit dengan cara memanfaatkan
energi uap buangan atau ekstraksi dari turbin sebagai media pemanas awal dan energi penggerak pompa BFPT.
Secara operasional sistem ini sangat tergantung dari operasional sistem turbin, sehingga pola kontrol desainnya akan
selalu mengacu pada pengamanan operasional turbin. Dengan demikian sistem ini merupakan salah satu sistem pasif
yang ada di Unit 5,6 & 7 disamping sistem lain seperti Auxiliary steam (SA), LP & HP heater drain system (SM &
SN) dan lain-lain.
Oleh karena hal diatas, maka pengetahuan operator mengenai sistem ini adalah sangat penting bagi tercapainya
efisiensi & keamanan operasi yang optimal.
2. MAKSUD & TUJUAN
Penulisan modul ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan bahan-bahan bacaan acuan bagi operator khususnya
operator turbin (M4) & kontrol panel (M5) di PLTU Suralaya unit 5,6 & 7. Adapun tujuan penulisan adalah untuk
meningkatkan pemahaman & pengetahuan operator turbin (M4) & kontrol panel (M5) tentang sistem ekstraksi uap
turbin (SE system) sehingga layak untuk mengoperasikannya.
3. SASARAN
Operator turbin & kontrol panel memahami prosedur & pelaksanaan Keselamatan & Kesehatan kerja (K3) pada saat
pelaksanaan tugas
Operator turbin & kontrol panel dapat menuliskkan sistem distribusi utama ekstraksi turbin
Operator kontrol panel mampu untuk menuliskan langkah-langkah persiapan start-up sistem ekstraksi
Operator kontrol panel mampu untuk menerangkan kontrol desain MOV ekstraksi ke heater-heater.
Operator kontrol panel mampu untuk menerangkan Kontrol desain MOV ekstraksi ke BFPT
Operator turbin mampu menuliskan serta mengidentidikasi di lapangan MCC untuk MOV ekstraksi turbin
Operator turbin mampu menuliskan & mengidentifikasikan pada P&ID serta mengetahui lokasi drain valve sistem
ekstraksi BFPT
Operator kontrol panel mampu untuk menerangkan kontrol desain MOV ekstraksi heater & BFPT
Operator turbin mampu menyebutkan, mengidentifikasikan pada P&ID & mengetahui lokasi drain valve sistem
ekstraksi sisi turbin
Operator kontrol panel mampu untuk menerangkan kontrol desain MOV heater-heater.
Operator turbin mampu menyebutkan, mengidentifikasikan pada P&ID & mengetahui lokasi valve utama sistem
ekstraksi sisi heater-heater.
Operator kontrol panel mampu mengindentifikasi kondisi khusus & hal yang menjadi perhatian utama sistem
ekstraksi
4. FUNGSI ALAT
Secara garis besar fungsi utama dari sistem ekstraksi uap turbin (Extraction Steam : SE system) adalah untuk
meningkatkan efisiensi dengan cara memanfaatkan energi kinetik tak tergunakan menjadi suatu bentuk kinetik &
termal energi yang lebih berguna dalam siklus.
5. CARA KERJA
Cara kerja sistem ekstraksi uap turbin adalah mengambil uap buangan turbin untuk dimanfaatkan sebagai media
pemanasan awal pada heater-heater serta untuk menggerakkan BFPT (Boiler Feed Pump Turbin), sehingga secara
keseluruhan efisiensi sistem menjadi lebih optimal
6. NAMA & BAGIAN UTAMA
Sistem ekstraksi mempunyai sistem distribusi utama sebagai berikut :
Ekstraksi pada HP turbin ke Feedwater Heater 8
Ekstraksi pada IP turbin ke feedwater Heater 6

Ekstraksi pada IP turbin ke LP Turbine crossover ke deaerator dan BFPT


Ekstraksi dari IP turbin cross over cold reheat ke Heater 7
Ekstraksi pada LP turbin ke Feedwater Heater 1A,1B, 2, 3 & 4

7. PROSEDUR SINGKAT PENGOPERASIAN/PEMERIKSAAN


Prosedur pengoperasian sistem ekstraksi ini secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Langkah Persiapan start up sistem
2. Langkah Start Up sistem
3. Kondisi normal Operasi
4. Langkah shutdown
Semua penomoran valve & peralatan mengacu pada gambar referensi P & ID sebagai berikut:

PLN-1015-63-5-M-52SE-50006 REV 05
PLN-1015-63-5-M-52SE-50007 REV 05
7.1.

Langkah Persiapan start up sistem

Langkah persiapan harus dilakukan terutama setelah unit overhaul atau shutdown dalam waktu lama. Langkah ini
diperlukan untuk menyakinkan sistem telah siap beroperasi dengan baik. Langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Yakinkan sistem udara instrument (LD) telah beroperasi dengan baik (secara detail baca referensi sistem LDinstrument air system).
Yakinkan kondenser telah beroperasi atau siap untuk beroperasi (secara detail baca referensi SG-condenser system).
Yakinkan sistem kondensat (Condensate system : SD ) telah beroperasi atau siap untuk beroperasi
Yakinkan sistem feedwater telah beroperasi atau siap untuk beroperasi (secara detail baca referensi SJ-Feedwater
System).
Yakin MainTurbin telah siap beroperasi (secara detail baca referensi TA-Main Turbine Operating Manual).
Yakinkan sistem drain & venting pada High Pressure Heater telah siap beroperasi (secara detail baca referensi SN
Operating Manual).
Yakinkan sistem drain & venting pada Low Pressure Heater telah siap beroperasi (secara detail baca referensi SM
Operating Manual).
Lakukan walkdown (pengecekan lapangan) dan yakinkan sistem ekstraksi telah siap untuk beroperasi.
Lakukan pengecekan power supply untuk MOV ekstraksi telah siap sebagai berikut :

MOV
MCC
63-5SE-MOV0001 5B
63-5SE-MOV0007 5D
63-5SE-MOV0013 5D
63-5SE-MOV0019 5B
63-5SE-MOV0026 5D
63-5SE-MOV0031 5B
63-5SE-MOV0032 5D
63-5SE-MOV0055 5D
63-5SE-MOV0061 5B

Cubicle
3A
9B
9C
3B
11C
3C
9D
10A
6A

Keterangan
LP Eks ke FW heater 2
LP Eks ke FW heater 2
LP Eks ke FW heater 3
LP Eks ke FW heater 4
IP Eks ke deaerator
IP Eks steam ke BFPT A
IP EKs steam ke BFPT B
IP Ekst ke FW heater 6
HP Ekst ke FW heater 8

Yakinkan peralatan untuk Non Returned Valve (NRV)/check valve berikut telah siap:

63-5SE-ISV-0002
63-5SE-ISV-0003
63-5SE-ISV-0014
63-5SE-ISV-0020

LP Extraction steam
LP Extraction steam
LP Extraction steam
LP Extraction steam

ke FW
ke FW
ke FW
ke FW

heater
heater
heater
heater

2
2
3
4

63-5SE-ISV-0025
63-5SE-ISV-0027
63-5SE-ISV-0028
63-5SE-ISV-0030
63-5SE-ISV-0056
63-5SE-ISV-0062

IP Extraction steam line header


IP Extraction steam line ke deaerator
IP Extraction steam line ke deaerator
IP Extraction steam ke BFPT A & B
IP Extraction steam ke FW heater 6
HP Extraction steam ke FW heater 8

Yakinkan sistem Turbin gland steam seal system (TC) siap.

7.2.

START UP SISTEM

Sistem ekstraksi pada dasarnya adalah sistem pasif dan tidak ada hal khusus pengoperasian untuk start up sistem.
Operasional sistem ini akan mengikuti uap turbin.
Dengan demikian start up sistem ekstraksi harus memperhatikan sistem berikut telah beroperasi dengan baik:
Steam Generator Venting & drain system (AJ)
Auxiliary steam system (SA)
Main/Reheat steam (SB)
Condensate system (SD)
Feedwater System (SJ)
Kondenser (SG)
LP heater drain & venting (SM)
HP heater drain & venting (SN)
Main Turbin System (TA)
Turbine steam seal system (TC)
Yakinkan langkah persiapan seperti pada langkah 7.1 diatas telah terpenuhi
Yakinkan bahwa HP & LP heater drain system telah dapat beroperasi dengan baik seperti yang telah
direkomendasikan pada buku manual operasi
7.3.

NORMAL OPERASI

Normal operasi yang dimaksud disini adalah keadaan dimana sistem ekstraksi beroperasi dengan baik dengan
dukungan sistem lainnya seprti yang disebutkan pada 7.2 start up sistem no 1 diatas.
Sedangkan keadaan tidak normal adalah keadaan dimana sistem tidak dapat dioperasikan sebagian atau seluruhnya
baik disebabkan oleh MOV, NRV atau drain valve serta oleh sebab-sebab dari sistem pendukung lain (7.1 start up
sistem no 1) mengalami gangguan. Pelacakan gangguan (trouble shooting) akan diberikan pada bagian 8 dibawah.
Seperti halnya saat start up maka pada normal operasi juga yakinkan bahwa sistem-sistem seperti pada langkah 7.2
no 1 telah beroperasi dengan baik pada kapasitas normal

Kontrol desain MOV isolation valve (daftar MOV seperti terdapat pada langkah 7.1 Persiapan start up no 9 diatas)
secara umum akan beroperasi dengan cara sebagai berikut :
Ekstraksi MOV
Open hanya dapat dioperasikan oleh operator kontrol panel
Close oleh operator atau otomatis tertutup bila salah satu dari ini terjadi
Turbin trip
High-high water level pada suatu heater
MOV BFPT
Open hanya oleh operator kontrol panel
Close oleh operator atau otomatis menutup bila Turbin Trip
Pada keadaan normal operasi sistem ekstraksi juga dilengkapi dengan Non Returned Valve (NRV)/checked valve
untuk melindungi turbin dari segala bentuk water induction (pukulan air balik ke turbin).
Pada keadaan turbin trip atau high-high level pada heater maka terdapat sebuah solenoid valve yang akan deenergized untuk menutup NRV tersebut. Daftar NRV dapat dilihat pada langkah 7.1 Persiapan Start Up sistem no 10
diatas.
Lakukan freedom testing NRV secara periodik pada panel lokal testing (lokal manual test valve station) untuk
memastikan NRV akan dapat menutup dengan baik dan tidak tertahan pada posisi buka guna mengantisipasi turbin
trip dan heater high-high level. Yakinkan kembali setelah testing bahwa posisi valve telah berada pada posisinya
semula sebelum testing (open).
Kontrol desain untuk turbin side drain valve dalam sistem ekstraksi adalah sebagai berikut :
Open oleh operator kontrol panel setiap saat
Open otomatis ;
ketika MOV (extraction shutoff valve) tidak membuka 100 %
ketika high-high level heater
ketika turbin trip atau
ketika unit berbeban dibawah 20%
Close hanya oleh operator jika semua kondisi dibawah ini terpenuhi:
Tidak ada high water alarm
Unit berbeban diatas 20%
Turbin tidak trip
MOV (extraction shutoff valve) membuka 100%
Daftar valve drain turbin side adalah sebagai berikut :
V-0005
Ekstraksi line A ke heater 2
V-0011
Ekstraksi line B ke heater 2
V-0017
Ekstraksi line ke heater 3
V-0023
Ekstraksi line ke heater 4
V-0035
Ekstraksi line ke deaerator & BFPT
V-0042
Ekstraksi line ke BFPT A/B, intermediate drain
V-0059
Ekstraksi line ke heater 6
V-0065
Ekstraksi line ke heater 8
Kontrol desain untuk heater side drain valve dalam sistem ekstraksi adalah sebagai berikut :
Open oleh operator kontrol panel setiap saat
Open otomatis high-high level terdeteksi pada suatu heater
Close hanya oleh operator jika semua salah satu dari kedua keadaan dibawah ini terpenuhi:
Unit berbeban diatas 20%
Turbin trip
Daftar valve drain heater side adalah sebagai berikut :
V-0006
Ekstraksi line A ke heater 2
V-0012
Ekstraksi line B ke heater 2
V-0018
Ekstraksi line ke heater 3
V-0024
Ekstraksi line ke heater 4

V-0036
V-0060
V-0066

Ekstraksi line dari IP Turbin , drain kondenser


Ekstraksi line ke heater 6
Ekstraksi line ke heater 8

Kontrol desain untuk BFPT drain valve dalam sistem ekstraksi adalah sebagai berikut :
Open oleh operator kontrol panel setiap saat
Open otomatis olah DCIS saat unit trip
Close hanya oleh operator jika semua kondisi dibawah ini terpenuhi:
Unit berbeban diatas 20%
Turbin tidak trip
Daftar valve drain heater side adalah sebagai berikut :

V-0045
V-0048
V-0051
V-0054

Level oprated by pass


Level oprated by pass
Level oprated by pass
Level oprated by pass

valve
valve
valve
valve

sekitar
sekitar
sekitar
sekitar

orifice kontrol drain


orifice kontrol drain
orifice kontrol drain
orifice kontrol drain

47.
NORMAL SHUTDOWN
Normal shutdown yang dimaksud disini adalah suatu proses penutupan & pengisolasian sistem ekstraksi uap tanpa
mengalami gangguan baik dari MOV, NRV, drain valve ataupun sistem-sistem pendukung lainnya.
Secara umum DCIS akan me-shutdown sistem ekstraksi selama unit normal shutdown atau trip. Pada saat unit
shutdown normal atau trip maka sistem MOV & NRV ekstraksi akan secara otomatis menutup sesperti yang
dijelaskan pada bagian sebelum ini. Pada keadaan trip inilah maka sistem ekstraksi akan di shutdown secara darurat
(emergency) oleh DCIS.
Yakinkan semua shutdown alarm pada DCIS telah dinormalkan dan reset.
8. IDENTIFIKASI GANGGUAN & CARA PEMECAHANNYA
Secara garis besar gangguan pada sistem ekstraksi ini adalah berupa kemacetan (stuck) pembukaan atau penutupan
valve drain, MOV atau NRV. Tetapi keadaan ini dapat diantisipasi dengan dilakukannya freedom NRV secara
periodik. Gangguan pada drain valve perbaikan dapat dilakukan oleh pemeliharaan terkait.
Identifikasi saat normal operasi pada saat normal operasi dapat dilakukan dengan cara memantau indikasi
pembukaan & penutupan MOV, NRV & drain valve (7.1 dan 7.2 ) dan membandingkannya dengan keadaan lokal.
Sedangkan pada keadaan unit trip maka semua keadaan MOV, NRV dan drain valve harus segera dilakukan
pengecekan sesaat setelah trip.
9. SISTEM PENGUKURAN & PENGATURAN
Sistem pengukuran & pengaturan sistem ekstraksi adalah dengan cara:
Drain valve pengukuran dari Limit Switch (LS) untuk menggerakkan solvenoid valve dan membuka drain.
MOV shutoff valve dilengkapi dengan positioner. Positioner ini memberikan signal ke turbin side drain
NRV dilengkapi dengan digerakkan oleh solenoid valve yang digerakkan oleh instrument air untuk membuka &
menutup. Input sinyal kontrol NRV dari level heater & unit trip/tidak
10. EVALUASI (DAFTAR PERTANYAAN)

Operator Turbin (M4)


1. Tuliskan sistem distribusi utama ekstraksi turbin
2. Tulis & identifikasikan pada P&ID serta lokasi MOV ekstraksi ke heater-heater & BFPT
3. Tulis & identifikasikan di lapangan MCC untuk MOV ekstraksi turbin
4. Tulis & identifikasikan pada P&ID serta lokasi di lapangan NRV sistem ekstraksi
5. Tulis & identifikasikan pada P&ID serta lokasi ekstraksi valve drain sisi turbin
6. Tulis & identifikasikan pada P&ID serta lokasi ekstraksi drain valve valve sisi BFPT
7. Tulis & identifikasikan pada P&ID serta lokasi ekstraksi drain valve sisi heater-heater.
Operator Kontrol Panel (M5)
1. Tulis & jelaskan distribusi utama ekstraksi turbin
2. Tulis & jelaskan langkah-langkah persiapan start-up sistem ekstraksi
3. Jelaskan kontrol desain MOV ekstraksi ke heater-heater.
4. Jelaskan kontrol desain MOV ekstraksi ke BFPT
5. Jelaskan kontrol desain turbin side drain
6. Jelaskan kontrol desain heater-heater side drain
7. Jelaskan kontrol desain BFPT drain
8. Mengapa diperlukan freedom test secara periodik untuk NRV ekstraksi? Jelaskan langkah yang dilakukan.
Topik K3
1. Tuliskan alat-alat kelengkapan K3 utama dalam pelaksanaan tugas di lokal turbin
2. Jelaskan fungsi earplugg dan kapan harus digunakan
3. Bagaimana cara pengecekan sumber kebocoran uap (steam) yang aman.
4. Bagaimana cara terbaik & aman untuk memonitor temperator pada electrical motor?, Jelaskan alat (tools)
yang diperlukan!
5. Bila terjadi genangan air yang menyentuh pada motor-motor listrik penggerak katub (MOV) serta panelpanel, maka langkah apa yang saudara ambil untuk mengantisipasi kebakaran akibat hubung-singkat (short
circuit)?, jelaskan!

TURBINE LUBE OIL SYSTEM


(SYSTEM TD)

PENDAHULUAN
Modul ini sebagian besar merupakan terjemahan dari Operation Manual Volume C61-OM-08 Tab.2
System TD. Modul ini berkaitan erat dengan modul operator
Unit 5,6,7 PLTU Suralaya sistem TG yaitu : Main Turbine control fluid system. Sistem ini merupakan salah
satu dari banyak sistem yang tergabung dalam Power Convertion System Group menurut IEES.
MAKSUD & TUJUAN

Penulisan modul ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan teori dan bimbingan praktek bagi
operator PLTU turbin lokal dan control room. Operator diwajibkan tahu dan mengerti akan tugas dan
tanggung jawabnya dalam mengoperasikan sistem TD secara aman dan benar.
Modul ini bertujuan agar operator dapat berhasil dalam evaluasi guna memperoleh sertifikat sebagai
operator turbin lokal atau operator control room.
SASARAN
Sasaran modul ini adalah agar operator mampu menjawab seluruh pertanyaan dalam evaluasi pada
bagian akhir modul ini termasuk melaksanakan praktek pengoperasian sistem TD.
FUNGSI DAN CARA KERJA
Sistem minyak pelumas ini dilengkapi beberapa pompa minyak pelumas, sistem auto-stop dan trip untuk
memenuhi kebutuhan turbine utama pada kondisi yang berbeda-beda. Jenis pompa minyak pelumas
tersebut adalah sebagai berikut :
Pompa minyak utama (Main Oil Pump)
Pompa ini dikopel langsung dengan rotor HP turbine. Desain pompa minyak utama ini adalah 100% MCR.
Pompa ini pada kondisi operasi normal mengeluarkan minyak bertekanan yang berfungsi :
- mensuplai pelumasan pada bearing-bearing turbine ketika turbine telah mencapai atau mendekati
putaran normalnya.
- memfungsikan oil ejector yang mensuplai sisi hisap dari MOP. Pompa ini bertipe sentrifugal yang
memerlukan tekanan positif pada sisi suction.
- menyediakan suplai minyak untuk peralatan thrust bearing trip, yaitu :
- pelumasan bantalan
- peralatan over speed trip device
- peralatan protective trip device
- emergency trip piston valve EH fluid interface
- mendukung sistem turbine generator seal oil back up.

Pompa minyak bantu (Auxiliary Oil Pump)


Pompa ini digerakkan oleh motor AC, yang berfungsi sebagai suplai pada HP oil. Data auxiliary oil pump
ini adalah sebagai berikut :
Serial no.: PC-06153-1
Type
: CSK-2-65
Capacity : 510 l/min
Total pressure : 11 kg/cm2
o
C
Oil temperature : 15-60
Discharge size : 65 mm
Suction size
: 115 mm
Motor out-put : 30 kW
Putaran : 2950
rpm

Pompa minyak turning gear (Turning Oil Pump)


Pompa ini digerakkan oleh motor AC. Pompa ini berfungsi memberikan tekanan ke suction main oil pump
pada saat start awal dan mensuplai minyak pelumas ketika turbine dalam kondisi turning gear ON. Data
turning oil pump adalah sebagai berikut :
Serial no.: PC-06154-1

Type
:
Capacity : 4100
Total pressure :
Oil temperature :
Discharge size :
Suction size
:
Motor out-put :
Putaran : 1465

CSS-200
l/min
3.2 kg/cm2
o
15-60
C
200 mm
245 mm
45 kW
rpm

Pompa pelumas darurat (Emergency Oil Pump)


Pompa ini digerakkan oleh motor DC yang disuplai dari battery. Pompa ini ber-fungsi untuk mensuplai
minyak pelumas dalam kondisi darurat, seperti ketika terjadi black-out, dimana tegangan AC hilang. Data
EOP adalah sebagai berikut :
Serial no.: PC-06155-1
Type
: CSS-200
Capacity : 3900
l/min
Total pressure : 2.9 kg/cm2
o
Oil temperature : 15-60
C
Discharge size : 200 mm
Suction size
: 245 mm
Motor out-put : 37 kW
Putaran : 1500
rpm

Pompa pelumas pengangkat (Jacking Oil Pump)


Pompa ini berfungsi untuk mengangkat poros turbine pada saat turbine akan diputar dan sekaligus
memberikan pelumasan pada bantalan turbine. Data JOP adalah sebagai berikut :
Type
: Vane pump TGC-008
Capacity : 25 l/min
Design press : 140 kg/cm2
Sync. speed
: 1500
rpm
Motor out-put : 15 kW
Total weight
: 1500
kg

BAGIAN UTAMA
1. Turning Gear Motor
2. Turbine Oil Reservoir Vapor Extractor
3. Auxiliary Oil Pump
4. Turning Oil Pump
5. Emergency Oil Pump
6. Jacking Oil Pump A
7. Jacking Oil Pump B
8. Oil Conditioner Circulating Pump
9. Oil Conditioner Vapor Extractor
10. Oil Reservoir
11. Oil Cooler

FILOSOFI SISTEM KONTROL DAN PROTEKSI


SISTEM KONTROL

Pada saat start-up dan shut-down, listrik AC memutar gigi pompa minyak dan pompa seal oil back-up dan
mensuplai semua kebutuhan minyak untuk bagian sisi masuk pompa minyak utama (MOP), dengan
menghasilkan tekanan yang cukup untuk mengaktifkan sistem overspeed trip, pelumas bearing, turning
gear dan seal oil back up untuk generator.
Pompa secara otomatis dikendalikan oleh pressure switch dan keduanya akan bekerja pada saat tekanan
minyak pada bearing turun menjadi 0.8-0.9 kg/cm2. Jika tekanan minyak bearing turun menjadi 0.6-0.7
kg/cm2 motor DC penggerak pompa diaktifkan oleh pressure switch jalur sistem pelumas turbine.
Dan pressure switch yang lain, yang juga dihubungkan dengan jalur minyak bearing berfungsi untuk
mencegah turning gear bergerak hingga tekanan minyak bearing mencapai 0.3 kg/cm2, yaitu kondisi
dimana titik kontak menutup.
PROTEKSI
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan peralatan trip adalah sbb :
- Bearing oil pressure low
- Thrust bearing oil pressure high

Prinsip kerja Main Oil Pump secara sederhana :


Sisi hisap

MOP

Sisi tekan

- ada dua sisi, yaitu


- melalui ejector ke sisi hisap
front dan rear
- melalui ejector ke pelumasan
- mendapat positive
bantalan no. 1 ~ 10 dan thrust
press. dari sisi tekannya
- ke gen. seal oil back up
(dikopel langsung
- ke thrust brg. protective device
ke HP rotor)
- ke mech. over speed turb. trip
- ke over speed trip device
- ke EH emergency trip piston vlv.
- ke sisi hisap JOP A dan B
Prinsip kerja Auxiliary Oil Pump secara sederhana :
Sisi hisap

AOP

Sisi tekan

- turbine oil reservoir


- ke gen. seal oil back up
- ke thrust brg. protective device
- ke mech. over speed turb. trip
- ke over speed trip device
- ke EH emergency trip piston vlv.
Prinsip kerja Turning Oil Pump secara sederhana :
Sisi hisap

TOP

Sisi tekan

- turbine oil reservoir


- ke sisi hisap MOP
- ke pelumasan bantalan no. 1 ~
10 dan thrust bearing
- ke sisi hisap JOP A dan B
Prinsip kerja Emergency Oil Pump secara sederhana :
Sisi hisap

EOP

- turbine oil reservoir

Sisi tekan
- ke pelumasan bantalan no. 1 ~

10 dan thrust bearing


- ke sisi hisap JOP A dan B

Prinsip kerja Jacking Oil Pump secara sederhana :


Sisi hisap

JOP

- sisi tekan MOP


- sisi tekan TOP
- sisi tekan EOP
tidak pada saat

Sisi tekan
- ke pelumasan bantalan no.
3, 4, 5, dan 6 saja (LP turbine A
dan B)

PROSEDUR OPERASI
4.1 Persiapan di lokal
1. Yakinkan bahwa semua pompa pelumas dalam keadaan stand by dan siap dioperasikan
2. Yakinkan isolating valve inlet dan outlet sudah dibuka
3. Check apakah minyak pelumas sudah tersedia pada level normal
4. Yakinkan tidak ada kebocoran minyak
5. Pastikan bahwa lube oil cooler telah dioperasikan
6. Pastikan bahwa instrument air telah dioperasikan
4.2 Persiapan di Control Room
1. Tampilkan layar monitor pompa pelumas yang akan di start/stop
2. Check permissive apakah sudah terpenuhi, dengan cara melihat di OIS
3. Apakah pompa pelumas yang akan dijalankan sudah tidak ada indikasi fault.
4. Bila indikasi fault masih ada, maka breaker harus di-on-kan
5. Bila permissive telah siap, informasikan ke lokal, pompa akan di-start
6. Start pompa pelumas dengan cara menekan push button start
7. Stop pompa pelumas dengan cara menekan push button stop
8. Informasikan kembali ke operator lokal bahwa pompa telah dioperasikan dan yakinkan tidak ada
kebocoran minyak
9. Permissive pompa minyak pelumas adalah : Breaker posisi ON
4.3 Start sequence
1. Start turbine oil reservoir vapour extractor dari CR, untuk menjaga tekanan dalam reservoir
minyak dan box bearing tetap negatip (-50 - +100 mm H2O)
2. Start turbine oil reservoir vapour extractor dari CR, buka isolating valve dari turbine oil reservoir
ke oil conditioner
3. Start oil conditioner circulating pump dari CR
4. Start turning oil pump dari CR dan periksa tekanan bearing oil
5. On-kan breaker emergency oil pump sebagai back-up
6. Pastikan bahwa katup-katup solenoid untuk suplai minyak ke turning gear sudah terbuka dan
tekanan minyak lebih besar dari 0.4 kg/cm2
7. Pastikan bahwa tekanan hisap pompa minyak utama (MOP) pada kondisi normal (0.7 kg/cm2)
8. Start aux. oil pump dan pastikan bahwa tekanan HP oil normal
9. Setelah pompa minyak start, pastikan level pada turbine oil reservoir sedikit dibawah level
normal operasi
10. Terdapat 2 oil cooler pada pelumas turbin, dioperasikan bergantian satu dengan yang lainnya.
11. Pastikan bahwa close cooling water terpasang pada oil cooler yang sedang beroperasi.
12. Inlet/outlet valve pada oil cooler yang sedang stand-by, close cooling water harus terbuka untuk
mencegah over pressure
13. Posisikan temperature control untuk lubrication oil dalam keadaan auto pada CR dan pastikan
temperature di pelumasan dikontrol dengan benar (setting temperature adalah 33 oC selama
operasi)

14. Pastikan valve suction dan discharge dari jacking oil pump terbuka
15. Start satu jacking oil pump dari CR dan posisikan jacking oil pump yang stand-by dalam posisi
auto. Pastikan discharge pressure jacking oil pump normal (140 kg/cm2)
4.3 Stop sequence
Stop aux. oil pump, turning oil pump, jacking oil pump, emergency oil pump secara berturutturut dan posisikan AUTO

SISTEM MONITORING DAN BATASAN OPERASI


Beberapa batasan operasi yang harus dipenuhi adalah temperature pendingin minyak dan pressure
bearing oil serta thrust bearing oil.
Batasan operasi
Bearing oil pressure low alarm
Bearing oil pressure low trip
Thrust bearing oil pressure alarm
Thrust bearing oil pressure trip

:
:
:
:

0.6
0.4
2.4
5.6

kg/cm2
kg/cm2
kg/cm2
kg/cm2

Tekanan kerja turbine lube oil system dan kaitannya dengan Protective Device dan EH Fluid System
adalah sebagai berikut :
Uraian

Lubricatio
n Oil
System
Main Oil
Pump
discharge
Main Oil
Pump
suction
Main Oil
Pump
suction
AC Aux.
Oil Pump
discharge
AC
Turning
Oil Pump
discharge
DC
Emergenc

Tekan Keterangan
an
kerja
Turbin
e
Lube
Oil
Syste
m
(kg/c
m2)

17
22

~ At
speed

rated

0.7 ~
1.8

At turbine
TOP

0.7 ~
3.2

At rated
speed

10 or At turbine
higher center line
1.0 ~
1.8

At turbine
center line

1.0 ~
1.8

At turbine
center line

y Oil
Pump
disch.
Relief
Valve
Setting
(Bearing
Jacking
Oil Pump)
Bearing
Oil

Bearing
Oil

Protective
Device
Low
Bearing
Oil
Pressure
Trip
Thrust
Bearing
Trip
Low
Vacuum
Trip

Overspee
d Trip
EH Fluid
System
High
Press
Unload
valve
Unload
valve
Relief
valve
Accumulat
or Charge
Press.
EH Fluid
System Return
Accumulat

140

Atur
pengangkata
n rotor antara
0.1 0.15
mm dengan
flow control
valve
1.0 ~ On Turning
1.8
Oil Pump
(Relief Valve
Closed)
1.2 ~ At rated
+0.6 speed
0.2
(Relief Valve
set)

0.5
+0.10
0.05

5.6 +0
0.3
550
+0
100
mmH
g
3330
rpm
atau dibawah

147
Unload press.
+- 3
118 ~ Onload
123
press.
165
+- 1
80 ~
88

or Charge
Press.
INTERTRIPPING DAN PENGARUHNYA TERHADAP UNIT / PERALATAN LAINNYA
Pelumas untuk bearing-bearing turbine saat normal operasi disuplai oleh pompa minyak utama (MOP).
Jika terjadi bearing oil pressure low atau thrust bearing pressure high, maka turbine akan trip, karena
MOP seporos dengan turbine. Dengan demikian, untuk menghindari kerusakan pada bearing-bearing
turbine, maka pompa-pompa AOP, TOP, EOP akan start secara automatis.
Adapun start auto pompa-pompa tersebut adalah :
AOP : 7.5
kg/cm2
TOP : 0.75
kg/cm2
EOP : 0.55
kg/cm2
EVALUASI OJT
Operator
: Control Room
Sistem
: Turbine Lube Oil
Kode sistem : TD
1. Tuliskan harga normal operasi dari sistem minyak pelumas turbin :
a. tekanan pelumas / temperatur metal bantalan
b. temperatur pelumas setiap bantalan
c. tekanan jacking oil
d. temperatur minyak pelumas masuk / keluar cooler
2. Tuliskan penyebab dan tindakan yang benar untuk mengatasi setiap gangguan yang muncul pada
sistem pelumas turbin :
a. masing-masing bantalan temperatur tinggi
b. tekanan pelumas bantalan rendah
c. main oil tank level rendah
3. Lakukan persiapan yang diperlukan untuk menjamin sistem pelumas turbin beroperasi dengan aman :
a. pompa pelumas AC / DC siap
b. semua isolasi dan peralatan yang tidak beroperasi pada posisi yang benar
c. oil conditioner siap
d. fire fighting system siap
4. Tampilkan layar semua peralatan, indikator yang berhubungan dengan sistem minyak pelumas turbin.
Operator
: Turbin Lokal
Sistem
: Turbine Lube Oil
Kode sistem : TD
1. Gambarkan blok diagram sistem minyak pelumas turbin dan peralatannya.
2. Tunjukkan lokasi dan teliti ciri-ciri setiap bagian peralatan yang ada pada siste tersebut :
a. Main Oil Pump
b. Auxiliary Oil Pump
c. Turning Oil Pump
d. Emergency Oil Pump
e. Jacking Oil Pump
f. Oil Cooler
g. Oil Reservoir
h. Ejector, Oil Vapour Extractor, Filter

3. Tuliskan fungsi dari setiap peralatan tersebut di atas.


4. Tuliskan harga normal operasi pada :
a. temperatur pelumas keluar pendingin
b. tekanan pelumas bantalan turbin generator
c. auto start pada pompa pelumas pembantu, pompa pelumas darurat, dan pompa pelumas turning
5. Lakukan pemeriksaan awal sebelum sistem minyak pelumas turbin dijalankan.
6. Lakukan prosedur untuk mengganti pengoperasian Oil Cooler
7. Tuliskan harga normal operasi peralatan berikut (beban unit TGL 100 %) :
a. tekanan dan temperatur minyak pelumas
b. temperatur metal
8. Lakukan pemeriksaan rutin operasi pada sistem pelumas turbin agar sistem tetap dalam kondisi
normal.

Anda mungkin juga menyukai